Anda di halaman 1dari 20

Nama : Rini Amelia

Nim : 1802010030

Kelas : Manajemen A 2018

Tugas Penting Bagi Periset

A. Jenis riset Yang Menggunakan Pendekatan Kualitatif

Sumber : https://www.obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/530/pdf

Strategi Pendidik Anak Usia Dini Era Covid-19 dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis

1
La Hewi, 2Linda Asnawati
1
Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Institut Agama Islam Negeri Kendari
2
Pendidikan Anak Usia Dini Sultan Qaimuddin Kendari
DOI: 10.31004/obsesi.v5i1.530

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pendidik anak usia dini dalam melaksanakan
tugas-tugasnya pada masa pandemi coronavirus disease atau covid-19. Peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus untuk memperoleh pemahaman tentang strategi
pendidik anak usia dini dalam mengembangkan kemampuan berfikir logis pada anak. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan interaktif model dengan langkah-langkah analisis data
yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pertama, ada perubahan strategi pelaksanaan tugas guru PAUD yaitu sebagai perencana dan
penilaian hasil pembelajaran sedangkan untuk tugas pelaksana pembelajaran guru PAUD dibantu oleh
pendidik di rumah (orang tua) peserta didik; kedua, strategi pendidik PAUD di rumah dalam
mengembangkan kemampuan berfikir logis anak yaitu anak diajak untuk memahami mengapa sekolah
di rumah, mengapa keluar rumah harus menggunakan masker, kenapa tidak bisa bermain di luar rumah
menggunakan metode dialog (percapakan /diskusi) dan keteladanan.
Kata Kunci: strategi; pendidik; anak usia dini.

Abstract
This study aims to describe the strategies of early childhood educators in carrying out their duties during
the pandemic coronavirus disease or covid-19. Researchers used a qualitative approach with the case
study method to gain an understanding of early childhood educator strategies in developing logical
thinking skills in children. Data collection techniques used were interviews and documentation. The
collected data is then analyzed using an interactive model with the steps of data analysis namely data
reduction, data presentation, drawing conclusions and verification. The results showed that firstly, there
was a change in the strategy of implementing PAUD teacher tasks, namely as a planner and assessment
of learning outcomes while for the task of implementing PAUD teacher learning aids by the home
educator (parents) of students; secondly, PAUD educator strategies at home in developing children's
logical thinking abilities, that is, children are invited to understand why school at home, why go out of
the house must use a mask, why can't play outside the house using the method of dialogue
(conversation/discussion) and exemplary.
Keywords: strategy; educators; early childhood.

