NIM : 20023000052
KELAS : B/AKUNTANSI
TUGAS : PERPAJAKAN I (Tugas ke-14)
Sebagai warga negara Indonesia, Anda memiliki hak dan kewajiban sebagai wajib pajak
yang perlu dipatuhi. Keduanya telah diatur sedemikian rupa dalam Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Hak dan kewajiban perpajakan harus dilakukan oleh wajib
pajak. Mengacu dari undang-undang yang sama, pada pasal 1 ayat 2 dijelaskan kalau wajib pajak
adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Jadi, siapapun, baik yang sudah memiliki NPWP atau belum, sudah
termasuk ke dalam wajib pajak jika sudah mempunyai hak dan kewajiban perpajakan.
Data di sini adalah data dan informasi orang pribadi atau badan yang dapat
menggambarkan kegiatan atau usaha, peredaran usaha, penghasilan dan/atau
kekayaan yang bersangkutan, termasuk informasi mengenai nasabah debitur, data
transaksi keuangan dan lalu lintas devisa, kartu kredit, serta laporan keuangan
dan/atau laporan kegiatan usaha yang disampaikan kepada instansi lain di luar
Ditjen Pajak.Kewajiban ini tidak hanya dipatuhi oleh wajib pajak, tetapi juga oleh
setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain. Jika sengaja tidak
memenuhi kewajiban ini, wajib pajak akan terkena pidana kurungan paling lama 1
(satu) tahun atau denda paling banyak Rp1.000.000.000.
Anda berhak untuk melihat tanda pengenal pemeriksa, meminta surat perintah
pemeriksaan, menerima penjelasan terkait maksud dan tujuan pemeriksaan,
meminta detail perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT, serta hadir saat
pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan.
Apabila Wajib Pajak tidak setuju dengan surat ketetapan pajak dari Ditjen Pajak,
maka dapat mengajukan keberatan. Wajib Pajak juga berhak mengajukan banding
hingga peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.
Jika Anda membayar pajak dengan jumlah lebih banyak dari seharusnya, maka
Anda berhak menerima kelebihan bayarnya. Caranya adalah mengirimkan surat
permohonan ke Kepala Kantor Pajak Pratama (KPP) atau melalui Surat
Pemberitahuan (SP).
Bagi Anda yang termasuk Wajib Pajak patuh, maka berhak mendapat
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam waktu minimal satu
bulan untuk PPN dan tiga bulan untuk PPh terhitung sejak surat permohonan
diterima Ditjen Pajak.
6. Hak kerahasiaan
Hak dan kewajiban Wajib Pajak juga menyangkut perlindungan kerahasiaan atas
semua informasi yang Anda sampaikan kepada Ditjen Pajak terkait kepentingan
perpajakan. Hal-hal yang dilindungi mencakup data dari pihak ketiga yang sifatnya
rahasia.
Apabila terjadi kondisi tertentu, misalnya kerusakan bumi dan bangunan akibat
bencana alam, Wajib Pajak berhak mengajukan pengurangan pajak terutang PBB.
Wajib Pajak dapat meminta permohonan pengurangan jumlah angsuran PPh Pasal
25 dengan kondisi tertentu.
11. Hak mendapatkan insentif perpajakan
Sejumlah kegiatan atau Barang Kena Pajak (BKP) berhak atas fasilitas
pembebasan PPN, di antaranya buku-buku, pesawat udara, kereta api, kapal laut,
serta perlengkapan TNI/Polri yang diimpor atau diserahkan di area pabean oleh
Wajib Pajak tertentu.
Pada prinsipnya wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan
pembukuan. Kewajiban pembukuan ini diatur dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).Namun, kewajiban pembukuan
itu dikecualikan bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan
neto (NPPN). Hal ini sesuai dengan Pasal 28 ayat (2) UU KUP.
Wajib pajak yang dimaksud antara lain wajib pajak orang pribadi yang menjalankan
usaha atau melakukan pekerjaan bebas dengan jumlah bruto dalam setahun kurang dari
Rp4,8 miliar. Sebagai penggantinya, wajib pajak dengan kriteria di atas tetap wajib
melakukan pencatatan. Kewajiban pencatatan ini juga berlaku bagi wajib pajak yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.Pengecualian tersebut dilakukan
berdasarkan prinsip kesederhanaan, terutama bagi pengusaha skala kecil dan
menengah. Sebab, dari sebagian dari mereka umumnya tidak mengetahui adanya
kewajiban menyelenggarakan pembukuan, tidak memahami bagaimana
menyelenggarakan pembukuan, atau tidak mempunyai karyawan yang berkompetensi
dalam membuat pembukuan.Untuk itu, mereka hanya diwajibkan untuk melakukan
pencatatan yang lebih sederhana dibanding pembukuan.
UU KUP mengatur syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh wajib pajak dalam
menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan. Wajib pajak yang melakukan
pembukuan harus memenuhi ketentuan berikut: