Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TN. M DENGAN POST OPERASI


HERNIA INGUINALIS SINISTRA
DI RUANG BEDAH RSUD Dr. H. M RABAIN MUARA ENIM

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 2
VERONIKA ANGGRAENI PO7120520047

MELLEN APRIANI PO7120520048

PUTRI PASMARANI P PO7120520049

DIAH ARYUNINGTIAS PO7120520050

WINDA RISKA RIANTI PO7120520051

RIA AGUSTINA PO7120520052

ANIS RAHMAWATI PO7120520053

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEHNIK KESEHATAN PALEMBANG

PRODI DIII KEPERAWATAN LAHAT

TAHUN 2022/2023
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi

Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum dan


menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang dilapisi oleh serosa
dan disebut kantong hernia.
Hernia merupakan potrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan
Hernia ingunialis adalah hemia yang melalui anulus inguinalis dan keluar ke
rongga perut melalaui anulus inguinalis eksternus
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan hernia adalah penonjolan isi
suatu organ seperti peritoneum,lemak,usus,dan kandung kemih melalui bagian yang
lemah dari dinding abdomen sehingga menimbulkan kantong berisikan material
abnormal dengan penyebab congenital ataupun yang didapat.

2. Etiologi

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia ingunialis adalah :


a. Keadaan yang dapat menyebabkan tekanan intraabdominal di antaranya:
kehamilan, batuk kronis,pekerjaan mengangkat benda berat,mengejan pada saat
defikasi, dan mengejan pada saat miksi, hipertropi prostat
b. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
c. Kelemahan otot didinding perut
d. Anulus internus yang cukup lebar

3. Patofisiologi

Hernia ingunialis adalah hernia yang melalui anulus ingunialis internus yang
terletak disebelah lateral vasa epigastrica inferior,menyusuri kanalis ingunialis dan
keluar ke rongga perut melalui anulus ingunialis eksternus. Kanalis ingunialis adalah
kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8 kehamilan, terjadi desensus testis
melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritonium yang di sebut dengan prosesus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah
mengalami opliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanal tersebut
namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis initidak menutup karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis imnguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan bila prosesus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital.
4. Pathway

Aktivitas berat, adanya tekanan, olahraga, batuk terlalu


keras, kelemahan dinding abdomen

Hernia inguinalis

Kantung hernia melewati celah


inguinal

Dinding posterior canalis inguinalis


yang lemah

Benjolan pada region

Diatas ligmentum ingunal mengecil


bila berbaring

Pembedahan

Insisi bedah Ansietas

Kerusakan interritas kulit Terputusnya jaringan


saraf

Nyeri akut

Gangguan monbilitas fisik Gangguan pola tidur


5. Klasifikasi

Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia menurut
sifat atau tingkatatnya
Adapun hernia menurut letaknya adalah :
a. Hernia inguinalis lateral (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral
vasah epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga p
erut melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi dan
anak kecil
b. Hernia inguinalis medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa episgastrika
inferior di daerah yang di batasi segetiga haselbach
c. Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada Wanita di banding
pria.
Hernia ini di mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara
bertahap menarik perotenium dan akibatnya kandung kemih masuk kedalam
kantung
d. Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. Sebagian besar merupakan kelainan yang
di dapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada Wanita dan pada pasien yang
memiliki keaaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas,
asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini trjadi pada insisi bedah sebelumnya
yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca oprasi seperti
infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.
e. Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
Menurut sifat dan tingkatan nya
a. Hernia repnibel
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri
atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada
hernia reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada geala
obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel
Merupakan kebalikan dari hemia reponbel ( hernia tidak masuk Kembali)
biasanya di sebabkan ole perlekatan isi kantung pada peritonium.
c. Hernia inkaserata
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak
dapat Kembali di sertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis
obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa
keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehngga isi kantung bisa
terperangkap dan tidak dapat Kembali kerongga perut, akibatnya terjadi
gangguan pasase dan hernia ini lebih di masukkan hernia ireponibel
d. Hernia stranguata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk
kedalam kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system
perdarahanya sehingga mengakibatkan nekrosisi pada usus. Pada pemeriksaan
local usus tidak dapat di masukan Kembali di sertai adanya nyeri tekan.

