Anda di halaman 1dari 11

10/15/2007

ƒ OMT = Object Modeling Technique, 
merupakan salah saru object‐oriented 
(software engineering) methodology.
ƒ Metodologi : proses untuk menghasilkan PL 
terorganisir dengan menggunakan sejumlah
Oleh teknik dan konversi notasi yang terdefinisi.
Ir. I Gede Made Karma, MT
ƒ Merupakan sebuah proses iteratif.

ƒ Terdiri dari beberapa fase : ƒ 3 sudut pandang (model) OMT :


ƒ Analysis : memahami dan memodelkan aplikasi 1. Object Model : objek pada sistem dan
dan ranah tempatnya beroperasi. keterhubungannya.
ƒ System Design : arsitektur sistem keseluruhan 2. Dynamic Model : reaksi objek pada sistem
(lojik). terhadap event dan interaksi antar objek.
ƒ Object Design : penerjemahan konsep‐konsep 3. Functional Model : transformasi nilai (status) 
aplikasi kepada konsep komputer (fisik) objek dan batasan transformasinya.

ƒ Tujuan
Menghasilkan model dunia nyata yang benar, 
dapat dipahami, padat, dan tepat.
ƒ Masukan/Sumber
k b
ƒ Requirement yang diberikan user (TOR – term of 
reference, RFP – request for proposal, dll).
ƒ Tambahan requirement (asumsi) dari pihak
pengembang (developer) sendiri atau manajer.

MBO - OMT : Ir. I Gede Made Karma, MT


1
10/15/2007

ƒ Untuk membangun object model ƒ Terdiri dari beberapa langkah yang dilakukan


secara iteratif :
ƒ Object model = struktur data statis dari objek 1. Identifikasi objek dan kelasnya.
sistem dunia nyata dan hubungan antar 2. Siapkan kamus data.
objeknya. 3. Identifikasi asosiasi antar objek (termasuk agregasi).
ƒ Tujuan object model pada fase analysis adalah 4. Identifikasi atribut dari objek dan link (alamiah)
5. Atur dan sederhanakan kelas objek dengan konsep
komunikasi antara pengembang dengan ahli pewarisan (inheritance)
pada ranah aplikasi (application‐domain  6. Verifikasi jalur akses untuk query (alamiah)
expert). 7. Iterasi dan perhalus model
8. Kelompokkan kelas‐kelas pada modul‐modul.

ƒ Identifikasi objek‐objek yang terkait


ƒ Identifikasi kelas‐kelas dari objek‐objek yang 
relevan.
ƒ Kelas
l yang diidentifikasikan
d d f k k adalahd l h kelas
k l
pada ranah aplikasi :
ƒ eksplisit pada problem statement
ƒ Implisit pada ranah aplikasi atau pengetahuan
atas ranah.

ƒ Abaikan kelas objek yang tidak tepat, karena ƒ Penjelasan untuk setiap kelas objek yang 
teridentifkasi
ƒ redudan ƒ Mencantumkan dan menjelaskan :
ƒ tidak relevan ƒ Lingkup/peran kelas pada sistem
ƒ samar ƒ Asumsi
ƒ Batasan
ƒ lebih tepat berupa atribut ▪ Pada keanggotaan objek
ƒ lebih tepat berupa operasi ▪ Pada penggunaan
ƒ Asosiasi
ƒ lebih tepat berupa peran
ƒ Atribut
ƒ lebih merupakan konstruksi implikasi ƒ Operasi

MBO - OMT : Ir. I Gede Made Karma, MT


2
10/15/2007

Contoh ƒ Identifikasi asosiasi = kebergantungan antara


ƒ Account
satu kelas atau lebih.
ƒ Asosiasi dapat berbentuk :
▪ Adalah suatu rekening pada bank tempat suatu
transaksi
t k i diterapkan.
dit k ƒ Lokasi fisik (misal: next to, part of, contained in)
▪ Batasan keanggotaan: ƒ Aksi terarah (misal : drives)
▪ Checking account ƒ Komunikasi (misal: talks to, reports to)
▪ Saving account ƒ Kepemilikan (misal: has, part of)
▪ Asosiasi: ƒ Pemenuhan kondisi (misal: works for, married to, 
▪ Satu nasabah dapat punya lebih dari satu account. manages)
ƒ Agregasi adalah asosiasi dengan konotasi khusus: 
hubungan part‐whole atau part‐of.

