Anda di halaman 1dari 7

SEPA : Vol. 8 No.

2 Pebruari 2012 : 68 –74 ISSN : 1829-9946

ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA TANI


DI KABUPATEN MANOKWARI

JEFFRY E SIANIPAR 1, SLAMET HARTONO2, RONAL TP HUTAPEA3


1
Sekretariat Badan Litbang Pertanian
2
Staf Pengajar Ekonomi Pertanian UGM
3
Peneliti Balitka Badan Litbang Pertanian

Masuk 20 Februari 2012; Diterima 27 Februari 2012 
 

ABSTRACT
Increased production and income of farmers in the district of Manokwari will affect the
purchasing power of farmers to food needs. Adequate food needs will have implications for the fulfillment
of nutritional adequacy for farmers. Insufficient food needs can describe the level of food security at farm
household. This study aims to determine and analyze the factors that influence the level of food security of
farm households in the district of Manokwari. Research Prafi located in the District, District and District
Masni Warmare by the number of farmers sampled as many as 90 people who each district was taken as
many as 30 people, divided into samples of transmigration farmers and local farmers. Analysis used in
this study carried out by measuring the share of food expenditures of farm households are further
analyzed using the method of Ordinary Least Square (OLS). The analysis showed the level of food
security of farmers and local farmers’ transmigration no difference. This condition is due to the
diversification of food at local farmers so that farmers are more resistant.

Keywords: Food Security, Production, Income

daya beli masyarakat dan perubahan selera.


Sementara itu kapasitas produksi pangan
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai Negara yang dengan
jumlah penduduk yang besar menghadapi nasional pertumbuhannya lambat bahkan
tantangan yang sangat kompleks dalam stagnan.
memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Dalam Undang-undang No. 7/1996
Oleh karena itu kebijakan ketahanan pangan ditegaskan bahwa hak setiap orang untuk
menjadi isu sentral dalam pembangunan serta memperoleh pangan dengan penekanan
merupakan fokus utama dalam pembangunan ”terjangkau” yang mengandung makna dalam
pertanian (Suryana, 2005). Peningkatan memperoleh pangan setiap orang mudah
kebutuhan pangan seiring dengan peningkatan mengaksesnya dan harga beli yang mudah
jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat. diperoleh oleh setiap orang. Harga pangan
Kedua komponen ini menentukan kebutuhan tersebut akan mempengaruhi daya beli
pangan dan selanjutnya menentukan ketahanan masyarakat karena daya beli ini dipengaruhi
pangan. oleh besarnya pendapatan masyarakat.
Permasalahan utama dalam mewujudkan Ketidakmampuan membeli pangan akan
ketahanan pangan di Indonesia saat ini adalah berdampak pada terjadinya kasus seperti busung
pertumbuhan permintaan pangan yang lebih lapar, kurang gizi dan lainnya.
cepat dari pertumbuhan penyediaannya. Selain itu juga, sulitnya memperoleh
Permintaan yang meningkat cepat tersebut pangan seperti yang disebutkan diatas
merupakan resultante dari peningkatan jumlah diakibatkan oleh terjadinya ketimpangan
penduduk, pertumbuhan ekonomi, peningkatan terhadap produksi yang dihasilkan dibandingkan
dengan permintaan akan pangan. Akibat

68
Jeffry E Sianipar, Slamet Hartono, Ronal Tp Hutapea: Analisis Ketahanan Pangan …

ketimpangan tersebut tidaklah mengherankan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :


bila terjadi musibah kelaparan. (1) Pemerintah Daerah, Penyuluh dan
Sejalan dengan itu, Pemerintah Stakeholders guna memberikan masukan
Kabupaten Manokwari dalam mewujudkan kebijakan terhadap penyusunan program
ketahanan pangan di daerah Kabupaten pembangunan pertanian terhadap ketahanan
Manokwari berupaya mendongkrak peningkatan pangan di Kabupaten Manokwari dan (2) petani
produksi padi. Peningkatan produksi ini tidak guna memberikan masukan dan gambaran
terlepas dari penerapan intensifikasi usahatani terhadap kondisi ketahanan pangan di
padi melalui penggunaan teknologi tepat guna daerahnya.
spesifik lokasi. Pemerintah Kabupaten
merasakan bahwa produktivitas padi di METODOLOGI PENELITIAN
Kabupaten Manowari 3,75 ton/ha masih jauh
Pendekatan
dibawah produktivitas nasional (Dinas Pertanian
Penelitian menggunakan pendekatan
dan Ketahanan Pangan, 2008). Oleh karena itu,
survey. Menurut (Supranto 2004), Penelitian
untuk meningkatkan produksi padi, Pemerintah
dengan teknik survey adalah penelitian yang
Kabupaten tidak hanya melibatkan petani
bersifat diskriptif untuk menguraikan suatu
transmigrasi tetapi juga petani lokal.
keadaan tanpa melakukan perubahan terhadap
Perbaikan produksi dan adanya peran
variabel tertentu. Pendekatan survey dilakukan
harga jual yang baik diharapkan dapat
dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan
berimplikasi langsung pada pendapatan petani
deskriptif yang bersifat obyektif tentang faktor-
baik pada petani transmigrasi dan lokal. Menurut
faktor yang mempengaruhi peningkatan
Darwanto (2005), semakin tinggi harga beras
produksi padi dan pendapatan petani.
relatif terhadap harga barang lain maka semakin
sedikit produk (beras) yang dijual ke pasar
Metode Pengambilan Sampel dan Penentuan
karena mampu untuk membeli barang lain
Jumlah Sampel
dengan hanya menjual beras sejumlah itu.
Pengambilan sampel yang dilakukan
Artinya bahwa sebagai akibat dari harga beras
dalam penelitian ini adalah menggunakan non
yang tinggi maka dengan menjual sedikit produk
probability sampling dengan teknik
(beras) sudah mendapat keuntungan yang baik
pengambilan sampling adalah purposive
sehingga dapat membeli barang lain yang
sampling. Menurut (Suratno dan Arsyad, 1999),
dibutuhkan. Sebaliknya semakin rendah harga
pengertian purposive sampling adalah memilih
beras relatif terhadap barang lain maka petani
sampel secara sengaja dengan pertimbangan-
akan menjual semakin banyak beras agar
pertimbangan khusus yang dimiliki sampel
mampu membeli barang lain yang dibutuhkan.
tersebut. Dengan demikian, penelitian
Artinya bahwa rendahnya harga jual beras
dilaksanakan di Distrik Prafi, Distrik Masni dan
menyebabkan produk (beras) harus dijual dalam
Distrik Warmare Kabupaten Manokwari.
jumlah banyak sehingga dapat memenuhi
Pengambilan sampel dibagi atas petani
kebutuhan barang lainnya. Oleh karena itu,
transmigrasi dan petani lokal (suku Arfak)
meningkatnya pendapatan petani akan
sebanyak 90 responden yang diperoleh masing-
mempengaruhi daya beli petani terhadap
masing 30 responden per distrik. Penelitian
memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan
berlangsung tahun 2010.
lainnya.
Perbaikan pendapatan petani ini akan
Teknik Pengumpulan Data
menjamin pemenuhan pangan yang berkualitas
Teknik pengumpulan data menggunakan
sesuai dengan kebutuhan gizi yang diperlukan.
dua macam teknik, yakni wawancara dan
Terpenuhinya pangan ini mencerminkan tingkat
observasi. Teknik oberservasi yaitu cara
kesejahteraan para petani akan menjadi lebih
pengumpulan data dengan jalan pengamatan
baik. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui
langsung secara cermat dan sistematik baik
faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
secara partisipatif maupun non partisipatif.
pangan rumah tangga tani di Kabupaten
Teknik wawancara yaitu cara pengumpulan data
Manokwari. Selanjutnya hasil penelitian ini

