RKAJI
AN
PENGGUNAANKRI TERI
ALINGKUNGAN,SOSI
ALDAN
EKONOMIPADAPENGADAANBERKELANJUTAN
DALAM KAITANNYADENGANPENGADAAN
BARANG/JASAPEMERI NTAH(PBJP)
KONSUL TAN
DR.(
C)IR.WI
NSUKARDI ,M.ENG,MM,MBA,M.HUM
DR.I
R.PRIJO HUTOMO,MM,M.SC
DR.I
R.SUGI
ARTO S.CI TROATMOJO,MS
Di
rekt
oratPengembanganI
kli
m UsahadanKer
jasamaI
nter
nasi
onal
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. 2
2. PENDAHULUAN.............................................................................................................................. 6
3. METODOLOGI ................................................................................................................................ 9
8. INDIKATOR DAN ITEM DARI ASPEK LINGKUNGAN, SOSIAL DAN EKONOMI DALAM
PENGADAAN BERKELANJUTAN ...................................................................................................... 24
9.2. SISTEM TATA KERJA, PEDOMAN, PROSEDUR, INSTRUKSI KERJA DAN REKAMAN
PENGADAAN BERKELANJUTAN ...................................................................................................... 28
2
9.4. TAHAPAN PENGELOLAAN KEBIJAKAN PENGADAAN BERKELANJUTAN DI
INDONESIA ............................................................................................................................................ 29
LAMPIRAN 1 .......................................................................................................................................... 35
ASPEK LINGKUNGAN: INDIKATOR PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) ............... 53
ASPEK SOSIAL: INDIKATOR HAK ASASI MANUSIA & ETIKA BISNIS .......................................... 60
3
LAMPIRAN 6-2: ..................................................................................................................................... 85
KUESIONER ASPEK-ASPEK PENGADAAN BERKELANJUTAN UNTUK PRODUSEN BAHAN
BAKU PLASTIK ........................................................................................................................................ 85
4
1. RINGKASAN EKSEKUTIF
Peraturan Presiden nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
terutama pada pasal 5 dan huruf i dan pasal 68 mengamanatkan tentang pengadaan
berkelanjutan. Pelaksanaan amanat ini, salah satunya, dituangkan dalam Surat Edaran
Kepala LKPP Nomor 16 tahun 2020 tentang Penetapan Produk Hijau/Hasil Industri Hijau
Untuk Dapat Digunakan Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Yang Berkelanjutan.
Sejauh ini belum ada peraturan pelaksanaan operasionalisasi tentang pengadaan
berkelanjutan yang merupakan pedoman dan prosedur sehingga diperlukan penyusunan
pedoman dan prosedur. Kajian ini dibuat sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam
peuatan pedoman dan prosedur tersebut.
Beberapa hal pokok yang perlu dibuat agar dapat melaksanakan kegiatan pengadaan
berkelanjutan adalah menetapkan indikator-indikator dan item-item yang digunakan untuk
mengukur setiap aspek pengadaan berkelanjutan baik dari sisi pembeli maupun penyedia
barang/jasa. Dengan mengukur setiap aspek pengadaan berkelanjutan tersebut,
lembaga/organisasi yang membeli dan menggunakan barang/jasa dapat mengukur dirinya
dan para mitranya sejauh mana telah memenuhi standar pengadaan berkelanjutan.
5
aspek-aspek keberlanjutan. Tahap berikutnya adalah pemilihan penyedia barang/jasa untuk
barang/jasa yang termasuk di dalam produk berkelanjutan (hijau atau ramah lingkungan)
tersebut. Agar dapat memilih sesuai dengan standar pengadaan berkelanjutan, misal dengan
standar ISO 20400:2017, maka diperlukan proses penjaringan penyedia, dari hulu sampai
penyedia akhir yang berkontrak dengan organisasi pembeli. Dalam hal produk kertas ber-
fotokopi ber-ekolabel misalnya, perlu dijamin bahwa kayu yang digunakan telah memenuhi
standar keberlanjutan. Perlu juga dipastikan bahwa pabrik yang membuat kertas fotokopi
tersebut dan penyedianya (distributor/agen) yang berkontrak dengan organisasi pembeli
telah memenuhi standar keberlanjutan. Oleh karena itu dikembangkanlah sistem penilaian
kemampuan penyedia barang/jasa berkelanjutan, diantaranya adalah kuesioner yang perlu
diisi oleh produsen, pabrikan dan penyedia (distributor/agen) yang kemudian dievaluasi dan
ditetapkan apakah memenuhi standar minimum yang ditentukan atau tidak. Hasil akhir
penilaian kemampuan disajikan dalam bentuk nomograf yang menunjukkan skor
kemampuan total dari produsen, pabrikan dan penyedia (distributor/agen). Skor ini juga
menunjukkan tingkat maturitas keberlanjutan dari produsen, pabrikan dan penyedia
(distributor/agen). Sistem penilaian kemampuan dan tingkat maturitas ini hendaknya juga
digunakan dalam mengevaluasi kinerja produsen, pabrikan, dan penyedia setelah
mendapatkan pesanan barang atau kontrak pekerjaan dari organisasi pembeli, sehingga
kinerja dan tingkat maturitas produsen, pabrikan dan penyedia (distributor/agen) selalu ter-
update dan dapat ditingkatkan.
2. PENDAHULUAN
Laporan Akhir ini adalah sebagai laporan ketiga dan terakhir setelah Laporan
Pendahuluan yang telah disampaikan dan didiskusikan pada tanggal 04 September 2020, dan
Laporan Antara yang telah disampaikan dan didisuksikan pada tanggal 29 September 2020.
Draft Laporan Akhir ini diselesaikan pada tanggal 02 Nopember 2020 yang dibuat
berdasarkan Surat Perintah Mulai Kerja No. PBJ.03.24-0/PPK.D.I/2020 tanggal 11 Agustus
2020 dimana LKPP menugaskan Konsultan untuk melakukan kajian tentang penggunaan
kriteria lingkungan, sosial dan ekonomi pada pengadaan berkelanjutan dalam kaitannya
dengan pengadaan barang/jasa pemerintah (PBJP). Kriteria lingkungan, sosial dan ekonomi
yang dibuat dalam kajian ini adalah untuk pengadaan 3 jenis barang, yaitu:
6
c. Peralatan Kantor binder berbahan plastik ber-ekolabel.
Laporan Akhir ini merupakan bagian dari laporan-laporan yang disyaratkan dalam
Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang diberikan kepada Konsultan. Laporan Akhir disusun
dengan merujuk pada Bagian F (Ruang Lingkup Kajian) dari KAK yang diberikan. Laporan
Akhir diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu 3 bulan sejak Surat Penunjukan diberikan
atau tanggal 8 Nopember 2020.
7
berkelanjutan yang memberikan gambaran penerapan Pengadaan Publik Berkelanjutan
(PPB) di berbagai negara (UN, 2017). Pada laporan tersebut, sebanyak 41 negara dari
Amerika Utara (2), Eropa (18), Amerika Latin dan Karibia (11), Asia (9), dan Afrika (1),
telah ikut dalam proses terutama dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan. Beberapa kesimpulan yang disampaikan oleh PBB dalam
laporan tersebut adalah (UN, 2017):
1. PPB diakui sebagai alat utama untuk mendorong inovasi dan pembangunan
berkelanjutan.
2. Kebijakan PPB sangat bervariasi di antara pemerintah di berbagai negara.
3. Ruang lingkup PPB telah melebar mencakup berbagai tujuan keberlanjutan.
4. Negara-negara yang mendukung penerapan PPB melaksanakannya melalui kegiatan
peningkatan kapasitas dan integrasi dalam proses manajemen dan perangkat lunak.
5. Pemantauan masih menjadi tantangan, tetapi negara-negara semakin banyak yang
memantau aspek-aspek PPB.
6. Persepsi bahwa produk yang berkelanjutan lebih mahal dan kurangnya keahlian
pengadaan berkelanjutan tetap menjadi hambatan utama untuk implementasi PPB yang
lebih luas.
7. Ekolabel, kepemimpinan top-down dan dukungan inisiatif internasional dapat membantu
mengatasi hambatan-hambatan dan mendorong implementasi PPB.
8. Faktor kunci keberhasilan adalah terkait dengan keterlibatan sektor swasta,
profesionalisasi pengadaan dan kolaborasi yang efektif di antara para pemangku
kepentingan.
1. Persepsi bahwa produk dan jasa yang ramah lingkungan mungkin lebih mahal daripada
konvensional.
2. Kurangnya pengetahuan teknis pejabat publik tentang bagaimana mengintegrasikan
standar lingkungan ke dalam proses pengadaan.
3. Tidak adanya mekanisme pemantauan untuk mengevaluasi apakah pengadaan publik
yang ramah lingkungan telah mencapai tujuannya.
8
3. METODOLOGI
Kajian dilakukan dengan melakukan desk top study melalui studi literatur, diskusi
dan wawancara dengan para informan yang ahli di bidang pengadaan, K3L (Keselamatan &
Kesehatan Kerja & Lindungan Lingkungan), dan keberlanjutan bisnis (business
sustainability). Analisis dilakukan terhadap informasi-informasi tersebut yang kemudian
digunakan untuk penyusunan kajian.
Salah satu kegiatan organisasi yang sangat berpengaruh dalam konsep keberlanjutan
adalah pengadaan barang dan jasa yang harus dilaksanakan dengan cara yang menawarkan
manfaat jangka panjang untuk mendukung tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan yang lebih
luas, atau yang disebut sebagai pengadaan berkelanjutan. Beberapa definisi tentang
pengadaan berkelanjutan diuraikan pada bagian di bawah ini.
4.1. DEFINISI
9
Definisi pengadaan berkelanjutan menurut ISO 20400:2017 adalah pengadaan yang
memiliki dampak lingkungan, sosial dan ekonomi yang paling positif sepanjang siklus hidup
barang/jasa yang dibeli, dan yang bertujuan meminimisasikan dampak yang tak terbalikkan
(ISO, 2017). Pengadaan berkelanjutan merupakan instrumen yang kuat bagi suatu organisasi
yang mempertimbangkan ketentuan keberlanjutan dan sumbangannya pada pembangunan
berkelanjutan.
Dengan definisi yang mengandung makna yang sama, maka diharapkan dapat
direfleksikan ke dalam tahapan dan proses pengadaan berkelanjutan yang tidak berbeda.
Kesamaan tahapan dan proses tersebut akan menjadi dasar yang kuat untuk diadopsi dan
menjadi rujukan terhadap pelaksanaan pengadaan berkelanjutan di Indonesia.
10
5. ANALISIS BENTUK PEMANFAATAN ASPEK-ASPEK
PENGADAAN BERKELANJUTAN DALAM PBJP
Berdasarkan beberapa sumber, seperti (BSI, 2011) dan (Australian-Gov, 2018),
manfaat penerapan pengadaan berkelanjutan diuraikan sebagai berikut:
1. Mengurangi dampak negatif dari barang/jasa yang dibeli, baik terhadap seluruh rantai
suplainya maupun selama barang/jasa tersebut digunakan.
2. Mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mengurangi polusi udara dan air.
3. Mengurangi permintaan terhadap sumber daya, yaitu dengan cara meningkatkan
efisiensi.
4. Menjamin adanya kontrak yang adil yang memenuhi standar etika, hak asasi manusia
dan pekerjaan.
5. Mendorong dan menerapkan keragaman dan kesetaraan di seluruh rantai suplai.
6. Meningkatkan inklusi sosial dan kohesi melalui penciptaan lapangan kerja dan peluang
bisnis kelompok yang kurang beruntung atau terpinggirkan.
7. Mengembangkan masyarakat lokal termasuk infrastruktur fisiknya.
8. Memperoleh value for money dan penggunaan sumber daya publik yang lebih efisien.
9. Menghasilkan pengurangan penggunaan anggaran melalui pengurangan pembuangan
limbah, berkurangnya penggunaan air, dan menggunakan kembali bahan dan produk.
10. Memberikan reputasi yang bagus untuk organisasi pembeli dan penyedia tentang
kepedulian terhadap program keberlanjutan.
11. Menambah ketersediaan produk barang dan jasa berkelanjutan dengan harga yang lebih
hemat.
12. Mendukung dan mendorong terciptanya inovasi pada produk barang dan jasa
berkelanjutan.
11
berkelanjutan dilakukan dapat direalisasikan. Dikarenakan menjadi persyaratan dalam
proses pengadaan, maka ketiga aspek ini digunakan sebagai kriteria penilaian pada proses
pemilihan Penyedia Barang/Jasa, terutama pada penyedia ketiga barang yang merupakan
lingkup kajian ini, yaitu kertas fotokopi ber-ekolabel, furnitur berbahan kayu ber-
SVLK (sistem verifikasi dan legalitas kayu), dan peralatan Kantor binder berbahan
plastik ber-ekolabel.
Dua sub bagian di bawah ini memberikan dasar pemikiran tentang pengembangan
tiga aspek pengadaan berkelanjutan dan menjelaskan lebih lanjut tentang makna ketiga
kriteria tersebut dengan indikator-indikator yang terkait dengan pengadaan berkelanjutan
untuk tiga jenis barang yang menjadi lingkup kajian ini. Penjelasan lebih rinci dan
perumusan item-item dari masing-masing indikator diberikan pada sub bagian berikutnya.
Ada dua (2) model yang dipakai sebagai dasar untuk mengembangkan kriteria
keberlanjutan yang tertuang dalam ISO 20400:2016, yaitu Model Triple Bottom Lines
(TBL) dan Prisma-4 Dimensi. Seperti telah disampaikan, konsep pengembangan
berkelanjutan sendiri
Model pertama adalah model TBL yang diperkenalkan pertama kali oleh John
Elkington pada tahun 1994 (Elkington, 1994) yang kemudian dielaborasi pada tahun 1998
melalui bukunya Cannibals with Forks: the Triple Bottom Line of 21st Century (Żak, 2015).
Sebetulnya TBL ini merupakan pengembangan dari single bottom line yang ada di laporan
untung rugi suatu perusahaan. Di dalam bukunya tersebut, John Elkington menyatakan
bahwa pembangunan berkelanjutan melibatkan upaya yang bersamaan terhadap
kesejahteraan ekonomi, kualitas lingkungan dan keadilan social (Arowoshegbe &
Emmanuel, 2016). Oleh karena itu perusahaan perlu melaksanakan kegiatannya dengan
mempertimbangkan triple bottom lines, tidak hanya single bottom line. TBL ini telah
diratifikasi oleh PBB pada tahun 2007, sehingga TBL telah diadopsi dan diimplementasikan
oleh banyak negara (Arowoshegbe & Emmanuel, 2016).
TBL didasarkan pada pemikiran bahwa perusahaan perlu mengukur kinerjanya, tidak
saja dikaitkan dengan keuangan, namun juga terhadap lingkungan dan para stakeholdernya,
antara lain pegawai, Penyedia Barang/Jasa, pelanggan, masyarakat sekitar dan pemerintah.
12
Oleh karena itu, di dalam bukunya tersebut, yang disarikan dari paparan (Arowoshegbe &
Emmanuel, 2016) dan (Żak, 2015), dikatakan bahwa perusahaan perlu menyiapkan 3 laporan
bottom line yang berbeda.
1. Laporan bottom line yang pertama adalah ukuran keuntungan perusahaan yang tercatat
dalam laporan untung rugi perusahaan (profit).
2. Laporan bottom line yang kedua adalah berkaitan dengan sumber daya manusia yang
menggambarkan ukuran seberapa besar tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
manusia selama beroperasi (people).
3. Laporan bottom line yang ketiga adalah berkaitan dengan bumi, yaitu merupakan ukuran
seberapa besar tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan (planet).
Lingkaran yang pertama di dalam diagram Venn pada kerangka TBL adalah aspek
ekonomi. Aspek ini mengacu pada dampak praktik bisnis perusahaan terhadap sistem
ekonomi, seberapa besar nilai ekonomis yang diberikan oleh perusahaan. Ini berkaitan
dengan kemampuan ekonomi sebagai salah satu subsistem keberlanjutan untuk bertahan
hidup dan berevolusi ke masa depan untuk mendukung generasi mendatang. Hal-hal yang
diukur dalam aspek ekonomi adalah keuntungan, pengurangan biaya, pertumbuhan
ekonomi, penelitian dan pengembangan (Żak, 2015).
Lingkaran yang kedua di dalam diagram Venn pada kerangka TBL adalah aspek
sosial. Aspek ini mengacu pada pelaksanaan praktik bisnis perusahaan yang bermanfaat dan
adil kepada tenaga kerja, modal manusia, dan masyarakat, seperti pemberian upah yang adil,
memberikan jaminan perawatan kesehatan (Arowoshegbe & Emmanuel, 2016), standar
hidup, pendidikan, komunitas, dan kesempatan yang setara (Żak, 2015).
Lingkaran yang ketiga di dalam diagram Venn pada kerangka TBL adalah aspek
lingkungan. Aspek ini mengacu pada keterlibatan perusahaan dalam praktik yang tidak
membahayakan sumber daya lingkungan untuk generasi masa depan, seperti penggunaan
13
sumber energi yang efisien, mengurangi gas rumah kaca emisi, meminimalkan jejak ekologi
(Arowoshegbe & Emmanuel, 2016), penggunaan sumber daya alam, pengelolaan
lingkungan, pencegahan polusi udara, air, tanah dan sampah (Żak, 2015).
14
Dua model di atas merupakan basis yang menurunkan peran-peran aktif Pemerintah
(P0: Power) dalam mengelola aspek-aspek manusia/masyarakat sosial (P3: People),
lingkungan (P2: Planet) dan ekonomi/bisnis (P1: Profit). Pemerintah atau Pengelola
Administrasi Publik bertanggung-gugat (accountable) dan bertanggung-jawab (responsible)
atas terselenggaranya semua kegiatan pembangunan secara berkelanjutan (sustainable
development), dengan memperhitungkan kriteria-kriteria sosial (P3: People), lingkungan
(P2: Planet) dan ekonomi/bisnis (P1: Profit).
1. Kriteria Lingkungan:
a. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)
b. Minimalisasi Limbah Padat dan Cair dengan 3R, dan Besaran Limbah B3
(Waste Minimization)
c. Pencegahan Pencemaran (Spill Prevention)
d. Pengelolaan Dampak Limbah B3
e. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (Green House Gas Emission Reduction)
2. Kriteria Sosial:
a. Keanekaragaman Sosial (Sosial Diversity)
b. Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
c. Hak Asasi Manusia (Human Rights) & Etika Bisnis (Business Ethics)
3. Kriteria Ekonomi:
a. Penciptaan Lapangan Kerja (Jobs Created)
b. Peningkatan Ketrampilan Pekerja Lokal (Local Skills Enhancement)
c. Dampak Positif pada Ekonomi Lokal (Local Economic Impacts)
15
Gambar 5.3: Konsep Keberlanjutan, Aspek-aspek dan Indikator-indikatornya (GRI, 2001)
16
dampak negatif lainnya dengan melakukan pengelolaan terutama pada proses identifikasi
dan mitigasi potensi bahaya (hazard) dan risiko secara intensif.