PENDAHULUAN
Pandemi covid-19 mempengaruhi semua aktivitas kehidupan manusia mulai aktivitas olahraga,
perkantoran, bahkan sampai pada hubungan transedental bagi seluruh pemeluk agama di dunia tidak
terkecuali dengan bidang pendidikan. Aktivitas pendidikan yang sangat lekat dengan interaksi yang
melibatkan banyak orang; pendidik dengan para peserta didik dalam satu lingkungan belajar secara
langsung bertatap muka. Karena pandemi covid-19 interaksi secara langsung dihentikan (social
distancing) dan diganti dengan aktivitas pembelajaran jarak jauh (daring) dengan memanfaatkan media
internet. Hal ini berlaku untuk seluruh jenjang pendidikan mulai dari pendidikan tinggi, pendidikan
menengah, sekolah dasar maupun untuk pendidikan anak usia dini. Lembaga-lembaga PAUD yang
sangat intens dalam melakukan stimulasi perkembangan anak usia dini melalui kegiatan bermain sambil
belajar di ruang-ruang kelas, karena adanya covid-19 diganti dengan pembelajaran di rumah masing-
masing peserta didik.
Pendidikan anak usia dini sebagai jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar memberikan
layanan pada anak sejak lahir hingga usia enam tahun dengan memberikan stimulasi berupa pemberian
rangsangan pendidikan supaya menunjang pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani anak
sehingga memiliki keterampilan untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan selanjutnya yaitu sekolah
dasar (Permendikbud, 2014). Sujiono menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini meliputi segala hal
baik upaya maupun tindakan yang berikan oleh pendidik dan orang tua untuk memberikan stimulasi,
bimbingan, perawatan dan pengasuhan pada anak usia dini sehingga tercipta suasana dan lingkungan
yang memungkin anak dapat mengeksplorasi pengalaman, pengetahuan dan pemahaman terhadap
pengalaman belajar yang telah diperoleh anak dari lingkungan, dengan cara mengamati, meniru,
bereksperimen secara berulang-ulang dan melibatkan semua potensi dan kecerdasan anak (Sujiono,
2012). Pola pembelajaran anak usia dini di satuan-satuan PAUD yang sebelumnya dilakukan dengan
pelibatan aktif dari pendidik dan peserta didik melalui kegiatan bermain sambil belajar karena adanya
coronavirus disease atau covid-19, semua aktivitas itu di rumahkan. Pemberian stimulasi perkembangan
untuk perkembangan kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional, agama dan moral serta seni harus
dilakukan di rumah masing-masing peserta didik. Pemberian stimulasi terhadap perkembangan anak
usia dini dilakukan secara efektif dan efisien oleh pendidik PAUD menggunakan beragam media sebagai
sarana pembelajaran dengan prinsip bahwa aktivitas utama anak bermain sambil belajar. Zaini
menyatakan bahwa metode pembelajaran untuk anak usia dini adalah bermain (Zaini, 2015). Bermain
sebagai aktivitas utama anak untuk mempelajari dan menyelami pengalaman yang dimiliki agar anak
memiliki pengetahuan baru.
Papalia dan Feldman mengemukakan bahwa bermain sebagai kegiatan dan aktivitas anak usia
dini memiliki andil terhadap aspek-aspek perkembangan anak usia dini. Melalui aktivitas bermain anak
menguasai fungsi-fungsi tubuh dengan baik, mengkoordinasi antara mata dengan gerakannya, melatih
otot-otot anak, membuat keputusan dan mendapatkan keahlian/kemampuan baru (Papalia & Feldman,
2015). Lebih lanjut dijelaskan oleh Hurlock yang mengemukakan bahwa pada masa awal kanak-kanak
dikenal dengan sebutan tahap mainan karena semua rutinitas bermain yang mainkan oleh anak usia dini
menggunakan mainan (Hurlock, 1980). Suyadi dan Ulfah mengemukakan bahwa dengan bermain anak
dilibatkan untuk bereksplorasi, mendeteksi dan menggunakan media berupa benda-benda yang ada di
sekitarnya (Suyadi dan Ulfah, 2013). Bermain merupakan strategi utama pendidik anak usia dini di
lembaga-lembaga pendidikan untuk seluruh aktivitas pembelajaran anak usia dini.
Sebuah kegiatan bermain yang dirancang dengan baik dan cermat guna mencapai tujuan
pembelajaran serta memfokuskan aktivitasnya pada salah satu aspek perkembangan anak akan sangat
baik dan efektif untuk stimulasi perkembangan anak. Jawati mengemukakan bahwa kemampuan kognitif
anak usia 5-6 tahun dapat ditingkatkan dengan permainan ludo geometri (Jawati, 2013). Sedangkan
Hewi dan Surpida mengemukakan bahwa permainan dadu sangat baik untuk pengembangan perilaku
prososial anak (Hewi dan Surpida, 2019). Tatminingsih menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis
permainan komprehensif dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak. Model permainan
komprehensif dapat diterapkan pada model sentra maupun kelompok (Tatminingsih, 2019). Ayu
mengemukakan bahwa kemampuan kognitif anak dalam kegiatan membilang dapat ditingkatkan melalui
metode bermain media kartu angka (Ayu, 2016). Berdasarkan asumsiasumsi yang telah dikemukakan
menuntun pada pemikiran bahwa bermain untuk anak usia dini di lembaga-lembaga PAUD harus dengan
perencanaan dan penggunaan media yang sesuai dengan perkembangan anak. Seluruh pendidik PAUD
sebagai pengelola proses pembelajaran semestinya mampu menggunakan dan memilih media yang
sesuai dengan aspek perkembangan yang akan diberikan stimulasi untuk dimaksimalkan
perkembangannya.
Pendidik anak usia dini menurut peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 137
tentang standar nasional pendidikan anak usia dini terdiri atas guru PAUD, guru pendamping dan guru
pendamping muda yang penentuan statusnya apakah guru utama atau guru pendamping didasarkan
pada kualifikasi pendidikan dari guru yang bersangkutan. Sebagai tenaga profesional pendidik anak usia
dini memiliki tugas utama untuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan dan menilai hasil
pembelajaran serta melakukan pembimbingan, pelatihan, pengasuhan dan perlindungan (Dewi dan
Suryana, 2020). Tugas perencanaan pendidik anak usia dini berhubungan dengan penyusunan rencana
pembelajaran harian dan mingguan serta rencana pembelajaran semester, sementara pelaksanaan
pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain dan penilaian hasil pembelajaran dilakukan untuk
melihat capaian aspek perkembangan anak usia dini setelah dilakukan pembelajaran.
Pendidik anak usia dini era covid-19 berbeda secara tugas dan fungsi dengan pendidik PAUD
pada situasi seperti biasanya yaitu pendidik anak usia dini yang selama ada di lembaga-lembaga PAUD
ada guru utama atau guru PAUD, guru pendamping dan pendamping muda. Namun karena coronavirus
disease peran pendidik PAUD diganti atau beralih pada orang tua peserta didik masing-masing. Hal ini
karena adanya himbauan dari pemerintah dan pemangku kebijakan pendidikan tentang social dan
physical distancing serta pembelajaran daring dari rumah masing-masing peserta didik maka guru PAUD
diperankan oleh seluruh orang tua peserta didik. Pendidik PAUD yaitu guru utama, guru pendamping
atau pendamping muda yang selama ini tekun, ulet dan kreatif dalam melakukan stimulasi
perkembangan untuk perkembangan kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional, agama dan moral
serta seni hanya berfungsi sebagai perencana pembelajaran yang akan dilakukan serta penilai hasil
pembelajaran yang dikomunikasikan melalui grup what’s up lembaga PAUD.
Aspek perkembangan yang diberi stimulasi oleh orang tua peserta didik di rumah sesuai atau
sama dengan aspek perkembangan yang dikembangkan oleh pendidik PAUD di lembaga pendidikan
anak usia dini yaitu mulai dari aspek perkembangan kognitif, fisik motorik, bahasa, agama dan moral,
seni dan sosial emosional. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan nomor 137 tentang standar nasional pendidikan anak usia dini yang menyatakan bahwa
standar tingkat pencapaian perkembangan anak sebagai kemampuan yang harus dicapai oleh anak usia
dini pada lima aspek perkembangan yaitu nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial
emosional dan seni (Permendikbud, 2014). Namun demikian selama ini persepsi orang tua tentang
pembelajaran anak usia dini yang identik dengan anak harus bisa membaca atau mengenal huruf abjad
dari secara keseluruhan dan anak mampu menulis secara baik dan benar tetap nampak pada
pelaksanaan praktek belajar di rumah sehingga aspek perkembangan yang mendapatkan stimulasi
perkembangan yang intens adalah kognitif dan bahasa serta aspek agama.
Pelaksanaan pembelajaran untuk anak usia dini yang dilakukan oleh pendidik yaitu guru PAUD
sebagai perencana kegiatan dan penilai hasil pembelajaran. Sementara untuk pelaksanaan
pembelajaran diperankan atau dilakukan oleh orang tua (pendidik) di rumah masing-masing peserta
didik tetap menggunakan prinsip bermain sambil belajar. Kegiatan bermain anak usia dini sebelumnya
selalu bersama guru dan rekan-rekan sejawatnya yaitu peserta didik lainnya di satuan PAUD karena
adanya coronavirus disease atau covid-19 kegiatan bermain anak beralih dilakukan bersama dengan
orang-orang terdekat anak yaitu orang tua dan anggota keluarga yang lain. Mulyasa menyatakan bahwa
permainan untuk anak usia dini sebagai metode pembelajaran terdapat beberapa jenis antara lain
bermain sosial, bermain dengan benda dan bermain peran (Mulyasa, 2012). Pelaksanaan aktivitas
bermain yang dilakukan di rumah untuk anak usia dini lebih dekat pada jenis metode bermain dengan
benda dan bermain peran yaitu aktivitas bermain dengan memanfaatkan benda-benda di sekitar anak
sebagai sarana bermain dan aktivitas bermain yang dimainkan anak berlakon sebagai orang lain.
Perkembangan kognitif sebagai salah satu aspek perkembangan yang harus diberikan stimulasi
pada anak usia dini memiliki beberapa indikator yang terbagi dalam tiga lingkup aspek perkembangan
yaitu pertama, belajar dan pemecahan masalah; kedua, berfikir logis dan ketiga, berfikir simbolik.
Sedangkan untuk aspek perkembangan bahasa memiliki tiga lingkup aspek perkembangan yaitu
pertama, memahami bahasa; kedua, mengungkapkan bahasa dan ketiga, keaksaraan (Permendikbud,
2014). Seluruh lingkup aspek perkembangan kognitif maupun bahasa memiliki indikator perkembangan
masing-masing yang beragam dan berbeda-beda antara satu indikator aspek dengan yang lainnya.
Fardiah, Muwarni dan Dhieni menyatakan bahwa kemampuan kognitif dapat ditingkatkan dengan
metode pembelajaran sains melalui bermain sensormotorik (Fardiah, Murwani dan Dhieni, 2020).
Penelitian ini memfokuskan kajian pada perkembangan kognitif anak usia dini yaitu lingkup
perkembangan berfikis logis yaitu mengenal sebab akibat, perbedaan, klasifikasi, pola, inisiatif anak dan
kemampuan membuat perencanaan anak. Kemampuan berfikir logis pada anak usia dini menurut
Permatasari, Rohaeti dan Westhisi mengemukakan bahwa kemampuan berfikir logis anak usia dini dapat
ditingkatkan melalui penggunaan metode bernyanyi (Permatsari, Rohaeti dan Westhisi, 2019). Yunita,
Meilanie dan Fahrurrozi mengemukakan bahwa kemampuan berfikir kritis anak dapat ditingkatkan
melalui pendekatan saintifik (Yunita, Meilanie & Fahrurrozi, 2019). Joni menyatakan bahwa kemampuan
kognifit anak dapat ditingkatkan melalui permainan dadu (Joni, 2016). Begitu juga dengan temuan dari
hasil penelitian Retnaningrum yang mengemukakan bahwa media bermain memancing dapat
meningkatkan perkembangan kognitif anak (Retnaningrum, 2016). Berdasarkan temuan-temuan dari
peneliti terdahulu yang telah dikemukakan tentang perkembangan kognitif dapat pahami bahwa
kegiatan bermain yang dilakukan dalam pembelajaran untuk anak usia dini sangat baik untuk
pengembangan aspek kognitif baik secara keseluruhan maupun untuk satu lingkup dari aspek kognitif.

METODOLOGI
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dengan metode penelitian
studi kasus. Creswell menyatakan bahwa studi kasus merupakan metode penelitian yang menyelediki
secara cermat suatu peristiwa, suatu program, aktivitas sekelompok orang dan dibatasi oleh waktu serta
aktivitas informan (Creswell, 2015). Sementara Denzin dan Lincoln mengemukakan bahwa metode kasus
merupakan metode penelitian pribadi dan kajian tentang pengalaman individu yang unik dank has untuk
mewakili suatu kasus (Denzin & Lincoln, 2009). Penggunaan metode ini digunakan untuk memperoleh
pemahaman mendalam tentang strategi pendidik anak usia dini era covid-19 dalam menumbuhkan dan
mengembangkan kemampuan berfikir logis anak. Selanjutnya, hasil temuan penelitian dideskripsikan
dengan bahasa yang tepat dan sistematis sesuai dengan fakta-fakta lapangan yang ada dalam penelitian.
Penelitian dilakukan di PAUD Sultan Qaimuddin Kendari merupakan labschool prodi Pendidikan
Islam Anak Usia Dini Institut Agama Islam Negeri Kendari yang beralamat di Tipulu Kota Kendari (kampus
1 IAIN Kendari). Adapun waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada bulan maret dan april 2020 atau
diberlakukannya larangan untuk berkumpul (social distancing) dimana seluruh pelaksanaan
pembelajaran pada seluruh jenjang pendidikan dihimbau untuk dilakukan dari rumah (daring) peserta
didik. Sementara subjek penelitian ditentukan oleh peneliti secara purposive sampling yaitu anak
kelompok A PAUD Sultan Qaimuddin Kendari yang diberikan stimulasi perkembangan oleh orang tuanya
masing-masing di rumah kemudian dikontrol dan dilaporkan hasil pelaksanaannya melalui media sosial
(what’s up) grup lembaga PAUD.
Wawancara dan dokumentasi adalah teknik utama untuk mengumpulkan data dalam penelitian.
Alasan penggunaan teknik wawancara dan dokumentasi dalam penelitian yaitu adanya larangan untuk
melakukan interaksi secara dekat dengan orang lain social dan physical distancing yang tidak
memungkin peneliti menggunakan teknik pengumpulan data lainnya. Data yang terkumpul selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan langkah-langkah yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Adapun desain penelitian seperti gambar di bawah ini:

