A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
b. Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
d. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.
e. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 08/PRT/M/2015
tentang Penetapan Garis Sempadan Irigasi.
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 14/PRT/M/2015 tentang
Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi.
h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan
Pengelolaan Sistem Irigasi.
i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 30/PRT/M/2015 tentang
Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi.
j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 01/PRT/M/2016 Tentang
Tatacara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air.
Page | 1
k. Peraturan Menteri Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat No. 20/PRT/M/2016 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 14 Tahun 2020 Tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi melalui Penyedia.
2. Gambaran Umum
Dalam rangka mendukung ketahanan pangan perlu upaya meningkatkan jaringan irigasi
serta rehabiltasi jaringan irigasi, salah satu pada Daerah Irigasi Air Manjuto yang memiliki
Luas potensional Daerah Irigasi 9.493 Ha, yang terbagi menjadi dua jaringan irigasi yaitu
jaringan irigasi kiri dan Jaringan Irigasi Kanan. Seiring dengan berjalannya waktu, daerah
irigasi yang ada telah banyak mengalami perubahan baik kondisi jaringan dan bangunannya
baik yang mengalami kerusakan sehingga mengakibatkan alih fungsi lahan menjadi lahan yang
dimanfaatkan selain untuk menanam padi, akbibat belum tersedianya sarana dan prasarana
berupa jaringan irigasi yang memadai untuk mendistribusikan air mengairi lahan persawahan
warga.
Dengan adanya perubahan kondisi pada jaringan Irigasi tersebut maka perlu dilakukan
Inventarisasi Permasalahan, kajian Hidrologi, kajian Geologi dan kajian Sosial Ekonomi yang
lebih rinci dalam rangka pengembangan jaringan irigasi tersier, guna mendapatkan hasil desain
untuk peningkatan maupun rehabilitasi jaringan tersier perlu dilakukan pemutakhiran data
jaringan tersier yang disajikan lebih akurat guna mendukung upaya penyusunan program
rehabilitasi dan pengembangan daerah irigasi ataupun program - program lain yang berkaitan.
Daerah Irigasi tersebut di atas telah dimanfaatkan oleh petani setempat. Namun kondisi
jaringan yang ada pada Daerah Irigasi tersebut belum mampu melayani areal irigasi secara
optimal karena terkendala dengan tata pembagian air yang belum efektif, belum memadainya
sarana dan prasarana serta belum meratanya distribusi air.
Pemanfaatan jaringan irigasi teknis pada daerah irigasi yang ada diharapkan akan dapat
meningkatkan lahan irigasi secara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Intensifikasi dapat
dicapai dengan peningkatan intensitas tanam dan efisiensi pemakaian air irigasi, sedangkan
ekstensifikasi dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber air irigasi yang ada secara efisien
dengan luas areal yang optimum.
Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan kapasitas produksi sawah masyarakat guna
mendukung program nawacita kedaulatan pangan diperlukan langkah-langkah peningkatan
infrastruktur irigasi guna mengembalikan kondisi dan fungsi. Untuk itu Balai Wilayah Sungai
Page | 2
Sumatera VII melalui kegiatan Perencanaan & Program pada Tahun Anggaran 2020, ini akan
melaksanakan Desain Tersir D.I. Air Manjuto Kabupaten Mukomuko.
Tujuannya adalah untuk menyiapkan suatu Desain konstruksi yang dapat dijadikan
pedoman pada saat pelaksanaan fisik yang dilengkapi dengan spesifikasi teknis dan Rencana
Anggaran Biaya (RAB).
4. Sasaran
Sasaran yang akan dicapai dari pekerjaan ini adalah
Tersedianya desain konstruksi untuk pelaksanaan fisik.
Tersedianya data peta luas baku, luas potensial, dan luas fungsional termutakhir sesuai
dengan kondisi terkini.
Pedoman untuk pelaksanaan konstruksi berupa Spesifikasi Teknis, Manual O&P dan
RAB.
5. Lokasi Kegiatan
D.I. Air Manjuto masuk dalam Wilayah Sungai (WS) Teramang-Muar, berada dalam wilayah
5 Kecamatan, yaitu: Kecamatan V Koto, Kecamatan Lubuk Pinang, Kecamatan XIV Koto, Air
Manjuto dan Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko.
Page | 3
Lokasi D.I. Air Manjuto
B. PENERIMA MANFAAT
Desain ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam pelaksanaan peningkatan infrastruktur irigasi
guna menunjang layanan prasarana irigasi dan diharapkan pekerjaan ini memberikan manfaat
pada para pemilik kepentingan (stakeholder) dan masyarakat di wilayah terkait.
C. STANDAR TEKNIS
1. Kriteria Perencanaan
a. KP-01 Kriteria Perencanaan – Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi
b. KP-02 Kriteria Perencanaan – Bagian Bangunan Utama
c. KP-03 Kriteria Perencanaan – Bagian Saluran
d. KP-04 Kriteria Perencanaan – Bagian Bangunan
e. KP-05 Kriteria Perencanaan – Bagian Petak Tersier
f. KP-06 Kriteria Perencanaan – Bagian Parameter Bangunan
g. KP-07 Kriteria Perencanaan – Bagian Standar Penggambaran
h. KP-08 Nota Perencanaan dan Penentu untuk Pemasangan Exploitas dan Pemeliharaan
i. KP-09 Standar Pintu Pengartur Airi Irigasi Spesifikasi Teknis
2. Bangunan Irigasi
a. BI-01 Tipe Bangunan Irigasi
Page | 4
b. BI-02 Standar Bangunan Irigasi
3. Persyaratan Teknis
a. PT-01 Persyaratan Teknis – Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi
b. PT-02 Persyaratan Teknis – Bagian Pengukuran
c. PT-03 Persyaratan Teknis – Bagian Penyelidikan Geoteknik
d. PT-04 Persyaratan Teknis – Bagian Penyelidikan Model Hidrolis
Page | 5
9) Perhitungan volume pekerjaan (BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan
Penyusunan Dokumen Tender.
d. Pertemuan Konsultasi Masyarakat.