Otoritas global seperti ILO (Petersen, 1980) dan Lembaga-lembaga Nasional seperti
DK3N (Dewan Keselamatan & Kesehatan Kerja Nasional) serta BSN (Badan Standarisasi
Nasional) telah mengakui dan meratifikasi standar-standar global seperti RBBS (Risk-
based Behaviour Safety/Sustainability) (Gunawan & Waluyo, 2015). Secara singkat, inti
proses RBBS terdiri dari:
1. Persiapan
2. Pengamatan
3. Tindak-lanjut
4. Evaluasi Hasil
5. Perbaikan Berkelanjutan.
Tahap persiapan terdiri dari Identifikasi & Pengembangan Daftar Periksa atau
Checklist Kondisi Berbahaya & Perilaku Berbahaya. Pada Tabel (6.1) ditampilkan tingkat
risiko barang atau pekerjaan berdasarkan tingkat keparahan dan tingkat kekerapan menurut
RBBS.
Pengertian Risiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila
berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan suatu fungsi. Penilaian Risiko
merupakan hasil kali antara nilai frekuensi dengan nilai keparahan suatu Risiko.
Untuk menentukan kategori suatu risiko dari barang atau jasa yang dibeli apakah itu
rendah, sedang, tinggi ataupun ekstrim dapat menggunakan metode matriks seperti pada
tabel matriks risiko di bawah ini.
17
KEPARAHAN (SEVERITY)
KEKERAPAN (FREQUENCY)
Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian Risiko merupakan salah satu
syarat elemen Sistem Manajemen Kesehatan & Keselamatan Kerja ISO 45001:2018 klausul
6.1. Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan SMK3 di
lingkungan perusahaan Penyedia Barang/Jasa dan lingkungan perusahaan pembeli.
Identifikasi bahaya termasuk di dalamnya ialah identifikasi aspek dampak lingkungan
operasional Perusahaan terhadap alam dan penduduk sekitar di wilayah Perusahaan
menyangkut beberapa elemen seperti tanah, air, udara, sumber daya energi serta sumber daya
alam lainnya termasuk aspek flora dan fauna di lingkungan Perusahaan.
18
1. Aktivitas kerja rutin maupun non-rutin di tempat kerja.
2. Aktivitas semua pihak yang memasuki tempat kerja termasuk kontraktor, pemasok,
pengunjung dan tamu.
3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.
4. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.
5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang disediakan
perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan Perusahaan.
6. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun
bahan/material yang digunakan.
7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat sementara dan
dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.
8. Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku.
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional, struktur
organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia.
19
Penilaian risiko menggunakan pendekatan metode matriks risiko yang relatif
sederhana serta mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan representasi visual di
dalamnya. Pengendalian risiko didasarkan pada hirarki sebagai berikut:
Referensi etika yang dipakai dalam Panduan Global ISO 20400:2017 (Sustainable
Procurement) adalah terkait dengan tujuan pembangunan berkelanjutan untuk tahun 2015-
2030.
Gambar (6.1):
Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan 2015-2030
20
Di bawah ini dijelaskan beberapa pemahaman pokok kegiatan pengadaan yang
berbasis etika dan perilaku bisnis yang dapat diusulkan dalam kebijakan pengadaan
berkelanjutan terkait tujuan pembangunan berkelanjutan 2015-2030 (lihat lagi Gambar
6.1).
4. Penyedia bahan baku, pemroses (manufaktur), dan industri yang menghasilkan produk
barang atau jasa terkait konsumsi harus
dipastikan sepenuhnya bebas dari
kegiatan deforestasi dan degradasi
lingkungan. Di sini terkait praktek
sertifikasi khusus seperti “eco-
labelling” dan verifikasi prosesnya.
21
5. Menghindari keterlibatan pengadaan
produk/barang dan jasa dari kegiatan-
kegiatan yang melanggar hak asasi
manusia, kerja paksa, perbudakan
terselubung, adanya kondisi kerja yang
tidak melanggar hukum, serta pemakaian
mineral atau bahan baku konflik misalnya
dalam peralatan elektronik kantor sehari-
hari.
“Community impacts, human rights violations with slave or forced labour, or unfair working
conditions, use of conflict minerals in everyday electronic equipment. Do you know how your
supplies were made? Calculating these costs would undoubtedly influence decision making
process”.
22
7.3. TAHAPAN MENURUT ISO 20400:2017
23
4. Mengidentifikasi dan mengurangi risiko terkait keberlanjutan pada rantai suplai, yang
dimulai dari proses awal pengadaan barang/jasa
24
8.2. ASPEK SOSIAL
25
9. REKOMENDASI DAN SARAN UNTUK PERUMUSAN
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN IKLIM
USAHA BERDASARKAN PRAKTIK PENGADAAN
BERKELANJUTAN
9.1. KEBIJAKAN PENGADAAN BERKELANJUTAN NASIONAL
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman, atau dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, praktek kepemimpinan, dan cara bertindak.
Kebijakan yang baik harus mempunyai tujuan yang baik. Tujuan yang baik tersebut
sekurang-kurangnya harus memenuhi 4 kriteria sebagai berikut:
1. Apa yang diinginkan untuk dicapai (deliverable objectives)
2. Bersifat rasional atau realistis (rational or realistic)
3. Jelas (clear)
4. Berorientasi ke depan (future oriented)
5. Ada niatan untuk melaksanakan perbaikan secara terus menerus (continuous
improvement).
26
2. Transparansi: organisasi harus transparan dalam pengambilan keputusan dan
aktivitas yang berdampak pada lingkungan, masyarakat, dan ekonomi. Dalam
konteks pengadaan, hal ini secara khusus mencakup transparansi dalam keputusan
dan kegiatan pengadaannya dan mendorong pemasoknya untuk bersikap transparan.
3. Perilaku etis: organisasi harus berperilaku etis dan mempromosikan perilaku etis
(kepatuhan pada Etika Bisnis & Etika Lingkungan) di seluruh rantai pasokannya.
4. Memberikan kesempatan penuh dan adil: organisasi harus menghindari bias dan
prasangka dalam semua pengambilan keputusan pengadaan. Semua pemasok,
termasuk pemasok lokal dan usaha kecil dan menengah (UKM) harus memiliki
kesempatan yang penuh dan adil untuk bersaing.
5. Menghormati kepentingan pemangku kepentingan: organisasi harus
menghormati, mempertimbangkan dan menanggapi kepentingan pemangku
kepentingan yang terkena dampak kegiatan pengadaannya.
6. Menghormati supremasi hukum dan norma perilaku internasional: organisasi
harus berusaha untuk mengetahui setiap pelanggaran di seluruh rantai pasokannya.
Perusahaan harus secara aktif mendorong pemasoknya untuk mematuhi aturan ini
dan menilai serta menangani kepatuhan sesuai kebutuhan.
7. Menghormati hak asasi manusia: organisasi harus menghormati hak asasi manusia
yang diakui secara internasional.
8. Solusi inovatif: organisasi harus mencari solusi untuk mencapai tujuan
keberlanjutannya dan mendorong praktik pengadaan yang inovatif untuk
mempromosikan hasil yang lebih berkelanjutan di seluruh rantai pasokan..
9. Fokus pada kebutuhan: organisasi harus meninjau permintaannya, membeli hanya
apa yang dibutuhkan dan mencari alternatif yang lebih berkelanjutan.
10. Integrasi: organisasi harus memastikan bahwa keberlanjutan diintegrasikan ke
dalam semua praktik pengadaan yang ada untuk memaksimalkan hasil yang
berkelanjutan.
11. Analisis semua biaya: organisasi harus mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan
selama siklus hidup, nilai uang yang dicapai, dan biaya serta manfaat bagi
masyarakat, lingkungan dan ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan pengadaannya.
12. Perbaikan berkesinambungan: organisasi harus bekerja untuk terus meningkatkan
praktik dan hasil keberlanjutannya, dan mendorong organisasi dalam rantai
pasokannya untuk melakukan hal yang sama.
27
9.2. SISTEM TATA KERJA, PEDOMAN, PROSEDUR, INSTRUKSI
KERJA DAN REKAMAN PENGADAAN BERKELANJUTAN
Pedoman adalah dokumen induk yang berisi prinsip-prinsip dasar STK, yang
memayungi atau menjadi acuan bagi semua prosedur, instruksi kerja dan
standard/spesifikasi terkait segala kegiatan (pengadaan) yang dicakup di dalamnya.
Prosedur adalah dokumen yang lebih jelas dan rinci untuk menjabarkan metoda
implementasi kebijakan dan aktivitas organisasi seperti ditetapkan dalam pedoman.
Aktivitas organisasi ini melibatkan beberapa unit kerja atau beberapa jabatan sebagai
pelaksananya.
Instruksi Kerja adalah dokumen yang mengatur secara rinci dan jelas urutan
suatu aktivitas yang hanya melibatkan satu unit kerja atau satu jabatan sebagai
pelaksananya.
Gambar (8.1). Piramida yang menunjukkan hirarki dokumen kerja (Soemohadidjojo, 2016)
28
9.3. KOMITE PENGELOLA SISTEM TATA KERJA PENGADAAN
BERKELANJUTAN
29
Di bawah ini diuraikan lebih lanjut tentang masing-masing tahapan di atas
sehingga dapat dijadikan pedoman:
Proses identifikasi ini mendasarkan pada kebutuhan rutin dan/atau kebutuhan non-
rutin atau yang bersifat proyek, sesuai dengan rencana bisnis atau rencana kerja
organisasi atau perusahaan.
Disarankan agar tahap ini dilaksanakan oleh tim yang dikoordinasi oleh departemen
pengadaan dengan dukungan teknis penuh dari departemen pengguna sebagai
departemen yang bertanggung jawab.
30
c. Berdasarkan tingkat risiko tersebut, proses pengadaan barang mengikuti
ketentuan tahapan proses pengadaan yang ditetapkan.
Disarankan agar tahap ini dilaksanakan oleh tim yang dikoordinasi oleh departemen
pengadaan dengan dukungan teknis penuh dari departemen pengguna sebagai
departemen yang bertanggung jawab.
3. Melakukan analisis pasar dan membuat daftar produsen pohon dan bahan
baku plastik mampu berbasis risiko dan aspek keberlanjutan.
Diasarankan agar tahap ini dilakukan oleh satu tim yang berkaitan dengan pengadaan
berkelanjutan di pemerintahan pusat sehingga diperoleh daftar produsen mampu
secara nasional.
Kuesioner Pengadaan Berkelanjutan khusus untuk Produsen Pohon dan Bahan Baku
Plastik, seperti yang disertakan dalam lampiran kajian ini, digunakan untuk
melakukan proses penjaringan.
4. Melakukan analisis pasar dan membuat daftar pabrikan kertas, furnitur kayu
dan binder plastik mampu berbasis risiko dan aspek keberlanjutan.
Diasarankan agar tahap ini dilakukan oleh satu tim yang berkaitan dengan pengadaan
berkelanjutan di pemerintahan pusat sehingga diperoleh daftar produsen mampu
secara nasional.
31
Daftar pabrikan mampu dikelola dengan baik, termasuk diantaranya adalah
melakukan evaluasi kinerja, pemutakhiran data, dan pengurangan atau penambahan
jumlahnya.
Disarankan agar tahap ini dilaksanakan oleh tim yang dikoordinasi oleh departemen
pengadaan dengan dukungan teknis penuh dari departemen pengguna dan
departemen lain jika diperlukan.
Setelah mempunyai spesifikasi barang yang akan dibeli dan setelah mempunyai
calon Penyedia Barang yang ada dalam daftar distributor/agen/penyedia mampu,
langkah selanjutnya adalah membuat strategi pengadaan.
Disarankan agar tahap ini dilaksanakan oleh tim yang dikoordinasi oleh departemen
pengadaan dengan dukungan teknis penuh dari departemen pengguna dan
departemen lain jika diperlukan.
32
7. Melakukan proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan mengundang
distributor/agen/penyedia yang ada dalam daftar mampu.
Proses pemilihan dilakukan dengan merujuk pada strategi pengadaan yang telah
ditetapkan dan dengan mengikuti pada proses pemilihan yang tertera dalam peraturan
terkait. Misalnya melalui e-katalog, tender cepat, atau yang lainnya.
Disarankan agar tahap ini dilaksanakan oleh tim yang dikoordinasi oleh departemen
pengadaan dengan dukungan teknis penuh dari departemen pengguna dan
departemen lain jika diperlukan.
Disarankan agar tahap ini dilaksanakan oleh tim dari departemen pengguna, dengan
dukungan dari departemen pengadaan dan departemen lain jika diperlukan.
Jika barang atau peralatan yang digunakan telah selesai atau telah melampaui umur
ekonomisnya, barang atau peralatan tersebut perlu dihapuskan dari daftar asset
perusahaan. Ketentuan tentang penghapusan asset barang mengikuti ketentuan yang
telah ada dengan memperhatikan aspek-aspek keberlanjutan.
Disarankan agar tahap ini dilaksanakan oleh tim yang dikoordinasi oleh departemen
pengadaan dengan dukungan teknis penuh dari departemen pengguna dan
departemen lain jika diperlukan.
Setelah penghapusan asset dilakukan, maka barang atau peralatan dikelola mengikuti
peraturan yang terkait seperti peraturan dari Kementerian LHK.
33
Disarankan agar tahap ini dilaksanakan oleh tim yang dikoordinasi oleh departemen
pengadaan dengan dukungan teknis penuh dari departemen pengguna dan
departemen lain jika diperlukan.
Disarankan agar tahap ini dilaksanakan oleh tim yang dikoordinasi oleh departemen
pengadaan dengan dukungan teknis penuh dari departemen pengguna dan
departemen lain jika diperlukan.
34
LAMPIRAN 1
REKOMENDASI PERNYATAAN KEBIJAKAN
PERNYATAAN KEBIJAKAN TUJUAN
PENGADAAN BERKELANJUTAN NASIONAL 1. Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan,
diukur dari aspek kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi, dan Penyedia;
2. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri;
3. Meningkatkan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah;
4. Meningkatkan peran pelaku usaha nasional;
5. Mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan barang/jasa hasil
penelitian;
6. Meningkatkan keikutsertaan industri kreatif;
7. Mendorong pemerataan ekonorni; dan
8. Mendorong Pengadaan Berkelanjutan.
CAKUPAN KEBIJAKAN
1. Pengadaan Barang/Jasa di 1. Meningkatkan kualitas perencanaan Pengadaan Barang/Jasa;
lingkungan Kementerian/ 2. Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang lebih transparan, terbuka, dan
Lembaga/ Perangkat Daerah kompetitif;
yang menggunakan anggaran 3. Memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia Pengadaan
belanja dari APBN/APBD; Barang/Jasa;
Pengadaan. 4. Mengembangkan E-marketplace Pengadaan Barang/Jasa;
2. Barang/Jasa yang menggunakan 5. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, serta transaksi elektronik;
anggaran belanja dari 6. Mendorong penggunaan barang/jasa dalam negeri dan Standar Nasional
APBN/APBD sebagaimana Indonesia (SNI);
dimaksud pada nomor 1, 7. Memberikan kesempatan kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha
termasuk Pengadaan Menengah;
Barang/Jasa yang sebagian atau 8. Mendorong pelaksanaan penelitian dan industri kreatif; dan
seluruh dananya bersurnber dari 9. Pengadaan Barang/Jasa dilaksanakan dengan memperhatikan aspek
pinjaman dalam negeri dan/atau berkelanjutan.
hibah dalam negeri yang
diterima oleh Pemerintah Pengadaan Berkelanjutan Memenuhi Aspek-aspek:
dan/atau Pemerintah Daerah; 1. Aspek ekonomi meliputi biaya produksi barang/jasa sepanjang usia
dan/atau barang/jasa.
3. Pengadaan Barang/Jasa yang 2. Aspek sosial meliputi pemberdayaan usaha kecil, jaminan kondisi kerja yang
menggunakan anggaran belanja adil, pemberdayaan komunitas/usaha lokal, kesetaraan, dan keberagaman;
dari APBN/APBD sebagaimana dan
dimaksud pada huruf a termasuk 3. Aspek lingkungan hidup meliputi pengurangan dampak negatif terhadap
Pengadaan Barang/Jasa yang kesehatan, penjagaan kualitas udara, kualitas tanah, kualitas air, dan
sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya alam sesuai dengan ketentuan peraturan
dibiayai dari pinjaman luar negeri perundang-undangan.
atau hibah luar negeri.
ETIKA
PRINSIP 1. Bertugas secara tertib, disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran,
Efisien; Efektif; Transparan; Terbuka; kelancaran, dan ketepatan tujuan Pengadaan Barang/Jasa;
Bersaing; Adil; Akuntabel. 2. Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan informasi yang
menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk mencegah penyimpangan
DASAR Pengadaan Barang/Jasa;
1. Peraturan presiden republik 3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang
indonesia nomor 16 tahun 2018 berakibat persaingan usaha tidak sehat;
tentang pengadaan barang/jasa 4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan
pemerintah sesuai dengan kesepakatan tertulis pihak yang terkait;
2. Standar Nasional Indonesia / SNI 5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan/konflik kepentingan
ISO 20400:2017 Pengadaan pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
Berkelanjutan berakibat persaingan usaha tidak sehat dalam Pengadaan Barang/Jasa;
6. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran keuangan negara;
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi; dan
8. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi
atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat, dan apa saja dari atau kepada
siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan Pengadaan
Barang/Jasa.
35
LAMPIRAN 2-1
ASPEK LINGKUNGAN: INDIKATOR KEANEKARAGAMAN HAYATI
(KEHATI)
Definisi
Jenis hewan (fauna) dan tumbuhan (flora) dapat diperbarui dan dimanfaatkan secara
berkelanjutan. Beberapa jenis kayu memiliki manfaat bagi kepentingan masyarakat
Indonesia maupun untuk kepentingan ekspor, misalnya saja beberapa jenis kayu jika di
ekspor akan menghasilkan devisa bagi negara. Beberapa tumbuhan juga dapat dijadikan
sebagai sumber makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin serta ada
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan dan kosmetika.
Sumber daya yang berasal dari hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan dan
untuk kegiatan industri. Dua pertiga wilayah Indonesia adalah perairan yang dapat
dijadikan sumber daya alam yang bernilai ekonomi. Laut, sungai, dan tambak merupakan
sumber-sumber perikanan yang berpotensi ekonomi. Beberapa jenis diantaranya dikenal
sebagai sumber bahan makanan yang mengandung protein.
36
Merupakan paru-paru bumi kegiatan fotosintesis hutan hujan tropis dapat
menurunkan Kadar karbondioksida (CO2) di atmosfer, yang berarti dapat
mengurangi pencemaran udara dan dapat mencegah efek rumah kaca.
Dapat menjaga kestabilan iklim global, yaitu mempertahankan suhu dan
kelembaban udara.
Manusia telah lama menggunakan sumber daya hayati untuk kepentingan medis. Selain
pengobatan tradisional, pengobatan moderenpun sangat tergantung pada keragaman
hayati terutama tumbuhan dan mikroba. Sumber daya dari tanaman liar, hewan dan
mikroorganisme juga sangat penting dalam pencarian bahan-bahan aktif bidang
kesehatan. Banyak obat-obatan yang digunakan saat ini berasal dari tanaman; beberapa
antibiotik, berasal dari mikroorganisme, dan struktur kimia baru ditemukan setiap saat.
Kekayaan aneka flora dan fauna sudah sejak lama dimanfaatkan untuk pengembangan
ilmu pengetahuan. Hingga saat ini masih banyak jenis hewan dan tumbuhan yang belum
dipelajari dan belum diketahui manfaatnya. Dengan demikian keadaan ini masih dapat
dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pengetahuan dan penelitian bagi berbagai
bidang pengetahuan. Misalnya penelitian mengenai sumber makanan dan obat-obatan
yang berasal dari tumbuhan. Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan
pengembangan ilmu yang sangat berguna untuk kehidupan manusia.
Masih banyak yang bisa dipelajari tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya hayati
secara lebih baik, bagaimana menjaga dasar genetik dari sumber daya hayati yang
terpakai, dan bagaimana untuk merehabilitasi ekosistem yang terdegradasi. Daerah
alami menyediakan laboratorium yang baik sekali untuk studi seperti ini, sebagai
37
perbandingan terhadap daerah lain dengan penggunaan sistem yang berbeda, dan untuk
penelitian yang berharga mengenai ekologi dan evolusi. Habitat yang tidak dialih
fungsikan seringkali penting untuk beberapa pendekatan tertentu, menyediakan kontrol
yang diakibatkan oleh perubahan mengenai sistem pelelolaan yang berbeda dapat diukur
dan dilakukan.
Di negara kita Indonesia, keanekaragaman hayati merupakan sumber daya yang penting
bagi pembangunan nasional. Sejumlah besar sektor perekonomian nasional tergantung
secara langsung ataupun tak langsung dengan keanekaragaman flora-fauna, ekosistem
alami dan fungsi-fungsi lingkungan yang dihasilkannya. Keanekaragaman hayati ini juga
merupakan anugerah terbesar bagi masyarakat Indonesia karena Indonesia merupakan
salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia.
Manfaat yang dapat diperoleh dari besarnya keanekaragaman hayati bagi masyarakat
kita antara lain adalah (1) Merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan
hidup bagi umat manusia, karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang,
obat-obatan serta kebutuhan hidup yang lain (2) Merupakan sumber ilmu pengetahuan
dan tehnologi (3) Mengembangkan sosial budaya umat manusia. Pemanfaatan
keanekaragaman hayati bagi masyarakat ini harus dilakukan secara berkelanjutan yaitu
manfaat yang tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan
datang.
1. Keanekaragaman Hayati
Adanya berbagai flora dan fauna tersebut merupakan sumber daya alam hayati yang
bernilai tinggi serta memberikan nilai tambah bagi manusia. Manfaat keanekaragaman
hayati bagi manusia sangatlah besar. Pemanfaatan keanekaragaman hayati ini dapat
digolongkan menjadi beberapa nilai manfaat, yaitu nilai konsumtif, nilai produktif, dan
nilai nonkonsumtif.
Nilai manfaat konsumtif artinya nilai dari produk keanekaragaman hayati yang langsung
dikonsumsi seperti bahan pangan, bahan obat-obatan, dan bahan bakar. Sedangkan nilai
manfaat produktif artinya nilai dari produk keanekaragaman gayati yang diolah secara
besar-besaran dan bersifat komersial seperti industri karet, industri benang, industri
pengalengan ikan, dan lain-lain. Kemudian, nilai manfaat nonkonsumtif artinya manfaat
38
selain konsumtif dan produktif, misalnya sebagai sumber plasma nutfah (gene pool),
menjaga kelestarian ekosistem, dan memberikan keindahan alam.
Di samping itu, kegiatan manusia berupa pencemaran lingkungan juga dapat merusak
keanekaragaman hayati yang ada. Bahan pencemar atau polutan dari limbah pabrik atau
limbah rumah tangga dapat mencemari dan membunuh makhluk hidup penyusun
keanekaragaman hayati. Selain itu, perubahan diperkirakan akan mempengaruhi
penyebaran dan ketahanan makhluk hidup. Akumulasi pencemar seperti DDT, dioxin,
dan lain-lain di dalam perairan telah mengakibakan kematian berbagai polusi mamalia
laut.
39
2. Upaya Pelestarian
Adapun beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan melestarikan
keanekaragaman hayati tersebut seperti penghijauan (reboisasi), pemuliaan, pelestarian
in situ maupun ex situ serta penegakan hukum dan kebijakan nasional dan internasional.
3. Penghijauan (reboisasi)
4. Pemuliaan
Pemuliaan adalah usaha membuat varietas unggul dengan cara melakukan perkawinan
silang. Usaha pemuliaan akan menghasilkan varian baru. Oleh sebab itu, pemuliaan
hewan dan tumbuhan dapat meningkatkan keanekaragaman gen.
5. Pelestarian in situ
Pelestarian insitu adalah pelestarian didalam habitat aslinya, misalnya mendirikan Cagar
Alam Ujung Kulon dan Taman Nasional Komodo.
6. Pelestarian ex situ
Adalah pelestarian di luar habitat aslinya, misalnya penangkaran hewan didalam kebun
binatang contohnya Taman Ragunan dan Taman Safari Bogor.
7. Penegakan hukum
Adapun penegakan hukum dan kebijakan nasional dan internasional ini sebenarnya
tergantung kepada masing-masing wilayah.
40
Kriteria penilaian item-item dari indikator KEHATI:
Di bawah ini adalah kriteria yang digunakan untuk 3 produk yang ada dalam lingkup kajian,
di mana tingkat risikonya adalah rendah.
Tingkat Deskripsi
Rendah Hanya menanam 1 jenis flora dalam hutan produksi penyedia
bahan baku.
Kegiatan perawatan hutan produksi dan pelestarian pohon untuk
bahan baku tidak ada atau tidak ditemukan dalam dokumen
terkait.
Menengah Menanam lebih dari 1 jenis flora dalam hutan produksi penyedia
bahan baku.
Kegiatan perawatan hutan produksi dan pelestarian pohon untuk
bahan baku sudah ada atau ditemukan dalam dokumen terkait.
Tinggi Menanam lebih dari 2 jenis flora dalam hutan produksi penyedia
bahan baku.
Kegiatan perawatan hutan produksi dan pelestarian pohon untuk
bahan baku, serta pemuliaan salah satu jenis flora di hutan
produksi ada atau ditemukan dalam dokumen terkait.
Sumber Data:
- Tingkat KEHATI Flora ditanyakan dalam kuesioner yang perlu dijawab oleh
produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Referensi untuk verifikasi data tersebut diperoleh dari dokumen Laporan
Keberlanjutan perusahaan dan /atau dokumen lain yang terkait seperti rona awal
lingkungan, AMDAL, atau RKL-RPL/UKL-UPL.
Penilaian (Skala 1-5):
- Penyedia Barang/Jasa dengan Tingkat KEHATI Flora Rendah, nilai 1-2.
- Penyedia Barang/Jasa dengan Tingkat KEHATI Flora Menengah, nilai 3.
- Penyedia Barang/Jasa dengan Tingkat KEHATI Flora Tinggi, nilai 4-5.
41
Pada gambar-gambar di halaman berikut, ditunjukkan bahan verifikasi untuk menentukan
(melakukan estimasi) tingkat kehati flora dari menengah sampai tinggi. Gambar di bawah
ini diambil dari laporan keberlanjutan salah satu perusahaan atau pabrik kertas.
42
Tingkat KEHATI Fauna:
Tingkat Deskripsi
Rendah Dalam hutan produksi penyedia bahan baku, hanya ditemukan
jenis-jenis fauna seperti yang ada di dalam ekosistem setempat
berdasarkan data rona awal.
Menengah Dalam hutan produksi penyedia bahan baku, ditemukan jenis-jenis
fauna sampai dengan 10% lebih banyak dari ekosistem setempat
berdasarkan data rona awal.
Tinggi Dalam hutan produksi penyedia bahan baku, ditemukan jenis-jenis
fauna lebih dari 10% dari ekosistem setempat berdasarkan data rona
awal.
43
Sumber Data:
- Tingkat KEHATI Fauna ditanyakan dalam kuesioner yang perlu dijawab oleh
produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Referensi untuk verifikasi data tersebut diperoleh dari Laporan Keberlanjutan
perusahaan dan/atau dokumen lain yang terkait seperti rona awal lingkungan,
AMDAL, atau RKL-RPL/UKL-UPL.
Penilaian (Skala 1-5):
- Penyedia Barang/Jasa dengan Tingkat KEHATI Fauna Rendah, nilai 1-2.
- Penyedia Barang/Jasa dengan Tingkat KEHATI Fauna Menengah, nilai 3.
- Penyedia Barang/Jasa dengan Tingkat KEHATI Fauna Tinggi, nilai 4-5.
44
LAMPIRAN 2-2
ASPEK LINGKUNGAN: INDIKATOR MINIMALISASI LIMBAH PADAT
DAN CAIR DENGAN 3R DAN BESARAN LIMBAH B3
Definisi:
Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008, Undang-Undang No.32 Tahun 2009, dan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 101 Tahun 2014, pengertian limbah adalah sisa dari suatu
usaha dan/ atau kegiatan. Limbah umumnya berupa buangan yang dihasilkan dari suatu
proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga).
Definisi limbah umumnya mengarah pada sisa atau barang bekas yang dianggap tidak
bernilai ekonomi dan sudah tidak dapat dipergunakan lagi. Limbah bisa juga diartikan
sebagai benda yang dibuang, baik berasal dari alam maupun dari hasil proses teknologi, yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak
memiliki nilai ekonomis.
3R : Reduce-Reuse-Recycle
Reuse berarti menggunakan kembali sampah atau bahan-bahan yang terbuang dan tidak
terpakai agar tidak terjadi penumpukan sampah di lingkungan sekitar kita, banyak sampah-
sampah yang dapat kita gunakan kembali seperti kertas, botol bekas seperti bekas minum-
minuman, kaleng susu, semua itu dapat kita gunakan dan manfaatkan (setelah dibersihkan
dengan layak), seperti merubahnya menjadi pot tanaman, atau kerajinan tangan, dan
kreativitas lainnya.
Recyle berarti mendaur ulang kembali sampah-sampah atau bahan-bahan yang tidak lagi
berguna menjadi bahan lain, dengan melakukan berbagai proses pengolahan seperti
mengolah sisa-sisa kain perca menjadi selimut, kainlap, keset kaki, dan sebagainya.
45
Limbah B3 (bahan beracun & berbahaya), terdiri dari:
Limbah korosif, yaitu limbah yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan dapat
membuat logam berkarat
Limbah beracun, yaitu limbah yang mengandung racun berbahaya bagi manusia
dan lingkungan. Limbah ini mengakibatkan kematian jika masuk ke dalam laut.
Limbah reaktif, yaitu limbah yang memiliki sifat mudah bereaksi dengan oksigen
atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi dan dapat
menyebabkan kebakaran.
Limbah mudah meledak, yaitu limbah yang melalui proses kimia menghasilkan
gas dengan suhu tekanan tinggi serta dapat merusak lingkungan.
Limbah mudah terbakar, yaitu limbah yang mengandung bahan yang
menghasilkan gesekan atau percikan api, jika berdekatan dengan sumber panas,
bahan bakar dan oksigen.
Limbah radioaktif, yakni jenis limbah berasal dari setiap pemanfaatan tenaga
nuklir, baik pemanfaatan untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor
nuklir, maupun pemanfaatan tenaga nuklir untuk keperluan industri dan rumah sakit.
Kriteria penilaian item-item dari indikator Minimalisasi Limbah Padat dan Cair
Dengan 3R dan Besaran Limbah B3:
Di bawah ini adalah kriteria yang digunakan untuk 3 produk yang ada dalam lingkup kajian,
di mana tingkat risikonya adalah rendah.
Tingkat Deskripsi
Rendah Limbah padat tidak dikelola sesuai dengan ketentuan atau peraturan
yang berlaku.
Menengah Inisiatif pengelolaan dan pemantauan limbah padat dengan 3R sudah
mulai dilakukan sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
Tinggi Sudah ada sistem pengelolaan dan pemantauan limbah padat dengan 3R
sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
Sumber Data:
- Tingkat Limbah Padat dengan 3R ditanyakan dalam kuesioner yang perlu dijawab
oleh produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
46
- Referensi untuk verifikasi data tersebut diperoleh dari Laporan Keberlanjutan
Perusahaan dan/atau dokumen lain yang terkait seperti rona awal lingkungan,
AMDAL, RKL-RPL/UKL-UPL, atau PROPER.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Limbah Padat dengan R3 Rendah mendapatkan nilai 1-2.
- Tingkat Limbah Padat dengan R3 Menengah mendapatkan nilai 3.
- Tingkat Limbah Padat dengan R3 Tinggi mendapatkan nilai 4-5.
Tingkat Deskripsi
Rendah Limbah cair tidak dikelola sesuai dengan ketentuan atau peraturann
yang berlaku.
Menengah Inisiatif pengelolaan dan pemantauan limbah cair dengan 3R sudah
mulai dilakukan sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
Tinggi Sudah ada sistem pengelolaan dan pemantauan limbah cair dengan 3R
sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
Sumber Data:
- Tingkat Limbah Cair dengan R3 ditanyakan dalam kuesioner yang perlu dijawab
oleh produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Referensi untuk verifikasi data tersebut diperoleh dari Laporan Keberlanjutan
Perusahaan dan/atau dokumen lain yang terkait seperti rona awal lingkungan,
AMDAL, RKL-RPL/UKL-UPL, atau PROPER.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Limbah Cair dengan R3 Rendah mendapatkan nilai 1-2.
- Tingkat Limbah Cair dengan R3 Menengah mendapatkan nilai 3.
- Tingkat Limbah Cair dengan R3 Tinggi mendapatkan nilai 4-5.
47
Tingkat Besaran Limbah B3:
Tingkat Deskripsi
Rendah Hampir tidak ada pemakaian bahan kimia B3 sehingga tidak ada
limbah B3.
Menengah Beberapa bahan kimia B3 disesuaikan pemakaiannya sesuai dengan
izin KLHK.
Tinggi Diketahui ada pemakaian bahan kimia B3 melebihi batas izin pakai
sehingga berpotensi menimbulkan masalah dengan limbah B3.
Sumber Data:
- Tingkat Besaran Limbah B3 ditanyakan dalam kuesioner yang perlu dijawab oleh
produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Referensi untuk verifikasi data tersebut diperoleh dari Laporan Keberlanjutan
Perusahaan dan/atau dokumen lain yang terkait seperti rona awal lingkungan,
AMDAL, RKL-RPL/UKL-UPL, atau PROPER.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Besaran Limbah B3 Rendah mendapatkan nilai 4-5.
- Tingkat Besaran Limbah B3 Menengah mendapatkan nilai 3.
- Tingkat Besaran Limbah B3 Tinggi mendapatkan nilai 1-2.
48
LAMPIRAN 2-3
ASPEK LINGKUNGAN: INDIKATOR PENCEGAHAN PENCEMARAN
Definisi:
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih dari satu substansi fisika, kimia atau
biologi di atmosfer bumi dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia atau
lingkungan. Penyebab pencemaran udara bisa karena faktor alami atau kegiatan manusia.
Dampak pencemaran udara pun menyebabkan banyak kerugian. Penyebab pencemaran
udara umumnya disebabkan emisi kendaraan bermotor, asap limbah industri, asap rokok,
letusan gunung berapi atau kebakaran hutan. Gas emisi kendaraan bermotor menjadi
penyebab terbesar pencemaran udara, sehingga sering terjadi di daerah perkotaan.
Pencemaran air adalah proses menurunnya kualitas air di sungai, danau, laut atau
penampungan air lain akibat aktifitas manusia. Penyebab pencemaran air sering diakibatkan
sampah dan limbah hasil kegiatan manusia. Dampak pencemaran air pun bisa berbahaya
karena menyebabkan banyak kerugian. Pencemaran air bisa terjadi di lingkungan danau,
sungai, mata air atau lautan, pencemaran air membuat wilayah perairan menjadi tercemar.
Indikasinya bisa terjadi perubahan warna, rasa, bau hingga kualitas air itu sendiri.
Pencemaran tanah adalah keadaan saat kualitas tanah terganggu akibat pengaruh zat kimia
yang masuk ke dalam. Penyebab pencemaran tanah disebabkan karena sampah dan limbah
akibat aktifitas manusia, baik limbah padat atau cair. Dampak pencemaran tanah
menyebabkan banyak kerugian bagi manusia atau lingkungan. Ada banyak jenis-jenis
tanah yang rentan tercemar. Pencemaran tanah banyak terjadi di sekitar kita. Tanah menjadi
tidak subur dan menurun kualitasnya. Pemandangan menjadi tidak enak dipandang karena
banyaknya sampah dan limbah. Belum lagi bau yang ditimbulkan tentu menggangu orang-
orang di sekitarnya.
Di bawah ini adalah kriteria yang digunakan untuk 3 produk yang ada dalam lingkup kajian,
di mana tingkat risikonya adalah rendah.
49
Tingkat Kesiapan Pencegahan Cemaran B3:
Tingkat Deskripsi
Rendah Tidak mampu mencegah dan menanggulangi cemaran B3 sehingga
banyak terdapat sisanya/ masih kotor.
Menengah Mampu mencegah dan menanggulangi cemaran B3 tetapi masih
terdapat sisa-sisanya/ belum bersih.
Tinggi Mampu mencegah dan menanggulangi cemaran B3 tanpa sisa/ sudah
bersih.