masalah Studi Literatur Fokus Penelitian Pengumpulan Data


(Wawancara dan
Dokumentasi

Pengolahan Data
Kesimpulan dan (Pengumpulan, Reduksi dan
pembahasan
Verifikasi Penyaji Data)
Gambar 1. Desain Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Stimulasi Perkembangan kognitif sebagai salah satu aspek perkembangan pada anak usia dini
dilakukan oleh seluruh pendidik di lembaga-lembaga PAUD di seluruh Indonesia. PAUD sultan qaimuddin
kendari selaku lembaga pendidikan anak usia dini yang memberikan layanan untuk anak usia empat
sampai enam tahun juga secara intens dan sistematis memberikan stimulasi perkembangan anak usia
dini pada aspek-aspek yang telah ditentukan oleh standar nasional pendidikan anak usia dini terdiri dari
aspek kognitif, fisik motorik, sosial emosional, bahasa, agama dan moral serta seni.
Pemberian stimulasi perkembangan kognitif pada anak usia dini di PAUD sultan qaimuddin
kendari dilakukan dengan berpedoman pada indikator capaian perkembangan yang ada dalam
Permendikbud nomor 137 tahun 2014 tentang standar nasional pendidikan anak usia dini.
Perkembangan kognitif dalam standar PAUD diberikan lingkup perkembangan antara lain belajar dan
pemecahan masalah, berfikir logis dan berfikir simbolik dengan indikator capaian masing-masing
perkembangan yang berbeda. Berikut indikator perkembangan kognitif dan lingkup perkembangannya
serta indikator masingmasing lingkup perkembangan sesuai dengan Permendikbud 137 tahun 2014
sebagai berikut:
Tabel 1. Indikator perkembangan kognitif

Lingkup Perkembangan capaian Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun


Kogitif
Belajar dan pemecahan -mengenal benda berdasarkan fungsinya
Masalah -menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik
-mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari
-mengetahui konsep banyak dan sedikit
-mengkreasikan sesuatu dengan ide sendiri
-mengamati benda dan gejala dengan rasa ingin tahu
-mengenal pola kegiatan dan menyadari pentingnya waktu
-memahami kedudukannya dalam keluarga atau lingkungan social

Berfikir Logis -mengklarifikasi benda berdasarkan fungsi, bentuk, warna atau ukuran
-mengenal sebab akibat yang terkait dirinya
-mengklasifikan benda ke dalam kelompok yang sama
-mengenal pola
-mengurutkan benda berdasarkan ukuran dan warna

Berfikir Simbolik -membilang banyak benda satu sampai sepuluh


-mengenal konsep bilangan
-mengenal lambing bilangan
-mengenal lambing huruf

Berdasarkan lingkup perkembangan kognitif dan indikator capaiannya yang telah dikemukakan
selanjutnya peneliti menentukan bahwa lingkup perkembangan berfikir logis akan dijadikan fokus untuk
diberi pengamatan yang konsen saat anak telah melakukan pembelajaran di rumah serta cara pendidik
PAUD di rumah (orang tua anak) memberikan layanan stimulasi perkembangan. Walaupun tidak semua
orang tua dapat memberikan stimulasi perkembangan seperti komunikasi yang disampaikan oleh guru
PAUD. Irma, Nisa dan Sururiyah menyatakan bahwa keterlibatan orang tua dalam mendidik anak dalam
pendidikan anak usia dini dipengaruhi oleh status social, bentuk keluarga, tahap perkembangan keluarga
dan model peran (Irma, Nisa & Sururiyah, 2019).
Adanya pandemi coronavirus disease atau covid-19 menyebabkan pemberian stimulasi
perkembangan di PAUD sultan qaimuddin kendari mengalami perubahan dari sebelumnya berpusat
pada guru dan peserta didik melalui kegiatan bermain sambil belajar kemudian beralih pada orang tua
peserta didik. Hal ini sesuai dengan kebijakan kementerian pendidikan dan kebudayaan melalui surat
edaran nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran
coronavirus disease (Covid-19). Kebijakan kemendikbud membawa perubahan pada pelaksanaan
pembelajaran di seluruh jenjang pendidikan baik jenjang pendidikan tinggi, pendidikan menengah,
pendidikan dasar, maupun pendidikan anak usia dini. Perubahan pola dan pelaksanaan pendidikan juga
berdampak pada strategi pendidik dalam memberikan materi dan pembelajaran untuk peserta didik.
Kegiatan pembelajaran di rumah oleh orang tua peserta didik sebagai pendidik menjadi sesuatu
yang menarik sekaligus menantang. Pelaksanaan pembelajaran di rumah dimana orang tua berperan
sebagai pendidik diarahkan tidak boleh hanya berfokus pada capaian kurikulum untuk kenaikan kelas
maupun kelulusan akhir peserta didik, tetapi pembelajaran harus diarahkan pada pemberian
pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Fokus materi yang dituntut pada siswa sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dilakukan penyesuaian dimana fokusnya pada arah
pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai penyebaran corona ke beberapa negara atau benua
bahkan global (pandemi) tanpa terlalu berfikir tentang materi yang kaku sesuai silabus kurikulum yang
ada. Hal yang sama pada aktivitas dan tugas pembelajaran peserta didik yang sebelumnya kaku yaitu
harus sesuai tuntutan standar kompetensi yang ada. Dengan Kebijakan ini dilakukan reorientasi
pembelajaran dengan aktivitas yang bervariasi antarsiswa tergantung minat dan kondisi masing-masing
dengan mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar tempat masing-masing peserta didik.
begitu juga dengan produk hasil belajar jika sebelumnya berfokus pada penguasaan pengetahuan,
keterampilan dan sikap dengan memberikan skor/ nilai berupa angka secara kuantitatif, kebijakan ini
mengubah hal tersebut pada umpan balik yang bersifat kualitatif yang berguna kepada pendidik/guru
tanpa harus memusingkan untuk memberikan skor kuantitatif pada peserta didik.
Seluruh point dalam kebijakan tentang pelaksanaan pendidikan selama masa coronavirus
disease sangat sesuai dengan prinsip-prinsip dalam pembelajaran di pendidikan anak usia dini yang pada
sisi materi atau tema dipilih dengan menggunakan kriteria kedekatan, kesederhanaan, kemenarikan dan
keinsidentalan. Materi tentang pandemi covid19 pada awalnya tidak ada dalam rencana pembelajaran
semester di PAUD sultan qaimuddin kendari, namun dengan berpedoman pada prinsip pemilihan tema
yang ada di PAUD maka tema covid-19 di masukkan sebagai salah satu tema yang harus dipelajari oleh
anak usia dini.
Pendidik anak usia dini dalam memberikan stimulasi perkembangan untuk peserta didik pada
masa pandemi covid-19 bekerja sama dengan orang tua peserta didik. Hal ini berarti bahwa sebutan
pendidik (guru) PAUD tidak terbatas hanya guru PAUD seperti biasa tetapi sebutan pendidik anak usia
dini juga melekat pada orang tua atau ungkapan dalam pendidikan bahwa orang tua adalah pendidik
pertama dan utama bagi anak sangat terasa karena adanya masalah coronavirus disease. Wahy
menyatakan bahwa keluarga sebagai basis pendidikan pertama dan utama untuk anak sebelum
mendapatkan pendidikan formal (Wahy, 2012). Hewi, Saleh dan Wahyuni menyatakan bahwa
pengalaman hidup yang berbeda-beda antara orang tua yang satu dengan lainnya menyebabkan
perbedaan dalam memberikan pengasuhan (pendidikan) untuk anak (Hewi, Saleh dan Wahyuni, 2019).
Sehingga untuk keseragaman dalam pemberian stimulasi perkembangan bagi anak usia diperlukan
kerjasama antara guru PAUD di lembaga pendidikan anak usia dini dengan orang tua peserta didik atau
pendidik anak usia dini era covid-19. Guru PAUD sebagai perencana dan penilai hasil pembelajaran
sedangkan pendidik PAUD di rumah (orang tua) sebagai pelaksana rencana pembelajaran dari guru
PAUD.
Kerja sama antara kedua pendidik yang dimaksud yaitu guru PAUD dan orang tua peserta didik
dilakukan agar stimulasi perkembangan untuk semua anak usia dini dalam satuan PAUD dapat sama
atau seragam. Guru PAUD melakukan perencanaan pembelajaran dengan menyusun rencana
pembelajaran harian yang selanjutnya diberikan kepada orang tua peserta didik dengan didatangi secara
langsung di rumah masing-masing peserta didik dan diberikan melalui soft file yang dikirim di media
social (what’s up) orang tua anak usia dini dan kemudian untuk dilaksanakan pembelajaran di rumah.
Hasil pembelajaran akan dilaporkan oleh orang tua selaku pendidik PAUD di rumah melalui rekaman
kegiatan dan dokumentasi hasil kerja anak selama proses pembelajaran melalui media social (what’s up)
grup satuan PAUD.
Hasil rekaman atau dokumentasi hasil karya yang dikirim oleh orang tua peserta didik
selanjutnya dianalisis dan diberikan penilaian sesuai dengan konsep penilaian yang ada yaitu kegiatan
yang dilakukan oleh anak dalam laporan itu termaksud pada aspek perkembangan apa serta pada
kategori perkembangan yang bagaimana misalnya berkembang sangat baik, berkembang sesuai harapan
atau mulai berkembang dan bahkan belum berkembang. Hasil penilaian kemudian dikomunikasi kepada
orang tua peserta didik dengan menggunakan media social (what’s up) secara pribadi antara orang tua
dengan guru PAUD untuk ditindaklanjuti dengan dilakukan perbaikan pada pembelajaran selanjutnya.
Berikut dokumen hasil pembelajaran yang dikirimkan oleh salah satu orang tua peserta didik;