2. Tahapan Pekerjaan
Mengumpulkan data-data kondisi fisik, non fisik dan sosial ekonomi sebagai potret wilayah
kegiatan. Guna mendukung proses perencanaan, pemetaan/penggambaran, untuk disajikan
dalam bentuk Dokumen, sesuai dengan kriteria perencanaan dan standar kerja yang berlaku di
lingkungan Direktorat jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
a. Pekerjaan Persiapan
1) Persiapan Administrasi dan Penyusunan Rencana Mutu Kontrak (RMK)
penyusunan Rencana Mutu Kontrak (RMK) dan rencana pelaksanaan pekerjaan.
kegiatan penyampaian informasi dan perijinan kegiatan pada instansi terkait.
2) pengumpulan Data Sekunder
pengumpulan data topografi minimal skala 1:10.000, inventarisasi data sekunder dan
data pendukung yang terkait dengan lingkup pekerjaan, misalnya data-data
pendukung O&P, hidrometri dan hidrologi, data analisa ekonomi, data hasil studi
terdahulu, peta topografi (bila ada) dan geologi regional.
3) Survei Pendahuluan
Kunjungan awal ke lokasi kegiatan untuk memperoleh gambaran umum kondisi
lapangan.
4) Mobilisasi dan Demobilisasi Personil dan Peralatan.
Kalibrasi dan pengecekan kesiapan alat dan personil yang akan ditugaskan di lokasi
kegiatan serta penyusunan rencana demobilisasi alat dan personil.
b. Pekerjaan Survei dan Inventarisasi Data
1) Identifikasi Daerah Irigasi
Identifikasi daerah irigasi yang keseluruhannya meliputi 9.493 ha dimaksudkan
untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi pada daerah irigasi untuk mengoptimalkan
fungsi pengembangan serta peningkatan jaringan Irigasi untuk rencana peningkatan
jaringan irigasi pada lokasi yang belum memiliki jaringan irigasinya tersier. Serta
melakukan identifikasi luasan baku, luasan potensial maupun luasan fungsional
daerah irigasi saat ini.
2) Survei dan Inventarisasi Jaringan Irigasi
Survei dan inventarisasi jaringan irigasi Meliputi :
Penelusuran dan inventarisasi kondisi eksisting bangunan irigasi dan usulan
perbaikannya (melibatkan petani).
Page | 6
Pembuatan skema jaringan irigasi dan skema bangunan eksisting.
Menyusun inventarisasi saluran irigasi dan drainase, bangunan utama dan
bangunan pelengkap.
Konsultan harus menyajikan skema jaringan dan bangunan yang terdapat pada
daerah Irigasi, dengan ketentuan sebagai berikut :
Skema Irigasi harus mencakup :
(a) Nama saluran induk / sekunder yang ada.
(b) Bendung / bangunan utama dan semua bangunan bagi, bagi /sadap, dan
sadap yang ada, masing-masing diberi label yang benar sesuai nomenklatur
sesuai Standar Perencanaan Irigasi.
(c) Pada kotak petak tersier ditulis :
Nama petak tersier
Debit rencana (l/dt) (dikosongkan untuk diisi tiap tahap System
Planning),
Luas rencana (areal potensial) (ha),
Luas sawah irigasi sekarang /fungsional (ha).
(d) Cantumkan untuk tiap ruas saluran antara bangunan bagi/sadap :
Jumlah areal potensial (A) di hilir.
Debit rencana (Q) untuk ruas tersebut.
(dikosongkan untuk diisi pada tiap tahap System Planning)
Panjang (L) tiap ruas saluran.
Dimensi saluran (b=lebar dasar, d = kedalaman air)
(dikosongkan untuk diisi pada tiap tahap System Planning)
(e) Batas-batas daerah pengelolaan jaringan irigasi harus diberi batas pemisah
dalam skema irigasi.
(f) Suatu tabel ikhtisar Inventarisasi Jaringan Irigasi harus disediakan dalam
gambar Skema Irigasi dengan memberikan nama dan panjang:
Saluran Induk dan sekunder
Saluran suplesi.
Saluran pembuang.
Daftar type dan jumlah bangunan di sepanjang saluran.
Areal potensial dan sawah irigasi yang sudah diairi sekarang untuk tiap
saluran.
(g) Untuk system golongan ( > 1 golongan ) harus dibuat skema golongan.
Skema Bangunan harus menunjukkan semua bangunan yang ada
dengan Nomenklatur (nama bangunan) dan posisi lokasi bangunan
yang benar.
Pada setiap bangunan yang ada di saluran induk dan sekunder dan di
Page | 7
ujung saluran agar dicantumkan km-nya (station) dari titik nol. Titik
nol pada saluran dihitung dari pintu pengambilan intake bendung dan
pintu sadap masing-masing untuk saluran sekunder.
Pada prinsipnya untuk setiap daerah irigasi harus dilengkapi peta dasar dan peta
Daerah Irigasi yang telah digambar kembali, guna mengetahui petak sawah yang
diairi dan batas areal DI bersangkutan.