6. Manifestasi klinik

Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang
mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior
maka hernia jarang sekali menjadi ireponibilis.
Hernia ini disebut direkta karena langsng menuju anulus inguinalis eksterna sehingga
meskipun anulus inguinalis interna di tekan bila pasien terdiri atau mengejan, tetap
akan timbul benjolan bila hernia ini sampai skrotum, maka hanya akan sampai
kebagian atas skrotum, sedangkan testis dan funiculus spermatikus dapat dipisahkan
dari masa hernia. Bila jari dimasukkan dalam anulus anguinalis eksterna tidak akan di
temukan dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan terasa tekanan
dan ujung jari dengan mudah meraba ligamentum cowperi pada ramusuperior tulang
pubis. Pada pasien kadang kadang di temukan gejla mudah kencing karena buli-buli
ikut membentuk dinding media hernia.

7. Komplikasi

a. Terjadi perlengketan ntara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan Kembali. Keadaan ini di sebut hernia inguinalis
ireponiblis. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia
yang tersering menyebabkan keadaan ireponible adalah omentum, karena mudah
melekat pada dindaing hernia dan isinya dapat menjadi besar karena infiltrasi
lemah. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada usus halus.
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyknya usus yang
masuk keadaan ini menyabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan
paskuler (proses strangulasi ). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata
pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus,yaitu perut kembung, muntah
dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul akan lebih hebat dan continew,
daerahbenjolan menjadi merah, dan pasien menjadi gelisah.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada hernia dapat di lakukan dengan 2 cara yaitu konserpativ dan
pembedahan.
a. Konserpativ
Penggunaan alat penyangga dapat di pakai sebagai pengelolan sementara misalya
pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pemakaian korset tidak
dianjurkan karna alat ini dapat melemahkan otot dising perut. Pada terapi
knserpativ dapat pula di berikan obat antia analgetik yaitu mengurangi nyeri.
b. Pembedahan
Prinsip dasar hernia dari herniotomy (memotong hernia ) dan menjepit kantong
hernia ( herniorafi). Pada bedah elektif kanalis dibuka, isi hernia dimasukkan,
kantong diikat, dan dilakukan basiny plasty untuk memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis. Pasien yang teah dilakukan Tindakan pembedahan di sarnkan
untuk tidak boleh mengendari kendaran, aktivitas dibatasi, seperti tidak boleh
mnegangat benda bert, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu.

8. Pemeriksaan Penunjang

Pengecekan laboratorium supaya dapat diketahui kerusakan pada organ yaitu jantung
dan ginjal.
a. Untuk mengetahui hasil hipertropi ventrikel kiri dengan cara EKG
b. Pemeriksaan Urinalisa untuk mendapatkan hasil urine,glukosa,urine,darah, protein
Pemeriksaan : pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
pielogram intravena arteriogram renal,renogram,
c. Rontgen dan CT scan.
BAB II
LAPORAN KASUS

Hari/tanggal : 04 Januari 2022


Jam : 13:05 WIB
Ruang : Bedah
Perawat :

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Marnawi Firdaus
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 79 tahun
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan terakhir :SMA
Alamat : Desa Lingga 1 Tanjung enim
No.CM : 264428
Diagnostik medis : Hernia inguinalis sinistra

PENANGGUNG JAWAB
Nama : Defri Ansyah
Umur : 40 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Lingkungan Mandala, Tanjung Enim

2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan pasien
Keluhan utama:
Tn.M mengatakan nyeri pada bagian abdomen sebelah kiri bawah, nyeri yang
dirasakan melilit-lilit sampai ke ulu hati.