Gambar 2. Dokumen Laporan Pembelajaran


Dokumen hasil pembelajaran yang dilakukan di rumah menunjukkan bahwa anak mampu
melakukan kegiatan bermain sambil belajar sesuai arahan pendidik PAUD di rumah (orang tua).
Berdasarkan dokumen yang ada memperlihatkan kemampuan kognitif anak pada penguasaan konsep
yaitu mengenal sebab akibat; anak pertama tidak membuat alur jalan/jejak untuk ke sekolah karena
adanya virus corona tetapi hanya membuat alur jalan/jejak ke rumah; sementara anak kedua
menunjukkan bahwa karena adanya covid-19 maka dalam melakukan aktivitas harus menggunakan
masker agar terhindar dari penularan coronavirus disease. Sehingga dokumen hasil kegiatan
pembelajaran di rumah menunjukkan bahwa anak usia dini berada pada kategori penilaian berkembang
sangat baik untuk aspek perkembangan kognitifnya pada lingkup berfikir logis yaitu anak mampu
mengenal sebab akibat menyangkut dirinya.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran di rumah dilakukan oleh pendidik PAUD (orang tua) secara
singkat dapat dideskripsikan mengikuti langkah-langkah antara lain; pertama, kegiatan awal diawali
dengan orang tua menyuruh anak membaca doa belajar lalu orang tua dan anak bernyanyi bersama lagu
pagiku cerahku atau lagu-lagu lain telah dikuasai anak; kedua, kegiatan inti dilakukan sesuai dengan
rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru PAUD misalnya anak diminta untuk mewarnai gambar,
menggunting sesuai pola gambar yang diberikan, bercerita, berdiskusi tentang kegiatan belajar di
rumah; mengapa tidak sekolah, mengapa kalau keluar dari rumah harus menggunakan masker, serta
kegiatankegiatan lainnya; ketiga, kegiatan penutup dilakukan dengan cara anak menunjukkan hasil karya
atau aktivitasnya untuk direkam atau di foto oleh orang tua yang selanjutnya dilaporkan pada guru
PAUD dengan cara dikirim di media social (what’s up) grup satuan PAUD.
Strategi pendidik PAUD di rumah (orang tua) dalam melakukan pemberian stimulasi
perkembangan yaitu menggunakan strategi diskusi (percakapan/tanya jawab) dan keteladanan. Strategi
diskusi (percakapan/tanya jawab) digunakan untuk mengkomunikasikan tema atau topik bahasan
kepada anak dilakukan menanyakan apakah anak telah mengetahui sebelumnya topik bahasan yang
akan dipelajari, misalnya topik bahasan “corona”, anak diminta untuk menyampaikan apa itu corona,
mengapa belajar dilakukan di rumah bukan di sekolah, mengapa kalau keluar dari rumah harus
menggunakan masker; dengan mengajak anak bercakap-cakap tercipta interaksi yang menyenangkan
antara pendidik dengan anak sehingga konsep yang ingin disampaikan dalam topik bahasan tentang
corona bisa dipahami oleh anak. Strategi keteladanan digunakan oleh pendidik PAUD di rumah untuk
memberikan contoh terlebih dahulu kepada anak dalam melakukan sesuatu sebelum anak sendiri yang
melakukannya.
Materi tentang covid-19 diberikan kepada anak usia dini untuk memberikan pemahaman
tentang kondisi saat ini yaitu pembelajaran dilakukan di rumah. Materi tentang coronavirus disease
sangat cocok untuk pengembangan kemampuan kognitif anak usia dini utamanya pada lingkup
kemampuan berfikir logis. Stimulasi perkembangan diberikan pada anak usia dini oleh pendidik (orang
tua) selama masa darurat covid-19 melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dengan
memanfaatkan tepukan dan nyanyian. Miranti, Engliana dan Hapsari menyatakan bahwa penggunaan
media lagu adalah alternatif pada kegiatan pembelajaran agar menyenangkan, ceria dan mudah
dipahami, media lagu memiliki pengaruh dalam mengembangkan kemampuan kosakata bagi siswa-siswi
di PAUD (Miranti, Engliana & Hapsari, 2015). Kamtini dan Sitompul mengemukakan bahwa metode
bernyanyi berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mengingat huruf dan angka anak usia 5-6 tahun
(Kamtini dan Sitompul, 2020). Hal ini berarti bahwa dengan tepukan dan nyanyian akan dapat
mengembangkan kognitif (kemampuan berfikir logis) karena perkembangan anak usia dini terjadi secara
holistik integratif. Melalui strategi diskusi (percapakan/tanya jawab) dan keteladanan anak diajak untuk
memahami mengapa sekolah di rumah, mengapa keluar rumah harus menggunakan masker, kenapa
tidak bisa bermain di luar rumah. penggunaan strategi ini membuat anak mampu memahami semua hal
itu sampai mampu membuat tepukan dan lagu tentang corona. Hal ini berarti bahwa anak mampu
mengenal sebab akibat yang merupakan indikator capaian perkembangan kognitif pada lingkup berfikir
logis.

SIMPULAN

Strategi pendidik anak usia dini era covid-19 yaitu pelibatan orang tua pada stimulasi
perkembangan anak usia dini. Guru PAUD di sekolah melakukan dua tugas pokok sebagai guru yaitu
perencana dan penilai hasil perkembangan anak usia dini sementara pendidik PAUD di rumah (orang
tua) berfungsi sebagai pelaksana pembelajaran dengan memanfaatkan strategi diskusi
(percapakan/tanya jawab) dan keteladanan yaitu anak diajak untuk memahami mengapa sekolah di
rumah, mengapa keluar rumah harus menggunakan masker, kenapa tidak bisa bermain di luar rumah.
penggunaan strategi ini membuat anak mampu memahami semua hal itu dan mampu membuat
tepukan dan lagu tentang covid-19. Hal ini berarti bahwa anak mampu mengenal sebab akibat yang
merupakan indikator capaian perkembangan kognitif pada lingkup berfikir logis.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pengelola PAUD Sultan Qaimuddin Kendari
selaku labshool prodi pendidikan islam anak usia dini yang telah mengizinkan untuk dilakukannya
penelitian ini. Penulis juga berterima kasih dan mengapresiasi Tim Editor Jurnal Obsesi yang pada masa
darurat covid-19 memberikan priotas dan membebaskan seluruh biaya penerbitan untuk tulisan tentang
pandemi coronavirus disease.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, C. (2016). Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak dalam Kegiatan Membilang dengan Metode
Bermain Media Kartu Angka pada Anak Usia 4-5 Tahun di TK Taqifa Bangkinang. Jurnal Obsesi:
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(2), 60–71. https://doi.org/DOI :
https://doi.org/10.31004/obsesi.v2i2.43

Creswell, J. W. (2015). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Dewi, Iratna dan Suryana, D. (2020). Analisis Evaluasi Kinerja Pendidik Paud di PAUD Al Azhar Bukittinggi.
Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 1051–1059. https://doi.org/DOI :
https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i2.465

Fardiah, Murwani, Santosa dan Dhieni, N. (2020). Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini
melalui Pembelajaran Sains. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 133–140.
https://doi.org/DOI : https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i1.254

Hewi, La, Muh. Saleh dan Wahyuni, R. (2019). Kelekatan (Attachment) Anak Usia Dini di Suku Laut
Kabupaten Wakatobi. Jurnal Obsesi, 4(1), 406–415. https://doi.org/DOI: 10.31004/obsesi.v4i1.346

Hewi, L. dan S. (2019). Permainan Dadu pada Pengembangan Perilaku Prososial Anak di RA An-Nur Kota
Kendari. JECED : Journal of Early Childhood Education and Development, 1(2), 115–128.
https://doi.org/DOI: https://doi.org/10.15642/jeced.v1i2.468

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan


(Kelima). Jakarta: Erlangga.

Irma, C. N., Nisa, K., & Sururiyah, S. K. (2019). Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini di
TK Masyithoh 1 Purworejo. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 214–224(3), 1.
https://doi.org/DOI: 10.31004/obsesi.v3i1.152

Jawati, R. (2013). Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan Ludo Geometri di PAUD
Habibul Ummi II. Spektrum: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah (PLS), 1(1), 250–263.
https://doi.org/DOI : https://doi.org/10.24036/spektrumpls.v1i1.1537

Joni. (2016). Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak dalam Kegiatan Berhitung dengan Permainan Dadu
TK Mutiara Pekanbaru. Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1), 1–10. https://doi.org/DOI :
https://doi.org/10.31004/obsesi.v2i1.44

Kamtini dan Sitompul, F. A. (2020). Pengaruh Metode Bernyanyi terhadap Kemampuan Mengingat Huruf
dan Angka pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 141–145.
https://doi.org/DOI: 10.31004/obsesi.v4i1.295

Kebudayaan, K. P. dan. Permen Dikbud Nomor 137 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia
Dini. , (2014).

Miranti, Ira,. Engliana & Hapsari, F. S. (2015). Penggunaan Media Lagu Anak-Anak Dalam
Mengembangkan Kemampuan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Di Paud. Faktor Jurnal Ilmiah
Kependidikan, 2(2), 167–172.
Mulyasa. (2012). Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln (Eds.). (2009). Handbook Of Qualitative Research. In 1
(Dariyatno). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Papalia, D. E. dan R. D. F. (2015). Menyelami Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba Humanika.

Permatsari, Dewiana, Rohaeti, Euis Eti Sharina dan Westhisi, M. (2019). Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Logis Anak Usia Dini Melalui Metode Bernyanyi Pada Anak Kelompok B. Jurnal Ceria, 2(6),
230–236. https://doi.org/DOI: http://dx.doi.org/10.22460/ceria.v2i5.p230-236

Retnaningrum, W. (2016). Peningkatan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini melalui Media Bermain
Memancing. Jurnal Pendidikan Dan Pemberdayaan Masyarakat, 3(2), 207–218.
https://doi.org/DOI:http://dx.doi.org/10.21831/jppm.v3i2.11284

Sujiono, Y. N. (2012). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Suyadi dan Ulfah, M. (2013). Konsep Dasar PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tatminingsih, S. (2019). Alternatif Stimulasi Kemampuan Kognitif melalui Penerapan Model


Pembelajaran Berbasis Permainan Komprehensif. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
3(1), 183–190. https://doi.org/DOI : https://doi.org/10.31004/obsesi.v3i1.130

Wahy, H. (2012). Keluarga Sebagai Basis Pendidikan Pertama Dan Utama. Jurnal Ilmiah Didaktika, 12(2),
245–258. https://doi.org/DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jid.v12i2.451

Yunita, H., Meilanie, S. M., & F. (2019). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis melalui Pendekatan
Saintifik. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 294–584. https://doi.org/DOI :
https://doi.org/10.31004/obsesi.v3i2.228

Zaini, A. (2015). Bermain sebagai Metode untuk Pembelajaran Anak Usia Dini. Thufula: Jurnal Inovasi
Pendidikan Guru Raudhatul Atfal, 3(1), 118–134. https://doi.org/DOI:
http://dx.doi.org/10.21043/thufula.v3i1.4656

B. Jenis Riset Yang Menggunakan Data Sekunder

Sumber : https://je.ejournal.unri.ac.id/index.php/JE/article/view/2592

PENGARUH TINGKAT KEMISKINAN, TINGKAT PENGANGGURAN, UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA


DAN LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI
RIAU

Nursiah Chalid dan Yusbar Yusuf

Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Riau


Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru – Pekanbaru 28293

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, upah
minimum kabupaten/kota dan laju pertumbuhan ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia
(IPM) di Provinsi Riau. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat
Statistik, Jakarta, Indonesia, Badan Pusat Statistik Provinsi Riau dan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Provinsi Riau. Data sekunder yang digunakan adalah data Panel tahun 2006-2011 menurut
daerah tingkat II Kabupaten/Kota di Provinnsi Riau. Analisis data menggunakan regresi linear berganda.
Dari hasil analisis diketahui tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, upah minimum kabupaten/kota
dan laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap IPM.Tingkat kemiskinan dan tingkat
pengangguran berpengaruh negative terhadap IPM, masing-masing dengan koefisien regresi sebesar
-0,163 dan - 0,084.Upah minimum kabupaten/kota dan laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif
terhadap IPM, dengan koefisien regresi masing-masing 0,005 dan 0,953.Variable yang sangat besar
pengaruhnya terhadap IPM adalah laju pertumbuhan ekonomi.
Kata kunci : IPM, tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, upah minimum dan laju pertumbuhan
ekonomi

PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan nasional tidak hanya dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, tetapi yang paling penting adalah keberhasilan pembangunan manusia. Pembangunan manusia
didefinisikan sebagai suatu proses untuk perluasan pilihan yang lebih banyak kepada penduduk melalui
upaya-upaya pemberdayaan yang mengutamakan peningkatan kemampuan dasar manusia agar dapat
sepenuhnya berpartisipasi disegala bidang pembangunan (BPS. 2011).
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis
sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dihitung berdasarkan
data yang dapat menggambarkan keempat komponen yaitu capaian umur panjang dan sehat yang
mewakili bidang kesehatan, angka melek huruf, partisipasi sekolah dan rata-rata lamanya sekolah
mengukur kinerja pembangunan bidang pendidikan dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap
sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran perkapita sebagai
pendekatan pendapatan (BPS. 2007).
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dipengaruhi oleh banyak factor terutama factor-faktor
social ekonomi. Dari hasil kajian yang dilakukan oleh BPS, Jakarta (2009) yang menggunakan data cross
section menurut provinsi di Indonesia tahun 2008 diperoleh kesimpulan IPM di setiap provinsi di
Indonesia dipengaruhi oleh variable laju pertumbuhan ekonomi, persentase penduduk yang mengalami
keluhan kesehatan, rata-rata umur kawin pertama wanita, setengah pengangguran dengan jam kerja
per-minggu < 15 jam, persentase desa yang telah menggunakan listrik dan persentase desa dengan jarak
SMP terdekat > 10 Km.
Dari hasil kajian tersebut diketahui laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap
IPM.Hal ini berarti semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi disuatu provinsi, semakin tinggi pula IPM
provinsi tersebut.Variable persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan berpengaruh
negative terhadap IPM.Hal ini berarti semakin tinggi persentase penduduk yang mengalami keluhan
kesehatan menyebabkan angka IPM semakin rendah.Rata-rata umur kawin pertama wanita mempunyai
pengaruh positif terhadap IPM. Hal ini berarti semakin tinggi rata-rata umur kawin pertama wanita
disuatu provinsi, menyebabkan nilai IPM semakin tinggi. Variable setengah pengangguran dengan jam
kerja perminggu < 15 jam berpengaruh negative terhadap nilai IPM. Semakin tinggi penduduk berstatus
setengah pengangguran, nilai IPM di provinsi tersebut semakin rendah. Variable persentase desa yang
telah menggunakan listrik mempunyai pengaruh positif terhadap IPM disuatu provinsi.Hal ini berarti
semakin tinggi persentase desa yang telah menggunakan listrik disuatu provinsi, semakin tinggi pula nilai
IPM di provinsi tersebut. Variable persentase desa dengan jumlah SMP terdekat > 10 Km mempunyai
pengaruh negative terhadap IPM. Hal ini berarti semakin tinggi persentase desa dengan jarak SMP
terdekat > 10 Km semakin rendah nilai IPM di provinsi tersebut (BPS, 2009).
Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, upah
minimum kabupaten/kota dan laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) terhadap indeks pembangunan
manusia (IPM) di Provinsi Riau.
Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi
hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat
(Bappenas, 2004). Kemiskinan adalah keadaaan dimanaterjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan (Bappeda. 2011) oleh karena itu tingkat kemiskinan dapat
mempengaruhi nilai IPM.
Pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang
mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah
pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah bekerja), atau sedang mempersiapkan suatu
usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan
pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja (Bappeda, 2011). Tingkat pengangguran adalah persentase jumlah pengangguran
terbuka terhadap jumlah angkatan kerja. Tingkat pengangguran ini dapat mempengaruhi nilai IPM.
Masalah tenaga kerja tidak terlepas dari upah minimum regional (UMR). Upah minimum ini
merupakan salah satu pertimmbangan bagi investor yang ingin menanamkan modalnya disuatu daerah
terutama investor yang ingin mendirikan pabrik atau industry yang banyak menyerap tenaga
kerja.Semakin tinggi upah minimum regional suatu daerah menunjukkan semakin tinggi tingkat
ekonominya (Bappeda. 2010).
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan
tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Perekonomian dianggap mengalami
pertumbuhan bila seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan factor produksi pada tahun tertentu lebih
besar daripada tahun sebelumnya.Indicator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi
adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan
(Bappeda. 2011).
Perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh tingkat kemiskinan, tingkat
pengangguran, upah minimum kabupate/kota dan laju pertumbuhan ekonomi terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah telaah pustaka yang ditunjang dengan analisis
deskriptif kuantitatif terhadap data-data sekunder.Data sekunder yang digunakan adalah data
perkembangan IPM, tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, upah minimum kabupaten/kota dan laju
pertumbuhan ekonomi tahun 2006-2011 menurut daerah tingkat II kabupaten/kota di Provinsi Riau.
Data-data tersebut bersumber dari BPS, Jakarta, BPS Provinsi Riau dan Bappeda Provinsi Riau.
Untuk menganalisis pengaruh tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, upah minimum
kabupaten/kota dan laju pertumbuhan ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia (IPM)
digunakan analisis regresi linear berganda sebagai berikut :
Y = b0 + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 + e
Y = Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
x1= tingkat kemiskinan (%)
x2= tingkat pengangguran (%)
x3= upah minimum kabupaten/kota (Rp 000,)
x4= laju pertumbuhan ekonomi (%)
b0= konstanta
bi= koefisien regresi masing-masing variable
i =1,2,3 dan 4
e = error term

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Perkembangan nilai IPM Provinsi Riau pada periode 2006-2011 meningkat setiap tahunnya.
Pada tahun 2006 nilai IPM Provinsi Riau 73,81 dan pada tahun 2011 bernilai 76,53. Pada tahun 2006 nilai
IPM Kabupaten Kuantan Singingi 71,89 dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 74,15. Nilai IPM di
Kabupaten Indragiri Hulu pada tahun 2006 adalah 72,04 dan pada tahun 2011 menjadi 74,54. Nilai IPM
Kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2006 adalah 73,39 dan pada tahun 2011 menjadi 75,71. Nilai IPM
Kabupaten Pelalawan pada tahun 2006 adalah 69,96 dan pada tahun 2011 sebesar 73,59. Nilai IPM
Kabupaten Siak pada tahun 2006 sebesar 74,55 dan pada tahun 2011 menjadi 76,92. Nilai IPM
Kabupaten Kampar pada tahun 2006 dan 2011 masing-masing sebesar 72,02 dan 75,18. Nilai IPM
Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2006 dan 2011 masing-masing sebesar 71,01 dan 73,10. Nilai IPM
Kabupaten Bengkalis pada tahun 2006 dan 2011 masing-masing sebesar 73,10 dan 75,53. Nilai IPM
Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2006 dan 2011 masing-masing sebesar 70,89 dan 72,83. Nilai IPM
Kabupaten Kepulauan Meranti pada tahun 2009 dan 2011 masing-masing sebesar 70,15 dan 71,08. Nilai
IPM Kota Pekanbaru dan Kota Dumai pada tahun 2006 masing-masing sebesar 76,19 dan 75,52, pada
tahun 2011 masing-masing sebesar 78,72 dan 78,25.
Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1: Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Riau menurut daerah tingkat
II kabupaten/kota 2006-2011

No Kabupaten/Kota Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Kuantan Singingi 71,89 72,47 72,95 73,38 73,70 74,15
2 Indragiri Hulu 72,04 72,96 73,43 73,89 74,18 74,54
3 Indragiri Hilir 73,39 73,87 74,41 74,95 75,24 72,71
4 Pelalawan 69,96 71,43 72,07 72,69 73,18 73,59
5 Siak 74,55 75,15 75,64 76,05 76,46 76,92
6 Kampar 72,02 72,98 73,64 74,14 74,43 75,18
7 Rokan Hulu 71,01 71,43 71,84 72,29 72,66 73,10
8 Bengkalis 73,10 73,36 74,12 74,64 75,11 75,53
9 Rokan Hilir 70,89 71,06 71,51 71,98 72,43 72,83
10 Kepulauan Meranti - - - 70,15 70,62 71,08
11 Pekanbaru 76,19 76,98 77,54 77,86 78,27 78,72
12 Dumai 75,52 76,31 76,91 77,33 77,75 78,25
Riau 73,81 74,63 75,09 75,60 76,07 76,53
Sumber : BPS. Jakarta: Indonesia

Pada table tersebut dapat diketahui daerah tingkat II yang mempunyai nilai IPM diatas nilai IPM
Provinsi Riau adalah kota Pekanbaru, Dumai, dan kabupaten Siak. Nilai IPM yang dicapai oleh Provinsi
Riau dan seluruh daerah tingkat II termasuk kategori menengah atas adalah capaian nilai 66 ≤ IPM < 80
(BPS, 2012).
Perkembangan tingkat kemiskinan di Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Pada tabel 2 tersebut dapat diketahui tingkat kemiskinan di Provinsi Riau selama periode 2006-2011
menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2006 tingkat kemiskinan 11,85% dan turun pada tahun 2011
menjadi 8,17%. Menurut Aunur Rofiq (2014) menurunnya tingkat kemiskinan disebabkan turunnya
tingkat inflasi dan harga beras yang stabil.Factor inflasi dan stabilitas harga beras sangat membantu
mengurangi jumlah rakyat miskin di pedesaan, karena penduduk desa hidupnya sangat tergantung pada
makanan pokok beras.

Tabel 2 : Perkembangan tingkat kemiskinan di Provinsi Riau menurut daerah tingkat II tahun 2006-
2011 (%)

No Kabupaten/Kota Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Kuantan Singingi 21,28 19,03 16,51 14,42 12,57 10,19
2 Indragiri Hulu 15,97 14,63 12,05 10,25 8,90 7,25
3 Indragiri Hilir 14,85 14,57 13,19 11,11 9,41 7,65
4 Pelalawan 19,80 18,07 18,63 16,71 14,51 11,93
5 Siak 5,45 6,01 7,09 5,71 6,49 5,29
6 Kampar 11,69 10,73 11,45 10,04 10,47 8,52
7 Rokan Hulu 23,81 21,86 18,05 15,49 13,03 10,66
8 Bengkalis 11,56 10,69 8,94 7,91 8,25 6,72
9 Rokan Hilir 9,09 9,41 10,59 9,32 9,30 7,58
10 Kepulauan Meranti - - - - 42,57 34,53
11 Pekanbaru 2,16 2,24 3,63 3,92 4,20 3,42
12 Dumai 7,69 6,28 7,42 6,08 6,45 5,27
Riau 11,85 11,20 10,79 9,45 8,65 8,71
Sumber : BPS Provinsi Riau

Daerah tingkat II yang paling rendah tingkat kemiskinan pada tahun 2006 adalah kota Pekanbaru
(2,16%) dan yang tertinggi adalah kabupaten Rokan Hulu (23,81%). Daerah tinngkat II yang mempunyai
tingkat kemiskinan diatas tingkat kemiskinan provinsi Riau adalah kabupaten Kuantan Singingi (21,28%),
Indragiri Hulu (15,79%), Indragiri Hilir (14,85%), Pelalawan (19,80%) dan Rokan Hulu (23,81%).
Pada tahun 2011 tingkat kemiskinan tertinggi terdapat di kabupaten Kepulauan Meranti
(34,53%) dan terendah di kota Pekanbaru (3,42%). Daerah tingkat II yang mempunyai angka tingkat
kemiskinan diatas tingkat kemiskinan provinsi Riau adalah kabupaten Kuantan Singingi (10,19%),
Pelalawan (11,93%), Kampar (8,52%), dan Rokan Hulu (10,66%).
Perkembangan tingkat pengangguran di provinsi Riau dapat dilihat pada table 3 berikut ini :
Pada tabel 3 tersebut dapat diketahui tingkat pengangguran terbuka di provinsi Riau pada periode 2006-
2011 relatif menurun. Pada tahun 2006 tingkat pengangguran terbuka 10,24% dan pada tahun 2011
sebesar 5,32%. Pada tahun 2006 tingkat pengangguran tertinggi di kota Pekanbaru (15,82%) dan
terendah di kabupaten Siak (4,82%). Pada tahun 2011 tingkat pengangguran tertinggi di kota Pekanbaru
(9,33%) dan terendah di kabupaten Pelalawan (2,93%). Daerah tingkat II yang mempunyai tingkat
pengangguran diatas tingkat pengangguran provinsi Riau adalah kabupaten Bengkalis (6,09%),
Kepulauan Meranti (5,52%), kota Pekanbaru (9,33%) dan Dumai (5,65%).

Tabel 3: Perkembangan tingkat pengangguran terbuka di provinsi Riau menurut daerah tingkat II
kabupaten/kota tahun 2006-2011 (%)

No Kabupaten/Kota Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Kuantan Singingi 4,49 7,61 4,96 6,76 4,86 2,95
2 Indragiri Hulu 5,22 4,79 3,91 7,18 8,28 4,14
3 Indragiri Hilir 7,32 6,37 4,57 3,88 5,41 4,80
4 Pelalawan 6,51 7,74 6,27 6,41 4,69 2,93
5 Siak 4,82 7,39 5,92 8,01 9,37 4,38
6 Kampar 6,12 6,65 6,08 7,71 9,23 4,89
7 Rokan Hulu 5,65 5,91 4,16 6,81 8,61 3,38
8 Bengkalis 7,51 11,82 11,77 13,21 11,36 6,09
9 Rokan Hilir 7,20 9,22 9,56 7,88 9,33 4,57
10 Kepulauan Meranti - - - - 6,70 5,52
11 Pekanbaru 15,82 19,51 14,24 12,03 10,23 9,33
12 Dumai 8,64 18,54 14,90 13,45 14,68 5,65
Riau 10,24 9,79 8,20 8,56 8,72 5,32
Sumber : BPS Provinsi Riau

Perkembangan upah minimum provinsi Riau menurut daerah tingkat II kabupaten/kota tahun 2006-
2011 dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :

Tabel 4 : Perkembangan upah minimum di provinsi Riau menurut daerah tingkat II kabupaten/kota
tahun 2006-2011 (Rp 000)

No Kabupaten/Kota Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Kuantan Singingi 637,00 710,00 800,00 912,24 1017,50 1123,00
2 Indragiri Hulu 669,00 760,00 900,00 1054,00 1108,50 1208,00
3 Indragiri Hilir 637,00 710,00 816,00 933,80 1040,00 1130,00
4 Pelalawan 637,00 745,00 848,00 930,00 1020,00 1128,00
5 Siak 637,00 710,00 838,00 938,00 1048,00 1186,00
6 Kampar 637,00 710,00 955,00 1020,00 1122,00 1234,00
7 Rokan Hulu 756,00 790,00 880,00 959,20 1060,00 1150,00
8 Bengkalis 637,00 710,00 800,00 945,00 1050,00 1123,00
9 Rokan Hilir 637,00 710,00 800,00 901,60 1040,00 1140,00
10 Kepulauan Meranti - - - - 1016,00 1125,00
11 Pekanbaru 637,00 710,00 825,00 925,00 1055,00 1135,00
12 Dumai 785,65 812,65 915,60 967,50 1070,00 1177,00
Riau 637,00 710,00 800,00 901,60 1016,00 1120,00
Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Riau

Pada tabel 4 tersebut dapat dilihat upah minimum provinsi Riau periode 2006- 2011 setiap
tahunnya meningkat. Pada tahun 2006 besarnya upah minimum provinsi Riau Rp 637000, meningkat
pada tahun 2011 sebesar Rp 1120000, ratarata peningkatan upah minimum 11,95% per tahun. Upah
minimum kabupaten Kuantan Singingi pada tahun 2006 sebesar Rp 637000, pada tahun 2011 sebesar Rp
1123000, rata-rata peningkatan sebesar 12% per tahun.Upah minimum kabupaten Indragiri Hulu pada
tahun 2006 sebesar Rp 669000, pada tahun 2011 sebesar Rp 1208000, rata-rata peningkatan sebesar
12,54% per tahun. Upah minimum kabupaten Indragiri Hilir pada tahun 2006 sebesar Rp 637000, pada
tahun 2011 sebesar Rp 1130000, rata-rata peningkatan sebesar 12,15% per tahun. Upah minimum
kabupaten Pelalawan pada tahun 2006 sebesar Rp 637000, pada tahun 2011 sebesar Rp 1128000, rata-
rata peningkatan sebesar 12,11% per tahun.Upah minimum kabupaten Siak pada tahun 2006 sebesar Rp
637000, pada tahun 2011 sebesar Rp 1186000, rata-rata peningkatan sebesar 13,24% per tahun.Upah
minimum kabupaten Kampar pada tahun 2006 sebesar Rp 637000, pada tahun 2011 sebesar Rp
1234000, rata-rata peningkatan sebesar 14,14% per tahun.Upah minimum kabupaten Rokan Hulu pada
tahun 2006 sebesar Rp 756000, pada tahun 2011 sebesar Rp 1150000, rata-rata peningkatan sebesar
8,75% per tahun.Upah minimum kabupaten Bengkalis pada tahun 2006 sebesar Rp 637000, pada tahun
2011 sebesar Rp 1123000, rata-rata peningkatan sebesar 12% per tahun.Upah minimum kabupaten
Rokan Hilir pada tahun 2006 sebesar Rp 637000, pada tahun 2011 sebesar Rp 1140000, rata-rata
peningkatan sebesar 12,34% per tahun.Upah minimum kabupaten Kepulauan Meranti pada tahun 2010
sebesar Rp 1016000, pada tahun 2011 sebesar Rp 1125000, rata-rata peningkatan sebesar 10,73% per
tahun.Upah minimum kota Pekanbaru pada tahun 2006 sebesar Rp 637000, pada tahun 2011 sebesar
Rp 1135000, rata-rata peningkatan sebesar 12,25% per tahun. Upah minimum kota Dumai pada tahun
2006 sebesar Rp 785650, pada tahun 2011 sebesar Rp 1177000, rata-rata peningkatan sebesar 8,42%
per tahun.

Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) di provinsi Riau menurut daerah tingkat II
kabupaten/kota tahun 2006-2011 dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini :

Tabel 5 : Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi (PDRB)di provinsi Riau menurut daerah
tingkat II kabupaten/kota tahun 2006-2011 (%)

No Kabupaten/Kota Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Kuantan Singingi 8,83 8,91 8,26 6,90 7,03 7,32
2 Indragiri Hulu 7,41 7,36 7,53 6,99 7,01 7,21
3 Indragiri Hilir 7,94 7,82 7,95 7,14 7,31 7,38
4 Pelalawan 7,66 7,20 7,14 7,02 7,17 7,05
5 Siak 7,82 7,85 7,61 7,15 7,36 7,46
6 Kampar 7,71 7,99 7,97 6,86 7,05 7,04
7 Rokan Hulu 7,23 7,11 7,08 5,77 7,29 7,60
8 Bengkalis 7,69 7,87 7,60 7,09 7,14 7,66
9 Rokan Hilir 8,07 7,95 7,88 7,26 7,57 7,68
10 Kepulauan Meranti - 7,57 7,34 6,59 7,45 8,45
11 Pekanbaru 10,15 9,89 9,05 8,81 8,98 9,56
12 Dumai 9,34 8,87 8,66 8,41 8,60 8,34
Riau 8,66 8,25 8,06 6,56 7,16 7,63
Sumber : BPS Provinsi Riau

Pada tabel 5 tersebut dapat diketahui laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) di provinsi Riau selama
periode tahun 2006-2011 relatif menurun. Pada tahun 2006 laju pertumbuhan ekonomi sebesar 8,66%
dan pada tahun 2011 sebesar 7,36%. Laju pertumbuhan ekonomi daerah tingkat II di provinsi Riau
selama periode tahun 2006-2011 juga relative menurun. Pada tahun 2006 daerah tingkat II yang
mencapai laju pertumbuhan ekonomi provinsi Riau adalah kabupaten Kuantan Singingi (8,83%), kota
Pekanbaru (10,15%) dan kota Dumai (9,34%). Pada tahun 2011 daerah tingkat II yang mencapai laju
pertumbuhan ekonomi diatas laju pertumbuhan ekonomi provinsi Riau adalah kabupaten Bengkalis
(7,66%), kabupaten Rokan Hilir (7,68%), kabupaten Kepulauan Meranti (8,45%), kota Pekanbaru (9,56%)
dan kota Dumai (8,34%).

Dengan menggunakan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM), tingkat kemiskinan, tingkat
pengangguran terbuka , upah minimum kabupaten/kota dan laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) tahun
2006-2011 menurut kabupaten/kota di provinsi Riau diperoleh hasil regresi linear berganda data panel
pada tabel 6 berikut ini :

Tabel 6 : Hasil regresi linear berganda dengan IPM sebagai dependent variable dan tingkat
kemiskinan, tingkat pengangguran, upah minimum kabupaten/kota dan laju pertumbuhan ekonomi
sebagai independent variabel

Keterangan Koefisien Regresi Standar Error t statistic Sig t


Constant 63,463 1,947 32,600 0,000
Tingkat -0,163 0,022 -7,452 0,000
Kemiskinan
Tingkat -0,084 0,042 -1,985 0,024
pengangguran
terbuka
Upah minimum 0,005 0,001 6,028 0,000
Laju pertumbuhan 0,953 0,200 4,764 0,000
ekonomi
F statistic 46,979
R. Square 0,749
Adjusted R. 0,733
Square

Berdasarkan hasil regresi tersebut persamaan linear berganda yang diuji dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :

Y = 63,463 – 0,163 x1 – 0,084 x2 + 0,005 x3 + 0,953 x4


Y = Nilai IPM
x1= tingkat kemiskinan (%)
x2= tingkat pengangguran terbuka (%)
x3= upah minimum kabupaten/kota (Rp 000)
x4= laju pertumbuhan ekonomi (%)
Berdasarkan angka t statistic untuk variable tingkat kemiskinan sebesar -7,452 dengan nilai
signifikansi 0,000 < 0,01 , berarti tingkat kemiskinan berpengaruh sangat nyata terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dengan level of significance (α) 0,01. Nilai t statistic untuk variable tingkat
pengangguran -1,985 dengan nilai signifikansi 0,024 < 0,05 , berarti tingkat pengangguran berpengaruh
nyata terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) dengan level of significance (α) 0,05.Nilai t statistic
untuk variable upah minimum kabupaten/kota 6,028 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,01 , berarti upah
minimum kabupaten/kota berpengaruh sangat nyata terhadap indeks pembangunan manusia (IPM)
dengan level of significance (α) 0,01.Nilai t statistic untuk variable laju pertumbuhan ekonomi (PDRB)
4,764 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,01 , berarti laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) berpengaruh
sangat nyata terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) dengan level of significance (α) 0,01.

Berdasarkan F statistic 46,979 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,01 berarti tingkat kemiskinan,
tingkat pengangguran, upah minimum kabupaten/kota dan laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh
sangat nyata terhadap indeks pembangunan manusia (IPM). Koefisien determinasi (R2 ) bernilai 0,749
berarti variasi perubahan pada variable tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, upah minimum
kabupaten/kota dan laju pertumbuhan ekonomi 74,90% mempengaruhi perubahan nilai indeks
pembangunan manusia (IPM) dan 25,10% dipengaruhi oleh variable lain. Nilai konstanta pada
persamaan regresi tersebut sebesar 63,463 menunjukkan jika tidak ada pengaruh variable tingkat
kemiskinan, tingkat pengangguran, upah minimum kabupaten/kota dan laju pertumbuhan ekonomi
maka nilai IPM adalah sebesar 63,463.

Koefisien regresi variable tingkat kemiskinan sebesar -0,163 menunjukkan pengaruh negative
terhadap indeks pembangunan manusia (IPM). Hal ini berarti setiap kenaikan tingkat kemiskinan 1%,
maka IPM di daerah tingkat II kabupaten/kota akan turun sebesar 0,163 poin dengan asumsi variable
lainnya konstan.

Koefisien regresi variable tingkat pengangguran sebesar -0,084 menunjukkan pengaruh negative
terhadap indeks pembangunan manusia (IPM). Hal ini berarti setiap kenaikan tingkat pengangguran 1%,
maka IPM di daerah tingkat II kabupaten/kota akan turun sebesar 0,084 poin dengan asumsi variable
lainnya konstan.

Koefisien regresi variable upah minimum kabupaten/kota sebesar 0,005 menunjukkan pengaruh
positif terhadap indeks pembangunan manusia (IPM). Hal ini berarti setiap kenaikan upah minimum
kabupaten/kota Rp 1000, maka IPM akan meningkat sebesar 0,005 poin dengan asumsi variable lainnya
konstan.

Koefisien regresi variable laju pertumbuhan ekonomi sebesar 0,953 menunjukkan adanya
pengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia (IPM). Hal ini berarti setiap kenaikan laju
pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota sebesar 1%, maka IPM akan meningkat sebesar 0,953 poin
dengan asumsi variable lainnya konstan.

KESIMPULAN

1. Tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, upah minimum kabupaten/kota dan laju pertumbuhan
ekonomi berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) di provinsi Riau.
2. Tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran berpengaruh negative terhadap indeks pembangunan
manusia (IPM) masing-masing sebesar -0,163 dan - 0,084
3. Upah minimum kabupaten/kota dan laju pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap
indeks pembangunan manusia (IPM), masing-masing sebesar 0,005 dan 0,953.
4. Variable yang sangat besar pengaruhnya terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) adalah laju
pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, usahausaha untuk meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi harus dimaksimalkan agar nilai indeks pembangunan manusia (IPM) terus meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Aunur Rofiq. 2014. Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan. Kebijakan dan tantangan masa depan.
Penerbit Republika. Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2007. Indeks Pembangunan Manusia 2005-2006. JakartaIndonesia

Badan Pusat Statistik. 2009. Indeks Pembangunan Manusia 2007-2008. JakartaIndonesia

Badan Pusat Statistik. 2012. Indeks Pembangunan Manusia 2010-2011. JakartaIndonesia

Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Pengangguran 2001-2006. Jakarta-Indonesia

Badan Pusat Statistik. 2009. Analisis Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Distribusi Pendapatan: Jakarta.
Indonesia

BAPPEDA Provinsi Riau 2010. Profil Daerah Provinsi Riau Tahun 2010. Pekanbaru

BAPPEDA Provinsi Riau 2011. Analisis Statistik Perencanaan Pembangunan. Pekanbaru, Riau

BAPPEDA Provinsi Riau 2011.INFO – EKS (Informasi Eksekutif). Pekanbaru, Riau

BAPPEDA Provinsi Riau 2011.Data annual Provinsi Riau 2011. Pekanbaru, Riau

BPS. Provinsi Riau 2013. Pendapatan Regional Kabupaten/Kota se-Provinnsi Riau menurut lapangan
usaha 2008-2012.Pekanbaru. Riau

BPS. Provinsi Riau 2012. Riau dalam angka 2012.Pekanbaru. Riau

BPS. Provinsi Riau 2013. Riau dalam angka 2013.Pekanbaru. Riau

Anda mungkin juga menyukai