Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA I

JUDUL: “RENTANG RESPON GANGGUAN KONSEP DIRI”

DOSEN MATA KULIAH : Ns. Wiwi Susanti Piola, M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. Bismantara I. Saputra 5. Sri Nurviviyati Masihu


2. Dinda Ryanti Kadir 6. Winditha Indah Prastika
3. Muliyati W. Akase Kadjim
4. Rahmawati Bangol

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Kesehatan Jiwa I dengan judul “Rentang Respon Gangguan
Konsep Diri” Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa hasil
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Akhir kata Semoga makalah “Rentang Respon Gangguan Konsep Diri” dapat
memberikan manfaat untuk kami, dan teman-teman mahasiswa lainnya.

Gorontalo, 29 April 2021

Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................3

2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 3

2.1.1 Penelitian Yang Dilakukan Oleh Prabawati Setyo Pambudi Dan


Diyan Yuli Wijayanti Pada Tahun 2012 Yang Berjudul “Hubungan
Konsep Diri Dengan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa
Keperawatan” ......................................................................................... 3

2.1.2 Penelitian Yang Dilakukan Oleh Pratiwi Wahyu Widiarti Pada


Tahun 2018 Yang Berjudul “Konsep Diri (Self Concept) Dan
Komunikasi Interpersonal Dalam Pendampingan Pada Siswa SMP
Se Kota Yogyakarta” ..............................................................................5

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................7

3.1 Pengertian Konsep Diri ..............................................................................7

3.2 Rentang Respon Konsep Diri ..................................................................... 8

3.3 Komponen Konsep Diri..............................................................................9

3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri ................................................. 11

3.5 Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah ...................................................... 12

3.6 Perubahan Perilaku Gangguan Konsep Diri .............................................. 12

ii
3.7 Mekanisme Koping Pada Gangguan Konsep Diri ..................................... 13

BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 15

4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 15

4.2 Saran........................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep diri adalah konseptualisasi individu terhadap dirinya sendiri,
konsep diri secara langsung mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang
tentang dirinya sendiri. (Potter & Perry, 2010). Perkembangan dan
pengelolaan konsep diri dimulai pada usia muda dan terus berlangsung
sepanjang masa kehidupan. Dilaporkan pada kecenderungan bahwa pria
memiliki harga diri lebih tinggi dibanding wanita (Binrndof et al dalam Potter
& Perry, 2010).
Konsep diri adalah semua bentuk kepercayaan, perasaan, dan penilaian
yang diyakini individu tentang dirinya sendiri dan mempengaruhi proses
interaksi social dengan lingkungan sekitar. Konsep diri tidaklah langsung di
miliki ketika seseorang lahir di dunia melainkan suatu rangkaian proses yang
terus berkembang dan membedakan individu satu dengan yang lainnya
(Tarwoto, 2003). Perkembangan konsep diri di pengaruhi oleh berbagai factor
di mana factor-faktor tersebut akan memunculkan stressor bagi individu yang
memungkinkan memacu permasalahan gangguan konsep diri dimana salah
satunya merupakan konsep diri kurang (Murwani, 2008).
Data menunjukkan bahwa rasa diri sering mempengaruhi secara negatif
pada masa usia lanjut karena intensitas emosional dan perubahan fisik
berhubungan dengan penuaan (Robins et al dalam Potter & Perry, 2010).
Teori kehilangan secara konstan mengakui respons dari individu beradaptasi
dengan kehilangan menggambarkan bagaimana individu beradaptasi dengan
kehilangan dan memahami kematian dari orang terdekat (Kubler-Ross dalam
Potter & Perry, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud konsep diri?
b. Bagaimana rentang respon konsep diri?
c. Apa saja komponen konsep diri?

1
d. Apa saja faktor yang mempengaruhi konsep diri?
e. Apa saja tanda dan gejala harga diri rendah?
f. Apa saja perubahan perilaku gangguan konsep diri?
g. Apa saja mekanisme koping pada gangguan konsep diri?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep diri
b. Untuk mengetahui rentang respon konsep diri
c. Untuk mengetahui komponen konsep diri
d. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi konsep diri
e. Untuk mengetahui tanda dan gejala harga diri rendah
f. Untuk mengetahui perubahan perilaku gangguan konsep diri
g. Untuk mengetahui mekanisme koping pada gangguan konsep diri

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini saya mengambil dari beberapa sumber yang berkaitan
dengan judul makalah “Rentang Respon Gangguan Konsep Diri” berikut
beberapa referensi yang berkaitan dengan judul makalah yaitu sebagai berikut:

2.1.1 penelitian yang dilakukan oleh Prabawati Setyo Pambudi dan Diyan
Yuli Wijayanti pada tahun 2012 yang berjudul “Hubungan Konsep
Diri Dengan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Keperawatan”

Pendahuluan : Konsep diri adalah semua bentuk kepercayaan, perasaan,


dan penilaian yang diyakini individu tentang dirinya sendiri dan
mempengaruhi proses interaksi social dengan lingkungan sekitar. Konsep
diri tidaklah langsung dimiliki ketika seseorang lahir di dunia melainkan
suatu rangkaian proses yang terus berkembang dan membedakan individu
satu dengan yang lainnya (Tarwoto, 2003).

Perkembangan konsep diri yang negatif pada mahasiswa tentunya


dipengaruhi banyak faktor. Pengalaman yang buruk berupa jeleknya prestasi
akademik mahasiswa dibangku perkuliahan merupakan salah satu faktor
yang dapat memacu masalah gangguan konsep diri serta menyebabkan
mahasiswa memiliki konsep diri negatif. Hubungan antara konsep diri
dengan prestasi akademik telah disinggung pula dalam teori bahwa konsep
diri individu turut mempengaruhi pencapaian prestasi akademiknya.
Menurut kamus besar bahasa indonesia (2008) prestasi akademik sendiri
merupakan hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang
bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.
Konsep diri berhubungan motivasi yang dimiliki seseorang, semakin baik
konsep diri yang dimiliki untuk mencapai tujuan yaitu prestasi akademik
yang tinggi. Peserta didik dengan konsep diri yang buruk akan cenderung

3
kehilangan motivasi dan minat yang pada akhirnya berdampak pula pada
prestasi akademik (Panjaitan, 2001).

Metode : Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif non-


eksperimental deksriptif korelatif. Pengambilan sampel menggunakan
teknik total sampling.

Pembahasan : Penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada


mahasiswa semester VI di PSIK FK UNDIP mayoritas adalah berjenis
kelamin perempuan (81,5%) hasil penelitian bahwa proporsi mahasiswa
keperawatan yang didominasi oleh perempuan adalah senada dengan
penelitian yang dilakukan oleh Naam bahwa proporsi perempuan dalam
pendidikan keperawatan memang jauh lebih besar dari pada laki-laki. Oleh
karena itu, proporsi mahasiswa berdasarkan jenis kelamin pada penelitian
yang dilakukannya dapat dikatakan mewakili proporsi mahasiswa
keperawatan pada umumnya. Profesi keperawatan yang didominasi kaum
perempuan disebabkan karena sikap dasar perempuan yang identik sebagai
sosok yang ramah, sabar, telaten, lemah lembut, berbelas kasih, dan gemar
bersosialisasi. Kaum perempuan di anggap memiliki naluri keibuan dan sifat
carring terhadap orang lain (BKKBN, 2009 ; Gunarsa, 2008 ; Handayani,
2004).

Kesimpulan : Penelitian yang dilakukan diperoleh hasil yaitu karakteristik


mahasiswa semester VI PSIK FK UNDIP mayoritas berjenis kelamin
perempuan yaitu sebesar 81,5 % (53 mahasiswa), berusia 21 tahun yaitu
sebesar 78,5% (51 mahasiswa), dan mahasiswa kelas regular lebih banyak
dari kelas RIC yaitu sebesar 75,4% (49 mahasiswa) dari total 65 mahasiswa.
Berdasarkan uji korelasi didapatkan pula hasil yaitu ada hubungan antara
konsep diri mahasiswa dengan prestasi akademik pada mahasiswa semester
VI di PSIK FK UNDIP. Oleh karena itu, institusi pendidikan keperawatan
sebaiknya meningkatkan dukungan kepada mahasiswa untuk mencapai
konsep diri yang baik.

4
2.1.2 Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi Wahyu Widiarti pada tahun
2018 yang berjudul “Konsep Diri (Self Concept) Dan Komunikasi
Interpersonal Dalam Pendampingan Pada Siswa SMP Se Kota
Yogyakarta”

Pendahuluan : Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak


menuju dewasa. Rentang masa remaja cukup panjang, terutama di era dan
area negara industry maupun dinegara sedang berkembang. penelitian pada
anak-anak usia remaja awal (11-15 tahun), ditemukan persoalan-persoalan
tentang bagaimana remaja menghadapi perkembangan dirinya terutama
dalam perkembangan fisiknya persoalan yang muncul, adalah ada 75%
anak-anak usia 8-9 tahun yang menyatakan mereka menyukai
penampilannya, namun saat usia 12-13 tahun, terutama pada gadis
menyatakan, bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku
seseorang. Akan lebih mudah meramalkan dan memahami tingkah laku
orang tersebut.

Metode : Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu dalam


penelitian ini melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih
mudah untuk dipahami disimpulkan.

Pembahasan : Konsep diri siswa SMP se Yogyakarta dalam penelitian ini


terdapat konsep diri siswa yang rendah ada sebanyak 222 orang (49,4%);
siswa dengan konsep diri yang tinggi ada 227 orang (50,6%). Jadi dapat
disimpulkan bahwa konsep diri siswa akademik/kerja adalah konsep diri
keluarga. Remaja awal, siswa SMP dalam hal ini dianggap memiliki konsep
diri keluarga yang tinggi (57,2%), hal ini bisa berarti, bahwa remaja tersebut
memiliki keluarga yang bahagia, yang menyenangkan dan member
kenyamanan. Selanjutnya konsep diri yang terbanyak ketiga adalah konsep
diri fisik (55,7%).

5
Kesimpulan : Pendampingan bagi remaja siswa SMP di yogya, dengan
memperhatikan kondisi konsep diri siswa. Konsep diri yang cenderung
rendah adalah konsep diri etik, moral, social dan personal, maka digunakan
pendekatan bagi pendamping : a) dari sisi komunikasi interpersonal. b) dari
sisi gaya interaksi, dengan mengembangkan gaya interaksi yang mendorong
(enabling); c) dari sisi layanan bimbingan dan konseling dengan membentuk
bimbingan kelompok dan bimbingan individual.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain termasuk persepsi individu akan sifat dan
kemampuannya berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya, nilai-nilai
yang berkaitan dengan pengalaman dan objek tujuan serta keinginan (Stuart
dan Sundeen, 1991).

Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Townsend, 1998). Gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif terhadap diri dan kemampuan yang diekspresikan secara
langsung maupun tidak langsung (Schult & Videbeck, 1998). Gangguan
harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negative terhadap diri
sendiri, teramsuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan (Kelliat, 1995). Dapat disimpulkan bahwa harga diri
rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan melalui
tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Dapat disimpulkan bahwa
konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar perilaku individu dengan
konsep dan dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan
interpersonal, kemampuan intelektual dan berguna bagi lingkungan.

7
3.2 Rentang Respon Konsep Diri

Rentang Respon Konsep Diri

Respon Adaptif Respon Mal Adaptif

Aktualisasi Konsep Harga Diri Keracunan Depersonalisasi


diri diri positif Rendah Identitas

(Skema I. Rentang Respon Konsep Diri Stuart & Sundeen, 1991)

Pengertian :

a. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri


yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata
yang sukses dan diterima.

b. Konsep diri : apabila individu mempunyai pengalaman


yang positif dalam beraktualisasi diri

c. Harga diri rendah : transisi antara respon konsep diri


adaptif dengan konsep diri mal adiptif

d. Keracunan identitas : kegagalan aspek individu


mengintergrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-
kanak ke dalam kematang aspek psikososial,
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.

e. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistik dan


asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan
kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain. (Kelliat, 1998)

8
3.3 Komponen Konsep Diri

Komponen konsep diri terdiri dari lima : gambaran diri, ideal diri, harga
diri, peran, identitas diri (Stuart dan Sundeen, 1991).
1. Gambaran diri (citra tubuh )
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan
pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap
tubuhnya, yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan,
makna dan obyek yang kontak secara terus menerus (anting, make
up, pakaian, kursi roda) baik masa lalu maupun sekarang.
a. Stresor yang terjadi pada citra tubuh
1) Perubahan ukuran tubuh : penurunan berat badan
2) Perubahan bentuk tubuh : tindakan invansif
(operasi, daerah pemasangan infus)
3) Perubahan struktur : sama dengan perubahan
bentuk disertai dengan pemasangan alat di dalam
tubuh.
4) Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat
merubah sistem tubuh
5) Keterbatasan gerak : makan, melakukan kegiatan

b. Tanda dan gejala gangguan citra tubuh


1) Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh
yang berubah
2) Tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi
3) Menolak penjelasan perubahan tubuh
4) Preakupasi dengan bagian tubuh
5) Persepsi negatif terhadap tubuh
6) Mengungkapkan keputusan
7) Mengungkapkan ketakutan

9
2. Ideal Diri
Ideal diri adalah : persepsi individu tentang bagaimana dia
harus berperilaku berdasarkan standar tujuan, keinginan atau nilai
pribadi tertentu. Standar ideal diri dapat berhubungan dengan tipe
yang diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita dan harapan
pribadi berdasarkan norma sosial keluarga, budaya. Ada faktor
yang mempengaruhi ideal diri :
a. Kecenderungan individu menempatkan diri pada batas
kemampuannya
b. Faktor body akan mempengaruhi individu menetapkan ideal
diri kemudian standar ini ditetapkan dengan standar kelompok
teman
c. Ambisi dan keinginan untuk melebih dan berhasil, kebutuhan
yang realitas keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan
cemas, rendah diri.
3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal
diri. Pencapaian ideal diri atau cita-cita atau harapan langsung
menghasilkan perasaan yang berharga, jika individu sukses maka
cenderung harga diri tinggi. Jika individu sering gagal cenderung
harga diri rendah.
4. Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat
(Kelliat,B.A,1998). Posisi dimasyarakat dapat merupakan stressor
terhadap peran, stress peran terdiri dari konflik, peran tidak jelas,
peran yang terlalu banyak.
5. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang
bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sitesa dari

10
semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Kelliat,
BA, 1992).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang
kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan
tidak ada duanya. Kemandirian timbul dari perasaan yang
berharga, kemampuan dan penguasaan diri seseorang yang mandiri
dapat mengatur dan menerima dirinya.

3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


a. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah adalah
pengalaman masa kanak-kanak merupakan suatu faktor yang dapat
menyebabkan masalah atau gangguan konsep diri. Anak-anak
sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua, lingkungan,
social budaya. Orang tua yang kasar membenci dan tidak
menerima akan mempunyai keraguan atau ketidakpastian diri
sehingga individu tersebut kurang mengerti akan dan tujuan
kehidupan, gagal menerima tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri, tergantung pada orang lain serta gagal mengembangkan
kemampuan diri. Sedangkan faktor biologis anak dengan masalah
biologis juga bisa menyebutkan harga diri rendah.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Peran sesuai jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh
masyarakat misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang
mandiri, kurang objektif, kurang rasional dibandingkan pria.
Sedangkan pria di anggap kurang sensitif, kurang hangat. Sesuai
dengan standar tersebut wanita dan pria tidak berperan seperti
lazimnya, maka akan dapat menimbulkan konflik diri maupun
hubungan sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menjadi

11
kurang percaya diri pada anak-anak akan ragu apakah yang dipilih
tepat dan jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka akan
timbul rasa bersalah (Kelliat, 1992).

3.5 Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah


Tanda dan gejala yang dapat dikaji pada gangguan harga diri
rendah menurut carpenito, L.J (1998):
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit misalnya malu dan sedih karena rambut
rontok setelah mendapat terapi sinar.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, misalnya “tidak akan terjadi
jika saya segera ke rumah sakit”, menyalahkan diri sendiri.
c. Merendahkan martabat, misalnya saya tidak bisa, saya tidak
mampu, saya tidak tahu apa-apa atau saya orang bodoh.
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, suka menyendiri
e. Percaya diri kurang, klien sukar mengambil keputusan, misalnya
memilih alternative tindakan.
f. Mencederai diri, akibat harga diri rendah disertai harapan yang
suram, mungkin pasien ingin mengakhiri hidupnya.

3.6 Perubahan Perilaku Gangguan Konsep Diri


Gangguan perilaku konsep diri dapat dibagi sebagai berikut:
a. Perubahan perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
Stuart dan Sundeen (1991) mengemukakan sepuluh cara
individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah :
1) Mengejek dan mengkritik diri sendiri
2) Merendahkan diri
3) Rasa bersalah
4) Manifestasi fisik
5) Menunda keputusan

12
6) Menarik diri dari realitas
7) Gangguan berhubungan
8) Merusak diri
9) Melukai orang lain
10) Menolak tekanan
b. Perubahan perilaku yang berhubungan dengan kekacauan identitas
Terjadi karena kegagalan mengintegrasikan berbagai
identifikasi pada masa kanak-kanak secara selaras dan harmonis.
Perilaku yang berhubungan dengan identitas kabur adalah
hubungan interpersonal yang kacau atau masalah hubungan intim,
pasien mengalami kesukaran tampil sesuai dengan jenis
kelaminnya.
c. Perubahan perilaku berhubungan dengan depersonalisasi
Jika individu mengalami tingkat panik dari kecemasan
maka respon mal adaptif terhadap masalah identitas akan
bertambah yang mengakibatkan pasien menarik diri realitas.
Depersonalisasi adalah perasaan yang realitas dimana pasien tidak
dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya (Stuart
dan Sundeen, 1991), ini merupakan perasaan asing akan diri
sendiri, pasien sukar membedakan dirinya dengan orang lain atau
lingkungan. Depersonalisasi adalah pengalaman subjektif yang
dapat merusak ego depersonalisasi dapat terjadi pada depresi,
skizofrenie.

3.7 Mekanisme Koping Pada Gangguan Konsep Diri


Mekanisme koping pada gangguan konsep diri dapat dibagi
menjadi dua koping jangka pendek dan koping jangka panjang (Stuart
dan Sundeen, 1991).
a. Koping jangka pendek
1) Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari
krisis. misalnya : pemakaian obat, ikut music rock, kerja keras,

13
nonton tv terus-menerus)
2) Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas.
misalnya ikut kelompok tertentu untuk mendapat identitas yang
sudah dimiliki kelompok ( ikut kelompok sosial, keagamaan,
politik )
3) Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara.
Misalnya ( Kompetisi olahraga, kontes popularitas)
4) Aktivitas yang mencoba menghilangkan anti identitas
sementara. Misalnya ( penyalahgunaan obat-obatan).
b. Koping jangka panjang
Semua koping jangka pendek dapat berkembang menjadi
koping jangka panjang. Penyelesaikan positif akan menghasilkan
ego identitas dan keunikan individu. Identitas negatif merupakan
rintangan terhadap nilai dan harapan masyarakat. Remaja mungkin
menjadi anti sosial remaja ini dapat mengatakan “saya mungkin
lebih baik menjadi anak tidak baik dari pada tidak jadi apapun”.
Individu dengan gangguan konsep diri pada usia lanjut
menggunakan ego-oriented reaction (mekanisme pertahanan diri),
yang digunakan adalah fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi,
mengisar.
 Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi
identitas yang disenangi dari orang-orang yang
berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi, atau
potensi diri.
 Identitas negatif : yaitu asumsi yang bertentangan
dengan nilai dan harapan masyarakat.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Konsep diri adalah konseptualisasi individu terhadap dirinya sendiri,


konsep diri secara langsung mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang
tentang dirinya sendiri. (Potter & Perry, 2010). Perkembangan dan
pengelolaan konsep diri dimulai pada usia muda dan terus berlangsung
sepanjang masa kehidupan. Dilaporkan pada kecenderungan bahwa pria
memiliki harga diri lebih tinggi dibanding wanita (Binrndof et al dalam Potter
& Perry, 2010).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
(Townsend, 1998). Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif
terhadap diri dan kemampuan yang diekspresikan secara langsung maupun
tidak langsung (Schult & Videbeck, 1998). Komponen konsep diri terdiri dari
lima : gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran, identitas diri (Stuart dan
Sundeen, 1991).

4.2 Saran

Demikian isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk
maupun materi yang kami uraikan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
perbaikan makalah selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sahputra, Naam. (2009). Hubungan Konsep Diri Dengan Prestasi


Akademik Mahasiswa S1 Keperawatan Semester III Kelas Ekstensi
PSIK FK Medan. Sumatra Utara : PSIK FK USU

Santrock, John W. (2007). Remaja Jilid 2 Edisi Kesebelas. Jakarta:


Erlangga

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta:EGC

Monks, F.J. Haditono, S.R., Knoers, A.M.P. 2006. Psikologi


Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada Univerity Press

Anda mungkin juga menyukai