Riwayat penyakit sekarang:


Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 04 januari 2022 jam 13:05 WIB. Klien
tampak meringis kesakitan, Klien mengatakan nyeri pada daerah lipatan paha setelah
dilakukan operasi, nyeri yang di rasakan seperti di tusuk- tusuk sampai ke ulu hati.
Skala nyeri 5 (sedang). Klien Klien tampak lemah, klien selalu dibantu dalam
melakukan aktivitas dan klien mengeluh kurang dapat beraktivitas/mobilisasi, dan
klien merasa takut dan cemas untuk beraktivitas/mobilisasi dikarenakan luka operasi.
Riwayat penyakit masa lalu:
1. Penyakit masa anak-anak
Keluarga klien mengatakan bahwa tidak ada penyakit yang di derita pada klien saat
masih anak-anak.
2. Pengalaman sakit/dirawat sebelumnya
Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah di rawat sebelumnya
3. Pengobatan terakhir
Keluarga klien mengatakan pengobatan terakhir klien di UGD PTBA Tanjung
Enim dengan keluhan nyeri pada abdomen sebelah kiri

b. Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga mengatakan tidak ada keluarga lain yang mengalami penyakit hernia maupun
Penyakit serius lainnya

c. Pengkajian pola fungsi Gordon


Persepsi terhadap kesehatan dan menajemen kesehatan:
Keluarga klien mengatakan klien memiliki kebiasaan merokok aktif

Pola aktivitas dan latihan


Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian/berdandan 
Mobilisasi di tempat tidur 
Pindah 
Ambulasi 
Makan/minum 

Pola istirahat dan tidur


 klien mengalami pola istirahat dan tidur yang sering terganggu karena nyeri pada
abdomen yang datang secara tiba-tiba
 Waktu tidur (3-5 jam)
 Klien sering terbangun

Pola nutrisi metabolik


 Keluarga klien mengatakan makanan sehari-hari klien nasi putih dan lauk-pauk
 Frekuensi makan 2x sehari, makanan habis 1 porsi
 Intake cairan ± 5 gelas perhari
 Pasien tidak merasa kesulitan ketika menelan

Pola eliminasi
BAB:
 Frekuensi BAB 2X sehari
 Tidak menggunakan obat pencahar
 Warna: Kuning
 Konsistensi: Lembek

BAK:
 Frekuensi BAK 4-5x sehari
 Warna: Kekuningan
 Bau: Khas urin

Pola kognitif dan perceptual


 Skala nyeri 5 (sedang)
 keluarga klien mengatakan klien mengatasi nyeri pada bagian abdomen dengan
menggunakan metode kompres air hangat

kemampuan konsep diri


1. Pola koping
 pengambilan keputusan klien di bantu oleh keluarganya
 yang dilakukan klien jika saat terjadi masalah adalah mencari pemecahan masalah
dan mencari pertolongan pada keluarganya

2. Pola seksual-reproduksi
Klien saat ini tidak merasa kesukaran/kesulitan dalam berhubungan seksual
dikarena klien tidak mempunyai pasangan (duda)

3. Pola peran berhubungan


 Peran klien dalam keluarga dan masyarakat sangat baik, klien mengenali setiap
keluarga dan kerabat yang datang mengunjunginya
 Keluarga klien mengatakan bahwa teman terdekatnya klien adalah keluarganya
sendiri
 Jika klien mengalami kesulitan maka anak-anaknya lah yang membantunya

4. Pola nilai dan kepercayaan


 Klien menganut satu agama yaitu agama islam
 Klien merasa yakin dan penting dengan agamanya
 Klien mengalami hambatan dalam ibadahnya karena sakit yang dirasakan
pasca operasi
PEMERIKSAAN FISIK
A. KEADAAN UMUM
1. Keasadaran
Compos mentis
2. Tanda – Tanda Vital
TD : 120/80 mmhg
Nadi : 83x/ m
RR : 22X/m
Suhu : 36,2 C

B. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE


1. Kepala
a. Inspeksi
- Bentuk : Kepala nampak bulat
- Kesimetrisan muka, tengkorak : Wajah nampak simetris, klien nampak
sesekali meringis
- Warna/distribusi rambut/kulit kepala : Warna rambut nampak hitam, rambut
nampak tipis, kulit kepala nampak bersih
b. Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
2. Mata
a. Inspeksi
- Kelopak mata : Tidak ada pembengkakan/edema pada palpebral
- Konjungtiva : Konjungtiva nampak anemis
- Skelera : Tidak icterus
- Ukuran pupil : Kedua pupil isokor
b. Palpasi
- TIO : Tidak ada peningkatan tekanan intraokuker
- Massa/Tumor : Tidak ditemukan adanya massa/tumor
- Nyeri tekan : Tidak ada
c. Lain-lain
Fungsi penglihatan :
- Baik / kabur / tidak jelas : Baik
- Rasa saki : Tidak ada.
- Operasi : Klien tidak pernah melakukan operasi mata
3. Hidung
a. Inspeksi
- Bentuk/kesimetrisan : Hidung tampak simetris
- Bengkak : Tidak ada pembengkakan
- Septum : Tidak ada
- Secret : Tidak ada
- Cuping hidung : Tidak ada
b. Palpasi
- Sinus : Tidak ada sinusitis
- Nyeri tekan/bengkak : Tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan
4. Telinga
- Keadaan telinga simetris dan pendengaran masih jelas
- Pasien masih merespon ketika diajak bicara
5. Mulut dan Tenggorokan :
- Gangguan bicara : Tidak ada gangguan dalam berbicara, klien
berbicara dengan jelas
- Kesulitan menelan : Tidak ada kesulitan menelan.
- Pemeriksaaan gigi terakhir : Tidak pernah memeriksakan gigi.
6. Leher :
a. Inspeksi :
- Bentuk/kesimetrisan : Bentuk leher tampak simetris.
- Mobilisasi leher : Leher dapat digerakkan ke samping kanan dan
kiri, keatas dan kebawah
b. Palpasi :
- Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid.
- Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
- Vena jugularis : Teraba, tidak ada distensi pada vena jugularis.
7. Dada, Paru-paru, Jantung :
a. Inspeksi :
- Bentuk dada : Nampak simetris kiri dan kanan
b. Palpasi :
- Nyeri tekan : Tidak ada
- Massa/ tumor : Tidak ada
- Denyut apeks : Teraba denyutan didaerah apeks yaitu pada ICS
5 mid clavicula kiri
c. Auskultasi :
- Suara napas tambahan : Tidak ada.
- Bunyi jantung I dan II murni reguler.
- Terdengar bunyi Lup pada fase sistol dan terdengar bunyi dup pada fase
diastole.
c. Perkusi :
- Batas paru dan hepar : Resonan ke pekak pada ICS 6 dextra.
- Batas paru dan lambung: Resonan ke typani di bawah prosesus xyphoideus
- Batas paru dan jantung : Resonan ke pekak
8. Abdomen :
a. Inspeksi :
- Kesimetrisan abdomen :Tampak simetris.
- pembengkakan/edema :Tidak ada.
- Laserasi/peradangan :Tidak ada, tampak perut naik turun mengikuti
gerak napas
- Warna sekitar abdomen : Tidak ada kemerahan.
b. Perkusi : Kuadran kanan atas: pekak (hati).
- Kuadran kiri atas: tympani (lambung).
- Kuadran kanan bawah: tympani (Caecum dan apendiks).
- Kuadran kiri bawah: tympani (kolon sigmoid).
c. Palpasi : Tidak ada udema pada kuadran kanan atas, kiri atas, kanan
bawah dan kiri bawah.
9. Genitalia dan Status Reproduksi :
- Perdarahan : Tidak ada perdarahan
- Penggunaan Kateter : Pasien tidak terpasang kateter
10. Ekstremitas :
- Keadaan kedua ekstremitas atas baik, tetapi ekstremitas kiri bawah sulit untuk
digerakkan karna nyeri luka operasi dibagian paha
- Atropi : Tidak
- Akral : Dingin
- Keluhan : Klien mengatakan nyeri saat banyak bergerak, klien Nampak
berhati-hati dalam bergerak

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi :
b. Laboratirium
c. CT Scan

D. TERAPI YANG DIBERIKAN

No Hari / Nama obat Dosis Cara Manfaat


Tanggal pemberian
1 Rabu, - Cefoperazone 50 gr//12 jam mengatasi
05-01- - Dexketoperopen 1 gr/12 jam Injeksi infeksi
2022 - Omeprazole 50 gr/24 jam intravena bakteri

2 Kamis, - Cefoperazone 50 gr//12 jam Injeksi


06-01- - Dexketoperopen 1 gr/12 jam intravena sebagai
2022 - Omeprazole 50 gr/24 jam antibiotic

3 Jum’at, - Cefoperazone 50 gr//12 jam Injeksi


07-01- - Dexketoperopen 1 gr/12 jam intravena untuk
2022 - Omeprazole 50 gr/24 jam meredahkan
nyeri ringan
hingga
sedang
B. ANALISA DATA