69
Jeffry E Sianipar, Slamet Hartono, Ronal Tp Hutapea: Analisis Ketahanan Pangan …

dengan bertanya langsung atau berdialog dengan Produksi padi yang dihasilkan oleh
petani. Proses wawancara dilakukan dengan petani transmigrasi dan lokal berupa gabah
menggunakan alat pengumpulan data berupa kering panen. Hasil panen tersebut tidak secara
daftar pertanyaan (kuesioner) terstruktur, hal ini keseluruhan diolah menjadi beras untuk dijual
bertujuan untuk mendapatkan informasi yang namun ada yang disimpan untuk dijadikan
terarah dan sesuai (Soeratno dan Arsyad, 1999). benih, dijadikan sebagai stok makanan/konsumsi
Data primer seperti produktivitas, data petani itu sendiri, dan disimpan dan dijual pada
petani, penggunaan input, jumlah dan upah saat dibutuhkan atau pada musim panen
tenaga kerja dilakukan dengan wawancara berikutnya Kegiatan ini berlangsung secara terus
terstruktur dengan menggunakan daftar menerus dalam setiap musim panen. Produksi
pertanyaan. Selanjutnya data sekunder padi yang dihasilkan petani transmigrasi dan
dikumpulkan dengan mengoleksi berbagai data lokal seperti disajikan pada Tabel 1.
(dokumentasi) yang berhubungan dengan hasil-
Tabel 1. Rata-rata Produksi Padi Petani
hasil penelitian dari berbagai sumber yang
Transmigrasi dan Lokal
relevan dengan penelitian, seperti informasi luas
Petani Produksi
lahan pertanian dan hasil-hasil penelitian dan
(ton/Ha/thn)
pengkajian budidaya padi.
Transmigrasi 2.229,17
Lokal 494,33
Metode Analisis
Jumlah 1.361,75
Model yang digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Sumber: Data Primer 2010
ketahanan pangan diestimasi dengan
menggunakan Ordinary Least Square (OLS). Rata-rata produksi padi pada Petani
Persamaannya dalah sebagai berikut : Transmigrasi menunjukkan rata-rata produksi
yang cukup tinggi yaitu sebesar 2.229,17 kg/ha
ln KP = α + β1 lnY + β2 ln Nfm+ β3 ln Ed + β4 ln Pr+ β5 ln Pg + β6 ln Psy atau 2,23 ton/Ha bila dibandingkan hasil
+ β 7 ln Pi + β 8 ln Pt + β 9 ln Pco + β 10 ln Pmt + D + e produksi petani lokal yaitu sebesar 494,33 kg/Ha
Keterangan: atau 0,49 ton/Ha. Produksi ini masih sangat
KP : Tingkat ketahanan pangan yang rendah produksi nasional yang sudah mencapai
diukur dengan pangsa pengeluaran diatas 4,5 ton/Ha. Untuk mengejar
rumah tangga ketertinggalan dalam produksi padi, masih
Y : Pendapatan petani (Rp/thn) dimungkinkan dilakukan intensifikasi usahatani
Nfm : Jumlah anggota keluarga (jiwa) dengan memanfaatkan penggunaan sarana
Ed : Pendidikan petani (thn) produksi yang lebih optimal termasuk
Pr : Harga beras (Rp/kg) penyediaannya yang mudah diperoleh dan
Pg : Harga gula dijangkau baik secara fisik maupun harganya
Psy : Harga sayur oleh petani.
Pi : Harga ikan
Pt : Harga telur 2. Pengeluaran Petani
Pco : Harga minyak goreng (Rp/ltr) Pengeluaran petani menggambarkan
Pmt : Harga minyak tanah (Rp/ltr) seberapa banyak petani mengorganisir dan
D : Dummy Petani Transmigrasi dan memanfaatkan pendapatannnya untuk memenuhi
Petani Lokal kebutuhan rumah tangga mereka. Pengeluaran
α : Intercept rumah tangga petani terbagi atas 2 pengeluaran
β : Koefisien regresi (i = 1,.....11) yaitu pengeluaran untuk membeli kebutuhan
pangan dan kebutuhan non-pangan. Kebutuhan
HASIL DAN PEMBAHASAN non-pangan dimaksudkan adalah pengeluaran
baik yang rutin maupun tidak rutin seperti
Karakteristik Rumah Tangga Tani listrik, pakaian, pendidikan, kesehatan, kegiatan
1. Produksi Padi sosial dan lain sebagainya. Rata-rata
pengeluaran petani per tahun pada petani

