Pertemuan ke- 6
Dosen Pengampu
Kelompok :
Penyusun :
SURAKARTA
2021
A. TUJUAN
B. DASAR TEORI
Untuk menjamin kualitas dari simplisia atau ekstrak diperlukan standararisasi simplisia
atau ekstrak. Parameter standarisasinya berupa parameter standar spesifik dan non
spesifik.
1. Parameter spesifik
a. Identitas
Tujuannya memberikan identitas objektif dari nama dan spesifik dari senyawa
identitas. Diantaranya deskripsi tata nama dan ekstrak yang mempunyai senyawa
identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi penunjuk spesifik dengan metode
tertentu. Deskripsi nama berupa nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian
tumbuhan yang digunakan dan nama Indonesia tumbuhan.
b. Organoleptik
Penggunaan panca indera mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa. Tujuannya
untuk pengenalan awal yang sederhana seobjektif mungkin.
c. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Melarutkan ekstrak dengan pelarut (alcohol atau air) untuk ditentukan jumlah solute
yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri. Dalam hal tertentu
dapat diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana, diklorometan,
metanol. Tujuannya memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan. (Ditjen
POM, 2000)
2. Ekstraksi
Ekstraksi yang sering digunakan untuk memisahkan senyawa organik adalah ekstraksi
zat cair, yaitu pemisahan zat berdasarkan perbandingan distribusi zat tersebut yang
terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling melarutkan.
Yang paling baik adalah dimana kelarutan tersebut dalam pelarut satu lebih besar
daripada konsentrasi zat terlarut dalam pelarut lainnya, harga K hendaknya lebih besar
atau lebih kecil dari satu ekstraksi jangka pendek disebut juga proses pengorokan,
sedangkan pada proses jangka panjang menggunakan soxhlet dan dengan pemanasan
(Wasilah, 1978).
Kriteria pemilihan pelarut:
- Pelarut mudah melarutkan bahan yang di ekstrak
- Pelarut tidak bercampur dengan cairan yang di ekstrak
- Pelarut mengekstrak sedikit atau tidak sama sekali pengotor yang ada
- Pelarut mudah dipisahkan dari zat terlarut
- Pelarut tidak bereaksi dengan zat terlarut melalui segala cara (Cahyono, 1991).
2.Prinsip Ekstraksi pelarut
Ekstrasi adalah proses pemindahan suatu konstituen dalam suatu sample ke suatu
pelarut dengan cara mengocok atau melarutkannya. Ektraksi pelarut bisa disebut
ekstraksi cair-cair yaitu proses pemindahan solut dari pelarut satu ke pelarut lainnya
dan tidak bercampur dengan cara pengocokkan berulang. Prinsip dasar dari ekstraksi
pelarut ini adalah distribusi zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak bercampur
(Ibrahim,2009).
3. Kadar sari
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan senyawa
dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan ini dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang
larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang
terkandung dalam simplisia.
Ada beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam yang umum digunakan seperti
maserasi, perkolasi, dan ekstraksi kontinu. Tetapi pada penelitian ini yang digunakan
adalah maserasi. Maserasi merupakan metode perendaman sampel dengan pelarut
organik, umumnya digunakan pelarut organik dengan molekul relatif kecil dan
perlakuan pada temperatur ruangan, akan mudah pelarut terdistribusi ke dalam sel
tumbuhan.
Metode maserasi ini sangat menguntungkan karena pengaruh suhu dapat dihindari,
suhu yang tinggi kemungkinan akan mengakibatkan terdegradasinya senyawa-
senyawa metabolit sekunder. Pemilihan pelarut yang digunakan untuk maserasi akan
memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan
alam dalam pelarut akibat kontak langsung dan waktu yang cukup lama dengan
sampel (Djarwis, 2004).
Salah satu kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama untuk
mencari pelarut organik yang dapat melarutkan dengan baik senyawa yang akan
diisolasi dan harus mempunyai titik didih yang tinggi pula sehingga tidak mudah
menguap (Manjang, 2004).Pada praktikum kali ini menggunakan daun kumis kucing
untuk di uji kadar sari air kadar sari etanol dan kadar abu total. Berikut monografi dari
daun kumis kucing menurut FHI ed II hal 263-264 tahun 2017
Daun kumis kucing adalah daun Orthosphonis staminei folium benth suku laminaceae
mengandung flavonoid sinensetin tidak kurang dari 0.10%
Identitas simplisia
Pemerian berupa helaian daun, rapuh, bentuk bulat telur,lonjong, belah ketupat
memanjang atau bentuk lidah tombak, pangkal membulat sampai runcing tepi
beringgit sampai bergigi tajam, ujung runcing sampai meruncing, pertulangan dun
menyirip, ibu tulang daun tampak jelas, batang dan cabang cabang berbentuk persegi ,
warna agak ungu kedua permukaan halus, warna hijau kecoklatan tidak berbau rasa
agak pahit.
Susut pengeringan tidak lebih dari 10%
Abu total tidak lebih dari 10.2%
Abu tidak larut asam tidak lebih dari 3.4%
Sari larut air tidak kurang dari 10.2%
Sari larut etanol tidak kurang dari 7.2%
Pola kromatografi
Larutan uji : 10% dalam etanol P, gunakan larutan uji KLT seperti tertera pada
kromatografi
Volume penotolan : 10 mikro liter larutan uji dan mikro liter larutan pembanding
Deteksi : UV 365
Penetapan kadar abu total Timbang saksama lebih kurang 2 sampai 3 g bahan uji yang
telah dihaluskan dan masukkan ke dalam krus silikat yang telah dipijar dan ditara, pijarkan
perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, dan timbang. Jika dengan cara ini arang
tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, aduk, saring melalui kertas saring bebas
abu. Pijarkan kertas saring beserta sisa penyaringan dalam krus yang sama. Masukkan
filtrat dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga
bobot tetap pada suhu 800±250C. Hitung kadar abu total terhadap berat bahan uji,
dinyatakan dalam % b/b.
Bobot abu
Kadar abu total = --------------------- X 100%
Bobot bahan uji
Penetapan kadar abu tidak larut asam Didihkan abu yang diperoleh pada penetapan kadar
abu total dengan 25 mL asam klorida encer selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak
larut dalam asam, saring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan
dalam krus hingga bobot tetap pada 800±250C. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam
asam terhadap berat bahan uji, dinyatakan dalam % b/b.
Bobot abu tidak larut asam
Kadar abu tidak larut asam = ---------------------------------- X 100%
Bobot bahan uji
Penetapan kadar sari larut etanol Timbang saksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang
telah dikeringkan di udara. Masukkan ke dalam labu bersumbat, tambahkan 100 ml etanol
P, kocok berkali-kali selama 6 jam pertama, biarkan selama 18 jam. Saring cepat untuk
menghindarkan penguapan etanol, uapkan 20,0 mL filtrat hingga kering dalam cawan
dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 1050C dan ditara, panaskan sisa pada suhu
1050 hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari larut etanol.
Bobot sari 100
Kadar sari larut etanol = ----------------- X ------- X 100%
Bobot serbuk 20
Penetapan kadar sari larut air Siapkan air jenuh kloroform, yaitu sebanyak 2,5 ml
kloroform dalam air suling sampai 1 liter. Timbang saksama lebih kurang 5 g serbuk
(4/18) yang telah dikeringkan di udara. Masukkan ke dalam labu bersumbat, tambahkan
100 ml air jenuh kloroform, kocok berkali-kali selama 6 jam pertama, biarkan selama 18
jam. Saring, uapkan 20,0 mL filtrat hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang
telah dipanaskan 1050C dan ditara, panaskan sisa pada suhu 1050 hingga bobot tetap.
Hitung kadar dalam % sari larut air.
Bobot sari 100
Kadar sari larut air = ----------------- X ------- X 100%
Bobot serbuk 20
ALAT BAHAN
Krus Etanol
Gelas Ukur
Oven
Muffle furnise
D. CARA KERJA
Buatlah skema kerja sesuai dengan perintah dibawah Lengkapi gambar yang mewakili
langkah kerja tersebut (bisa dari foto atau screenshoot video)
a. Penetapan Kadar sari larut air
Membuat air jenuh kloroform. Pipet kloroform 2,5
ml
Dinginkan dengan
desikator hingga
mencapai suhu
kamar
Lakukan
penimbangan wadah
kosong
Timbang serbuk
lebih kurang 2-3
gram
Masukkan sampel
ke dalam wadah
Timbang wadah
berisi sampel
Masukkan ke dalam
muffle furnace. Atur
suhu secara bertahap
Setelah zat organic
pada sampel telah
terbakar semua
turunkan suhu
perlahan. Muffle
furnace boleh
dibuka
Dinginkan dengan
desikator hingga
mencapai suhu
kamar
Timbang wadah
berisi sampel
Dipijarkan lagi
selama 1 jam
Dinginkan di
desikator
E. HASIL/DATA
B. Kadar abu
Batasan kadar abu total teoritis tidak lebih dari 10.2%
Batasan kadar abu tidak larut asam teoritis tidak lebih dari 3.4%
C. Pola Kromatogram
Fase diam : Silika gel 60 F254
Fase gerak : Toluen p – etil asetat P (93:7)
Pereaksi pendeteksi : ………….
Fase diam :
Fase gerak :
Fase pendeteksi :
E. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
I. DAFTAR PUSTAKA
Format :
1). Pengarang satu orang
Johnson MW. 1987. Parasitization of Liriomyza spp (Diptera: Agromyzidae) infesting
commercial watermelon plantings in Hawaii. J Econ Entomol 80:56-60, 62.
https://academic.oup.com/jee/article-abstract/80/1/56/758060?
redirectedFrom=fulltext.
2). Pengarang 2-5 orang
Runtunuwu SD, Hartana A, Suharsono, Sinaga MS. 2000. Penanda molekuler sifat ketahanan
kelapa terhadap Phyphthora penyebab gugur buah. Hayati 7:101-105.
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerbitan-
20141207 111430.pdf
3). Pengarang lebih dari lima orang
Wilkinson MJ et al. 2000. A direct regional scale estimate of transgene movement from
genetically modified oilseed rape to its wild progenitors. Mol Ecol 9:983-991.
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1046/j.1365-294x.2000.00986.x?sid=nlm
%3A pubmed
4). Pengarang merupakan organisasi
[SSCCCP] Scandinavian Society for Clinical Chemistry and Clinical Physiology, Committee
on Enzymes. 1976. Recommended method for the determination f γ-
glutamyltransferase in blood. Scand J Clin Lab Invest 36:119-125.
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10. 1080/00365517609055236
5). Terbitan sebagai suplemen, sisipan, edisi khusus
Magni F, Rossoni G, Berti F. 1988. BN-52021 protects guinea-pig from heart anaphylaxis.
Pharm Res Commun 20 Supl 5:75-78. https://www.sciencedirect.com/science/
article/pii/S0031698988808452
Rifai MA. 1992. Penggodokan peneliti taksonomi tumbuhan siap pakai. Floribunda 1 Sisipan
3: 22-24.
1). Buku dengan pengarang
Gunawan AW. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.
2). Buku dengan editor
Gilman AG, Rall TW, Nies AS, Taylor P, editor. 1990. The Pharmacological Basis of
Therapeutics. Ed ke-8. New York: Pergamon. hlm 60-65.
3). Buku dengan lembaga atau organisasi
[FMIPA IPB] Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.1996. Katalog Program sarjana FMIPA IPB. Bogor: FMIPA IPB.
4). Buku terjemahan tanpa editor
LAMPIRAN
JUDUL JURNAL
Alamat url : gunakan jurnal yang terkait dengan contoh sampel/simplisia
kel anda
I. CARA KERJA
Buat skema cara kerja di jurnal (boleh tulis tangan lalu foto)
II. PEMBAHASAN
Silakan bahas dan review tentang jurnal….
Bahas teknik standarisasi yang ada di jurnal secara keseluruhan
Bahas hasil analisis kualitatifnya bila ada
Berikan kesimpulan anda tentang pengujian standarisasi pada jurnal