uk
Provided by Ibrahimy Online Journals (IAI Ibrahimy - Institut Agama Islam)
Kustiana Arisanti
Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Genggong
kustiana.arisanti82@gmail.com
Abstract: Prophet Adam was the first human being taught by Allah SWT
directly. He is the object of education and Allah SWT as the subject of
education. That simple education process is composed of several materials
which include teaching the names of all-natural components, founding values
and giving provision as the main manager of the earth as a caliph. The
scientific transmission consists of scientific transmission from Allah SWT to
the Prophet Adam as the caliph on earth and from the Prophet Adam to the
Angel of God.
Keywords : prophet adam's education; al-qur'an
124
DOI: 10.35316/jpii.v4i2.195 Jurnal Pendidikan Islam Indonesia
Volume 4, Nomor 2, April 2020
125
Arisanti – Proses Pendidikan Nabi Adam Perspektif al-Qur’an
َٰٓ
orang yang akan membuat kerusakan ۡيس ۡأَبَى َٰٓ َّ ِس َجد َُٰٓۡواْ ۡإ
َ َل ۡإِۡب ِل َ َۡل َٰٓ ۡدَ َم ۡف
ۡ ِ ۡ َْوإِذۡ ۡقُلنَاۡ ِلل َملَئِ َك ِة ۡٱس ُجد ُوۡا
padanya dan menumpahkan darah, ۡ ۡ٣٤َۡۡۡمنَ ۡٱل َك ِف ِرين ِ ََۡوٱست َكبَ َۡرۡ َو َكان
padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan “Dan ingatlah ketika kami berfirman
mensucikan Engkau?” Tuhan kepada para malaikat: “sujudlah kamu
berfirman: “Sesungguhnya Aku kepada Adam,” Maka sujudlah mereka
mengetahui apa yang tidak kamu kecuali Iblis; ia enggan dan takabbur
ketahui”. dan adalah ia termasuk golongan
orang-orang yang kafir”.
َٰٓ
ۡعلَۡى ۡٱل َملَئِ َۡك ِۡة
َ ۡ ض ُهم َۡ ۡ علَّ َۡم ۡ َءادَ َم ۡٱلَس َما َٰٓ َۡء ۡكُلَّ َها ۡث ُ َّۡم
َۡ ع َر َ َو
َٰٓ
ۡ ۡ٣١ۡ َص ِدقِين َۡ َُۡل ِۡءِۡۡإنۡكُۡنتُم َ َ ِ جكَ ۡٱل َجنَّۡةَۡ ۡ َوكُۡ ََل
َٰٓ َ ۡمن َهاۡ فَقَالَۡأ ۢن ِبۡو ِنيۡ ِبأس َما َٰٓ ِءۡ َهؤ ُۡ ۡوزَ و َ ََوقُلنَا ۡيََٰٓـَٔادَ ُم ۡٱسكُنۡ ۡأَنت
ِ ش َج َرۡة َ ۡفَۡتَكُون
ََۡۡاۡمن َّۡ اۡو ََل ۡت َق َربَاۡ َه ِۡذِۡه ۡٱل ُ غدًاۡ َحي
َۡ ث ۡ ِشئت ُ َم َ َر
“Dan dia mengajarkan kepada Adam َّ
ۡ ۡ٣٥َۡۡٱلظ ِل ِمين
nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian “Dan Kami berfirman: “Hai Adam,
mengemukakannya kepada para diamilah oleh kamu dan istrimu surge
malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah ini, dan makanlah makanan-
kepada-Ku nama benda-benda itu jika makanannya yang banyak lagi baik
kamu memang benar orang-orang dimana saja yang kamu sukai, dan
yang benar!” janganlah kamu dekati pohon ini, yang
menyebabkan kamu termasuk orang-
ۡعۡلَّمتَنَ ۖٗا َٰٓۡ ِإنَّكَ ۡۡأ َنتَ ۡٱل َع ِلي ُۡم ۡ َّ قَالُوۡاْۡسُب َحنَكَ ََۡل ۡ ِعل َم ۡلَنَا َٰٓۡ ِإ
َ َۡل ۡ َۡما orang yang zalim”.