70
Jeffry E Sianipar, Slamet Hartono, Ronal Tp Hutapea: Analisis Ketahanan Pangan …

transmigrasi dan lokal di lokasi penelitian Transmigrasi lebih tinggi dari pada di Petani
disajikan pada Tabel 2. Lokal. Bila kita lihat jumlah rata-rata
Pada Tabel 2 diatas terlihat bahwa rata- pengeluaran keseluruhan di petani transmigrasi
rata pengeluaran petani untuk memenuhi sebesar Rp. 12.397.032 per tahun lebih tinggi
kebutuhan pangan dan non-pangan di Petani dari pada petani lokal Rp. 5.992.517 per tahun.
Tabel 2. Rata-rata Pendapatan dan Pengeluaran Petani Per Tahun Petani Transmigrasi dan Lokal.
Petani Petani Lokal Gabungan Petani
Uraian Transmigrasi Transmigrasi dan Lokal
(Rp./Thn) (Rp./Thn) (Rp./Thn)
A.Pendapatan Usahatani Padi 24.716.023 7.920.706,67 32.636.729,67
B. Pengeluaran
1. Makanan 5.373.190 2.050.217 7.423.407
2. Non-Makanan 7.023.833 3.942.300 10.966.133
Jumlah 12.397.023 5.992.517 18.389.540
Sumber: Data Primer 2010

Tabel 3. Proporsi Pengeluaran Pangan di Petani Transmigrasi dan Lokal.


Pengeluaran Petani Petani Lokal Gabungan Petani
Pangan Transmigrasi Transmigrasi dan Lokal
Jml (%) Jml (%) Jml (%)
Jumlah 43,34 34,21 40,37
Sumber: Data Primer, 2010

Bila dibandingkan dengan rata-rata khususnya dilokasi penelitian merupakan


pendapatan petani pada Petani Transmigrasi Rp. penghasil pangan dalam bentuk padi. Dasar
24.716.023 per tahun lebih tinggi dibandingkan pemilihan petani sebagi sampel adalah untuk
Petani Lokal Rp. 7.920.706,67 per tahun. Hal ini melihat seberapa besar kecukupan pangan pada
sejalan dengan teori bahwa semakin semakin tingkat petani yang selanjutnya digunakan untuk
tingginya pendapatan seseorang maka mengetahui sejauh mana terjadi tingkat
pengeluaran baik berupa pangan maupun non ketahanan pangan petani. Analisis ketahanan
pangan akan terjadi peningkatan (Pindyck and pangan yang dilakukan adalah dengan mengukur
Rubinfeld, 2007). Tingginya pendapatan petani pangsa pengeluaran rumah tangga untuk melihat
Transmigrasi ini disebabkan produksi petani tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani
transmigrasi yang tinggi sehingga berpengaruh dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
terhadap tingkat pendapatan yang diperoleh dari pangan. Hasil analisis regresi faktor-faktor yang
usahataninya. Hubungan antara produksi dan mempengaruhi tingkat ketahanan pangan petani
pendapatan bersifat positif. dengan variabel dependen Ketahanan Pangan
Dengan mengacu kepada tingkat terhadap variabel independen disajikan pada
pengeluaran tersebut diatas, maka dapat dilihat Tabel 4.
proporsi pengeluaran untuk pangan yang Hasil analisis regresi tingkat Ketahanan
dikeluarkan oleh petani pada kedua Petani Pangan pada petani diperoleh nila R2 sebesar
tersebut seperti disajikan pada Tabel 3. 0,985329 artinya 98,53% variasi dari veriabel
dependen dapat dijelaskan oleh faktor-faktor
Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga yang ada di dalam model (variabel independen),
Tani sedangkan sisanya 1,47% diterangkan oleh
Analisis terhadap ketahanan pangan variabel lain diluar model.
dilakukan pada tingkat rumah tangga tani baik
petani transmigrasi dan petani lokal. Petani

71
Jeffry E Sianipar, Slamet Hartono, Ronal Tp Hutapea: Analisis Ketahanan Pangan …

Tabel 4. Hasil Regresi Ordinary Least Square (OLS) Terhadap Tingkat Ketahanan Pangan Rumah
Tangga Petani Transmigrasi dan Lokal di Kabupaten Manokwari.
Variabel Coefficient t-ratio p-value
Jumlah Anggota Keluarga 0,0212426 1,509 0,1353
Tingkat Pendidikan -0,041368 -2,572 0,012**
Harga Beras -0,00625094 -0,05385 0,9572
Harga Gula 0,0518125 0,6346 0,5276
Harga Sayur 0,232564 2,421 0,0178**
Harga Ikan 0,0710789 0,6779 0,4999
Harga Telur 0,304659 2,096 0,0393**
Harga Minyak Goreng 0,488093 5,992 6,03E-08***
Harga Minyak Tanah 0,460374 3,181 0,0021***
Pendapatan -0,060157 -3,635 0,0005***
Dummy Petani 0,0201367 1,226 0,2239
CONSTANT -8,78749 -6,803 1,86E-09
R-SQUARE 0,985329
F(11, 78) 476,248
Keterangan : 1% = ***, 5%=**

