1 PB
1 PB
php/jrpm
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika,
self-efficacy siswa dan hubungan antara kemampuan pemecahan masalah dan self-efficacy siswa kelas
VIII SMP Negeri di Kabupaten Ciamis. Penelitian ini adalah penelitian survei. Subjek penelitian
terdiri dari 389 siswa kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Ciamis yang berasal dari 13 sekolah
dengan kategori strata tinggi, sedang dan rendah. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
stratified proporsional random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 389 siswa yang
dijadikan subjek penelitian memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam kriteria rendah. Faktor-
faktor yang menyebabkan keadaan tersebut diantaranya adalah siswa kurang memahami informasi
pada soal, siswa kurang mampu membuat model matematis, dan siswa kurang teliti dalam
menyelesiakan soal. Rata-rata self-efficacy siswa berada pada kriteria sedang, yaitu 91,17. Hubungan
kemampuan pemecahan masalah matematika dan self-efficacy siswa termasuk kategori sangat rendah
karena nilai r sebesar 0,104.
Kata Kunci: kemampuan pemecahan masalah, self-efficacy siswa
How to Cite: Utami, R., & Wutsqa, D. (2017). Analisis kemampuan pemecahan masalah matematika dan self-
efficacy siswa SMP negeri di Kabupaten Ciamis. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4(2), 166-175.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v4i2.14897
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v4i2.14897
cahan masalah karena akan mempengaruhi dikan di Kabupaten Ciamis. Dengan demikian
keyakinan siswa dalam setiap langkah-langkah penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
penyelesaian pemecahan masalah yang dilaku- kemampuan pemecahan masalah matematika,
kan. Sesuai dengan hasil penelitian Hacket, self-efficacy siswa dan hubungan antara kemam-
1985; Pajares, 1996a; Pajares & Miller,1994 puan pemecahan masalah dan self-efficacy siswa
(Pajares & Miller, 1997, p. 214) menunjukkan kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Ciamis.
bahwa persepsi siswa mengenai kemampuan
METODE
pemecahan masalah matematika sesuai dengan
kemampuan mereka sebenarnya dalam meme- Jenis penelitian ini termasuk penelitian
cahkan masalah. Selain itu, hasil penelitian yang survei. Pada penelitian ini dianalisis kemampuan
telah dilakukan Pimta, Tayruakham & pemecahan masalah matematika dan self-
Nuangchalerm (2009, p. 381) self-efficacy efficacy siswa SMP Negeri di Kabupaten Ciamis
menunjukkan secara tidak langsung salah satu khususnya kelas VIII. Penelitian ini dimulai
aspek yang berpengaruh terhadap kemampuan pada 7 Februari sampai 10 Maret 2017. Populasi
pemecahan. Hal ini sejalan dengan pendapat pada penelitian ini siswa kelas VIII SMP Negeri
Pajares & Kranzler (Pajares & Miller, 1997:214) di Kabupaten Ciamis sebanyak 79 sekolah
bahwa self-efficacy telah terbukti sebagai pre- dengan ukuran populasi 11.602 siswa. Teknik
diktor yang kuat dalam kemampuan pemecahan pengambilan sampel yang digunakan adalah
masalah matematika. stratified proportional random sampling. Dari
Hasil observasi pendahuluan melalui 79 sekolah di Kabupaten Ciamis terdapat 5
wawancara kepada beberapa guru matematika sekolah yang berada pada kategori tinggi, 66
dan siswa di Kabupaten Ciamis diperoleh infor- sekolah pada kategori sedang, dan 8 sekolah
masi guru jarang memberikan soal masalah non pada strata rendah. Dalam penelitian ini ada 13
rutin, karena dalam proses pembelajaran keba- sekolah yang dipilih berdasarkan strata yaitu 1
nyakan siswa hanya mengingat bukan mema- sekolah pada kategori tinggi, 11 sekolah pada
hami konsep, sehingga siswa bingung ketika kategori sedang, dan 1 sekolah pada kategori
menghubungkan informasi yang tersaji dalam rendah. Diperoleh sampel penelitan sebanyak
soal dengan konsep yang mungkin dalam 389 siswa.
