PIK Handout
PIK Handout
PENGENALAN
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi
Memberikan pengetahuan tentang: Pengertian Komunikasi dan Ruang
Lingkupnya, Unsur Komunikasi, Komunikasi dan Seni dalam Desain
Komunikasi Visual, Teori Persepsi, Prinsip-prinsip Komunikasi, Komunikator,
Pesan, Media Komunikasi, Komunikan, Efek Komunikasi, Hambatan
Komunikasi, Komunikasi Massa dan Presfektif Komunikasi
Tugas:
Tugas Kelompok: Mahasiswa merancang karikatur opini, komik strip,
meme atau video kreatif. Bahan materi diambil dari berita di media
massa bersifat cetak, audio visual atau digital .
Kontrak Kuliah
1
9. Presensi Perkuliahan dengan cara mengunduh materi dari LMS
Unindra. Apabila ada kendala dapat dibuat kesepakatan dengan
dosen pengampunya.
10.Bobot tugas: 20% dan harus diserahkan tepat waktu sesuai
kesepakatan. Penyerahan tugas di luar waktu yang telah ditetapkan
akan dikenakan pengurangan nilai
11.Bobot UTS 30% dan Bobot UAS 50% wajib diikuti oleh mahasiswa.
12.Dosen wajib menginformasikan nilai tugas, UTS dan UAS secara
transparan dan jelas.
13.Jika ada pelanggaran terhadap kontrak ini, dosen dan mahasiswa
menempuh musyawarah mufakat dan tidak ada hukuman fisik.
14.Mahasiswa wajib mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen
dan dapat meminta asistensi kepada dosen.
2
Pertemuan ke-2
Pengertian Komunikasi
Perkembangan :
Ilmu komunikasi adalah disiplin ilmu deskriptif. Dalam sejarah
pertumbuhannya, ilmu komunikasi berawal sejak retorika terlahir
sebagai pengetahuan dan seni berbicara secara lisan, tatap muka
dalam konteks publik (Effendy, 2000). Ilmu dan seni dalam
menyampaikan pesan ini kemudian berkembang bukan saja dalam
tataran tatap muka dengan publik, tapi juga melalui media massa. Di
Eropa, berkembang menjadi publizistikwissenschaft atau publisitik,
sedangkan di Amerika lebih dikenal sebagai communication science
atau ilmu komunikasi.
3
Pengertian :
Apakah yang terpikirkan bila
mendengar kata Komunikasi ?
Jawaban atas pertanyaan ini sangat
beraneka ragam, mulai dari berdoa,
bersendagurau,berpidato hingga
penggunaan alat-alat elektronik
yang canggih. Komunikasi adalah
topik yang amat sering
diperbincangkan bukan hanya di kalangan ilmuan komunikasi, melainkan
juga di kalangan awam, sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki terlalu
banyak arti yang berlainan. Dalam wacana publik, sering mendengar
kalimat atau frase yang mengandung kata komunikasi atau turunannya,
seperti "Hewan pun berkomunikasi dengan cara mereka masing-masing",
kita harus mengkomunikasikan masalah ini kepada mahasiswa pada saat
kuliah nanti, "Komputer adalah sarana komunikasi tercanggih", "kami belum
menerima komunikasi dari perusahaan itu", "Orangnya tidak komunikatif",
dan sebagainya. Pendeknya, istilah komunikasi sedemikian lazim di
kalangan kita semua, meskipun masing-masing orang mengartikan istilah
itu secara berlainan. Oleh karena itu, kesepakatan dalam mendefinisikan
istilah komunikasi merupakan langkah awal utnuk memperbaiki
pemahaman atas fenomena yang rumit ini.
Kata komunikasi atau communication dalam Bahasa Inggris berasal
dari kata Latin communis yang berarti "sama", communico, communicatio,
atau communicare yang berarti membuat sama. Istilah pertama paling
sering disebut sebagai asal kata komunikasi yang merupakan akar dari
kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu
pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. akan tetapi
definisi-definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada
cara berbagi hal-hal tersebut, seperti dalam kalimat "kita berbagi
pikiran,"kita mendiskusikan makna", dan "kita mengirimkan pesan".
4
Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas yang juga
menekankan kesamaan atau kebersamaan, Komunitas adalah sekelompok
orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu,
dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada
komunitas, komunitas bergantung pada pengalaman dan emosi bersama,
komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu,
komunitas juga berbagi bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan
seni, agama, dan bahasa, dan masing-masing bentuk tersebut
mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap, perspektif, pandangan
yang mengakar kuat dalam seharah komunitas tersebut.
Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar
ataupun yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari
kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang di definisikan dan
mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit seperti
"komunikasi adalah penyampaian pesan melalui pesan elektronik" atau
terlalu luas, misalnya "komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk
hidup atau lebih" sehingga para peserta komunikasi ini mungkin termasuk
hewan, tanaman, dan bahkan jin. Berikut beberapa definisi tentang
komunikasi menurut beberapa ahli :
Everett M. Rogers :
Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku mereka.
Harold Lasswell :
Cara terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect".
Carl I. Hovland :
Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan/stimuli (biasanya lambang-
lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan).
5
Onong Uchjana Effendy :
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui
media).
Deddy Mulyana :
Mengkategorikan definisi-definisi tentang komunikasi dalam tiga
konseptual yaitu :
- Komunikasi sebagai tindakan satu arah :
Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah
dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang)
lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media,
seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi.
Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang
sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatapmuka, namun tidak
terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang
tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep
ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini
mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja
dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk
membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi
dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan
demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu
sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu.
- Komunikasi sebagai interaksi :
Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-
akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang
menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima
bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal, kemudian
orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan
balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya.
6
- Komunikasi sebagai transaksi :
Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang
dinamis yang secara sinambungan mengubah pihak-pihak yang
berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang yang
berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif
mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar
pesan verbal dan atau pesan nonverbal.
Fungsi Komunikasi
Setelah menelaah lebih lanjut mengenai pengertian
komunikasi sekarang kita akan membahas fungsi dari komunikasi itu
sendiri. Pernahkah muncul pertanyaan-pertanyaan dalam benak kita
seperti, "Apa Manfaat Dari Komunikasi ?", "Kendala apa saja yang
biasanya kita hadapi dalam berkomunikasi ?". Pertanyaan-pertanyaan
tersebut adalah juga bagian dari fungsi Komunikasi. Secara umum
fungsi komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy adalah sebagai
berikut :
a. To inform (menyampaikan informasi)
Ditujukan untuk menyampaikan informasi kepada lawan
bicaranya (audiens) yang di lakukan oleh komunikator guna
menjadikan audiens atau komunikan menjadi tahu atau
lebih tahu.
b. To educate (mendidik)
Fungsi ini dilakukan oleh komunikator untuk menyampaikan
pengetahuan baru terhadap lawan bicaranya (audiens)
sehingga audiens menjadi lebih cerdas.
7
c. To entertain (menghibur)
Fungsi yang dilalkukan oleh komunikator untuk
memberikan hiburan kepada lawan bicaranya
(audiens) atau komunikan.
d. To influence (mempengaruhi)
Fungsi ini komunikator mempengaruhi lawan bicaranya
(audiens) dalam arti komunikator menginginkan
pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi
yang disampaikan akurat dan layak untuk diketahui.
Tujuan Komunikasi
Secara umum, tujuan dari komunikasi adalah terwujudnya perubahan,
pembentukan sifat, opini atau pendapat, pandangan, dan perilaku
masyarakat dari komunikasi sesuai dengan tujuan penyampaian pesan yang
dilakukan oleh komunikator. Dalam berkomunikasi, bukan hanya tentang
menyampaikan pesan dan informasi saja, tetapi komunikasi juga harus
membentuk makna serta mengemban setiap harapan di dalamnya.
Maka dari itu, komunikasi memiliki banyak peranan yang penting dalam
menentukan efektifitas setiap orang yang bekerja sama dan yang
mengkoordinasikan usahanya dalam mencapai tujuan. Tujuan komunikasi itu
sendiri dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu kepentingan komunikator
atau si pengirim pesan dan kepentingan komunikan atau audiens.
Menurut Riant Nugroho (2004:72) tujuan komunikasi adalah
menciptakan pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan
perilaku. Sedangkan menurut Katz dan Robert Kahn yang merupakan hal
utama dari komunikasi adalah pertukaran informasi dan penyampaian makna
suatu sistem sosial atau organisasi. Akan tetapi komunikasi tidak hanya
menyampaikan informasi atau pesan saja, tetapi komunikasi dilakukan
seorang dengan pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu makna serta
mengemban harapan-harapannya (Rosadi Ruslan, 2003:83). Dengan
demikian komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan
8
mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan. Pada umumnya
tujuan komunikasi antara lain, yaitu:
1. Supaya yang disampaikan dapat mengerti, sebagai komunikator harus
menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan
tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengakui apa yang kita
maksud.
2. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar
aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan kemauannya.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita berusaha agar gagasan
kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan persuasive bukan
memaksakan kehendak.
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan
sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan
dimaksud di sini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun
yang penting harus diingat adalah bagaimana cara baik untuk melakukan
(Widjaja, 200:66-67).
Proses Komunikasi
Untuk memahami proses komunikasi dapat dilihat dari unsur-unsur
yang berkaitan dengan siapa pengirimnya (komunikator), apa yang
dikatakan atau dikirimkan (pesan), saluran komunikasi apa yang digunakan
(media), ditujukan untuk siapa (komunikan), dan apa akibat yang akan
ditimbulkannya (efek).
Dalam proses komunikasi tersebut, kewajiban seorang komunikator
adalah mengusahakan agar pesan-pesannya dapat diterima oleh
komunikan sesuai dengan kehendak pengirim. Model proses komunikasi
secara umum dapat memberikan gambaran kepada pengelola organisasi,
bagaimana mempengaruhi atau mengubah sikap anggota/stakeholder nya
melalui desain dan implementasi komunikasi. Dalam hal ini, pengirim atau
sumber pesan bisa individu atau berupa organisasi sebagaimana dapat
dilihat dalam gambar proses komunikasi di bawah ini :
9
Berdasarkan pada bagan atau gambar proses komunikasi
tersebut, suatu pesan, sebelum dikirim, terlebih dahulu disandikan
(encoding) ke dalam simbol-simbol yang dapat menggunakan pesan
yang sesungguhnya ingin disampaikan oleh pengirim. Apapun simbol
yang dipergunakan, tujuan utama dari pengirim adalah menyediakan
pesan dengan suatu cara yang dapat memaksimalkan kemungkinan
dimana penerima dapat menginterpretasikan maksud yang diinginkan
pengirim dalam suatu cara yang tepat. Pesan dari komunikator akan
dikirimkan kepada penerima melalui suatu saluran atau mediatertentu.
Pesan yang diterima oleh penerima melalui simbol-simbol, selanjutnya
akan ditransformasikan kembali (decoding) menjadi bahasa yang
dimengerti sesuai dengan pikiran penerima sehingga menjadi pesan
yang diharapkan (perceived message) .
Hasil akhir yang diharapkan dari proses komunikasi yakni
supaya tindakan atau pun perubahan sikap penerima sesuai dengan
keinginan pengirim. Akan tetapi makna suatu pesan dipengaruhi
bagaimana penerima merasakan pesan itu sesuai konteksnya. Oleh
sebab itu, tindakan atau perubahan sikap selalu didasarkan atas
pesan yang dirasakan.
Adanya umpan balik menunjukkan bahwa proses komunikasi terjadi
dua arah, artinya individu atau kelompok dapat berfungsi sebagai
pengirim sekaligus penerima dan masing-masing saling berinteraksi.
Interaksi ini memungkinkan pengirim dapat memantau seberapa baik
10
pesan-pesan yang dikirimkan dapat diterima atau apakah pesan yang
disampaikan telah ditafsirkan secara benar sesuai yang diinginkan.
Dalam kaitan ini sering digunakan konsep kegaduhan (noise) untuk
menunjukkan bahwa ada semacam hambatan dalam proses komunikasi
yang bisa saja terjadi pada pengirim, saluran, penerima atau umpan balik.
Dengan kata lain, semua unsur-unsur atau elemen proses komunikasi
berpotensi menghambat terjadinya komunikasi yang efektif. Hambatan
tersebut diuraikan dalam hambatan-hambatan dalam komunikasi.
Teknik Komunikasi
Sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain maka
komunikasi adalah salah satu sarana untuk terkoneksi dengan orang dikeliling
kita. Ada komunikasi yang bersifat verbal dan ada pula yang bersifat non verbal.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang terjadi dengan berbicara pada orang
lain sedangkan non verbal adalah komunikasi yang terjadi melalui perantara
atau media. Dalam komunikasi verbal maka sangat penting untuk bisa
menyusun kata-kata yang keluar dari mulut kita menjadi sebuah informasi yang
dapat dimengerti, berguna dan menarik bagi orang lain.
Komunikasi yang jelas akan membuat orang lain memperhatikan dan
menghargai apa yang kita bicarakan. Teknik berkomunikasi/bicara yang baik
tentu akan diperlukan terutama bagi orang-orang yang bekerja dengan
menggunakan keahlian berkomunikasi. Ada beberapa hal yang menjadi
prinsip teknik berkomunikasi/bicara yang baik :
Berbicara efektif
11
yang memiliki jabatan lebih tinggi daripada lawan bicaranya, seperti bos
kepada anak buahnya. Motivasi yang dimaksud adalah adanya dorongan
atau penyemangat dalam kata-kata yang diucapkan agar lawan bicara
tergerak untuk melakukan sesuatu dengan baik dan sungguh-sungguh
berdasarkan pengarahan yang sudah diberikan.
12
b) Group Communication (Komunikasi Kelompok) :
Small Group Communication (Lecture, Panel Discussion, Symposium,
Seminar, Brainstorming, Ect.)
Large Group Communication / Public Speaking.
c) Mass Communication (Komunikasi Massa dengan medianya Pers,
Radio, TV, Film)
2. Sifat Komunikasi :
a) Verbal :Oral (Ucapan), Written (Tulisan)
b) Non-verbal :Kinesikal (bahasa tubuh): Gestural (gerak-gerik tubuh), Postural (sikap
tubuh) Facial Expressions (akspresi muka), Symbolic Cloting(pakaian simbol) ,
Signal (Bel, Bedug, Morse, Simapore), Pictorial (Poster, Billboard, Rambu-rambu
lalu lintas)
3. Teknik Komunikasi :
a) Journalism
b) Public Relations
c) Advertising
d) Exhibition / Exposition
e) Propaganda
f) Publicity
4. Metoda Komunikasi :
a) Informative Communication
b) Persuasive Communication
c) Coersive / Intructive Communication
5. Fungsi Komunikasi :
a. Public Information
b. Publik Education
c. Publik Persuasion
d. Publik Entertaiment
14
6. Tujuan Komunikasi :
a) Social Change / Social Participation
b) Attitude Change
c) Opinion Change
d) Behaviour Change
7. Bidang Komunikasi :
a) Social Communication
b) Management Communication
c) Bussiness Communication
d) Political Communication
e) Cultural Communication
f) Traditional Communication
g) International Communication
Referensi:
1. Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, 2005, Remaja
Rosdakarya, Bandung
2. Mulyana Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2007, Remaja
Rosdakarya, Bandung
15
PERTEMUAN KE-3
UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
Model komunikasi Harold Lasswell dianggap paling awal dibuat yakni pada
tahun 1948. Model ini masih digunakan terlebih pada proses komunikasi
massa. Model komunikasi yang dikemukan oleh Harold Lasswell bersifat satu
arah. Pada model komunikasi Harold Lasswell terdapat unsur-unsur
komunikasi, yaitu (Komala, 2009: 104):
a. Who (Siapa), merujuk kepada siapa orang yang memulai untuk melakukan
komunikasi atau yang biasa disebut dengan komunikator. Komunikator ini
dapat berupa seseorang atau pun sekelompok orang seperti organisasi.
c. In Which Channel (Melalui Saluran Apa), dalam hal ini yang dimaksud
adalah media yang digunakan dalam suatu kegiatan komunikasi, seperti
gerakan badan, surat, buku, televisi, hingga gambar. Media komunikasi
yang digunakan terkadang bisa lebih dari satu. Tetapi, harus menjadi
16
perhatian adalah tidak semua media komunikasi cocok untuk masud
tertentu.
e. With What Effect? (Apa Efeknya?), artinya adalah efek yang terjadi dalam
suatu kegiatan komunikasi. Terdapat dua hal yang berkaitan dengan efek
komunikasi, yaitu apa yang ingin dicapai dengan hasil komunikasi tersebut
dan kedua, apa yang dilakukan orang sebagai hasil dari komunikasi.
a. Source (Pengirim)
Dalam kegiatan komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat
atau pengirim pesan/informasi. Sumber informasi bisa sekaligus
menjadi penyampai pesan atau komunikator namun komunikator belum
tentu dikatakan sumber. Istilah lain dari komunikator adalah sender,
encoder atau pengirim pesan baik berupa perorangan atau pun
lembaga. Dalam menyampaikan isi pesannya seorang komunikator
dapat secara interpersonal, small group, large group, dan melalui media
massa. Dalam Komala (2009: 110) menyatakan bahwa sebagai sumber
komunikasi hal-hal yang harus diperhatikan adalah keterampilan dalam
berkomunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan kebudayaan.
b. Message (Pesan)
Materi pernyataan yang disampaikan komunikator pada komunikan
dapat berupa lisan maupun tulisan, dapat juga berupa lambang-
17
lambang, gambar, warna, atau isyarat-isyarat lainnya. Komunikasi akan
berhasil bila isyarat, lambang, yang akan digunakan dan disampaikan
diberi arti yang sama. Pada Komala (2009: 110) menyatakan bahwa
dalam proses pembuatan ataupun memahami suatu pesan komunikasi
harus memperhatikan berbagai hal, yaitu elemen isi, perlakuan dan
struktur pesan.
c. Channel (Saluran-Media)
Media adalah alat untuk memindahkan pesan dari sumber kepada
penerima. Media dapat diklasifikasikan dalam dua bagian, yaitu: media
umum (seperti telepon, fax, dan sebagainya) dan media massa
(seperti televisi, film, surat kabar, dan sebagainya). Berdasarkan
kepentingannya, medium tersebut sangat bergantung dengan tujuan
melakukan komunikasi, apakah untuk kepentingan massal,
perorangan ataupun lembaga, serta kondisi dan situasi. Selain itu,
dalam penggunaan media komunikasi harus menggunakan media-
media yang dapat dirasakan oleh panca-indra manusia, yakni melalui
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan peraba
(Komala, 2009: 110).
d. Receiver (Penerima)
Dalam hal ini yang dimaksud adalah orang yang menerima pesan
komunikasi dari komunikatornya. Sebagai penerima pesan harus
memperhatikan hal-hal yang sama dengan seorang komunikator, yaitu
keterampilan berkomunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan
kebudayaan yang dimilikinya peraba (Komala, 2009: 110).
18
3. Unsur Komunikasi Bovee & Thill
Komunikator Komunikan
Pesan Media
(ide/gagasan) (persepsi)
Umpan
Balik
Unsur-unsur komunikasi Bovee dan Thill, terdiri dari (Nyoto, 2019: 64-65):
a. Komunikator
Komunikator mempunyai suatu ide atau gagasan, sebelum proses
penyampaian pesan dapar dilakukan, pengirim pesan harus menyiapkan
ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada audiens.
b. Pesan
Komunikator harus mengubah ide menjadi suatu pesan dalam suatu
proses komunikasi agar dapat dimengerti atau diterima dengan baik.
Walaupun pada dasarnya tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti
dengan sempurna.
c. Media
Setelah komunikator mengubah ide menjadi suatu pesan, berikutnya
memindahkan atau mentransmisikan pesan melalui berbagai saluran yang
ada kepada penerima pesan. Panjang pendeknya saluran komunikasi
yang digunakan akan berpengaruh terhadap proses transmisi pesan.
d. Komunikan
Komunikan menerima pesan komunikasi yang dikirimkan oleh komunikator
melalui media komunikasi. Setelah menerima pesan, kemudian komunikan
18
menafsirkan pesan tersebut. Suatu pesan yang disampaikan komunikator
harus mudah dimengerti dan tersimpan di dalam pikiran penerima pesan.
Selanjutnya dapat dimaknai secara benar bila penerima pesan benar-
benar telah memahami isi pesan yang dimaksud.
e. Umpan Balik
Penerima pesan memberi tanggapan umpan balik ke pengirim. Umpan
balik tersebut merupakan tanggapan penerima pesan yang
memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Setelah
menerima pesan, komunikan akan memberi tanggapan dengan cara
tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan.
Daftar Pustaka
Komala, L. (2009). ILMU KOMUKASI Prespektif, Proses, dan Konteks.
Bandung: Widya Padjadjaran.
Nyoto. (2019). BUKU AJAR MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA.
Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Oktarina, Y., dam Abdullah, Y. (2017). KOMUNIKASI DALAM PRESPEKTIF
TEORI DAN PRAKTIK. Sleman: CV BUDI UTAMA.
Wiryanto. (2008). PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI. Jakarta: PT Grasindo.
Wok, S., Ismail, N., dan Hussain, M. Y. (2006). TEORI-TEORI KOMUNIKASI.
Selangor: PTS Professional Publishing Sdn. Bhd.
19
PERTEMUAN KE-4
20
visualisasi final desain untuk mendukung tercapainya sebuah komunikasi
verbal-visual yang fungsional, persuasif, artistik, estetis dan komunikatif.
21
Persepsi sebagai inti Komunikasi
Defenisi Persepsi
Persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya
stimulus yang mempengaruhi indera kita. ( DeVito, Joseph A)
Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima
dan menganalisi informasi ( Brian Fellows)
Persepsi adalah pengalaman tentang objek,peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan.
Persepsi ialah memberi makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli).
Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari
persepsi, Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak
hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspetasi, motivasi dan memori
(Desiderato, dalam Jalaluddin Rakhmat)
Persepsi merupakan proses otak menginterpretasikan sensasi yang
kemudian diatur dan diberi makna (Wortman, Loftus & Weaver, 1999)
22
mereka berkomunikasi dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung
membentuk kelompok budaya dan kelompok identitas
Persepsi meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indera kita , atensi dan
interpretasi.
Sensasi merujuk pada pesan yang dikirim ke otak lewat penglihatan, pendengaran,
sentuhan, penciuman, dan pengecapan.
Persepsi terdiri dari tiga aktivitas yaitu seleksi , organisasi dan interpretasi.
Seleksi mencakup sensasi dan atensi , organisasi melekat pada interpretasi
( meletakan suatu rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi
suatu keseluruhan yang bermakna)(Goodarce dan Follers)
Persepsi manusia terhadap obyek atau lingkungan fisik mempunyai ciri yaitu :
- hanya didapat melalui lambang-lambang fisik
- hanya menanggapai sifat-sifat luar,
- objek tidak mempersepsi anda ketika anda mempersepsi objek,
- tidak dinamis
- dan tidak bereaksi
23
- stimulasi alat indra terjadi,
- stimulasi ini ditata,
- dan stimulasi ini ditafsirkan-dievaluasi.
Tahap tahap ini tidaklah saling terpisah benar, dalam kenyataan ketiganya
bersifat kontinyu, bercampur – baur dan bertumpang tindih satu sama lain.
Tahap pertama:
Sensory Stumulation, alat-alat indra distimulasi (dirangsang), mendengar
musik, melihat seseorang, mencium parfum, mencicipi kue, merasakan
telapak tangan yang dingin ketika kita berjabat tangan.
Kita akan menangkap apa yang bermakna bagi kita dan tidak menangkap
yang kelihatannya tidak bermakna.
Tahap kedua;
rangsangan terhadap alat indra diatur menurut berbagai prinsip. Salah satu
prinsip yang sering digunakan adalah prinsip proksimitas (proximity) atau
kemiripan, kita seringkali menyamakan pesan yang mirip atau serupa
sebagai pesan yang sama atau tidak ada perbedaan .
Prinsip yang lain adalah kelengkapan (closure) Kita memandang atau
mempersepsikan suatu gambar atau pesan yang dalam kenyataannyaa tidak
lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap.
Langkah ketiga ;
dalam proses perseptual adalah penafsiran –eveluasi. Penggabungan kedua
istilah ini untuk menegaskan bahwa keduanya tida bisa dipisahkan. Tahap
ketiga ini merupakan proses subyektif yang melibatkan evaluasi di pihak
penerima. Penafsiran – evaluasi tidak semata-mata didasarkan pada
rangsangan luar, melainkan juga oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan,
keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik
dan emosi pada saat itu dan sebagainya yang ada pada kita.
Perbedaan individual ini janganlah sampai membutakan kita akan validitas
beberapa generalisasi tentang persepsi. Meskipun generalisasi ini belum
tentu berlaku untuk seseorang tertentu, tampaknya ia berlaku untuk sebagian
cukup besar orang.
24
Persepsi Selektif merupakan istilah yang diaplikasikan pada kecenderungan
persepsi manusia yang dipengaruhi oleh keinginan-keinginan, kebutuhan-
kebutuhan, sikap-sikap, dan faktor-faktor psikologis lainnya. Persepsi selektif
mempunyai peranan penting di dalam komunikasi seseorang.
Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera
kita, mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indra yang lain.
25
Diskusi:
Mengapa mahasiswa DKV perlu mempelajari tentang persepsi?
Unsur kontras dan kebaruan dalam membuat karya DKV perlu dilakukan
mengapa?
Referensi:
1. Hamad, Ibnu, Komunikasi Suatu Pengantar, Modul Bahan Ajar,
Universitas Terbuka
2. Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, 2005, Remaja
Rosdakarya, Bandung
3. Mulyana, Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2007,
Remaja Rosdakarya, Bandung
4. Leathers, D.G. 1976. Nonverbal Communication System. Sydney :
Allyn and Bacon, Inc.
26
PERTEMUAN KE-5
PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI
Prinsip merupakan suatu asas yang menjadi dasar dalam beripikir, bertindak
atau pun berperilaku. Prinsip-prinsip komunikasi mempunyai uraiang yang
berbeda-beda yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Menurut
Seiler dalam Abidin (2015: 36-38), terdapat empat prinsip dasar komunikasi,
yaitu:
a. Komunikasi adalah Suatu Proses
Komunikasi disebut proses karena berlangsung secara terus-menerus
tanpa permulaan atau akhir dan selalu berubah-ubah. Komunikasi juga
bukan suatu barang yang dapat diungkap dengan tangan untuk diteliti.
Komunikasi dipandang sebagai proses, karena komunikasi memiliki
pengaruh yang besar. Komunikasi hanya terdiri atas satu perkataan yang
dapat memperlihatkan peprubahan. Perubahan yang terjadi secara
langsung atau tidak langsung, berarti atau tidak berarti, merupakan hasil
proses komunikasi.
27
c. Komunikasi Bersifat Interaksi dan Transaksi
Interaksi adalah saling bertukar komunikasi. Misalnya, seseorang yang
melakukan percakapan dengan lawan bicara mengenai sesuatu,
kemudian lawan bicaranya memberikan reaksi atau komentar terhadap
sesuatu yang dibicarakan. Hal tersebut berlangsung secara teratur.
Namun dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi yang dilakukan tidak
seteratur prosesnya. Dalam percakapan tatap muka, ada keterlibatan
dalam proses pengiriman pesan simultan (terjadi dalam waktu bersamaan)
secara tidak terpisah. Dalam keadaan demikian, komunikasi tersebut
bersifat transaksi.
ETIKA KOMUNIKASI
Etika merupakan suatu bentuk pembuatan keputusan yang berkaitan
dengan moral, dan dapat menentukan apa hal-hal yang benar atau salah
yang dipengaruhi oleh peraturan dan hukum yang ada dalam masyarakat.
Etika harus menjadi sebuah patokan dalam bersikap. Etika berasal dari
bahasa Yunani, yaitu “ethikos” yang berarti timbul dari kebiasaan.
28
tertentu dalam masyarakat. Contonya adalah etika khusus pelajar, etika
khusus jurnalis, dan sebagainya.
Oleh karena timbul dari suatu kebiasaan, maka etika perlu juga
diterapkan dalam keilmuan komunikasi. Hal ini mengingat bahwa cara
berkomunikasi seseorang kepada orang lain dapat berasal dari kebiasaan
itu sendiri. Bila dilihat dari jenisnya, maka etika komunikasi termasuk
dalam etika khusus.
29
Gambar 1. Etika Menghubungi Dosen
Sumber: Instagram Official Unindra, 2019
Selain itu, kode etik dalam komunikasi juga terdapat dalam dunia jurnalistik,
yaitu kode etik jurnalistik. Hal ini perlu dilakukan supaya pers tidak bertindak
sewenang-wenang terlebih dalam menyampaikan berita. Kode etik Jurnalistik
PWI terdiri atas IV Bab dan 17 pasal. Intinya sebagai berikut (Wahjuwibowo,
2015: 26-27):
1. Mempertimbangkan secara bijaksana patut tidaknya dimuat suatu karya
jurnalistik (tulisan, suara, serta suara, dan gambar). Kalau membahayakan
keselamatan dan keamanan negara, kalau merusak persatuan dan
kesatuan bangsa, atau bakal menyinggung perasaan satu kelompok
agama, sepatutnya tidak disiarkan (pasal 2).
2. Tidak memutarbalikan fakta, tidak memfitnah, tidak cabul dan tidak
30
sensasional (pasal 3).
3. Tidak menerima imbalan yang dapat memengaruhi obyektivitas
pemberitaan (pasal 4).
4. Menulis berita dengan berimbang, adil, dan jujur (pasal 5).
5. Menjunjung kehidupan pribadi dengan tidak menyiarkan tulisan yang
merugikan nama baik seseorang, kecuali untuk kepentingan umum (pasal
6).
6. Mengetahui teknik penulisan yang tidak melanggar asas praduga tak
bersalah serta tidak merugikan korban susila (pasal 7 dan 8).
7. Sopan dan terhormat dalam mencari bahan berita (pasal 9).
8. Bertanggungjawab secara moral dengan mencabut sendiri berita salah
walau tanpa permintaan dan memberikan hak jawab kepada sumber atau
obyek berita (pasal 10).
9. Meneliti semua kebenaran bahan berita dan kredibilitas
narasumbernya (pasal 11).
10. Tidak melakukan plagiat (pasal 12).
11. Harus menyebutkan sumber beritanya (pasal 13).
12. Tidak menyiarkan keterangan yang off the record dan menghormati
embargo (pasal 14).
31
berlaku. Dalam konteks komunikasi, harus sesuai dengan norma-norma yang
berlaku.
Referensi:
Abidin, Y. Z. (2015). MANAJEMEN KOMUNIKASI Filosofi, Konsep, dan
Aplikasi. Bandung: CV Pustaka Setia.
Komala, L. (2009). ILMU KOMUKASI Prespektif, Proses, dan Konteks.
Bandung: Widya Padjadjaran.
Wahjuwibowo, I. S. (2015). PENGANTAR JURNALISTIK Teknik Penulisan
Berita, Artikel, & Feature. Tangerang: PT. Matana Publishing Utama.
https://pakarkomunikasi.com/etika-komunikasi, diakses tahun 2019.
32
PERTEMUAN KE- 6
KOMUNIKATOR
Dunia komunikasi sebagai proses berhubungan antar individu atau antar
kelompok yang tak lepas dari komponen komunikator. Suatu komunikasi bisa
diisi oleh orang-orang yang berkualitas dalam mengungkapkan pesan.
Komunikator yang berkualitas tersebut tidak akan dikuasai jika tidak
memenuhi kriteria seorang komunikator.
Syarat Komunikator
Menurut Onong Uchjana Effendy komunikator adalah suatu
kelompok ataupun seseorang yang menyampaikan gagasan, perasaan,
ataupun pemikirannya kepada orang lain. Sedangkan arti komunikan adalah
pihak yang menjadi target atau sasaran dari suatu pesan yang dikirimkan
oleh komunikator.
Komunikator adalah pihak yang berinisiatif mengawali sebuah
pembicaraan, sedangkan komunikan sebagai pihak yang merespon
pembicaraan komunikator. Dalam mewujudkan komunikasi yang efektif,
seorang komunikator juga berperan dalam memberikan tanggapan,
menjawab pertanyaan, dan masukan yang disampaikan oleh komunikan,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menguasai materi bagi seorang komunikator adalah sebuah keharusan
yang harus dikuasai sebelum meyampaikan isi pesan kepada komunikan.
Menurut Ruben dan Stewart, agar pesan dapat diterima oleh khalayak terdapat
beberapa syarat untuk menjadi komunikator yang baik, yaitu,
33
1. Proximity (Kedekatan dengan khalayak)
Semakin tinggi tingkat kedekatan antara khalayak dengan komunikator
maka diharapkan khalayak dapat lebih mudah untuk menerima isi pesan.
Misalnya saja pada saat seorang dosen ilmu komunikasi Universitas
Terbuka menyampaikan teori komunikasi kepada para mahasiswanya,
tentunya isi pesan yang disampaikan akan diterima dengan baik oleh para
mahasiswa Universitas Terbuka, hal ini akan terlihat berbeda jika yang
meyampaikan teori tersebut berasal dari dosen bidang yang berbeda.
2. Attractiveness (Mempunyai kesamaan dan daya tarik social dan fisik)
Seorang komunikator harus dapat bersikap fleksibel terhadap khalayak.
Ragam khalayak dengan segala tuntutan dan keingintahuannya harus
dapat ditanggapi positif oleh seorang komunikator. Misal, adakalanya
khalayak bersikap menyudutkan komunikator dalam bertanya, sebagai
seorang komunikator yang handal harus dapat menyikapi dengan
ramah, bersahabat, hangat dan berempati dalam setiap pertanyaan
yang diajukan.
3. Similarity (Kesamaan)
Kesamaan ini umumnya antara lain, gender, pendidikan,umur, agama,
latar belakang sosial, ras, hobi, dan kemampuan bahasa. Salah satu
contoh similarity dapat kita lihat pada seorang pemandu akitifitas arung
jeram. Sebagai seorang pemandu/ komunkator setiap instruksi yang
diberikan kepada anggota arung jeram akan senantiasa diikuti, hal ini
disebabkan latar belakang pemandu yang dianggap berpengalaman.
Komunikator memang hanyalah manusia biasa yang tidak lepas dari segala
kekurangan, namun sebagai bagian dari perencanaan komunikasi,
mempersiapkan komunikator yang handal sangat diperlukan agar isi
pesan dapat lebih mudah diterima oleh khalayak atau komunikan.
Karakteristik Komunikator
Berbicara di depan publik seringkali menjadi rintangan yang paling
ditakuti dalam kehidupan orang-orang. Sebagian orang takut melakukan
public speaking lebih dari takut kepada laba – laba atau bahkan kematian.
34
Padahal peranan psikologi komunikasi dalam hubungan antar manusia
sangat signifikan. Karena itulah kemampuan seorang komunikator yang
efektif sangat bernilai. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas saja
sudah merupakan suatu keterampilan tersendiri, dan itu juga menjadi bekal
dari hubungan yang lancar baik itu dalam hubungan personal atau dalam
pekerjaan
Keefektifan dalam berkomunikasi itu adalah suatu keterampilan yang
dapat dipelajari seperti mengendarai sepeda atau mempelajari kemampuan
mengetik. Jika seseorang bersedia bekerja keras untuk belajar maka ia akan
dapat memperbaiki kualitas berkomunikasinya dengan cepat. Agar dapat
menjadi seorang komunikator yang terbaik, diperlukan beberapa karakteristik
komunikator dalam psikologi komunikasi yang efektif berikut ini :
35
maksud komunikator dan tampak spontan, berasal dari emosi yang ada
pada saat itu. Kebanyakan sasaran komunikasi akan menghargai
komunikator yang menggunakan gestur yang bervariasi. Gestur yang
tidak efektif adalah yang tidak alami, kaku, malas atau gelisah, canggung
dan tampak diatur. Mereka berkomunikasi dengan gugup, kurang percaya
diri, dan kurang merasa aman. Karakteristik komunikator dalam psikologi
komunikasi yang efektif dapat menghilangkan gestur atau gerakan di
bawah pinggang dan menghindari gerakan menunjuk dengan satu jari
kepada satu orang atau benda, yang akan dianggap menyinggung.
36
Berbicara dengan jelas
Penuh pertimbangan
Karakteristik komunikator dalam psikologi komunikasi yang efektif
berhubungan dengan latar belakang penerima pesan dan sudut
pandangnya. Jika pesan tersebut menyinggung atau terdengar tidak
hormat, reaksi emosional dari penerimanya mungkin akan mempengaruhi
persepsi dari pesan komunikator. Menggunakan contoh yang relevan
untuk menyampaikan pesan komunikator kepada audiens mungin akan
mempermudah mereka untuk memproses konten yang disampaikan.
✓
Mengenali audiens
Karakteristik komunikator dalam psikologi komunikasi yang efektif adalah
mampu mengenali sasaran komunikasinya atau audiens dengan baik.
Mereka akan tahu siapa yang ada di depannya. Berbicara dengan energi
yang tepat, nada, dan bahasa yang cocok untuk sasaran komunikasi,
memperhatikan tanda – tanda apabila audiens sudah mulai terhubung,
melihat kontak mata, anggukan kepala tanda persetujuan, dan indikator
lain dari audiens yang mendengarkan secara aktif.
38
Fokus kepada interaksi
Bagian besar dari berkomunikasi dengan baik dan penuh rasa hormat
adalah menghilangkan pengelih perhatian dari interaksi tersebut. Tidak
ada seorangpun yang suka untuk diganggu ketika sedang berada di
tengah percakapan. Dengan menyingkirkan segala gangguan dari
lingkungan sekitar, seorang komunikator yang baik akan fokus kepada
pesan yang akan disampaikan dan kepada audiens atau sasarannya.
Mengajukan pertanyaan
Dalam usaha terbaik untuk mengenali audiensnya, karakteristik
komunikator dalam psikologi komunikasi akan menggunakan pertanyaan
yang berisi informasi spesifik. Mereka akan mengisi kekosongan yang
diakibatkan kebingungan dengan jawaban dan bukan asumsi.
Pengetahuan apapun yang didapat dari bertanya akan membantu untuk
lebih mengenal audiensnya sebagaimana juga untuk membantu
menyampaikan suatu pesan.
Referensi:
1. Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, 2005, Remaja
Rosdakarya, Bandung
2. Mulyana Dedy, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2007, Remaja
Rosdakarya, Bandung
3. Effendy, Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, 2017,
Remaja Rosdakarya, Bandung.
40
PERTEMUAN KE-7
PESAN
Wilbur Schramm menampilkan apa yang disebut dengan “the condition of
success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita
menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita
kehendaki.
Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga
dapat menarik perhatian komunikan.
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga
sama-sama mengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan
4. menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
5. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi
yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia
digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
41
2. Isi pernyataan (pesan) yang disampaikan komunikator dapat dipahami
komunikan.
Lambang Verbal
Dalam proses komunikasi bahasa sebagai lambang verbal paling banyak
dan paling sering digunakan, oleh karena hanya bahasa yang mampu
mengungkapkan pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa, baik yang
konkrit maupun yang abstrak, yang terjadi masa kini, masa lalu dan masa
yang akan datang
Bahasa mempunyai dua jenis pengertian yang perlu dipahami oleh para
komunikator. Yang pertama adalah pengertian denotative, yang kedua
pengertian konotatif. Perkataan denotative adalah yang mengandung makna
sebagaimana tercantum dalam kamus dan diterima secara umum oleh
kebanyakan orang yang sama kebudayaan dan bahasanya. Perkataan yang
denotative tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda pada komunikan
ketika diterpa pesan-pesan komunikasi. Sebaliknya apabila komunikator
menggunakan kata-kata konotatif. Kata-kata konotatif mengandung
pengertian emosional dan evaluatif. Oleh karena itu dapat menimbulkan
interpretasi yang berbeda pada komunikan.
Dalam kaitannya dengan lambang verbal, dapat juga dikaitkan dengan
komunikasi verbal, yaitu usaha yang dilakukan secara sadar untuk
berhubungan dengan orang lain secara lisan maupun tulisan.
Lambang Nirverbal
Lambang nirverbal (nonverbal) adalah lambang yang dipergunakan dalam
komunikasi, yang bukan bahasa, misalnya gambar, artefak (ruang dan
pakaian) kial (gesture), bau-bauan, parabahasa.
42
Gambar adalah lambang lain yang dipergunakan dalam berkomunikasi
nonverbal.
Gambar dapat dipergunakan untuk menyatakan suatu fikiran atau
perasaan. Dalam hal tertentu gambar bisa lebih efektif daripada bahasa.
Ada motto Tionghoa yang menyatakan bahwa gambar bisa memberi
informasi yang sama dengan kalau diuraikan dengan seribu perkataan.
Lambang gambar dalam proses komunikasi mengalami perkembangan
sesuai dengan pertumbuhan masyarakat dan kemajuan teknologi. Jika
dahulu gambar itu ditulis, kemudian dicetak, kini dengan kamera foto bisa
dipotret, bahkan dengan kamera film atau kamera video dapat diatur menjadi
gambar hidup.
FUNGSI PESAN
Dilihat dari kepentingan pengirimannya, sebuah pesan yang dikirim oleh
komunikator memiliki beberapa fungsi ( Sven Windahl) memaparkan fungsi
pesan sebagai berikut:
1. Fungsi Sosial, di komunikasi massa, fungsi ini antara lain dipenuhi oleh
pelaporan atau berita. Isi berita dapat bermacam-macam mulai dari
tregedi tsunami, antri minyak tanah, korban Lumpur lapindo, dan lain-lain.
2. Fungsi ekspresi, dalam media massa fungsi ini dilihat dari ada atau
tidaknya keinginan wartawan atau jurnalis memasukkan nilai-nilai yang
dimilikinya ke dalam berita yang dibuatnya.
3. Fungsi kontrol, isi pesan ditujukan untuk mempengaruhi tingkah laku dan
pemikiran orang sesuai dengan cara yang kita inginkan.
4. Fungsi informasi, dalam fungsi ini motivasi pemberi pesan tidak terlalu
jelas. Tujuan utama dari pembuatan pesan ini hanyalah mengirimkan (to
transfer) pengetahuan yang mungkin merubah atau tidak mengubah
khalayak.
43
1. Materi pendukung, sebuah pesan yang mengandung materi pendukung
cenderung lebih efektif dalam mempengaruhi perubahan sikap.
Contoh,ilustrasi dan riwayat sebuah kasus memiliki pengaruh yang lebih
besar ketimbang angka-angaka statistik dan ringkasan data.
2. Argumentasi Satu Sisi vs Dua Sisi, pesan yang menyajikan isi
pesan dari kedua belah sisi lebih efektif daripada hanya satu sisi
dalam rangka memperoleh penerimaan di depan khalayak.
3. Kesimpulan Eksplisit vs Implisit, perumusan pesan sebaiknya
sudah mengarahkan (leading), perlu dipertimbangkan daya nalar dan
pendidikan khalayak; pengenalan sebelumnya dan keterlibatan
khalayak; dan tingkat kepercayaan diri khalayak dalam menanggapi
tujuan khusus penyampaian pesan.
4. Isi Visual dan Hidup Pesan yang mengandung unsur visual cenderung
lebih persuasif. Visual di sini bisa berupa gambar, warna, karakter huruf
dan lain yang dapat dilihat. Visualisasi yang hidup (vivid) sering kali
memberi pengaruh yang lebih kuat daripada gambar yang pucat (pallid).
Visual yang hidup mampu membangkitkan emosi dan imajinasi. Para
desainer pesan menghindari visualisasi yang buram, pucat dan
“mati” karena hal itu tidak menarik perhatian.
5. Isi Positif vs Negatif
6. Pendekatan Emosional vs Pendekatan Rasional, efektifitas
pendekatan ini tergantung pada fokus perhatian khalayak .
7. Pendekatan Menakut-nakuti, bahwa pendekatan menakuti yang
berlebihan (strong fear appeal) bisa membuat khalayak menolak
terhadap isi pesan. Jadi jika hendak memakai pendekatan ini, sebaiknya
yang sedang (mild or intermediate fear appeals) saja, artinya
dalam batas yang masih masuk akal.
8. Pendekatan Kelompok Acuan, perencanaan pesan dengan
pendekatan kelompok acuan ini memakai seseorang sebagai rujukan.
Hal ini niscaya akan membangun kedekatan secara emosional antara
khalayak dam rujukkannya sehingga pesan akan lebih efektif.
44
9. Kreativitas Humor, yang perlu diperhatikan pula dalam merumuskan
pesan adalah keunikan dan menghibur. Lazimnya, humor
menghasilkan efek yang positif. Humor membuat khalayak
menyenangi pesan yang mereka terima.
10.Pendekatan Hard Sell vs Soft Sell, bahwa pengemasan pesan bisa
memakai pendekatan yang langsung menjual (hard sell) dan
penjualan tidak langsung (soft sell)
45
pendayagunaan bahasa tersebut ditujukan untuk mewujudkan
kepentingan-kepentingan tertentu (Gee;1999). Jadi, dalam strategi
wacana pemakaian bahasa direncanakan dengan seksama agar
menghasilkan efek yang diinginkan
c. Strategi Visualisasi
Faktor visualisasi menjadi hal yang sangat penting pula dalam
perencanaan pesan. Hal-hal yang dapat diperhatikan dalam
visualisasi pesan antara lain: 1. ukuran fisik tata letak, 2. warna, 3.
citra sederhana namun menonjol, 4. citra yang rumit, pencitraan
yang rumit (kompleks) akan sangat efektif untuk penyampaian
pesan yang bersifat informasional, 5. citra yang aneh dan dibesar-
besarkan, 6. citra yang menyentuh.
d. Faktor kreativitas dalam merencanakan pesan.
Dalam perencanaan pesan dalam rangka merebut perhatian khalayak
agar pesan yang terkirim diterima dan melekat dalam ingatan atau memori
mereka hal ini yang perlu diperhatikan oleh perencana pesan. Sementara
itu, jumlah pesan yang diterima oleh khalayak tak terhitung jumlahnya.
Maka pentingnya kretivitas dalam merancang pesan. Ketrampilan berfikir
kreatif pun tentu saja sangat dibutuhkan di sini. Untuk hal itu caranya
antara lain adalah mencoba ”ke luar” dari segala pesan yang telah ada.
46
3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan. Bahasa
memungkinkan untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri
kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.
Keterbatasan Bahasa:
47
Jenis- Pesan Non-Verbal
1. Pesan kinesik
a. Pesan fasial
b. Pesan gestural
48
1. Mendorong/membatasi
2. Menyesuaikan/mempertentangkan
3. Responsif/tak responsive
4. Perasaan positif/negative
5. Memperhatikan/tidak memperhatikan
6. Melancarkan/tidak reseptif
7. Menyetujui/menolak.
c. Pesan postural
49
2. Pesan proksemik
3. Pesan artifaktual
4. Pesan paralinguistic
50
dan bercanda (playful). Bau-bauan telah digunakan manusia untuk
berkomunikasi secara sadar maupun tidak sadar. Saat ini orang-orang
telah mencoba menggunakan bau-bauan buatan seperti parfum untuk
menyampaikan pesan.
Menyusun Pesan
Setelah khalayak dan situasinya diketahui dengan jelas, selanjutnya
langkah perumusan strategi komunikasi ialah menyusun pesan, yaitu
menentukan tema dan materi dengan orientasi agar mampu membangkitka
perhatian. Untuk membangkitkan perharian khalayak terhadap pesan yang
disampaikan dapat menggunakan AA Procedure/from Attention to Action
procedure/AIDDA.
Dalam menentukan tema dan materi atau isi pesan yang akan dilontarkan
kepada khalayak sesuai kondisinya, dapat bersifat :
1. one side issue, suatu penyajian masalah yang bersifat sepihak, hanya segi
positif saja atau hanya segi negatif saja
2. both sides issue, suatu permasalahan yang disajikan baik segi negatifnya
maupun segi positifnya.
Untuk menentukan mana yang paling efektif dari kedua cara penyajian
tersebut telah diteliti oleh Carl I. Hoveland, Arthur A. Limsdale, dan Fred D.
Sheffield, yang rekomendasinya bahwa : Both Side Issue akan efektif ketika
menghadapi orang-orang yang berbeda pendapat dengan komunikator.
Referensi:
51
PERTEMUAN KE-8
UTS
UJIAN TENGAH SEMESTER
PERTEMUAN KE-9
KOMUNIKAN
53
Kesediaan khalayak menerima pengaruh, khususnya inovasi, oleh
Schoenfeild diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Innovator ( penemu idea), orang-orang yang kaya akan idea baru yang
akan mudah atau sukar menerima idea baru lain.
55
2. Jenis-jenis khalayak berdasarkan fungsi khalayak:
▪
b. Jenis kelamin, pekejaan, keluarga, dan lain
lain)
56
Segmentasi berdasarkan isu dan komunikasi
Dalam menerima pesan, khalayak dipengaruhi beberapa faktor (Ruben & Stewart) :
a) Kebutuhan atau motivasi mereka terhadap pesan
b) Sikap, kepercayaan dan nilai yang dimiliki khalayak
c) Tujuan khalayak menerima pesan
d) Pengalaman sebelumnya dan bahasa yang dipakai
e) Kegunaan pesan bagi khalayak
f) Gaya komunikasi/cara menyampaikan pesan
g) Pengalaman dan kebiasaan khalayak terhadap objek yang dibicarakan.
Erie Country Study menemukan bahwa media massa tidak mengontrol pola
pikir masyakarat. Media massa lebih berfungsi memperteguh keyakinan yang
ada. Ada 3 bentuk pengaruh media: aktivasi, penguatan, dan konversi.
57
tetapi juga saling mempengaruhi. Khalayak dapat dipengaruhi oleh
komunikator tetapi komunikator juga dapat dipengaruhi oleh komunikan atau
khalayak. Hal ini dapat terjadi jika komunikator dan khalayak mempunyai
kepentingan yang sama. Maka komunikator harus menciptakan
persamaan kepentingan dengan khalayak dalam pesan, metoda, dan
media.
58
PERTEMUAN KE-10
MEDIA KOMUNIKASI
Era Manusia Purba dan masa bercocok tanam (tahun 3500 SM). Di mana
pada era ini manusia sudah mulai berkomunikasi dengan membuat ukiran
gambar di dinding goa atau batu dalam bentuk hieroglif dan banyak
dilakukan oleh bangsa Mesir. Everet M. Rogers (1986) mengatakan, tujuan
mereka membuat symbol atau menulis di goa merupakan sebuah
pernyataan, bahwa memang hanya itu yang bisa mereka lakukan pada saat
itu. Peninggalan sejarah mereka pada goa-goa bisa dilihat pada goa-goa
yang ada di Yogyakarta, Solo, dan lain-lain. Bangsa Mesir Kuno pun
memanfaatkan papyrus sebagai media untuk menulis, papyrus sejenis
tanaman air yang dikenal sebagai bahan membuat kertas.
Masuk Era Industri 1500-1970M, ditandai dengan ditemukannya mesin cetak
pertama pada tahun 1455 oleh Johannes Guttenberg (Jerman). Tahun 1712
mulai berkembang industri-industri dengan ditemukannya telepon, dan radio.
59
Pada 3 September 1883 mulai menjamur surat kabar di Amerika Serikat,
ditandai dengan terbitnya surat kabar untuk pertama kalinya yaitu New York
Sun. Surat kabar tersebut dikenal dengan sebutan Penny Press.
Era Informasi terjadi pada 1970-2000 M, pada era ini terjadi kemajuan
komunikasi, era ini disebut Knowledge Age. Pada masa ini sudah
menggunakan satelit komunikasi, kabel optic dalam jaringan, sehingga
masyarakat sudah bisa berinteraksi secara online.
Sebelum muncul alat komunikasi yang canggih, seperti telepon yang bisa
menjembatani manusia untuk berkomunikasi, alat-alat komunikasi lainnya
yang digunakan seperti:
1. Lonceng atau kentungan
Digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada orang
banyak, masyarakat zaman dulu menggunakan lonceng atau
kentungan. Mereka membunyikan lonceng atau kentungan sebagai
penanda pesan. Seperti, jika ada maling, kebakaran,atau untuk
himbauan berkumpul, dengan nada yang berbeda-beda dalam
menyampaikan suatu pesan.
Namun alat komunikasi tersebut dibeberapa tempat masih digunakan,
seperti di gereja atau sekolah-sekolah, bahkan ada yang
menggunakan untuk membangunkan sahur.
2. Merpati Pos
Merpati pada saat itu digunakan sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan pesan-pesan dengan orang yang keberadaanya cukup
jauh. Alat komunikasi ini sangat berfungsi ketika masa perang, karena
digunakan sebagai penyampai pesan militer yang sifatnya rahasia.
60
Untuk dapat memanfaatkan media massa secara maksimal,
komunikator harus mengetahui karakteristik media massa, karakteristik dari
berbagai media massa sebagai berikut:
61
Karakteristik Majalah
Meskipun sama-sama sebagai media cetak, majalah tetap dapat dibedakan
dengan surat kabar, karena majalah memiliki karakteristik tersendiri, yaitu:
1. Penyajian lebih dalam
Frekuensi terbit majalah pada umumnya adalah mingguan, selebihnya
dwi mingguan, bahkan bulanan (1x sebulan). Majalah berita biasanya
terbit mingguan, sehingga para reporternya punya waktu yang cukup
lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa.
2. Nilai aktualitas lebih lama
Bila nilai aktualitas surat kabar hanya berumur satu hari, maka nilai
aktualitas majalah bisa satu minggu.
3. Gambar/foto lebih banyak
Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian
beritanya yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan
gambar/foto yang lengkap, dengan ukuran besar dan kadang-kadang
berwarna, serta kualitas kertas yang digunakannya pun lebih baik.
4. Sampul sebagai daya tarik
Di samping foto cover atau sampul majalah juga merupakan daya tarik
tersendiri. Cover adalah ibarat pakaian dan aksesorisnya pada
manusia, biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan warna
yang menarik.
Karakteristik Radio:
Pesan yang disusun untuk surat kabar akan sulit dimengerti oleh komunikan
bila pesan itu disampaikan melalui radio siaran, radio siaran terdapat cara
tersendiri, yakni apa yang disebut broadcast style atau gaya radio siaran,
yang mencakup:
1. Auditori
Sifat auditori itu sebagai konsekuensi dari radio siaran untuk didengar.
Karena kemampuan mendengar manusia itu terbatas, maka pesan
komunikasi melalui radio siaran diterima dengan selintas.
62
2. Radio is the now
Dibandingkan dengan media massa yang lain, radio siaran yang
paling aktual, selain hitungan waktunya dalam detik, proses
penyampaiannya lebih simple, seringkali melakukan liputan langsung
dari tempat peliputan.
3. Imajinatif
Pendengar radio siaran bersifat imajinatif, karena hanya indra
pendengaran yang digunakan oleh khalayak dan pesannya pun
selintas, maka radio siaran dapat mengajak komunikannya untuk
berimajinasi.
4. Akrab
Sifat radio yang akrab atau intim, karena seolah-olah seorang penyiar
radio berada di kamar pendengar, menemani pendengar yang sedang
belajar atau mengerjakan pekerjaan kantor, dan mengingatkan
pendengar bahwa waktu sudah larut malam, jangan lupa mematikan
kompor dan lain-lain.
5. Gaya Percakapan
Penyampaian pesan harus bergaya percakapan (conversational style).
Karena itu, menulis naskah radio siaran haruslah sebagaimana kita
berbicara kepada khalayak sasaran (write the way you talk).
6. Menjaga Mobilitas
Mobilitas pendengar terjaga, karena pendengar tidak meninggalkan
pekerjaan ketika mendengarkan radio.
Karakteristik Televisi
Televisi memiliki karakteristik dengan menggunakan alat indera yang
berbeda dengan media massa lainnya.
1. Audiovisual
Apa bila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik,
dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang
bergerak, namun tidak berarti gambar lebih penting daripada kata-
kata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.
63
2. Berpikir dalam Gambar
Dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar:
Pertama; visualisasi, yakni menerjemahkan kata-kata yang
mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam
proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan
objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya
sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna.
Kedua; penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar
individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung
makna tertentu.
3. Pengoperasian Lebih Kompleks
Dalam pengoperasiannya televisi lebih kompleks karena melibatkan
banyak orang. Untuk menayangkan acara siaran berita yang
dibawakan oleh dua orang pembaca berita saja, melibatkan 10 orang.
64
4. Spanduk: media iklan yang dibentangkan menggunakan tali atau
penyangga yang berisi slogan, propaganda atau informasi dan
berita yang perlu diketahui oleh masyarakat.
5. Umbul-umbul: bendera beraneka warna yang dipasang
memanjang ke atas dan meruncing pada ujungnya, biasanya
dipasang untuk memeriahkan suasana serta menarik perhatian.
6. Transit Ad: merupakan iklan yang digunakan untuk mendukung
kampanye di media massa lain, seperti iklan-iklan pada kereta api
(commuter line), taksi, stasiun kereta api, bandara dan lain
sebagainya.
7. Ambient Media: kecendrungan oportunistik, dalam arti bentuknya
memanfaatkan lingkungan yang ada da seringkali atribut yang ada
dalam lingkungan tersebut menjadi bagian dari pesan itu sendiri.
Internet
Kehadiran internet dengan cepat akan menyebarluaskan nilai-nilai baru untuk
demokrasi ke seluruh dunia, terutam dalam membangun pemerintahan yang
transparan. Internet biasa disebut dengan media komunikasi maya, media
superhighway. Internet dikatakan komunikasi massa karena bisa
menjangkau khalayak secara global. Internet juga dikatakan interpersonal
karena pesan yang dibuat diarahkan dan dikonsumsi secara pribadi.
Mayoritas pengguna internet di Indonesia bagian barat, seperti pulau
Sumatera, Jawa, dan yang paling banyak terdapat di wilayah pulau Jawa.
65
Pengguna internet yang paling banyak, mayoritas sektor perdagangan dan
jasa. Dengan demikian anak DKV bisa termasuk dalam pekerjaan jasa yang
membutuhkan internet dalam aktivitasnya.
Hubungan Media, Khalayak, dan Pesan
Dalam proses memberikan pesan terhadap khalayak, media memiliki peran
yang sangat penting, karena sebuah media adalah perantara dalam
penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan, penggunaan
media bertujuan agar informasi yang disampaikan agar lebih efisien.
Referensi:
Santosa, Sigit, 2009, Creative Advertising Petunjuk Praktis Mempersiapkan
Iklan Cetak dan Elektronik dengan Efisien, Kompas Gramedia, Jakarta
66
PERTEMUAN KE-11
EFEK KOMUNIKASI
67
susunan pesan yang mereka terima. Sedangkan efek konatif atau
psikomotorik terjadi pada tingkat tingkah laku. Banyak faktor yang ikut
mendukung atau menghambat terjadinya efek psikomotorik ini, baik faktor
fisik (material) maupun non fisik ( immaterial)
(2) secara khusus setiap kampanye komunikasi memiliki bentuk dan
tingkatan efek. Dalam komunikasi pemasaran sosial, dalam hal ini berupa
penyebarserapan ide-ide baru (diffusion of innovations) dikenal proses dan
tahapan terjadinya efek ( Rogers). Jika khalayak menerima ide-ide baru
(inovasi) maka muncul rangkaian efek:: a. Tahap pengetahuan (knowledge),
b. Tahap persuasi ( persuasion) , c. Tahap pengambilan keputusan
(decision), d. Tahap penerapan (implementation), e. Tahap pemastian
(confirmation)
Untuk menambah khasanah pengetahuan mengenai efek, Windahl,
Signitzer dan Olson, mengulas empat jenis efek: resiprokal, bumerang,
limpahan informasi, dan efek orang ketiga. Efek resiprokal atau efek
pengulangan adalah efek berubahnya suatu fenomena yang sudah dikenal
masyarakat karena fenomena tersebut dikomunikasikan melalui media
massa. Jadi hal yang sudah diketahui masyarakat mendapat penguatan
dari media massa.
Ada 3 bentuk efek bumerang (1) efek yang hasilnya berlawanan
dengan tujuan komunikasi (2) efek negatif yaitu ketika informasi yang
disampaikan media massa malah memberikan dampak negatif kepada
targetnya dan (3) efek bumerang yang disebabkan terdistrosinya informasi
ketika disampaikan berulang kali berbeda.
Efek limpahan informasi muncul ketika orang yang sebenarnya tidak
menjadi target komunikasi, turut mendapat informasi dan turut terpengaruh.
Untuk efek ini, seorang perencana komunikasi harus menginterpretasikannya
dengan hati-hati karena efek ini bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, hal ini
berarti perencana komunikasi berhasil menyampaikan informasi termasuk
kepada orang-orang yang bukan targetnya. Tetapi juga bisa berarti
perencana komunikasi gagal menyampaikan pesan karena pemilihan
khalayak yang tidak akurat.
68
Efek orang ketiga bisa disebabkan karena tindakan orang-orang yang
sudah mengantisipasi atau memikirkan sesuatu sebelum menerimanya
informasi sehingga efek yang muncul bukanlah efek sesungguhnya yang
diharapkan pengirim pesan. Efek orang ketiga ini memiliki hipotesis yang
menyarankan kepada perencana komunikasi agar tidak dibutakan oleh
posisinya dan tetap berusaha mempengaruhi efek dengan meningkatkan
mutu pesan.
Efek Pesan
a) Efek kognitif
b) Efek Afektif, beberapa di antaranya:
1. Suasana emosional, kita bisa tertawa, menangis atau sebal saat
mendapat terpaan pesan media
2. Skema kognitif, dalam pikiran kita juga membuat jalan cerita sendiri
3. Suasana terpaan, kita bisa terpengaruh bagaimana kehidupan mahluk
planet, bentuk alien, dan lain-lain.
4. Predisposisi individual: tergantung karakter pribadi kita: melankoli,
kolerik, dan lain lain
5. Faktor identifikasi: sejauhmana merasa terlibat
c). Efek Behavioral.
Sumber Buku:
Uchjana Efendi, Onong Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi,Citra Aditya Bakti, Bandung,
2000
Hamad, Ibnu, Perencanaan Program Komunikasi Edisi Kedua, Universitas
Terbuka,Jakarta, 2007
69
PERTEMUAN KE-13
HAMBATAN KOMUNIKASI
70
rasa lapar, atau sedang ngantuk. Juga kondisi psikologis, misalnya
tidak ada minat, bosan, dan sebagainya.
2. Kepentingan (Interest)
Interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati suatu pesan. Orang akan memperhatikan perangsang
yang ada kaitannya dengan kepentingannya yang juga menentukan
daya tanggap, perasaan, pikiran, dan tingkah laku yang akan
merupakan sikap reaktif terhadap segala perangsang yang tidak
bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.
3. Motivasi
Motif atau daya dorong dalam diri seseorang untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan
dan kekurangannya.
Pada umumnya motif seseorang berbeda-beda jenis maupun
intensitas dengan yang lainnya, termasuk intensitas tanggapan
seseorang terhadap suatu komunikasi. Semakin komunikasi sesuai
motivasinya semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat
diterima dengan baik oleh pihak komunikan.
4. Prasangka (Prejudice)
Sikap seseorang terhadap sesuatu secara umum selalu terdapat dua
alternatif like and dislike, atau pun simpati dan tidak simpati.
71
5. Evasi Komunikasi
Evasion of communication adalah gejala mencemoohkan dan
mengelakkan suatu komunikasi untuk kemudian mendiskreditkan atau
menyesatkan pesan komunikasi. :
Menyesatkan pengertian (understanding derailed), contoh : Apabila
seorang mahasiswa menyerukan pada teman-temannya untuk
meningkatkan prestasi belajar dengan jalan rajin masuk kuliah, rajin
membaca, dan menghormati dosen maka oleh mahasiswa lain
mungkin akan diangggap sebagai usaha mencari muka.
Hambatan Internal
Berasal dari dalam diri individu yang terkait kondisi fisik dan psikologis.
Seperti: Seseorang yang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan
mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang
tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
Hambatan Eksternal
Berasal dari luar individu yang terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan
sosial budaya. Seperti: Suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat
menyebabkan komunikasi tidak berjalan lancar. Perbedaan latar belakang
sosial budaya dapat menyebabkan salah pengertian.
Referensi:
72
PERTEMUAN KE-14
KOMUNIKASI MASSA
73
5. Konteks
6. Media
Karakteristik Komunikasi Massa:
1. Ditujukan pada khalayak yang luas, heterogen, anonim, tersebar
dan tidak mengenal batas geografis-kultural.
2. Bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi. Kegiatan penciptaan
pesan melilbatkan orang banyak dan terorganisasi.
3. Pola penyampaian bersifat cepat dan tidak terkendala oleh waktu
dalam menjangkau khalayak yang luas.
4. Penyampaian pesan cenderung satu arah.
5. Kegiatan komunikasi terencana, terjadwal dan terorganisasi.
6. Penyampaian pesan bersifat berkala, tidak bersifat temporer.
7. Isi pesan mencakup berbagai aspek kehidupan manusia (ekonomi,
sosial, budaya, politik dan lain lain)
74
8. Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa
yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi
budaya tidak dapat dielakkan selalu hadir dalam bentuk komunikasi
yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Komunikan
secara sadar dan tidak sadar mempelajari budaya tertentu melalui
media massa.
Literasi Media
Dunia sehari-hari kita adalah kenyataan yang termediasi. Media
menjadi bagian dari hidup sehari-hari yang seolah-olah menjadi kenyataan
itu sendiri. Ada beberapa hal yang membedakan media dengan kenyataan.
75
Media adalah hasil dari konstruksi dan representasi kenyataan. Media
memiliki implikasi komersial, ideologis dan politik. Bentuk dan isi media
terkait dengan medium yang digunakan, artinya tiap jenis media memiliki
kode dan kebiasaan yang berbeda. Rendahnya literasi media dalam
masyarakat digital menjadi salah satu pendorong maraknya dampak negatif
penggunaan internet seperti informasi hoaks, pelanggaran privasi,
cyberbullying, konten kekerasan dan pornografi, dan adiksi media digital.
Ada banyak definisi mengenai literasi media. Secara ringkas dan
komprehensif, Sonia Livingstone (2003) menjelaskan bahwa literasi media
adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan
mengkomunikasikan pesan dalam berbagai bentuk medium.
The National Leadership Conference on Media Literacy yang merumuskan
literasi media sebagai “kemampuan untuk mengakses, menganalisis,
mengevaluasi, dan memroduksi media untuk tujuan tertentu” (Aufderheide,
1993, h. v)
Potter (2005, h. 22) bahwa literasi media adalah “satu set perspektif yang
secara aktif kita pakai untuk menafsirkan pesan-pesan dari media yang kita
temui”.
Baran dan Dennis (2010) yang mengatakan bahwa literasi media sebagai
suatu rangkaian kegiatan melek media yaitu gerakan melek media dirancang
untuk meningkatkan kontrol individu terhadap media yang mereka gunakan
untuk mengirim dan menerima pesan. Kemudian dalam hal ini melek media
dipandang sebagai sebuah keterampilan yang bisa berkembang di dalam
sebuah rangkaian dimana kita tidak selalu melek terhadap media dalam
semua situasi, setiap waktu serta terhadap semua media.
Rosenbaum, Beentjes, dan Konig (2007) serta Martens (2010) menyimpulkan
adanya kesepakatan bahwa literasi media setidaknya memiliki dua komponen
dasar: pengetahuan dan keterampilan. Rosenbaum dkk (2007) menyebutkan
bahwa pengetahuan dan keterampilan tersebut menyangkut hubungan antar
khalayak, produsen, dan media; sedang Martens (2010) mengkategorikan
pengetahuan dan keterampilan literasi media dalam empat aspek: industri
media, pesan media, khalayak media, dan efek media.
76
Mempromosikan literasi media dapat dilihat sebagai usaha untuk
melindungi sekaligus memberdayakan khalayak. Oleh karena itu, program
literasi media seringkali bertujuan untuk meningkatkan (a) demokrasi,
partisipasi, dan kewarganegaraan aktif; (b) pengetahuan akan ekonomi, daya
saing, dan keragaman pilihan; serta (c) belajar sepanjang hayat, ekspresi
budaya dan pemenuhan pribadi (Livingstone, 2007).
Referensi:
77
PERTEMUAN KE-15
Penjelasan:
A. Perspektif Transmisionis
a. Merupakan pandangan yang paling dominan dalam komunikasi.
b. Pandangan ini menekankan pada pengiriman pesan dari sumber ke
penerima melalui suatu saluran tertentu dengan suatu efek ( McQuail).
c. Komunikasi dianggap sebagai proses penyampaian pesan yang relatif
lancar tanpa hambatan. Proses komunikasi dipandang berjalan linier,
satu arah.
d. Acuan yang sering dipakai H.Lasswell.
e. Melihat komunikasi secara mekanistik, ibarat usaha menyalurkan arus
listrik dari sumbernya ke bola-bola lampu dan atau alat-alat elektronik
lainnya melalui kabel. Begitu alat-alat itu memperoleh arus listrik
langsung menyala. Padahal komunikasi manusia tidaklah bersifat
mekanistik. Baik sumber maupun penerima memiliki dimensi-dimensi
kemanusiaannya dari segi sosial dan budaya maupun aspek
biologisnya.
B. Perspektif Display
a. Komunikasi dianggap sebagai upaya menarik perhatian khalayak
dengan cara memajang ( men-display) sejumlah pesan (seperti
manaruh barang-barang di etalase toko).
78
b. Karena itu komunikasi diarahkan kepada upaya menampilkan
sebanyak-banyaknya pesan atau informasi. Dengan menampilkan
berbagai informasi diharapkan khalayak akan tertarik untuk
memperhatikan usaha komunikasi kita.
c. Perspektif ini dikenal pula dengan model publisitas, sebuah model
komunikasi yang menekankan pentingnya usaha-usaha memberi
informasi kepada publik (publisitas) agar mereka menjadi tahu dan
sadar akan pesan yang kita miliki.
C. Perspektif Mencipta Makna
a. Komunikasi sebagai usaha mencipta makna (generating of
meaning) . Komunikasi bertujuan menghadirkan makna tertentu di
benak khalayak. Jika seseorang berkomunikasi tidak hanya
bermaksud mengirim pesan, tetapi juga ingin mencipta makna
tertentu dalam pikiran penerima . Karenanya pilihan tanda (signs)
dalam komunikasi menjadi sangat mendasar agar makna yang
dikirimkan dapat dipahami oleh khalayak ( Fiske, 1990, dalam
Ibnu Hamad)
b. Dalam khasanah ilmu komunikasi, masalah penggunaan tanda
danmaknanya ini dibahas oleh semiotika.
c. Menurut semiotika, tanda (signs) terdiri dari ikon (icons) yang
dicirikan oleh kemiripan contoh foto; indeks (index) yang dicirikan
oleh keterkaitan seperti asap menandakan ada api dan simbol
(symbol) yang dicirikan oleh kesepakatan seperti “lampu merah”
disepakati dengan berhenti, semua makna kata-kata adalah hasil
kesepakatan.
d. Sedangkan mengenai makna dari tanda itu sendiri dalam
semiotika dijelaskan oleh teori segi tiga makna (triangle meaning
theory). Bahwasanya makna sebuah tanda muncul dari hubungan
segi-tiga antara tanda (signs), objek (yang ditandai) dan pikiran
(interpretasi). Dalam hubungan ini dikenal ada makna denotatif
(tekstual) dan maknakonotatif (kontekstual)
e. Dalam praktik, dunia periklanan umumnya paling banyak memakai
79
perspektif komunikasi ini. Dalam rangka membangun citra (image)
80
tertentu di benak konsumen dari produk yang ingin dijualnya, para
pengiklan memilih gambar, lagu, kata dan musik yang mendukung
terhadap pembangunan citra tersebut. Jelas di sini para pengiklan
tidak sebatas mengirim pesan melainkan bermaksud menciptakan
makna di hadapan khalayak.
D. PERSPEKTIF RITUAL
Ibarat sebuah ritus (kegiatan ibadah), komunikasi dalam perspektif ritual
dilakukan untuk memelihara dan kebersamaan solidaritas komunitas. Para
partisipan dalam komunikasi dilibatkan agar menjadi bagian komunitas
yang merasa saling memiliki, menjadi jama’ah dari komunitas tersebut.
Sehingga yang berlaku dalam komunikasi adalah istilah berbagi (sharing),
partisipasi, asosiasi, persahabatan (fellowship), memiliki keyakinan yang
sama (McQuail & Widahl, dalam Ibnu Hamad).
Dalam pandangan ritual, komunikasi bersifat merayakan ( celebratory),
menikmati, dan memeriahkan (decorative). Sehingga penggunaan
bahasapun memiliki karakteristik tertentu, yaitu:
81
kerangka (frame) tertentu sehingga melahirkan kenyataan
simbolik/kenyataan kedua tertentu.
Sumber:
Hamad, Ibnu, Perencanaan Program Komunikasi Edisi Kedua, Universitas
Terbuka,Jakarta, 2007
82
PERTEMUAN KE-16
82