Anda di halaman 1dari 5

NAMA : HELENA CINDY CARISSA KEBOL

NIM : 20023000052
KELAS : B/AKUNTANSI
TUGAS : PERPAJAKAN I (Tugas ke-14)

“ KEWAJIBAN DAN HAK WAJIB PAJAK”

A. Dasar Kewajiban dan Hak Wajib Pajak

Sebagai warga negara Indonesia, Anda memiliki hak dan kewajiban sebagai wajib pajak
yang perlu dipatuhi. Keduanya telah diatur sedemikian rupa dalam Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Hak dan kewajiban perpajakan harus dilakukan oleh wajib
pajak. Mengacu dari undang-undang yang sama, pada pasal 1 ayat 2 dijelaskan kalau wajib pajak
adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Jadi, siapapun, baik yang sudah memiliki NPWP atau belum, sudah
termasuk ke dalam wajib pajak jika sudah mempunyai hak dan kewajiban perpajakan.

B. Kewajiban Wajib Pajak

a. Mendaftarkan diri untuk NPNW


Wajib pajak harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) di kantor pajak pratama (KPP) atau kantor pelayanan, penyuluhan
dan konsultasi perpajakan (KP2KP). Saat ini, pendaftarakan NPWP juga dapat
dilakukan melalui online.
b. Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan Pajak
Sesuai dengan sistem self assessment, wajib pajak harus melakukan
penghitungan, pembayaran dan pelaporan pajak terutangnnya sendiri. Dalam
melaksanakan kewajiban ini, dapat melakukannya secara mudah dan cepat melalui
aplikasi OnlinePajak.
c. Kewajiban dalam Hal Diperiksa
Ditjen Pajak dapat melakukan pemeriksaan pada wajib pajak untuk menguji
kepatuhannya dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk menjalankan fungsi pengawasan terhadap wajib pajak yang bertujuan untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Kewajiban yang diperiksa di antaranya:
 Memenuhi panggilan untuk menghadiri Pemeriksaan sesuai waktu yang
ditentukan, khususnya jenis Pemeriksaan Kantor.
 Menunjukkan atau meminjamkan seluruh data yang menjadi dasar serta
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak. Untuk jenis
Pemeriksaan Lapangan, wajib pajak harus memberikan akses untuk melihat
dan menyimpan data.
 Memberikan izin untuk memasuki tempat atau ruang yang dianggap perlu
serta memberi bantuan untuk memperlancar proses pemeriksaan.
 Menyampaikan tanggapan secara tertulis atau surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan.
 Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik,
khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor.
 Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang diperlukan.

d. Kewajiban Memberi Data

Data di sini adalah data dan informasi orang pribadi atau badan yang dapat
menggambarkan kegiatan atau usaha, peredaran usaha, penghasilan dan/atau
kekayaan yang bersangkutan, termasuk informasi mengenai nasabah debitur, data
transaksi keuangan dan lalu lintas devisa, kartu kredit, serta laporan keuangan
dan/atau laporan kegiatan usaha yang disampaikan kepada instansi lain di luar
Ditjen Pajak.Kewajiban ini tidak hanya dipatuhi oleh wajib pajak, tetapi juga oleh
setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain. Jika sengaja tidak
memenuhi kewajiban ini, wajib pajak akan terkena pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun atau denda paling banyak Rp1.000.000.000.

C. Hak dalam Wajib Pajak

1. Hak dalam hal Wajib Pajak dilakukan pemeriksaan

Anda berhak untuk melihat tanda pengenal pemeriksa, meminta surat perintah
pemeriksaan, menerima penjelasan terkait maksud dan tujuan pemeriksaan,
meminta detail perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT, serta hadir saat
pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan.

2. Hak mengajukan keberatan, banding, dan peninjauan kembali

Apabila Wajib Pajak tidak setuju dengan surat ketetapan pajak dari Ditjen Pajak,
maka dapat mengajukan keberatan. Wajib Pajak juga berhak mengajukan banding
hingga peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.

3. Hak atas kelebihan pembayaran pajak

Jika Anda membayar pajak dengan jumlah lebih banyak dari seharusnya, maka
Anda berhak menerima kelebihan bayarnya. Caranya adalah mengirimkan surat
permohonan ke Kepala Kantor Pajak Pratama (KPP) atau melalui Surat
Pemberitahuan (SP).

4. Hak pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak

Bagi Anda yang termasuk Wajib Pajak patuh, maka berhak mendapat
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam waktu minimal satu
bulan untuk PPN dan tiga bulan untuk PPh terhitung sejak surat permohonan
diterima Ditjen Pajak.

5. Hak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran

Pada kondisi-kondisi tertentu, Wajib Pajak bisa meminta permohonan


pengangsuran atau penundaan untuk membayar pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perpajakan di Indonesia.

6. Hak kerahasiaan

Hak dan kewajiban Wajib Pajak juga menyangkut perlindungan kerahasiaan atas
semua informasi yang Anda sampaikan kepada Ditjen Pajak terkait kepentingan
perpajakan. Hal-hal yang dilindungi mencakup data dari pihak ketiga yang sifatnya
rahasia.

7. Hak pengurangan pajak bumi dan bangunan (PBB)

Apabila terjadi kondisi tertentu, misalnya kerusakan bumi dan bangunan akibat
bencana alam, Wajib Pajak berhak mengajukan pengurangan pajak terutang PBB.

8. Hak penundaan pelaporan SPT tahunan

Wajib Pajak dapat mengajukan perpanjangan atau penundaan penyampaian SPT


Tahunan PPh Orang Pribadi maupun PPh badan dengan alasan atau kondisi
tertentu.

9. Hak pembebasan pajak

Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan pembebasan pemungutan atau


pemotongan Pajak Penghasilan dengan alasan atau kondisi tertentu.

10. Hak pengurangan PPh Pasal 25

Wajib Pajak dapat meminta permohonan pengurangan jumlah angsuran PPh Pasal
25 dengan kondisi tertentu.
11. Hak mendapatkan insentif perpajakan

Sejumlah kegiatan atau Barang Kena Pajak (BKP) berhak atas fasilitas
pembebasan PPN, di antaranya buku-buku, pesawat udara, kereta api, kapal laut,
serta perlengkapan TNI/Polri yang diimpor atau diserahkan di area pabean oleh
Wajib Pajak tertentu.

12. Hak mendapatkan pajak ditanggung pemerintah

Khusus pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai menggunakan hibah atau


dana pinjaman luar negeri, PPh terutang atas penghasilan konsultan, kontraktor,
dan supplier utama ditanggung pemerintah.

D. Kewajiban Pembukuan dan Pencatatan

Pada prinsipnya wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan
pembukuan. Kewajiban pembukuan ini diatur dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).Namun, kewajiban pembukuan
itu dikecualikan bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan
neto (NPPN). Hal ini sesuai dengan Pasal 28 ayat (2) UU KUP.

Wajib pajak yang dimaksud antara lain wajib pajak orang pribadi yang menjalankan
usaha atau melakukan pekerjaan bebas dengan jumlah bruto dalam setahun kurang dari
Rp4,8 miliar. Sebagai penggantinya, wajib pajak dengan kriteria di atas tetap wajib
melakukan pencatatan. Kewajiban pencatatan ini juga berlaku bagi wajib pajak yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.Pengecualian tersebut dilakukan
berdasarkan prinsip kesederhanaan, terutama bagi pengusaha skala kecil dan
menengah. Sebab, dari sebagian dari mereka umumnya tidak mengetahui adanya
kewajiban menyelenggarakan pembukuan, tidak memahami bagaimana
menyelenggarakan pembukuan, atau tidak mempunyai karyawan yang berkompetensi
dalam membuat pembukuan.Untuk itu, mereka hanya diwajibkan untuk melakukan
pencatatan yang lebih sederhana dibanding pembukuan.

Ketentuan Pembukuan dan Pencatatan

UU KUP mengatur syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh wajib pajak dalam
menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan. Wajib pajak yang melakukan
pembukuan harus memenuhi ketentuan berikut:

 diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan


atau kegiatan usaha yang sebenarnya;
 diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam
bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan;diselenggarakan dengan
prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas;
 Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah
dapat diselenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapat izin Menteri
Keuangan; dan
 Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang.

Sanksi Tidak Melakukan Pembukuan dan Pencatatan

Tidak mengadakan pembukuan/pencatatan,pajak yang terutang ditetapkan


dengan SKP ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dan
khusus untuk PPh pasal 29 ditambah kenaikan sebesar 50%.Setiap orang yang
dengan sengaja:Memperlihatkan pembukuan,pencatatan,atau dokumen lain
yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar,atau tidak menggambarkan
keadaan yang sebenarnya.Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan
di Indonesia,tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku,catatan,atau
dokumen lain.

Tidak menyimpan buku,catatan,atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan


atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelole secara elektronik atau diselenggarakan secara
program aplikasi on-line di Indonesia.dipidana dengan pidana penjara paling
singkat enam(enam)bulan dan paling lama 6(enam) tahun dan denda paling
sedikit 2(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 4(empat)kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar.pidana menjadi 2(dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan
lagi tindak pidana dibidang perpajakan sebelum lewat 1(satu) tahun terhitung
sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.

Anda mungkin juga menyukai