penyelesaian soal pemecahan masalah. Keba- Teknik pengumpulan data yang dilakukan
nyakan siswa mementingkan jawaban akhir dalam penelitian ini adalah tes dan angket yang
dibandingkan proses penyelesaian pada soal diberikan satu kali. Pengumpulan data untuk
pemecahan masalah. Terlebih lagi jika soal yang mengukur kemampuan pemecahan masalah
diberikan berbeda dengan contoh, menyebabkan diperoleh dengan menggunakan soal-soal peme-
ketidakyakinan siswa dalam menyelesaikan soal cahan masalah non rutin berbentuk uraian,
yang sedang dihadapi. Masih banyak persepsi sedangkan untuk mengukur self-efficacy siswa
siswa terhadap matematika adalah pelajaran terhadap belajar matematika dan dalam menye-
yang sulit. Ketika menemukan hal yang di- lesaikan soal-soal matematika.
anggap kurang paham, siswa lebih memilih Instrumen digunakan untuk memperoleh
diam tidak berani bertanya. Keadaan ini ber- data yang digunakan untuk menjawab peneliti-
dampak pada self-efficacy siswa masih rendah. an. Adapun soal yang digunakan dalam tes
Dari uraian tersebut, secara teoritis diagnostik sebagai berikut:
kemampuan pemecahan masalah dan self eficacy Soal 1:
terdapat hubungan yang saling berpengaruh dan Atika adalah seorang sales dari produk makanan
berperan penting untuk mencapai tujuan pem- ringan. Perusahaan tempat Atika bekerja, menar-
belajaran. Belum adanya penelitian yang serupa getkan para sales agar setiap hari menambah 2
dilakukan di Kabupaten Ciamis, hal ini memo- pelanggan dari hari sebelumnya. Jika selama
tivasi dan menjadi alasan dasar peneliti untuk seminggu Atika menargetkan untuk mendapat
melakukan penelitian yang berkaitan dengan 56 pelanggan, maka berapa jumlah pelanggan
kemampuan pemecahan masalah dan self- yang harus didapat Atika pada hari ketujuh?
efficacy siswa di Kabupaten Ciamis. Diharapkan
dari penelitan ini memberikan informasi menge- Soal 2:
nai kemampuan pemecahan masalah matematika Berikut ini adalah data nilai hasil ujian siswa
dan self-efficacy siswa, sehingga mampu me- kelas VII-B untuk mata pelajaran matematika.
ningkatkan kualitas mengajar guru dan menjadi Nilai siswa diurutkan dari yang terendah ke
salah solusi untuk memperbaiki kondisi pendi- yang tertinggi: 4, 4, 4, 5, 5, 5, 5, 5, 6, 6, 6, 6, 7,
Dari Tabel 5, diperoleh informasi bahwa tinggi begitu juga pada kriteria sangat rendah.
aspek level, rata-rata keseluruhan mencapai Siswa yang berada pada kriteria tinggi hanya
27,06. Sekolah strata tinggi memperoleh rata- terdapat 3 siswa, sedangkan pada kriteria sedang
rata paling kecil dibandingkan sekolah strata sebanyak 21 siswa dan pada kriteia rendah
yang lain. Pada aspek generality, rata-rata kese- sebanyak 4 orang.
luruhan mencapai 30,62. Sekolah strata tinggi Selanjutnya, pada Tabel 7 menyajikan
memperoleh rata-rata paling kecil dibandingkan hasil jenis jawaban tes diagnostik siswa pada
sekolah strata yang lain. Pada aspek strength, tiap butir soal. Tes diagnostik diberikan dalam
rata-rata keseluruhan mencapai 34,04. Sekolah bentuk soal uraian sebanyak 5 soal pada materi
strata sedang memperoleh rata-rata paling ting- bilangan, statistika, geometri, peluang dan
gi, sedangan sekolah strata tinggi memperoleh aljabar. Setiap soal yang dikerjakan oleh 389
rata-rata paling kecil. Namun, secara keseluruh- siswa terdiri atas tahapan polya yang terdiri 4
an rata-rata self-efficacy siswa pada tiap aspek langkah, namun khusus untuk soal nomor 2
berada pada kriteria sedang. hanya terdiri dari 3 langkah. Hasil dari tes
Frekuensi dan persentase banyak siswa diagnostik siswa yang telah terkumpul, peneliti
pada setiap kriteria self-efficacy siswa terhadap mengkoreksi untuk melihat banyaknya siswa
matematika dihitung sesuai dengan rentang skor yang menjawab benar (MB), benar namun
yang telah ditentukan, hal ini dapat dilihat pada kurang lengkap (BK), ada kesalahan (AK), tidak
Tabel 6. menjawab (TM). Berikut hasil yang diperoleh
Data pada Tabel 6 menunjukkan, tidak dari jawaban siswa pada sekolah strata tinggi,
terdapat siswa yang masuk pada kriteria sangat strata sedang dan strata rendah kelas VIII SMP
tinggi, hanya 1 orang yang berada pada kriteria Negeri di Kabupaten Ciamis.
tinggi, sedangkan sebagian besar siswa berada Data pada Tabel 7 merupakan pekerjaan
pada kriteria sedang sebanyak 21 orang dan 3 siswa pada tiap butir soal, persentase siswa yang
orang pada kriteria rendah. Sedangkan jumlah tidak menjawab soal yaitu 45.93%, lebih banyak
siswa di strata sedang paling banyak diantara jika dibandingkan dengan jumlah siswa yang
strata tinggi dan strata rendah, yaitu sebanyak menjawab benar yaitu 12,04%, siswa yang
336 siswa. Jumlah siswa pada kriteria sangat menjawab benar tapi kurang lengkap sebanyak
tinggi sebanyak 14 siswa, sedangkan pada 23,75% dan siswa yang menjawab namun masih
kriteria tinggi sebanyak 62 siswa. Strata sedang ada kesalahan sebanyak 18,27%. Hal ini menun-
didominasi oleh siswa pada kriteria sedang seba- jukkan bahwa banyak siswa belum mampu
nyak 202 siswa, pada kriteria rendah terdapat 47 menyelesaikan soal pemecahan masalah bahkan
siswa dan hanya 11 orang yang terdapat pada persentase tertinggi diduduki oleh siswa yang
kriteria sangat rendah. Dari 28 siswa pada strata memilih untuk tidak menjawab soal karena
rendah, tidak terdapat siswa pada kriteria sangat ketidakmampuannya menyelesaikan soal.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kriteria Self-efficacy Siswapada Tiap Strata
Nama Sekolah Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Jumlah
f 0 1 21 3 0 25
Strata Tinggi
% 0 4 84 12 0 100
f 14 62 202 47 11 336
Strata Sedang
% 4,17 18,45 60,12 13,9 3,17 100
f 0 3 21 4 0 28
Strata Rendah
% 0 10,7 75 14,3 0 100
Tabel 7. Hasil Jenis Jawaban Tes Diagnostik pada Tiap Butir Soal
Jumlah Siswa (%)
Jenis Jawaban Jumlah
Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5
f 288 115 115 157 215 890
Benar (MB)
% 18,51 9,85 7,39 10,09 13,82 12,04
f 523 439 292 238 263 1955
Benar tapi kurang lengkap (BK)
% 33.61 37,62 18,77 15,30 16,90 23,75
f 299 381 418 145 107 1350
Ada Kesalahan (AK)
% 19,22 32,65 26,86 9,32 6,88 18,27
f 445 232 731 1016 971 3395
Tidak Menjawab (TM)
% 28,60 19,88 46,98 65,30 62,40 45,93
Tabel 11. Deskripsi Kriteria Tahapan Polya Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Tiap Strata
Memahami Merencanakan Melaksanakan Rencana Memeriksa
Sekolah Masalah Pemecahan Masalah Pemecahan Masalah Kembali Hasil
% 62,4 37,33 50,4 3,5
Strata Tinggi
Kriteria Tinggi Rendah Sedang Sangat Rendah
% 48,95 34,84 42,74 3,72
Strata Sedang
Kriteria Sedang Rendah Sedang Sangat Rendah
% 43,33 25,48 27,62 0
Strata Rendah
Kriteria Sedang Rendah Rendah Sangat Rendah
menentukan kecukupan informasi pada soal. menggunakan rumus lain. Persentase kemampu-
Situasi tersebut merupakan fakta yang lazim an siswa dalam tahap ini paling kecil dibanding-
ditemukan di lapangan. Menurut Newman kan dengan tahap polya yang lainnya. Keba-
(White, 2005,p.17), siswa yang mampu nyakan siswa tidak menghiraukan perintah pada
membaca kata dalam soal tidak lantas mampu soal untuk tahap memeriksa kembali, siswa
memahami penguasaan kata-kata tersebut. merasa cukup dengan perolehan hasil akhir
Terkait dengan hal tersebut, memahami bahasa tanpa menganalisis kembali dan juga banyak
dan model matematis memang merupakan hal siswa kebingungan untuk melakukan substitusi
yang tidak dikuasai oleh semua siswa. Menurut hasil yang diperoleh apalagi untuk mencari
Geary (2004, p.4), siswa memiliki kemampuan rumus lain.
yang kurang dalam memproses informasi dalam Sedangkan untuk hasil self-efficacy siswa,
satu atau semua domain matematika. secara keseluruhan rata-rata self eficacy siswa
kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Ciamis
Merencanakan Pemecahan Masalah
berada pada kriteria sedang, diharapkan
Tahap merencanakan pemecahan masalah kemampuan pemecahan masalah matematika
berada pada kriteria rendah berdasarkan persen- siswa juga berada kriteria sedang, namun pada
tase langkah polya. Menurut Newman (White, kenyataannya berbeda. Kemampuan pemecahan
2000, p. 17) siswa yang sudah mampu mema- masalah matematika siswa berada pada kriteria
hami apa yang diinginkan soal belum tentu rendah. Keadaan yang terjadi tidak sesuai
mampu mengidentifikasi pola/operasi yang dengan pernyatan Pajares (2005, p.339) bahwa
dibutuhkan untuk memecahkan soal tersebut. self-efficacy memberikan dasar untuk memoti-
Keadaan ini sesuai hasil penelitian Sari & vasi, bertindak baik dan berprestasi dalam se-
Wijaya (2017, p.105) bahwa banyak siswa sulit mua bidang kehidupan. Namun menurut Schunk
menganalisis fakta yang ada pada soal untuk (2012, p. 164) siswa yang memiliki kelemahan
dikaitkan dengan konsep matematis yang rele- dalam belajar menunjukkan interaksi antara self-
van sehingga siswa salah mentransformasikan efficacy dan faktor-faktor lingkungan. Beberapa
masalah pada model matematika. faktor yang diduga menyebabkan kemampuan
Ketidakmampuan siswa dalam meren- pemecahan masalah siswa sangat rendah di-
canakan pemecahan masalah dapat terlihat antaranya, siswa belum terbiasa menyelesaikan
ketika siswa salah dalam memilih rumus atau soal pemecahan masalah non rutin, siswa mudah
konsep yang akan digunakan dalam menyelesai- menyerah dalam menyelesaikan soal, siswa
kan soal. kurang teliti dalam menyelesaikan soal, siswa
kurang aktif untuk bertanya ketika menemukan
Melaksanakan Pemecahan Masalah
hal-hal yang dianggap sulit, metode pembel-
Ketidakmampuan siswa dalam melaksa- ajaran yang diterapkan guru kurang meningkat-
nakan pemecahan masalah yang paling banyak an keaktifan siswa dalam belajar, sehingga
ditunjukkan ketika menentukan hubungan antara keadaan ini berdampak pada hubungan kemam-
informasi yang terdapat pada soal dengan puan pemecahan masalah matematika dan self-
rumus/konsep yang harus digunakan. Sebagian efficacy siswa yang dilihat menggunakan inter-
besar siswa merasa bingung ketika mengaitkan pretasi terhadap koefisien korelasi yang diper-
hubungan antara apa yang diketahui pada soal oleh atau nilai r. Koefisien korelasi hu-bungan
dan langkah penyelesaian yang harus dilakukan, kemampuan pemecahan masalah matematika
sehingga siswa sering salah dalam menyelesai- dengan self-efficacy siswa kelas VIII SMP
kan soal, tidak sesuai dengan rumus yang ditulis Negeri di Kabupaten Ciamis termasuk kategori
pada tahap merencanakan pemecahan masalah. sangat rendah karena nilai r menun-jukkan
Keadaan ini sesuai pernyataan Newman (White, 0,104.
2005, p.17) yaitu sangat mungkin terjadi pada
siswa yang mampu mengidentifikasi operasi SIMPULAN
atau pola operasi pada soal, tetapi tidak mampu Berdasarkan penelitian dan pembahasan,
menyelesaikan operasi secara tepat. maka dapat disimpulkan bahwa Kemampuan
Memeriksa Kembali Hasil pemecahan masalah matematika siswa kelas
VIII SMP Negeri di Kabupaten Ciamis berada
Kemampuan siswa dalam tahap memerik- pada kriteria rendah. Berdasarkan tahap polya,
sa kembali dapat ditunjukkan pada saat siswa kemampuan pemecahan masalah pada tahap
mensubstitusikan hasil yang telah diperoleh atau memahami masalah 49,41% berada pada kriteria
sedang, tahap merencanakan pemecahan masa- Pajares, F. & Miller, M.D.(1997). Mathematics
lah 34,33% berada pada kriteria rendah, tahap self-efficacy and mathematical problem-
melaksanakan rencana masalah 42,14% berada solving implication of using different
pada tahap sedang dan tahap memeriksa kembali forms of assesment. The Journal of
hasil 4,24% berada pada kriteria sangat rendah. Experimental Education, 65(3), 213-228.
Sedangkan, self-efficacy siswa kelas VIII SMP
Permendikbud. (2016). Salinan Lampiran
Negeri di Kabupaten Ciamis berada pada kri-
Peraturan Menteri Pendidikan dan
teria sedang, dengan rata-rata 91,17. Berdasar-
Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014
kan aspek self-efficacy, secara keseluruhan
Tentang Kurikulum 2013 Sekolah
siswa berada pada kriteria sedang namun dengan
Menengah Pertama/Madrasah
rata-rata yang berbeda. Siswa pada aspek level
Tsanawiyah.
mencapai rata-rata 27,01, sedangkan pada aspek
generality siswa mencapai rata-rata 30,62 dan Pimta, S. Tayraukham, S. & Nuangchalerm, P.
pada aspek strength siswa mencapai rata-rata (2009). Factors Influencing Mathematic
34,02. Hubungan kemampuan pemecahan Problem-solving Ability of Sixth Grade
masalah matematika dan self-efficacy siswa Students.Journal of social sciences, 5(4),
dilihat menggunakan interpretasi terhadap koe- 381-385.
fisien korelasi yang diperoleh atau nilai r. Prakitipong, N. & Nakamura, S. (2006).
Koefisien korelasi hubungan kemampuan Analysis of mathematics performence of
pemecahan masalah matematika dengan self- grade five students in Thailand using
efficacy siswa kelas VIII SMP Negeri di Kabu- Newman prosedure. Journal international
paten Ciamis termasuk kategori sangat rendah Cooperation in Education, 9, 111-122.
karena nilai r sebesar 0,104.
Puspendik. (2012). Kemampuan matematika
DAFTAR PUSTAKA siswa SMP Indonesia menurut benchmark
Bandura, A. (2009). Self-efficacy in changing internasional TIMSS 2011. Jakarta:
societies. Cambridge, UK: Cambridge Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
University press. Sari, R., & Wijaya, A. (2017). Mathematical
Ebel, R.L. & Frisbie, D.A. (1986). Essential of literacy of senior high school students in
educational measurement. New Jerseey: Yogyakarta. Jurnal Riset Pendidikan
Prentice- Hall, Inc. Matematika, 4(1), 100-107.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v4i1.
Geary, D.C. (2004). Mathematics and learning
10649
disabilities. Jurnal of Learning
Disabilities, 37(1), 4-15. Schunk, D. (2012). Teori-teori pembelajaran:
perspektif pendidikan. (Translated by Eva
Liu, X. & Koirala, H. (2009). The effect of
Hamdiah dan Rahmat Fajar).
mathematics self-efficacy on mathematics
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
achievement of high school students. NER
Conference Proceedings, 10(30). Yates, S.M. (2002). The influence of optimism
and pessimism on student achievement in
Lunenburg, F. C.(2011).Self-efficacy in the
mathematics. Mathematics Education
workplace: implication for motivation and
Research Journal, 14(1), 4-15.
performance. International Journal of
Management, Bussissnes, and Yazgan, Y. (2015). Sixth graders and non-
Administration. 14(1),1-6. routine problems: Which strategies are
decisive for success. Educational
National Council of Teachers of Mathematics.
Research and Reviews, 10(13), 1807-
(2000). Principles and standars for school
1816.
mathematics.Reston, VA:The National
Council of Teachers of Mathematics, Inc. White, A. L. (2005). Active mathematics in
classrooms:finding out why children
Nitko, A. J. (2011). Educational Assessment of
make mistake and then doing something
Student. Englewood Cliffs. NJ: Merrill
to help them. Square one, 15,15-19.
Prentice Hall, Inc.