Dari uji F dapat diketahui nilai F-hitung penggunaan variabel tersebut tidak berpengaruh
476,248 lebih besar dari nilai F-tabel 1%, hal ini terhadap tingkat ketahanan pangan.
menunjukan variabel independen : jumlah Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa
anggota keluarga, tingkat pendidikan, harga semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka
beras, gula, sayur, ikan, telur, minyak goreng, akan menyebabkan pangsa pengeluaran
minyak tanah, pendapatan, dan dummy petani pangannya menjadi rendah. Hal ini disebabkan
secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata tingginya pendidikan tersebut akan
terhadap tingkat ketahanan pangan pada tingkat menyebabkan petani mampu untuk memperbaiki
kesalahan 1%. Dengan demikian model yang kualitas makanan yang dikonsumsi dan
digunakan untuk estimasi cukup memadai. cenderung makanan yang dipilih merupakan
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa makanan yang lebih sehat baik dari segi
proporsi pengeluaran pangan di kedua Petani pemilihan makanannya, jumlahnya, maupun
menunjukkan di petani transmigrasi lebih tinggi gizinya. Dengan rendahnya pangsa pengeluaran
(43,34%) bila dibandingkan proporsi pangan tersebut menunjukan bahwa petani
pengeluaran pangan di petani lokal (34,21%). tersebut tingkat ketahanan pangannya tinggi.
Secara individual dari uji t juga dapat Peningkatan pendapatan juga dapat
diketahui bahwa variabel pendapatan, minyak menyebabkan pangsa pengeluaran pangan
goreng dan minyak tanah berpengaruh sangat menurun sehingga ketahanan pangan rumah
nyata terhadap tingkat ketahanan pangan pada tangga akan meningkat. Peningkatan pendapatan
tingkat kesalahan 1%, sedangkan tingkat petani menunjukkan bahwa penggunaan
pendidikan, sayur, dan telur berpengaruh nyata pendapatan tidak keseluruhan digunakan untuk
terhadap tingkat Ketahanan Pangan pada tingkat pengeluaran pangan, namun pengeluarannya
kesalahan 5%. Variabel jumlah anggota dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan non
keluarga, beras, gula, dan ikan tidak pangan. Rendahnya pangsa pengeluaran pangan
berpengaruh nyata. Hal ini memberi arti nilai ini menunjukan bahwa masyarakat di Kabupaten
koefisien dari variabel-variabel tersebut tidak Manokwari tingkat ketahanan pangannya tinggi,
bermakna, artinya kenaikan atau penurunan sehingga tingkat kesejahteraannya lebih baik.