Sumber Data:
- Tingkat Kesiapan Pencegahan Cemaran B3 ditanyakan dalam kuesioner yang perlu
dijawab oleh produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Referensi untuk verifikasi data tersebut diperoleh dari Laporan Keberlanjutan
Perusahaan dan/atau dokumen lain yang terkait seperti rona awal lingkungan,
AMDAL, RKL-RPL/UKL-UPL, atau PROPER.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Kesiapan Pencegahan Cemaran B3 Rendah mendapatkan nilai 1-2.
- Tingkat Kesiapan Pencegahan Cemaran B3 Menengah mendapatkan nilai 3.
- Tingkat Kesiapan Pencegahan Cemaran B3 Tinggi mendapatkan nilai 4-5.
Tingkat Deskripsi
Rendah Tidak mampu mencegah dan menanggulangi cemaran limbah Non-B3
sehingga banyak terdapat sisanya/ masih kotor.
Menengah Mampu mencegah dan menanggulangi ceceran minyak pelumas dan B3
lainnya tetapi masih terdapat sisa-sisanya/ belum bersih.
Tinggi Mampu mencegah dan menanggulangi ceceran minyak pelumas dan B3
lainnya tanpa sisa/ sudah bersih.
Sumber Data:
- Tingkat Kesiapan Pencegahan Tumpahan Minyak Pelumas dan B3 Lainnya
ditanyakan dalam kuesioner yang perlu dijawab oleh produsen pohon/bahan pastik,
pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
50
- Referensi untuk verifikasi data tersebut diperoleh dari Laporan Keberlanjutan
Perusahaan dan/atau dokumen lain yang terkait seperti rona awal lingkungan,
AMDAL, RKL-RPL/UKL-UPL, atau PROPER.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Kesiapan Pencegahan Tumpahan Minyak Pelumas dan B3 Lainnya Rendah
mendapatkan nilai 1-2.
- Tingkat Kesiapan Pencegahan Tumpahan Minyak Pelumas dan B3 Lainnya
Menengah mendapatkan nilai 3.
- Tingkat Kesiapan Pencegahan Tumpahan Minyak Pelumas dan B3 Lainnya Tinggi
mendapatkan nilai 4-5.
Tingkat Deskripsi
Rendah Tidak mampu mengelola dampak limbah B3.
Menengah Mampu mengelola dampak limbah B3 tetapi masih terdapat dampak dari
adanya sisa-sisa limbah B3.
Tinggi Mampu mengelola limbah B3 lainnya tanpa ada dampak sesuai ketentuan
yang berlaku.
Sumber Data:
- Tingkat Pengelolaan Dampak Limbah B3 ditanyakan dalam kuesioner yang perlu
dijawab oleh produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Referensi untuk verifikasi data tersebut diperoleh dari Laporan Keberlanjutan
Perusahaan dan/atau dokumen lain yang terkait seperti rona awal lingkungan,
AMDAL, RKL-RPL/UKL-UPL, atau PROPER.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Pengelolaan Dampak Limbah B3 Rendah mendapatkan nilai 1-2.
- Tingkat Pengelolaan Dampak Limbah B3 Menengah mendapatkan nilai 3.
- Tingkat Pengelolaan Dampak Limbah B3 Tinggi mendapatkan nilai 4-5.
51
LAMPIRAN 2-4
ASPEK LINGKUNGAN: INDIKATOR PENGELOLAAN DAMPAK
LIMBAH B3
Di bawah ini adalah kriteria yang digunakan untuk 3 produk yang ada dalam lingkup kajian,
di mana tingkat risikonya adalah rendah.
Tingkat Deskripsi
Rendah Tidak mampu mengelola dampak limbah B3.
Menengah Mampu mengelola dampak limbah B3 tetapi masih terdapat dampak dari
adanya sisa-sisa limbah B3.
Tinggi Mampu mengelola limbah B3 lainnya tanpa ada dampak sesuai ketentuan
yang berlaku.
Sumber Data:
- Tingkat Pengelolaan Dampak Limbah B3 ditanyakan dalam kuesioner yang perlu
dijawab oleh produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Referensi untuk verifikasi data tersebut diperoleh dari Laporan Keberlanjutan
Perusahaan dan/atau dokumen lain yang terkait seperti rona awal lingkungan,
AMDAL, RKL-RPL/UKL-UPL, atau PROPER.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Pengelolaan Dampak Limbah B3 Rendah mendapatkan nilai 1-2.
- Tingkat Pengelolaan Dampak Limbah B3 Menengah mendapatkan nilai 3.
- Tingkat Pengelolaan Dampak Limbah B3 Tinggi mendapatkan nilai 4-5.
52
LAMPIRAN 2-5
ASPEK LINGKUNGAN: INDIKATOR PENURUNAN EMISI GAS
RUMAH KACA (GRK)
Definisi:
Gas rumah kaca (GRK) adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek
rumah kaca di sekeliling biosfir. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di
lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia.
Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air (sebenarnya tidak berbahaya) yang
mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah
gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik;
pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan
karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan). Di bawah ini
diuraikan beberapa jenis GRK.
Karbondioksida
Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka
membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan,
menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan
yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk
diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.
Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer,
aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari
kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul
karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi
karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini
benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm.
Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga
kali lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi industri.
Metana
Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia
merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila
53
dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu
bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik
di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat dikeluarkan oleh hewan-hewan
tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi
industri pada pertengahan 1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu
setengah kali lipat.
Nitrogen Oksida
Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari
pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen oksida dapat menangkap
panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16
persen bila dibandingkan masa pre-industri.
Gas lainnya
Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran berflourinasi
dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama
manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan tempat
duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara berkembang masih
menggunakan klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin yang selain mampu
menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari
radiasi ultraviolet). Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer,
tetapi sejak 1995, untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam Protokol
Montreal tentang Substansi-substansi yang Menipiskan Lapisan Ozon, konsentrasi gas-gas
ini mulai makin sedikit dilepas ke udara.
Kriteria penilaian item-item dari indikator Emisi Gas Rumah Kaca (GRK):
Di bawah ini adalah kriteria yang digunakan untuk 3 produk yang ada dalam lingkup kajian,
di mana tingkat risikonya adalah rendah.
54
Tingkat Kemamputelusuran Reduksi GRK:
Tingkat Deskripsi
Rendah Dalam proses pengolahan kayu masih dipakai campuran
berflourinasi yang dihasilkan dari peleburan alumunium.
Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama manufaktur
berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, produk plastik,
perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan.
Lemari pendingin masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC)
sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas
atmosfer juga mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi
Bumi dari radiasi ultraviolet).
Menengah Sudah dilakukan inisiatif eliminasi atau substitusi penghasil GRK di
atas.
Usaha menghindari GRK sudah dilakukan, proses dan hasil audit
sudah dapat dilacak.
Tinggi Proses pengolahan sudah bebas dari seluruh GRK.
Sudah terbukti melakukan reduksi atau eliminasi GRK secara
signifikan.
Sumber Data:
- Tingkat Kemamputelusuran Reduksi GRK ditanyakan dalam kuesioner yang perlu
dijawab oleh produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Referensi untuk verifikasi data tersebut diperoleh dari Laporan Keberlanjutan
Perusahaan dan/atau dokumen lain yang terkait seperti rona awal lingkungan,
AMDAL, RKL-RPL/UKL-UPL, atau PROPER.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Kemamputelusuran Reduksi GRK Rendah mendapatkan nilai 1-2.
- Tingkat Kemamputelusuran Reduksi GRK Menengah mendapatkan nilai 3.
55
LAMPIRAN 3-1
ASPEK SOSIAL: INDIKATOR KEANEKARAGAMAN SOSIAL
Definisi:
Keanekaragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan dalam
berbagai bidang terutama suku bangsa, ras, agama, idelogi, budaya “masyarakat yang
manjemuk”. Keanekaragaman dalam masyarakat adalah sebuah keadaan yang menunjukkan
perbedaan yang cukup banyak macam atau jenisnya dalam masyarakat.
Keragaman disini memiliki makna sebagai suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat
perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan
keyakinan, ideology, adat kesopanan, serta situasi ekonomi. Sedangkan kesedarajatan
memiliki makna sebagai suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keanekaragaman yang
ada, manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki.
Di bawah ini adalah kriteria yang digunakan untuk 3 produk yang ada dalam lingkup kajian,
di mana tingkat risikonya adalah rendah.
Tingkat Deskripsi
Rendah Tidak tampak adanya aksi toleransi non-diskriminasi (seperti terhadap
suku, agama, ras dan golongan) dan tidak ada upaya pembinaan dan
pendampingan.
Menengah Sudah tercatat adanya inisiatif untuk melakukan pembinaan dan
pendampingan terkait toleransi non-diskriminasi (seperti terhadap suku,
agama, ras dan golongan).
Tinggi Pembinaan dan pendampingan terkait toleransi non-diskriminasi (seperti
terhadap suku, agama, ras dan golongan) sudah dilakukan secara positif
untuk mendukung proses pertumbuhan bisnis.
Sumber Data:
- Tingkat Toleransi Non-Diskriminasi ditanyakan dalam kuesioner yang perlu dijawab
oleh produsen pohon/bahan plastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
56
- Data diperoleh dari Laporan Keberlanjutan Perusahaan dan/atau dari monografi
daerah atau lembaga-lembaga survei lain yang terkait.
Tingkat Deskripsi
Rendah Perusahaan tidak memperlihatkan kepedulian terhadap pembentukan
kelompok sosial yang mendorong adanya keberagaman (berbasis non-
diskriminasi).
Menengah Perusahaan memperlihatkan kepedulian dan inisitiatif terhadap
pembentukan kelompok sosial yang mendorong adanya keberagaman
(berbasis non-diskriminasi).
Tinggi Perusahaan memberikan dukungan, bantuan, dan pendampingan
terhadap pembentukan kelompok sosial yang mendorong adanya
keberagaman (berbasis non-diskriminasi).
Sumber Data:
- Tingkat Keanekaragaman Sosial ditanyakan dalam kuesioner yang perlu dijawab
oleh produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Data dapat diperoleh dari Laporan Keberlanjutan perusahaan dan/atau monografi
daerah.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Keanekaragaman Sosial Rendah mendapatkan nilai 1-2.
- Tingkat Keanekaragaman Sosial Menengah mendapatkan nilai 3.
- Tingkat Keanekaragaman Sosial Tinggi mendapatkan nilai 4-5.
57
LAMPIRAN 3-2
ASPEK SOSIAL: INDIKATOR TANGGUNG JAWAB SOIAL
Definisi:
Di bawah ini adalah kriteria yang digunakan untuk 3 produk yang ada dalam lingkup kajian,
di mana tingkat risikonya adalah rendah.
Tingkat Deskripsi
Rendah Pemangku-kepentingan (stakeholders) lokal menyatakan bahwa perusahaan
tidak dapat diterima karena belum memperlihatkan kepedulian terhadap
lingkungan / komunitas sosial di sekitarnya.
Menengah Pemangku-kepentingan (stakeholders) lokal menyatakan bahwa perusahaan
dapat diterima dengan program-program CSR-nya
Tinggi Pemangku-kepentingan (stakeholders) lokal menyatakan bahwa perusahaan
sudah menyumbangkan banyak kepada komunitas setempat lebih dari
sekedar kewajiban pajak dan CSR-nya.
58
Sumber Data:
- Tingkat Penerimaan Stakeholders ditanyakan dalam kuesioner yang perlu dijawab
oleh produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Data dapat diperoleh dari Laporan Keberlanjutan perusahaan dan/atau Dinas Tenaga
Kerja setempat.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Penerimaan Stakeholders Rendah mendapatkan nilai 1-2.
- Tingkat Penerimaan Stakeholders Menengah mendapatkan nilai 3.
- Tingkat Penerimaan Stakeholders Tinggi mendapatkan nilai 4-5.
Tingkat Deskripsi
Rendah Perusahaan tidak memperlihatkan kepedulian terhadap keberadaan
apalagi keterlibatan UKM lokal.
Menengah Terdapat sistem pengelolaan (identifikasi, pendaftaran dan pemberikan
kesempatan) UKM lokal dalam pekerjaan atau proyek-proyek penunjang
operasi perusahaan.
Tinggi Terdapat sistem pengelolaan UKM lokal (identifikasi, pendaftaran,
pemberikan kesempatan dan upaya sistematis untuk memberdayakan)
UKM lokal dalam pekerjaan atau proyek-proyek penunjang operasi
perusahaan.
Sumber Data:
- Tingkat Pemberdayaan UKM Lokal ditanyakan dalam kuesioner yang perlu dijawab
oleh produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Data dapat diperoleh dari Laporan Keberlanjutan perusahaan dan/atau Dinas Tenaga
Kerja setempat.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Pemberdayaan UKM Lokal Rendah mendapatkan nilai 1-2.
- Tingkat Pemberdayaan UKM Lokal Menengah mendapatkan nilai 3.
- Tingkat Pemberdayaan UKM Lokal Tinggi mendapatkan nilai 4-5.
59
LAMPIRAN 3-3
ASPEK SOSIAL: INDIKATOR HAK ASASI MANUSIA & ETIKA BISNIS
Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan,
yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun. Hak asasi manusia
terdiri dari:
Hak asasi pribadi merupakan hak yang masih berhubungan dengan kehidupan pribadi
manusia. Di bawah ini adalah contoh-contoh hak asasi pribadi:
1. Hak kebebasan untuk dapat berpergian, bergerak, dan juga berpindah-pindah tempat.
2. Hak kebebasan dalam mengeluarkan atau pun berpendapat.
3. Hak kebebasan dalam memilih serta aktif berorganisasi.
4. Hak kebebasan dalam memilih, menjalankan, juga memeluk agama yang diyakini oleh
tiap-tiap manusia.
Hak asasi politik merupakan hak yang berhubungan dengan kehidupan politik. Berikut
adalah contohnya:
1. Hak dalam memilih dan juga dipilih dalam pemilihan umum.
2. Hak dalam ikut serta kegiatan pemerintahan.
3. Hak dalam mendirikan partai politik juga mendirikan organisasi politik lainnya.
4. Hak untuk membuat juga mengajukan usulan petisi.
Hak asasi hukum merupakan kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, yakni
hak yang berhubungan dengan berbagai kehidupan hukum serta pemerintahan. Berikut
adalah contohnya:
1. Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
2. Hak menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
3. Hak mendapat layanan serta perlindungan hukum.
60
Hak Asasi Ekonomi
Hak asasi ekonomi adalah hak yang berhubungan dengan segala kegiatan perekonomian.
Berikut adalah contohnya:
1. Hak kebebasan untuk melakukan berbagai kegiatan jual beli.
2. Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
3. Hak kebebasan untuk menyelenggarakan kegiatan sewa-menyewa atau utang-piutang.
4. Hak kebebasan dalam mempunyai sesuatu.
5. Hak memiliki dan juga mendapatkan pekerjaan yang layak.
Hak asasi peradilan merupakan hak untuk diperlakukan sama terhadap tata cara pengadilan.
Berikut beberapa contohnya:
1. Hak mendapatkan pembelaan hukum di pengadilan.
2. Hak persamaan dalam perlakuan penyelidikan, penggeledahan, penahanan, penangkapan
di muka hukum.
Hak asasi sosial budaya merupakan hak yang berhubungan dengan kehidupan dalam
bermasyarakat, contohnya ialah:
1. Hak memilih, menentukan, serta mendapatkan pendidikan.
2. Hak untuk mendapatkan pengajaran.
3. Hak mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan juga minat.
KEPUASAN KERJA
Definisi:
Kondisi psikologis yang nyaman yang dirasakan oleh pekerja atau karyawan di lingkungan
kerja untuk peran mereka dalam organisasi, dan kebutuhan mereka terpenuhi secara
memadai.
1. Menikmati pekerjaannya
Karyawan sadar akan tujuan mereka, memiliki alasan untuk memilih tujuan, dan memahami
cara bekerja. Dengan kata lain, karyawan mencintai pekerjaan mereka karena mereka dapat
melakukan pekerjaan dengan baik.
61
2. Mencintai pekerjaannya
Dalam hal ini, tidak hanya karyawan tidak menyukai pekerjaan mereka, mereka menemukan
bahwa pekerjaan itu sesuai dengan keinginan mereka.
Ini adalah perjanjian internal yang muncul dalam diri seseorang atau organisasi untuk
mencapai tujuan tertentu sesuai dengan kualitas tertentu.
Suatu kondisi yang diciptakan dan dibentuk melalui proses kepatuhan, kepatuhan, kesetiaan,
ketertiban, atau serangkaian tindakan yang menunjukkan nilai keteraturan.
Hasil pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam melakukan tugas yang diberikan
berdasarkan ketrampilan, kejujuran, dan waktu.
Di bawah ini adalah contoh beberapa kriteria yang digunakan untuk 3 produk yang ada dalam
lingkup kajian, di mana tingkat risikonya adalah rendah.
Tingkat Deskripsi
Rendah Terdapat pelanggaran atau potensi pelanggaran terhadap HAM & etika
bisnis.
Menengah Adanya inisiatif dari Penyedia Barang/Jasa untuk memastikan
kepatuhan terhadap HAM & etika bisnis di segenap jajaran
manajemen.
Tinggi Sudah ada sistem pengelolaan kepatuhan terhadap HAM & etika bisnis.
Sumber Data:
- Tingkat Kepatuhan terhadap HAM & Etika Bisnis ditanyakan dalam kuesioner yang
perlu dijawab oleh produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau
distributor/agen/lainnya.
- Data dapat diperoleh dari Laporan Keberlanjutan perusahaan atau dari Dinas Tenaga
Kerja setempat.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Kepatuhan terhadap HAM & Etika Bisnis Rendah mendapatkan nilai 1-2.
62
- Tingkat Kepatuhan terhadap HAM & Etika Bisnis Menengah mendapatkan nilai 3.
- Tingkat Kepatuhan terhadap HAM & Etika Bisnis Tinggi mendapatkan nilai 4-5.
Tingkat Deskripsi
Rendah Sudah terjadi pelanggaran terhadap Hak Asasi Ekonomi (seperti
imbalan kerja, pembayaran tepat waktu, pemberian BPJS Kesehatan
dan Ketenagakerjaan, kesesuaian dengan UMR).
Menengah Sudah ada inisiatif dalam bentuk dokumen tertulis dan pelaksanaan
terhadap terjaminnya Hak Asasi Ekonomi para pekerjanya.
Tinggi Sudah ada sistem pengelolaan tentang terjaminnya Hak Asasi Ekonomi
para pekerjanya.
