DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2
VERONIKA ANGGRAENI PO7120520047
TAHUN 2022/2023
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Hernia ingunialis adalah hernia yang melalui anulus ingunialis internus yang
terletak disebelah lateral vasa epigastrica inferior,menyusuri kanalis ingunialis dan
keluar ke rongga perut melalui anulus ingunialis eksternus. Kanalis ingunialis adalah
kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8 kehamilan, terjadi desensus testis
melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritonium yang di sebut dengan prosesus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah
mengalami opliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersebut
namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis initidak menutup karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis imnguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan bila prosesus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital.
4. Pathway
Hernia inguinalis
Pembedahan
Nyeri akut
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia menurut
sifat atau tingkatatnya
Adapun hernia menurut letaknya adalah :
a. Hernia inguinalis lateral (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral
vasah epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga p
erut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi dan
anak kecil
b. Hernia inguinalis medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa episgastrika
inferior di daerah yang di batasi segetiga haselbach
c. Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada Wanita di banding
pria.
Hernia ini di mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara
bertahap menarik perotenium dan akibatnya kandung kemih masuk kedalam
kantung
d. Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. Sebagian besar merupakan kelainan yang
di dapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada Wanita dan pada pasien yang
memiliki keaaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas,
asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini trjadi pada insisi bedah sebelumnya
yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca oprasi seperti
infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.
e. Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
Menurut sifat dan tingkatan nya
a. Hernia repnibel
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri
atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada
hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada geala
obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel
Merupakan kebalikan dari hemia reponbel ( hernia tidak masuk Kembali)
biasanya di sebabkan ole perlekatan isi kantung pada peritonium.
c. Hernia inkaserata
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak
dapat Kembali di sertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis
obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehngga isi kantung bisa
terperangkap dan tidak dapat Kembali kerongga perut, akibatnya terjadi
gangguan pasase dan hernia ini lebih di masukkan hernia ireponibel
d. Hernia stranguata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk
kedalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system
perdarahanya sehingga mengakibatkan nekrosisi pada usus. Pada pemeriksaan
local usus tidak dapat di masukan Kembali di sertai adanya nyeri tekan.
6. Manifestasi klinik
Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang
mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior
maka hernia jarang sekali menjadi ireponibilis.
Hernia ini disebut direkta karena langsng menuju anulus inguinalis eksterna sehingga
meskipun anulus inguinalis interna di tekan bila pasien terdiri atau mengejan, tetap
akan timbul benjolan bila hernia ini sampai skrotum, maka hanya akan sampai
kebagian atas skrotum, sedangkan testis dan funiculus spermatikus dapat dipisahkan
dari masa hernia. Bila jari dimasukkan dalam anulus anguinalis eksterna tidak akan di
temukan dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan terasa tekanan
dan ujung jari dengan mudah meraba ligamentum cowperi pada ramusuperior tulang
pubis. Pada pasien kadang kadang di temukan gejla mudah kencing karena buli-buli
ikut membentuk dinding media hernia.
7. Komplikasi
a. Terjadi perlengketan ntara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan Kembali. Keadaan ini di sebut hernia inguinalis
ireponiblis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia
yang tersering menyebabkan keadaan ireponible adalah omentum, karena mudah
melekat pada dindaing hernia dan isinya dapat menjadi besar karena infiltrasi
lemah. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usus halus.
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyknya usus yang
masuk keadaan ini menyabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan
paskuler (proses strangulasi ). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata
pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus,yaitu perut kembung, muntah
dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul akan lebih hebat dan continew,
daerahbenjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat di lakukan dengan 2 cara yaitu konserpativ dan
pembedahan.
a. Konserpativ
Penggunaan alat penyangga dapat di pakai sebagai pengelolan sementara misalya
pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pemakaian korset tidak
dianjurkan karna alat ini dapat melemahkan otot dising perut. Pada terapi
knserpativ dapat pula di berikan obat antia analgetik yaitu mengurangi nyeri.
b. Pembedahan
Prinsip dasar hernia dari herniotomy (memotong hernia ) dan menjepit kantong
hernia ( herniorafi). Pada bedah elektif kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan,
kantong diikat, dan dilakukan basiny plasty untuk memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Pasien yang teah dilakukan Tindakan pembedahan di sarnkan
untuk tidak boleh mengendari kendaran, aktivitas dibatasi, seperti tidak boleh
mnegangat benda bert, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pengecekan laboratorium supaya dapat diketahui kerusakan pada organ yaitu jantung
dan ginjal.
a. Untuk mengetahui hasil hipertropi ventrikel kiri dengan cara EKG
b. Pemeriksaan Urinalisa untuk mendapatkan hasil urine,glukosa,urine,darah, protein
Pemeriksaan : pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
pielogram intravena arteriogram renal,renogram,
c. Rontgen dan CT scan.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Marnawi Firdaus
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 79 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan terakhir :SMA
Alamat : Desa Lingga 1 Tanjung enim
No.CM : 264428
Diagnostik medis : Hernia inguinalis sinistra
PENANGGUNG JAWAB
Nama : Defri Ansyah
Umur : 40 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Lingkungan Mandala, Tanjung Enim
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan pasien
Keluhan utama:
Tn.M mengatakan nyeri pada bagian abdomen sebelah kiri bawah, nyeri yang
dirasakan melilit-lilit sampai ke ulu hati.
