Anda di halaman 1dari 2

Pokok Bahasan ini menjelaskan tentang :

Keberatan (eksepsi) adalah istilah dalam proses peradilan yang berarti keberatan/ penolakan
terhadap dakwaan Penuntut Umum, yang diajukan oleh Terdakwa atau Penasehat Hukumnya
sesaat setelah Penuntut Umum selesai membacakan dakwaan.

Pasal 156 Ayat (1) KUHAP membagi jenis keberatan menjadi:

a.  Keberatan kompetensi/kewenangan mengadili.

b. Keberatan dakwaan tidak dapat diterima.

c. Keberatan dakwaan harus dibatalkan.

Praktik peradilan pidana menggolongkan jenis keberatan menjadi:

1.  Keberatan kompetensi/ kewenangan mengadili.

      a. Kewenangan absolut.

      b. Kewenangan relatif. ( terkait Pasal 84-86 KUHP ).

 2.  Keberatan tuntutan gugur.

      a.  Nebis in idem. ( terkait Pasal 76 KUHP ).

      b.  Perkara daluwarsa. ( terkait Pasal 78-82 KUHP ).

      c.  Terdakwa meninggal dunia. ( Terkait Pasal 77 KUHP ).

 3.  Keberatan syarat formil.

      Melanggar tata cara/prosedur yang ditentukan UU. (misal: tidak dipenuhinya ketentuan
Pasal 56 Ayat (1) KUHAP; tidak adanya  pengaduan dari korban untuk delik aduan).

 4.  Keberatan lepas dari segala tuntutan hukum. (acuan Pasal 67 KUHAP dan Pasal 191 Ayat
(2) KUHAP.

 5.  Dakwaan tidak dapat diterima.

      a.   Tindak pidana yang didakwakan sedang dalam pemeriksaan di PN lain atau sedang
dalam proses upaya hukum.

      b.   Keliru orang yang diajukan sebagai terdakwa.

      c.   Keliru sistimatika dakwaan.

      d.   Keliru bentuk dakwaan


 6.   Dakwaan batal demi hukum.

       Kabur, tidak jelas, menyesatkan, berakibat menyulitkan pembelaan.

       a.   Tidak memuat tanggal dan tanda tangan.

       b.   Tidak memuat identitas lengkap.

       c.    Tidak menyebut locus dan tempos delicti.

       d.   Tidak disusun secara jelas lengkap mengenai tindak pidana (unsur delik dan cara
tindak pidana dilakukan).

Pasal 156 Ayat (1) KUHAP: setelah mempertimbangkan keberatan (eksepsi) tentang
kewenangan mengadili, atau dakwaan tidak dapat diterima, atau dakwaan harus dibatalkan
selanjutnya Hakim menjatuhkan putusan. Putusan Hakim tersebut dapat berupa: keberatan
(eksepsi) diterima/dikabulkan; keberatan (eksepsi) tidak diterima/ditolak; keberatan (eksepsi)
baru dapat diputuskan setelah selesai pemeriksaan (Pasal 156 Ayat (2) KUHAP.

Putusan terhadap keberatan (eksepsi) dapat berupa putusan sela, atau putusan akhir.

Putusan sela adalah putusan yang dijatuhkan oleh Hakim sebelum memeriksa pokok perkara
karena adanya keberatan (eksepsi) terhadap dakwaan Penuntut Umum yang diajukan oleh
terdakwa atau Penasehat Hukumnya sesaat setelah Penuntut Umum membacakan dakwaan.

Putusan akhir adalah putusan yang dijatuhkan oleh Hakim setelah memeriksa pokok perkara.

Kecenderungan dalam praktik perkara pidana, putusan sela seolah-olah hanya digunakan
terhadap keberatan (eksepsi) kewenangan mengadil, sedangkan terhadap keberatan (eksepsi)
dakwaan tidak dapat diterima dan dakwaan harus dibatalkan kecenderunganya digunakan
putusan akhir. Akan tetapi keberatan (eksepsi) kewenangan mengadili ada juga yang diputus
dengan menggunakan putusan akhir, hal tersebut terjadi apabila Hakim berpendapat
keberatan (eksepsi) tersebut baru dapat diputus setelah selesai pemeriksaan (pokok perkara).

Yahya Harahap,S.H. menyimpulkan apabila pokok perkara belum diperiksa baik terhadap
dikabulkan atau ditolaknya keberatan (eksepsi) maka digunakan putusan sela, sedangkan
apabila untuk mempertimbangkan keberatan (eksepsi) diperlukan memeriksa pokok perkara
maka akan digunakan putusan akhir.

Anda mungkin juga menyukai