Anda di halaman 1dari 42

NEMATODA

USUS
Elita Donanti
Parasitologi FKUY 0321
Nematoda Usus

2
Nematoda Usus

▰ Besar dan panjang bervariasi


▰ Mempunyai, kepala, ekor dan rongga
badan yang lengkap
▰ Sistem pencernaan, ekskresi dan reproduksi terpisah
▰ Bertelur, vivipar dan partenogenesis
▰ Cacing dewasa tidak bertambah banyak dalam tubuh manusia
▰ Bentuk infektif dapat masuk secara aktif atau tertelan
3
Soiled Transmitted Helminths (STH)

Cacing nematoda usus yang perkembangan bentuk infektifnya


membutuhkan tanah / cacing nematoda usus yang penularannya
melalui tanah:
1. Ascaris lumbricoides
2. Necator americanus (cacing tambang)
3. Ancylostoma duodenale (cacing tambang)
4. Trichuris trichiura
5. Strongyloides stercoralis

4
1
Ascaris lumbricoides

5
Ascaris lumbricoides

▰ Hospes: manusia
▰ Penyakit: askariasis
▰ Distribusi geografik : kosmopolit,
Indonesia 60 – 90%
(rural > urban dan anak > dewasa)

6
Ascaris lumbricoides

7
Ascaris lumbricoides

Patologi dan GK : 2. cacing dewasa


1. larva * asimptomatik (85%)
* pada saat berada di paru * gangguan usus ringan
* batuk, demam, eosinofilia * berat: malabsorbsi,obstruksi
* rontgen akan tampak infiltrat usus
yg menghilang dlm 3 minggu * saluran empedu, apendiks /
* sindrom Loeffler bronkus operatif

8
Ileus obstruktivus ec bolus askariasis

9
Ascaris lumbricoides

Diagnosis:
* menemukan telur pd pem
tinja
* cacing dewasa keluar sendiri
melalui mulut, hidung atau
tinja

10
Ascaris lumbricoides

Pengobatan:
* perorangan/massal
* piperasin, pirantel pamoat,mebendazol/albendazol
* pemberian mebendazole 100 mg 2kali/hr, 3 hari
* pemberian albendazol 400 mg 2 kali setahun (SD)

11
12
2
Ancylostoma duodenale
Necator americanus

13
A.Duodenale dan N. americanus

▰ Hospes: manusia
▰ Penyakit: ankilostomiasis/ nekatoriasis
▰ Distribusi geografik :
di seluruh daerah katulistiwa dan di tempat lain
dengan keadaan sesuai (pertambangan dan
perkebunan). Indonesia 40%

14
A.Duodenale dan N. americanus

15
A.Duodenale dan N. americanus

Patologi dan GK : 2. cacing dewasa


1. larva anemia hipokrom
* perubahan kulit ground itch mikrositer
* perubahan paru biasanya * gejala tgt :
ringan - spesies & jumlah cacing
* oral (penyakit wakana) - gizi penderita (Fe dan
protein)

16
A.Duodenale dan N. americanus

Diagnosis :
* tinja segar telur
* tinja lama larva
* biakan tinja Harada-Mori

Pengobatan : Pirantel pamoat


Pencegahan

17
3
Trichuris trichiura

18
Trichuris trichiura

▰ Hospes: manusia
▰ Penyakit: trikuriasis
▰ Distribusi geografik :
bersifat kosmopolit terutama di daerah panas
& lembab spt di Indonesia

19
Trichuris trichiura

20
Trichuris trichiura

▰ Habitat: sekum/ kolon ascendens


▰ Infeksi berat terutama pada anak, tersebar di rektum dan kolon
dengan gejala: - diare diselingi sindrom disentri
- anemia
- berat badan turun
- prolaps rektum
▰ Infeksi ringan tidak ditemukan gejala
21
Trichuris trichiura

▰ Diagnosis: menentukan telur dalam tinja


▰ Pengobatan: mebendazole, albendazole, pirantel pamoat
▰ Pentingnya pencegahan

22
4
Strongyloides stercoralis

23
Strongyloides stercoralis

▰ Hospes: manusia
▰ Penyakit: strongiloidiasis
▰ Distribusi geografik: tropis dan subtropis
▰ Daur hidup :
1. siklus langsung
2. siklus tidak langsung
3. autoinfeksi
24
Strongyloides stercoralis

25
Strongyloides stercoralis

▰ Patologi dan GK:


* creeping eruption
* ringan : tanpa gejala
* sedang : rasa sakit spt tertusuk2 di epigastrium tengah dan tidak
menjalar
* berat : dpt ditemukan di seluruh traktus digestivus dan larva di
berbagai alat dalam (paru, hati, empedu)
* immunocompromised: disseminated strongyloidiasis
26
Strongyloides stercoralis

Diagnosis :
* larva rhab dalam tinja segar, biakan/aspirasi duodenum
* larva fil/ cc dws hidup bebas dalam biakan tinja min 2 x 24 jam

Pengobatan :
* albendazol
* mebendazol
* mengobati penderita tanpa gjl !!
27
Strongyloides stercoralis

Prognosis : inf berat kematian


Epidemiologi :
* pencegahan tu tergantung pada sanitasi
pembuangan tinja dan melindungi kulit dari
tanah yang terkontaminasi

28
Soiled Transmitted Helminths (STH)
Al cc. tambang Tt Ss
1. btk infektif telur matang lar. filariform telur matang lar. filarifom

2. cr infeksi tertelan menembus/ tertelan menembus


tertelan

3. SH siklus paru (-) siklus paru siklus paru siklus paru

4. GK cc dws larva & cc dws cc dws larva & cc dws

5. Diagnosis telur (tinja) telur/larva telur telur/larva

29
EPIDEMIOLOGI STH

Berdasarkan data Survei pada siswa SD WHO mencatat


dari World Health di Indonesia (2013) bahwa Indonesia
Organization (WHO) menunjukan prevalensi berada pada urutan
pada tahun 2016, cacingan antara 0 - ke tiga, setelah India
lebih dari 1,5 miliar 85,9 % dengan rata- danNigeria.
orang atau 24% rata 28,12 % (angka Prevalensi 2,5%
populasi dunia nasional) (Dinkes Kab hingga 65%
terinfeksi STH Probolinggo, 2015) (Permenkes No.15
tahun 2017).

30
EPIDEMIOLOGI STH

31
EPIDEMIOLOGI STH

32
EPIDEMIOLOGI STH

33
EPIDEMIOLOGI STH

34
EPIDEMIOLOGI STH

35
5
Oxyuris vermicularis

36
Oxyuris vermicularis
Tidak termasuk STH ( soiled transmitted helminth )
Hospes dan nama penyakit :
* hospes : manusia ( satu-satunya )
* penyakit : enterobiasis atau oksiuriasis
Distribusi geografik :
* kosmopolit.
* lebih banyak ditemukan di daerah dingin >
panas
* penyebaran ditunjang oleh eratnya hubungan
antar manusia serta lingkungan yang sesuai.
37
Oxyuris vermicularis

38
Q
Oxyuris vermicularis

Habitat : rongga sekum, usus besar dan usus halus


Yang berdekatan dengan rongga sekum
(makanannya isi usus)
Patologi dan gejala klinis :
* tidak berbahaya.
* terutama disebabkan iritasi di daerah anus,
perineum & vagina, pruritus lokal ( malam hari )

sehingga tidur terganggu


39
* migrasi cacing dewasa dan cacing betina gravid
Oxyuris vermicularis

Diagnosis :
* menemukan telur dan cacing dewasa
* telur dapat ditemukan dengan anal swab
* anal swab dilakukan pada pagi hari (3 hari
berturut2)
Pengobatan terhadap seluruh anggota keluarga
Prognosis baik
Self limiting disease asal kontaminasi dengan telur bisa dihindari 40
Oxyuris vermicularis

Epidemiologi :
* prevalensi 3-80 %
* penularan dpt terjadi pd keluarga/ klp yg hidup di
linggkungan yang sama (asrama, rumah yatim piatu)
* kelompok usia terbanyak 5-9 tahun
* penularan dipengaruhi : - autoinfeksi
- debu sebagai sumber infeksi
- retrofeksi
* kebersihan perorangan penting untuk pencegahan 41
42

Anda mungkin juga menyukai