DATA/SYMPTOM ETIOLOGI/PENYEBAB PROBLEM


DS: Nyeri akut berhubungan
Klien mengatakan nyeri pada Batuk kronis, mengangkat dengan agen pencidera
daerah lipatan paha setelah benda berat, mengejan fisik di tandai dengan
dilakukan operasi, nyeri yang di pada saat defekasi klien tampak meringis
rasakan seperti di tusuk- tusuk
sampai ke ulu hati.
Peningkatan tekanan pada
DO: intra abdomen
-Klien tampak meringis kesakitan
-Skala nyeri : 5 (sedang)
-TTV: Hernia inguinalis
TD :120/80 mmhg
Nadi : 83x/ m
RR : 22X/m Tindakan pembedahan
Suhu : 36,2 C

Post op

Isolasi bedah

Diskontinuitas jaringan

Nyeri akut

DS: Terputusnya jaringan saraf Gangguan Mobilitas fisik


klien mengeluh kurang dapat berhubungan dengan nyeri
beraktivitas/mobilisasi ditandai dengan nyeri saat
Nyeri akut bergerak.

DO:
Klien tampak merasa takut dan Gangguan mobilitas fisik
cemas untuk
beraktivitas/mobilisasi

DS: Terputusnya jaringan saraf Gangguan pola tidur


Keluarga klien mengatakan klien berhubungan dengan nyeri
sering terbangun pada malam hari post operasi di tandai
karena nyeri pada abdomen yang Nyeri akut dengan pasien mengeluh
datang secara tiba-tiba. sering terjaga.
DO :
Klien tampak kurang tidur
Gangguan pola tidur

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisik di tandai dengan klien tampak
meringis
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri saat
bergerak.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi di tandai dengan pasien
mengeluh sering terjaga
D. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Marnawi Firdaus
Umur : 79 tahun
No.CM : 264428
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL HARI IMPLEMENTAS RESPON
KEPERAWATAN HASIL /TGL I
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Observasi: Edukasi: 1. Mengidentifi Pasien tidak
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 1. identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui kasi lokasi, lagi
agen pencidera fisik di maka nyeri pada Tn. M karateristik, durasi, kualitas dan karateristik, merasakan
tandai dengan klien berkurang. Dengan kriteria kualitas, intensitas keparahan nyeri durasi, nyeri.
tampak meringis hasil: nyeri yang dirasakan kualitas,
1. Keluhan nyeri menurun 2. identifikasi skala nyeri pasien. intensitas
2. Pasien tidak lagi meringis 3. identifikasi faktor yang 2. Untuk mengetahui nyeri
kesakitan memperberat dan seberapa tingkat 2. Mengidentifi
3. Tekanan darah membaik memperingan nyeri nyeri yang dirasakan kasi skala
(normal). pasien dan respon nyeri
Terapeutik: nyeri pasien 3. mengidentifi
1. Berikan teknik 3. Untuk mengetahui kasi faktor
nonfarmakologi untuk faktor yang yang
mengurangi nyeri menyebabkan nyeri memperberat
2. Kontrol lingkungan pada pasien. dan
yang memperberat rasa memperingan
nyeri misal suhu Terapeutik: nyeri
ruangan, pencahayaan, 1. Untuk mengetahui
kebisingan seberapa besar
keberhasilan dalam
Edukasi: terapi
1. Jelaskan penyebab, 2. Agar istirahat tidur
periode dan pemicu pasien terpenuhi
nyeri dan tingkat nyeri
2. Jelaskan strategi dapat menurun
meredakan nyeri
Edukasi
1. Agar keluarga
pasien dan pasien
mengerti
penyebab dan
pemicu nyeri
2. Agar pasien dapat
mengatasi nyeri

2 Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan Observasi: Observasi: 1. Mengidentifikas Pasien dapat
fisik berhubungan keperawatan 3x24 jam maka 1. Identifikasi adanya 1. Untuk i adanya nyeri melakukan
dengan nyeri ditandai mobilitas fisik pada Tn. M nyeri atau keluhan fisik mengetahui atau keluhan aktivitas
dengan nyeri saat meningkat dengan kriteria lainnya. adanya nyeri fisik lainnya. secara
bergerak. hasil: 2. Monitor frekuensi pada pasien 2. Memonitor bertahap
1. pergerakan ekstermitas jantung dan tekanan 2. Agar frekuensi frekuensi
meningkat darah sebelum memulai jantung dan jantung dan
2. kekuatan otot meningkat ambulasi tekanan darah tekanan darah
3. Rentang gerak (ROM) 3. Memonitor kondisi pasien pasien sebelum
meningat. umum selama teratasi. memulai
melakukan ambulasi. 3. Untuk ambulasi
mengetahui 3. Memonitor
Terapeutik: kondisi umum kondisi umum
1. Fasilitas melakukan pasien. selama
mobilisasi fisik, jika melakukan
perlu. Terapeutik: ambulasi
2. Libatkan keluarga 1. Untuk
untuk membantu memfasilitasi
pasien dalamm fisik pasien
meningkatkan 2. Agar keluarga
ambulasi mengetahui
Edukasi: tentang
1. Jelaskan tujuan dan peningkatan
prosedur ambulasi ambulasi.
2. Anjurkan
melakukan ambulasi
diri.
Edukasi:
1. Untuk
mengetahui
tujuan ambulasi
2. Untuk
mencegah
terjadinya
masalah pada
pasien

Observasi: Observasi: 1. Mengidentifik Pasien


3 Gangguan pola tidur dilakukan tindakan 1. Identifikasi pola 1. Untuk mengetahui asi pola sudah
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam maka aktivitas dan tidur kesadaran dan aktivitas dan mengetahui
nyeri post operasi di kualitas tidur membaik dengan 2. Identifikasi faktor kondisi tubuh tidur waktu tidur
tandai dengan pasien kriteria hasil: pengganggu tidur (fisik dalam keadaan 2. Mengdentifika yang efektif
mengeluh sering Keluhan sulit tidur membaik dan/atau psikologi) normal atau tidak si faktor dan pola
terjaga. - Keluahan sering terjaga Terapeutik: 2. Untuk pengganggu tidur pasien
teratasi 1. Modifikasi mengidentifikasi tidur (fisik menjadi
- Keluhan pola tidur lingkungan (misal penyebab actual dan/atau teratur
berubah teratasi pencahayaan, dari gangguan psikologi)
- Keluhan istirahat yang kebisingan, suhu, tidur
tidak cukup dapat teratasu matras, dan tempat Terapeutik
tidur). 1. Untuk membuat
2. Batasi waktu jika peasien merasa
perlu nyaman saat tidur
2. Untuk
Edukasi: meminimalisir
1. Jelaskan pentingnya aktivitas pasien
tidur cukup selama Edukasi:
sakit 1. Agar pasien
2. Anjurkan menepati mengetahui waktu
kebiasaan waktu tidur. tidur yang cukup
2. Agar pasien bisa
mengatur pola
tidurnya.
E. EVALUASI
HR/TGL/JAM DIAGNOSA EVALUASI TTD
KEPERAWATAN
Post operasi Nyeri akut b.d agen S:
Hari ke-1 pencidera fisik d.d.  Klien mengatakan nyeri pada daerah
Rabu, 05-01- klien tampak meringis lipatan paha setelah dilakukan operasi,
2022 nyeri yang di rasakan seperti di tusuk-
tusuk sampai ke ulu hati.

O:
 Klien tampak meringis kesakitan,
 TTV:
TD :170/80 mmhg
Nadi : 83x/ m
RR : 22X/m
Suhu : 36,2 C

A:
 Masalah nyeri belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
 identifikasi lokasi, karateristik, durasi,
kualitas, intensitas nyeri
 identifikasi skala nyeri
 identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri

Post operasi Gangguan Mobilitas S :