3) Survei Hidrologi
a) Pengumpulan Data Hidrologi terkait lokasi studi dengan rentang waktu minimal
10 tahun terakhir.
b) Pengukuran Debit Air Sungai dan Saluran Irigasi
Pengukuran debit air sesaat dilaksanakan pada lokasi saluran irigasi yang
ditinjau dengan metode pengambilan data debit menyesuaikan kondisi lokasi
studi.
c) Pengukuran/ sampling sedimen
Dilakukan dengan pengambilan sampel air di saluran untuk diperiksa di
laboratorium atau pengukuran menggunakan alat pengukur sedimen digital.
Pengambilan sampel dilakukan minimal sebanyak 3 (tiga) kali
d) Pengambilan Sampel Kualitas Air
Pengambilan sampel air disesuaikan dengan Prosedur dan Instruksi Kerja
Pengambilan Contoh Uji Dalam Rangka Pemantauan Kualitas Air (Kementerian
PU). Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 (tiga) sampel pada 3 (tiga).
4) Pengumpulan Data pendukung O&P
a) Data status P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) dan gabungan P3A serta
aktifitasnya dalam pengelolaan jaringan irigasi.
b) prosedur Operasi dan Pemeliharaan jaringan yang berjalan sekarang dan
kekurangan-kekurangannya.
c) Data kebutuhan air yang selama ini dipakai untuk perencanaan Operasi dan
Pembangian air di Daerah Irigasi yang bersangkutan.
d) Catatan tanaman (areal yang ditanamai) menurut musim, jenis tanaman
(palawija, tebu, dll) intensitas tanam dan hasil untuk lima tahun terakhir,
(sumber data harus dicatat).
e) Data personil dan segala fasilitasnya yang tersedia pada saat pelaksanaan
pekerjaan.
f) Data lain tentang status sekarang, kendala-kendala dan masalah-masalah dalam
Operasi dan Pemeliharaan, sebagaimana dibutuhkan untuk System Planning.
5) Survei Sosial dan Ekonomi
a) Pengumpulan Data Statistika dari instansi terkait, misalnya data kependudukan.
Page | 8
b) Penyebaran Kuesioner dan Wawancara sekurang-kurangnya 80 responden.
Analisa ekonomi yang akan dilakukan menyangkut indikator-indikator antara lain :
Benefit/Cost Ratio, Net Benefit (Present Value) dan Economic Internal Rate of
Return (EIRR), berdasarkan beberapa alternatif umur ekonomis jaringan irigasi dan
Interest Rate (bunga) yang berlaku. Untuk keperluan tersebut, Konsultan harus
mengumpulkan data mengenai jenis tanaman, hasil panen dan harga jual, kebutuhan
tenaga dan peralatan yang berlaku di lokasi pekerjaan sekurang-kurangnya 10 tahun.
6) Pengambilan foto udara dengan teknik Photogrammetry pada Daerah Irigasi
Pengambilan foto udara dilakukan dengan wahana udara drone multirotor.
Melakukan penghitungan dan menganalisa ketelitian planimetrik koordinat yang
didapatkan dari pengukuran di lapangan (titik kontrol tanah/GPC) dibandingkan
dengan hasil hitungan koordinat foto. Pengambilan foto dilakukan pada daerah
irigasi yang akan direncakan peningkatan jaringan dan tersiernya. Selanjutnya hasil
dari foto udara di overlaykan pada citra satelite untuk memetakan kondisi daerah
irigasi untuk rencana petak tersier.
7) Kegiatan Survei Topografi
a) Pengukuran dan pemetaan situasi skala 1:2000
Pemetaan dan pengukuran situasi dengan skala 1:2000 ditujukan untuk
perencaan teknis. Peta harus memuat data ketinggian planimetri dan keadaan
topografi secara rinci dengan benar dan jelas.
Interval kontur 0,5 m untuk dan kontur major 1 m untuk daerah yang berbukit,
secara garis besar pengukuran dan pemetaan situasi meliputi :
Pemasangan patok BM dan CP;
Kontrol horizontal dan vertikal;
Pengukuran situasi;
Penggambaran;
Reproduksi.
b) Dasar survey
Sistem Grid yang digunakan adalah System UTM dan Ellipsoid WGS 84.
Titik referensi awal harus ditarik dari BM TTG BAKOSURTANAL/BIG
terdekat.
c) Umum
Semua data penting yang digunakan untuk menentukan koordinat BM diperoleh
dengan cara pengukuran langsung dilapangan.
Semua alat ukur yang digunakan harus dalam keadaan baik dan memenuhi
syarat ketelitian standar pengukuran.
Sebelum pekerjaan dimulai pelaksana pekerjaan harus menyerahkan program
Page | 9
kerja yang berisi jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan, daftar personil, daftar
peralatan dan rencana keberangkatan untuk dibahas bersama direksi.
Pelaksanaan pekerjaan harus disesuaikan dengan program kerja dan waktu
pelaksanaan sesuai dengan jangka waktu yang tersedia.
d) Pengukuran Topografi
Pemetaan bisa didasarkan pada pengukuran medan (terestris) penuh yang sudah
menghasilkan peta-peta garis topografi lengkap dengan garis-garis konturnya.
lni adalah cara pemetaan yang relatif murah untuk daerah-daerah kecil.
Pemetaan fotogrametri, walaupun lebih mahal, jauh lebih menguntungkan
karena semua topografi dapat dicakup di dalam peta. Ini sangat bermanfaat
khususnya untuk perencanaan petak tersier.
Peta-peta yang dihasilkan dari pemetaan fotogrametri biasanya peta-peta foto;
peta-peta garis yang dihasilkan dari foto akan banyak kehilangan topografi.
Persyaratan untuk pembuatan peta topografi umum dirinci sebagai berikut:
Potret bentuk tanah (- landform), relief mikro dan bentuk fisik harus jelas :
ini akan langsung menentukan tata letak dan lokasi saluran irigasi, saluran
pembuang dan jalan.
Ketelitian elevasi tanah:
Di daerah-daerah datar kemiringan saluran mungkin kurang dari 10 cm/km;
ketepatan dalam hal ketinggian adalah penting sekali karena hal ini akan
menunjukkan apakah suatu layanan irigasi dan pembuang yang memadai
akan dapat dicapai.Di daerah yang bermedan curam layanan irigasi dan
pembuang jarang merupakan masalah relief mikro lokal adalah lebih penting
daripada ketepatan ketinggian.
rencana tapak bangunan sekitar 25 m x 25m s/d 100 x 100 meter sesuai
Page | 10
dengan kebutuhan desain.
Perhitungan sementara dan penggambaran sementara (draft) di lapangan.
Semua pengukuran yang memenuhi syarat akan dihitung sementara untuk
mengetahui syarat ketelitian dan dilangsungkan pada draft penggambaran
yang dilakukan pada kertas milimeter.
Pengukuran Rinci Saluran
Team Pengukuran Konsultan harus menambah patok BM baru, jika jarak
BM yang ada lebih dari 2,5 km. Untuk bangunan penting cukup dipasang
neut baut dekzerk bangunan tersebut atau dicor beton.
Mengadakan pengukuran kembali ketinggian semua patok BM dan CP
yang ada pada saluran dan bangunan,serta mengukur kordinat (x,y,z) BM
baru.
Potongan melintang dan memanjang dari saluran pembawa dan saluran
pembuang harus diukur pada lokasi yang memerlukan perbaikkan sesuai
dengan pedoman criteria desain yang diterbitkan oleh Pekerjaan Umum.
Pengukuran Rinci Bangunan Pelengkap
(a) Pengukuran ketinggian ( elevasi) pada bangunan adalah sebagai berikut:
o Dasar saluran di hulu dan di hilir bangunan
o Lantai hulu dan lantai hilir bangunan
o Elevasi ambang
o Puncak tanggul
o Dasar mulut gorong-gorong
o Dasar pintu
o Posisi meja romijn terendah dan tertinggi (jika ada ).
(b) Pengukuran dilakukan pada bangunan - bangunan yang perlu diperbaiki,
dengan secukupnya untuk memperlihatkan pekerjaan perbaikan
tersebut .
(c) Penampang melintang saluran pembuang harus diukur secukupnya guna
untuk memperkirakan debit yang lewat bangunan pembuang silang.
(d) Ketentuan - ketentuan untuk pengukuran sebagai berikut :
o Cross section harus tegak lurus as/ trase saluran
o Pengukuran jarak saluran pada belokan yang tajam harus dilakukan
melalui as saluran, bukan jarak optis /bidik.
o Tiap lokasi bangunan harus dipasang CP.
Pengukuran Trase Saluran
Setelah tata letak pendahuluan selesai (yang didasarkan dan digambarkan
pada peta topografi umum) trase saluran akan diukur dan dipetakan pada peta
baru. Pengukuran ini merupakan dasar topografis untuk perencanaan
Page | 11
potongan memanjang saluran.
Sebelum membuat konsep persyaratan (spesifikasi) pengukuran saluran, ahli
irigasi akan melakukan pencekan lapangan, didampingi oleh ahli geodesi.
Tujuan pencekan lapangan ini adalah menentukan lokasi yang tepat untuk
trase saluran dan bangunan-bangunan pelengkap.
Pengukuran trase saluran (pengukuran strip) akan sebanyak mungkin
mengikuti trase saluran yang diusulkan pada tata letak pendahuluan.
Pengukuran ini akan meliputi jarak 75 m dari as saluran, atau bisa kurang
dari itu, menurut petunjuk ahli irigasi.
Pengukuran dan pemetaan ini meliputi pembuatan :
(a) Peta trase saluran dengan skala 1 : 2.000 dengan garis – garis kontur
pada – interval 0,5 m untuk daerah datar, dan 1,0 m untuk tanah
berbukit bukit;
(b) Profit memanjang dengan skala horisontall : 2000 dan skala vertikal 1:
200 (atau - 1: 100 untuk saluran-saluran kecil);
(c) Potongan melintang pada skala horisontal dan vertikal1: 200 atau 1 :
100 untuk - saluran¬saluran kecil pada interval 50 m pada ruas-ruas
lurus dan 25 m pada tikungan.
Pemasangan BM baru, harus dilakukan pengukuran polygon dan sipat datar.
Tata cara pengukuran, peralatan dan ketelitian pengukuran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, titik ikat menggunakan BM lama yang terdekat.
Pemasangan Patok Kayu dan BM
Patok terbuat dari kayu ukuran 5/7 atau kayu bulat, panjang 50 cm, ditanam
40 cm dan bagian atasnya 10 cm diberi cat merah dan paku payung.Patok
dipasang sepanjang saluran irigasi (saluran induk, saluran sekunder dan
saluran suplesi) yang berfungsi sebagai kerangka pengukuran Patok dipasang
mulai pangkal pintu saluran. Pada bagian lurus saluran patok dipasang setiap
jarak 50 m dan pada tikungan saluran < 50 m sesuai kebutuhan. Mat ukur
jarak yang digunakan hams meteran dari baja. BM harus dipasang sebelum
dilakukan pengukuran. BM dipasang di tempat stabil, aman dari ganguan dan
mudah dicari. Setiap BM harus difoto, dibuat diskripsinya, diberi nomor dan
kode sesuai petunjuk pengawas.Pemasangan BM harus direncanakan
kerapatannya dan mendapat persetujuan pengawas, sehingga memenuhi
persyaratan pada saluran setiap 2,5 km dan pada tiap ujung saluran. Bentuk
dan konstruksi BM dan CP sesuai lampiran.