ƒ Abaikan asosiasi yang tidak tepat, karena : ƒ Tambahkan semantik asosiasi:


ƒ Asosiasi antara kelas yang diabaikan ƒ Penamaan asosiasi yang salah Æ what not how
ƒ Asosiasi implementatif atau tidak relevan ƒ Penambahan nama peran
ƒ Asosiasi berupa aksi ƒ Penambahan asosiasi berkualifikasi
ƒ Asosiasi ternary Æ asosiasi binary atau asosiasi ▪ membedakan objek pada sisi ‘many’ dari asosiasi
qualified. ƒ Penambahan multiplicity
ƒ Asosiasi turunan ƒ Penambahan asosiasi yang belum terdefinisi
sebelumnya.

ƒ Identifikasi atribut objek dan atribut link ƒ Abaikan atribut yang tidak tepat karena:
ƒ Atribut = ciri dari sebuah objek ƒ Berupa objek
ƒ Atribut bukan objek ƒ Berupa qualifier
ƒ gunakan asosiasi bila ciri objek adalah objek lain. ƒ Berupa nama
ƒ Nyatakan bila atribut adalah atribut turunan ƒ Berupa identifier pada implementasi
(misal: age =to‐date – birth of date) ƒ Menyatakan status internal objek
ƒ Minor atau atribut yang sangat detail
ƒ Bertentangan dengan atribut lain Æ pemisahan
kelas menjadi dua kelas yang berbeda.

MBO - OMT : Ir. I Gede Made Karma, MT


3
10/15/2007

ƒ Pewarisan didapat dari dua arah: ƒ Mencoba menjawab pertanyaan (query) dari


ƒ Generalisasi aspek‐aspek yang sama dari sejumlah perunutan akses lewat asosiasi‐asosiasi yang 
kelas menjadi kelas‐super (bottom‐up)
ƒ Penghapusan
g p j sub‐kelas yyang 
sebuah kelas menjadi g
ada.
lebih khusus – spesialisasi (top‐down) ƒ Kemungkinan perlu menciptakan objek baru
ƒ Multiple inheritance
ƒ Mempertinggi kompleksitas konsep dan
implementasi
ƒ Dasar pewarisan:
ƒ Ciri objek
ƒ Asosiasi yang sama

ƒ Proses iterasi diperlukan untuk memastikan ƒ Tanda‐tanda kelas yang tidak perlu:


kebenaran dan kelengkapan model Æ ▪ Tidak punya atribut, operasi dan asosiasi.
menguji ulang/silang model ƒ Tanda‐tanda perlu asosiasi baru:
▪ Jalur akses untuk operasi kurang.
ƒ Kriteria pemodelan ulang:
ƒ Tanda‐tanda asosiasi yang tidak perlu:
ƒ Tanda‐tanda perlu penciptaan objek baru: ▪ Informasi redudan pada asosiasi
▪ Asosiasi & generalisasi asimetris ▪ Tidak ada operasi yang menggunakan asosiasi
▪ Atribut/operasi yang bertentangan/berlainan ƒ Tanda‐tanda penempatan asosiasi yang salah:
▪ Operasi tanpa kelas target ▪ Nama peran terlalu luas/sempit untuk kelas
▪ Duplikasi asumsi ƒ Tanda‐tanda penempatan atribut yang salah:
▪ Peran yang menentukan semantik kelas ▪ Perlu mengakses objek dengan nilai atributnya Æ qualified 
association

ƒ Modul = sejumlah kelas (terdiri dari satu atau ƒ Untuk membangun dynamic model
lebih lembar gambar diagram) yang menangkap ƒ Dynamic model = kelakuan sistem yang 
subset lojik dari keseluruhan model sistem. bergantung pada waktu dan objek‐objek
ƒ Cari cut‐point
cut point (bridge) class:
(bridge) class yang ada
d pada
d sistem tersebut.
b
ƒ Kelas yang merupakan satu‐satunya hubungan antara ƒ Tahapan umum:
dua sub‐sistem.
ƒ Pencarian event – stimuli dan responses eksternal
ƒ Batasan antar modul:
yang nyata.
ƒ Konsep ranah aplikasi
ƒ Menyusun urutan event untuk tiap objek dengan
ƒ Minimasi kelas jembatan
state diagram.
▪ Jumlah hubungan/asoisasi antar kelas

MBO - OMT : Ir. I Gede Made Karma, MT


4
10/15/2007

ƒ Terdiri atas beberapa langkah yang dilakukan ƒ Skenario = urutan kejadian yang mungkin


terjadi.
secara iteratif: ƒ Dua macam skenario yang harus dibuat :
1. Persiapkan skenario dari urutan interaksi tipikal. 1. Skenario normal : urutan interaksi tanpa kesalahan
input atau
i t  t kondisi.
k di i
2. Identifikasi event antar objek.
2. Skenario eksepsional : urutan interaksi yang 
3. Persiapkan event trace untuk tiap skenario. memiliki ketidaklengkapan, penanganan nilai
maksimum/minimum, penanganan nilai berulang‐
4. Bangun state diagram. ulang, dsb.
5. Verifikasi konsistensi dengan mencocokkan ƒ Identifikasi pula aktor (sistem, pengguna, atau
event antar objek. agent eksternal lain) yang mengakibatkan
kejadian terjadi dan parameter kejadian
tersebut.

ƒ Event adalah : ƒ State diagram dibuat untuk tiap objek (kelas) 


1. Event eksternal (sinyal, input, keputusan, interupsi, 
transisi, aksi) yang berasal atau menuju pengguna yang memiliki kelakuan dinamis Æ iteratif.
dari piranti eksternal. ƒ Memperlihatkan event yang diterima dan
2. Aksi yang dilakukan sebuah objek uang dk
dikirim oleh
l h objek
b k tersebut, dibangun
b db
menyampaikan informasi : interaksi/operasi objek ke
objek. berdasarkan event‐trace.
ƒ Buat : ƒ Interval antar dua event adalah state.
ƒ Event‐trace untuk setiap skenario : interaksi antar
objek (termasuk agen eksternal) berupa event yang  ƒ Tidak semua kelas perlu state diagram.
terurut waktu. ƒ Dibuat berdasarkan semua skenario : normal 
ƒ Diagram event‐flow : rekapitulasi interaksi antar dan eksepsional.
objek.

ƒ Gabungkan semua state diagram kelas ƒ Memperlihatkan bagaimana nilai‐nilai objek


menjadi satu state diagram : dihitung tanpa memperhatikan urutan, 
ƒ Pencabangan event dari satu state keputusan, atau struktur objek.
ƒ Penggabungan event menuju satu state ƒ Proses padad data flow diagram (DFD) adalah
d fl d d l h
ƒ Penggabungan state aktifitas atau aksi yang ada pada state 
ƒ Uji kelengkapan dan konsistensi sistem saat diagram kelas.
semua state diagram kelas selesai ƒ Data flow pada DFD adalah nilai objek atau
ƒ Tiap event harus punya pengirim maupun atribut pada object diagram.
penerima.

MBO - OMT : Ir. I Gede Made Karma, MT


5
10/15/2007

ƒ Terdiri dari beberapa langkah yang dilakukan ƒ Operasi‐operasi untuk melengkapi tiap objek
diidentifikasi setelah 3 model terbentuk.
secara iteratif : ƒ Operasi tersebut berasal dari:
1. Identifikasi nilai masukan dan keluaran ƒ Object model: pembacaan & penulisan nilai atribut
dan
d tuntutan
t t t asosiasi.
i i
2. Bangun DFD
ƒ Event: event yang dikirimkan ke suatu objek menjadi
3. Jelaskan fungsi‐fungsi operasi pada objek tersebut.
4. Identifikasi batasan (constraint) ƒ State actions/activities: menjadi fungsi
ƒ Functions pada DFD
5. Spesifikasikan kriteria optimasi.
ƒ Shopping List Operation: fungsi‐fungsi yang berasal
dari kelakukan dunia nyata (alamiah)
ƒ Penyederhanaan operasi : 
ƒ pembentukan struktur pewarisan

ƒ System Design = strategi aras tinggi untuk Perancang harus menentukan keputusan atas :


menyelesaikan persoalan dan membangun 1. Organisasi sistem dalam sub‐sistem
solusi. 2. Identifikasi konkurensi alamiah persoalan
3
3. Alokasi sub‐sistem pada prosesor dan task
ƒ Menentukan
k gaya arsitektur
k dand arsitektur
k
4. Pemilihan ancangan manajemen penyimpanan data
sistem keseluruhan. 5. Penanganan akses sumber daya global
6. Pemilihan implementasi kontrol pada perangkat
lunak
7. Penanganan kondisi batas
8. Penentuan prioritas pengorbanan (trade‐off)

ƒ Pembagian sistem solusi atas komponen‐komponen ƒ Pola hubungan antara dua sub‐sistem:
yang lebih kecil yang disebut sebagai subsistem‐
ƒ Client‐supplier (client‐server)
subsistem.
ƒ Sub‐sistem = sebuah paket berisi kelas‐kelas beserta ▪ Client memanggil supplier yang menjalankan layanan
tertentu dan memberikan hasil kembali ke client.
client
asosiasi, operasi, event, dan
i i  i  t  d batasan
b t lainnya
l i yang  
berkaitan dan mempunyai antarmuka yang wajar dan ▪ Client harus tahu antarmuka supplier.
terdefinisi dengan sub‐sistem lainnya. ƒ Peer‐to‐peer
ƒ Sub‐sistem ditandai dengan service yaitu kumpulan ▪ Tiap sub‐sistem dapat memanggil sub‐sistem lainnya
fungsi yang mempunyai tujuan serupa. ▪ Tiap sub‐sistem mengetahui antarmuka sub‐sistem lainnya.
ƒ Suatu sistem dibagi atas beberapa sub‐sistem, tiap ƒ Pola hubungan client‐supplier memperkecil
sub‐sistem dapat mempunyai sub‐sistemnya sendiri
pula Æ paling kecil = modul.
tingkat kompleksitas.

MBO - OMT : Ir. I Gede Made Karma, MT


6
10/15/2007

ƒ Pola dekomposisi sub‐sistem: ƒ Partisi


ƒ Lapisan ▪ Membagi subsistem secara vertikal
▪ Membagi subsistem secara horizontal ▪ Jenis layanan yang berbeda‐beda
▪ Lapisan bawah merupakan basis implementasi lapisan ƒ Topologi sistem
atasnya.
▪ Pembagian subsistem sesuai dengan suatu pola
▪ Subsistem tahu tentang layanan di lapisan bawahnya
tertentu:
tetapi tidak tahu di lapisan atasnya.
▪ Star
▪ Terdapat dua bentuk
▪ Pipeline, dll.
▪ Close architecture: tiap lapisan dibangun atas dasar lapisan di
bawahnya langsung.
▪ Open architecture: tiap lapisan dapat menggunakan layanan
lapisan di bawahnya sampai sedalam apapun.

ƒ Identifikasi konkurensi alamiah ƒ Identifikasi konkurensi persoalan


ƒ Gunakan model dinamis sebagai dasar ƒ Pada dasarnya semua objek konkuren
ƒ Bila dua objek menerima event pada saat yang  ƒ Penemuan thread of control ditentukan oleh
sama tanpa saling berinteraksi urutan event yang terjadi antar objek yang saling
bergantung
ƒ Thread of control = jalur kontrol melalui sejumlah
state (pada state of diagram) dimana pada satu
saat hanya satu objek yang aktif.
ƒ Satu thread of control dinyatakan sebagai task
pada sistem komputer.

ƒ Tiap subsistem konkuren dialokasi pada satu ƒ Alokasi task ke prosesor


unit perangkat keras tertentu: ƒ Penentuan hubungan fisik (physical connectivity)
ƒ General purposes processor ▪ Topologi untuk menghubungkan unit fisik
▪ Topologi
T l i untuk
t k unit‐unit yang sama
it it   
ƒ Specialized function unit
▪ Kanal komunikasi dan protokol komunikasi
ƒ Pengalokasian didasarkan atas:
ƒ Penentuan hubungan lojik
ƒ Perkiraan kebutuhan kinerja & sumber daya
▪ Komunikasi antar task secara lojik:
ƒ Bandingkan pengorbanan (trade‐off) ▪ IPC – sinkronisasi antar proses coarse‐grained
▪ Perangkat keras dibanding perangkat lunak ▪ Thread – sinkronisasi antar proses fine‐grained.
▪ Perangkat lunak dibanding perangkat keras

MBO - OMT : Ir. I Gede Made Karma, MT


7
10/15/2007

ƒ Penyimpanan data adalah kombinasi dari : ƒ Manajemen penyimpanan data menentukan:


ƒ Struktur data ƒ Kapan menggunakan media penyimpanan data yang 
mana
ƒ Files ƒ Khususnya
y untuk media penyimpanan
p y p basis data, ,
ƒ Basis data pada : harus ditentukan:
▪ Memory ▪ Model data (relasional, OO, hirarki, network, atau gabungan)
▪ Penerjemahan data pada model terdahulu (model objek) 
▪ Penyimpanan sekunder pada basis data
▪ DBMS yang dipilih berdasarkan:
▪ Kinerja
▪ Jenis aplikasi
▪ Antarmuka pemrograman

ƒ Sumber daya global menyangkut semua item  ƒ Pola penanganan sumber daya:


konfigurasi sistem: ƒ Terpusat: satu penjaga untuk satu satu sumber
ƒ Unit fisik: prosesor, drive, satelit komunikasi,  daya
saluran telepon, space (disk space), layar, dll. ƒ Delegasi: satu penjaga mendelegasikan bagian
ƒ Unit lojik: ID, nama file, nama kelas, basis data, dll sumber daya pada penjaga lain
▪ Mekanisme partisi: hanya berhak atas sebagian sumber
daya tertentu
ƒ Tiap sumber daya harus memiliki penyangga
▪ Mekanisme lock: penerima lock dapat langsung
mengakses sumber daya

ƒ Jenis kontrol perangkat lunak : ƒ Penanganan kondisi batas harus dirancang


ƒ Eksternal = alir event yang terlihat secara agar sistem tetap stabil
eksternal antar objek pada sistem. Jenisnya : ƒ Penanganan dilakukan terhadap :
▪ Procedural
Procedural‐driven sequential
driven sequential
▪ Event‐driven sequential ƒ System, 
▪ Concurrent ƒ Objek, dan
ƒ Internal : ƒ Operasi.
▪ Dibangkitkan oleh objek sebagai bagian dari
implementasi algoritma
▪ Bergantung pada paradigma bahasa yang digunakan.

MBO - OMT : Ir. I Gede Made Karma, MT


8
10/15/2007

ƒ Jenis kondisi yang harus ditangani: ƒ Pengorbanan dilakukan atas:


ƒ Inisialisasi ƒ Space
ƒ Terminasi ƒ Speed
ƒ Failure
F il ƒ Solution
▪ Identifikasi titik failure
▪ Memperkecil software defect
▪ Exception handling
▪ Informasi sebanyak‐banyaknya tentang kegagalan yang 
terjadi sebelum terminasi.
▪ Terminasi dengan anggun.

ƒ Penerapan arsitektur sistem yang terdefinisi ƒ Dynamic simulation


berdasarkan karakteristik tertentu Sistem mensimulasikan objek‐objek dunia nyata beserta
ƒ Jenis : kelakuannya.
ƒ Batch transformation ƒ Real‐time system
Transformasi data yang dieksekusi hanya sekali pada Sistem didominasi oleh batasan waktu yang tegas.
keseluruhan himpunan masukan.
ƒ Continuous transformation ƒ Transaction manager
Transformasi data yang dilakukan secara kontinu menuruti Sistem yang berkaitan dengan penyimpanan dan
perubahan input. pemutakhiran data digabungkan dengan akses konkuren
ƒ Interactive interface dari berbagai lokasi fisik.
Sistem didominasi oleh interaksi eksternal.

ƒ Menentukan: ƒ Perancang harus:


ƒ Definisi lengkap kelas dan asosiasi yang  1. Mengkombinasikan 3 model
digunakan pada implementasi 2. Merancangan algoritma (implementasi operasi)
ƒ Antarmuka 3. M
Mengoptimalkan
ti lk jalur
j l akses
k d t
data
ƒ Algoritma object methods sebagai operasi. 4. Implementasi kontrol interaksi eksternal
ƒ Optimasi perancangan untuk kemudahan: 5. Mengatur ulang struktur kelas
6. Merancang asosiasi
ƒ Implementasi
7. Menentukan representasi objek
ƒ Perawatan
8. Memaketkan kelas dan asosiasi dalam modul
ƒ Pengembangan

MBO - OMT : Ir. I Gede Made Karma, MT


9
10/15/2007

ƒ Setiap operasi pada model fungsional harus ƒ Mendefinisikan kelas‐kelas internal dan operasi


diformulasikan sebagai algoritma. baru bila perlu
ƒ Perancang algoritma harus : ƒ Menetapkan tanggung jawab operasi pada kelas‐
y g p
kelas yang tepat
ƒ Memilih
M ilih algoritma
l i yang meminimasi
  i i i cost dari
d i
▪ Asosiasikan operasi pada target dari operasi bukan
implementasi operasi, berdasarkan: inisiator
▪ Kompleksitas komputasi ▪ Objek yang berubah adalah target dari operasi
▪ Kemudahan implementasi dan pemahaman ▪ Kelas pusat pada topologi star adalah target dari operasi
▪ Fleksibelitas Æ tapi ingat, perlu pendelegasian.
ƒ Memilih struktur data yang tepat untuk tiap algoritma ▪ Asosiasikan operasi dengan kejadian dunia nyata bila
▪ Menggunakan kelas container yang telah ada. objek adalah representasi dunia nyata.