Pola eliminasi
BAB:
Frekuensi BAB 2X sehari
Tidak menggunakan obat pencahar
Warna: Kuning
Konsistensi: Lembek
BAK:
Frekuensi BAK 4-5x sehari
Warna: Kekuningan
Bau: Khas urin
2. Pola seksual-reproduksi
Klien saat ini tidak merasa kesukaran/kesulitan dalam berhubungan seksual
dikarena klien tidak mempunyai pasangan (duda)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi :
b. Laboratirium
c. CT Scan
Post op
Isolasi bedah
Diskontinuitas jaringan
Nyeri akut
DO:
Klien tampak merasa takut dan Gangguan mobilitas fisik
cemas untuk
beraktivitas/mobilisasi
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik di tandai dengan klien tampak
meringis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri saat
bergerak.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi di tandai dengan pasien
mengeluh sering terjaga
D. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Marnawi Firdaus
Umur : 79 tahun
No.CM : 264428
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL HARI IMPLEMENTAS RESPON
KEPERAWATAN HASIL /TGL I
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Observasi: Edukasi: 1. Mengidentifi Pasien tidak
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 1. identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui kasi lokasi, lagi
agen pencidera fisik di maka nyeri pada Tn. M karateristik, durasi, kualitas dan karateristik, merasakan
tandai dengan klien berkurang. Dengan kriteria kualitas, intensitas keparahan nyeri durasi, nyeri.
tampak meringis hasil: nyeri yang dirasakan kualitas,
1. Keluhan nyeri menurun 2. identifikasi skala nyeri pasien. intensitas
2. Pasien tidak lagi meringis 3. identifikasi faktor yang 2. Untuk mengetahui nyeri
kesakitan memperberat dan seberapa tingkat 2. Mengidentifi
3. Tekanan darah membaik memperingan nyeri nyeri yang dirasakan kasi skala
(normal). pasien dan respon nyeri
Terapeutik: nyeri pasien 3. mengidentifi
1. Berikan teknik 3. Untuk mengetahui kasi faktor
nonfarmakologi untuk faktor yang yang
mengurangi nyeri menyebabkan nyeri memperberat
2. Kontrol lingkungan pada pasien. dan
yang memperberat rasa memperingan
nyeri misal suhu Terapeutik: nyeri
ruangan, pencahayaan, 1. Untuk mengetahui
kebisingan seberapa besar
keberhasilan dalam
Edukasi: terapi
1. Jelaskan penyebab, 2. Agar istirahat tidur
periode dan pemicu pasien terpenuhi
nyeri dan tingkat nyeri
2. Jelaskan strategi dapat menurun
meredakan nyeri
Edukasi
1. Agar keluarga
pasien dan pasien
mengerti
penyebab dan
pemicu nyeri
2. Agar pasien dapat
mengatasi nyeri
2 Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan Observasi: Observasi: 1. Mengidentifikas Pasien dapat
fisik berhubungan keperawatan 3x24 jam maka 1. Identifikasi adanya 1. Untuk i adanya nyeri melakukan
dengan nyeri ditandai mobilitas fisik pada Tn. M nyeri atau keluhan fisik mengetahui atau keluhan aktivitas
dengan nyeri saat meningkat dengan kriteria lainnya. adanya nyeri fisik lainnya. secara
bergerak. hasil: 2. Monitor frekuensi pada pasien 2. Memonitor bertahap
1. pergerakan ekstermitas jantung dan tekanan 2. Agar frekuensi frekuensi
meningkat darah sebelum memulai jantung dan jantung dan
2. kekuatan otot meningkat ambulasi tekanan darah tekanan darah
3. Rentang gerak (ROM) 3. Memonitor kondisi pasien pasien sebelum
meningat. umum selama teratasi. memulai
melakukan ambulasi. 3. Untuk ambulasi
mengetahui 3. Memonitor
Terapeutik: kondisi umum kondisi umum
1. Fasilitas melakukan pasien. selama
mobilisasi fisik, jika melakukan
perlu. Terapeutik: ambulasi
2. Libatkan keluarga 1. Untuk
untuk membantu memfasilitasi
pasien dalamm fisik pasien
meningkatkan 2. Agar keluarga
ambulasi mengetahui
Edukasi: tentang
1. Jelaskan tujuan dan peningkatan
prosedur ambulasi ambulasi.
2. Anjurkan
melakukan ambulasi
diri.
Edukasi:
1. Untuk
mengetahui
tujuan ambulasi
2. Untuk
mencegah
terjadinya
masalah pada
pasien
O:
Klien tampak meringis kesakitan,
TTV:
TD :170/80 mmhg
Nadi : 83x/ m
RR : 22X/m
Suhu : 36,2 C
A:
Masalah nyeri belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
identifikasi lokasi, karateristik, durasi,
kualitas, intensitas nyeri
identifikasi skala nyeri
identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
A:
Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi
P:
Intervensi di lanjutkan
Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Identifikasi faktor pengganggu tidur
(fisik dan/atau psikologi)
P:
Intervensi di lanjutkan
Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Identifikasi faktor pengganggu tidur
(fisik dan/atau psikologi)
Nurarif, Amin Huda.Hardhi Kusuma.2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC – NOC Jilid . Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan 12610:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan 12610:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan 12610:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.