Sumber Data:
- Tingkat Penjaminan Hak Asasi Ekonomi ditanyakan dalam kuesioner yang perlu
dijawab oleh produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Data dapat diperoleh dari Laporan Keberlanjutan perusahaan dan/atau dari Dinas
Tenaga Kerja setempat.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Penjaminan Hak Asasi Ekonomi Rendah mendapatkan nilai 1-2.
- Tingkat Penjaminan Hak Asasi Ekonomi Menengah mendapatkan nilai 3.
- Tingkat Penjaminan Hak Asasi Ekonomi Tinggi mendapatkan nilai 4-5.
Tingkat Deskripsi
Rendah Sudah terjadi pelanggaran terhadap HAM terkait keadilan pekerja.
Menengah Perusahaan sudah menyatakan (misal dalam kebijakan) menghormati
HAM terkait persamaan hak, gender & tanpa diskriminasi terkait
gender, suku, agama, ras.
Tinggi Terdapat sistem manajemen berbasis paling tidak pada beberapa unsur
keadilan kerja, yaitu: persamaan hak & tanpa diskriminasi terkait
suku/etnik, agama, ras, antar golongan, gender, pengutamaan kearifan
lokal.
63
Sumber Data:
- Tingkat Keadilan Kerja ditanyakan dalam kuesioner yang perlu dijawab oleh
produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Data dapat diperoleh dari Laporan Keberlanjutan perusahaan dan/atau Dinas Tenaga
Kerja setempat.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Keadilan Kerja Rendah mendapatkan nilai 1-2.
- Tingkat Keadilan Kerja Menengah mendapatkan nilai 3.
- Tingkat Keadilan Kerja Tinggi mendapatkan nilai 4-5.
Tingkat Deskripsi
Rendah Hanya 1-2 indikator kepuasan kerja terpenuhi.
Menengah Hanya 3 indikator kepuasan kerja terpenuhi.
Tinggi Semua indikator kepuasan kerja terpenuhi.
Sumber Data:
- Tingkat Kepuasan Kerja ditanyakan dalam kuesioner yang perlu dijawab oleh
produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Data dapat diperoleh dari Laporan Keberlanjutan perusahaan dan/atau Dinas Tenaga
Kerja setempat.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Kepuasan Kerja Rendah mendapatkan nilai 1-2.
- Tingkat Kepuasan Kerja Menengah mendapatkan nilai 3.
- Tingkat Kepuasan Kerja Tinggi mendapatkan nilai 4-5.
Tingkat Deskripsi
Rendah Tidak ada komunikasi dan edukasi tentang HAM & Etika Bisnis antara
perusahaan dengan para pekerjanya dan diantara para pekerjanya.
Menengah Komunikasi dan edukasi tentang HAM & Etika Bisnis hanya terjadi
terkait dengan program-program pemerintah atau LSM setempat.
64
Tinggi Komunikasi dan edukasi tentang HAM & Etika Bisnis terbina dengan
baik antara perusahaan dengan para pekerjanya dan di antara para
pekerja atau kelompok pekerja.
Sumber Data:
- Tingkat Komunikasi dan Edukasi tentang HAM & Etika Bisnis ditanyakan dalam
kuesioner yang perlu dijawab oleh produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau
distributor/agen/lainnya.
- Data dapat diperoleh dari Laporan Keberlanjutan perusahaan dan/atau Dinas Tenaga
Kerja setempat.
Penilaian (Skala 1-5):
- Tingkat Komunikasi dan Edukasi tentang HAM & Etika Bisnis Rendah
mendapatkan nilai 1-2.
- Tingkat Komunikasi dan Edukasi tentang HAM & Etika Bisnis Menengah
mendapatkan nilai 3.
- Tingkat Komunikasi dan Edukasi tentang HAM & Etika Bisnis Tinggi mendapatkan
nilai 4-5.
65
LAMPIRAN 4-1
ASPEK EKONOMI: INDIKATOR PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA
Pada dasarnya ada beberapa upaya penciptaan lapangan kerja, antara lain sebagai berikut:
1. Ikut membantu dalam memberikan kesempatan magang di lembaga-lembaga atau
instansi pemerintah maupun perusahaan swasta.
2. Melakukan pelatihan-pelatihan, kursus-kursus ketrampilan, penataran dan seminar
atau lokakarya, agar mempunyai kesempatan kerja yang baik.
3. Membantu mengoptimalkan peran pusat-pusat atau balai latihan kerja (BLK) yang
ada di setiap kabupaten/ kota, untuk menyiapkan tenaga terampil dan kreatif.
4. Mengintensifkan pekerjaan di daerah pedesaan yang bersifat padat karya untuk
mengurangi pengangguran tenaga kerja kasar di pedesaan.
5. Ikut berpartisipasi dalam menggiatkan program keluarga berencana, untuk
mengurangi atau menghambat pertambahan jumlah penduduk sehingga pertambahan
jumlah angkatan kerja bisa terkendali.
Di bawah ini adalah kriteria yang digunakan untuk 3 produk yang ada dalam lingkup kajian,
di mana tingkat risikonya adalah rendah.
Tingkat Deskripsi
Rendah Perusahaan melakukan program nomor 1-2.
Menengah Perusahaan melakukan program nomor 1-3.
Tinggi Perusahaan melakukan semua program, yaitu nomor 1-5.
Sumber Data:
- Tingkat Peluang Cipta Kerja ditanyakan dalam kuesioner yang perlu dijawab oleh
produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Data dapat diperoleh dari Laporan Keberlanjutan perusahaan dan/atau Dinas Tenaga
Kerja setempat.
66
- Tingkat Peluang Cipta Kerja Tinggi mendapatkan nilai 4-5.
Tingkat Deskripsi
Rendah Belum ada inisiatif untuk memberikan prioritas kepada SDM lokal
untuk bekerja di perusahaan.
Menengah Sudah terbukti memberikan prioritas kepada SDM lokal untuk
bekerja di perusahaan namun masih relatif kecil persentasenya
terhadap keseluruhan jumlah pekerja.
Tinggi Sudah terbukti memberikan prioritas kepada SDM lokal untuk
bekerja di perusahaan dalam jumlah atau persentase yang relatif
cukup.
Sumber Data:
- Tingkat Pemberian Prioritas Kerja pada SDM Lokal ditanyakan dalam kuesioner
yang perlu dijawab oleh produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau
distributor/agen/lainnya.
- Data dapat diperoleh dari Laporan Keberlanjutan perusahaan dan/atau Dinas Tenaga
Kerja setempat.
67
LAMPIRAN 4-2
ASPEK EKONOMI: INDIKATOR PENINGKATAN KETRAMPILAN
PEKERJA LOKAL
Tingkat Deskripsi
Rendah Perusahaan belum melakukan pelatihan-pelatihan sesuai dengan
pengetahuan dan ketrampilan pekerja lokal.
Menengah Perusahaan sudah melakukan pelatihan-pelatihan sesuai dengan
pengetahuan dan ketrampilan pekerja lokal namun belum fokus pada
kondisi dan kearifan lokal.
Tinggi Perusahaan sudah melakukan pelatihan-pelatihan sesuai dengan
pengetahuan dan ketrampilan pekerja lokal dan sudah fokus pada
kondisi dan kearifan lokal.
Sumber Data:
- Tingkat Peningkatan Ketrampilan Pekerja Lokal ditanyakan dalam kuesioner yang
perlu dijawab oleh produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau
distributor/agen/lainnya.
- Data dapat diperoleh dari Laporan Keberlanjutan perusahaan dan/atau Dinas Tenaga
Kerja setempat.
68
LAMPIRAN 4-3
ASPEK EKONOMI: INDIKATOR DAMPAK POSITIF PADA EKONOMI
LOKAL
Definisi:
Menurut Badan Pusat Statisitik (BPS), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan
salah indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas
hidup manusia (masyarakat/penduduk) terutama berbasis ekonomi lokal.
Kriteria penilaian item-item dari indikator Dampak Positif Pada Ekonomi Lokal:
Di bawah ini adalah kriteria yang digunakan untuk 3 produk yang ada dalam lingkup kajian,
di mana tingkat risikonya adalah rendah.
Tingkat Deskripsi
Rendah Perusahaan tidak menujukkan kepedulian terhadap upaya memberikan
kontribusi pada peningkatan IPM daerah dalam kegiatannya.
Menengah Perusahaan sudah mempunyai inisiatif pada upaya peningkatan IPM
daerah dalam kegiatannya.
Tinggi Perusahaan sudah memberikan kontribusi yang signifikan pada
peningkatan IPM daerah dalam kegiatannya.
Sumber Data:
- Tingkat IPM dapat ditanyakan dalam kuesioner yang perlu dijawab oleh produsen
pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Data dapat diperoleh dari Laporan Keberlanjutan perusahaan dan/atau Laporan
BPS/monografi daerah.
69
Tingkat Pendapatan Kasar Total:
Tingkat Deskripsi
Rendah Pendapatan kasar total rata-rata pekerja di bawah UMR.
Menengah Pendapatan kasar total rata-rata pekerja sama dengan UMR.
Tinggi Pendapatan kasar total rata-rata pekerja di atas UMR.
Sumber Data:
- Tingkat Pendapatan Kasar Total ditanyakan dalam kuesioner yang perlu dijawab oleh
produsen pohon/bahan pastik, pabrikan, atau distributor/agen/lainnya.
- Data dapat diperoleh dari Laporan BPS/monografi dan/atau Dinas Tenaga Kerja
setempat.
70
LAMPIRAN 5-1
CONTOH LAPORAN KEBERLANJUTAN PADA ASPEK SOSIAL
Pada gambar di bawah ini yang diambil dari Laporan Keberlanjutan suatu perusahaan
penyedia bahan baku sekaligus pemroses kayu dan kertas, ada contoh beberapa kriteria untuk
item-item tertentu dalam indikator sosial, dengan sub-indikator manusia (people).
Program-program yang tertera di gambar atas, sebagian merupakan irisan dari antara
indikator-ndikator sosial (people), ekologi/ lingkungan (planet) dan bisnis/ekonomi (profit).
Misalnya di kiri atas, Community Empowerment (through integrated forestry & farming
system), juga Community-based Waste Management, adalah irisan dari indikator-indikator
sosial (komunitas manusia)-ekologi/lingkungan (forestry & farming)-bisnis/ekonomi
(penjualan hasil hutan & pertanian, manfaat dari pengolahan sampah).
71
LAMPIRAN 5-2
PENGENALAN EKOLABEL
Ekolabel adalah logo/label pernyataan yang menunjukkan aspek lingkungan dan merupakan
salah satu perangkat dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Ekolabel merupakan
sarana penyampaian informasi yang akurat, verifiable dan tidak menyesatkan kepada
konsumen mengenai aspek lingkungan dari suatu produk (barang atau jasa), komponen
atau kemasannya (ISO 14020, standardisasi.menlhk.go.id).
Sertifikasi Ekolabel Indonesia mempunyai visi dan misi, yakni perangkat efektif untuk
melindungi fungsi lingkungan hidup, kepentingan masyarakat dan peningkatan efisiensi
serta daya saing, kemudian diharapkan terwujudnya sinergi pengendalian dampak negatif
sesuai dengan daur hidup produk dan mendorong permintaan dan pemberian terhadap
produk ramah lingkungan (menlh.go.id).
Ekolabel dapat berfungsi untuk pengadaan produk-produk oleh konsumen yang lebih
memilih dampak lingkungan lebih kecil dibanding produk lainnya yang sejenis. Di samping
itu, inovasi industri yang berwawasan lingkungan dapat timbul dari adanya penerapan
ekolabel oleh para pemangku kepentingan (stakeholders). Lebih lanjut, citra yang positif
terhadap merek atau “brand” produk maupun perusahaan yang memproduksi atau
mendistribusikan ke pasar dapat ditimbulkan dari penerapan ekolabel, sehingga dapat
menjadi investasi bagi peningkatan daya saing perusahaan (Rimantho, 2015,
rimantho.blogspot.co.id).
Penyampaian informasi berupa ekolabel dapat dinyatakan dalam suatu simbol, label atau
keterangan pernyataan yang terdapat pada produk atau kemasannya, dapat juga disampaikan
pada informasi produk, bulletin, iklan, publikasi, pemasaran baik melalui media cetak
maupun internet. Informasi yang disampaikan haruslah lengkap dan akurat terkait dengan
aspek lingkungan tertentu yang berhubungan dengan produk tersebut. Beberapa stakeholder
yang dapat menyampaikan informasi tersebut, antara lain produsen, importer, distributor,
pengusaha retail atau seluruh pihak yang dianggap memperoleh manfaat dari informasi
tersebut (Rimantho, 2015, rimantho.blogspot.co.id).
Ekolabel merupakan label, tanda atau sertifikat pada suatu produk yang memberikan
keterangan kepada konsumen bahwa produk tersebut dalam daur hidupnya menimbulkan
dampak lingkungan negatif yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan produk lain sejenis
72
dengan tanpa bertanda ekolabel. Daur hidup produk mencakup perolehan bahan baku, proses
pemuatan, pendistribusian, pemanfaatan, pembuangan serta pendaurulangan. Informasi
ekolabel ini digunakan oleh pembeli atau calon pembeli dalam memilih produk yang
diinginkan berdasarkan pertimbangan aspek lingkungan dan aspek lainnya. Di lain pihak,
penyedia produk mengharapkan penerapan label lingkungan dapat mempengaruhi
konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian produk (menlh.go.id).
73
LAMPIRAN 5-2
CONTOH PENERAPAN LABEL RAMAH LINGKUNGAN HIDUP
UNTUK PENGADAAN BARANG DAN JASA RAMAH LINGKUNGAN
HIDUP
74
LAMPIRAN 6-1:
KUESIONER ASPEK-ASPEK PENGADAAN BERKELANJUTAN
UNTUK PRODUSEN POHON
Pertanyaan atau pernyataan di bawah ini diberikan kepada Produsen Pohon untuk dijawab.
Kami,
Nama perusahaan: …………….
Instruksi:
1. Untuk pertanyaan atau pernyataan di bawah ini yang mempunyai jawaban dengan
pilihan, mohon Bapak/Ibu menjawab dengan memberi tanda X pada jawaban yang
anda pilih paling tepat. Sedangkan yang bukan pilihan, dimohon untuk menuliskan
secukupnya.
2. Mohon Bapak/Ibu melampirkan Dokumen SVLK yang masih berlaku dan semua
dokumen yang Bapak/Ibu anggap dapat mendukung dan memperkuat jawaban-
jawaban anda.
ASPEK LINGKUNGAN
1. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)
1.1. Kehati Flora
1.1.1. Jumlah jenis flora yang ditanam dalam hutan produksi kami adalah (pilih
salah satu dan lampirkan bukti dokumen terkait):
a. Satu
b. Dua
c. Tiga
d. Empat
e. Lebih dari empat
1.1.2. Kami selaku produsen pohon (kayu) sudah melaksanakan kegiatan perawatan
hutan produksi dan pelestarian pohon untuk bahan baku produk kayu kami.
Pilih satu jawaban di bawah ini dan lampirkan bukti dokumen terkait.
a. Sudah
b. Belum
75
1.2. Kehati Fauna
1.2.1. Di dalam dalam hutan produksi kami ditemukan jenis-jenis fauna sebagai
berikut (pilih satu jawaban saja yang sesuai) dan lampirkan bukti dokumen
terkait.
a. Seperti yang ada di dalam ekosistem setempat berdasarkan data rona
awal.
b. Ditemukan jenis-jenis fauna sampai dengan 10% lebih banyak dari
ekosistem setempat berdasarkan data rona awal.
c. Ditemukan jenis-jenis fauna lebih dari 10% dari ekosistem setempat
berdasarkan data rona awal.
2. Minimalisasi Limbah Padat dan Cair dengan 3R, dan Besaran Limbah B3
2.1. Limbah Padat dengan 3R
2.1.1. Upaya minimalisasi limbah padat di perusahaan kami adalah (pilih salah satu
dan lampirkan bukti dokumen terkait):
a. Kami belum mengelola limbah padat yang sesuai dengan ketentuan atau
peraturan.
b. Kami sudah mempunyai dan melaksanakan inisiatif pengelolaan dan
pemantauan limbah padat dengan metode 3R dan sesuai dengan
ketentuan atau peraturan.
c. Kami sudah mempunyai dan melaksanakan sistem pengelolaan dan
pemantauan limbah padat dengan 3R sesuai dengan ketentuan atau
peraturan.
2.2. Limbah Cair dengan 3R
2.2.1. Upaya minimalisasi limbah cair di perusahaan kami adalah (pilih salah satu
dan lampirkan bukti dokumen terkait):
a. Kami belum mengelola limbah padat yang sesuai dengan ketentuan atau
peraturan.
b. Kami sudah mempunyai dan melaksanakan inisiatif pengelolaan dan
pemantauan limbah padat dengan metode 3R dan sesuai dengan
ketentuan atau peraturan.
c. Kami sudah mempunyai dan melaksanakan sistem pengelolaan dan
pemantauan limbah padat dengan 3R sesuai dengan ketentuan atau
peraturan.
76
2.3. Besaran Limbah B3
2.3.1. Limbah B3 di perusahaan kami adalah sebagai berikut. Pilih salah satu
jawaban dan lampirkan bukti dokumen terkait.
a. Kami memakai beberapa bahan kimia B3 sesuai dengan izin KLHK.
b. Kami memakai beberapa bahan kimia B3 yang melebihi batas izin pakai
sehingga berpotensi menimbulkan masalah dengan limbah B3.
3. Kesiapan Pencegahan Pencemaran (Spill Prevention)
3.1. Kesiapan Pencegahan Cemaran B3
3.1.1. Apakah di perusahaan anda masih terdapat cemaran B3?
a. Masih dan banyak.
b. Masih namun sedikit.
c. Tidak ada, sudah dalam kondisi selalu bersih.
3.2. Kesiapan Pencegahan Cemaran Limbah Non-B3
3.2.1. Perusahaan kami mampu mencegah dan menanggulangi cemaran non-B3.
a. Ya, mampu dan selalu dalam kondisi bersih.
b. Ya, mampu dan namun masih ada sisanya.
c. Tidak mampu sehingga terdapat cemaran yang banyak.
4. Pengelolaan Dampak Limbah B3
4.1. Pengelolaan Dampak Limbah B3
4.1.1. Perusahaan kami mampu mengelola dampak limbah B3.
a. Ya, kami mampu mengelola limbah B3 lainnya tanpa ada dampak sesuai
ketentuan yang berlaku.
b. Ya, kami mampu mengelola dampak limbah B3 tetapi masih terdapat
dampak dari adanya sisa-sisa limbah B3.
c. Tidak mampu mengelola dampak limbah B3.
5. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca / GRK (Green House Gas Emission)
5.1. Kemamputelusuran Reduksi GRK (GHG Traceability)
5.1.1. Lemari pendingin masih menggunakan klorofluoro-karbon (CFC) sebagai
media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga
mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi
ultraviolet).
a. Ya, masih dan belum ada rencana untuk eliminasi aau mencari pengganti
produk
77
b. Ya, masih, sudah ada rencana untuk eliminasi atau mencari pengganti
produk meskipun belum dilaksanakan
c. Ya, masih, sudah ada rencana untuk eliminasi atau mencari pengganti
produk dan sudah dilaksanakan meskipun belum semuanya
d. Tidak, sudah tidak lagi menggunakan
5.1.2. Inisiatif reduksi, eliminasi atau substitusi penghasil GRK sudah ada. Jika
menjawab “Ya”, harap dinyatakan besaran yang tercatat.
a. Ya, sebesar ----------------
b. Tidak
ASPEK SOSIAL
1. Keanekaragaman Sosial (Social Diversity)
1.1. Toleransi Non-Diskriminasi
1.1.1. Perusahaan anda sudah tercatat ada inisiatif untuk melakukan pembinaan dan
pendampingan terkait toleransi non-diskriminasi.
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
1.1.2. Perusahaan anda sudah melakukan pembinaan dan pendampingan terkait
toleransi non-diskriminasi secara positif untuk mendukung proses
pertumbuhan bisnis.
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
1.1.3. Seberapa jauh pengelolaan toleransi non-diskriminasi dilakukan?
Jawaban : -------
1.2. Keberagaman Sosial
1.2.1. Perusahaan telah memperlihatkan kepedulian dan inisiatif terhadap
pembentukan kelompok sosial yang mendorong adanya keberagaman
(berbasis non-diskriminasi)
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
78
1.2.2. Perusahaan telah memberikan dukungan, bantuan, dan pendampingan
terhadap pembentukan kelompok sosial yang mendorong adanya
kebhinekaan (berbasis non-diskriminasi)
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
1.2.3. Seberapa jauh pengelolaan kelompok-kelompok sosial non-diskriminasi
sudah dilakukan?
Jawaban : -------
2. Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility)
2.1. Penerimaan Stakeholders Lokal
2.1.1. Bagaimana tingkat penerimaan pemangku-kepentingan (stakeholders) lokal
terhadap perusahaan anda terkait dengan kontribusi perusahaan anda terhadap
komunitas setempat?
a. Belum diterima dengan baik
b. Cukup baik dengan adanya program-program CSR yang diberikan,
namun masih dirasakan perlu penambahan lagi
c. Sudah baik dengan adanya program-program CSR yang diberikan lebih
dari sekedar kewajiban pajak dan lebih dari CSR minimumnya
2.2. Pemberdayaan UKM Lokal
2.2.1. Perusahaan anda telah memberikan kesempatan perusahaan UKM lokal untuk
ikut sebagai penyedia barang dan jasa dalam kegiatan penunjang operasional
perusahaan anda?
a. Belum sama sekali
b. Sudah. Dari sisi besaran nilai rupiah dibandingkan dengan nilai total
pembelanjaan perusahaan untuk barang dan jasa masih kecil sekali dan
masih sedikit sekali jumlah UKM lokal yang terlibat. Dan belum ada
upaya pemberdayaan.
c. Sudah. Dari sisi besaran nilai rupiah dibandingkan dengan nilai total
pembelanjaan perusahaan untuk barang dan jasa sudah cukup dan jumlah
UKM lokal yang terlibat juga sudah cukup dan ada upaya pemberdayaan.
79
3. Hak Asasi Manusia (Human Rights) & Etika Bisnis (Business Ethics)
3.1. Kepatuhan terhadap HAM & Etika Bisnis
3.1.1. Apakah tercatat adanya inisiatif dari perusahaan anda untuk memastikan
kepatuhan terhadap HAM & etika bisnis di segenap jajaran manajemen?
a. Ya, ada.
b. Tidak, belum ada.
3.1.2. Apakah pernah tercatat terjadinya pelanggaran terhadap HAM & etika bisnis
(misalnya pemerasan, penyuapan, konflik kepentingan, penyelewengan,
penyalahgunaan jabatan, korupsi)?
a. Sudah pernah
b. Belum pernah
3.1.3. Perusahaan telah mempunyai sistem pengelolaan kepatuhan terhadap HAM
dan Etika bisnis yang berjalan dengan baik.
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
3.2. Penjaminan Hak Asasi Ekonomi
3.2.1. Terkait dengan pelaksanaan Hak Asasi Ekonomi (seperti imbalan kerja,
pembayaran tepat waktu, pemberian BPJS Kesehatan dan Ketenagkerjaan,
kesesuaian dengan UMR), maka perusahaan anda?
a. Belum ada kebijakan dan pernah melakukan pelanggaran
b. Sudah ada kebijakan dan belum dilaksanakan dengan baik sehingga
pernah melakukan pelanggaran
c. Sudah ada kebijakan dan sudah dilaksanakan dengan baik sehingga tidak
pernah melakukan pelanggaran
3.3. Keadilan Kerja
3.3.1. Apakah sudah terdapat sistem manajemen sumberdaya manusia berbasis
paling tidak beberapa unsur keadilan kerja, yaitu: persamaan hak dan tanpa
diskriminasi terkait suku/etnik, agama, ras, antar golongan, gender,
pengutamaan kearifan lokal?
a. Belum ada dan belum mempunyai rencana
b. Belum ada sistem namun sudah ada kebijakan dan komitmen untuk
mengembangkan
c. Sudah dan sistem dan sudah berjalan dengan baik
80
3.4. Kepuasan Kerja
3.4.1. Di antara 5 indikator kepuasan kerja ini (cinta kerja, nikmat kerja, semangat
kerja, disiplin kerja, kinerja yang baik), berapa yang sudah dipenuhi oleh
perusahaan anda?
a. 1-2 indikator
b. 3-4 indikator
c. Kelima indikator
3.4.2. Apakah pernah terjadi unjuk rasa atau ekspresi ketidakpuasan kerja di antara
para pekerja perusahaan anda?
a. Sudah pernah
b. Belum pernah
3.5. Komunikasi dan Edukasi tentang HAM & Etika Bisnis
3.5.1. Apakah perusahaan anda sudah melakukan komunikasi dan edukasi tentang
kepatuhan pada HAM & Etika Bisnis?
a. Belum dilakukan komunikasi dan edukasi antara perusahaan dengan para
pekerja dan diantara para pekerja
b. Sudah dilakukan komunikasi dan edukasi namun hanya terjadi terkait
dengan program-program pemerintah atau LSM setempat
c. Sudah dilakukan komunikasi dan edukasi, dan telah terbina dengan baik
antara perusahaan dengan para pekerjan dan diantara para pekerja
ASPEK EKONOMI
1. Penciptaan Lapangan Kerja (Jobs Created)
1.1. Peluang Cipta Kerja
1.1.1. Apakah Perusahaan anda sudah ikut membantu dalam memberikan
kesempatan magang untuk warga sekitar di lembaga-lembaga atau instansi
pemerintah maupun perusahaan swasta:
a. Sudah
b. Belum
1.1.2. Apakah Perusahaan anda sudah melakukan pelatihan-pelatihan, kursus-
kursus ketrampilan, penataran dan seminar atau lokakarya, kepada warga
sekitar agar mempunyai kesempatan kerja yang baik :
a. Sudah
81
b. Belum
1.1.3. Apakah Perusahaan anda sudah membantu mengoptimalkan peran pusat-
pusat atau balai latihan kerja (BLK) yang ada di setiap kabupaten/ kota untuk
menyiapkan tenaga terampil dan kreatif :
a. Sudah
b. Belum
1.1.4. Apakah Perusahaan anda sudah mengintensifkan pekerjaan di daerah
pedesaan yang bersifat padat karya untuk mengurangi pengangguran tenaga
kerja kasar di pedesaan :
a. Sudah
b. Belum
1.1.5. Apakah Perusahaan anda sudah ikut berpartisipasi dalam menggiatkan
program keluarga berencana, untuk mengurangi atau menghambat
pertambahan jumlah penduduk sehingga pertambahan jumlah angkatan kerja
bisa terkendali :
a. Sudah
b. Belum
1.2. Prioritas Kerja pada SDM Lokal
1.2.1. Apakah telah berjalan kebijakan pemberian prioritas pada SDM lokal untuk
bekerja di perusahaan sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang
dimiliki?
a. Telah memiliki kebijakan dan dilaksanakan secara konsisten dengan
jumlah atau persetanse yang cukup
b. Telah memiliki kebijakan dan dilaksanakan secara konsisten namun
dengan jumlah atau persetanse yang kurang
c. Telah memiliki kebijakan namun belum dijalankan
d. Belum memiliki kebijakan
2. Peningkatan Ketrampilan Pekerja Lokal (Local Skills Enhancement)
2.1. Peningkatan Ketrampilan Pekerja Lokal
2.1.1. Terkait dengan upaya peningkatan ketrampilan teknis dan non-teknis para
pekerja lokal, maka Perusahaan anda:
a. Belum melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan sesuai dengan
pengetahuan dan ketrampilan para pekerja lokal
82
b. Sudah melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan sesuai dengan
pengetahuan dan ketrampilan para pekerja lokal namun belum fokus pada
kondisi dan kearifan yang ada di daerah
c. Belum melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan sesuai dengan
pengetahuan dan ketrampilan para pekerja lokal dan sudah fokus pada
kondisi dan kearifan yang ada di daerah
2.1.2. Manakah di antara program-program peningkatan kapasitas ini yang telah
dilakukan perusahaan:1) Pemagangan & Pelatihan Kompetensi Manajerial &
Vokasi/ Keahlian Khusus, 2) Pelatihan Kompetensi dengan Pendampingan
(coaching) berkesinambungan, 3) Program-program unggulan
pengembangan kompetensi dan kapasitas intelektual, sosial,
kemasyarakatan?
Jawaban: --------------------
3. Dampak Positif Pada Ekonomi Lokal (Local Economic Impacts)
3.1. Kontribusi terhadap Indeks Pengembangan Manusia (IPM)
3.1.1. Berkaitan dengan upaya peningkatan IPM untuk daerah setempat, Perusahaan
anda?
a. Belum mempunyai rencana untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
memberikan kontribusi pada peningkatan IPM
b. Sudah mempunyai rencana tertulis namun belum dilaksanakan
c. Sudah mempunyai rencana tertulis dan sudah dilaksanakan namun belum
memberikan kontribusi yang signifikan
d. Sudah mempunyai rencana tertulis, sudah dilaksanakan dan sudah
memberikan kontribusi yang signifikan
3.1.2. Manakah di antara program-program peningkatan IPM ini yang telah
dilakukan perusahaan: 1) Komunikasi/Kampanye program IPM, 2)
Pemagangan & Pelatihan Kompetensi Manajerial & Vokasi/ Keahlian
Khusus, 3) Pelatihan Kompetensi dengan Pendampingan (coaching)
berkesinambungan, 4) Program-program unggulan kesehatan jasmani-rohani
dan Pengembangan kapasitas intelektual, sosial, kemasyarakatan?
Jawaban: --------------------
3.2. Pendapatan Kasar Total
3.2.1. Pendapatan kasar rata-rata untuk para pegawai Perusahaan anda adalah:
a. Masih di bawah UMR
83
b. Sama dengan UMR
c. Di atas UMR
84
LAMPIRAN 6-2:
KUESIONER ASPEK-ASPEK PENGADAAN BERKELANJUTAN
UNTUK PRODUSEN BAHAN BAKU PLASTIK
Pertanyaan atau pernyataan di bawah ini diberikan kepada Produsen Bahan Baku Plastik
untuk dijawab.
Kami,
Nama perusahaan: …………….
Instruksi:
1. Untuk pertanyaan atau pernyataan di bawah ini yang mempunyai jawaban dengan
pilihan, mohon Bapak/Ibu menjawab dengan memberi tanda X pada jawaban yang
anda pilih paling tepat. Sedangkan yang bukan pilihan, dimohon untuk menuliskan
secukupnya.
2. Mohon Bapak/Ibu melampirkan semua dokumen yang Bapak/Ibu anggap dapat
mendukung dan memperkuat jawaban-jawaban anda.
ASPEK LINGKUNGAN
1. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)
1.1. Kehati Flora: tidak berlaku
1.2. Kehati Fauna: tidak berlaku
2. Minimalisasi Limbah Padat dan Cair dengan 3R, dan Besaran Limbah B3
2.1. Limbah Padat dengan 3R
2.1.1. Upaya minimalisasi limbah padat di perusahaan kami adalah (pilih salah satu
dan lampirkan bukti dokumen terkait):
a. Kami belum mengelola limbah padat yang sesuai dengan ketentuan atau
peraturan.
b. Kami sudah mempunyai dan melaksanakan inisiatif pengelolaan dan
pemantauan limbah padat dengan metode 3R dan sesuai dengan
ketentuan atau peraturan.
85
c. Kami sudah mempunyai dan melaksanakan sistem pengelolaan dan
pemantauan limbah padat dengan 3R sesuai dengan ketentuan atau
peraturan.
2.2. Limbah Cair dengan 3R
2.2.1. Upaya minimalisasi limbah cair di perusahaan kami adalah (pilih salah satu
dan lampirkan bukti dokumen terkait):
a. Kami belum mengelola limbah padat yang sesuai dengan ketentuan atau
peraturan.
b. Kami sudah mempunyai dan melaksanakan inisiatif pengelolaan dan
pemantauan limbah padat dengan metode 3R dan sesuai dengan
ketentuan atau peraturan.
c. Kami sudah mempunyai dan melaksanakan sistem pengelolaan dan
pemantauan limbah padat dengan 3R sesuai dengan ketentuan atau
peraturan.
2.3. Besaran Limbah B3
2.3.1. Limbah B3 di perusahaan kami adalah sebagai berikut. Pilih salah satu
jawaban dan lampirkan bukti dokumen terkait.
a. Kami memakai beberapa bahan kimia B3 sesuai dengan izin KLHK.
b. Kami memakai beberapa bahan kimia B3 yang melebihi batas izin pakai
sehingga berpotensi menimbulkan masalah dengan limbah B3.
3. Kesiapan Pencegahan Pencemaran (Spill Prevention)
3.1. Kesiapan Pencegahan Cemaran B3
3.1.1. Apakah di perusahaan anda masih terdapat cemaran B3?
a. Masih dan banyak.
b. Masih namun sedikit.
c. Tidak ada, sudah dalam kondisi selalu bersih.
3.2. Kesiapan Pencegahan Cemaran Limbah Non-B3
3.2.1. Perusahaan kami mampu mencegah dan menanggulangi cemaran non-B3.
a. Ya, mampu dan selalu dalam kondisi bersih.
b. Ya, mampu dan namun masih ada sisanya.
c. Tidak mampu sehingga terdapat cemaran yang banyak.
4. Pengelolaan Dampak Limbah B3
4.1. Pengelolaan Dampak Limbah B3
4.1.1. Perusahaan kami mampu mengelola dampak limbah B3.
86
a. Ya, kami mampu mengelola limbah B3 lainnya tanpa ada dampak sesuai
ketentuan yang berlaku.
b. Ya, kami mampu mengelola dampak limbah B3 tetapi masih terdapat
dampak dari adanya sisa-sisa limbah B3.
c. Tidak mampu mengelola dampak limbah B3.
5. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca / GRK (Green House Gas Emission)
5.1. Kemamputelusuran Reduksi GRK (GHG Traceability)
5.1.1. Lemari pendingin masih menggunakan klorofluoro-karbon (CFC) sebagai
media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga
mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi
ultraviolet).
a. Ya, masih dan belum ada rencana untuk eliminasi aau mencari pengganti
produk
b. Ya, masih, sudah ada rencana untuk eliminasi atau mencari pengganti
produk meskipun belum dilaksanakan
c. Ya, masih, sudah ada rencana untuk eliminasi atau mencari pengganti
produk dan sudah dilaksanakan meskipun belum semuanya
d. Tidak, sudah tidak lagi menggunakan
5.1.2. Inisiatif reduksi, eliminasi atau substitusi penghasil GRK sudah ada. Jika
menjawab “Ya”, harap dinyatakan besaran yang tercatat.
a. Ya, sebesar ----------------
b. Tidak
ASPEK SOSIAL
1. Keanekaragaman Sosial (Social Diversity)
1.1. Toleransi Non-Diskriminasi
1.1.1. Perusahaan anda sudah tercatat ada inisiatif untuk melakukan pembinaan dan
pendampingan terkait toleransi non-diskriminasi.
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
87
1.1.2. Perusahaan anda sudah melakukan pembinaan dan pendampingan terkait
toleransi non-diskriminasi secara positif untuk mendukung proses
pertumbuhan bisnis.
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
1.1.3. Seberapa jauh pengelolaan toleransi non-diskriminasi dilakukan?
Jawaban : -------
1.2. Keberagaman Sosial
1.2.1. Perusahaan telah memperlihatkan kepedulian dan inisiatif terhadap
pembentukan kelompok sosial yang mendorong adanya keberagaman
(berbasis non-diskriminasi)
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
1.2.2. Perusahaan telah memberikan dukungan, bantuan, dan pendampingan
terhadap pembentukan kelompok sosial yang mendorong adanya
kebhinekaan (berbasis non-diskriminasi)
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
1.2.3. Seberapa jauh pengelolaan kelompok-kelompok sosial non-diskriminasi
sudah dilakukan?
Jawaban : -------
2. Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility)
2.1. Penerimaan Stakeholders Lokal
2.1.1. Bagaimana tingkat penerimaan pemangku-kepentingan (stakeholders) lokal
terhadap perusahaan anda terkait dengan kontribusi perusahaan anda terhadap
komunitas setempat?
a. Belum diterima dengan baik
b. Cukup baik dengan adanya program-program CSR yang diberikan,
namun masih dirasakan perlu penambahan lagi
c. Sudah baik dengan adanya program-program CSR yang diberikan lebih
dari sekedar kewajiban pajak dan lebih dari CSR minimumnya
88
2.2. Pemberdayaan UKM Lokal
2.2.1. Perusahaan anda telah memberikan kesempatan perusahaan UKM lokal untuk
ikut sebagai penyedia barang dan jasa dalam kegiatan penunjang operasional
perusahaan anda?
a. Belum sama sekali
b. Sudah. Dari sisi besaran nilai rupiah dibandingkan dengan nilai total
pembelanjaan perusahaan untuk barang dan jasa masih kecil sekali dan
masih sedikit sekali jumlah UKM lokal yang terlibat. Dan belum ada
upaya pemberdayaan.
c. Sudah. Dari sisi besaran nilai rupiah dibandingkan dengan nilai total
pembelanjaan perusahaan untuk barang dan jasa sudah cukup dan jumlah
UKM lokal yang terlibat juga sudah cukup dan ada upaya pemberdayaan.
3. Hak Asasi Manusia (Human Rights) & Etika Bisnis (Business Ethics)
3.1. Kepatuhan terhadap HAM & Etika Bisnis
3.1.1. Apakah tercatat adanya inisiatif dari perusahaan anda untuk memastikan
kepatuhan terhadap HAM & etika bisnis di segenap jajaran manajemen?
a. Ya, ada.
b. Tidak, belum ada.
3.1.2. Apakah pernah tercatat terjadinya pelanggaran terhadap HAM & etika bisnis
(misalnya pemerasan, penyuapan, konflik kepentingan, penyelewengan,
penyalahgunaan jabatan, korupsi)?
a. Sudah pernah
b. Belum pernah
3.1.3. Perusahaan telah mempunyai sistem pengelolaan kepatuhan terhadap HAM
dan Etika bisnis yang berjalan dengan baik.
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
3.2. Penjaminan Hak Asasi Ekonomi
3.2.1. Terkait dengan pelaksanaan Hak Asasi Ekonomi (seperti imbalan kerja,
pembayaran tepat waktu, pemberian BPJS Kesehatan dan Ketenagkerjaan,
kesesuaian dengan UMR), maka perusahaan anda?
a. Belum ada kebijakan dan pernah melakukan pelanggaran
89
b. Sudah ada kebijakan dan belum dilaksanakan dengan baik sehingga
pernah melakukan pelanggaran
c. Sudah ada kebijakan dan sudah dilaksanakan dengan baik sehingga tidak
pernah melakukan pelanggaran
3.3. Keadilan Kerja
3.3.1. Apakah sudah terdapat sistem manajemen sumberdaya manusia berbasis
paling tidak beberapa unsur keadilan kerja, yaitu: persamaan hak dan tanpa
diskriminasi terkait suku/etnik, agama, ras, antar golongan, gender,
pengutamaan kearifan lokal?
a. Belum ada dan belum mempunyai rencana
b. Belum ada sistem namun sudah ada kebijakan dan komitmen untuk
mengembangkan
c. Sudah dan sistem dan sudah berjalan dengan baik
3.4. Kepuasan Kerja
3.4.1. Di antara 5 indikator kepuasan kerja ini (cinta kerja, nikmat kerja, semangat
kerja, disiplin kerja, kinerja yang baik), berapa yang sudah dipenuhi oleh
perusahaan anda?
a. 1-2 indikator
b. 3-4 indikator
c. Kelima indikator
3.4.2. Apakah pernah terjadi unjuk rasa atau ekspresi ketidakpuasan kerja di antara
para pekerja perusahaan anda?
a. Sudah pernah
b. Belum pernah
3.5. Komunikasi dan Edukasi tentang HAM & Etika Bisnis
3.5.1. Apakah perusahaan anda sudah melakukan komunikasi dan edukasi tentang
kepatuhan pada HAM & Etika Bisnis?
a. Belum dilakukan komunikasi dan edukasi antara perusahaan dengan para
pekerja dan diantara para pekerja
b. Sudah dilakukan komunikasi dan edukasi namun hanya terjadi terkait
dengan program-program pemerintah atau LSM setempat
c. Sudah dilakukan komunikasi dan edukasi, dan telah terbina dengan baik
antara perusahaan dengan para pekerjan dan diantara para pekerja
90
ASPEK EKONOMI
1. Penciptaan Lapangan Kerja (Jobs Created)
1.1. Peluang Cipta Kerja
1.1.1. Apakah Perusahaan anda sudah ikut membantu dalam memberikan
kesempatan magang untuk warga sekitar di lembaga-lembaga atau instansi
pemerintah maupun perusahaan swasta:
a. Sudah
b. Belum
1.1.2. Apakah Perusahaan anda sudah melakukan pelatihan-pelatihan, kursus-
kursus ketrampilan, penataran dan seminar atau lokakarya, kepada warga
sekitar agar mempunyai kesempatan kerja yang baik :
a. Sudah
b. Belum
1.1.3. Apakah Perusahaan anda sudah membantu mengoptimalkan peran pusat-
pusat atau balai latihan kerja (BLK) yang ada di setiap kabupaten/ kota untuk
menyiapkan tenaga terampil dan kreatif :
a. Sudah
b. Belum
1.1.4. Apakah Perusahaan anda sudah mengintensifkan pekerjaan di daerah
pedesaan yang bersifat padat karya untuk mengurangi pengangguran tenaga
kerja kasar di pedesaan :
a. Sudah
b. Belum
1.1.5. Apakah Perusahaan anda sudah ikut berpartisipasi dalam menggiatkan
program keluarga berencana, untuk mengurangi atau menghambat
pertambahan jumlah penduduk sehingga pertambahan jumlah angkatan kerja
bisa terkendali :
a. Sudah
b. Belum
1.2. Prioritas Kerja pada SDM Lokal
1.2.1. Apakah telah berjalan kebijakan pemberian prioritas pada SDM lokal untuk
bekerja di perusahaan sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang
dimiliki?
91
a. Telah memiliki kebijakan dan dilaksanakan secara konsisten dengan
jumlah atau persetanse yang cukup
b. Telah memiliki kebijakan dan dilaksanakan secara konsisten namun
dengan jumlah atau persetanse yang kurang
c. Telah memiliki kebijakan namun belum dijalankan
d. Belum memiliki kebijakan
2. Peningkatan Ketrampilan Pekerja Lokal (Local Skills Enhancement)
2.1. Peningkatan Ketrampilan Pekerja Lokal
2.1.1. Terkait dengan upaya peningkatan ketrampilan teknis dan non-teknis para
pekerja lokal, maka Perusahaan anda:
a. Belum melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan sesuai dengan
pengetahuan dan ketrampilan para pekerja lokal
b. Sudah melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan sesuai dengan
pengetahuan dan ketrampilan para pekerja lokal namun belum fokus pada
kondisi dan kearifan yang ada di daerah
c. Belum melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan sesuai dengan
pengetahuan dan ketrampilan para pekerja lokal dan sudah fokus pada
kondisi dan kearifan yang ada di daerah
2.1.2. Manakah di antara program-program peningkatan kapasitas ini yang telah
dilakukan perusahaan:1) Pemagangan & Pelatihan Kompetensi Manajerial &
Vokasi/ Keahlian Khusus, 2) Pelatihan Kompetensi dengan Pendampingan
(coaching) berkesinambungan, 3) Program-program unggulan
pengembangan kompetensi dan kapasitas intelektual, sosial,
kemasyarakatan?
Jawaban: --------------------
3. Dampak Positif Pada Ekonomi Lokal (Local Economic Impacts)
3.1. Kontribusi terhadap Indeks Pengembangan Manusia (IPM)
3.1.1. Berkaitan dengan upaya peningkatan IPM untuk daerah setempat, Perusahaan
anda?
a. Belum mempunyai rencana untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
memberikan kontribusi pada peningkatan IPM
b. Sudah mempunyai rencana tertulis namun belum dilaksanakan
c. Sudah mempunyai rencana tertulis dan sudah dilaksanakan namun belum
memberikan kontribusi yang signifikan
92
d. Sudah mempunyai rencana tertulis, sudah dilaksanakan dan sudah
memberikan kontribusi yang signifikan
3.1.2. Manakah di antara program-program peningkatan IPM ini yang telah
dilakukan perusahaan: 1) Komunikasi/Kampanye program IPM, 2)
Pemagangan & Pelatihan Kompetensi Manajerial & Vokasi/ Keahlian
Khusus, 3) Pelatihan Kompetensi dengan Pendampingan (coaching)
berkesinambungan, 4) Program-program unggulan kesehatan jasmani-rohani
dan Pengembangan kapasitas intelektual, sosial, kemasyarakatan?
Jawaban: --------------------
3.2. Pendapatan Kasar Total
3.2.1. Pendapatan kasar rata-rata untuk para pegawai Perusahaan anda adalah:
a. Masih di bawah UMR
b. Sama dengan UMR
c. Di atas UMR
93
LAMPIRAN 6-3:
KUESIONER ASPEK-ASPEK PENGADAAN BERKELANJUTAN
UNTUK PABRIKAN PRODUK DARI KAYU DAN PLASTIK
Pertanyaan atau pernyataan di bawah ini diberikan kepada Pabrikan Produk dari Kayu dan
Plastik untuk dijawab.
Kami,
Nama perusahaan: …………….
Instruksi:
1. Untuk pertanyaan atau pernyataan di bawah ini yang mempunyai jawaban dengan
pilihan, mohon Bapak/Ibu menjawab dengan memberi tanda X pada jawaban yang
anda pilih paling tepat. Sedangkan yang bukan pilihan, dimohon untuk menuliskan
secukupnya.
2. Mohon Bapak/Ibu melampirkan Dokumen Ekolabel dan semua dokumen yang
Bapak/Ibu anggap dapat mendukung dan memperkuat jawaban-jawaban anda.
ASPEK LINGKUNGAN
1. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)
1.1. Kehati Flora: tidak berlaku
1.2. Kehati Fauna: tidak berlaku
2. Minimalisasi Limbah Padat dan Cair dengan 3R, dan Besaran Limbah B3
2.1. Limbah Padat dengan 3R
2.1.1. Upaya minimalisasi limbah padat di perusahaan kami adalah :
a. Kami belum mengelola limbah padat yang sesuai dengan ketentuan atau
peraturan.
b. Kami sudah mempunyai dan melaksanakan inisiatif pengelolaan dan
pemantauan limbah padat dengan metode 3R dan sesuai dengan
ketentuan atau peraturan.
c. Kami sudah mempunyai dan melaksanakan sistem pengelolaan dan
pemantauan limbah padat dengan 3R sesuai dengan ketentuan atau
peraturan.
94
2.2. Limbah Cair dengan 3R
2.2.1. Upaya minimalisasi limbah cair di perusahaan kami adalah:
a. Kami belum mengelola limbah padat yang sesuai dengan ketentuan atau
peraturan.
b. Kami sudah mempunyai dan melaksanakan inisiatif pengelolaan dan
pemantauan limbah padat dengan metode 3R dan sesuai dengan
ketentuan atau peraturan.
c. Kami sudah mempunyai dan melaksanakan sistem pengelolaan dan
pemantauan limbah padat dengan 3R sesuai dengan ketentuan atau
peraturan.
2.3. Besaran Limbah B3
2.3.1. Limbah B3 di perusahaan kami adalah sebagai berikut. Plih salah satu
jawaban.
a. Kami memakai beberapa bahan kimia B3 sesuai dengan izin KLHK.
b. Kami memakai beberapa bahan kimia B3 yang melebihi batas izin pakai
sehingga berpotensi menimbulkan masalah dengan limbah B3.
3. Kesiapan Pencegahan Pencemaran (Spill Prevention)
3.1. Kesiapan Pencegahan Cemaran B3
3.1.1. Apakah di perusahaan anda masih terdapat cemaran B3?
a. Masih dan banyak.
b. Masih namun sedikit.
c. Tidak ada, sudah dalam kondisi selalu bersih.
3.2. Kesiapan Pencegahan Cemaran Limbah Non-B3
3.2.1. Perusahaan kami mampu mencegah dan menanggulangi cemaran non-B3.
a. Ya, mampu dan selalu dalam kondisi bersih.
b. Ya, mampu dan namun masih ada sisanya.
c. Tidak mampu sehingga terdapat cemaran yang banyak.
4. Pengelolaan Dampak Limbah B3
4.1. Pengelolaan Dampak Limbah B3
4.1.1. Perusahaan kami mampu mengelola dampak limbah B3.
a. Ya, kami mampu mengelola limbah B3 lainnya tanpa ada dampak sesuai
ketentuan yang berlaku.
b. Ya, kami mampu mengelola dampak limbah B3 tetapi masih terdapat
dampak dari adanya sisa-sisa limbah B3.
95
c. Tidak mampu mengelola dampak limbah B3.
5. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca / GRK (Green House Gas Emission)
5.1. Kemamputelusuran Reduksi GRK (GHG Traceability)
5.1.1. Khusus untuk pengolahan kayu: di dalam proses pengolahan kayu masih
dipakai campuran berflourinasi yang dihasilkan dari peleburan alumunium.
a. Ya, masih
b. Tidak
5.1.2. Hidrofluorokarbon (HCFC-22) masih terbentuk selama manufaktur berbagai
produk, termasuk busa untuk insulasi, produk plastik, perabotan (furniture),
dan tempat duduk di kendaraan.
a. Ya, masih
b. Tidak
5.1.3. Lemari pendingin masih menggunakan klorofluoro-karbon (CFC) sebagai
media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga
mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi
ultraviolet).
a. Ya, masih dan belum ada rencana untuk eliminasi aau mencari pengganti
produk
b. Ya, masih, sudah ada rencana untuk eliminasi atau mencari pengganti
produk meskipun belum dilaksanakan
c. Ya, masih, sudah ada rencana untuk eliminasi atau mencari pengganti
produk dan sudah dilaksanakan meskipun belum semuanya
d. Tidak, sudah tidak lagi menggunakan
5.1.4. Inisiatif reduksi, eliminasi atau substitusi penghasil GRK sudah ada. Jika
menjawab “Ya”, harap dinyatakan besaran yang tercatat.
a. Ya, sebesar ----------------
b. Tidak
ASPEK SOSIAL
1. Keanekaragaman Sosial (Social Diversity)
1.1. Toleransi Non-Diskriminasi
1.1.1. Perusahaan anda sudah tercatat ada inisiatif untuk melakukan pembinaan dan
pendampingan terkait toleransi non-diskriminasi.
96
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
1.1.2. Perusahaan anda sudah melakukan pembinaan dan pendampingan terkait
toleransi non-diskriminasi secara positif untuk mendukung proses
pertumbuhan bisnis.
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
1.1.3. Seberapa jauh pengelolaan toleransi non-diskriminasi dilakukan?
Jawaban : -------
1.2. Keberagaman Sosial
1.2.1. Perusahaan telah memperlihatkan kepedulian dan inisiatif terhadap
pembentukan kelompok sosial yang mendorong adanya keberagaman
(berbasis non-diskriminasi)
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
1.2.2. Perusahaan telah memberikan dukungan, bantuan, dan pendampingan
terhadap pembentukan kelompok sosial yang mendorong adanya
kebhinekaan (berbasis non-diskriminasi)
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
1.2.3. Seberapa jauh pengelolaan kelompok-kelompok sosial non-diskriminasi
sudah dilakukan?
Jawaban : -------
2. Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility)
2.1. Penerimaan Stakeholders
2.1.1. Bagaimana tingkat penerimaan pemangku-kepentingan (stakeholders) lokal
terhadap perusahaan anda terkait dengan kontribusi perusahaan anda terhadap
komunitas setempat?
a. Belum diterima dengan baik
97
b. Cukup baik dengan adanya program-program CSR yang diberikan,
namun masih dirasakan perlu penambahan lagi
c. Sudah baik dengan adanya program-program CSR yang diberikan lebih
dari sekedar kewajiban pajak dan lebih dari CSR minimumnya
2.2. Pemberdayaan UKM Lokal
2.2.1. Perusahaan anda telah memberikan kesempatan perusahaan UKM lokal untuk
ikut sebagai penyedia barang dan jasa dalam kegiatan penunjang operasional
perusahaan anda?
a. Belum sama sekali
b. Sudah. Dari sisi besaran nilai rupiah dibandingkan dengan nilai total
pembelanjaan perusahaan untuk barang dan jasa masih kecil sekali dan
masih sedikit sekali jumlah UKM lokal yang terlibat. Dan belum ada
upaya pemberdayaan
c. Sudah. Dari sisi besaran nilai rupiah dibandingkan dengan nilai total
pembelanjaan perusahaan untuk barang dan jasa sudah cukup dan jumlah
UKM lokal yang terlibat juga sudah cukup dan ada upaya pemberdayaan
3. Hak Asasi Manusia (Human Rights) & Etika Bisnis (Business Ethics)
3.1. Kepatuhan terhadap HAM & Etika Bisnis
3.1.1. Apakah tercatat adanya inisiatif dari perusahaan anda untuk memastikan
terhadap kepatuhan HAM & etika bisnis di segenap jajaran manajemen?
a. Ya, ada.
b. Tidak, belum ada.
3.1.2. Apakah pernah tercatat terjadinya pelanggaran terhadap HAM & etika bisnis
(misalnya pemerasan, penyuapan, konflik kepentingan, penyelewengan,
penyalahgunaan jabatan, korupsi)?
a. Sudah pernah
b. Belum pernah
3.1.3. Perusahaan telah mempunyai sistem pengelolaan kepatuhan terhadap HAM
dan Etika bisnis yang berjalan dengan baik.
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
98
3.2. Penjaminan Hak Asasi Ekonomi
3.2.1. Terkait dengan pelaksanaan Hak Asasi Ekonomi (seperti imbalan kerja,
pembayaran tepat waktu, pemberian BPJS Kesehatan dan Ketenagkerjaan,
kesesuaian dengan UMR), maka perusahaan anda?
a. Belum ada kebijakan dan pernah melakukan pelanggaran
b. Sudah ada kebijakan dan belum dilaksanakan dengan baik sehingga
pernah melakukan pelanggaran
c. Sudah ada kebijakan dan sudah dilaksanakan dengan baik sehingga tidak
pernah melakukan pelanggaran
3.3. Keadilan Kerja
3.3.1. Apakah sudah terdapat sistem manajemen sumberdaya manusia berbasis
paling tidak beberapa unsur keadilan kerja, yaitu: persamaan hak dan tanpa
diskriminasi terkait suku/etnik, agama, ras, antar golongan, gender,
pengutamaan kearifan lokal?
a. Belum ada dan belum mempunyai rencana
b. Belum ada sistem namun sudah ada kebijakan dan komitmen untuk
mengembangkan
c. Sudah dan sistem dan sudah berjalan dengan baik
3.4. Kepuasan Kerja
3.4.1. Di antara 5 indikator kepuasan kerja ini (cinta kerja, nikmat kerja, semangat
kerja, disiplin kerja, kinerja yang baik), berapa yang sudah dipenuhi oleh
perusahaan anda?
a. 1-2 indikator
b. 3-4 indikator
c. Kelima indikator
3.4.2. Apakah pernah terjadi unjuk rasa atau ekspresi ketidakpuasan kerja di antara
para pekerja perusahaan anda?
a. Sudah pernah
b. Belum pernah
3.5. Komunikasi dan Edukasi tentang HAM & Etika Bisnis
3.5.1. Apakah perusahaan anda sudah melakukan komunikasi dan edukasi tentang
kepatuhan pada HAM & Etika Bisnis?
a. Belum dilakukan komunikasi dan edukasi antara perusahaan dengan para
pekerja dan diantara para pekerja
99
b. Sudah dilakukan komunikasi dan edukasi namun hanya terjadi terkait
dengan program-program pemerintah atau LSM setempat
c. Sudah dilakukan komunikasi dan edukasi, dan telah terbina dengan baik
antara perusahaan dengan para pekerjan dan diantara para pekerja
ASPEK EKONOMI
1. Penciptaan Lapangan Kerja (Jobs Created)
1.1. Peluang Cipta Kerja
1.1.1. Apakah Perusahaan anda sudah ikut membantu dalam memberikan
kesempatan magang untuk warga sekitar di lembaga-lembaga atau instansi
pemerintah maupun perusahaan swasta :
a. Sudah
b. Belum
1.1.2. Apakah Perusahaan anda sudah melakukan pelatihan-pelatihan, kursus-
kursus ketrampilan, penataran dan seminar atau lokakarya, kepada warga
sekitar agar mempunyai kesempatan kerja yang baik :
a. Sudah
b. Belum
1.1.3. Apakah Perusahaan anda sudah membantu mengoptimalkan peran pusat-
pusat atau balai latihan kerja (BLK) yang ada di setiap kabupaten/ kota untuk
menyiapkan tenaga terampil dan kreatif :
a. Sudah
b. Belum
1.1.4. Apakah Perusahaan anda sudah mengintensifkan pekerjaan di daerah
pedesaan yang bersifat padat karya untuk mengurangi pengangguran tenaga
kerja kasar di pedesaan :
a. Sudah
b. Belum
1.1.5. Apakah Perusahaan anda sudah ikut berpartisipasi dalam menggiatkan
program keluarga berencana, untuk mengurangi atau menghambat
pertambahan jumlah penduduk sehingga pertambahan jumlah angkatan kerja
bisa terkendali :
a. Sudah
100
b. Belum
1.2. Prioritas Kerja pada SDM Lokal
1.2.1. Apakah telah berjalan kebijakan pemberian prioritas pada SDM lokal untuk
bekerja di perusahaan sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang
dimiliki?
a. Telah memiliki kebijakan dan dilaksanakan secara konsisten dengan
jumlah atau persetanse yang cukup
b. Telah memiliki kebijakan dan dilaksanakan secara konsisten namun
dengan jumlah atau persetanse yang kurang
c. Telah memiliki kebijakan namun belum dijalankan
d. Belum memiliki kebijakan
2. Peningkatan Ketrampilan Pekerja Lokal (Local Skills Enhancement)
2.1. Peningkatan Ketrampilan Pekerja Lokal
2.1.1. Terkait dengan upaya peningkatan ketrampilan teknis dan non-teknis para
pekerja lokal, maka Perusahaan anda:
a. Belum melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan sesuai dengan
pengetahuan dan ketrampilan para pekerja lokal
b. Sudah melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan sesuai dengan
pengetahuan dan ketrampilan para pekerja lokal namun belum fokus pada
kondisi dan kearifan yang ada di daerah
c. Belum melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan sesuai dengan
pengetahuan dan ketrampilan para pekerja lokal dan sudah fokus pada
kondisi dan kearifan yang ada di daerah
2.1.2. Manakah di antara program-program peningkatan kapasitas ini yang telah
dilakukan perusahaan:1) Pemagangan & Pelatihan Kompetensi Manajerial &
Vokasi/ Keahlian Khusus, 2) Pelatihan Kompetensi dengan Pendampingan
(coaching) berkesinambungan, 3) Program-program unggulan
pengembangan kompetensi dan kapasitas intelektual, sosial,
kemasyarakatan?
Jawaban: --------------------
3. Dampak Positif Pada Ekonomi Lokal (Local Economic Impacts)
3.1. Kontribusi terhadap Indeks Pengembangan Manusia (IPM)
3.1.1. Berkaitan dengan upaya peningkatan IPM untuk daerah setempat, Perusahaan
anda?
101
a. Belum mempunyai rencana untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
memberikan kontribusi pada peningkatan IPM
b. Sudah mempunyai rencana tertulis namun belum dilaksanakan
c. Sudah mempunyai rencana tertulis dan sudah dilaksanakan namun belum
memberikan kontribusi yang signifikan
d. Sudah mempunyai rencana tertulis, sudah dilaksanakan dan sudah
memberikan kontribusi yang signifikan
3.1.2. Manakah di antara program-program peningkatan IPM ini yang telah
dilakukan perusahaan: 1) Komunikasi/Kampanye program IPM, 2)
Pemagangan & Pelatihan Kompetensi Manajerial & Vokasi/ Keahlian
Khusus, 3) Pelatihan Kompetensi dengan Pendampingan (coaching)
berkesinambungan, 4) Program-program unggulan kesehatan jasmani-rohani
dan Pengembangan kapasitas intelektual, sosial, kemasyarakatan?
Jawaban: --------------------
3.2. Pendapatan Kasar Total
3.2.1. Pendapatan kasar rata-rata untuk para pegawai Perusahaan anda adalah:
a. Masih di bawah UMR
b. Sama dengan UMR
c. Di atas UMR
102
LAMPIRAN 6-4:
KUESIONER ASPEK-ASPEK PENGADAAN BERKELANJUTAN
UNTUK DISTRIBUTOR/AGEN/PENYEDIA PRODUK DARI KAYU DAN
PLASTIK
Kami,
Nama perusahaan: …………….
Instruksi:
1. Untuk pertanyaan atau pernyataan di bawah ini yang mempunyai jawaban dengan
pilihan, mohon Bapak/Ibu menjawab dengan memberi tanda X pada jawaban yang
anda pilih paling tepat. Sedangkan yang bukan pilihan, dimohon untuk menuliskan
secukupnya.
2. Mohon Bapak/Ibu melampirkan semua dokumen yang Bapak/Ibu anggap dapat
mendukung dan memperkuat jawaban-jawaban anda.
ASPEK LINGKUNGAN
1. Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)
1.1. Kehati Flora: tidak berlaku
1.2. Kehati Fauna: tidak berlaku
2. Minimalisasi Limbah Padat dan Cair dengan 3R, dan Besaran Limbah B3
2.1. Limbah Padat dengan 3R: tidak berlaku
2.2. Limbah Cair dengan 3R: tidak berlaku
2.3. Besaran Limbah B3: tidak berlaku
3. Kesiapan Pencegahan Pencemaran (Spill Prevention)
3.1. Kesiapan Pencegahan Cemaran B3: tidak berlaku
3.2. Kesiapan Pencegahan Cemaran Limbah Non-B3: tidak berlaku
4. Pengelolaan Dampak Limbah B3
4.1. Pengelolaan Dampak Limbah B3: tidak berlaku
103
5. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca / GRK (Green House Gas Emission)
5.1. Kemamputelusuran Reduksi GRK (GHG Traceability): tidak berlaku
ASPEK SOSIAL
1. Keanekaragaman Sosial (Social Diversity)
1.1. Toleransi Non-Diskriminasi
1.1.1. Perusahaan anda sudah tercatat ada inisiatif untuk melakukan pembinaan dan
pendampingan terkait toleransi non-diskriminasi.
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
1.1.2. Perusahaan anda sudah melakukan pembinaan dan pendampingan terkait
toleransi non-diskriminasi secara positif untuk mendukung proses
pertumbuhan bisnis.
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
1.1.3. Seberapa jauh pengelolaan toleransi non-diskriminasi dilakukan ?
Jawaban : -------
1.2. Keberagaman Sosial
1.2.1. Perusahaan telah memperlihatkan kepedulian dan inisiatif terhadap
pembentukan kelompok sosial yang mendorong adanya keberagaman
(berbasis non-diskriminasi)
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
1.2.2. Perusahaan telah memberikan dukungan, bantuan, dan pendampingan
terhadap pembentukan kelompok sosial yang mendorong adanya
kebhinekaan (berbasis non-diskriminasi)
a. Setuju
b. Tidak tahu
c. Kurang setuju
104
1.2.3. Seberapa jauh pengelolaan kelompok-kelompok sosial non-diskriminasi
sudah dilakukan?
Jawaban : -------
2. Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility)
2.1. Penerimaan Stakeholders Lokal: tidak berlaku
2.2. Pemberdayaan UKM Lokal: tidak berlaku
3. Hak Asasi Manusia (Human Rights) & Etika Bisnis (Business Ethics)
3.1. Kepatuhan terhadap HAM & Etika Bisnis
3.1.1. Apakah tercatat adanya inisiatif dari perusahaan anda untuk memastikan
kepatuhan terhadap HAM & etika bisnis di segenap jajaran manajemen?
a. Ya, ada.
b. Tidak, belum ada.
3.1.2. Apakah pernah tercatat terjadinya pelanggaran terhadap HAM & etika bisnis
(misalnya pemerasan, penyuapan, konflik kepentingan, penyelewengan,
penyalahgunaan jabatan, korupsi)?
a. Sudah pernah
b. Belum pernah
3.1.3. Perusahaan telah mempunyai sistem pengelolaan kepatuhan terhadap HAM
dan Etika bisnis yang berjalan dengan baik.
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
3.2. Penjaminan Hak Asasi Ekonomi
3.2.1. Terkait dengan pelaksanaan Hak Asasi Ekonomi (seperti imbalan kerja,
pembayaran tepat waktu, pemberian BPJS Kesehatan dan Ketenagkerjaan,
kesesuaian dengan UMR), maka perusahaan anda?
a. Belum ada kebijakan dan pernah melakukan pelanggaran
b. Sudah ada kebijakan dan belum dilaksanakan dengan baik sehingga
pernah melakukan pelanggaran
c. Sudah ada kebijakan dan sudah dilaksanakan dengan baik sehingga tidak
pernah melakukan pelanggaran
3.3. Keadilan Kerja
3.3.1. Apakah sudah terdapat sistem manajemen sumberdaya manusia berbasis
paling tidak beberapa unsur keadilan kerja, yaitu: persamaan hak dan tanpa
105
diskriminasi terkait suku/etnik, agama, ras, antar golongan, gender,
pengutamaan kearifan lokal?
a. Belum ada dan belum mempunyai rencana
b. Belum ada sistem namun sudah ada kebijakan dan komitmen untuk
mengembangkan
c. Sudah dan sistem dan sudah berjalan dengan baik
3.4. Kepuasan Kerja
3.4.1. Di antara 5 indikator kepuasan kerja ini (cinta kerja, nikmat kerja, semangat
kerja, disiplin kerja, kinerja yang baik), berapa yang sudah dipenuhi oleh
perusahaan anda?
a. 1-2 indikator
b. 3-4 indikator
c. Kelima indikator
3.4.2. Apakah pernah terjadi unjuk rasa atau ekspresi ketidakpuasan kerja di antara
para pekerja perusahaan anda?
a. Sudah pernah
b. Belum pernah
3.5. Komunikasi dan Edukasi tentang HAM & Etika Bisnis
3.5.1. Apakah perusahaan anda sudah melakukan komunikasi dan edukasi tentang
kepatuhan pada HAM & Etika Bisnis?
a. Belum dilakukan komunikasi dan edukasi antara perusahaan dengan para
pekerja dan diantara para pekerja
b. Sudah dilakukan komunikasi dan edukasi namun hanya terjadi terkait
dengan program-program pemerintah atau LSM setempat
c. Sudah dilakukan komunikasi dan edukasi, dan telah terbina dengan baik
antara perusahaan dengan para pekerjan dan diantara para pekerja
ASPEK EKONOMI
1. Penciptaan Lapangan Kerja (Jobs Created)
1.1. Peluang Cipta Kerja: tidak berlaku
1.2. Prioritas Kerja pada SDM Lokal: tidak berlaku
2. Peningkatan Ketrampilan Pekerja Lokal (Local Skills Enhancement)
2.1. Peningkatan Ketrampilan Pekerja Lokal: tidak berlaku
106
3. Dampak Positif Pada Ekonomi Lokal (Local Economic Impacts)
3.1. Kontribusi terhadap Indeks Pengembangan Manusia (IPM): tidak berlaku
3.2. Pendapatan Kasar Total
3.2.1. Pendapatan kasar rata-rata untuk para pegawai Perusahaan anda adalah:
a. Masih di bawah UMR
b. Sama dengan UMR
c. Di atas UMR
107
LAMPIRAN 7-1:
FORM REKAP HASIL PENILAIAN HASIL PENILAIAN ASPEK
PENGADAAN BERKELANJUTAN UNTUK PRODUK KERTAS BER-
EKOLABEL
Tabel di bawah ini adalah form rekap hasil penilaian pada aspek pengadaan berkelanjutan
untuk produk kertas ber-ekolabel terhadap produsen, pabrikan, dan penyedia
(distributor/agen).
NAMA PERUSAHAAN
STATUS (ISI DENGAN X) PRODUSEN PABRIKAN DISTRIBUTOR AGEN LAIN-
POHON LAIN
Form di bawah ini adalah form pengisian untuk setiap indikator pada setiap aspek pengadaan
berkelanjutan untuk produsen pohon untuk produk kertas ber-ekolabel. Form untuk
pabrikan produk kertas, furnitur kayu serta penyedia (distributor/agen) dapat dilihat pada
spreadsheet terpisah yang juga merupakan bagian dari kajian ini.
108
PENILAIAN PENYEDIA BARANG/JASA TERHADAP ASPEK PENGADAAN BERKELANJUTAN
JENIS PRODUK KERTAS BEREKOLABEL
UNTUK PRODUSEN POHON
109
LAMPIRAN 7-2:
FORM REKAP HASIL PENILAIAN HASIL PENILAIAN ASPEK
PENGADAAN BERKELANJUTAN UNTUK PRODUK FURNITUR
KAYU BER-SVLK
Tabel di bawah ini adalah form rekap hasil penilaian pada aspek pengadaan berkelanjutan
untuk produk furniture ber-SVLK terhadap produsen, pabrikan, dan penyedia
(distributor/agen).
NAMA PERUSAHAAN
STATUS PRODUSEN PABRIKAN PENYEDIA
POHON (DISTRIBUTOR/
AGEN)
Form di bawah ini adalah form pengisian untuk setiap indikator pada setiap aspek pengadaan
berkelanjutan untuk produsen pohon untuk produk furnitur kayu ber-SVLK. Form
untuk pabrikan produk furnitur kayu ber-SVLK dan penyedia (distributor/agen) dapat dilihat
pada spreadsheet terpisah yang juga merupakan bagian dari kajian ini.
110
PENILAIAN PENYEDIA BARANG/JASA TERHADAP ASPEK PENGADAAN BERKELANJUTAN
JENIS PRODUK FURNITUR BER-SVLK
UNTUK PRODUSEN POHON
111
LAMPIRAN 7-3:
FORM REKAP HASIL PENILAIAN HASIL PENILAIAN ASPEK
PENGADAAN BERKELANJUTAN UNTUK PRODUK BINDER PLASTIK
BER-EKOLABEL
Tabel di bawah ini adalah form rekap hasil penilaian pada aspek pengadaan berkelanjutan
untuk produk binder dari plastik ber-ekolabel terhadap produsen, pabrikan, dan penyedia
(distributor/agen).
NAMA PERUSAHAAN
STATUS PRODUSEN PABRIKAN DISTRIBUTOR AGEN LAIN-
PLASTIK LAIN
Form di bawah ini adalah form pengisian untuk setiap indikator pada setiap aspek pengadaan
berkelanjutan untuk produsen bahan baku plastik untuk produk binder plastik ber-
ekolabel. Form untuk pabrikan produk binder plastik ber-ekolabel dan penyedia
(distributor/agen) dapat dilihat pada spreadsheet terpisah yang juga merupakan bagian dari
kajian ini.
112
PENILAIAN PENYEDIA BARANG/JASA TERHADAP ASPEK PENGADAAN
BERKELANJUTAN
JENIS PRODUK BINDER BEREKOLABEL
UNTUK PRODUSEN PLASTIK
113
LAMPIRAN 8:
CONTOH NOMOGRAFI HASIL PENILAIAN PRODUSEN POHON BER-
SVLK UNTUK KERTAS PADA ASPEK KEBERLANJUTAN
114
LAMPIRAN 9:
CONTOH NOMOGRAFI HASIL PENILAIAN PABRIKAN FURNITUR
KAYU BER-SVLK PADA ASPEK KEBERLANJUTAN
115
LAMPIRAN 10:
CONTOH NOMOGRAFI HASIL PENILAIAN PENYEDIA KERTAS
FOTOKOPI BER-EKOLABEL PADA ASPEK KEBERLANJUTAN
116
REFERENSI
Arowoshegbe, A. O., & Emmanuel, U. (2016). Sustainability and Triple Bottom Line: An Overview
of Two Interrelated Concepts. Igbinedion University Journal of Accounting, 2, 88-126.
Australian-Gov. (2018). Sustainable Procurement Guide. Australia: Department of the
Environment and Energy.
BSI. (2011). The Sustainable Procurement Guide Procuring sustainably using BS 8903. London:
British Standards Institution.
CIPS. (2009). Sustainable procurement: Knowledge summary. London.
CIPS. (2012). Principles and Practices of Public Procurement. London: Chartered Institute of
Purchasing & Supply.
Elkington, J. (1994). Towards the Sustainable Corporation: Win-Win-Win Business Strategies for
Sustainable Development. California Management Review.
GRI. (2001). Global Version-3 Standards for Sustainability Reporting. Switzerland: UN Press.
ISO. (2017). Sustainable Procurement - Guidance ISO 24000:2017. Switzerland: ISO.
OECD. (2015). Going Green: Best Practices for Sustainable Procurement. Paris: Organisation for
Economic Co-operation and Development.
Soemohadidjojo, A. (2016). Mudah Menyusun SOP. Jakarta: Penebar Plus.
Spangenberg, J. H., Pfahl, S., & Deller, K. (2002). Towards indicators for institutional sustainability:
lessons from an analysis of Agenda 21. Ecological Indicators(2), 61-77.
UN. (1987). Report of the World Commission on Environment and Development: Our Common
Future Oslo: United Nations.
UN. (2017). Global Review of Sustainable Public Procurement: United Nations - Environment.
Żak, A. (2015). Triple bottom line concept in theory and practice. Social Responsibility of
Organizations Directions of Changes, (Nr 387). Wrocław, Poland.
117
118