ƒ Mengoptimalkan jalur akses = mengoptimalkan ƒ Implementasi kontrol = mengimplementasikan


rancangan untuk mendukung akses informasi model dinamis
yang efisien. ƒ Ancangan untuk mengimplementasikan model 
ƒ Yang harus dilakukan adalah : dinamis :
ƒ Menambahkan asosiasi redudan untuk meminimalkan ƒ Menggunakan lokasi dalam program untuk
biaya akses dan memaksimalkan kenyamanan akses. menyimpan state (procedure‐driven system)
ƒ Mengatur ulang komputasi untuk meningkatkan ƒ Implementasi langsung dari mekanisme mesin state
efisiensi ƒ Menggunakan task‐task yang konkuren.
ƒ Menyimpan atribut turunan untuk menghindari
komputasi ulang dari ekspresi kompleks.

ƒ Pengaturan struktur kelas (definisi kelas dan ƒ Mengabstraksikan lebih tinggi kelakuan yang 
operasinya) diatur ulang untuk meningkatkan mirip
pewarisan. ƒ Mendelegasikan kelakuan (bukan pewarisan)
ƒ Dilakukan dengan cara:
ƒ Mengatur ulang kelas dan operasinya dengan:
▪ Mencari operasi yang sama/serupa
▪ Operasi dengan argumen yang lebih sedikit
▪ Operasi dengan argumen yang lebih sedikit karena berupa kasus
spesialisasi
▪ Atribut serupa dengan nama berbeda
▪ Operasi hanya terdefinisi pada sejumlah kelas dan tidak
terdefinisi pada kelas lain yang serupa.

MBO - OMT : Ir. I Gede Made Karma, MT


10
10/15/2007

ƒ Untuk mendefinisikan implementasi yang  ƒ Tranversal bidirectional, ada 3 ancangan:


tepat untuk menyatakan asosiasi ▪ Uni‐directional + pencarian (pada arah balik)
ƒ Analisis tranversal asosiasi ▪ Pointer di dua tempat, yang menunjuk ke ‘many’ 
dinyatakan sebagai set
ƒ Tranversal uni‐directional

ƒ Asosiasi dinyatakan sebagai objek tersendiri ƒ Menyatakan link attribute:


ƒ Untuk asosiasi 1‐1 disimpan sebagai atribut salah
satu objek
ƒ Untuk asosiasi m‐1 disimpan sebagai atribut dari
objek ‘many’, karena tiap objek many hanya
muncul satu kali pada tiap asosiasi
ƒ Untuk asosiasi m‐n asosiasi harus dinyatakan
sebagai objek tersendiri dan atribut link disimpan
sebagai atribut dari objek tersebut.

ƒ Menentukan representasi tiap kelas: ƒ Yang harus diperhatikan:


ƒ Menyembunyikan informasi internal dari pandangan
ƒ Merupakan susunan dari tipe‐tipe primitif luar
ƒ Merupakan susunan dari tipe primitif dan kelas ▪ Penentuan antarmuka yang baik Æ seperlunya
lain ƒ Koherensi
K h i entitas
tit
▪ Satu method bertindak sebagai
ƒ Merupakan susunan dari kelas‐kelas lain. ▪ Policy method saja atau,
▪ Implementation method saja
ƒ Pemaketan modul fisik merupakan ▪ Satu kelas harus punya satu tujuan saja
penerjemahan dari definisi kelas menjadi ƒ Pembangunan modul‐modul fisik
sejumlah kode sumber bahasa target ▪ Perhatikan coupling antar kelas
▪ Functional cohesiveness
▪ Asosiasi tingkat couplingnya lebih tinggi dari pada pola pemanggilan
client‐supplier

MBO - OMT : Ir. I Gede Made Karma, MT


11

Anda mungkin juga menyukai