Pengukuran Kerangka Horizontal (X, Y) Metoda pengukuran adalah
polygon. Mat ukur sudut adalah theodolite 1-2 atau alat lain yang sejenis.
Alat ukur jarak adalah meteran dari baja. Jalur pengukuran polygon
Page | 12
mengikuti jalur kerangka pengukuran. Sudut horizontal diukur satu seri
lengkap (B,LB). Perbedaan sudut horizontal hasil bacaan biasa dan luar biasa
< 5”. Untuk orerintasi arah dan kontrol ukuran sudut harus dilakukan
pengamatan matahari sesuai petunjuk pengawas. Jarak antara patok diukur 2
(dua) kali bolak balik, perbedaanya harus 1 : 5.000 terhadap jarak rata-
ratanya. Panjang seksi pengukuran polygon maksimum 2,5 km dan setiap
ujungnya ditandai dengan BM. Semua BM baik yang lama maupun yang
baru harus diukur. Pengukuran polygon saluran diikatkan pada titik-titik
polygon situasi skala 1 : 5.000.
Pengukuran Kerangka vertikal (Z)/ Potongan Memanjang Saluran Metoda
pengukuran adalah waterpass/ penyipat datar. Alat yang digunakan adalah
waterpass otomastis dan rambu ukur yang dilengkapi dengan nivo.
Ketinggian/ elevasi setiap titik-titik polygon/ patok sepanjang saluran. BM
baik yang lama maupun yang baru harus diukur. Sebelum dan sesudah
pengukuran setiap hari harus dilakukan checking garis bidik. Metoda
pengukuran waterpass adalah pergi - pulang. Ketiga benang (ba, bt dan bb)
harus dibaca lengkap. Pengukuran waterpass saluran diikatkan pada titik-titik
waterpass situasi skala 1 : 5.000
Pengukuran Potongan Melintang Saluran Untuk daerah relatip datar harus
menggunakan metoda pengukuran waterpass, sedangkan untuk daerah-
daerah yang tidak memungkinkan diukur dengan waterpass, agar
menggunakan metode tachymetri. Alat yang digunakan adalah waterpass
otomatis dan rambu ukur yang dilengkapi nivo dan theodolite 1-0 atau alat
lain yang sejenis Pengukuran potongan melintang saluran dilakukan setiap
jarak 50 m dan pada setiap lokasi yang dipasang patok (tikungan, bobolan
dan longsoran). Arah pengukuran harus tegak lurus arah as saluran. Drainase
gendong sepanjang saluran harus diukur dan menjadi satu kesatuan dengan
potongan melintang saluran. Setiap perubahan terain potongan melintang
saluran harus diukur.
Lebar potongan melintang yang harus diukur adalah sampai sejauh 25 m ke
kiri dan 25 m ke kanan dari rencana as saluran. Ketiga benang (ba, bt, bb)
harus dibaca lengkap.Untuk daerah yang relatip datar yang diukur dengan
waterpass, jarak datar potongan melintang diukur dengan meteran.
Sedangkan untuk daerah yang bergelombang yang diukur dengan T-0, jarak
datar potongan melintang diukur dengan jarak optis.
Ketelitian Pengukuran Pengukuran polygon :
(i) Salah penutup polygon 10 “ V N, N = jumlah titik polygon; (ii) Salah
linier polygon 1 : 5.000. Pengukuran waterpass : (i) Salah penutup beda
Page | 13
tinggi pergi pulang dan terikat 10 V D mm. Dimana D = total jarak dalam
km.
Perhitungan Hasil Pengukuran
Perhitungan hasil pengukuran menggunakan metode Bowdith. Perhitungan
harus dilakukan 2 (dua) kali secara terpisah; 1 (satu) kali di lapangan untuk
memeriksa apakah hasil pengukuran sudah memenuhi peryaratan dalam
KAK dan 1 (satu) kali di kantor untuk mendapatkan hasil yang final.
Penggambaran
Peta Situasi Trase Saluran Skala 1 : 2000 Peta harus digambar di atas
kertas kalkir 85/90 mg ukuran A1 (594 mm x 841 mm). Garis silang
grid dibuat tiap 10 cm. Semua BM, baik yang lama maupun yang baru,
titik-titik polygon/ patok sepanjang saluran digambar menggunakan
sistem koordinat dengan legenda yang lazim dipakai pada peta
topografi. Untuk BM dilengkapi dengan koordinat (X, Y, Z). Sedangkan
untuk titik-titik polygon cukup elevasi saja (Z). Titik-titik potongan
melintang digambar menggunakan data jarak datar tegak lurus Interval
garis kontur digambar tiap 1 (satu) m dengan rapido 0,1 mm. arah as
saluran dilengkapi data elevasi. indek garis kontur digambar tiap 5
(lima) interval garis kontur dengan rapido 0,3 mm. Garis sambungan
peta dibuat 5 (lima) cm. Titik referensi pengukuran harus dicantumkan
pada keterangan mengenai legenda. Format gambar (etiket) sesuai
petunjuk direksi.
Potongan Memanjang.
Gambar dibuat diatas kertas kalkir 85/90 mg ukuran A1. Gambar
potongan memanjang saluran dibuat dibawah gambar situasi saluran
pada kertas yang sama. Potongan memanjang saluran digambar dengan
ketentuan sebagai berikut :
- Skala horizontal 1 : 2000;
- Skala vertikal 1 : 100.
Gambar potongan memanjang saluran harus menunjukan :
- Nomor potongan melintang;
- Jarak antara potongan melintang dan jarak akumulasinya;
- Elevasi tanggul kiri;
- Elevasi tanggul kanan;
- Elevasi dasar saluran.
Potongan Melintang
Gambar dibuat diatas kertas kalkir 85/90 mg ukuran A1. Potongan
melintang saluran digambar dengan ketentuan sebagai berikut :
Page | 14
- Skala horizontal 1 : 100
- Skala vertikal 1 : 100
Gambar potongan melintang saluran harus menunjukan:
- Nomor masing masing potongan melintang;
- Potongan melintang digambar searah aliran;
- Elevasi semua titik-titik tinggi yang diukur serta jarak antara titik-
titik tinggi tersebut.
8) Survei Geologi Teknik
a) Sondir dengan pembacaan hambatan lekat hingga mencapai angka minimal 200
kg/cm2. Pengujian dilakukan sesuai kebutuhan pada lokasi rencana bangunan
irigasi.
b) Hand Bor menggunakan mata bor tipe Iwaan dengan diameter antara 12 – 15 cm.
Pengujian dilakukan sesuai kebutuhan pada lokasi rencana bangunan irigasi. Pada
setiap titik dilakukan pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed sample) dan
contoh tanah tak terganggu (undisturbed sample) dan Pengambilan sample tanah
(UDS) untuk masing-masing titik bor diambil 1 sample.
c) Sumuran Uji (Test Pit) dilakukan pada :
Sumuran Uji (Test Pit) dilakukan pada lokasi bahan timbunan pada daerah
sumber galian bahan (borrow area) minimal 3 (tiga) lokasi, pada masing-masing
lokasi dilakukan 2 (dua) pengujian sumuran uji.
Page | 16
7) Pembuatan Analisis Numerik Alokasi Air.
Pembuatan analisis numeric untuk penyusunan rencana alokasi dan distribusi air di
D.I. Air Nipis Seginim untuk kaji ulang alokasi air dengan aplikasi/Software
pemrograman alokasi air (minimal menngunakan excel makro).
8) Updating Database Jaringan Irigasi
Updating database jaringan irigasi, bangunan utama dan bangunan pelengkap dari
studi terdahulu untuk pemutakhiran database. Diutamakan berbasis web dengan
pemetaan mengacu pada kebijakan one map policy (OMP) atau diharuskan memenuhi
persyaratan migrasi database dari sistem informasi geografis desktop menjadi sistem
informasi geografis berbasis web.
9) Penyusunan Desain Jaringan Tersier
a) Pembuatan system planning yang meliputi tata letak (lay out) jaringan tersier DI
Air Nipis Seginim, meliputi :
Pembuatan Pra Lay Out
Penyusunan System Planning
Final System Planning
b) Perencanaan hidrolis jaringan tersier, untuk masing-masing petak
c) Perencanaan drainase jaringan tersier.
d) Perencanaan petak-petak tersier.
e) Penyusunan manual O & P yang memuat penjelasan teknis pelaksanaan
Melakukan perhitungan BOQ..
f) Pembuatan Gambar Desain.
Kegiatan System Planning mengacu pada Standar Perencanaan Irigasi Kriteria
Perencanaan (KP) diterbitkan oleh Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan
Umum.
10) Perhitungan Volume Pekerjaan (BOQ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan
Penyusunan Dokumen Tender
Lembar perhitungan volume pekerjaan (BOQ) agar dirinci untuk seluruh usulan paket
pekerjaan dan sesuai dengan hasil diskusi. Kemudian dibuat daftar rekapitulasi pada
masing-masing rincian tersebut antara lain volume galian dan timbunan (m3), volume
pasangan batu (m3), luas plesteran (m2) dsb.
Dokumen Tender terdiri dari Album Gambar, Spesifikasi Teknis (khusus), Volume
Pekerjaan (BOQ), metode pelaksanaan bersama Daftar Pekerjaan Peningkatan
dan/atau Rehabilitasi, harus disusun dan diserahkan sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi / Pemberi pekerjaan.
e. Penyusunan Laporan
Laporan-laporan yang harus dibuat oleh Penyedia Jasa dan diserahkan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1) Rencana Mutu Program
Rencana Mutu Program, mencakup seluruh prosedur dan metode kegiatan, dari
pekerjaan awal sampai akhir pekerjaan dan terlebih dahulu harus dikonsultasikan dan
mendapat persetujuan dari pemberi pekerjaan dan harus diserahkan pada waktu
Rapat Pra Pelaksanaan Pekerjaan. Laporan ini dibuat sebanyak 5 (lima) buku
laporan.
2) Laporan Pendahuluan
Laporan ini memuat rencana kegiatan berupa pekerjaan persiapan, hasil survey
awal (inventarisasi dan identifikasi awal), evaluasi data sekunder, identifikasi
permasalahan yang ada di lapangan, metode pendekatan yang akan digunakan
dalam analisis, penyusunan program kerja, jadwal penugasan personil, mobilisasi
personil serta rencana kerja berikutnya. Laporan ini harus sudah diserahkan
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah SPMK diterbitkan. Laporan ini
dibuat sebanyak 5 (lima) buku laporan dengan mengakomodir masukan dan hasil
pembahasan diskusi pendahuluan.
3) Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisikan laporan kemajuan prestasi pekerjaan berupa kegiatan
setiap bulan dan permasalahan yang terjadi di lapangan dan langkah yang perlu
diambil serta pekerjaan-pekerjaan yang akan dikerjakan pada periode berikutnya
disertai dengan kurva “S”. Bobot pekerjaan harus berdasarkan kondisi sebenarnya.
Laporan ini diserahkan selambat-lambatnya pada minggu pertama bulan berikutnya.
Laporan ini dibuat sebanyak 5 (lima) buku laporan setiap bulannya.
4) Laporan Pertengahan
Laporan pertengahan berisikan kegiatan pekerjaan yang sedang dan akan dilakukan.
Laporan Pertengahan ini dibuat pada saat diperkirakan bahwa konsultan telah
mampu menyelesaikan pembuatan desain awal, yaitu setelah pengumpulan data
Page | 18
selesai dan yang disusul kegiatan analisa dan perhitungan untuk desain awal telah
selesai.
a) Progres pekerjaan apa saja yang telah diselesaikan dan bagian program apa yang
mestinya selesai tetapi ternyata belum selesai atau sebaliknya, kegiatan apa yang
semestinya belum dilakukan tetapi telah didahulukan.
b) Penjelasan hasil dari perencanaan awal yang telah dicapai, perlu ada rincian
bagian-bagian yang mana yang telah diselesaikan dan mana yang belum
tercapai.
c) Uraikan kendala dan penyelesaiannya apabila selama pelaksanaan kegiatan
mungkin banyak kendala yang dihadapi oleh konsultan, juga kendala yang tidak
dapat diselesaikan oleh konsultan tetapi perlu bantuan dari pihak lain.
d) Program kerja untuk waktu yang akan datang perlu disampaikan dengan jelas,
termasuk rencana kegiatan yang akan dilakukan untuk mengantisipasi bilamana
dijumpai kendala atau kesulitan atau gangguan.
e) Demikian juga saran-saran untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan pembuatan
desain harus dikemukakan, bilamana perlu dimintakan persetujuan.
Laporan ini dibuat sebanyak 5 (lima) buku laporan dengan mengakomodir masukan
dan hasil pembahasan diskusi interim (pertengahan).
5) Laporan Akhir (Utama)
Laporan Akhir ini merupakan penyempurnaan konsep laporan akhir yang sudah
mendapat berbagai masukan, saran dan koreksi dari pemangku kepentingan
(stakeholders) terkait pada saat diskusi pendahuluan, diskusi interim, dan diskusi
akhir. Laporan ini diserahkan sebelum batas akhir kontrak pekerjaan. Laporan ini
dibuat sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.
6) Executive Summary
Executive Summary ini merupakan laporan ringkasan. Laporan ini dibuat sebanyak 5
(lima) buku laporan dan diserahkan sebelum batas akhir kontrak pekerjaan.
7) Laporan Nota Perencanaan
Hasil desain dan perhitungan teknisnya disusun dalam bentuk laporan Nota
Perencanaan dan diserahkan kepada Direksi pekerjaan.
8) Laporan Pendukung
Laporan Pendukung terdiri dari :
(a) Buku Ukur
Semua data ukur beserta hitungannya lengkap harus diderahkan oleh pihak
konsultan kepada Direksi Pekerjaan sebanyak 1 (satu) rangkap asli dan 4
(empat) rangkap fotocopy termasuk dalam hal ini Deskripsi BM beserta foto-
foto lengkap.
Page | 19
(b) Laporan Topografi
Semua data ukur hasil ground survey topografi harus diserahkan oleh pihak
konsultan kepada Direksi Pekerjaan beserta foto-foto lengkap. Selain itu
Konsultan juga harus menyerahkan Laporan Topografi.
(c) Laporan System Planning
(d) Laporan Hidrologi
Analisa hidrologi untuk menentukan debit banjir, debit andalan dan kebutuhan
air domestik/irigasi disusun dalam Laporan Hidrologi harus diserahkan oleh
pihak konsultan kepada Direksi Pekerjaan.
(e) Laporan Sosial Ekonomi
Hasil analisa kondisi sosial ekonomi disusun dalam Laporan Sosial Ekonomi.
(f) Laporan PKM
Laporan ini berisikan hasil pertemuan konsultasi dengan masyarakat yang telah
didiskusikan / dipresentasikan dengan masyarakat. Laporan ini diserahkan
kepada Direksi Pekerjaan.
(g) Laporan Analisa Biaya
Hitungan volume pekerjaan, analisa harga satuan pekerjaan dan rencana
anggaran biaya disusun dalam buku Rencana Anggaran Biaya
(h) Laporan Geotek/Mektan
Berisi hasil analisa dan metodologi uji batuan dan tanah
(i) Laporan SMK3 dan Pedoman Teknis K3 Konstruksi
(j) Spesifikasi Teknis dan Metode Pelaksanaan
Laporan ini berisikan Spesifikasi Teknis dan metode pelaksanaan untuk
pelaksanaan pekerjaan konstruksinya.
Laporan ini masing-masing dibuat sebanyak 5 (lima) buku laporan.
9) Gambar Perencanaan
Semua hasil pengukuran topografi dan perencanaan teknis disajikan dalam bentuk
Gambar Perencanaan yang terdiri dari :
(a) Peta :
- Ikhtisar skala = 1:15.000 atau 1:20.000 atau 1 :25.000
- Peta situasi skala 1:2.000
- Peta Luasan Jaringan D.I Air Nipis seginim skala 1:25.000 (Berisikan
Informasi Luasan Potensial, Luasan Fungsional dan Luasan Baku)
- Peta Petak 1 : 2000
- Skema Jaringan
(b) Gambar :
- Peta situasi bangunan skala 1:500
Page | 20
- Peta situasi Saluran skala 1:2.000
- Potongan memanjang Saluran skala H 1:2.000 dan skala V 1:200
- Potongan melintang Saluran skala 1:100
- Gambar situasi bangunan skala 1:500
- Gambar denah bangunan skala 1:100
- Gambar tampang melintang dan memanjang bangunan skala 1:100
- Gambar bangunan skala 1:10 dan atau 1:20
(c) Gambar Perencanaan ReKalkir Ukuran A1 sebanyak 1 (satu) rangkap.
(d) Fotocopy Gambar Ukuran A1 sebanyak 3 (tiga) set.
(e) Fotocopy Gambar Ukuran A3 sebanyak 6 (enam) set.
(f) Hard Disk 1 TB (Terabyte).
Page | 21
dan dilengkapi dengan referensi dari pengguna jasa.
d) Ahli Geologi Teknik/Mektan, berpendidikan minimal S1 Teknik Geologi dengan
pengalaman kerja sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam pekerjaan survei dan
analisis data geologi/mekanika tanah dan mempunyai SKA dengan kualifikasi
ahli muda dibidang Geoteknik yang dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi Tenaga
Ahli atau yang dikeluarkan oleh LPJK dan dilengkapi referensi dari pengguna
jasa.
e) Ahli Hidrologi, berpendidikan Minimal Sarjana Teknik Sipil/Pengairan (S1), yang
berpengalaman dalam bidang hidrologi dan analisis hidrologi bidang pengairan,
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun, serta memiliki sertifikat keahlian dengan
kualifikasi ahli muda di Bidang Sumber Daya Air yang dikeluarkan oleh Asosiasi
Profesi Tenaga Ahli atau yang dikeluarkan oleh LPJK dan dilengkapi referensi
dari pengguna jasa.
f) Ahli Cost Estimate, berpendidikan S1 Teknik Sipil/ Pengairan/ Persungaian
dengan pengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun mengenai perhitungan
volume dan anggaran biaya lingkup pekerjaan bangunan Sumber Daya Air serta
mempunyai pengalaman membuat spektek, manual OP dan dokumen tender
pekerjaan bangunan bidang sumber daya air dan mempunyai SKA dengan
kualifikasi ahli muda dibidang Sumber Daya Air yang diterbitkan oleh Asosiasi
Profesi yang telah terakreditasi oleh Lembaga yang berwenang atau yang
dikeluarkan oleh LPJK dan dilengkapi dengan referensi dari pengguna jasa.
g) Ahli K3 Konstruksi, berpendidikan minimal S1 Teknik Sipil berpengalaman
dalam penyusunan pedoman K3 dalam bidang perencanaan sumber daya air
sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dan mempunyai Sertifikat Keahlian (SKA)
Ahli Muda K3 Konstruksi yang diterbitkan oleh Asosiasi Profesi yang telah
terakreditasi oleh Lembaga yang berwenang atau yang dikeluarkan oleh LPJK
dan dilengkapi dengan referensi dari pengguna jasa.
Page | 22
c) Asisten Ahli GIS, berpendidikan S1 Teknik Geodesi/Geografi yang
berpengalaman dalam pemetaan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.
3) Tenaga Pendukung
a) Chief Surveyor, berpendidikan Minimal D3 Geodesi berpengalaman dalam
kegiatan survey topografi pada pekerjaan pengairan sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun.
b) Surveyor / Juru Ukur, berpendidikan Minimal SMK Pengukuran berpengalaman
dalam kegiatan survey topografi pada pekerjaan pengairan sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun.
c) Juru Bor, berpendidikan Minimal D3 Geologi berpengalaman dalam kegiatan
pengeboran dan geologi/mektan pada pekerjaan pengairan sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun.
d) Enumerator, berpendidikan Minimal S1 Pertanian/Ekonomi/sederajat,
berpengalaman dalam Bidang SDA, analisa social ekonomi, kelembagaan dan
pertanian sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
e) Operator Autocad, berpendidikan minimal SMK Bangunan/Sipil berpengalaman
Dalam menangani gambar-gambar bangunan pada pekerjaan Pengairan sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun.
f) Juru Gambar, berpendidikan minimal SMK Bangunan/Sipil berpengalaman
Dalam menangani gambar-gambar bangunan pada pekerjaan Pengairan sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun.
g) Administrasi, berpendidikan minimal SMK atau sederajat berpengalaman Sebagai
tenaga administrasi dan keuangan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
h) Computer Operator, berpendidikan minimal SMK atau sederajat berpengalaman
Dalam mengoperasikan computer.
i) Office Boy, berpendidikan minimal SMP atau sederajat.
j) Tenaga Lokal Pengukuran : 15 orang
k) Tenaga Lokal Geotek/Mektan : 6 orang
Page | 23
F. BIAYA YANG DIPERLUKAN
Sumber dana yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebesar
Rp. 1.456.400.000,00 (Satu Miliar Empat Ratus Lima Puluh Enam Juta Empat Ratus Ribu
Rupiah) termasuk pajak yang dibebankan pada DIPA, APBN Satuan kerja Balai Wilayah Sungai
Sumatera VII Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Tahun anggaran 2022.
Page | 24