Anda di halaman 1dari 86

PERTEMUAN 1

PENGENALAN
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi
Memberikan pengetahuan tentang: Pengertian Komunikasi dan Ruang
Lingkupnya, Unsur Komunikasi, Komunikasi dan Seni dalam Desain
Komunikasi Visual, Teori Persepsi, Prinsip-prinsip Komunikasi, Komunikator,
Pesan, Media Komunikasi, Komunikan, Efek Komunikasi, Hambatan
Komunikasi, Komunikasi Massa dan Presfektif Komunikasi

Tugas:
Tugas Kelompok: Mahasiswa merancang karikatur opini, komik strip,
meme atau video kreatif. Bahan materi diambil dari berita di media
massa bersifat cetak, audio visual atau digital .

Kontrak Kuliah

1. Dosen dan mahasiswa saling menghormati sistem dan interaksi


selama perkuliahan daring
2. Mahasiswa harus menggunakan kaos berkerah atau kemeja selama
perkuliahan daring.
3. Mahasiswa dan Dosen wajib aktifkan kamera bila melakukan zoom,
google meet, dan aplikasi lainnya
4. Mahasiswa dan Dosen wajib hadir tepat waktu dalam perkuliahan
daring.
5. Jika dosen berhalangan hadir, maka wajib mengabarkan kepada
ketua kelas atau mahasiswa lain yang dapat menginformasikan
kembali kepada teman-teman sekelasnya.
6. Mahasiswa diharapkan mempelajari buku teks/hand out selama
perkuliahan.
7. Mahasiswa diharapkan menjaga ketertiban selama perkuliahan daring
berlangsung
8. Kehadiran perkuliahan minimal 80% untuk mahasiswa dapat mengikuti
Ujian Akhir Semester.

1
9. Presensi Perkuliahan dengan cara mengunduh materi dari LMS
Unindra. Apabila ada kendala dapat dibuat kesepakatan dengan
dosen pengampunya.
10.Bobot tugas: 20% dan harus diserahkan tepat waktu sesuai
kesepakatan. Penyerahan tugas di luar waktu yang telah ditetapkan
akan dikenakan pengurangan nilai
11.Bobot UTS 30% dan Bobot UAS 50% wajib diikuti oleh mahasiswa.
12.Dosen wajib menginformasikan nilai tugas, UTS dan UAS secara
transparan dan jelas.
13.Jika ada pelanggaran terhadap kontrak ini, dosen dan mahasiswa
menempuh musyawarah mufakat dan tidak ada hukuman fisik.
14.Mahasiswa wajib mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen
dan dapat meminta asistensi kepada dosen.

2
Pertemuan ke-2

HAKIKAT KOMUNIKASI DAN


RUANG LINGKUPNYA
Tujuan Mempelajari Komunikasi

Komunikasi adalah sebuah proses, sebuah unsur dalam menjalin


relasi sosial. Banyak permasalahan yang timbul dalam kehidupan
sehari-hari akibat komunikasi.

Seorang isteri merasa sang suami kurang memahami dirinya. Seorang


suami merasa isterinya tidak bisa diajak bicara, seorang atasan
merasa karyawannya selalu salah tangkap maksud instruksinya.
Seorang kekasih yang memutuskan hubungannya karena kekasihnya
selalu tulalit, dan berjuta masalah interpersonal lainnya.

Dalam mata kuliah ini akan mengurai dan memahami bagaimana


proses komunikasi “yang ideal”, unsur-unsur yang mempengaruhinya,
sehingga tujuan hidup/ relasional semakin baik dan terarah.

Pengertian Komunikasi
Perkembangan :
Ilmu komunikasi adalah disiplin ilmu deskriptif. Dalam sejarah
pertumbuhannya, ilmu komunikasi berawal sejak retorika terlahir
sebagai pengetahuan dan seni berbicara secara lisan, tatap muka
dalam konteks publik (Effendy, 2000). Ilmu dan seni dalam
menyampaikan pesan ini kemudian berkembang bukan saja dalam
tataran tatap muka dengan publik, tapi juga melalui media massa. Di
Eropa, berkembang menjadi publizistikwissenschaft atau publisitik,
sedangkan di Amerika lebih dikenal sebagai communication science
atau ilmu komunikasi.

3
Pengertian :
Apakah yang terpikirkan bila
mendengar kata Komunikasi ?
Jawaban atas pertanyaan ini sangat
beraneka ragam, mulai dari berdoa,
bersendagurau,berpidato hingga
penggunaan alat-alat elektronik
yang canggih. Komunikasi adalah
topik yang amat sering
diperbincangkan bukan hanya di kalangan ilmuan komunikasi, melainkan
juga di kalangan awam, sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki terlalu
banyak arti yang berlainan. Dalam wacana publik, sering mendengar
kalimat atau frase yang mengandung kata komunikasi atau turunannya,
seperti "Hewan pun berkomunikasi dengan cara mereka masing-masing",
kita harus mengkomunikasikan masalah ini kepada mahasiswa pada saat
kuliah nanti, "Komputer adalah sarana komunikasi tercanggih", "kami belum
menerima komunikasi dari perusahaan itu", "Orangnya tidak komunikatif",
dan sebagainya. Pendeknya, istilah komunikasi sedemikian lazim di
kalangan kita semua, meskipun masing-masing orang mengartikan istilah
itu secara berlainan. Oleh karena itu, kesepakatan dalam mendefinisikan
istilah komunikasi merupakan langkah awal utnuk memperbaiki
pemahaman atas fenomena yang rumit ini.
Kata komunikasi atau communication dalam Bahasa Inggris berasal
dari kata Latin communis yang berarti "sama", communico, communicatio,
atau communicare yang berarti membuat sama. Istilah pertama paling
sering disebut sebagai asal kata komunikasi yang merupakan akar dari
kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu
pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. akan tetapi
definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada
cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat "kita berbagi
pikiran,"kita mendiskusikan makna", dan "kita mengirimkan pesan".

4
Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas yang juga
menekankan kesamaan atau kebersamaan, Komunitas adalah sekelompok
orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu,
dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada
komunitas, komunitas bergantung pada pengalaman dan emosi bersama,
komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu,
komunitas juga berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan
seni, agama, dan bahasa, dan masing-masing bentuk tersebut
mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap, perspektif, pandangan
yang mengakar kuat dalam seharah komunitas tersebut.
Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar
ataupun yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari
kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang di definisikan dan
mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit seperti
"komunikasi adalah penyampaian pesan melalui pesan elektronik" atau
terlalu luas, misalnya "komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk
hidup atau lebih" sehingga para peserta komunikasi ini mungkin termasuk
hewan, tanaman, dan bahkan jin. Berikut beberapa definisi tentang
komunikasi menurut beberapa ahli :
Everett M. Rogers :
Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka.
Harold Lasswell :
Cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect".
Carl I. Hovland :
Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan/stimuli (biasanya lambang-
lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).

5
Onong Uchjana Effendy :
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui
media).
Deddy Mulyana :
Mengkategorikan definisi-definisi tentang komunikasi dalam tiga
konseptual yaitu :
- Komunikasi sebagai tindakan satu arah :
Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah
dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang)
lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media,
seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi.
Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang
sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatapmuka, namun tidak
terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang
tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep
ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini
mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja
dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk
membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi
dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan
demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu
sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu.
- Komunikasi sebagai interaksi :
Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-
akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang
menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima
bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal, kemudian
orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan
balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya.

6
- Komunikasi sebagai transaksi :
Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang
dinamis yang secara sinambungan mengubah pihak-pihak yang
berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang yang
berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif
mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar
pesan verbal dan atau pesan nonverbal.

Untuk itu arti komunikasi tidak hanya terbatas melalui komunikasi


secara lisan. Faktanya tiap ahli juga memiliki teori dan pendapat
masing-masing mengenai apa pengertian komunikasi yang benar dan
tepat serta mencakup semua ciri-ciri, karakteristik dan unsur
komunikasi itu sendiri.

Fungsi Komunikasi
Setelah menelaah lebih lanjut mengenai pengertian
komunikasi sekarang kita akan membahas fungsi dari komunikasi itu
sendiri. Pernahkah muncul pertanyaan-pertanyaan dalam benak kita
seperti, "Apa Manfaat Dari Komunikasi ?", "Kendala apa saja yang
biasanya kita hadapi dalam berkomunikasi ?". Pertanyaan-pertanyaan
tersebut adalah juga bagian dari fungsi Komunikasi. Secara umum
fungsi komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy adalah sebagai
berikut :
a. To inform (menyampaikan informasi)
Ditujukan untuk menyampaikan informasi kepada lawan
bicaranya (audiens) yang di lakukan oleh komunikator guna
menjadikan audiens atau komunikan menjadi tahu atau
lebih tahu.

b. To educate (mendidik)
Fungsi ini dilakukan oleh komunikator untuk menyampaikan
pengetahuan baru terhadap lawan bicaranya (audiens)
sehingga audiens menjadi lebih cerdas.

7
c. To entertain (menghibur)
Fungsi yang dilalkukan oleh komunikator untuk
memberikan hiburan kepada lawan bicaranya
(audiens) atau komunikan.

d. To influence (mempengaruhi)
Fungsi ini komunikator mempengaruhi lawan bicaranya
(audiens) dalam arti komunikator menginginkan
pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi
yang disampaikan akurat dan layak untuk diketahui.

Tujuan Komunikasi
Secara umum, tujuan dari komunikasi adalah terwujudnya perubahan,
pembentukan sifat, opini atau pendapat, pandangan, dan perilaku
masyarakat dari komunikasi sesuai dengan tujuan penyampaian pesan yang
dilakukan oleh komunikator. Dalam berkomunikasi, bukan hanya tentang
menyampaikan pesan dan informasi saja, tetapi komunikasi juga harus
membentuk makna serta mengemban setiap harapan di dalamnya.
Maka dari itu, komunikasi memiliki banyak peranan yang penting dalam
menentukan efektifitas setiap orang yang bekerja sama dan yang
mengkoordinasikan usahanya dalam mencapai tujuan. Tujuan komunikasi itu
sendiri dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu kepentingan komunikator
atau si pengirim pesan dan kepentingan komunikan atau audiens.
Menurut Riant Nugroho (2004:72) tujuan komunikasi adalah
menciptakan pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan
perilaku. Sedangkan menurut Katz dan Robert Kahn yang merupakan hal
utama dari komunikasi adalah pertukaran informasi dan penyampaian makna
suatu sistem sosial atau organisasi. Akan tetapi komunikasi tidak hanya
menyampaikan informasi atau pesan saja, tetapi komunikasi dilakukan
seorang dengan pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu makna serta
mengemban harapan-harapannya (Rosadi Ruslan, 2003:83). Dengan
demikian komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan

8
mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan. Pada umumnya
tujuan komunikasi antara lain, yaitu:
1. Supaya yang disampaikan dapat mengerti, sebagai komunikator harus
menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan
tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengakui apa yang kita
maksud.
2. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar
aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan kemauannya.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita berusaha agar gagasan
kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan persuasive bukan
memaksakan kehendak.
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan
sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan
dimaksud di sini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun
yang penting harus diingat adalah bagaimana cara baik untuk melakukan
(Widjaja, 200:66-67).

Proses Komunikasi
Untuk memahami proses komunikasi dapat dilihat dari unsur-unsur
yang berkaitan dengan siapa pengirimnya (komunikator), apa yang
dikatakan atau dikirimkan (pesan), saluran komunikasi apa yang digunakan
(media), ditujukan untuk siapa (komunikan), dan apa akibat yang akan
ditimbulkannya (efek).
Dalam proses komunikasi tersebut, kewajiban seorang komunikator
adalah mengusahakan agar pesan-pesannya dapat diterima oleh
komunikan sesuai dengan kehendak pengirim. Model proses komunikasi
secara umum dapat memberikan gambaran kepada pengelola organisasi,
bagaimana mempengaruhi atau mengubah sikap anggota/stakeholder nya
melalui desain dan implementasi komunikasi. Dalam hal ini, pengirim atau
sumber pesan bisa individu atau berupa organisasi sebagaimana dapat
dilihat dalam gambar proses komunikasi di bawah ini :

9
Berdasarkan pada bagan atau gambar proses komunikasi
tersebut, suatu pesan, sebelum dikirim, terlebih dahulu disandikan
(encoding) ke dalam simbol-simbol yang dapat menggunakan pesan
yang sesungguhnya ingin disampaikan oleh pengirim. Apapun simbol
yang dipergunakan, tujuan utama dari pengirim adalah menyediakan
pesan dengan suatu cara yang dapat memaksimalkan kemungkinan
dimana penerima dapat menginterpretasikan maksud yang diinginkan
pengirim dalam suatu cara yang tepat. Pesan dari komunikator akan
dikirimkan kepada penerima melalui suatu saluran atau mediatertentu.
Pesan yang diterima oleh penerima melalui simbol-simbol, selanjutnya
akan ditransformasikan kembali (decoding) menjadi bahasa yang
dimengerti sesuai dengan pikiran penerima sehingga menjadi pesan
yang diharapkan (perceived message) .
Hasil akhir yang diharapkan dari proses komunikasi yakni
supaya tindakan atau pun perubahan sikap penerima sesuai dengan
keinginan pengirim. Akan tetapi makna suatu pesan dipengaruhi
bagaimana penerima merasakan pesan itu sesuai konteksnya. Oleh
sebab itu, tindakan atau perubahan sikap selalu didasarkan atas
pesan yang dirasakan.
Adanya umpan balik menunjukkan bahwa proses komunikasi terjadi
dua arah, artinya individu atau kelompok dapat berfungsi sebagai
pengirim sekaligus penerima dan masing-masing saling berinteraksi.
Interaksi ini memungkinkan pengirim dapat memantau seberapa baik

10
pesan-pesan yang dikirimkan dapat diterima atau apakah pesan yang
disampaikan telah ditafsirkan secara benar sesuai yang diinginkan.
Dalam kaitan ini sering digunakan konsep kegaduhan (noise) untuk
menunjukkan bahwa ada semacam hambatan dalam proses komunikasi
yang bisa saja terjadi pada pengirim, saluran, penerima atau umpan balik.
Dengan kata lain, semua unsur-unsur atau elemen proses komunikasi
berpotensi menghambat terjadinya komunikasi yang efektif. Hambatan
tersebut diuraikan dalam hambatan-hambatan dalam komunikasi.

Teknik Komunikasi
Sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain maka
komunikasi adalah salah satu sarana untuk terkoneksi dengan orang dikeliling
kita. Ada komunikasi yang bersifat verbal dan ada pula yang bersifat non verbal.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang terjadi dengan berbicara pada orang
lain sedangkan non verbal adalah komunikasi yang terjadi melalui perantara
atau media. Dalam komunikasi verbal maka sangat penting untuk bisa
menyusun kata-kata yang keluar dari mulut kita menjadi sebuah informasi yang
dapat dimengerti, berguna dan menarik bagi orang lain.
Komunikasi yang jelas akan membuat orang lain memperhatikan dan
menghargai apa yang kita bicarakan. Teknik berkomunikasi/bicara yang baik
tentu akan diperlukan terutama bagi orang-orang yang bekerja dengan
menggunakan keahlian berkomunikasi. Ada beberapa hal yang menjadi
prinsip teknik berkomunikasi/bicara yang baik :

Berbicara efektif

Berbicara efektif artinya tidak bertele-tele, tidak berputar-putar untuk


menyampaikan suatu poin pembicaraan. Cepat, tepat, lugas dan dapat
dimengerti oleh lawan bicara kita. Berbicara efektif membuat lawan
bicara kita akan fokus pada setiap hal yang kita sampaikan dan dapat
mempengaruhi langsung ke dalam pikiran lawan bicara kita.

Berbicara dengan motivasi


Komunikasi yang terjalin dan sampai kepada lawan bicara haruslah yang
bersifat mendorong. Hal ini terlebih ketika yang berbicara adalah orang

11
yang memiliki jabatan lebih tinggi daripada lawan bicaranya, seperti bos
kepada anak buahnya. Motivasi yang dimaksud adalah adanya dorongan
atau penyemangat dalam kata-kata yang diucapkan agar lawan bicara
tergerak untuk melakukan sesuatu dengan baik dan sungguh-sungguh
berdasarkan pengarahan yang sudah diberikan.

Berbicara untuk mendapat perhatian


Pembicaraan yang membosankan dan bertele-tele tentu akan membuat
lawan bicara atau pendengar mengabaikan kata-kata kita. Dalam teknik
berkomunikasi/bicara perlu diperhatikan tema/materi yang akan kita
sampaikan pada lawan bicara agar membuat mereka tetap fokus dengan
kita. Ada baiknya untuk memperhatikan siapa lawan bicara kita agar
materi yang kita sampaikan tepat sasaran, selain itu usahakan
penyampaiannya dilakukan dengan gaya yang menarik. Temukan materi
yang belum pernah pendengar tahu dan selipkan hal-hal unik untuk
menarik perhatian lawan bicara.

Berbicara melalui pengindraan


Agar pesan yang disampaikan meninggalkan bekas dalam pikiran lawan
bicara maka dapat dikuatkan komunikasi dengan ekspresi indera yang
meyakinkan. Gerak tangan, tatapan mata, senyuman, atau kernyitan
dahi akan menambah kesan tentang tema yang disampaikan. Hal ini
juga agar lawan bicara mengerti bahwa tema yang dibicarakan adalah
hal yang penting dan patut untuk didengar.

Ruang Lingkup Komunikasi


Ruang Lingkup Komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku
Dimensi Komunikasi menyatakan bahwa ruang lingkup/cakupan komunikasi
sebagai berikut :
1. Bentuk Komunikasi :
a) Personal Communication (Komunikasi Pribadi) :
1) Intrapersonnal Communication (Komunikasi Intrapribadi)
2) Interpersonnal Communication (Komunikasi Interpersonal)

12
b) Group Communication (Komunikasi Kelompok) :
Small Group Communication (Lecture, Panel Discussion, Symposium,
Seminar, Brainstorming, Ect.)
Large Group Communication / Public Speaking.
c) Mass Communication (Komunikasi Massa dengan medianya Pers,
Radio, TV, Film)

2. Sifat Komunikasi :
a) Verbal :Oral (Ucapan), Written (Tulisan)
b) Non-verbal :Kinesikal (bahasa tubuh): Gestural (gerak-gerik tubuh), Postural (sikap
tubuh) Facial Expressions (akspresi muka), Symbolic Cloting(pakaian simbol) ,
Signal (Bel, Bedug, Morse, Simapore), Pictorial (Poster, Billboard, Rambu-rambu
lalu lintas)

3. Teknik Komunikasi :
a) Journalism
b) Public Relations
c) Advertising
d) Exhibition / Exposition
e) Propaganda
f) Publicity

4. Metoda Komunikasi :
a) Informative Communication
b) Persuasive Communication
c) Coersive / Intructive Communication

5. Fungsi Komunikasi :

a. Public Information
b. Publik Education
c. Publik Persuasion
d. Publik Entertaiment

14
6. Tujuan Komunikasi :
a) Social Change / Social Participation
b) Attitude Change
c) Opinion Change
d) Behaviour Change

7. Bidang Komunikasi :
a) Social Communication
b) Management Communication
c) Bussiness Communication
d) Political Communication
e) Cultural Communication
f) Traditional Communication
g) International Communication

Referensi:
1. Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, 2005, Remaja
Rosdakarya, Bandung
2. Mulyana Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2007, Remaja
Rosdakarya, Bandung

15
PERTEMUAN KE-3

UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI

Pada awal perkembangannya, banyak ahli dari berbagai disiplin ilmu


telah memberikan pengaruh besar terhadap keberadaan ilmu komunikasi.
Pemikiran-pemikiran para ahli tersebut berusaha untuk melihat berbagai
fenomena dan proses komunikasi yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.
Dari hasil pengamatan tersebut para ahli membuat sebuah model komunikasi
yang timbul dari adanya interaksi antarmanusia. Selain itu, di dalam model
komunikasi tersebut terdapat unsur-unsur komunikasi. Berikut ini akan
dijabarkan unsur-unsur komunikasi yang telah dibuat oleh para ahli, yaitu:

1. Unsur Komunikasi Harold Lasswell

WHO Says In Which To Whom With


What Channel What
Gambar 1 Model Komunikasi Lasswell (Wiryanto, 2008)

Model komunikasi Harold Lasswell dianggap paling awal dibuat yakni pada
tahun 1948. Model ini masih digunakan terlebih pada proses komunikasi
massa. Model komunikasi yang dikemukan oleh Harold Lasswell bersifat satu
arah. Pada model komunikasi Harold Lasswell terdapat unsur-unsur
komunikasi, yaitu (Komala, 2009: 104):

a. Who (Siapa), merujuk kepada siapa orang yang memulai untuk melakukan
komunikasi atau yang biasa disebut dengan komunikator. Komunikator ini
dapat berupa seseorang atau pun sekelompok orang seperti organisasi.

b. Says What (Mengatakan Apa), berhubungan dengan isi komunikasi atau


pesan yang disampaikan suatu kegiatan komunikasi.

c. In Which Channel (Melalui Saluran Apa), dalam hal ini yang dimaksud
adalah media yang digunakan dalam suatu kegiatan komunikasi, seperti
gerakan badan, surat, buku, televisi, hingga gambar. Media komunikasi
yang digunakan terkadang bisa lebih dari satu. Tetapi, harus menjadi

16
perhatian adalah tidak semua media komunikasi cocok untuk masud
tertentu.

d. To Whom (Kepada Siapa), hal ini berkaitan dengan seseorang atau


sekelompok orang yang menjadi target khalayak atau penerima dalam
suatu kegiatan komunikasi. Orang yang menerima pesan biasa disebut
dengan istilah komunikan.

e. With What Effect? (Apa Efeknya?), artinya adalah efek yang terjadi dalam
suatu kegiatan komunikasi. Terdapat dua hal yang berkaitan dengan efek
komunikasi, yaitu apa yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi tersebut
dan kedua, apa yang dilakukan orang sebagai hasil dari komunikasi.

2. Unsur Komunikasi S-M-C-R


Unsur Komunikasi ini dikemukakan oleh David K. Berlo pada tahun 1960-
an. Formula komunikasi dibuat lebih sederhana karena hanya terdiri dari
empat komponen. Berikut ini unsur-unsur komunikasi menurut David K.
Berlo, yakni (Oktarina dan Abdullah, 2017):

a. Source (Pengirim)
Dalam kegiatan komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim pesan/informasi. Sumber informasi bisa sekaligus
menjadi penyampai pesan atau komunikator namun komunikator belum
tentu dikatakan sumber. Istilah lain dari komunikator adalah sender,
encoder atau pengirim pesan baik berupa perorangan atau pun
lembaga. Dalam menyampaikan isi pesannya seorang komunikator
dapat secara interpersonal, small group, large group, dan melalui media
massa. Dalam Komala (2009: 110) menyatakan bahwa sebagai sumber
komunikasi hal-hal yang harus diperhatikan adalah keterampilan dalam
berkomunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan kebudayaan.

b. Message (Pesan)
Materi pernyataan yang disampaikan komunikator pada komunikan
dapat berupa lisan maupun tulisan, dapat juga berupa lambang-

17
lambang, gambar, warna, atau isyarat-isyarat lainnya. Komunikasi akan
berhasil bila isyarat, lambang, yang akan digunakan dan disampaikan
diberi arti yang sama. Pada Komala (2009: 110) menyatakan bahwa
dalam proses pembuatan ataupun memahami suatu pesan komunikasi
harus memperhatikan berbagai hal, yaitu elemen isi, perlakuan dan
struktur pesan.

c. Channel (Saluran-Media)
Media adalah alat untuk memindahkan pesan dari sumber kepada
penerima. Media dapat diklasifikasikan dalam dua bagian, yaitu: media
umum (seperti telepon, fax, dan sebagainya) dan media massa
(seperti televisi, film, surat kabar, dan sebagainya). Berdasarkan
kepentingannya, medium tersebut sangat bergantung dengan tujuan
melakukan komunikasi, apakah untuk kepentingan massal,
perorangan ataupun lembaga, serta kondisi dan situasi. Selain itu,
dalam penggunaan media komunikasi harus menggunakan media-
media yang dapat dirasakan oleh panca-indra manusia, yakni melalui
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan peraba
(Komala, 2009: 110).

d. Receiver (Penerima)
Dalam hal ini yang dimaksud adalah orang yang menerima pesan
komunikasi dari komunikatornya. Sebagai penerima pesan harus
memperhatikan hal-hal yang sama dengan seorang komunikator, yaitu
keterampilan berkomunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan
kebudayaan yang dimilikinya peraba (Komala, 2009: 110).

Source Message Channel Receiver

Gambar 2 Model Komunikasi David K. Berlo (Wok, Ismail, Hussain, 2003)

18
3. Unsur Komunikasi Bovee & Thill

Komunikator Komunikan
Pesan Media
(ide/gagasan) (persepsi)

Umpan
Balik

Gambar 3 Model Komunikasi Bovee dan Thill (Nyoto, 2019)

Unsur-unsur komunikasi Bovee dan Thill, terdiri dari (Nyoto, 2019: 64-65):
a. Komunikator
Komunikator mempunyai suatu ide atau gagasan, sebelum proses
penyampaian pesan dapar dilakukan, pengirim pesan harus menyiapkan
ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada audiens.
b. Pesan
Komunikator harus mengubah ide menjadi suatu pesan dalam suatu
proses komunikasi agar dapat dimengerti atau diterima dengan baik.
Walaupun pada dasarnya tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti
dengan sempurna.
c. Media
Setelah komunikator mengubah ide menjadi suatu pesan, berikutnya
memindahkan atau mentransmisikan pesan melalui berbagai saluran yang
ada kepada penerima pesan. Panjang pendeknya saluran komunikasi
yang digunakan akan berpengaruh terhadap proses transmisi pesan.
d. Komunikan
Komunikan menerima pesan komunikasi yang dikirimkan oleh komunikator
melalui media komunikasi. Setelah menerima pesan, kemudian komunikan

18
menafsirkan pesan tersebut. Suatu pesan yang disampaikan komunikator
harus mudah dimengerti dan tersimpan di dalam pikiran penerima pesan.
Selanjutnya dapat dimaknai secara benar bila penerima pesan benar-
benar telah memahami isi pesan yang dimaksud.
e. Umpan Balik
Penerima pesan memberi tanggapan umpan balik ke pengirim. Umpan
balik tersebut merupakan tanggapan penerima pesan yang
memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Setelah
menerima pesan, komunikan akan memberi tanggapan dengan cara
tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan.

Daftar Pustaka
Komala, L. (2009). ILMU KOMUKASI Prespektif, Proses, dan Konteks.
Bandung: Widya Padjadjaran.
Nyoto. (2019). BUKU AJAR MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA.
Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Oktarina, Y., dam Abdullah, Y. (2017). KOMUNIKASI DALAM PRESPEKTIF
TEORI DAN PRAKTIK. Sleman: CV BUDI UTAMA.
Wiryanto. (2008). PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI. Jakarta: PT Grasindo.
Wok, S., Ismail, N., dan Hussain, M. Y. (2006). TEORI-TEORI KOMUNIKASI.
Selangor: PTS Professional Publishing Sdn. Bhd.

19
PERTEMUAN KE-4

DESAIN KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI ILMU KOMUNIKASI DAN SENI

Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mempelajari konsep


komunikasi dan ungkapan daya kreatif, yang diaplikasikan dalam berbagai
media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis terdiri dari
gambar (ilustrasi), huruf, warna, komposisi dan layout. Semuanya itu
dilakukan guna menyampaikan pesan secara visual, audio, dan audio visual
kepada target sasaran yang dituju. (Tinarbuko, 2008:2)
Berdasarkan pohon ilmu, akar utama ilmu Desain Komunikasi Visual adalah ilmu
seni dan ilmu komunikasi. Sementara itu, akar ilmu pendukungnya adalah ilmu
sosial dan budaya, ilmu ekonomi, dan ilmu psikologi (Kusrianto, 2009:12).
Pada dasarnya ilmu desain
komunikasi visual berkembang
dari media desain grafis, namun
perkembangan teknologi
berperan penting dalam
membantu perkembangan
media. Dari desain grafis yang
awalnya hanya media cetak
hingga menjadi media audio
visual digital.
Desain komunikasi visual sebagai
salah satu bagian dari seni terap
yang mempelajari tentang
perencanaan dan perancangan berbagai bentuk informasi komunikasi visual.
Perjalanan kreatifnya diawali dari menemukenali permasalahan komunikasi
visual, mencari data verbal dan visual, menyusun konsep kreatif yang
berdasarkan karakteristik target sasaran, sampai dengan penentuan

20
visualisasi final desain untuk mendukung tercapainya sebuah komunikasi
verbal-visual yang fungsional, persuasif, artistik, estetis dan komunikatif.

Desain komunikasi visual sebagai salah satu upaya pemecahan masalah


(komunikasi, atau komunikasi visual) untuk menghasilkan suatu desain yang
paling baru di antara desain yang baru (Tinarbuko).
Menurut Prof. Widagdo, desain komunikasi visual dalam pengertian modern
adalah desain yang dihasilkan dari rasionalitas. Dilandasi pengetahuan,
bersifat rasional, dan pragmatis. Jagat desain komunikasi visual
senantiasa dinamis, penuh gerak, dan perubahan. Hal itu karena peradaban
dan ilmu pengetahuan modern memungkinkan lahirnya industrialisasi
(Widagdo dalam Tinarbuko, 2015:4). Sedangkan menurut T. Sutanto, desain
komunikasi visual senantiasa berhubungan dengan penampilan rupa yang
dapat diserap orang banyak dengan pikiran maupun perasaannya. Rupa
yang mengandung pengertian makna, karakter serta suasana, yang mampu
dipahami (diraba dan dirasakan) oleh khalayak umum atau terbatas (Sutanto
dalam Tinarbuko, 2015:4).
Di dalam ranah desain komunikasi visual dipelajari semua bentuk komunikasi
yang bersifat komunikasi visual seperti desain grafis, desain iklan, desain
multimedia interaktif. Contoh karya desain grafis yang sering dijumpai adalah
logo, infografis, komik, konten majalah, poster kampanye, dan sebagainya.
Huruf dan angka juga termasuk desain grafis atau biasa disebut dengan
tipografi. Multimedia interaktif dirancang sebagai media yang menyampaikan
informasi dengan menghadirkan unsur interaksi di dalamnya atau komunikasi
dua arah. Berikut adalah contoh karya yang termasuk dalam multimedia
interaktif: Website Interaktif (Termasuk di dalamnya; video, audio, teks, gambar,
dsb.), Animasi Interaktif, Game. Desain iklan ranah kreatifnya meliputi kampanye
: iklan komersial dan perancangan iklan layanan masyarakat.

21
Persepsi sebagai inti Komunikasi
Defenisi Persepsi
Persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya
stimulus yang mempengaruhi indera kita. ( DeVito, Joseph A)
Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima
dan menganalisi informasi ( Brian Fellows)
Persepsi adalah pengalaman tentang objek,peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan.
Persepsi ialah memberi makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli).
Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari
persepsi, Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak
hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspetasi, motivasi dan memori
(Desiderato, dalam Jalaluddin Rakhmat)
Persepsi merupakan proses otak menginterpretasikan sensasi yang
kemudian diatur dan diberi makna (Wortman, Loftus & Weaver, 1999)

Tidak ada seorang komunikator yang dapat mengasumsikan bahwa sebuah


pesan akan mempunyai ketepatan makna untuk semua penerima pesan atau
terkadang pesan tersebut mempunyai makna yang sama pada semua
penerima pesan.
Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah
inti persepsi yang identik dengan penyandian balik (decoding). Proses
menerima dan menafsir pesan pada banyak model komunikasi sering
disebut penyadian-balik (decoding). Proses ini melibatkan persepsi atau
meliputi rangsangan perasaan dan proses informasi selanjutnya
Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak
mungkin kita berkomunikasi efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih
suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat
kesamaan persepsi antarindividu, semakin mudah dan semakin sering

22
mereka berkomunikasi dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung
membentuk kelompok budaya dan kelompok identitas

Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indera kita , atensi dan
interpretasi.
Sensasi merujuk pada pesan yang dikirim ke otak lewat penglihatan, pendengaran,
sentuhan, penciuman, dan pengecapan.
Persepsi terdiri dari tiga aktivitas yaitu seleksi , organisasi dan interpretasi.
Seleksi mencakup sensasi dan atensi , organisasi melekat pada interpretasi
( meletakan suatu rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi
suatu keseluruhan yang bermakna)(Goodarce dan Follers)

Persepsi manusia terbagi menjadi dua ( Deddy Mulyana), yakni:


- persepsi terhadap obyek atau lingkungan fisik.
- persepsi terhadap manusia atau sosial.

Persepsi manusia terhadap obyek atau lingkungan fisik mempunyai ciri yaitu :
- hanya didapat melalui lambang-lambang fisik
- hanya menanggapai sifat-sifat luar,
- objek tidak mempersepsi anda ketika anda mempersepsi objek,
- tidak dinamis
- dan tidak bereaksi

Dalam mempersepsi lingkungan, orang dapat melakukan kesalahan karena


keterbatasan indera (penglihatan, penciuman, sentuhan, pengecapan dan
pendengaran)
Latar belakang pengalaman, budaya dan suasana psikologis yang berbeda
membuat persepsi kita berbeda atas suatu objek.

Persepsi manusia terhadap manusia, mempunyai ciri yaitu:


- melalui lambang verbal dan non verbal,
- menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, harapan dan
sebagainya),
- bersifat interaktif, dinamis.
Proses Persepsi
Proses Persepsi berlangsung dalam tiga tahap :

23
- stimulasi alat indra terjadi,
- stimulasi ini ditata,
- dan stimulasi ini ditafsirkan-dievaluasi.
Tahap tahap ini tidaklah saling terpisah benar, dalam kenyataan ketiganya
bersifat kontinyu, bercampur – baur dan bertumpang tindih satu sama lain.

Tahap pertama:
Sensory Stumulation, alat-alat indra distimulasi (dirangsang), mendengar
musik, melihat seseorang, mencium parfum, mencicipi kue, merasakan
telapak tangan yang dingin ketika kita berjabat tangan.
Kita akan menangkap apa yang bermakna bagi kita dan tidak menangkap
yang kelihatannya tidak bermakna.
Tahap kedua;
rangsangan terhadap alat indra diatur menurut berbagai prinsip. Salah satu
prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas (proximity) atau
kemiripan, kita seringkali menyamakan pesan yang mirip atau serupa
sebagai pesan yang sama atau tidak ada perbedaan .
Prinsip yang lain adalah kelengkapan (closure) Kita memandang atau
mempersepsikan suatu gambar atau pesan yang dalam kenyataannyaa tidak
lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap.
Langkah ketiga ;
dalam proses perseptual adalah penafsiran –eveluasi. Penggabungan kedua
istilah ini untuk menegaskan bahwa keduanya tida bisa dipisahkan. Tahap
ketiga ini merupakan proses subyektif yang melibatkan evaluasi di pihak
penerima. Penafsiran – evaluasi tidak semata-mata didasarkan pada
rangsangan luar, melainkan juga oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan,
keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik
dan emosi pada saat itu dan sebagainya yang ada pada kita.
Perbedaan individual ini janganlah sampai membutakan kita akan validitas
beberapa generalisasi tentang persepsi. Meskipun generalisasi ini belum
tentu berlaku untuk seseorang tertentu, tampaknya ia berlaku untuk sebagian
cukup besar orang.

24
Persepsi Selektif merupakan istilah yang diaplikasikan pada kecenderungan
persepsi manusia yang dipengaruhi oleh keinginan-keinginan, kebutuhan-
kebutuhan, sikap-sikap, dan faktor-faktor psikologis lainnya. Persepsi selektif
mempunyai peranan penting di dalam komunikasi seseorang.
Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera
kita, mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indra yang lain.

Faktor eksternal yang mempengaruhi perhatian (atensi)


Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain,
gerakan, intensitas, kontras, kebaruan dan perulangan.
1. Gerakan, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang
bergerak, itu sebabnya kita lebih menyenangi televisi sebagai gamber
bergerak daripada komik sebagai gambar diam.
2. Intensitas, kita akan memperhatikan stimuli yang menonjol dari stimuli
yang lain. Seseorang yang bersuara paling keras, yang tubuhnya
paling gemuk, yang kulitnya paling hitam atau wajahnya yang paling
cantik akan menarik perhatian kita.
3. Kontras, orang atau objek yang penampilannya lain dari yang lain,
juga akan menarik perhatian. Dosen berambut gondrong di antara
dosen-dosen lain berambut pendek, rumah mewah di antara rumah
yang reyot. Contoh kata WORLD, huruf O dapat dibuat kontras
dengan membuat huruf tersebut menjadi gambar globe (bola dunia).
4. Kebaruan (Novelty), merupakan suatu unsur objek yang menimbulkan
perhatian . Beberapa eksperimen juga membuktikan stimuli yang luar
biasa lebih mudah dipelajari atau diingat. Tanpa hal-hal yang baru,
stimuli menjadi monoton, membosankan dan lepas dari perhatian.
5. Perulangan, suatu peristiwa yang berulang jelas lebih potensial untuk
kita perhatikan , seperti iklan di televisi yang diulang-ulang
penayangannya. Emil Dofivat (1968) tokoh aliran publisistik Jerman,
bahkan menyebut perulangan sebagai satu di antara tiga prinsip
penting dalam menaklukkan massa.

25
Diskusi:
Mengapa mahasiswa DKV perlu mempelajari tentang persepsi?
Unsur kontras dan kebaruan dalam membuat karya DKV perlu dilakukan
mengapa?

Referensi:
1. Hamad, Ibnu, Komunikasi Suatu Pengantar, Modul Bahan Ajar,
Universitas Terbuka
2. Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, 2005, Remaja
Rosdakarya, Bandung
3. Mulyana, Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2007,
Remaja Rosdakarya, Bandung
4. Leathers, D.G. 1976. Nonverbal Communication System. Sydney :
Allyn and Bacon, Inc.

26
PERTEMUAN KE-5

PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI

Prinsip merupakan suatu asas yang menjadi dasar dalam beripikir, bertindak
atau pun berperilaku. Prinsip-prinsip komunikasi mempunyai uraiang yang
berbeda-beda yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Menurut
Seiler dalam Abidin (2015: 36-38), terdapat empat prinsip dasar komunikasi,
yaitu:
a. Komunikasi adalah Suatu Proses
Komunikasi disebut proses karena berlangsung secara terus-menerus
tanpa permulaan atau akhir dan selalu berubah-ubah. Komunikasi juga
bukan suatu barang yang dapat diungkap dengan tangan untuk diteliti.
Komunikasi dipandang sebagai proses, karena komunikasi memiliki
pengaruh yang besar. Komunikasi hanya terdiri atas satu perkataan yang
dapat memperlihatkan peprubahan. Perubahan yang terjadi secara
langsung atau tidak langsung, berarti atau tidak berarti, merupakan hasil
proses komunikasi.

b. Komunikasi adalah Sistem


Komunikasi terdiri atas beberapa komponen dan tiap-tiap komponen
mempunyai tugas masing-masing. Tugas dari setiap komponen
berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan komunikasi. Pengirim
pesan harus mengetahui pesan yang ingin disampaikan untuk kemudian
diubah dalam sandi atau kode tertentu. Sandi atau kode yang dibuat harus
tepat karena mempengaruhi komponen penerima dalam
menginterpretasikan isi pesan.
Selain itu, dalam menyampaikan pesan harus pula memperhatikan
saluran atau media yang digunakan sehingga pesan tersebut bisa sampai
kepada penerimanya. Satu hal yang perlu diingat bahwa dalam sebuah
sistem akan ada gangguan pada satu komponen dan akan berpengaruh
pada proses komunikasi secara keseluruhan.

27
c. Komunikasi Bersifat Interaksi dan Transaksi
Interaksi adalah saling bertukar komunikasi. Misalnya, seseorang yang
melakukan percakapan dengan lawan bicara mengenai sesuatu,
kemudian lawan bicaranya memberikan reaksi atau komentar terhadap
sesuatu yang dibicarakan. Hal tersebut berlangsung secara teratur.
Namun dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi yang dilakukan tidak
seteratur prosesnya. Dalam percakapan tatap muka, ada keterlibatan
dalam proses pengiriman pesan simultan (terjadi dalam waktu bersamaan)
secara tidak terpisah. Dalam keadaan demikian, komunikasi tersebut
bersifat transaksi.

d. Komunikasi Dapat Terjadi Disengaja atau Tidak disengaja


Komunikasi disengaja dapat terjadi bila pesan yang disampaikan kepada
komunikai karena memiliki maksud tertentu. Sedangkan komunikasi tidak
sengaja terjadi karena pesan yang tidak disengaja dikirimkan atau tidak
dimaksdukan kepada orang tertentu untuk menerimanya.

ETIKA KOMUNIKASI
Etika merupakan suatu bentuk pembuatan keputusan yang berkaitan
dengan moral, dan dapat menentukan apa hal-hal yang benar atau salah
yang dipengaruhi oleh peraturan dan hukum yang ada dalam masyarakat.
Etika harus menjadi sebuah patokan dalam bersikap. Etika berasal dari
bahasa Yunani, yaitu “ethikos” yang berarti timbul dari kebiasaan.

Etika secara garis besar dibagi ke dalam dua jenis, yaitu


(https://pakarkomunikasi.com/etika-komunikasi):
a. Etika Umum yang membahas mengenai kondisi dasar dan umum tindakan
manusia secara etis. Standar bertindak etis tersebut yang kemudian
dijadikan acuan untuk manusia dalam bertindak dan bertingkah laku.
Contoh etika umum adalah adat istiadat, norma masyarakat, dan norma
agama.
b. Etika Khusus adalah etika yang mencakup prinsip-prinsip pada kehidupan
tertentu. Etika khusus ini erat kaitannya dengan peran, profesi atau bagian

28
tertentu dalam masyarakat. Contonya adalah etika khusus pelajar, etika
khusus jurnalis, dan sebagainya.

Oleh karena timbul dari suatu kebiasaan, maka etika perlu juga
diterapkan dalam keilmuan komunikasi. Hal ini mengingat bahwa cara
berkomunikasi seseorang kepada orang lain dapat berasal dari kebiasaan
itu sendiri. Bila dilihat dari jenisnya, maka etika komunikasi termasuk
dalam etika khusus.

Amir menuturkan dalam Komala (2009: 25) bahwa pengertian etika


komunikasi berkaitan erat terhadap pengertian etika itu sendiri. Secara
etimologis, etika diartikan sebagai: (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral, (2) kumpulan asas/nilai
yang berkenaan dengan akhlak, (3) nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat. Apabila merujuk pada hal-hal di
atas dapat dikatakan bahwa etika komunikasi merupakan cara
berkomunikasi yang sesuai dengan standar nilai akhlak serta nilai-nilai
yang berlaku di tengah masyarakat atau golongan tertentu.

Beberapa etika dalam komunikasi yang biasanya dilakukan dan


ditemui sehari-hari, antara lain (https://pakarkomunikasi.com/etika-
komunikasi):
a. Memulai pembicaraan. Dalam hal ini harus memperhatikan calon lawan
bicara, ramah dan sopan, dan jangan hanya bicara, tetapi mau jadi
pendengar. Misalnya: saat akan berkenalan dengan orang yang baru
dijumpai.
b. Komunikasi tatap muka. Pada bagian ini hal yang harus diperhatikan
adalah menatap lawan bicara, menjaga intonasi dan kecepatan bicara,
dan lontarkan pertanyaan. Misalnya: komunikasi antara dosen
mahasiswa saat perkuliahan di dalam kelas.
c. Komunikasi lewat media. Dalam hal ini sering dilakukan oleh kebanyakan
orang. Oleh sebab itu, hal-hal yang harus diperhatikan adalah perhatikan
gaya tulisan dan baca, atur intonasi (jika menenelepon), dan pikirkan apa
yang ingin ditulis. Contoh: saat mahasiswa menghubungi dosen.

29
Gambar 1. Etika Menghubungi Dosen
Sumber: Instagram Official Unindra, 2019

Selain itu, kode etik dalam komunikasi juga terdapat dalam dunia jurnalistik,
yaitu kode etik jurnalistik. Hal ini perlu dilakukan supaya pers tidak bertindak
sewenang-wenang terlebih dalam menyampaikan berita. Kode etik Jurnalistik
PWI terdiri atas IV Bab dan 17 pasal. Intinya sebagai berikut (Wahjuwibowo,
2015: 26-27):
1. Mempertimbangkan secara bijaksana patut tidaknya dimuat suatu karya
jurnalistik (tulisan, suara, serta suara, dan gambar). Kalau membahayakan
keselamatan dan keamanan negara, kalau merusak persatuan dan
kesatuan bangsa, atau bakal menyinggung perasaan satu kelompok
agama, sepatutnya tidak disiarkan (pasal 2).
2. Tidak memutarbalikan fakta, tidak memfitnah, tidak cabul dan tidak

30
sensasional (pasal 3).
3. Tidak menerima imbalan yang dapat memengaruhi obyektivitas
pemberitaan (pasal 4).
4. Menulis berita dengan berimbang, adil, dan jujur (pasal 5).
5. Menjunjung kehidupan pribadi dengan tidak menyiarkan tulisan yang
merugikan nama baik seseorang, kecuali untuk kepentingan umum (pasal
6).
6. Mengetahui teknik penulisan yang tidak melanggar asas praduga tak
bersalah serta tidak merugikan korban susila (pasal 7 dan 8).
7. Sopan dan terhormat dalam mencari bahan berita (pasal 9).
8. Bertanggungjawab secara moral dengan mencabut sendiri berita salah
walau tanpa permintaan dan memberikan hak jawab kepada sumber atau
obyek berita (pasal 10).
9. Meneliti semua kebenaran bahan berita dan kredibilitas
narasumbernya (pasal 11).
10. Tidak melakukan plagiat (pasal 12).
11. Harus menyebutkan sumber beritanya (pasal 13).
12. Tidak menyiarkan keterangan yang off the record dan menghormati
embargo (pasal 14).

Mempelajari etika komunikasi akan banyak manfaatnya, yaitu:


1. Melancarkan komunikasi dengan orang lain.
2. Memahami apa yang dikomunikasikan orang lain.
3. Diterima dalam sosial masyarakat karena mengikuti etika yang berlaku.
4. Memperkua hubungan yang terjalin dengan orang lain.
5. Pesan yang disampaikan dapat diterima dengan lebih baik.
6. Dihargai orang lain karena kita menghargai mereka.
7. Tidak bertindak sembarangan dan seenaknya dalam berkomunikasi.

Amir dalam Komala (2009: 225-226) menambahkan bahwa untuk


mengukur kualitas etika komunikasi yang baik, dapat dilihat dari sejauh mana
kualitas teknis berkomunikasi ini sesuai dengan nilai-nilai kebaikan yang

31
berlaku. Dalam konteks komunikasi, harus sesuai dengan norma-norma yang
berlaku.

Referensi:
Abidin, Y. Z. (2015). MANAJEMEN KOMUNIKASI Filosofi, Konsep, dan
Aplikasi. Bandung: CV Pustaka Setia.
Komala, L. (2009). ILMU KOMUKASI Prespektif, Proses, dan Konteks.
Bandung: Widya Padjadjaran.
Wahjuwibowo, I. S. (2015). PENGANTAR JURNALISTIK Teknik Penulisan
Berita, Artikel, & Feature. Tangerang: PT. Matana Publishing Utama.
https://pakarkomunikasi.com/etika-komunikasi, diakses tahun 2019.

32
PERTEMUAN KE- 6

KOMUNIKATOR
Dunia komunikasi sebagai proses berhubungan antar individu atau antar
kelompok yang tak lepas dari komponen komunikator. Suatu komunikasi bisa
diisi oleh orang-orang yang berkualitas dalam mengungkapkan pesan.
Komunikator yang berkualitas tersebut tidak akan dikuasai jika tidak
memenuhi kriteria seorang komunikator.

Adapun yang akan dibahas dalam hal ini adalah:


a. Karakteristik Komunikator
b. Syarat-syarat Komunikator

Syarat Komunikator
Menurut Onong Uchjana Effendy komunikator adalah suatu
kelompok ataupun seseorang yang menyampaikan gagasan, perasaan,
ataupun pemikirannya kepada orang lain. Sedangkan arti komunikan adalah
pihak yang menjadi target atau sasaran dari suatu pesan yang dikirimkan
oleh komunikator.
Komunikator adalah pihak yang berinisiatif mengawali sebuah
pembicaraan, sedangkan komunikan sebagai pihak yang merespon
pembicaraan komunikator. Dalam mewujudkan komunikasi yang efektif,
seorang komunikator juga berperan dalam memberikan tanggapan,
menjawab pertanyaan, dan masukan yang disampaikan oleh komunikan,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menguasai materi bagi seorang komunikator adalah sebuah keharusan
yang harus dikuasai sebelum meyampaikan isi pesan kepada komunikan.
Menurut Ruben dan Stewart, agar pesan dapat diterima oleh khalayak terdapat
beberapa syarat untuk menjadi komunikator yang baik, yaitu,

33
1. Proximity (Kedekatan dengan khalayak)
Semakin tinggi tingkat kedekatan antara khalayak dengan komunikator
maka diharapkan khalayak dapat lebih mudah untuk menerima isi pesan.
Misalnya saja pada saat seorang dosen ilmu komunikasi Universitas
Terbuka menyampaikan teori komunikasi kepada para mahasiswanya,
tentunya isi pesan yang disampaikan akan diterima dengan baik oleh para
mahasiswa Universitas Terbuka, hal ini akan terlihat berbeda jika yang
meyampaikan teori tersebut berasal dari dosen bidang yang berbeda.
2. Attractiveness (Mempunyai kesamaan dan daya tarik social dan fisik)
Seorang komunikator harus dapat bersikap fleksibel terhadap khalayak.
Ragam khalayak dengan segala tuntutan dan keingintahuannya harus
dapat ditanggapi positif oleh seorang komunikator. Misal, adakalanya
khalayak bersikap menyudutkan komunikator dalam bertanya, sebagai
seorang komunikator yang handal harus dapat menyikapi dengan
ramah, bersahabat, hangat dan berempati dalam setiap pertanyaan
yang diajukan.
3. Similarity (Kesamaan)
Kesamaan ini umumnya antara lain, gender, pendidikan,umur, agama,
latar belakang sosial, ras, hobi, dan kemampuan bahasa. Salah satu
contoh similarity dapat kita lihat pada seorang pemandu akitifitas arung
jeram. Sebagai seorang pemandu/ komunkator setiap instruksi yang
diberikan kepada anggota arung jeram akan senantiasa diikuti, hal ini
disebabkan latar belakang pemandu yang dianggap berpengalaman.

Komunikator memang hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari segala
kekurangan, namun sebagai bagian dari perencanaan komunikasi,
mempersiapkan komunikator yang handal sangat diperlukan agar isi
pesan dapat lebih mudah diterima oleh khalayak atau komunikan.

Karakteristik Komunikator
Berbicara di depan publik seringkali menjadi rintangan yang paling
ditakuti dalam kehidupan orang-orang. Sebagian orang takut melakukan
public speaking lebih dari takut kepada laba – laba atau bahkan kematian.

34
Padahal peranan psikologi komunikasi dalam hubungan antar manusia
sangat signifikan. Karena itulah kemampuan seorang komunikator yang
efektif sangat bernilai. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas saja
sudah merupakan suatu keterampilan tersendiri, dan itu juga menjadi bekal
dari hubungan yang lancar baik itu dalam hubungan personal atau dalam
pekerjaan
Keefektifan dalam berkomunikasi itu adalah suatu keterampilan yang
dapat dipelajari seperti mengendarai sepeda atau mempelajari kemampuan
mengetik. Jika seseorang bersedia bekerja keras untuk belajar maka ia akan
dapat memperbaiki kualitas berkomunikasinya dengan cepat. Agar dapat
menjadi seorang komunikator yang terbaik, diperlukan beberapa karakteristik
komunikator dalam psikologi komunikasi yang efektif berikut ini :

Mampu mendengar aktif


Komunikasi selalu berjalan dua arah, dan kegiatan pengiriman pesan
hanyalah setengah dari proses berkomunikasi tersebut. Setengahnya lagi
adalah kegiatan untuk menerima pesan atau mendengarkan. Pada
dasarnya kebutuhan manusia adalah untuk mengerti dan dimengerti.
Cara terbaik untuk memahami orang lain adalah dengan mendengarkan
mereka.

Menghilangkan kekakuan verbal


Karakteristik komunikator dalam psikologi komunikasi yang baik adalah
dapat menghilangkan kekakuan secara verbal yang kerap muncul ketika
seseorang sedang berusaha mencari kata-kata yang tepat. Ucapan atau
gumaman sebagai gaya komunikasi dalam psikologi masih kerap muncul
ketika kita sedang memikirkan apa yang akan dikatakan berikutnya. Cara
terbaik untuk menghilangkan kekakuan verbal ini adalah untuk
memperlambat cara bicara dan meluangkan waktu untuk benar-benar
mempersiapkan jawaban sebelum berbicara.

Memperlihatkan gestur yang efektif


Gestur atau sikap non verbal kerap disebut sebagai “bahasa isyarat” akan
membantu mengkomunikasikan pesan dan ide komunikator. Gestur akan
dapat menjadi efektif atau tidak. Gestur yang efektif akan mendukung

35
maksud komunikator dan tampak spontan, berasal dari emosi yang ada
pada saat itu. Kebanyakan sasaran komunikasi akan menghargai
komunikator yang menggunakan gestur yang bervariasi. Gestur yang
tidak efektif adalah yang tidak alami, kaku, malas atau gelisah, canggung
dan tampak diatur. Mereka berkomunikasi dengan gugup, kurang percaya
diri, dan kurang merasa aman. Karakteristik komunikator dalam psikologi
komunikasi yang efektif dapat menghilangkan gestur atau gerakan di
bawah pinggang dan menghindari gerakan menunjuk dengan satu jari
kepada satu orang atau benda, yang akan dianggap menyinggung.

Mempertahankan kontak mata


Kontak mata sangat penting untuk digunakan sebagai bagian dari
karakteristik komunikator dalam psikologi komunikasi, juga dalam prinsip
komunikasi dalam psikologi untuk terapi. Kontak mata langsung memiliki
kekuatan untuk meningkatkan pengalaman yang dibawa oleh informasi pada
situasi tersebut. Kontak mata dapat berefek pada peningkatan memori,
prososial dan efek stimulasi. Jika sasaran membalas kontak mata,
menegakkan tubuh, menjadi lebih komunikatif, atau tampak tertarik maka trik
yang dilakukan sudah tepat. Sebaliknya jika sasaran tampak gugup,
terganggu, malu atau kerap mengalihkan perhatian kepada kegiatan mereka
sebelumnya, itu kemungkinan adalah tanda untuk mundur.

Memperhatikan maksud dan tujuan


Sebagai komunikator, seseorang harus memiliki tujuan khusus dalam
pikirannya mengenai sesuatu yang harus dicapai jika ingin mempengaruhi
dan menggerakkan audiens termasuk memperhatikan faktor situasional
dalam psikologi komunikasi. Jika sudah mendapatkan niat tersebut maka
semua aspek yang perlu dilakukan untuk menyampaikan pesan tersebut
juga akan diketahui. Pada akhirnya tanpa niat yang jelas dibalik pesan
komunikator, khususnya yang sejalan dengan objektif maka pesan akan
menjadi ambigu. Misalnya, akan sulit mencapai manfaat psikologi
komunikasi dalam mencapai tujuan dakwah jika kata-kata yang
disampaikan bermakna ambigu.

36
Berbicara dengan jelas

Komunikasi yang efektif akan memerlukan pendengar aktif untuk


memahaminya. Maka komunikator perlu berbicara dengan jelas sehingga
pesan yang disampaikan akan dipahami. Perhatikan artikulasi atau
pengucapan kata, juga volume suara yang digunakan agar tidak sampai
membuat pesan yang akan disampaikan tidak mencapai maksud dan
tujuannya. Berbicara dengan jelas artinya semua orang bisa memahami apa
yang komunikator bicarakan dan bagaimana cara mengatakannya. Hal itu
akan tergantung pada dinamika vokal, bagaimana komunikator
menggunakan suara untuk mengantarkan kata-kata dengan maksud untuk
mendidik, memberi instruksi, menghibur, memotivasi atau membujuk.

Penuh pertimbangan
Karakteristik komunikator dalam psikologi komunikasi yang efektif
berhubungan dengan latar belakang penerima pesan dan sudut
pandangnya. Jika pesan tersebut menyinggung atau terdengar tidak
hormat, reaksi emosional dari penerimanya mungkin akan mempengaruhi
persepsi dari pesan komunikator. Menggunakan contoh yang relevan
untuk menyampaikan pesan komunikator kepada audiens mungin akan
mempermudah mereka untuk memproses konten yang disampaikan.

Penyampaian pesan yang konkret


Pesan yang konkret adalah pesan yang spesifik, nyata dan jelas. Pesan
didukung oleh fakta dan data yang meningkatkan kredibilitasnya.
Penyampaian pesan konkret akan membantu audiens untuk
mendapatkan sudut pandang mmenyeluruh mengenai gambaran yang
lebih besar. Mengurangi resiko kesalah pahaman, membangun
kepercayaan dan mendorong timbal balik berupa kritik yang konstruktif.

Menyampaikan pesan dengan jelas


Semakin jelas pesan yang disampaikan, semakin mudah untuk para
penerima memahaminya menurut niat awal pembicara. Mungkin hal ini
akan terdengar jelas, bahwa beberapa kesalahan komunikasi berasal dari
kekurangan kejelasan penyampaiannya. Jika komunikator ingin
menyampaikan pesan yang efektif, mulailah dengan tujuan komunikasi
yang jelas dan pikiran yang akurat. Komunikasi yang jelas dibangun pada
istilah yang tepat dan kata-kata yang konkret, untuk mengurangi
ambiguitas dan kebingungan pada proses komunikasi.


Mengenali audiens
Karakteristik komunikator dalam psikologi komunikasi yang efektif adalah
mampu mengenali sasaran komunikasinya atau audiens dengan baik.
Mereka akan tahu siapa yang ada di depannya. Berbicara dengan energi
yang tepat, nada, dan bahasa yang cocok untuk sasaran komunikasi,
memperhatikan tanda – tanda apabila audiens sudah mulai terhubung,
melihat kontak mata, anggukan kepala tanda persetujuan, dan indikator
lain dari audiens yang mendengarkan secara aktif.

Mampu menyederhanakan materi


Beberapa pesan bisa menjadi rumit, membingungkan atau sangat karut,
walaupun demikian, komunikator yang baik dapat membuat pesan –
pesan ini menjadi jelas dan konkret untuk audiensnya. Contohnya
seorang guru yang mencoba mendeskripsikan konsep baru dalam mata
pelajaran aljabar. Jika ia tidak dapat menyederhanakan materi yang rumit
agar dimengerti, maka pelajaran yang diberikannya tidak akan sampai
kepada siswa. Dengan penguraian atau menyusun ulang kata – kata
dalam konten, komunikator yang hebat akan membuat pesan lebih
mudah dicerna oleh lebih banyak orang.

Mengetahui kapan harus bicara


Memahami kapan suatu dialog diperlukan akan selalu membantu dalam
komunikasi yang bagus. Komunikator yang baik tahu kapan saatnya
untuk berbicara dan kapan hal itu akan membantu serta menghasilkan
kebaikan untuk mereka, dan juga tahu kapan saatnya untuk diam. Mereka
juga akan selalu siap sedia untuk memberikan jawaban dan tidak akan
membiarkan sasarannya tergantung penasaran dengan tanda tanya yang
tidak terjawab. Komunikator yang baik akan memimpin diskusi yang
menyeluruh dengan semua pihak yang terlibat merasa puas.

38
Fokus kepada interaksi

Bagian besar dari berkomunikasi dengan baik dan penuh rasa hormat
adalah menghilangkan pengelih perhatian dari interaksi tersebut. Tidak
ada seorangpun yang suka untuk diganggu ketika sedang berada di
tengah percakapan. Dengan menyingkirkan segala gangguan dari
lingkungan sekitar, seorang komunikator yang baik akan fokus kepada
pesan yang akan disampaikan dan kepada audiens atau sasarannya.

Mengajukan pertanyaan
Dalam usaha terbaik untuk mengenali audiensnya, karakteristik
komunikator dalam psikologi komunikasi akan menggunakan pertanyaan
yang berisi informasi spesifik. Mereka akan mengisi kekosongan yang
diakibatkan kebingungan dengan jawaban dan bukan asumsi.
Pengetahuan apapun yang didapat dari bertanya akan membantu untuk
lebih mengenal audiensnya sebagaimana juga untuk membantu
menyampaikan suatu pesan.

Mampu mengenali tanda non verbal


Berkaitan dengan karakteristik komunikator dalam psikologi komunikasi,
komunikator yang baik juga harus dapat mengenali tanda-tanda non verbal.
Ketika berbicara, komunikator harus dapat mengenali tanda-tanda frustrasi,
kegugupan atau kegirangan melalui tanda non verbal seperti postur, ekspresi
wajah dan kontak mata dari audiensnya. Dengan demikian ia akan mampu
merancang pesannya untuk menyamai tingkah laku audiens sebagai salah
satu ciri pendekatan dalam psikologi komunikasi.

Keefektifan Komunikator dalam menyampaikan pesan juga dapat dilihat dari


faktor berikut:
A. Etos Komunikator : Nilai diri seseorang yang merupakan gabungan
kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi adalah proses memahami yang
bersangkutan dengan pola pikir.
Etos tidak timbul begitu saja, namun harus dipupuk dan memerlukan
proses. Faktor-faktor yang mempengaruhi etos komunikator:
1. Kesiapan
2. Kesungguhan
3. Ketulusan
4. Kepercayaan
5. Ketenangan
6. Keramahan
7. Kesederhanaan
B. Sikap Komunikator, adalah suatu kesiapan, suatu kecenderungan
pada diri seseorang untuk melakukan kegiatan menuju atau menjauhi
nilai-nilai sosial.
1. Reseptif: Sikap komunikator yang bersedia menerima gagasan,
ide dari pihak lain.
2. Selektif: Kemampuan komunikator untuk memilih pesan dan
informasi yang masuk sesuai dengan kebutuhan
3. Dijestif : Kemampuan merencanakan gagasan. Mampu melihat
inti permasalahan.
4. Asimilatif: Kemampuan komunikator untuk mengkorelasi
(menghubungkan) gagasa/ ide
5. Transmitif : Kemampuan komunikator untuk mentrasmisikan
ide/gagasan kepada orang lain.

Referensi:
1. Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, 2005, Remaja
Rosdakarya, Bandung
2. Mulyana Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2007, Remaja
Rosdakarya, Bandung
3. Effendy, Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, 2017,
Remaja Rosdakarya, Bandung.

40
PERTEMUAN KE-7

PESAN
Wilbur Schramm menampilkan apa yang disebut dengan “the condition of
success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita
menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita
kehendaki.
Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga
dapat menarik perhatian komunikan.
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga
sama-sama mengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
4. menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
5. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi
yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia
digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Dalam perencanaan dan penyusunan isi pernyataan (pesan) maka manusia


menyampaikan isi pernyataan . Yang berfungsi untuk mewujudkan isi
pernyataan (pesan) yang abstrak menjadi konkrit adalah lambang komunikasi.
Fungsi Lambang adalah mewujudkan isi pernyataan dari bentuknya
yang abstrak menjadi konkrit. Jadi, lambang komunikasi diartikan
sebagai tanda yang mengandung arti yang digunakan dalam proses
komunikasi.
Agar komunikator dan komunikan saling memahami maka ada dua hal yang
perlu diperhatikan, yaitu:
1. Lambang komunikasi yang digunakan komunikator dan komunikan harus
sama-sama dimengerti.

41
2. Isi pernyataan (pesan) yang disampaikan komunikator dapat dipahami
komunikan.

Dalam komunikasi, bahasa disebut lambang verbal (verbal symbol)


sedangkan lambang-lambang lainnya yang bukan bahasa dinamakan
lambang nirverbal ( non verbal symbol).

Lambang Verbal
Dalam proses komunikasi bahasa sebagai lambang verbal paling banyak
dan paling sering digunakan, oleh karena hanya bahasa yang mampu
mengungkapkan pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa, baik yang
konkrit maupun yang abstrak, yang terjadi masa kini, masa lalu dan masa
yang akan datang
Bahasa mempunyai dua jenis pengertian yang perlu dipahami oleh para
komunikator. Yang pertama adalah pengertian denotative, yang kedua
pengertian konotatif. Perkataan denotative adalah yang mengandung makna
sebagaimana tercantum dalam kamus dan diterima secara umum oleh
kebanyakan orang yang sama kebudayaan dan bahasanya. Perkataan yang
denotative tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda pada komunikan
ketika diterpa pesan-pesan komunikasi. Sebaliknya apabila komunikator
menggunakan kata-kata konotatif. Kata-kata konotatif mengandung
pengertian emosional dan evaluatif. Oleh karena itu dapat menimbulkan
interpretasi yang berbeda pada komunikan.
Dalam kaitannya dengan lambang verbal, dapat juga dikaitkan dengan
komunikasi verbal, yaitu usaha yang dilakukan secara sadar untuk
berhubungan dengan orang lain secara lisan maupun tulisan.

Lambang Nirverbal
Lambang nirverbal (nonverbal) adalah lambang yang dipergunakan dalam
komunikasi, yang bukan bahasa, misalnya gambar, artefak (ruang dan
pakaian) kial (gesture), bau-bauan, parabahasa.

42
Gambar adalah lambang lain yang dipergunakan dalam berkomunikasi
nonverbal.
Gambar dapat dipergunakan untuk menyatakan suatu fikiran atau
perasaan. Dalam hal tertentu gambar bisa lebih efektif daripada bahasa.
Ada motto Tionghoa yang menyatakan bahwa gambar bisa memberi
informasi yang sama dengan kalau diuraikan dengan seribu perkataan.
Lambang gambar dalam proses komunikasi mengalami perkembangan
sesuai dengan pertumbuhan masyarakat dan kemajuan teknologi. Jika
dahulu gambar itu ditulis, kemudian dicetak, kini dengan kamera foto bisa
dipotret, bahkan dengan kamera film atau kamera video dapat diatur menjadi
gambar hidup.

FUNGSI PESAN
Dilihat dari kepentingan pengirimannya, sebuah pesan yang dikirim oleh
komunikator memiliki beberapa fungsi ( Sven Windahl) memaparkan fungsi
pesan sebagai berikut:
1. Fungsi Sosial, di komunikasi massa, fungsi ini antara lain dipenuhi oleh
pelaporan atau berita. Isi berita dapat bermacam-macam mulai dari
tregedi tsunami, antri minyak tanah, korban Lumpur lapindo, dan lain-lain.
2. Fungsi ekspresi, dalam media massa fungsi ini dilihat dari ada atau
tidaknya keinginan wartawan atau jurnalis memasukkan nilai-nilai yang
dimilikinya ke dalam berita yang dibuatnya.
3. Fungsi kontrol, isi pesan ditujukan untuk mempengaruhi tingkah laku dan
pemikiran orang sesuai dengan cara yang kita inginkan.
4. Fungsi informasi, dalam fungsi ini motivasi pemberi pesan tidak terlalu
jelas. Tujuan utama dari pembuatan pesan ini hanyalah mengirimkan (to
transfer) pengetahuan yang mungkin merubah atau tidak mengubah
khalayak.

Pendekatan-pendekatan dalam Perencanaan Pesan


Berdasarkan isinya perumusan pesan hendaknya mempertimbangkan hal-
hal berikut:

43
1. Materi pendukung, sebuah pesan yang mengandung materi pendukung
cenderung lebih efektif dalam mempengaruhi perubahan sikap.
Contoh,ilustrasi dan riwayat sebuah kasus memiliki pengaruh yang lebih
besar ketimbang angka-angaka statistik dan ringkasan data.
2. Argumentasi Satu Sisi vs Dua Sisi, pesan yang menyajikan isi
pesan dari kedua belah sisi lebih efektif daripada hanya satu sisi
dalam rangka memperoleh penerimaan di depan khalayak.
3. Kesimpulan Eksplisit vs Implisit, perumusan pesan sebaiknya
sudah mengarahkan (leading), perlu dipertimbangkan daya nalar dan
pendidikan khalayak; pengenalan sebelumnya dan keterlibatan
khalayak; dan tingkat kepercayaan diri khalayak dalam menanggapi
tujuan khusus penyampaian pesan.
4. Isi Visual dan Hidup Pesan yang mengandung unsur visual cenderung
lebih persuasif. Visual di sini bisa berupa gambar, warna, karakter huruf
dan lain yang dapat dilihat. Visualisasi yang hidup (vivid) sering kali
memberi pengaruh yang lebih kuat daripada gambar yang pucat (pallid).
Visual yang hidup mampu membangkitkan emosi dan imajinasi. Para
desainer pesan menghindari visualisasi yang buram, pucat dan
“mati” karena hal itu tidak menarik perhatian.
5. Isi Positif vs Negatif
6. Pendekatan Emosional vs Pendekatan Rasional, efektifitas
pendekatan ini tergantung pada fokus perhatian khalayak .
7. Pendekatan Menakut-nakuti, bahwa pendekatan menakuti yang
berlebihan (strong fear appeal) bisa membuat khalayak menolak
terhadap isi pesan. Jadi jika hendak memakai pendekatan ini, sebaiknya
yang sedang (mild or intermediate fear appeals) saja, artinya
dalam batas yang masih masuk akal.
8. Pendekatan Kelompok Acuan, perencanaan pesan dengan
pendekatan kelompok acuan ini memakai seseorang sebagai rujukan.
Hal ini niscaya akan membangun kedekatan secara emosional antara
khalayak dam rujukkannya sehingga pesan akan lebih efektif.

44
9. Kreativitas Humor, yang perlu diperhatikan pula dalam merumuskan
pesan adalah keunikan dan menghibur. Lazimnya, humor
menghasilkan efek yang positif. Humor membuat khalayak
menyenangi pesan yang mereka terima.
10.Pendekatan Hard Sell vs Soft Sell, bahwa pengemasan pesan bisa
memakai pendekatan yang langsung menjual (hard sell) dan
penjualan tidak langsung (soft sell)

Berdasarkan pengorganisasiannya , Ferguson menyarankan beberapa


langkah dalam penyusunan pesan yang persuasif:
1. Urutan informasi
2. Efek Awal vs Efek akhir
3. Pengaturan Argumentasi Klimaks vs Antiklimaks
4. Pengaturan Penggunaan simbol Verbal maupun Non Verbal
Hal lain yang perlu ditambahkan ke dalam pengorganisasian pesan ini
adalah (1) penggunaan simbol verbal dan non verbal (2) susunan
symbol verbal dan nonverbal. Sebab secara psikologis, pemakaian
urutan symbol akan menentukan makna yang muncul. Bagaimana
pesan disusun, begitulah makna yang lahir (like message, like image).
Dengan demikian keduanya juga bisa mempengaruhi efektivitas
penerimaan pesan.
5. Deskripsi, Naratif dan Eksposisi, banyak cara menyusun pesan. Ada
yang bersifat menggambarkan (deskriptif) menceritakan (naratif) dan
menyingkapkan (eksposisi)
Strategi Penyusunan Pesan
Pesan mesti disusun secara menarik sehingga target sasaran akan
memberi perhatian, dan pesan harus jelas artinya pesan harus dimengerti
oleh target sasaran . Langkah-langkah perumusan pesan antara lain dengan
a. Strategi merek (branding strategy)
b. Strategi Wacana (discourse strategy)
Yang dimaksud strategi wacana adalah usaha mendayagunakan lambang-
lambang bahasa untuk menciptakan makna tertentu. Lebih dari itu

45
pendayagunaan bahasa tersebut ditujukan untuk mewujudkan
kepentingan-kepentingan tertentu (Gee;1999). Jadi, dalam strategi
wacana pemakaian bahasa direncanakan dengan seksama agar
menghasilkan efek yang diinginkan
c. Strategi Visualisasi
Faktor visualisasi menjadi hal yang sangat penting pula dalam
perencanaan pesan. Hal-hal yang dapat diperhatikan dalam
visualisasi pesan antara lain: 1. ukuran fisik tata letak, 2. warna, 3.
citra sederhana namun menonjol, 4. citra yang rumit, pencitraan
yang rumit (kompleks) akan sangat efektif untuk penyampaian
pesan yang bersifat informasional, 5. citra yang aneh dan dibesar-
besarkan, 6. citra yang menyentuh.
d. Faktor kreativitas dalam merencanakan pesan.
Dalam perencanaan pesan dalam rangka merebut perhatian khalayak
agar pesan yang terkirim diterima dan melekat dalam ingatan atau memori
mereka hal ini yang perlu diperhatikan oleh perencana pesan. Sementara
itu, jumlah pesan yang diterima oleh khalayak tak terhitung jumlahnya.
Maka pentingnya kretivitas dalam merancang pesan. Ketrampilan berfikir
kreatif pun tentu saja sangat dibutuhkan di sini. Untuk hal itu caranya
antara lain adalah mencoba ”ke luar” dari segala pesan yang telah ada.

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles,


Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi berhasil, setidaknya
bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

1. Mengenal dunia di sekitar. Melalui bahasa mempelajari apa saja yang


menarik minat, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada
masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini
2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul
dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi
mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat
mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita

46
3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan. Bahasa
memungkinkan untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri
kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.

Keterbatasan Bahasa:

a. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek. Kata-kata


adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang,
benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata
tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas,
tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada
dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.
b. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya
baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dan sebagainya.
c. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual. Kata-kata bersifat ambigu,
karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-
orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang
berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya
beraneka ragam*. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat;
ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada
mahasiswanya yang nyontek
d. Kata-kata mengandung bias budaya. Bahasa terikat konteks budaya.
Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan
budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat
kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai
secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara
sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang
berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka
menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang Minang
adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang
dan Malaysia) berarti kamu.

47
Jenis- Pesan Non-Verbal

Duncan (dalam Rakhmat, 1985) menyebutkan terdapat beberapa


jenis pesan non-verbal, yaitu:

1. Pesan kinesik

Pesan kinesik merupakan pesan yang menggunakan gerakan tubuh


yang berarti. Pesan ini terdiri dari tiga kompunen utama yaitu:

a. Pesan fasial

Pesan ini menggunakan air muka untuk menyampaikan makna


tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat
menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna :
kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan,
kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers
(1976) menyimpulkan penelitian tentang wajah sebagai berikut:

Wajah mengkomunikasikan penilaian tentang ekspresi senang


dan tak senang, yang menunjukkan komunikator memandang
objek penelitiannya baik atau buruk

Wajah mengkomunikasikan minat seseorang kepada orang lain


atau lingkungan

Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam suatu


situasi.

Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu


terhadap pernyataannya sendiri.

Wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurangnya


pengertian.

b. Pesan gestural

Menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata


dan tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna.
Menurut Galloway, pesan ini berfungsi untuk mengungkapkan:

48
1. Mendorong/membatasi
2. Menyesuaikan/mempertentangkan
3. Responsif/tak responsive
4. Perasaan positif/negative
5. Memperhatikan/tidak memperhatikan
6. Melancarkan/tidak reseptif
7. Menyetujui/menolak.

Pesan gestural yang mempertentangkan terjadi bila pesan gestural


memberikan arti lain dari pesan verbal atau pesan lainnya. Pesan
gestural tak responsif menunjukkan gestur yang yang tidak ada
kaitannya dengan pesan yang diresponnya. Pesan gestural negatif
mengungkapkan sikap dingin, merendahkan, atau menolak. Pesan
gestural tak responsive mengabaikan permintaan untuk bertindak.

c. Pesan postural

Berkaitan dengan keseluruhan anggota badan. Mehrabian


menyebutkan tiga makna yang dapat disampaikan postur:
a) Immediacy. Merupakan ungkapan kesukaan
atauketidaksukaan terhadap individu yang lain. Postur yang
condong kea rah lawan bicara menunjukkan kesukaan atau
penilaian positif
b) Power. Mengungkapkan status yang tinggi pada dirikomunikator
c) Responsiveness. Individu mengkomunikasikannya bila ia
bereaksi secara emosional pada lingkungan, baik positif
maupun negatif.

49
2. Pesan proksemik

Pesan ini disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Pada


umumnya, dengan mengatur jarak, kita mengungkapkan keakraban
kita dengan orang lain. Pesan ini juga diungkapkan dengan mengatur
ruangan objek dan rancangan interior. Pesan ini dapat
mengungkapkan status sosial ekonomi, keterbukaan, dan keakraban.

3. Pesan artifaktual

Pesan ini diungkapkan melalui penampilan, body image, pakaian,


kosmetik, dan lain lain. Umumnya pakaian kita pergunakan untuk
menyampaikan identitas, yang berarti menunjukkan kepada orang lain
bagaimana perilaku dan bagaimana orang lain sepatutnya
memperlakukan kita. Selain itu pakaian juga berguna untuk
mengungkapkan perasaan (misal pakaian hitam berarti duka cita) dan
formalitas (misal sandal untuk situasi informal dan batik untuk situasi
formal)

4. Pesan paralinguistic

Merupakan pesan non-verbal yang berhubungan dengan cara


mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat
menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan dengan cara yang
berbeda. Hal-hal yang membedakan antara lain : nada, kualitas suara,
volume, kecepatan, dan ritme. Secara keseluruhan, pesan
paralinguistik merupakan alat yang paling cermat unuk menyampaikan
perasaan kita kepada orang lain.

5. Pesan sentuhan dan bau-bauan

Berbagai pesan atau perasaan dapat disampaikan melalui sentuhan,


tetapi yang paling sering dikomunikasikan antara lain : tanpa perhatian
(detached), kasih sayang (mothering), takut (fearful), marah (angry),

50
dan bercanda (playful). Bau-bauan telah digunakan manusia untuk
berkomunikasi secara sadar maupun tidak sadar. Saat ini orang-orang
telah mencoba menggunakan bau-bauan buatan seperti parfum untuk
menyampaikan pesan.

Menyusun Pesan
Setelah khalayak dan situasinya diketahui dengan jelas, selanjutnya
langkah perumusan strategi komunikasi ialah menyusun pesan, yaitu
menentukan tema dan materi dengan orientasi agar mampu membangkitka
perhatian. Untuk membangkitkan perharian khalayak terhadap pesan yang
disampaikan dapat menggunakan AA Procedure/from Attention to Action
procedure/AIDDA.
Dalam menentukan tema dan materi atau isi pesan yang akan dilontarkan
kepada khalayak sesuai kondisinya, dapat bersifat :
1. one side issue, suatu penyajian masalah yang bersifat sepihak, hanya segi
positif saja atau hanya segi negatif saja
2. both sides issue, suatu permasalahan yang disajikan baik segi negatifnya
maupun segi positifnya.
Untuk menentukan mana yang paling efektif dari kedua cara penyajian
tersebut telah diteliti oleh Carl I. Hoveland, Arthur A. Limsdale, dan Fred D.
Sheffield, yang rekomendasinya bahwa : Both Side Issue akan efektif ketika
menghadapi orang-orang yang berbeda pendapat dengan komunikator.

Referensi:

1. Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, 1994, Remaja


Rosdakarya, Bandung
2. Mulyana Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2007, Remaja
Rosdakarya, Bandung
3. Effendy, Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, 2017,
Remaja Rosdakarya, Bandung.
4. Hamad, Ibnnu, Perencanaan Program Komunikasi, Edisi Kedua,
Universitas Terbuka, Jakarta, 2007

51
PERTEMUAN KE-8

UTS
UJIAN TENGAH SEMESTER
PERTEMUAN KE-9

KOMUNIKAN

Receiver (Penerima Pesan), Penerima adalah orang yang


mendapatkan pesan dari komunikator melalui media. Penerima adalah
elemen yang penting dalam menjalankan sebuah proses komunikasi.
Karena, penerima menjadi sasaran dari komunikasi tersebut. Penerima
dapat juga disebut sebagai publik, khalayak, masyarakat, dan lain lain.

Khalayak (audience) merupakan faktor penentu keberhasilan


komunikasi. Ukuran keberhasilan komunikator adalah apabila pesan-pesan
yang disampaikan melalui saluran/medium diterima oleh khalayak sasaran,
dipahami, dan mendapatkan tanggapan positif, dalam arti sesuai dengan
harapan komunikator. Untuk menciptakan kesamaan kepentingan,
komunikator harus memahami kerangka pengalaman dan kerangka referensi
khalayak, meliputi kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak :
1. Pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan,
2. Kemampuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat media
yang digunakan,
3. Pegetahuan khalayak terhadap perbendaharaan kata-kata
yang digunakan, pengaruh kelompok dan masyarakat serta
nilai-nilai dan norma-norma kelompok dan masyarakat yang
ada
4. Situasi di mana khalayak itu berada
Tujuan mengenal atau mempelajari khalayak dimaksudkan agar
mampu berkomunikasi secara efektif, tepat sasaran, berhasil-guna, karena
bergaya bicara atau bergaya bahasa yang disesuaikan dengan karakter
pendengar/pembaca.

53
Kesediaan khalayak menerima pengaruh, khususnya inovasi, oleh
Schoenfeild diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Innovator ( penemu idea), orang-orang yang kaya akan idea baru yang
akan mudah atau sukar menerima idea baru lain.

2. Early adaptors, orang-orang yang cepat bersedia untuk mencoba apa


yang dianjurkan padanya

3. Early majority, kelompok orang-orang yang mudah menerima idea-idea


baru asal saja sudah diterima oleh orang banyak
4. Majority, kelompok orang banyak yang menerima atau menolak idea
baru, terbatas pada suatu daerah
5. Non-adaptors, oarang-orang yang tidak suka menerima idea baru dan
mengadakan perubahan atas pendapatnya semula.

Jenis-jenis khalayak dapat dikategorisasi menjadi banyak jenis antara lain:


1. Berdasarkan asal pesan:

a) Khalayak yang didefinisikan oleh pengirim pesan


b) Khalayak yang didefinisikan oleh khalayak sendiri

c) Khalayak yang didefinisikan berdasarkan media yang mereka gunakan.

55
2. Jenis-jenis khalayak berdasarkan fungsi khalayak:

a) Khalayak sebagai pasar


b) Khalayak sebagai partner dialog
c) Khalayak sebagai klien
d) Khalayak sebagai komunikator atau pengirim pesan

3. Jenis-jenis khalayak berdasarkan fungsi khalayak:

a) Khalayak sebagai penerima pesan. Kelompok pasif


b) Khalayak sebagai pencipta pesan (sense making). Sangat aktif.
c) Khalayak emansipatoris.
d) Khalayak yang kritis.

4. Dari aktivitasnya dalam menerima pesan:



a) Khalayak sebagai penggarap informasi
b) Khalayak sebagai pemecah masalah (problem solver)
c) Khalayak sebagai penengah (mediator)
d) Khalayak sebagai pencari pembelaan
e) Khalayak sebagai anggota kelompok
f) Khalayak sebagai kelompok itu sendiri
g) Khalayak sebagai selera
h) Khalayak sebagai sebuah medium.
5. Berdasarkan segementasi khalayak:
a. Segmentasi berdasarkan karakteristik demografi (umur, pekerjaan,


b. Jenis kelamin, pekejaan, keluarga, dan lain
lain)

c. Segmentasi berdasarkan kepercayaan


d. Segmentasi berdasarkan sikap
e. Segmentasi berdasarkan perilaku
f. Segmentasi berdasarkan prinsip kemudahan akses
g. Segmentasi berdasarkan sumber-sumber yang dimiliki
khalayak(berkaitan dengan kondisi ekonomi khalayak)
h. Segmentasi berdasarkan prinsip kemudahan akses
i. Segmentasi berdasarkan sumber-sumber yang dimiliki khalayak
j. Segmentasi berdasarkan proses hubungan

k. Segmentasi berdasarkan penggunaan media
l. Segmentasi berdasarkan siu dan komunikasi

56
Segmentasi berdasarkan isu dan komunikasi

Dalam menerima pesan, khalayak dipengaruhi beberapa faktor (Ruben & Stewart) :
a) Kebutuhan atau motivasi mereka terhadap pesan
b) Sikap, kepercayaan dan nilai yang dimiliki khalayak
c) Tujuan khalayak menerima pesan
d) Pengalaman sebelumnya dan bahasa yang dipakai
e) Kegunaan pesan bagi khalayak
f) Gaya komunikasi/cara menyampaikan pesan
g) Pengalaman dan kebiasaan khalayak terhadap objek yang dibicarakan.

Khalayak Komunikasi Massa


Menurut Katz, Gurevitch dan Hass, ada 5 kelompok kebutuhan dalam
mengkonsumsi media:
1. Kebutuhan kognitif
2. kebutuhan afektif
3. kebutuhan integratif
4. kebutuhan untuk memperkuat kontak dengan keluarga
5. kebutuhan untuk melepaskan ketegangan

Erie Country Study menemukan bahwa media massa tidak mengontrol pola
pikir masyakarat. Media massa lebih berfungsi memperteguh keyakinan yang
ada. Ada 3 bentuk pengaruh media: aktivasi, penguatan, dan konversi.

Suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang


tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Maka dalam merumuskan
strategi komunikasi selain diperlukan perumusan yang jelas, juga harus
memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak (komunikan). Untuk itulah
langkah pertama yang diperlukan adalah mengenal khalayak atau sasaran serta
memilih khalayak sesuai situasi dan kondisinya agar dapat melakukan persuasi
terhadap khalayak. Khalayak tidak pasif tetapi aktif, sehingga antara
komunikator dengan komunikan bukan saja terjadi hubungan

57
tetapi juga saling mempengaruhi. Khalayak dapat dipengaruhi oleh
komunikator tetapi komunikator juga dapat dipengaruhi oleh komunikan atau
khalayak. Hal ini dapat terjadi jika komunikator dan khalayak mempunyai
kepentingan yang sama. Maka komunikator harus menciptakan
persamaan kepentingan dengan khalayak dalam pesan, metoda, dan
media.

1. Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, 2005, Remaja


Rosdakarya, Bandung
2. Mulyana Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2007, Remaja
Rosdakarya, Bandung
3. Effendy, Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, 2017,
Remaja Rosdakarya, Bandung.

58
PERTEMUAN KE-10

MEDIA KOMUNIKASI

Media komunikasi adalah alat, perantara, saluran, atau sarana yang


digunakan untuk menyampaikan pesan kepada khalayak. Secara bahasa,
media adalah alat (sarana) komunikasi. Media menjadi bagian yang tidak
terpisahkan, dan berfungsi sebagai jembatan bagi keberhasilan komunikasi.
Sebelum masuk pada tahap jenis-jenis media komunikasi, ada
beberapa fase perkembangan media. Media berasal dari kata latin, yang
merupakan betuk jamak dari kata “medium” , yang memiliki arti “perantara”
atau “pengantar” , yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan.
Kesimpulannya bahwa media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.
Media berkembang seiring dengan sejarah evolusi manusia, sejarah
perkembangan media dimulai pada:

Era Manusia Purba dan masa bercocok tanam (tahun 3500 SM). Di mana
pada era ini manusia sudah mulai berkomunikasi dengan membuat ukiran
gambar di dinding goa atau batu dalam bentuk hieroglif dan banyak
dilakukan oleh bangsa Mesir. Everet M. Rogers (1986) mengatakan, tujuan
mereka membuat symbol atau menulis di goa merupakan sebuah
pernyataan, bahwa memang hanya itu yang bisa mereka lakukan pada saat
itu. Peninggalan sejarah mereka pada goa-goa bisa dilihat pada goa-goa
yang ada di Yogyakarta, Solo, dan lain-lain. Bangsa Mesir Kuno pun
memanfaatkan papyrus sebagai media untuk menulis, papyrus sejenis
tanaman air yang dikenal sebagai bahan membuat kertas.
Masuk Era Industri 1500-1970M, ditandai dengan ditemukannya mesin cetak
pertama pada tahun 1455 oleh Johannes Guttenberg (Jerman). Tahun 1712
mulai berkembang industri-industri dengan ditemukannya telepon, dan radio.

59
Pada 3 September 1883 mulai menjamur surat kabar di Amerika Serikat,
ditandai dengan terbitnya surat kabar untuk pertama kalinya yaitu New York
Sun. Surat kabar tersebut dikenal dengan sebutan Penny Press.
Era Informasi terjadi pada 1970-2000 M, pada era ini terjadi kemajuan
komunikasi, era ini disebut Knowledge Age. Pada masa ini sudah
menggunakan satelit komunikasi, kabel optic dalam jaringan, sehingga
masyarakat sudah bisa berinteraksi secara online.
Sebelum muncul alat komunikasi yang canggih, seperti telepon yang bisa
menjembatani manusia untuk berkomunikasi, alat-alat komunikasi lainnya
yang digunakan seperti:
1. Lonceng atau kentungan
Digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada orang
banyak, masyarakat zaman dulu menggunakan lonceng atau
kentungan. Mereka membunyikan lonceng atau kentungan sebagai
penanda pesan. Seperti, jika ada maling, kebakaran,atau untuk
himbauan berkumpul, dengan nada yang berbeda-beda dalam
menyampaikan suatu pesan.
Namun alat komunikasi tersebut dibeberapa tempat masih digunakan,
seperti di gereja atau sekolah-sekolah, bahkan ada yang
menggunakan untuk membangunkan sahur.
2. Merpati Pos
Merpati pada saat itu digunakan sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan pesan-pesan dengan orang yang keberadaanya cukup
jauh. Alat komunikasi ini sangat berfungsi ketika masa perang, karena
digunakan sebagai penyampai pesan militer yang sifatnya rahasia.

Jenis-jenis media komunikasi:


Media konvensional atau non massa: surat, telepon, kartu pos, telegram.
Media massa: surat kabar, tabloid, majalah, radio, televisi.
Media Luar Ruang: Papan reklame atau billboard, Poster, Neon box, Spanduk,
Transit Ad (Iklan Transit), dan lain-lain
Media Baru: Internet

60
Untuk dapat memanfaatkan media massa secara maksimal,
komunikator harus mengetahui karakteristik media massa, karakteristik dari
berbagai media massa sebagai berikut:

Karakteristik Surat Kabar


1. Publisitas
Pesan dapat diterima oleh sebanyak-baanyaknya khalayakyang
tersebar di berbagai tempat, karena pesan tersebut penting untuk
diketahui umum.
2. Periodesitas
Periodesitas menunjuk pada keteraturan terbitnya, bisa harian,
mingguan, atau dwi mingguan.
3. Universalitas
Universalitas menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beraneka
ragam dan dari seluruh dunia. Isi surat kabar meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia, seperti masalah sosial, ekonomi, budaya, agama,
Pendidikan, keamanan dan lain-lain.
4. Aktualitas
Menurut kata asalnya, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”
(Effendy, 1981: 99), kedua istilah tersebut erat kaitannya dengan
berita, karena definisi berita adalah laporan tercepat mengenai fakta-
fakta atau opini yang penting atau menarik minat.
Laporan tercepat menunjuk pada “kekinian” atau terbaru dan masih
hangat.
5. Terdokumentasikan
Dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau
artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak
tertentu dianggap penting untuk diarsipkan atau dibuat kliping.

61
Karakteristik Majalah
Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap dapat dibedakan
dengan surat kabar, karena majalah memiliki karakteristik tersendiri, yaitu:
1. Penyajian lebih dalam
Frekuensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan, selebihnya
dwi mingguan, bahkan bulanan (1x sebulan). Majalah berita biasanya
terbit mingguan, sehingga para reporternya punya waktu yang cukup
lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa.
2. Nilai aktualitas lebih lama
Bila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari, maka nilai
aktualitas majalah bisa satu minggu.
3. Gambar/foto lebih banyak
Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian
beritanya yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan
gambar/foto yang lengkap, dengan ukuran besar dan kadang-kadang
berwarna, serta kualitas kertas yang digunakannya pun lebih baik.
4. Sampul sebagai daya tarik
Di samping foto cover atau sampul majalah juga merupakan daya tarik
tersendiri. Cover adalah ibarat pakaian dan aksesorisnya pada
manusia, biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan warna
yang menarik.

Karakteristik Radio:
Pesan yang disusun untuk surat kabar akan sulit dimengerti oleh komunikan
bila pesan itu disampaikan melalui radio siaran, radio siaran terdapat cara
tersendiri, yakni apa yang disebut broadcast style atau gaya radio siaran,
yang mencakup:
1. Auditori
Sifat auditori itu sebagai konsekuensi dari radio siaran untuk didengar.
Karena kemampuan mendengar manusia itu terbatas, maka pesan
komunikasi melalui radio siaran diterima dengan selintas.

62
2. Radio is the now
Dibandingkan dengan media massa yang lain, radio siaran yang
paling aktual, selain hitungan waktunya dalam detik, proses
penyampaiannya lebih simple, seringkali melakukan liputan langsung
dari tempat peliputan.
3. Imajinatif
Pendengar radio siaran bersifat imajinatif, karena hanya indra
pendengaran yang digunakan oleh khalayak dan pesannya pun
selintas, maka radio siaran dapat mengajak komunikannya untuk
berimajinasi.
4. Akrab
Sifat radio yang akrab atau intim, karena seolah-olah seorang penyiar
radio berada di kamar pendengar, menemani pendengar yang sedang
belajar atau mengerjakan pekerjaan kantor, dan mengingatkan
pendengar bahwa waktu sudah larut malam, jangan lupa mematikan
kompor dan lain-lain.
5. Gaya Percakapan
Penyampaian pesan harus bergaya percakapan (conversational style).
Karena itu, menulis naskah radio siaran haruslah sebagaimana kita
berbicara kepada khalayak sasaran (write the way you talk).
6. Menjaga Mobilitas
Mobilitas pendengar terjaga, karena pendengar tidak meninggalkan
pekerjaan ketika mendengarkan radio.

Karakteristik Televisi
Televisi memiliki karakteristik dengan menggunakan alat indera yang
berbeda dengan media massa lainnya.
1. Audiovisual
Apa bila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik,
dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang
bergerak, namun tidak berarti gambar lebih penting daripada kata-
kata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.

63
2. Berpikir dalam Gambar
Dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar:
Pertama; visualisasi, yakni menerjemahkan kata-kata yang
mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam
proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan
objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya
sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna.
Kedua; penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar
individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung
makna tertentu.
3. Pengoperasian Lebih Kompleks
Dalam pengoperasiannya televisi lebih kompleks karena melibatkan
banyak orang. Untuk menayangkan acara siaran berita yang
dibawakan oleh dua orang pembaca berita saja, melibatkan 10 orang.

Karakteristik Media Luar Ruang:


1. Identik dengan papan reklame
2. Termasuk dalam industri iklan
3. Dipajang di jalan-jalan atau tempat terbuka yang sekiranya cukup
strategis untuk dilihat sebanyak mungkin orang lewat.

1. Billboard (papan reklame): poster dalam ukuran besar yang


didesain untuk dilihat orang-orang yang melakukan perjalanan
dengan kendaraan.
2. Poster: sebagai kombinasi visual dari rancangan yang kuat,
dengan warna dan pesan untuk menangkap perhatian orang yang
lewat, tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti di
dalam ingatannya.
3. Neon Box: media iklan yang memanfaatkan sebuah box dengan
ukuran tertentu dan bantuan lampu sebagai penerangnya.

64
4. Spanduk: media iklan yang dibentangkan menggunakan tali atau
penyangga yang berisi slogan, propaganda atau informasi dan
berita yang perlu diketahui oleh masyarakat.
5. Umbul-umbul: bendera beraneka warna yang dipasang
memanjang ke atas dan meruncing pada ujungnya, biasanya
dipasang untuk memeriahkan suasana serta menarik perhatian.
6. Transit Ad: merupakan iklan yang digunakan untuk mendukung
kampanye di media massa lain, seperti iklan-iklan pada kereta api
(commuter line), taksi, stasiun kereta api, bandara dan lain
sebagainya.
7. Ambient Media: kecendrungan oportunistik, dalam arti bentuknya
memanfaatkan lingkungan yang ada da seringkali atribut yang ada
dalam lingkungan tersebut menjadi bagian dari pesan itu sendiri.

Karakteristik Media Sosial:


1. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun
bisa kebanyak orang.
2. Pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melalui gatekeeper.
3. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat dibanding media
lainnya.
4. Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.

Internet
Kehadiran internet dengan cepat akan menyebarluaskan nilai-nilai baru untuk
demokrasi ke seluruh dunia, terutam dalam membangun pemerintahan yang
transparan. Internet biasa disebut dengan media komunikasi maya, media
superhighway. Internet dikatakan komunikasi massa karena bisa
menjangkau khalayak secara global. Internet juga dikatakan interpersonal
karena pesan yang dibuat diarahkan dan dikonsumsi secara pribadi.
Mayoritas pengguna internet di Indonesia bagian barat, seperti pulau
Sumatera, Jawa, dan yang paling banyak terdapat di wilayah pulau Jawa.

65
Pengguna internet yang paling banyak, mayoritas sektor perdagangan dan
jasa. Dengan demikian anak DKV bisa termasuk dalam pekerjaan jasa yang
membutuhkan internet dalam aktivitasnya.
Hubungan Media, Khalayak, dan Pesan
Dalam proses memberikan pesan terhadap khalayak, media memiliki peran
yang sangat penting, karena sebuah media adalah perantara dalam
penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan, penggunaan
media bertujuan agar informasi yang disampaikan agar lebih efisien.

Referensi:
Santosa, Sigit, 2009, Creative Advertising Petunjuk Praktis Mempersiapkan
Iklan Cetak dan Elektronik dengan Efisien, Kompas Gramedia, Jakarta

66
PERTEMUAN KE-11

EFEK KOMUNIKASI

Efek adalah hasil akhir dari suatu proses komunikasi, bentuknya


adalah sikap, perilaku yang kita harapkan. Jika sikap dan tingkah laku sesuai
dengan harapan kita, komunikasi dianggap berhasil. Efek dapat dilihat dari
personal opinion, public opinion, dan majority opinion.
Piatilla (Windhal, 1992:191) memberikan definisi efek komunikasi
sebagai konsekuensi dari proses komunikasi, yang sedikitnya melibatkan
elemen-elemen komunikator, pesan, media dan khalayak. Sedangkan
Anderson dan Meyer mendefenisikan efek sebagai suatu keadaan yang tidak
akan muncul tanpa kehadiran keadaan lainnya. Suatu efek, karenanya
memerlukan seorang pelaku (agent) dan seorang penanggap (reactant)
salam sebuah hubungan. Efek komunikasi dengan demikian merupakan hasil
dari aksi dan reaksi antara komunikator dan khalayak dalam sebuah proses
komunikasi
Menurut Formula Lasswell efek (with what effect) adalah konsekuensi
dari proses komunikasi di mana seorang komunikator (who) mengatakan
sesuatu (says what) dalam suatu saluran (in which channel) kepada
orang/khalayak (to whom).
Efek komunikasi hanya terjadi jika melibatkan keempat komponen
tersebut , sekalipun dalam praktiknya tidak selinier apa yang digambarkan
dalam formula Lasswell ini karena masih banyaknya faktor yang berpengaruh
terhadap hasil dari komunikasi
Efek yang dihasilkan dari proses komunikasi adalah :
(1) secara umum efek dari komunikasi termasuk menggunakan media massa
meliputi tiga aspek : kognitif, afektif dan konatif . Efek kognitif terjadi pada
tingkat pengetahuan, ini adalah efek komunikasi yang paling dasar; dan hampir
dapat dipastikan bahawa komunikasi selalu menghasilkan efek kognisi sesuai
dengan tingkat intelektualitas para penerimanya. Efek afektif terjadi pada
tingkat perasaan, efek ini antara lain tergantung dari isi dan

67
susunan pesan yang mereka terima. Sedangkan efek konatif atau
psikomotorik terjadi pada tingkat tingkah laku. Banyak faktor yang ikut
mendukung atau menghambat terjadinya efek psikomotorik ini, baik faktor
fisik (material) maupun non fisik ( immaterial)
(2) secara khusus setiap kampanye komunikasi memiliki bentuk dan
tingkatan efek. Dalam komunikasi pemasaran sosial, dalam hal ini berupa
penyebarserapan ide-ide baru (diffusion of innovations) dikenal proses dan
tahapan terjadinya efek ( Rogers). Jika khalayak menerima ide-ide baru
(inovasi) maka muncul rangkaian efek:: a. Tahap pengetahuan (knowledge),
b. Tahap persuasi ( persuasion) , c. Tahap pengambilan keputusan
(decision), d. Tahap penerapan (implementation), e. Tahap pemastian
(confirmation)
Untuk menambah khasanah pengetahuan mengenai efek, Windahl,
Signitzer dan Olson, mengulas empat jenis efek: resiprokal, bumerang,
limpahan informasi, dan efek orang ketiga. Efek resiprokal atau efek
pengulangan adalah efek berubahnya suatu fenomena yang sudah dikenal
masyarakat karena fenomena tersebut dikomunikasikan melalui media
massa. Jadi hal yang sudah diketahui masyarakat mendapat penguatan
dari media massa.
Ada 3 bentuk efek bumerang (1) efek yang hasilnya berlawanan
dengan tujuan komunikasi (2) efek negatif yaitu ketika informasi yang
disampaikan media massa malah memberikan dampak negatif kepada
targetnya dan (3) efek bumerang yang disebabkan terdistrosinya informasi
ketika disampaikan berulang kali berbeda.
Efek limpahan informasi muncul ketika orang yang sebenarnya tidak
menjadi target komunikasi, turut mendapat informasi dan turut terpengaruh.
Untuk efek ini, seorang perencana komunikasi harus menginterpretasikannya
dengan hati-hati karena efek ini bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, hal ini
berarti perencana komunikasi berhasil menyampaikan informasi termasuk
kepada orang-orang yang bukan targetnya. Tetapi juga bisa berarti
perencana komunikasi gagal menyampaikan pesan karena pemilihan
khalayak yang tidak akurat.

68
Efek orang ketiga bisa disebabkan karena tindakan orang-orang yang
sudah mengantisipasi atau memikirkan sesuatu sebelum menerimanya
informasi sehingga efek yang muncul bukanlah efek sesungguhnya yang
diharapkan pengirim pesan. Efek orang ketiga ini memiliki hipotesis yang
menyarankan kepada perencana komunikasi agar tidak dibutakan oleh
posisinya dan tetap berusaha mempengaruhi efek dengan meningkatkan
mutu pesan.
Efek Pesan
a) Efek kognitif
b) Efek Afektif, beberapa di antaranya:
1. Suasana emosional, kita bisa tertawa, menangis atau sebal saat
mendapat terpaan pesan media
2. Skema kognitif, dalam pikiran kita juga membuat jalan cerita sendiri
3. Suasana terpaan, kita bisa terpengaruh bagaimana kehidupan mahluk
planet, bentuk alien, dan lain-lain.
4. Predisposisi individual: tergantung karakter pribadi kita: melankoli,
kolerik, dan lain lain
5. Faktor identifikasi: sejauhmana merasa terlibat
c). Efek Behavioral.

Sumber Buku:
Uchjana Efendi, Onong Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi,Citra Aditya Bakti, Bandung,
2000
Hamad, Ibnu, Perencanaan Program Komunikasi Edisi Kedua, Universitas
Terbuka,Jakarta, 2007

69
PERTEMUAN KE-13

HAMBATAN KOMUNIKASI

Dalam berkomunikasi adalah gangguan. Gangguan yaitu segala sesuatu


yang menggangu kelancaran komunikasi serta akan menghambat
kelancaran pengiriman dan penerimaan pesan.
Sifat Hambatan Memiliki Dua sifat, yaitu:
1. Hambatan Objektif

Hambatan terhadap proses komunikasi yang tidak disengaja dibuat oleh


pihak lain tetapi lebih disebabkan oleh keadaan yang tidak
menguntungkan. Seperti: Cuaca, berada di tempat keramaian, waktu yang
tidak tepat, penggunaan media yang tidak tepat, atau tidak adanya
chemistry antara komunikator dan komunikan.
2. Hambatan Subjekif

Hambatan yang disengaja dibuat orang lain sebagai upaya penentangan.


Seperti: pertentangan kepentingan, prasangka, tamak, iri hati, apatisme,
dan mencemoohkan komunikasi.

Hambatan Komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut :


1. Gangguan (Noises)

Gangguan terdiri dari:


a. Gangguan mekanik (mechanical/channel noise),yaitu gangguan
disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik.
b. Gangguan semantik (semantic noise), yaitu bersangkutan dengan
pesan komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Lebih banyak
kekacauan penggunaan bahasa, pengertian suatu istilah atau konsep
terdapat perbedaan antara komunikator dengan komunikan.
c. Gangguan personal (personnel noise), yaitu bersangkutan dengan
kondisi fisik komunikan atau komunikator yang sedang kelelalahan,

70
rasa lapar, atau sedang ngantuk. Juga kondisi psikologis, misalnya
tidak ada minat, bosan, dan sebagainya.
2. Kepentingan (Interest)
Interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati suatu pesan. Orang akan memperhatikan perangsang
yang ada kaitannya dengan kepentingannya yang juga menentukan
daya tanggap, perasaan, pikiran, dan tingkah laku yang akan
merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak
bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.
3. Motivasi
Motif atau daya dorong dalam diri seseorang untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan
dan kekurangannya.
Pada umumnya motif seseorang berbeda-beda jenis maupun
intensitas dengan yang lainnya, termasuk intensitas tanggapan
seseorang terhadap suatu komunikasi. Semakin komunikasi sesuai
motivasinya semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat
diterima dengan baik oleh pihak komunikan.
4. Prasangka (Prejudice)
Sikap seseorang terhadap sesuatu secara umum selalu terdapat dua
alternatif like and dislike, atau pun simpati dan tidak simpati.

Dalam sikap negatif (dislike juga tidak simpati) termasuk prasangka


yang akan melahirkan curiga dan menentang komunikasi. Dalam
prasangka emosi memaksa seseorang untuk menarik kesimpulan atas
dasar stereotip (tanpa menggunakan pikiran rasional). Emosi sering
membutakan pikiran dan pandangan terhadap fakta yang nyata, tidak
akan berpikir secara objektif dan segala yang dilihat selalu akan dinilai
negatif.

71
5. Evasi Komunikasi
Evasion of communication adalah gejala mencemoohkan dan
mengelakkan suatu komunikasi untuk kemudian mendiskreditkan atau
menyesatkan pesan komunikasi. :
Menyesatkan pengertian (understanding derailed), contoh : Apabila
seorang mahasiswa menyerukan pada teman-temannya untuk
meningkatkan prestasi belajar dengan jalan rajin masuk kuliah, rajin
membaca, dan menghormati dosen maka oleh mahasiswa lain
mungkin akan diangggap sebagai usaha mencari muka.

Pesan bisa saja tidak tersampaikan dikarenakan adanya hambatan pada


Internal dan Eksternal

Hambatan Internal

Berasal dari dalam diri individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis.
Seperti: Seseorang yang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan
mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang
tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.

Hambatan Eksternal

Berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan
sosial budaya. Seperti: Suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat
menyebabkan komunikasi tidak berjalan lancar. Perbedaan latar belakang
sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.

Referensi:

Hamad, Ibnu, Perencanaan Program Komunikasi Edisi Kedua, Universitas


Terbuka,Jakarta, 2007

72
PERTEMUAN KE-14

KOMUNIKASI MASSA

Komunikasi massa (mass communication). Komunikasi massa dapat


didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah
audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa cetak
atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak
dan sesaat. Mulyana (2005:74) juga menambahkan konteks komunikasi
publik. Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang
pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali
satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau
kuliah (umum).
Beberapa definisi komunikasi massa:
Komunikasi massa adalah proses di mana informasi diciptakan dan
disebarkan oleh organisasi untuk dikonsumsi oleh khalayak (Ruben,
1992)

Komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui


media massa pada sejumlah orang (Bittner, 1980).

Komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator-


komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan
secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna
yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan
berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. (DeFleur dan Denis, 1985)

Unsur-unsur Komunikasi Massa:


1. Sumber
2. Khalayak
3. Pesan
4. Proses

73
5. Konteks
6. Media
Karakteristik Komunikasi Massa:
1. Ditujukan pada khalayak yang luas, heterogen, anonim, tersebar
dan tidak mengenal batas geografis-kultural.
2. Bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi. Kegiatan penciptaan
pesan melilbatkan orang banyak dan terorganisasi.
3. Pola penyampaian bersifat cepat dan tidak terkendala oleh waktu
dalam menjangkau khalayak yang luas.
4. Penyampaian pesan cenderung satu arah.
5. Kegiatan komunikasi terencana, terjadwal dan terorganisasi.
6. Penyampaian pesan bersifat berkala, tidak bersifat temporer.
7. Isi pesan mencakup berbagai aspek kehidupan manusia (ekonomi,
sosial, budaya, politik dan lain lain)

Fungsi komunikasi massa:


1. Menginformasikan (to inform)
2. Sebagai media untuk menginformasikan tentang hal-hal apa saja yang
penting maupun tidak penting kepada audience nya. Contohnya
seperti berita, baik di media televisi, radio maupun majalah.
3. Memberi hiburan (to entertain)
4. Sebagai media hiburan kepada para audience. contohnya acara quis
pada televisi, musik pada radio, cerita pendek pada majalah, dan
cerita fiktif pada film.
5. Membujuk (to persuade)
6. membujuk dalam media massa bisa dicontohkan seperti pada saat
pilkada, bagi calon kepala daerah media massa adalah instrumen
yang bakal dimaksimalkan untuk membangun komunikasi politik,
untuk menyosialisasikan pencalonan agar dipilih oleh audience yang
melihatnya.
7. Transmisi budaya (transmission of the culture)

74
8. Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa
yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi
budaya tidak dapat dielakkan selalu hadir dalam bentuk komunikasi
yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Komunikan
secara sadar dan tidak sadar mempelajari budaya tertentu melalui
media massa.

Faktor Mendasar Media Massa


1. Media massa merupakan industri yang berubah dan berkembang
yang menciptakan lapangan kerja, Media massa memiliki peraturan
dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan
masyarakat dan institusi sosial lainnya. Di lain pihak, institusi media di
atur oleh masyarakat.
2. Media massa merupakan sumber kekuatan- alat kontrol, manajemen,
inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai
penganti kekuatan atau sumber daya lainnya.
3. Media merupakan forum atau agen yang semakin berperan untuk
menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang
bertaraf nasional maupun internasional.
4. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan
kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk
seni dan simbol tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata
cara, mode, gaya hidup dan norma-norma.
5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk
memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi
masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan nilai-
nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.

Literasi Media
Dunia sehari-hari kita adalah kenyataan yang termediasi. Media
menjadi bagian dari hidup sehari-hari yang seolah-olah menjadi kenyataan
itu sendiri. Ada beberapa hal yang membedakan media dengan kenyataan.

75
Media adalah hasil dari konstruksi dan representasi kenyataan. Media
memiliki implikasi komersial, ideologis dan politik. Bentuk dan isi media
terkait dengan medium yang digunakan, artinya tiap jenis media memiliki
kode dan kebiasaan yang berbeda. Rendahnya literasi media dalam
masyarakat digital menjadi salah satu pendorong maraknya dampak negatif
penggunaan internet seperti informasi hoaks, pelanggaran privasi,
cyberbullying, konten kekerasan dan pornografi, dan adiksi media digital.
Ada banyak definisi mengenai literasi media. Secara ringkas dan
komprehensif, Sonia Livingstone (2003) menjelaskan bahwa literasi media
adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan
mengkomunikasikan pesan dalam berbagai bentuk medium.
The National Leadership Conference on Media Literacy yang merumuskan
literasi media sebagai “kemampuan untuk mengakses, menganalisis,
mengevaluasi, dan memroduksi media untuk tujuan tertentu” (Aufderheide,
1993, h. v)
Potter (2005, h. 22) bahwa literasi media adalah “satu set perspektif yang
secara aktif kita pakai untuk menafsirkan pesan-pesan dari media yang kita
temui”.
Baran dan Dennis (2010) yang mengatakan bahwa literasi media sebagai
suatu rangkaian kegiatan melek media yaitu gerakan melek media dirancang
untuk meningkatkan kontrol individu terhadap media yang mereka gunakan
untuk mengirim dan menerima pesan. Kemudian dalam hal ini melek media
dipandang sebagai sebuah keterampilan yang bisa berkembang di dalam
sebuah rangkaian dimana kita tidak selalu melek terhadap media dalam
semua situasi, setiap waktu serta terhadap semua media.
Rosenbaum, Beentjes, dan Konig (2007) serta Martens (2010) menyimpulkan
adanya kesepakatan bahwa literasi media setidaknya memiliki dua komponen
dasar: pengetahuan dan keterampilan. Rosenbaum dkk (2007) menyebutkan
bahwa pengetahuan dan keterampilan tersebut menyangkut hubungan antar
khalayak, produsen, dan media; sedang Martens (2010) mengkategorikan
pengetahuan dan keterampilan literasi media dalam empat aspek: industri
media, pesan media, khalayak media, dan efek media.

76
Mempromosikan literasi media dapat dilihat sebagai usaha untuk
melindungi sekaligus memberdayakan khalayak. Oleh karena itu, program
literasi media seringkali bertujuan untuk meningkatkan (a) demokrasi,
partisipasi, dan kewarganegaraan aktif; (b) pengetahuan akan ekonomi, daya
saing, dan keragaman pilihan; serta (c) belajar sepanjang hayat, ekspresi
budaya dan pemenuhan pribadi (Livingstone, 2007).

Referensi:

McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa. Penerbit Salemba Humanika.


Straubhaar,J.,LaRose,R., & Davenport, L. (2013). Media now: Understanding
media, culture, and technology. Cengage Learning.

77
PERTEMUAN KE-15

RAGAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI


A. Perspektif Transmisionis
B. Perspektif Display
C. Perspektif Mencipta Makna
D. Perspektif Ritual
E. Perspektif Konstruksi Realitas.

Penjelasan:
A. Perspektif Transmisionis
a. Merupakan pandangan yang paling dominan dalam komunikasi.
b. Pandangan ini menekankan pada pengiriman pesan dari sumber ke
penerima melalui suatu saluran tertentu dengan suatu efek ( McQuail).
c. Komunikasi dianggap sebagai proses penyampaian pesan yang relatif
lancar tanpa hambatan. Proses komunikasi dipandang berjalan linier,
satu arah.
d. Acuan yang sering dipakai H.Lasswell.
e. Melihat komunikasi secara mekanistik, ibarat usaha menyalurkan arus
listrik dari sumbernya ke bola-bola lampu dan atau alat-alat elektronik
lainnya melalui kabel. Begitu alat-alat itu memperoleh arus listrik
langsung menyala. Padahal komunikasi manusia tidaklah bersifat
mekanistik. Baik sumber maupun penerima memiliki dimensi-dimensi
kemanusiaannya dari segi sosial dan budaya maupun aspek
biologisnya.

B. Perspektif Display
a. Komunikasi dianggap sebagai upaya menarik perhatian khalayak
dengan cara memajang ( men-display) sejumlah pesan (seperti
manaruh barang-barang di etalase toko).

78
b. Karena itu komunikasi diarahkan kepada upaya menampilkan
sebanyak-banyaknya pesan atau informasi. Dengan menampilkan
berbagai informasi diharapkan khalayak akan tertarik untuk
memperhatikan usaha komunikasi kita.
c. Perspektif ini dikenal pula dengan model publisitas, sebuah model
komunikasi yang menekankan pentingnya usaha-usaha memberi
informasi kepada publik (publisitas) agar mereka menjadi tahu dan
sadar akan pesan yang kita miliki.
C. Perspektif Mencipta Makna
a. Komunikasi sebagai usaha mencipta makna (generating of
meaning) . Komunikasi bertujuan menghadirkan makna tertentu di
benak khalayak. Jika seseorang berkomunikasi tidak hanya
bermaksud mengirim pesan, tetapi juga ingin mencipta makna
tertentu dalam pikiran penerima . Karenanya pilihan tanda (signs)
dalam komunikasi menjadi sangat mendasar agar makna yang
dikirimkan dapat dipahami oleh khalayak ( Fiske, 1990, dalam
Ibnu Hamad)
b. Dalam khasanah ilmu komunikasi, masalah penggunaan tanda
danmaknanya ini dibahas oleh semiotika.
c. Menurut semiotika, tanda (signs) terdiri dari ikon (icons) yang
dicirikan oleh kemiripan contoh foto; indeks (index) yang dicirikan
oleh keterkaitan seperti asap menandakan ada api dan simbol
(symbol) yang dicirikan oleh kesepakatan seperti “lampu merah”
disepakati dengan berhenti, semua makna kata-kata adalah hasil
kesepakatan.
d. Sedangkan mengenai makna dari tanda itu sendiri dalam
semiotika dijelaskan oleh teori segi tiga makna (triangle meaning
theory). Bahwasanya makna sebuah tanda muncul dari hubungan
segi-tiga antara tanda (signs), objek (yang ditandai) dan pikiran
(interpretasi). Dalam hubungan ini dikenal ada makna denotatif
(tekstual) dan maknakonotatif (kontekstual)
e. Dalam praktik, dunia periklanan umumnya paling banyak memakai

79
perspektif komunikasi ini. Dalam rangka membangun citra (image)

80
tertentu di benak konsumen dari produk yang ingin dijualnya, para
pengiklan memilih gambar, lagu, kata dan musik yang mendukung
terhadap pembangunan citra tersebut. Jelas di sini para pengiklan
tidak sebatas mengirim pesan melainkan bermaksud menciptakan
makna di hadapan khalayak.

D. PERSPEKTIF RITUAL
Ibarat sebuah ritus (kegiatan ibadah), komunikasi dalam perspektif ritual
dilakukan untuk memelihara dan kebersamaan solidaritas komunitas. Para
partisipan dalam komunikasi dilibatkan agar menjadi bagian komunitas
yang merasa saling memiliki, menjadi jama’ah dari komunitas tersebut.
Sehingga yang berlaku dalam komunikasi adalah istilah berbagi (sharing),
partisipasi, asosiasi, persahabatan (fellowship), memiliki keyakinan yang
sama (McQuail & Widahl, dalam Ibnu Hamad).
Dalam pandangan ritual, komunikasi bersifat merayakan ( celebratory),
menikmati, dan memeriahkan (decorative). Sehingga penggunaan
bahasapun memiliki karakteristik tertentu, yaitu:

1. tidak untuk informasi tetapi untuk konfirmasi ( peneguhan nilai


komunitas);
2. tidak untuk mengubah sikap, tetapi menggambarkan hal yang
dianggap penting oleh sebuah komunitas.
3. tidak untuk membentuk fungsi-fungsi tetapi untuk menunjukkan
sesuatu yang sedang berlangsung dan mudah pecah dalam sebuh
proses sosial.

E. PERSPEKTIF KONSTRUKSI REALITAS


a. Komunikasi dilakukan dalam rangka menciptakan “kenyataan
lain” atau “kenyataan ke dua” melaui pengembangan wacana atas
dasar realitas tertentu atau kenyataan pertama.
b. Komunikasi adalah “bangunan makna” tertentu kepada khalayak.
Berbagai informasi dihimpun, diolah dan disusun berdasarkan

81
kerangka (frame) tertentu sehingga melahirkan kenyataan
simbolik/kenyataan kedua tertentu.

Pandangan ini juga sering disebut juga dengan perspektif


wacana (discourse perspectives)karena komunikasi
tidak sekedar menyampaikan pesan atau informasi
melainkan menyajikan sebuah wacana kepada publik di mana
dalam wacana tersebut terkandung ”muatan” tertentu.

Sumber:
Hamad, Ibnu, Perencanaan Program Komunikasi Edisi Kedua, Universitas
Terbuka,Jakarta, 2007

82
PERTEMUAN KE-16

UJIAN AKHIR SEMESTER


UAS

82

Anda mungkin juga menyukai