Anda di halaman 1dari 121

MODUL PRAKTEK LABORATORIUM

MATA KULIAH
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN / PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
TAHUN 2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Mata Kuliah : Kebutuhan Dasar Manusia I


Kode MK : NSA. 4.01.28
Jumlah sks : 4 sks

Bengkulu, Juli 2021

Koordinator MK

Ns. Septiyanti, S.Kep, M.Pd

Mengetahui,
Ka. Prodi Sarjana Terapan /Profesi Ners

Ns. Hermanyahm, S. kep, M. Kep


NIP. 197507161997031002

2
3
RENCANA PEMBELAJARAN
MATA KULIAH KEBUTUHAN DASR MANUSIA I

1. DESKRIPSI MATA KULIAH


Mata kuliah ini membahas tentang berbagai konsep , prinsip dan keterampilan klinis
keperawatan untuk membantu memenuhi berbagai kebutuhan manusia mencakup
kebersihan, dan perawatan diri, pengendalian infeksi, kebutuhan rasa aman dan nyaman,
kebutuhan oksigenasi, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi, dan pemberian medikasi
Pengalaman belajar meliputi pembelajaran di kelas dan di laboratorium keperawatan
.

2. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menguasai teknik, prinsip dan prosedur pelaksanaan asuhan/ praktik keperawatan yang
dilakukan secara mandiri atau berkelompok , pada bidang keilmuan keperawatan dasar

3. CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH


Setelah mengikuti kegiatan praktik laboratoium KDM I mahasiswa mampu :
1. Mendemonstrasikan prosedur perawatan diri dan kebersihan
2. Menerapkan pinsip dan prosedur pengendalian infeksi dan patient safety
3. Mendemonstrasikan prosedur pemenuhuan kebutuhan rasa aman dan nyaman serta
perawatan nyeri
4. Mendemonstrasikan prosedur perawatan luka sederhana
5. Mendemonstrasikan pemberian oksigen
6. Mendemonstrasikan prosedur pemberian nutrisi oral, dan parenteral
7. Mendemonstrasikan prosedur pemenuhuan kebutuhan eliminasi
8. Mendemonstrasi prosedur dalam pemberian medikasi oral. parenteral, topikal dan
suppositori dengan menerapkan prinsip benar

4
TATA TERTIB PELAKSANAAN
PRAKTEK LABORATORIUM KEPERAWATAN (SKILL LAB)
TATA TERTIB BAGI MAHASISWA
1. Mahasiswa harus sudah berada dan siap 15 menit sebelum pelaksanaan skill lab
2. Apabila ada yang tidak hadir, harus memperoleh ijin dari dosen pengampu/ instruktur yang
mengampu. Apabila sakit harus menyertakan surat keterangan sakit dari dokter.
3. Presentase kehadiran skill lab sebagai syarat mengikuti ujian adalah 100 %
4. Apabila mahasiswa terlambat lebih dari 30 menit maka tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan
skill lab
5. Setiap mahasiswa wajib menggunakan tanda pengenal selama pelaksanaan skill lab
6. Mahasiswa harus sudah mempelajari topic keterampilan yang akandiajarkan sebelum
pelaksanaan skill lab
7. Perwakilan masing masing kelompok mahasiswa berkoordinasi dengan petugas laboran skill lab
untuk peminjaman alat dan bertanggung jawab terhadap alat alat yang sudah di sediakan
8. Masing masing mahasiswa harus mempersiapkan buku panduan skill lab, petunjuk pelaksanaan
skill lab, dan peralatan sebaik baiknya pada setiap pertemuan
9. Tidak diperkenankan menggunakan handphone atau alat komunikasi lain selama pelaksanaan
skill lab. Handphone atu komunikasi lainnya harap dimatikan
10. Menjaga situasi kondusif selama kegiatan skill lab, tidak membuat gaduh atau mengobrol antar
mahasiswa yang cenderung mengganggu jalannya skill lab
11. Memperhatikan serta melaksanakan instruksi dan pelatihan yang diberikan dosen
pengampu/instruktur
12. Peminjaman ruangan dan alat-alat skill lab dilakukan sehari sebelum pelaksanaan skill labs dan
sudah dikoordinasikan dengan petugas laboran sesusai peraturan yang telah ditetapkan
13. Bila terdapat kerusakan dan atau kehilangan alat skill lab maka kelompok yang bersangkutan
wajib mengganti atau memperbaiki alat tersebut