Hari ke-1 fisik berhubungan  klien mengeluh kurang dapat
Rabu, 05-01- dengan nyeri ditandai beraktivitas/mobilisasi
2022 dengan nyeri saat
bergerak. O:
 Klien mengeluh kurang dapat
beraktivitas/mobilisasi, dan klien merasa
takut dan cemas untuk
beraktivitas/mobilisasi dikarenakan luka
operasi.
A:
 Masalah gangguan mobilita fisik belum
teratasi
P:
Intervensi di lanjutkan
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya.
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai ambulasi
 Memonitor kondisi umum selama
melakukan ambulasi.
Post operasi Gangguan pola tidur S:
Hari ke-1 berhubungan dengan  Keluarga klien mengatakan klien
Rabu, 05-01- nyeri post operasi di sering terbangun pada malam hari
2022 tandai dengan pasien karena nyeri pada abdomen yang
mengeluh sering datang secara tiba-tiba
terjaga.
O:
 Klien tampak kurang tidur

A:
 Masalah gangguan pola tidur belum
teratasi

P:
Intervensi di lanjutkan
 Identifikasi pola aktivitas dan tidur
 Identifikasi faktor pengganggu tidur
(fisik dan/atau psikologi)

Post operasi Nyeri akut b.d agen S :


Hari ke-2 pencidera fisik d.d.  Klien mengatakan nyeri pada daerah
Kamis , 06-01- klien tampak meringis lipatan paha sudah berkurang
2022 O:
 Klien tampak rileks
 Terlihat bekas luka post op sudah kering
dan bersih
A:
 Masalah nyeri teratasi sebagian
P:
Intervensii di lanjutkan
 Lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
 Melanjutkan terapi dari dokter

Post operasi Gangguan Mobilitas S :


Hari ke-2 fisik berhubungan  Klien mengatakan mulai bisa miring ke
Kamis , 06-01- dengan nyeri ditandai kanan dan ke kiri dan duduk tanpa
2022 dengan nyeri saat bantuan keluarga \
bergerak  Klien mengatakan sudah mulai mampu
merubah posisi secara perlahan
O:
 Klien masih dalam pengawasan keluarga
dalam melakukan aktivitas
 Klien masih dibantu saat melakukan
aktivitas
 Klien tampak sudah sudah bisa duduk
dan berjalan secara perlahan
A:
 Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi
sebagian
P:
Intervensi di lanjutkan
 Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas
 Damping dan bantu klien saat mobilisasi
atau beraktivitas

Post operasi Gangguan pola tidur S:


Hari ke-2 berhubungan dengan  Keluarga klien mengatakan klien
Kamis , 06-01- nyeri post operasi di sudah tidak sering terbangun pada
2022 tandai dengan pasien malam hari
mengeluh sering
terjaga. O:
 k/u baik
 kantong mata tidak menghitam
A:
 Masalah gangguan pola tidur teratasi
sebagian

P:
Intervensi di lanjutkan
 Identifikasi pola aktivitas dan tidur
 Identifikasi faktor pengganggu tidur
(fisik dan/atau psikologi)

Post operasi Nyeri akut b.d agen S :


Hari ke-3 pencidera fisik d.d.  Klien mengatakan nyeri pada daerah
Jumat , 07-01- klien tampak meringis lipatan paha sudah tidak nyeri lagi
2022 O:
 Klien tampak rileks
 Klien mengatakan nyeri sudah tidak
mengganggu lagi
 Terlihat bekas luka post op sudah kering
dan bersih
A:
 Masalah nyeri teratasi
P:
Intervensii di hentikan, klien pulang
Post operasi Gangguan Mobilitas S :
Hari ke-3 fisik berhubungan  Klien mengatakan sudah bisa berjalan
Jumat , 07-01- dengan nyeri ditandai sendiri
2022 dengan nyeri saat
bergerak O:
 Klien sudah tampak berjalan dank e
kamar mandi sendiri
A:
 Masalah gangguan mobilitas fisik sudah
teratasi
P:
 Intervensi dihentikan, klien pulang

Post operasi Gangguan pola tidur S :


Hari ke-3 berhubungan dengan  Klien mengatakan pada malam hari
Jumat , 07-01- nyeri post operasi di sudah bisa tidur dengan nyenyak
2022 tandai dengan pasien O :
mengeluh sering terjaga  Klien terlihat tidur dengan nyenyak
( tidak gelisah )
 Terlihat segar saat bangun
A:
 Masalah gangguan pola tidur sudah
teratasi
P:
 Intervensi dihentikan, klien pulang
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda.Hardhi Kusuma.2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC – NOC Jilid . Jogjakarta: Mediaction Jogja.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan 12610:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan 12610:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan 12610:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai