Anda di halaman 1dari 10

Available online at http://journal.uny.ac.id/index.

php/jrpm

Jurnal Riset Pendidikan Matematika 4 (2), 2017, 166-175

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Self-Efficacy Siswa


SMP Negeri di Kabupaten Ciamis
Ratna Widianti Utami 1 *, Dhoriva Urwatul Wutsqa 1
1
Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta. Jalan
Colombo No. 1, Karangmalang, Yogyakarta 55281, Indonesia.
* Corresponding Author. Email: ratnautami24@gmail.com
Received: 17 July 2017; Revised: 2 November 2017; Accepted: 9 November 2017

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika,
self-efficacy siswa dan hubungan antara kemampuan pemecahan masalah dan self-efficacy siswa kelas
VIII SMP Negeri di Kabupaten Ciamis. Penelitian ini adalah penelitian survei. Subjek penelitian
terdiri dari 389 siswa kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Ciamis yang berasal dari 13 sekolah
dengan kategori strata tinggi, sedang dan rendah. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
stratified proporsional random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 389 siswa yang
dijadikan subjek penelitian memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam kriteria rendah. Faktor-
faktor yang menyebabkan keadaan tersebut diantaranya adalah siswa kurang memahami informasi
pada soal, siswa kurang mampu membuat model matematis, dan siswa kurang teliti dalam
menyelesiakan soal. Rata-rata self-efficacy siswa berada pada kriteria sedang, yaitu 91,17. Hubungan
kemampuan pemecahan masalah matematika dan self-efficacy siswa termasuk kategori sangat rendah
karena nilai r sebesar 0,104.
Kata Kunci: kemampuan pemecahan masalah, self-efficacy siswa

An Analysis of Mathematics Problem-solving Ability and Self-Efficacy Students of


Junior High School in Ciamis Regency
Abstract
This study aims to describe the mathematics problem-solving ability, self-efficacy of students
and the relationship between the problem-solving and self-efficacy of the grade VIII students of the
junior high school in Ciamis Regency. This study was categorized as survey research. The research
subjects were 389 junior high school grade VIII in Ciamis Regency from 13 schools which were
categorized as high, moderate and low schools. The research sample was selected by means of the
stratified proportional random sampling technique. The results of the study are as follows, 389
students as the research subject have low criteria in problem-solving ability. Factors that cause this
situation, such as students are less understanding of existing information on the problem, students are
less able to make mathematical models, and students are less thorough in problem-solving. The
average of students’ self-efficacy was at moderate criteria, 91.17. The relationship between problem-
solving ability and self-efficacy of students was at very low criteria because of the r-value of 0.104.
Keywords: problem-solving ability, self-efficacy students

How to Cite: Utami, R., & Wutsqa, D. (2017). Analisis kemampuan pemecahan masalah matematika dan self-
efficacy siswa SMP negeri di Kabupaten Ciamis. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4(2), 166-175.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v4i2.14897

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v4i2.14897

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 167
Ratna Widianti, Dhoriva Urwatul Wutsqa

PENDAHULUAN masalah siswa. Salah satunya melihat hasil UN


di Kabupaten Ciamis. Berdasarkan laporan dari
Matematika merupakan salah satu mata
BSNP, hasil UN tingkat SMP di Kabupaten
pelajaran yang wajib dipelajari oleh siswa pada
Ciamis selama tiga tahun terakhir merupakan
setiap jenjang pendidikan. Pentingnya mate-
mata pelajaran paling rendah dibandingkan mata
matika tidak hanya dipelajari di dalam kelas,
pelajaran yang diujikan lainnya, sesuai pada
namun matematika dekat dengan kegiatan
Tabel 1. Keadaan ini menunjukkan siswa belum
kehidupan sehari-hari. Seperti yang disebutkan
menguasai materi matematika yang diujikan.
dalam Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014
Dengan kata lain, dapat diindikasikan siswa
bahwa matematika merupakan ilmu universal
kurang mampu memahami dan memecahkan
yang berguna bagi kehidupan manusia dan juga
permasalahan matematika yang diberikan.
mendasari perkembangan teknologi modern,
serta mempunyai peran penting dalam berbagai Tabel 1. Hasil UN di Kabupaten Ciamis
disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Nilai Tahun Tahun Tahun
Kriteria
Salah satu kemampuan matematis yang harus Ujian 2013/2014 2014/2015 2015/2016
dimiliki siswa adalah kemampuan pemecahan Rata-rata 5,68 55,10 66,26 Cukup
masalah matematika NCTM (2000, p. 29). Terendah 2,75 35,00 45,00 Cukup
Tertinggi 10,00 100,00 97,50 Cukup
Kemampuan pemecahan masalah menjadi salah
Kemampuan pemecahan masalah erat
satu tujuan pembelajaran matematika yang harus
kaitannya dengan keyakinan siswa dalam
dicapai oleh siswa. Dalam kehidupan sehari-hari
menyelesaikan soal, karena keyakinan yang
secara sadar maupun tidak sadar, setiap hari kita
dimiliki siswa dalam pemecahan masalah akan
dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil peneli-
menuntut kemampuan pemecahan masalah.
tian berdasarkan Leder, 1987; McLeod, 1992;
Pemecahan masalah merupakan suatu usaha
Reyes, 1984 menunjukkan berbagai sikap dan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan
keyakinan tentang matematika berpengaruh
tidak secara otomatis diketahui cara yang tepat
pada prestasi matematika (Yates, 2002, p.4).
untuk tujuan tersebut (Nitko, 2011, p. 231).
Keyakinan ini disebut self-efficacy. Menurut
Dengan pemecahan masalah siswa akan belajar
Bandura (2009, p.2) self-efficacy merupakan
untuk menyusun strategi yang sesuai untuk
keyakinan seseorang mengenai kemampuan
menyelesaikan permasalahan yang mereka
untuk menyusun dan menyelesaikan tindakan
hadapi. Didukung dengan kajian Pimta,
yang dibutuhkan dalam mengatur situasi yang
Tayruakham & Nuangchalerm (2009, p. 381)
akan datang. Self-efficacy mempengaruhi bagai-
pemecahan masalah dianggap sebagai jantung
mana seseorang berpikir, merasakan, memoti-
dalam pembelajaran matematika. Senada dengan
vasi diri sendiri dan bertindak. Dari pernyataan
pernyataan Burchartz & Stein (Yazgan, 2015,
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa self-
p.1807) pemecahan masalah selalu memainkan
efficacy merupakan keyakinan seseorang dalam
peran penting, karena semua kegiatan kreatif
melakukan tindakan. Self-efficacy siswa mempe-
matematika menuntut tindakan pemecahan
ngaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam
masalah.
matematika, selain pengaruh dari perbedaan
Salah satu hasil tes yang mengukur
individu pada motivasi dan prestasi siswa dalam
kemampuan pemecahan masalah siswa dapat
matematika. Hal ini didukung dengan pernyata-
dilihat dari hasil tes yang dilakukan oleh dua
an Lunenburg (2011, pp.1-2) bahwa self-efficacy
studi internasional, yaitu Programme for
memiliki pengaruh yang kuat terhadap pembel-
International Student Assesment (PISA) dan
ajaran, motivasi, dan kinerja, karena dengan
Trends in International Mathematics and
self-efficacy yang dimiliki seseorang akan
Science Study (TIMSS). Laporan PISA pada
berusaha mencoba untuk belajar dan melakukan
tahun 2015, skor matematika siswa Indonesia
tugas yang mereka percaya akan dapat berhasil.
berada pada posisi 63 dari 70 negara peserta.
Sesuai dengan hasil penelitian Liu & Koirala
Pada laporan TIMSS tahun 2011, siswa Indone-
(2009, p. 9) menunjukkan bahwa self-efficacy
sia berada pada posisi 38 dari 42 negara peserta.
dan prestasi matematika berkorelasi positif. Self-
Hal ini menunjukkan perlunya meningkatkan
efficacy dalam matematika dapat diartikan seba-
kemampuan matematis siswa yang salah satunya
gai keyakinan siswa akan kemampuan yang
kemampuan pemecahan masalah.
dimiliki untuk mengerjakan soal-soal mate-
Hasil Ujian Nasional matematika juga da-
matika dan menyelesaikan tugas matematika.
pat dijadikan gambaran kemampuan pemecahan
Self-efficacy siswa sangat penting dalam peme-

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 168
Ratna Widianti, Dhoriva Urwatul Wutsqa

cahan masalah karena akan mempengaruhi dikan di Kabupaten Ciamis. Dengan demikian
keyakinan siswa dalam setiap langkah-langkah penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
penyelesaian pemecahan masalah yang dilaku- kemampuan pemecahan masalah matematika,
kan. Sesuai dengan hasil penelitian Hacket, self-efficacy siswa dan hubungan antara kemam-
1985; Pajares, 1996a; Pajares & Miller,1994 puan pemecahan masalah dan self-efficacy siswa
(Pajares & Miller, 1997, p. 214) menunjukkan kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Ciamis.
bahwa persepsi siswa mengenai kemampuan
METODE
pemecahan masalah matematika sesuai dengan
kemampuan mereka sebenarnya dalam meme- Jenis penelitian ini termasuk penelitian
cahkan masalah. Selain itu, hasil penelitian yang survei. Pada penelitian ini dianalisis kemampuan
telah dilakukan Pimta, Tayruakham & pemecahan masalah matematika dan self-
Nuangchalerm (2009, p. 381) self-efficacy efficacy siswa SMP Negeri di Kabupaten Ciamis
menunjukkan secara tidak langsung salah satu khususnya kelas VIII. Penelitian ini dimulai
aspek yang berpengaruh terhadap kemampuan pada 7 Februari sampai 10 Maret 2017. Populasi
pemecahan. Hal ini sejalan dengan pendapat pada penelitian ini siswa kelas VIII SMP Negeri
Pajares & Kranzler (Pajares & Miller, 1997:214) di Kabupaten Ciamis sebanyak 79 sekolah
bahwa self-efficacy telah terbukti sebagai pre- dengan ukuran populasi 11.602 siswa. Teknik
diktor yang kuat dalam kemampuan pemecahan pengambilan sampel yang digunakan adalah
masalah matematika. stratified proportional random sampling. Dari
Hasil observasi pendahuluan melalui 79 sekolah di Kabupaten Ciamis terdapat 5
wawancara kepada beberapa guru matematika sekolah yang berada pada kategori tinggi, 66
dan siswa di Kabupaten Ciamis diperoleh infor- sekolah pada kategori sedang, dan 8 sekolah
masi guru jarang memberikan soal masalah non pada strata rendah. Dalam penelitian ini ada 13
rutin, karena dalam proses pembelajaran keba- sekolah yang dipilih berdasarkan strata yaitu 1
nyakan siswa hanya mengingat bukan mema- sekolah pada kategori tinggi, 11 sekolah pada
hami konsep, sehingga siswa bingung ketika kategori sedang, dan 1 sekolah pada kategori
menghubungkan informasi yang tersaji dalam rendah. Diperoleh sampel penelitan sebanyak
soal dengan konsep yang mungkin dalam 389 siswa.
penyelesaian soal pemecahan masalah. Keba- Teknik pengumpulan data yang dilakukan
nyakan siswa mementingkan jawaban akhir dalam penelitian ini adalah tes dan angket yang
dibandingkan proses penyelesaian pada soal diberikan satu kali. Pengumpulan data untuk
pemecahan masalah. Terlebih lagi jika soal yang mengukur kemampuan pemecahan masalah
diberikan berbeda dengan contoh, menyebabkan diperoleh dengan menggunakan soal-soal peme-
ketidakyakinan siswa dalam menyelesaikan soal cahan masalah non rutin berbentuk uraian,
yang sedang dihadapi. Masih banyak persepsi sedangkan untuk mengukur self-efficacy siswa
siswa terhadap matematika adalah pelajaran terhadap belajar matematika dan dalam menye-
yang sulit. Ketika menemukan hal yang di- lesaikan soal-soal matematika.
anggap kurang paham, siswa lebih memilih Instrumen digunakan untuk memperoleh
diam tidak berani bertanya. Keadaan ini ber- data yang digunakan untuk menjawab peneliti-
dampak pada self-efficacy siswa masih rendah. an. Adapun soal yang digunakan dalam tes
Dari uraian tersebut, secara teoritis diagnostik sebagai berikut:
kemampuan pemecahan masalah dan self eficacy Soal 1:
terdapat hubungan yang saling berpengaruh dan Atika adalah seorang sales dari produk makanan
berperan penting untuk mencapai tujuan pem- ringan. Perusahaan tempat Atika bekerja, menar-
belajaran. Belum adanya penelitian yang serupa getkan para sales agar setiap hari menambah 2
dilakukan di Kabupaten Ciamis, hal ini memo- pelanggan dari hari sebelumnya. Jika selama
tivasi dan menjadi alasan dasar peneliti untuk seminggu Atika menargetkan untuk mendapat
melakukan penelitian yang berkaitan dengan 56 pelanggan, maka berapa jumlah pelanggan
kemampuan pemecahan masalah dan self- yang harus didapat Atika pada hari ketujuh?
efficacy siswa di Kabupaten Ciamis. Diharapkan
dari penelitan ini memberikan informasi menge- Soal 2:
nai kemampuan pemecahan masalah matematika Berikut ini adalah data nilai hasil ujian siswa
dan self-efficacy siswa, sehingga mampu me- kelas VII-B untuk mata pelajaran matematika.
ningkatkan kualitas mengajar guru dan menjadi Nilai siswa diurutkan dari yang terendah ke
salah solusi untuk memperbaiki kondisi pendi- yang tertinggi: 4, 4, 4, 5, 5, 5, 5, 5, 6, 6, 6, 6, 7,

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 169
Ratna Widianti, Dhoriva Urwatul Wutsqa

7, 7, 7, 7, 7, 8, 9. Menurut pertimbangan guru, instrumen tes diagnostik maupun angket. Bukti


siswa harus mengulang ujian kembali untuk validitas instrumen yang akan digunakan dalam
memperbaiki nilai apabila nilai yang mereka penelitian ini adalah validitas isi (content vali-
dapatkan kurang dari rata-rata nilai kelas. dity). dan validitas konstruk (conctruc validity).
Berapa banyak siswa yang harus memperbaiki Validasi isi dilakukan oleh dua orang dosen
nilai ujian matematika ? pendidikan matematika UNY. Sedangkan, vali-
ditas konstruk dilakukan analisis faktor dengan
Soal 3: bantuan SPSS 20. Berdasarkan hasil analisis
Pak Narto memiliki sebidang tanah yang faktor setelah dilakukan uji coba angket self-
berbentuk trapesium, seperti gambar berikut. efficacy, diperoleh nilai KMO sebesar 0,706
Beliau akan menjual tanah tersebut dengan artinya analisis faktor dapat diteruskan nilai
harga Rp 560.000.000. Tentukan harga setiap signifikansi 0,000 < 0,05 artinya bahwa data
meter persegi tanah Pak Narto! yang diperoleh valid. Selanjutnya untuk hasil
16 reliabilitas instrumen angket self-efficacy me-
nunjukkan nilai cronbach’s alpha 0,753 dan
26
reliabilitas instrumen tes kemampuan pemecah-
an masalah matematika menunjukkan nilai
cronbach’s alpha 0,656. Hal ini menunjukkan
40 tes dikatakan reliabel sesuai pernyataan Ebel &
Frisbie (199, p.86) tes skor reliabilitas diterima
Soal 4:
jika standar minimal mencapai 0,65.
Nina melempar sebuah dadu sebanyak 30 kali
Dalam penelitian ini, teknik analisis data
pelemparan, diperoleh 10 kali muncul mata dadu
yang digunakan adalah analisis kuantitafif-
1, 8 kali muncul mata dadu 2, 5 kali muncul
kualitatif. Analisis digunakan untuk memperoleh
mata dadu 3, dan 2 kali muncul mata dadu 4, 3
deskripsi dari kemampuan siswa dalam meme-
kali muncul mata dadu 5 dan 2 kali muncul mata
cahkan masalah matematika dan angket self-
dadu 6. Tentukan peluang empirik muncul mata
efficacy siswa terhadap pemecahan masalah
dadu kurang dari mata dadu 4!
matematika, serta hubungan antara kemampuan
pemecahan masalah dan self-efficacy siswa
Soal 5:
terhadap matematika.
Ketika bel istirahat berbunyi, Nina, Reni dan
Sebelum menganalisis data dengan pende-
Siska pergi ke kantin sekolah. Nina membeli 2
katan kualitatif, penelitian melakukan analisis
puding dan 3 kue brownis, total harga yang
dengan pendekatan kuantitatif, yaitu agar
harus dibayar Nina sebanyak Rp. 16.500.
mengetahui hasil kemampuan pemecahan masa-
Sedangkan Reni membeli 2 puding dan 1 kue
lah siswa, persentase kemampuan pemecahan
brownis harus membayar Rp. 12.500. Jika Siska
matematika siswa, self-efficacy siswa terhadap
membeli 4 puding dan 2 kue brownis, berapa
matematika, serta hubungan antara kemampuan
belanjaan Siska yang harus dibayar?
pemecahan masalah siswa dan self-efficacy sis-
Selain itu, kisi-kisi angket self-efficacy wa terhadap matematika. Pendekatan kuantitatif
siswa yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan agar memudahkan peneliti dalam
disajikan pada Tabel 2. menganalisis data yang akan digunakan untuk
Tabel 2. Kisi-Kisi Angket Self-efficacy mengetahui kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa dan self-efficacy siswa.
Aspek Indikator Langkah-langkah yang dilakukan dalam
Level Keyakinan dalam strategi yang menganalisis data pada penelitian ini, yaitu
digunakan
pertama mengumpulkan dan memformulasikan
Keyakinan dalam berbagai tingkat
kesulitan semua data yang diperoleh selama di lapangan,
Generality Keyakinan diri pada dengan memeriksa hasil angket self-efficacy
seluruh proses pembelajaran (selalu, sering, kadang-kadang, jarang, tidak
Keyakinan dalam menghadapi kondisi pernah) dan hasil tes uraian dalam menye-
dan situasi yang beragam lesaikan soal (menjawab benar, benar tapi ku-
Strength Keyakinan akan usaha yang dilakukan rang lengkap, ada kesalahan, tidak menjawab).
Keyakinan memperoleh hasil yang baik Selanjutnya, menganalisis hasil angket dan tes
Keabsahan data dalam penelitian ini dila- berdasarkan indikator-indikator yang ditetapkan.
kukan dengan uji validitas dan reliabilitas baik Menggelompokan skor yang diperoleh sesuai

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 170
Ratna Widianti, Dhoriva Urwatul Wutsqa

kriteria menggunakan skala lima. Kemudian, HASIL DAN PEMBAHASAN


menganalisis tingkat hubungan antara kemam-
Deskripsi Hasil
puan pemecahan masalah matematika dan self-
efficacy siswa, dengan melihat nilai r hasil Dalam penelitian ini peneliti mengumpul-
output product moment pearson. Interprestasi kan informasi berdasarkan hasil penelitian yang
koefisiensi korelasi disajikan pada Tabel 3. diperoleh dari angket self-efficacy dan tes
Tabel 3. Interpretasi Koefisiensi Korelasi diagnostik mengenai kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa. Pendeskripsian akan
Koefisien Korelasi Keterangan difokuskan mengenai self-efficacy siswa,
≤ ˂ 1,00 Sangat Tinggi kemampuan pemecahan masalah matematika
≤ ˂ Tinggi berdasarkan polya serta hubungan antara
≤ ˂ Sedang kemampuan pemecahan masalah dan self-
0,20 ≤ ˂ Rendah efficacy.
0,00 ≤ ˂ 0,20 Sangat Rendah Angket self-efficacy yang diberikan kepa-
Kedua, menganalisis lebih mendalam da siswa terdiri dari 30 item dengan setiap item
dalam secara deskriptif. Analisis data dilakukan memiliki skor 0-5, sehingga total skor self-
pada setiap soal uraian untuk mengetahui ke- efficacy memiliki rentang 0-150. Data peng-
mampuan pemecahan masalah siswa. Sedangkan ukuran self-efficacy siswa di setiap sekolah
analisis data untuk angket dilakukan untuk disajikan pada Tabel 4.
mengetahui self-efficacy siswa terhadap mate- Rata-rata skor self-efficacy siswa dari 3
matika serta melihat ada atau tidaknya hubungan strata sekolah yaitu starat tinggi, strata sedang
antara kemampuan pemecahan masalah dan self- dan strata rendah berada pada kriteria sedang,
efficacy siswa. namun dengan rata-rata yang berbeda. Strata
Ketiga, penarikan kesimpulan dengan sedang memiliki rata-rata skor self-efficacy
pendekatan kualitatif. Analisis kualitatif diguna- tertinggi, yaitu 91,90. Sedangkan strata tinggi
kan untuk memperoleh deskripsi informasi memiliki rata-rata skor self-efficacy terendah,
mengenai kemampuan pemecahan masalah yaitu 89,3. Secara keseluruhan rata-rata dari
matematika siswa dalam mengerjakan soal non strata tinggi, strata sedang dan strata rendah
rutin dan mendeskripsikan self-efficacy siswa berada dalam kriteria sedang, yaitu sebesar
terhadap matematika serta ada atau tidaknya 91,70.
hubungan antara kemampuan pemecahan masa- Selain self-efficacy siswa secara keselu-
lah matematika dan self-efficacy siswa, sehingga ruhan, penelitian juga menganalisis self efficcay
lebih mudah ditafsirkan sesuai dengan rumusan siswa berdasarkan tiap aspek meliputi level,
masalah. generality dan strength akan disajikan pada
Tabel 5.
Tabel 4. Deskripsi Data Self-efficacy Siswa pada Tiap Strata
Deskripsi Strata Tinggi Strata Sedang Strata Rendah Keseluruhan
Kriteria Sedang Sedang Sedang Sedang
Rata-Rata 89,3 91,90 91,6 91, 71
Standar Deviasi 7,85 14,92 8,7 14,20
Skor tertinggi yang mungkin 150 150 150 150
Skor terendah yang mungkin 30 30 30 30
Skor tertinggi yang dicapai 111 139 110 139
Skor terendah yang dicapai 72 35 78 35

Tabel 5. Deskripsi Dimensi Self-efficacy pada Tiap Strata


Aspek Deskripsi Strata Tinggi Strata Sedang Strata Rendah Keseluruhan
Rata-rata 26,64 27,10 27,04 27,06
Level
Kriteria Sedang Sedang Sedang Sedang
Rata-rata 30,32 30,66 30,46 30,62
Generality
Kriteria Sedang Sedang Sedang Sedang
Rata-rata 32,36 34,15 34,07 34,02
Strength
Kriteria Sedang Sedang Sedang Sedang

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 171
Ratna Widianti, Dhoriva Urwatul Wutsqa

Dari Tabel 5, diperoleh informasi bahwa tinggi begitu juga pada kriteria sangat rendah.
aspek level, rata-rata keseluruhan mencapai Siswa yang berada pada kriteria tinggi hanya
27,06. Sekolah strata tinggi memperoleh rata- terdapat 3 siswa, sedangkan pada kriteria sedang
rata paling kecil dibandingkan sekolah strata sebanyak 21 siswa dan pada kriteia rendah
yang lain. Pada aspek generality, rata-rata kese- sebanyak 4 orang.
luruhan mencapai 30,62. Sekolah strata tinggi Selanjutnya, pada Tabel 7 menyajikan
memperoleh rata-rata paling kecil dibandingkan hasil jenis jawaban tes diagnostik siswa pada
sekolah strata yang lain. Pada aspek strength, tiap butir soal. Tes diagnostik diberikan dalam
rata-rata keseluruhan mencapai 34,04. Sekolah bentuk soal uraian sebanyak 5 soal pada materi
strata sedang memperoleh rata-rata paling ting- bilangan, statistika, geometri, peluang dan
gi, sedangan sekolah strata tinggi memperoleh aljabar. Setiap soal yang dikerjakan oleh 389
rata-rata paling kecil. Namun, secara keseluruh- siswa terdiri atas tahapan polya yang terdiri 4
an rata-rata self-efficacy siswa pada tiap aspek langkah, namun khusus untuk soal nomor 2
berada pada kriteria sedang. hanya terdiri dari 3 langkah. Hasil dari tes
Frekuensi dan persentase banyak siswa diagnostik siswa yang telah terkumpul, peneliti
pada setiap kriteria self-efficacy siswa terhadap mengkoreksi untuk melihat banyaknya siswa
matematika dihitung sesuai dengan rentang skor yang menjawab benar (MB), benar namun
yang telah ditentukan, hal ini dapat dilihat pada kurang lengkap (BK), ada kesalahan (AK), tidak
Tabel 6. menjawab (TM). Berikut hasil yang diperoleh
Data pada Tabel 6 menunjukkan, tidak dari jawaban siswa pada sekolah strata tinggi,
terdapat siswa yang masuk pada kriteria sangat strata sedang dan strata rendah kelas VIII SMP
tinggi, hanya 1 orang yang berada pada kriteria Negeri di Kabupaten Ciamis.
tinggi, sedangkan sebagian besar siswa berada Data pada Tabel 7 merupakan pekerjaan
pada kriteria sedang sebanyak 21 orang dan 3 siswa pada tiap butir soal, persentase siswa yang
orang pada kriteria rendah. Sedangkan jumlah tidak menjawab soal yaitu 45.93%, lebih banyak
siswa di strata sedang paling banyak diantara jika dibandingkan dengan jumlah siswa yang
strata tinggi dan strata rendah, yaitu sebanyak menjawab benar yaitu 12,04%, siswa yang
336 siswa. Jumlah siswa pada kriteria sangat menjawab benar tapi kurang lengkap sebanyak
tinggi sebanyak 14 siswa, sedangkan pada 23,75% dan siswa yang menjawab namun masih
kriteria tinggi sebanyak 62 siswa. Strata sedang ada kesalahan sebanyak 18,27%. Hal ini menun-
didominasi oleh siswa pada kriteria sedang seba- jukkan bahwa banyak siswa belum mampu
nyak 202 siswa, pada kriteria rendah terdapat 47 menyelesaikan soal pemecahan masalah bahkan
siswa dan hanya 11 orang yang terdapat pada persentase tertinggi diduduki oleh siswa yang
kriteria sangat rendah. Dari 28 siswa pada strata memilih untuk tidak menjawab soal karena
rendah, tidak terdapat siswa pada kriteria sangat ketidakmampuannya menyelesaikan soal.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kriteria Self-efficacy Siswapada Tiap Strata
Nama Sekolah Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Jumlah
f 0 1 21 3 0 25
Strata Tinggi
% 0 4 84 12 0 100
f 14 62 202 47 11 336
Strata Sedang
% 4,17 18,45 60,12 13,9 3,17 100
f 0 3 21 4 0 28
Strata Rendah
% 0 10,7 75 14,3 0 100
Tabel 7. Hasil Jenis Jawaban Tes Diagnostik pada Tiap Butir Soal
Jumlah Siswa (%)
Jenis Jawaban Jumlah
Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5
f 288 115 115 157 215 890
Benar (MB)
% 18,51 9,85 7,39 10,09 13,82 12,04
f 523 439 292 238 263 1955
Benar tapi kurang lengkap (BK)
% 33.61 37,62 18,77 15,30 16,90 23,75
f 299 381 418 145 107 1350
Ada Kesalahan (AK)
% 19,22 32,65 26,86 9,32 6,88 18,27
f 445 232 731 1016 971 3395
Tidak Menjawab (TM)
% 28,60 19,88 46,98 65,30 62,40 45,93

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 172
Ratna Widianti, Dhoriva Urwatul Wutsqa

Data hasil pengukuran kemampuan persentase kemampuan pemecahan masalah


pemecahan masalah siswa secara keseluruhan di siswa di setiap strata sekolah. Hanya ada 2 siswa
setiap strata sekolah akan disajikan pada Tabel yang masuk dalam kriteria sangat tinggi, yaitu
8. Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa setiap pada sekolah strata sedang. Subjek penelitian di
strata sekolah memiliki rata-rata yang berbeda- sekolah strata tinggi sebanyak 25 siswa, namun
beda, walaupun tidak ada strata sekolah yang siswa yang berada pada kriteria tinggi hanya 3
mencapai kriteria sangat tinggi, maupun tinggi. siswa (12%), sedangkan pada kriteria sedang
Fakta menunjukkan siswa kurang mampu dalam sebanyak 10 siswa (40%), pada kriteria rendah
menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah. selisih 1 siswa dari kriteria sedang, yaitu seba-
Kemampuan pemecahan masalah siswa pada nyak 11 siswa (44%) dan 1 siswa (4%) pada kri-
sekolah starta tinggi berada pada kriteria sedang teria sangat rendah. Subjek penelitian di sekolah
yaitu dengan rata-rata mencapai 23,08 dengan strata sedang sebanyak 336 siswa dan terdapat 2
skor tertinggi yaitu 34 dan skor terendahnya siswa (0,6%) dalam kriteria sangat tinggi. Siswa
adalah 13, sedangkan kemampuan pemecahan yang berada pada kriteria tinggi sebanayak 39
masalah siswa pada strata sedang dan strata siswa (11,61%). Sedangkan siswa yang berada
rendah memiliki kriteria yang sama, yaitu ren- pada kriteria sedang, yaitu sebanyak 99 siswa
dah. Sekolah strata sedang memperoleh rata-rata (29,46%) dan pada kriteria rendah mencapai 60
19,3 dengan skor tertinggi yaitu 42 dan skor siswa (17,86%). Sebagain besar siswa pada
terendah adalah 2. Selanjutnya, sekolah strata strata sedang berada pada kriteria rendah, yaitu
rendah mencapai rata-rata 14,5. Skor tertinggi sebanyak 136 siswa (40,48%). Selanjutnya, sub-
yang dicapai siswa yaitu 27 dan skor terendah jek penelitian di sekolah strata rendah sebanyak
adalah 7. 28 siswa dan tidak ada siswa yang berada pada
Frekuensi dan persentase banyak siswa kriteria sangat tinggi, tinggi maupun sedang.
pada setiap kriteria kemampuan pemecahan Siswa yang berada pada kriteria rendah
masalah matematika dihitung sesuai dengan sebanyak 18 siswa (64,29%) dan sisanya berada
rentang skor yang telah ditentukan, hal ini dapat pada kriteria sangat rendah sebanyak 10 siswa
dilihat pada Tabel 9. Data pada Tabel 9 (35,71%).
menunjukan informasi mengenai frekuensi dan
Tabel 8. Deskripsi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Tiap Strata
Deskripsi Strata Tinggi Strata Sedang Strata Rendah
Kriteria Sedang Rendah Rendah
Rata-rata 23,08 19,3 14,5
Standar Deviasi 5,82 10,3 4,7
Skor tertinggi yang mungkin 53 53 53
Skor terendah yang mungkin 0 0 0
Skor tertinggi yang dicapai 34 42 22
Skor terendah yang dicapai 13 2 7
Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kriteria Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Tiap Stara Sekolah
Nama Sekolah Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Jumlah
F 0 3 10 11 1 25
Strata Tinggi
% 0 12 40 44 4 100
F 2 39 99 60 136 336
Strata Sedang
% 0,6 11,61 29,46 17,86 40,48 100
F 0 0 0 18 10 28
Starta Rendah
% 0 0 0 64,29 35,71 100
Tabel 10. Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Berdasarkan Tahapan Polya
Tahap Polya Rata-Rata Persentase Kriteria
Memahami Masalah 7,41 49,41 Sedang
Merencanakan Pemecahan Masalah 5,15 34,33 Rendah
Melaksanakan Rencana Masalah 6,32 42,14 Sedang
Memeriksa Kembali 0,34 4,24 Sangat rendah
Keseluruhan 4,8 36,27 Rendah

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 173
Ratna Widianti, Dhoriva Urwatul Wutsqa

Tabel 11. Deskripsi Kriteria Tahapan Polya Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Tiap Strata
Memahami Merencanakan Melaksanakan Rencana Memeriksa
Sekolah Masalah Pemecahan Masalah Pemecahan Masalah Kembali Hasil
% 62,4 37,33 50,4 3,5
Strata Tinggi
Kriteria Tinggi Rendah Sedang Sangat Rendah
% 48,95 34,84 42,74 3,72
Strata Sedang
Kriteria Sedang Rendah Sedang Sangat Rendah
% 43,33 25,48 27,62 0
Strata Rendah
Kriteria Sedang Rendah Rendah Sangat Rendah

Hasil kinerja kemampuan pemecahan


Pembahasan
masalah siswa secara umum dalam setiap tahap-
an polya akan disajikan pada Tabel 10. Berda- Data yang disajikan pada Tabel 8, Tabel 9
sarkan Tabel 10 diperoleh informasi kemampu- dan Tabel 10 menunjukkan bahwa siswa kelas
an pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Ciamis memiliki
VIII di SMP Negeri Ciamis yang dilihat berda- kemampuan pemecahan yang rendah. Siswa
sarkan tahapan polya. Rata-rata secara masih belum mampu menyelesaikan soal tes
keseluruhan kemampuan pemecahan masalah diagnostik yang diberikan. Hal ini disebabkan
matematika siswa dari tahap polya berada pada karena siswa belum menguasai materi yang
kriteria rendah. dipelajari, siswa belum terbiasa menyelesaikan
Frekuensi dan persentase kemampuan soal non rutin, siswa belum mampu memahami
pemecahan masalah siswa berdasarkan tahap konsep untuk menyelesaikan pemecahan
polya pada tiap strata sekolah dapat dilihat pada masalah dan siswa merasa cukup memperoleh
Tabel 11. Berdasarkan Tabel 11, diperoleh hasil akhir tanpa memeriksa kembali.
informasi bahwa kriteria setiap strata sekolah Kemampuan pemecahan masalah siswa
memiliki persentase yang berbeda. Di sekolah dapat meningkat dengan membiasakan mereka
strata tinggi kemampuan siswa pada tahap menyelesaikan masalah non rutin. Dalam kajian
memahami masalah mencapai 62,4% termasuk Prakitipong & Nakamura (2006, p.113) dalam
kriteria tinggi. Pada tahap merencanakan peme- proses pemecahan masalah ada banyak faktor
cahan masalah mencapai 37,33% dengan kriteria yang mendukung siswa untuk mampu menjawab
rendah. Sedangkan pada tahap melaksankan benar, namun ada 2 hambatan yang membuat
rencana mencapai 50,4% dengan kriteria sedang siswa tidak mampu menjawab benar, yaitu:
dan pada tahap memeriksa kembali hasilnya masalah dalam pemahaman konsep yang ber-
mencapai 3,5% dengan kriteria sangat rendah. kaitan dengan memahami makna dari perma-
Lebih lanjut, kemampuan pemecahan masalah salahan, dan masalah dalam proses matematika
siswa di sekolah strata sedang pada tahap me- yang terdiri dari transformasi, keterampilan dan
mahami masalah mencapai 48,95% dengan proses. Menurut pernyataan tersebut, siswa
kriteria sedang, pada tahap kedua, yaitu meren- harus mampu dan terbiasa memahami informasi
canakan pemecahan masalah mencapai 34,84% yang diminta pada soal, selain itu juga penting-
dengan kriteria rendah, sedangkan pada tahap nya pengetahuan dan keterampilan siswa dalam
melaksanakan rencana mencapai 42,74% pada proses menyelesaikan soal bukan hanya pada
kriteria sedang dan tahap memeriksa kembali hasil akhir. Berikut ini penjelasan mengenai hal-
hasil siswa hanya mencapai 3,72% dengan kri- hal yang berkaitan dengan kemampuan peme-
teria sangat rendah. Selanjutnya, kemampuan cahan masalah matematika berdasarkan tahap
pemecahan masalah siswa pada sekolah strata polya:
rendah. Pada tahap memahami masalah Memahami Masalah
mencapai 43.33% dengan kriteria sedang, pada
tahap merencanakan pemecahan masalah men- Kemampuan siswa dalam menentukan
capai 25,48% dengan kriteria rendah, sedangkan apa yang diketahui dan ditanyakan merupakan
pada tahap melaksanakan rencana mencapai tahap yang paling banyak dikerjakan oleh siswa,
27,62% dengan kriteria rendah dan pada tahap namun demikian, sebagian siswa masih menun-
memeriksa kembali hasil 0% karena tidak ada jukkan belum mampu menerapkan informasi
satupun siswa yang menyelesaikan sampai pada pada soal untuk memecahkan masalah, siswa
tahap ini. tidak mampu menganalisis informasi pada soal
yang diberikan untuk memecahkan maslah,
terlebih siswa banyak yang belum mampu

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 174
Ratna Widianti, Dhoriva Urwatul Wutsqa

menentukan kecukupan informasi pada soal. menggunakan rumus lain. Persentase kemampu-
Situasi tersebut merupakan fakta yang lazim an siswa dalam tahap ini paling kecil dibanding-
ditemukan di lapangan. Menurut Newman kan dengan tahap polya yang lainnya. Keba-
(White, 2005,p.17), siswa yang mampu nyakan siswa tidak menghiraukan perintah pada
membaca kata dalam soal tidak lantas mampu soal untuk tahap memeriksa kembali, siswa
memahami penguasaan kata-kata tersebut. merasa cukup dengan perolehan hasil akhir
Terkait dengan hal tersebut, memahami bahasa tanpa menganalisis kembali dan juga banyak
dan model matematis memang merupakan hal siswa kebingungan untuk melakukan substitusi
yang tidak dikuasai oleh semua siswa. Menurut hasil yang diperoleh apalagi untuk mencari
Geary (2004, p.4), siswa memiliki kemampuan rumus lain.
yang kurang dalam memproses informasi dalam Sedangkan untuk hasil self-efficacy siswa,
satu atau semua domain matematika. secara keseluruhan rata-rata self eficacy siswa
kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Ciamis
Merencanakan Pemecahan Masalah
berada pada kriteria sedang, diharapkan
Tahap merencanakan pemecahan masalah kemampuan pemecahan masalah matematika
berada pada kriteria rendah berdasarkan persen- siswa juga berada kriteria sedang, namun pada
tase langkah polya. Menurut Newman (White, kenyataannya berbeda. Kemampuan pemecahan
2000, p. 17) siswa yang sudah mampu mema- masalah matematika siswa berada pada kriteria
hami apa yang diinginkan soal belum tentu rendah. Keadaan yang terjadi tidak sesuai
mampu mengidentifikasi pola/operasi yang dengan pernyatan Pajares (2005, p.339) bahwa
dibutuhkan untuk memecahkan soal tersebut. self-efficacy memberikan dasar untuk memoti-
Keadaan ini sesuai hasil penelitian Sari & vasi, bertindak baik dan berprestasi dalam se-
Wijaya (2017, p.105) bahwa banyak siswa sulit mua bidang kehidupan. Namun menurut Schunk
menganalisis fakta yang ada pada soal untuk (2012, p. 164) siswa yang memiliki kelemahan
dikaitkan dengan konsep matematis yang rele- dalam belajar menunjukkan interaksi antara self-
van sehingga siswa salah mentransformasikan efficacy dan faktor-faktor lingkungan. Beberapa
masalah pada model matematika. faktor yang diduga menyebabkan kemampuan
Ketidakmampuan siswa dalam meren- pemecahan masalah siswa sangat rendah di-
canakan pemecahan masalah dapat terlihat antaranya, siswa belum terbiasa menyelesaikan
ketika siswa salah dalam memilih rumus atau soal pemecahan masalah non rutin, siswa mudah
konsep yang akan digunakan dalam menyelesai- menyerah dalam menyelesaikan soal, siswa
kan soal. kurang teliti dalam menyelesaikan soal, siswa
kurang aktif untuk bertanya ketika menemukan
Melaksanakan Pemecahan Masalah
hal-hal yang dianggap sulit, metode pembel-
Ketidakmampuan siswa dalam melaksa- ajaran yang diterapkan guru kurang meningkat-
nakan pemecahan masalah yang paling banyak an keaktifan siswa dalam belajar, sehingga
ditunjukkan ketika menentukan hubungan antara keadaan ini berdampak pada hubungan kemam-
informasi yang terdapat pada soal dengan puan pemecahan masalah matematika dan self-
rumus/konsep yang harus digunakan. Sebagian efficacy siswa yang dilihat menggunakan inter-
besar siswa merasa bingung ketika mengaitkan pretasi terhadap koefisien korelasi yang diper-
hubungan antara apa yang diketahui pada soal oleh atau nilai r. Koefisien korelasi hu-bungan
dan langkah penyelesaian yang harus dilakukan, kemampuan pemecahan masalah matematika
sehingga siswa sering salah dalam menyelesai- dengan self-efficacy siswa kelas VIII SMP
kan soal, tidak sesuai dengan rumus yang ditulis Negeri di Kabupaten Ciamis termasuk kategori
pada tahap merencanakan pemecahan masalah. sangat rendah karena nilai r menun-jukkan
Keadaan ini sesuai pernyataan Newman (White, 0,104.
2005, p.17) yaitu sangat mungkin terjadi pada
siswa yang mampu mengidentifikasi operasi SIMPULAN
atau pola operasi pada soal, tetapi tidak mampu Berdasarkan penelitian dan pembahasan,
menyelesaikan operasi secara tepat. maka dapat disimpulkan bahwa Kemampuan
Memeriksa Kembali Hasil pemecahan masalah matematika siswa kelas
VIII SMP Negeri di Kabupaten Ciamis berada
Kemampuan siswa dalam tahap memerik- pada kriteria rendah. Berdasarkan tahap polya,
sa kembali dapat ditunjukkan pada saat siswa kemampuan pemecahan masalah pada tahap
mensubstitusikan hasil yang telah diperoleh atau memahami masalah 49,41% berada pada kriteria

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 4 (2), 2017 - 175
Ratna Widianti, Dhoriva Urwatul Wutsqa

sedang, tahap merencanakan pemecahan masa- Pajares, F. & Miller, M.D.(1997). Mathematics
lah 34,33% berada pada kriteria rendah, tahap self-efficacy and mathematical problem-
melaksanakan rencana masalah 42,14% berada solving implication of using different
pada tahap sedang dan tahap memeriksa kembali forms of assesment. The Journal of
hasil 4,24% berada pada kriteria sangat rendah. Experimental Education, 65(3), 213-228.
Sedangkan, self-efficacy siswa kelas VIII SMP
Permendikbud. (2016). Salinan Lampiran
Negeri di Kabupaten Ciamis berada pada kri-
Peraturan Menteri Pendidikan dan
teria sedang, dengan rata-rata 91,17. Berdasar-
Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014
kan aspek self-efficacy, secara keseluruhan
Tentang Kurikulum 2013 Sekolah
siswa berada pada kriteria sedang namun dengan
Menengah Pertama/Madrasah
rata-rata yang berbeda. Siswa pada aspek level
Tsanawiyah.
mencapai rata-rata 27,01, sedangkan pada aspek
generality siswa mencapai rata-rata 30,62 dan Pimta, S. Tayraukham, S. & Nuangchalerm, P.
pada aspek strength siswa mencapai rata-rata (2009). Factors Influencing Mathematic
34,02. Hubungan kemampuan pemecahan Problem-solving Ability of Sixth Grade
masalah matematika dan self-efficacy siswa Students.Journal of social sciences, 5(4),
dilihat menggunakan interpretasi terhadap koe- 381-385.
fisien korelasi yang diperoleh atau nilai r. Prakitipong, N. & Nakamura, S. (2006).
Koefisien korelasi hubungan kemampuan Analysis of mathematics performence of
pemecahan masalah matematika dengan self- grade five students in Thailand using
efficacy siswa kelas VIII SMP Negeri di Kabu- Newman prosedure. Journal international
paten Ciamis termasuk kategori sangat rendah Cooperation in Education, 9, 111-122.
karena nilai r sebesar 0,104.
Puspendik. (2012). Kemampuan matematika
DAFTAR PUSTAKA siswa SMP Indonesia menurut benchmark
Bandura, A. (2009). Self-efficacy in changing internasional TIMSS 2011. Jakarta:
societies. Cambridge, UK: Cambridge Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
University press. Sari, R., & Wijaya, A. (2017). Mathematical
Ebel, R.L. & Frisbie, D.A. (1986). Essential of literacy of senior high school students in
educational measurement. New Jerseey: Yogyakarta. Jurnal Riset Pendidikan
Prentice- Hall, Inc. Matematika, 4(1), 100-107.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/jrpm.v4i1.
Geary, D.C. (2004). Mathematics and learning
10649
disabilities. Jurnal of Learning
Disabilities, 37(1), 4-15. Schunk, D. (2012). Teori-teori pembelajaran:
perspektif pendidikan. (Translated by Eva
Liu, X. & Koirala, H. (2009). The effect of
Hamdiah dan Rahmat Fajar).
mathematics self-efficacy on mathematics
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
achievement of high school students. NER
Conference Proceedings, 10(30). Yates, S.M. (2002). The influence of optimism
and pessimism on student achievement in
Lunenburg, F. C.(2011).Self-efficacy in the
mathematics. Mathematics Education
workplace: implication for motivation and
Research Journal, 14(1), 4-15.
performance. International Journal of
Management, Bussissnes, and Yazgan, Y. (2015). Sixth graders and non-
Administration. 14(1),1-6. routine problems: Which strategies are
decisive for success. Educational
National Council of Teachers of Mathematics.
Research and Reviews, 10(13), 1807-
(2000). Principles and standars for school
1816.
mathematics.Reston, VA:The National
Council of Teachers of Mathematics, Inc. White, A. L. (2005). Active mathematics in
classrooms:finding out why children
Nitko, A. J. (2011). Educational Assessment of
make mistake and then doing something
Student. Englewood Cliffs. NJ: Merrill
to help them. Square one, 15,15-19.
Prentice Hall, Inc.

Copyright © 2017, Jurnal Riset Pendidikan Matematika


ISSN 2356-2684 (print), ISSN 2477-1503 (online)

Anda mungkin juga menyukai