72
Jeffry E Sianipar, Slamet Hartono, Ronal Tp Hutapea: Analisis Ketahanan Pangan …

Pada Tabel 2 terlihat bahwa total pangsa pengeluaran pangsa pangan ini mengindikasikan
pengeluaran pangan petani transmigrasi maupun tingkat ketahanan pangan yang rendah.
petani lokal adalah sebesar 40,37% dari total Tingkat ketahanan pangan pada petani
pengeluaran rumah tangga tani. Dengan transmigrasi dan petani lokal menunjukan tidak
demikian rendahnya pangsa pengeluaran pangan ada perbedaan, sehingga dapat disimpulkan
ini dari total pengeluaran rumah tangga tani bahwa antara petani transmigrasi dan petani
(<60%) menunjukan rumah tangga tersebut lokal memiliki tingkat ketahan pangan yang
tahan pangan. Pakpahan, dkk (1993) sama. Hal ini dimungkinkan bahwa petani lokal
menyatakan bahwa pangsa pengeluaran pangan lebih survive dalam kebutuhan pangannya. Ada
mempunyai hubungan yang negatif dengan 2 hal yang memungkinkan petani lokal lebih
pengeluaran rumah tangga, sedangkan ketahanan tahan dari petani transmigrasi yaitu : 1)
pangan mempunyai hubungan yang negatif ketersediaan pangan yang ada di alam masih
dengan pangsa pengeluaran pangan. Hal ini mencukupi kebutuhannya dan pola konsumsi
berarti semakin rendah pangsa pengeluaran petani lokal yang tidak terlalu variatif, dan 2)
pangan suatu rumah tangga, semakin tinngi diversifikasi pangan sebagai alternatif apabila
ketahanan pangannya. harga pangan meningkat seperti harga beras
Peningkatan harga pangan seperti sayur, yang meningkat tidak terlalu berefek kepada
telur, dan minyak goreng menyebabkan pangsa petani lokal sebagai akibat untuk memenuhi
pengeluaran pangan menjadi lebih tinggi. kebutuhan karbohidrat selain beras dapat diganti
Tingginya pengeluaran pangan ini sebagai akibat dengan umbi-umbian dan sagu.
meningkatnya harga pangan yang harus dibeli
oleh petani. Menurut para ahli bahwa faktor KESIMPULAN
penyebab tingginya harga pangan diakibatkan
Kesimpulan yang diperoleh dari
oleh akses pangan yaitu keterjangkauan terhadap
penelitian Analisis Ketahanan Pangan Rumah
pangan itu sendiri oleh rumah tangga seperti
Tangga Tani Di Kabupaten Manokwari Provinsi
kemudahan memperoleh pangan dan
Papua Barat sebagai berikut :
kemampuan membeli/daya beli rumah tangga
1. Analisis terhadap ketahanan pangan
terhadap pangan tersebut dan ketersediaan
dilakukan pada tingkat petani transmigrasi
pangannya. Istilah keterjangkauan ini
dan lokal. Tingkat signifikansi terhadap
menitikberatkan kepada kemudahan
tingkat ketahanan pangan ditunjukkan oleh
memperoleh pangan dan kemampuan
variabel pendapatan, minyak goreng dan
membeli/daya beli rumah tangga terhadap
minyak tanah.
pangan tersebut atau disebut dengan pangsa
2. Meskipun tingkat pendapatan petani
pengeluaran pangan.
transmigrasi relatif lebih tinggi dari petani
Kondisi ini menyebabkan tingkat
lokal, namun bila dilihat dari segi ketahanan
ketahanan pangan petani menjadi rendah. Selain
pangannya menunjukkan tidak adanya
itu juga tingginya pangsa pengeluaran pangan
perbedaan diantara petani tersebut. Hal ini
ini juga dapat menyebabkan rendahnya tingkat
disebabkan adanya diversifikasi pangan
kesejahteraan petani. Demikian pula pada harga
pada petani lokal, sehingga bila terjadi
minyak tanah, apabila terjadi peningkatan harga
peningkatan harga beras, petani lokal masih
minyak tanah mengakibatkan pangsa
bisa beralih kepada konsumsi umbi-umbian
pengeluaran pangannya meningkat. Hal ini
dan sagu.
menunjukan perilaku yang serupa dengan
kenaikan harga sayur, telur dan minyak goreng.
DAFTAR PUSTAKA
Kenaikan harga ini akan tingkat pengeluaran
petani menjadi lebih tinggi, sehingga akan Darwanto, D.H, 2005. Ketahanan Pangan
mempengaruhi daya beli petani. Tingginya Berbasis Produksi dan Kesejahteraan
harga minyak ini akan mendorong petani untuk Petani.
mengurangi konsumsi bahan bakar dari minyak Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, 2008.
tanah ke bahan bakar lainnya yang harganya Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan
lebih terjangkau (substitusi). Tingginya

73
Jeffry E Sianipar, Slamet Hartono, Ronal Tp Hutapea: Analisis Ketahanan Pangan …

Ketahanan Pangan Kabupaten


Manokwari, Tahun 2008.
Pakpahan, A., H. P. Saliem, S. H. Suhartini, dan
N. Syafa’at. 1993. Penelitian tentang
Ketahanan Masyarakat Berpendapatan
Rendah. Monograph Series No. 14. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sosial
Ekonomi Pertanian. Bogor.
Pindyck, R. S dan Daniel L Rubinfeld, 2007.
Mikroekonomi. Edisi Keenam. Prentice
Hall International. Inc.
Soeratno dan Lincolin Arsyad. 1999. Metodologi
Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis.
UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Supranto. J., 2004. Teknik Sampling : Untuk
Survey dan Eksperimen. PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
Suryana Ahmad. 2005. Arah dan Strategi
Revitalisasi Pertanian. Disampaikan
pada Seminar Peran Komunikasi
Pembangunan Pertanian Dalam
Percepatan RPPK. 9 Agustus 2005.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996. Pangan.

74

Anda mungkin juga menyukai