ۡ ۡ٣٢ۡٱل َح ِكي ُۡم
ۡۡوقُلنَا
َۡ اۡم َّماۡ َۡكانَاۡفِي ۖٗ ِه
ِۡ ج ُه َۡم َۡ عن َهاۡفَأَخ َر َ شي
َ ۡ ُۡطن َّ فَأَزَ لَّ ُه َما ۡٱل
ۡ ِ ۡۡولَكُۡمۡ ۡفِي ۡٱلَر ٗۖ َ ۡ ض ٍ ضكُم ۡ ِلبَع ُ ٱه ِبطُوۡاْ ۡبَع
“Mereka menjawab: “Maha Suci ۡض َ ُوٞ عد
Engkau, tidak ada yang kami ketahui ۡ ۡ٣٦ۡين ِ ۡو َمت َ ٌعۡ ِإلَى
ٖ ۡح َ رٞ َُمستَق
selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada Kamu; sesungguhnya “Lalu keduanya digelincirkan oleh
Engkaulah yang Maha Mengetahui syaitan dari surga itu, dan dikeluarkan
lagi Maha Bijaksana”. dari keadaan semula dan Kami
berfirman: Turunlah kamu! Sebagian
ۡ َل ۡ َيَٰٓـَٔادَ ُم ۡأ َ ۢن ِبئ ُهم ۡ ِبأَس َما َٰٓ ِئ ِۡه ۖٗۡم ۡفَلَۡ َّما َٰٓ ۡۡأ َ ۢن َبأَهُم ۡ ِبۡأ َس َما َٰٓ ِئ ِهم ۡقَال
َۡ قَا kamu menjadi musuh bagi yang lain,
ۡض ۡ َوأَعۡلَ ُم
ۡ ِ ت ۡ َۡوٱلَر ِۡ س َۡم َو َّۡ ب ۡٱل َ ي ۡأَعلَ ُم ۡغَي َٰٓ أَلَم ۡأَقُلۡلَّكُم ۡ ِإ ِن dan bagi kamu ada tempat kediaman
ۡ ۡ٣٣ۡ َۡو َماۡكُنتُمۡت َكت ُ ُمون َ ََماۡتُبد ُون di bumi, dan kesenangan hidup
sampai waktu yang ditentukan”.
“Allah berfirman: “Hai Adam,
beritahukanlah kepada mereka nama- ۡعلَي ِۡه ۡإِنَّ ۡهۥُ ۡه َُۡو َۡ َ ت ۡفَۡۡت
َ ۡ اب ٖ ۡربِ ِۡهۦ ۡ َك ِل َم
َّ ۡمنِ فَتَلَقَّىَٰٓۡ ۡ َءادَ ُم
nama benda ini,” Maka setelah ۡ ۡ٣٧ۡٱلر ِحي ُۡم ُۡ ٱلت َّ َّو
َّ ۡاب
diberitahukannya kepada mereka
nama-nama benda itu, Allah “Kemudian Adam menerima beberapa
Berfirman: Bukankah sudah kukatakan kalimat dari Tuhannya, Maka Allah
kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku SWT menerima taubatnya.
mengetahui rahasia langit dan bumi Sesungguhnya Allah Maha Penerima
dan mengetahui apa yang kamu Taubat lagi Maha Penyayang”.
lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan?”. ۡقُلنَا ۡٱهبِطُوۡاْ ۡ ِمن َهاۡ َج ِميع ۖٗا ۡفَإ ِ َّما ۡيَأۡتِيَۡنَّكُمۡ ِۡمنِيۡهُدىۡۡفَ َمن
ۡ ۡ٣٨َۡۡۡو ََلۡ ۡهُمۡۡيَحۡزَ نُون َ علَي ِهم َ ۡف ٌ ايۡفَ ََلۡخَو َ َتَبِ َعۡهُد
126
DOI: 10.35316/jpii.v4i2.195 Jurnal Pendidikan Islam Indonesia
Volume 4, Nomor 2, April 2020
127
Arisanti – Proses Pendidikan Nabi Adam Perspektif al-Qur’an
128
DOI: 10.35316/jpii.v4i2.195 Jurnal Pendidikan Islam Indonesia
Volume 4, Nomor 2, April 2020
Kata ‘Allama dalam al-Qur’an hanya pengalaman dan penyebaran, agar generasi
disebut sebanyak 4 kali (Baqi, 2002) tapi kata demi generasi dapat terus survive dalam
ilmu dengan berbagai bentuknya terulang kehidupannya. Ketika suatu generasi
sebanyak 854 kali (Shihab, 2007). Qurtuby terputus dengan keilmuan dan
dalam tafsirnya memberikan makna ‘Allama pengetahuan, maka bisa dipastikan
dalam Q.S al-Baqarah ayat 31 tersebut kehidupannya akan statis tidak bisa
sebagai pemberian ilham ilmu pengetahuan berkembang, bahkan tidak menutup
secara langsung kepada Nabi Adam. Dari kemungkinan akan menemukan kepunahan
sini dapat kita ketahui bagaimana proses dan kehancuran.
transmisi keilmuan yang disampaikan Allah Oleh karena itu, Allah memberikan
SWT. Dalam khazanah pengetahuan Islam, potensi-potensi kepada manusia berupa
memperoleh ilmu tidak hanya didapat dari kemampuan mengetahui, menyusun
hasil penalaran akal atau observasi konsep-konsep, mengembangkan dan
penelitian saja, akan tetapi intuisi (wahyu/ mengemukakan gagasan-gagasan serta
ilham) juga mempunyai peranan yang melaksanakannya (Shihab, 2007). Potensi
sangat penting untuk menjembatani antara inilah yang kemudian dijadikan bukti oleh
makhluk dan khalik-Nya dalam menerima Allah untuk menunjukkan kepada malaikat
informasi-informasi ilahiyah. bahwa Nabi Adam yang dipilih oleh Allah
Menurut Mahdi Ghalsani bahwa guru untuk menjadi khalifah dalam mengelola
sejati seluruh pengetahuan yang sebenarnya bumi.
adalah Allah SWT (Basri, 2006). Allah SWT Transmisi keilmuan dari Nabi Adam
merupakan sumber pengetahuan. Dalam kepada malaikat berbeda dengan transmisi
beberapa ayat al-Qur’an, Allah keilmuan dari Allah kepada Nabi Adam,
menggunakan kata ‘Allamahu dan dari cara dan tujuan penyampaian
‘Allamnahu, ini berarti bahwa Allah pengetahuan tersebut. Kata ‘Allama
menganugerahi manusia kemampuan untuk (mengajar) sudah jelas berbeda kandungan
mendapatkan pengetahuan dan memberinya maknanya dengan ‘anba’a
yang diperlukan. Transmisi keilmuan (memberitahukan/menceritakan). Quraish
semacam ini bukan cara yang umum, hanya Shihab memahami bahwa pengajaran
orang-orang tertentu yang dikehendaki mengandung unsur adanya upaya dari
Allah untuk mendapatkannya. pengajar agar bahan ajarnya dimengerti dan
difahami oleh yang diajar, bahkan bila perlu
materinya diulang-ulang hingga benar-benar
Transmisi Keilmuan dari Nabi Adam Kepada dimengerti, berbeda dengan penyampaian
Malaikat berita (Shihab, 2007:149).
129
Arisanti – Proses Pendidikan Nabi Adam Perspektif al-Qur’an
Tafsir mengatakan bahwa inti kurikulum yang menyatakan bahwa Allah SWT akan
adalah pengalaman belajar (Tafsir, 2007:55). mengangkat derajat orang berilmu (Q.S. 58 :
Pengalaman belajar inilah nantinya yang 11) dan orang yang berilmu berbeda dengan
banyak pengaruhnya dalam pendewasaa, orang yang tidak berilmu (Q.S. 39 : 9). Nilai
tidak hanya mempelajari mata pelajaran, lain yang mungkin ingin ditanamkan Allah
interaksi sosial dalam lingkungannya, SWT adalah bahwa dalam misinya nanti
kerjasama kelompok dan lain-lain juga sebagai khalifah banyak hambatan yang
merupakan pengalaman belajar. akan dilalui, pesaing, orang yang tidak mau
Adapun materi pendidikan Nabi tunduk kepada pimpinan dan lain
Adam adalah sebagai berikut: sebagainya. Hal ini tergambar dari
1. Nama-nama secara keseluruhan (al-Asma’ pembangkangan iblis atas perintah sujud
Kullaha) kepada Nabi Adam sebagai wujud
Terdapat perbedaan pendapat tentang kesombongan karena merasa diri lebih baik
makna al-Asma’ Kullaha. Ada yang (Kesombongan Iblis dikarenakan merasa
mengatakan sebagai nama-nama keadaan bahwa makhluk yang diciptakan dari api
anak keturunan Adam, nama malaikat, lebih baik dri yang diciptakan dari tanah.
nama segala sesuatu (al-Thahabari, 1995), Keterangan ini terdapat dalam QS. Shad: 75-
sifat dari nama-nama, bahasa (Andalusi, 76 dan al-‘Araf:12) dan lebih berhak untuk
1985) sampai pada makna fungsi dan menjadi khalifah.
karakteristik benda-benda (Al-Andalusi,
1993). Dari makna-makna tersebut di atas 3. Pemberian Pengalaman Sebagai Bekal
dapat disimpulkan bahwa materi yang Pengelolaan Bumi
diberikan Allah SWT adalah mencakup Setelah menerima “teori” yang
pengetahuan tentang segala sesuatu, yang ditunjang dengan penanaman nilai-nilai
diterima secara langsung tanpa perantara luhur, Nabi Adam kemudian diperintahkan
melalui ilham. Sehingga dari sini kemudian َ َا ْس ُك ْنۡأَنت
masuk surga bersama istrinya (ۡ َۡوزَ ْوجُك
Nabi Adam mempunyai potensi untuk ْ
َ )ال َجنَّة ۡةsebagai penghargaan atau reward atas
mengetahui dan mengeksplorasi segala keberhasilannya menyerap keilmuan juga
sesuatu yang akan dijumpainya nanti ketika bertujuan untuk memberikan pengalaman
akan melaksanakan tugas sebagai khalifah. hidup di surga sebagai wahana praktek
Kendatipun demikian Allah SWT tetap (training) sebelum betul-betul diterjunkan ke
memberikan batasan bahwa ilmu yang lapangan kerja yang sesungguhnya (bumi).
diberikkan kepada manusia cuma sedikit Nabi Adam secara bebas melakukan apa saja
sekali. (Q.S. 17: 85) ketika di surga kecuali mendekati sebuah
pohon (Dalam QS. Al-A’raf 20-25 dijelaskan
2. Penanaman Nilai-nilai tentang proses rayuan Iblis, kalimat-kalimat
Ketika Allah SWT memberikan rayuannya bahkan iblis menggunakan
anugerah keilmuan kepada Nabi Adam, sumpah agar rayuannya sukses. Sehingga
maka Allah SWT menyuruh para malaikat Nabi Adam dan Hawa makan buah Khuldi
untuk melakukan sujud penghormatan yang berakibat lepasnya aurat mereka
kepada Nabi Adam. Allah SWT ingin berdua kemudian menutupinya dengan
memberikan pelajaran kepada Nabi Adam daun-daun surga. Padahal jauh sebelumnya
tentang nilai dan kedudukannya yang mulya Allah telah mengingatkan hal ini) sebagai
dengan dipilihnya beliau (bukan malaikat) point tata tertib surga. Namun sisi
sebagai khalifah, disampingn itu penanaman kelemahan Adam dan Hawa sebagai
tentang nilai penghargaan orang yang manusia muncul sehingga terbujuk rayuan
berilmu. Sebagaimana firman Allah SWT setan yang berakibat pengeluarannya dari
130
DOI: 10.35316/jpii.v4i2.195 Jurnal Pendidikan Islam Indonesia
Volume 4, Nomor 2, April 2020
surga sebagai konsekuensi logis dari terjun ke dalam lapangan kerja yang
perbuatannya (hukuman/ punishmant). sesungguhnya. Kemudian dalam proses
Nabi Adam dan Hawa menyadari pendidikan yang dimulai dari perencanaan
kesalahannya kemudian bertaubat (al- yang dilakukan, Allah senantiasa
Thahabari, 1995). menggunakan setting dialogis dan
pengamatan langsung pada lingkungan
(metode pendidikan).
Kesimpulan Rangkaian ayat-ayat tentang proses
pendidikan Nabi Adam ini ditutup dengan
Dalam dunia pendidikan kita pesan Allah SWT yang artinya:
mengenal istilah Tujuan Pendidikan, subyek
pendidikan, objek pendidikan, materi pendidikan “…lalu jika datang petunjuk-Ku
dan metode pendidikan. Masing-masing istilah kepada kamu, maka barang siapa yang
tersebut bila kita komparasikan terhadap mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak
kandungan “makna pendidikan” yang ada rasa takut mengatasi mereka dan
terdapat dalam al-Qur’an Surah al-Baqarah tidak pula mereka bersedih hati.
ayat 30-39, maka bisa penulis ungkapkan Adapun orang-orang yang kafir dan
sebagai berikut: mendustakan ayat-ayat Kami, mereka
Allah SWT, mempunyai rencana itu penghuni neraka; mereka kekal di
untuk menciptakan makhluk yang bertujuan dalamnya”.
untuk mengisi, mengelola dan
memberdayakan bumi, yang disebut oleh
Allah SWT sebagai khalifah (pengganti Allah Daftar Pustaka
SWT dalam menjalankan dan melestarikan
hokum-hukumNya). Agar sang khalifah siap Al-Andalusi, A. H. (1993). Al-Bahru Al-
lahir bathin dalam menjalankan tugasnya Muhith (Vol.1). Beirut: Dar al-Kutub al-
maka Allah SWT melakukan proses untuk Ilmiyah.
membangun Adam menjadi “manusia yang Al-QurÏubi, A. A. M. b. A. al-A. (1967). al-
seutuhnya”. Inilah yang disebut sebagai Jami‘ Li Ahkam al-Qur’ān (Vol. 1). Beirut:
tujuan pendidikan. Dar al-Kutub al-Islamiyyah.
Dalam proses pendidikan tersebut Al-Sabouni, M. A. (1981). Safwat Al-Tafasir:
Allah SWT merupakan sumber Tafsir Al-Qur’an Al-Karim. Beirut: Dar
pengetahuan. Allah SWT mengajarkan nama Al-Qur’an Al-Karim.
segala sesuatu, memberikan potensi-potensi Al-Sya’rawi, M. M. (1991). Tafsir al-Sya’rawi
kemampuan dasar kepada manusia untuk (Vol. I). Al-Qahirah: Akhbar al-Yaum.
dikembangkan nanti ketika ada di bumi. al-Thahabari, A. J. M. I. J. (1995). Jami’ al-
Allah merupakan sang Maha Guru sejati Bayan ’an Ta’wil Ay al-Qur’an (vol. 1).
dari seluruh pengetahuan yang sebenarnya, Dar al-Fikr.
sedangkan Nabi Adam adalah sebagai Andalusi, A. H. al-. (1985). Tafsir al-Fakhr al-
murid, yang menerima pengetahuan Razi (1st ed.). Beirut: Dar al-Fikr.
tersebut melalui transmisi keilmuan yang Baqi, M. F. A. (2002). al-Mu’jam al- Mufakras
berupa ilham. Sedangkan materi Li Alfadz al-Qur’an. Beirut: Dar al-
pendidikannya bervariasi, mulai dari nama- Ma’rifat.
nama segala sesuatu, penanaman nilai-nilai Basri, H. (2006). Konsep Ilmu Pengetahuan
ketika terjadi pembangkangan iblis untuk dalam Perspektif al-Qur’an : Antologi
sujud sampai ujian hidup di surge sebekum Kajian Islam. Surabaya: PPs IAIN Sunan
131
Arisanti – Proses Pendidikan Nabi Adam Perspektif al-Qur’an
Ampel.
Darwazah, M. (2000). Al-Tafsîr al-Hadîts:
Tartib al-Suwâr Hasab al-Nuzul. Beirut:
Beirut: Dar al-Gharb al-Islami.
Kathir, A. al-F. I. I. (2003). Qasas al-Anbiya’.
Mesir: Dar al-Ghad al-Jadid.
Masruhan. (2004). Konsep Kepemimpinan
Dalam Islam: Studi Analisis Tentang
Pemikiran Politik Ibnu Khaldun.
Qualita Ahasana, Vol. 2, No.
Nur, I. (2003). Pendidikan Islam: Analisis
Filosofis Pendidikan Sebagai Proses
Kepemimpinan. Jurnal Pendidikan Islam,
Vol. 1, No, 221.
Shihab, M. Q. (2007). Wawasan al-Qur’an.
Bandung: Mizan.
Tafsir, A. (2007). Ilmu Pendidikan Dalam
Perspektif Islam. Bandung: Roasda
Karya.
Wahbah al-Zuhaili. (2003). Al-tafsir al-Munir
fi al-aqidah wa al-syari’ah wa al-minhaj
(Vol.1). Beirut: Dar al-Fikr.
132