TATA TERTIB BAGI INSTRUKTUR / DOSEN PENGAMPU


1. Dosen pengampu/instruktur sudah hadir 15 menit sebelum pelaksanaan skiil lab
2. Dosen pengampu/instruktur harus memahami topic keterampilan yang akan di ajarkan
3. Dosen pengampu/instruktur menyiapkan presentasi dan lembar check list (SOP) skill lab
4. Apabila ada mahasiswa yang tidak hadir, harus memperoleh ijin dari Dosen pengampu/instruktur
yang mengampu. Apabila sakit harus menyertakan surat keterangan sakit dari dokter.
(dilampirkan pada absen mahasiswa)
5. Apabila ada mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 30 menit tidak boleh mengikuti jadwal
lab skill
6. Melakukan koordinasi dengan petugas lab dalam pelaksanaan lab skill, serta penggunaan alat skill
lab sehari sebelum pelaksanaan skill lab
7. Memberikan pemahaman, pelatihan, motivasi, pembelajaran dan evaluasi pada mahasiswa
selama kegiatan skill lab berlangsung
8. Mengisi lembar penilaian skill lab pada ujian OSCA mahasiswa seobjektif mungkin sesuai checklist
yang tersedia dan mengisi seluruh kolom penilaian mahasiswa
9. Instruktur/Dosen pengampu menyerahkan lebar check list (SOP) penilaian skill lab kepada
coordinator pada hari itu juga

5
10. Apabila instruktur berhalangan hadir harus menghubungi coordinator skill lab satu hari sebelum
kegiatan atau mencari ganti instruktur dengan persetujuan coordinator.

TEHNIS PELAKSANAAN SKILL LAB


Alur kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan jalannya skill lab di atur oleh coordinator
skill lab.
Skill lab dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu :
1. Simulasi clasical
Pada tahap ini mahasiswa akan diberi pemahaman dan keterampilan oleh dosen pengampu
secara classical. Dosen pengampu akan melakukan simulasi demonstrasi tentang keterampilan
sesuai tuntutan silabus. Kemudian mahasiswa akan melakukan redemonstrasi terhadap
keterampilan yang telah di demonstrasikan oleh dosen pengampu.
2. Tutorial Skill lab
Pada tahap ini mahasiswa akan dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Satu kelompok terdiri
dari 8 – 10 orang mahasiswa. Masing –masing kelompok akan di bimbing oleh satu instruktur
pembimbing.Mahasiswa kan dibimbing oleh instruktur dalam menguasai keterampilan yang telah
diajarkan oleh dosen pengampu.

3. Ujian Skill lab dengan metode OSCA


Pada tahap ini mahasiswa akan diuji penguasaaannya dalam melakukan keterampilan yang telah
di ajarkan. Mahasiswa wajib mengikuti kegiatan classical dan small group skill lab 100 persen
sebagai syarat mengikuti ujian dengan bukti tanda tangan pembimbing. Mahasiswa yang gagal
akan diberi kesempatan satu kali untuk mengulang. Bila mahasiswa masih tetap gagal setelah
mengulang maka mahasiswa tersebut harus mengikuti bimbingan skill lab tambahan dengan
biaya sendiri.

TATA TERTIB UJIAN OSCA SKILL LAB


1. Mendaftar ke kordinator sebagai peserta dengan melampirkan bukti tanda tangan pembimbing
pada kegiatan small group skill lab.
2. Wajib menjunjung tinggi kejujuran, profesionalisme dan kemandirian, serta tidak melakukan
kecurangan dalam bentuk apapun /bekerjasama dengan orang lain
3. Dilarang membawa alat komunikasi elektronik dalam bentuk apapun
4. Membawa alat tulis
5. Wajib dating 30 menit sebelum ujian dimulai, jika hadir terlambat maka tidak diperkenankan
mengikuti ujian
6. Wajib membawa tanda pengenal
7. Mengisi daftar hadir peserta ujian
8. Tidak membawa catatan ke ruang ujian
9. Semua barang peserta dititipkan di tempat yang telah tersedia
10. Mengenakan pakaian seragam yang telah ditetapkan
11. Menjaga ketertiban, ketenangan dan kelancaran penyelenggaraan ujianMengikuti
12. seluruh rangkaian kegiatan ujian OSCA (kognitif, psikomotor, afektif)

6
DAFTAR ISI

TOPIK 1
KEBERSIHAN LINGKUNGAN TEMPAT TIDUR PASIEN

TOPIK 2
PERSONAL HYGIENE

TOPIK 3
PENCEGAHAN INFEKSI

TOPIK 4
MANAGEMEN NYERI NON FARMAKOLOGIS

TOPIK5
PERAWATAN LUKA

TOPIK 6
KEBUTUHAN OKSIGENASI

TOPIK 7
KEBUTUHAN NUTRISI

TOPIK 8
KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

TOPIK 9
KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL

TOPIK 10
PENGOBATAN DALAM KEPERAWATAN

7
TOPIK 1
KEBERSIHAN LINGKUNGAN
(MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR / MAKING BED)

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruktur Umum (TIU)
Mahasiswa mampu memenuhi kebutuhan kebersihan tempat tidur pasien dengan benar

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


1. Mahasiswa mampu menyiapkan dan memahami fungsi alat/linen yang diperlukan untuk
menyiapkan dan merapikan tempat tidur pasien dengan benar
2. Mahasiswa mampu menyiapkan tempat tidur tidur terbuka dan tertutup dengan benar
3. Mahasiswa mampu menggantikan alas tempat tidur dengan atau tanpa pasien di atas tempat
tidur dengan benar

TINJUAN PUSTAKA
KEBERSIHAN TEMPAT TIDUR PASIEN
Kebersihan tempat tidur pasien sangat penting untuk memberikan rasa nyaman dan terhindar dari
bakteri atau kuman penyebab penyakit. Selain itu kasur yang memiliki ruang sirkulasi udara yang baik
seperti kasur kapuk, dan kondisi alas kasur (seprai) yang bersih dan tidak kusut dapat melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah iritasi pada kulit pasien sehingga pasien dapat terhindar dari luka
dekubitus terutama pada pasien dengan tirah baring lama di tempat tidur.
Kebersihan tempat tempat tidur akan memberikan rasa nyaman tanpa gangguan selama tidur
sehingga dapat membantu proses penyembuhan.

Pemenuhan kebutuhan kebersihan tempat tidur ini dapat dilakukan beberapa prosedur tindakan yaitu
:
1. Menyiapkan tempat tidur terbuka (open Bed)
2. Menyiapkan tempat tidur tertutup (closed bed)
3. Menyiapkan tempat tiur dengan pasien di atasnya (Occupied bed)
4. Menyiapkan tempat tidur pasca bedah (Aether bed)

Jenis Alat Tenun:


Semua alat tenun disusun sesuai dengan urutan kerja pemasangannya saat tindakan, yaitu:
1) Alas kasur dilipat melebar terbalik

2). Laken/ seprei besar dilipat memanjang terbalik


a. Ukuran 2,8 x 2 m
b. Terbuat dari bahan yang kuat dan tahan lama
c. Warna lembut dan polos (tidak mencolok) sehingga mudah kelihatan jika kotor

3). Perlak (seal)


a. Ukuran 1 m dengan pinggir (kiri kanan) masing-masing di sambung dengan kain 0, 5 m
b. Terbuat dari bahan karet atau campuran karet dan benang katun serta tahan lama

4). Steek laken/ seprei kecil (dipasang melintang)

8
a. Ukuran 2 x 1,2 m (bahan dan warna sesuai dengan seprei besar)
b. Dilipat melebar terbalik

5). Boven laken/ seprei sedang sebagai alas dari selimut


a. Ukuran 2,8 x 2,5 m (bahan dan warna sesuai dengan seprei besar)
b. Dilipat memanjang tidak terbalik

6). Selimut dilipat melebar terbalik

7). Sarung bantal dilipat bagian atas 1/3 bagian


Ukuran 60 x 40 cm (bahan dan warna sesuai dengan seprei besar

8). Over laken/ seprei penutup dilipat memanjang terbalik

Prinsip - Prinsip Mengganti Alat Tenun


1). Menggunakan prinsip asepsis dengan menjaga alat tenun lama jauh dari badan perawat
(tidak menempel pada seragam)
2). Jangan mengibaskan alat tenun lama karena hal itu dapat menyebarkan mikroorganisme
lewat udara
3). Alat tenun yang lama jangan diletakkan di lantai untuk mencegah penyebaran infeksi
4). Jaga privasi, kenyamanan dan keamanan pasien
5). Melaksanakan penyiapan tempat tidur klien secara sistematis dan berurutan
6). Harus percaya diri dan tidak ragu - ragu
7). Sprei yang terpasang harus licin dan tegang (tidak ada lipatan/ lecek)
8). Tempat tidur klien harus tetap bersih dan rapi
9). Linen diganti sesuai kebutuhan dan sewaktu-waktu, jika kotor
10) Penggunaan linen bersih harus sesuai kebutuhan dan tidak boros

A. MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR TERBUKA / TERTUTUP


PENGERTIAN:
Menyiapkan tempat tidur rapi dan bersih serta siap ditempati oleh pasien baru.
TUJUAN :
Tempat tidur rapi dan bersih
Pasien terhindar dari bakteri dan kuman
INDIKASI:
Pasien baru
Pasien lama yang memerlukan penggantian alat tenun

PERSIAPAN ALAT :
Baki beralas berisi :
a. Tempat tidur,kasur dan bantal
b. Handschoon, masker, face shield, dan scort/ celemek

9
c. Hand sanitizer
d. Baki beralas berisi
- Alas kasur
- Laken 2,80 x 2 m
- Perlak 1m dengan pinggir diberi kain kiri kanan ½ m
- Sarung bantal 60x40 cm
- Steak laken 2-1,20 m
- Boven laken
- Selimut
- Over laken ( untuk tertutup) 2,50x2

PELAKSANAAN TINDAKAN :
a. Dekatkan alat – alat ke sisi terdekat perawat
b. Perawat mencuci tangan dan memasang sarung tangan
c. Pasang alas kasur :
- Kasur diratakan / kasur dilipat / dijauhkan dari tempat tidur
- Pasang alas kasur dan ikat ujung-ujung talinya pada rangka tempat tidur , Pasang
kasur kembali
d. Pasang seprai/Laken dengan ketentuan :
Garis tengah lipatannya harus tepat ditengah kasur.
Pasang bagian atas seprai / laken dan selipkan ujung seprai sampai dibawah kasur sekurang-
kurangnya 30 cm, demikian pula laken bagian bawah ditarik setegang mungkin dan ujungnya
diselipkan di bawah kasur.
Bentuk sudut ujung tiap sisi kasur 90o, lalu dimasukkan ke bawah kasur dengan rapi.

e. Pasang perlak lebih kurang 50 cm dari atas tempat tidur bagian kepala
f. Pasang Steak laken diatas perlak ke bawah kasur setegang mungkin
g. Pasang boven pada kasur daerah bagian kaki, pada bagian atas yang terbalik masukkan
kebawah kasur ±10cm kemudian ujung sisi bagian bawah (kaki) dibentuk 90° dan masukkan
kebawah kasur. Tarik sisi atas sampai terbentang.
h. Pasang Selimut lebih kurang 25 cm dari garis kasur bagian kepala dan masukkan bawah kaki ke
bawah kasur
i. Pasang sarung bantal dan letakkan di bagian kepala tempat tidur
j. Untuk tempat tidur tertutup, letakkan over laken secara terbalik dengan jahitan lebar dibagian
kepala mulai dari garis kasur, kemudian ujungnya dimasukkan ke bagian bawah kasur

10
Tempat tidur terbuka

Tempat tidur tertutup

B. MENGGANTI ALAS KASUR DENGAN PASIEN DI ATAS


PENGERTIAN:
Mengganti alat tenun dengan pasien tetap berada diatas tempat tidur
TUJUAN :
Supaya tempat tidur rapi dan bersih
Supaya pasien terhindar dari bakteri dan kuman
INDIKASI:
Tempat tidur tidak rapi dan atau kotor
Pada pasien bedrest/ mengalami kelemahan fisik

PERSIAPAN ALAT :
Baki beralas berisi :
a. Laken/ Seprai 2,80 x 2 m
b. Perlak 1m dengan pinggir diberi kain kiri kanan ½ m
c. Sarung bantal 60x40 cm
d. Steak laken 2-1,20 m
e. Selimut
f. Kain lap 2 buah (untuk lap basah dan lap kering)
g. Tempat untuk alat tenun kotor tertutup
h. Desinfektan spray (lisol 2-3 %)
i. Handschoon, masker, face shield, dan scort/ celemek

PELAKSANAAN TINDAKAN :
1. Salam terapeutik
2. Informed Concent : (menjelaskan jenis tindakan, tujuan, manfaat, resiko, waktu, prosedur,
persetujuan tindakan )

11
3. Atur Posisi Senyaman Mungkin
4. Jaga privacy pasien dengan menutup pintu atau sampiran
5. Dekatkan alat – alat ke sisi terdekat perawat
6. Perawat mencuci tangan dan jika diperlukan memasang sarung tangan
7. Bersihkan rangka tempat tidur dengan lap
8. Letakkan bantal dan selimut pasien yang tidak perlu di kursi jika keadaan pasien memungkinkan
9. Posisikan pasien untuk miring ke salah satu sisi, jika perlu ganjal dengan bantal supaya
tidak jatuh.
10. Lepaskan alat tenun pada bagian yang kosong, dari bawah kasur lalu gulung satu
per satusampai dengan di bawah punggung klien
11. Gulung stik laken ke tengah tempat tidur sejauh mungkin.
12. Bersihkan perlak dengan larutan desin5ektan dan keringkan lalu gulung ke tempat
tidur sejauh mungkin
13. Gulung laken/sprei besar ke tengah tempat tidur sejauh mungkin
14. Bersihkan alas tempat tidur dan kasur dengan lap lembab larutan desinfektan, lalu lap dengan lap
kering
15. Bentangkan sprei besar bersih dan gulung setengah bagian, letakkan
gulungannya di bawah punggung klien, ratakan setengah bagian lagi kemudian
pasangkan di bawah kasur.
16. Ratakan kembali gulungan perlak/ Pasang perlak baru dan gulung setengah bagian dan
letakkan di bawah punggung pasien
17. Bentangkan stik laken bersih di atas perlak, gulung setengah bagian, dan letakkan di
bawah punggung klien, ratakan setengah bagian lagi di atas perlak, lalu masukkan di bawah kas
ur bersama dengan perlak.
18. Setelah selesai dan rapi pada satu bagian, miringkan klien ke arah berlawanan
yang tadi telah dibersihkan dan ganjal dengan bantal jika perlu agar klien tidak jatuh
19. Lepaskan alat tenun yang kotor masukkan ke tempat kain kotor
20. Pasang seprai/ Laken, perlak dan stik laken pada sisi yang terbebas dari tubuh pasien
seperti langkah sebelumnya.
21. Kembalikan pasien ke posisi telentang dan dimiringkan kesisi yang berlawanan
22. Rapihkan laken, perlak dan steak laken pada sisi lainnya
23. Pasang sarung bantal dan letakkan kepala pasien di atas bantal
24. Selimut diletakkan lebih kurang 25 cm dari garis kasur bagian kepala dan masukkan bawah kaki
ke bawah kasur
25. Cuci tangan
26. Catat prosedur dan hasil temuan yang berhubungan dengan kondisi .

C. MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR PASCA OPERASI (AETHER BED)

PENGERTIAN:
• Tempat tidur pascaoperasi (aether bed) merupakan tempat tidur yang disiapkan
untuk klien pascaoperasi yang mendapat norkase (obat bius).
TUJUAN :

12
Mencegah penyulit/komplikasi pascaoperasi.

PERSIAPAN ALAT :
Baki beralas berisi :
a. Tempat tidur,kasur dan bantal
b. Handschoon, masker, face shield, dan scort/ celemek
c. Hand sanitizer
d. Baki beralas berisi
- Alas kasur
- Laken 2,80 x 2 m
- Perlak 1m dengan pinggir diberi kain kiri kanan ½ m
- Sarung bantal 60x40 cm
- Steak laken 2-1,20 m
- Boven laken
- Selimut
- Selimut tambahan
- Dua buah buli-buli panas atau warm water zack (WWZ) dengan suhu air 40-43°C
- Perlak dan handuk dalam satu gulungan, dengan handuk di bagian dalam.
- Termometer air (jika ada).

PELAKSANAAN TINDAKAN :
1. Cuci tangan.
2. Pada tempat tidur terbuka, angkat bantal dan bentangkan gulungan perlak seta handuk
pada bagian kepala.
3. Pasang selimut tambahan hingga menutup seluruh permukaan tempat tidur.
4. Letakkan buli-buli panas di atas seprei dan selimut bagian kaki, arahkan mulut buli-buli ke
pinggir tempat tidur.
5. Angkat buli-buli panas sebelum klien dibaringkan setelah kembali dari kamar bedah.
6. Lipat pinggir selimut tambahan bersama-sama selimut dari atas tempat tidur pada salah satu
sisi tempat masuknya klien sampai batas pinggir kasur, lalu lipat sampai sisi yang lain.
7. Cuci tangan.

E. Hal-hal yang harus diperhatikan


Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyaipakn tempat tidur Pasca Operasi (Aether
Bed) ? berikut ini adalah hal-halnya

1. Alat tenun harus selalu bersih.


2. Buli-buli panas jangan sampai bocor (periksa dulu sebelum dipakai) dan tutupnya jangan
sampai lepas/kurang kencang.
3. Buli-buli panas jangan dapat dipakai kembali jika diperlukan kembali jika diperlukan, anti
airnya juga dapat dipakai kembali jika sudah dingin.

13
14
TOPIK 2
PERSONAL HYGIENE

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruktur Umum (TIU)
Mahasiswa mampu melakukan tindakan perawatan kebersihan diri pasien dengan benar

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


1. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menyiapkan alat untuk memandikan pasien di atas
tempat tidur, mencuci rambut, merawat mulut dan gigi serta perawatan perineal
2. Mahasiswa mampu melakukan tindakan memandikan pasien di atas tempat tidur dengan benar
3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan mencuci rambut pasien di atas tempat tidur dengan
benar
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan perawatan mulut dan gigi dengan benar
5. Mahasiswa mampu melakukan tindakan perineal dengan benar

TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya perorangan dan
hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri seseorang untuk
memelihara kesehatannya. Seseorang klien bisa tidak dapat melakukan perawatan diri sendiri
karena kondisi fisik atau keadaan emosional klien

Jenis perawatan diri berdasarkan tempat :


1. Perawatan diri pada kulit
2. Perawatan diri pada kuku dan kaki
3. Perawatan diri pada rambut
4. Perawatan diri pada mulut dan gigi
5. Perawatan diri pada alat kelamin

A. MEMANDIKAN PASIEN DI ATAS TEMPAT TIDUR

Pengertian
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara
sendiri dengan cara memandikan di tempat tidur.

Tujuan
1. Menjaga kebersihan tubuh
2. Mengurangi infeksi akibat kulit kotor
3. Memperlancar system peredaran darah
4. Menambah kenyamanan pasien
5. Peningkatan citra diri
6. Pengurangan bau badan
7. Meningkatkan rentang gerak.

15
Prosedur Tindakan
PERSIAPAN:
1. Persiapan Alat
Siapkan alat dan tempatkan di sisi tempat tidur pasien, meliputi :
Baki dan alasnya
a. Dua handuk (satu yang besar dan satu yang kecil)
b. Dua waslap
c. Sabun mandi dalam tempatnya.
d. Sisir.
e. Alat bantu hieginis: spons kulit, salep pelembab kulit, deodoran dan bedak.
f. Perlak dan pengalas
g. Kertas toilet
h. Pispot dan urinal
i. Bengkok
j. Sarung tangan (bila perlu).
Seprai ekstra (bila perlu)
Dua waskom (berisi air hangat atau sesuai dengan kebutuhan pasien).
Selimut ekstra .
Baju pengganti
Keranjang atau tas laundr
Celemek/skort

2. Persiapan lingkungan (untuk menjaga privasi pasien) :


Pasang sampiran/ gordin
3. Persiapan perawat:
Informed concent
Mencuci tangan dan jika diperlukan memasang sarung tangan.
5. Persiapan pasien:
Angkat/ pindahkan bantal.
Tanyakan pada pasien apakah ingin BAB/BAK bila “iya” maka laksanakan tindakan menolong
pasien BAB/BAK.
Rendahkan/ buka rel tempat tidur yang terdekat dengan perawat dan dekatkan pasien kearah
perawat dengan memposisikan pasien dalam keadaan yang nyaman. Jika pasien beresiko
jatuh, jangan biarkan pagar tempat tidur tidak terpasang.
Ganti selimut pasien dari arah atas ke bawah dengan memegang kedua ujungnya sambil
membuat lipatan pada selimut yang akan diganti.
Jika selimut tidur masih akan digunakan lipat untuk dipasang kembali. Jika tidak masukkan
kedalam keranjang, jaga linen tidak kontak dengan seragam perawat.
Lepaskan pakaian atau piyama pasien dengan menjaga privasi pasien. Jika ekstremitas
mengalami cidera atau mengalami penurunan mobilitas, mulai melepaskan dari sisi yang tidak
sakit. Jika pasien dipasang selang intravena (IV) terlebih dahulu melepaskan pakaian dari
tangan yang tanpa IV. Gantung kembali selang IV dan periksa kecepatan aliran.
Letakkan handuk kecil di bawah kepala pasien.

16
TINDAKAN:
1. Basahi waslap dalam air dan peras secara keseluruhan.
2. Bersihkan mata pasien dengan air hangat. Gunakan bagian yang berbeda dari waslap untuk setiap
mata. Bersihkan dari luar kedalam kantus.
3. Tanya pasien tentang pilihan dalam penggunaan sabun untuk muka. Bersihkan daerah muka
dimulai dari sisi wajah terjauh (laki-laki mungkin akan bercukur pada langkah ini atau sesudah
mandi). Lanjutkan dengan membersihkan telinga dari sisi terjauh perawat.
4. Keringkan daerah muka dan telinga dengan lembut menggunakan handuk.
5. Gulung handuk di bawah kepala pasien dari arah sisi terjauh perawat letakkan dikeranjang/ tas
linen.
6. Buka pakaian bagian atas pasien (baju)
7. Bentangkan handuk besar di bawah selimut pasien secara horizontal dari bawah lengan pasien
yang terdekat dari perawat menutupi dada sampai kelengan terjauh.
8. Lipat selimut pasien sampai batas terbawah handuk.
9. Bersihkan tangan terjauh pasien dari ujung jari ke aksila pasien. Bersihkan tangan dengan sabun
dan air dengan gerakan memutar dari area distal ke proksimal (jari-jari ke aksila). Angkat dan
sokong lengan ke atas kepala untuk membersihkan aksila.
10. Bilas dan keringkan lengan dan aksila kemudian tutup kembali lengan dengan handuk.
11. Ulangi langkah 8-9 untuk tangan yang lain. Jika pasien menyukai gunakan deodoran atau bedak
tabur.
12. Periksa suhu air mandi dan ganti air jika perlu.
13. Dengan satu tangan angkat ujung handuk dari atas dada. Tangan lain dengan menggunakan
waslap,bersihkan dada sampai abdomen dengan gerakan sirkuler.(Berikan perhatian khusus
untuk membersihkan lipatan kulit di bawah payudara/abdomen pasien wanita dan umbilikus,
angkat payudara jika perlu). Pelihara dada tetap tertutup selama periode pembersihan dan
pembilasan. Keringkan dengan baik.
14. Tutup kembali dada dan abdomen dengan selimut, gulung selimut dari arah terjauh.
15. Miringkan pasien dengan posisi membelakangi perawat/posisi sim. Bentangkan handuk dari
punggung sampai bokong ke arah vertikal.
16. Bersihkan punggung sampai bokong dengan gerakan sirkuler. Keringkan dengan handuk, olesi
dengan talk/baby oil kemudian lakukan massase dan vibrasi/perkusi (kecuali ada kontra indikasi).
Gulung handuk kemudian kenakan pakaian bagian atas. Posisikan pasien kembali pada supine.
17. Pasang kembali pakaian/baju bagian atas dan buka pakaian bawah/ celana.
18. Bentangkan handuk dari paha ke kaki dengan horizontal. Tutup paha pasien bagian terdekat
perawat dengan handuk. Lipat selimut bagian bawah sampai lipat paha (pastikan perinium
tertutup).
19. Tekuk lutut pasien yang terjauh kemudian bersihkan bagian paha sampai jari kaki dengan gerakan
sirkuler, keringkan lalu tutup dengan handuk.
20. Lakukan hal yang sama dengan kaki yang lain, jika pasien menyukai berikan lotion.
21. Ganti air mandi dan waslap
22. Bantu pasien untuk posisi dorsal rekumben, tawarkan pasien untuk membersihkan genetalia, jika
pasien berkenan sarungkan waslap yang telah dibasahi dan diberi sabun pada tangan kiri pasien
untuk membersihkan sendiri, lalu ganti waslap untuk membilas.

17
23. Jika perawat yang melakukan, pasang sarung tangan, bersihkan genetalia dari atas ke bawah, bilas
dan keringkan.
24. Kaki ditutup kembali dengan selimut. Gulung handuk dari sisi terjauh lalu pasang pakaian bagian
bawah. Kaki diluruskan kembali.
25. Lepaskan sarung tangan letakkan di dalam larutan klorin.
26. Rapihkan pasien (sisir rambut pasien, wanita mungkin ingin memakai tata rias), atur posisi yang
nyaman.
27. Rapihkan linen tempat tidur pasien .
28. Bersihkan dan letakkan kembali peralatan mandi di tempatnya. Tinggalkan ruangan sebersih dan
senyaman mungkin.
29. Cuci tangan.
30. Perhatikan respon pasien dan dokumentasikan pada status pasien.

B. PERAWATAN MULUT (ORAL HYGIENE)


PENGERTIAN:
Suatu tindakan dalam membantu pasien membersihkan bibir,gigi,mukosa bukal, gigi, langit-langit
dan lidah pasien.

TUJUAN:
Pasien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik.
Pasien akan mencapai rasa nyaman
Menghilangkan partikel makanan

INDIKASI ;
Pada pasien yang mengalami ketidak mampuan dan kelemahan fisik.
Pada pasein yang tidak sadar
Pasien yang.mengalami / beresiko stomatitis

PERSIAPAN :
Persiapan Alat
Siapkan alat dan tempatkan di sisi tempat tidur pasien, meliputi:
Baki dan alasnya
a. Larutan anti septik untuk kumur
b. Bak instrumen
c. Sikat gigi .
d. Spon
e. Spatel lidah dibungkus dengan kasa.
f. Kassa
g. Lidi kapas
h. Handuk
i. Bengkok 2 (1 buah berisi larutan clorin 0.5%)
j. Tissue.
k. Gelas berisi air matang dingin
l. Jeli larut air / gentian violet

18
m. Sarung tangan sekali pakai
n. Perlak dan pengalas
o. Pinset anatomis
p. Mesin pengisap portabel dan kateter suction. (tambahan)

Pesiapan Pasien :
a. Lakukan Informed Concent
Persiapan Lingkungan
Atur lingkungan cukup cahaya dan terjaga Privacy
Persiapan Alat
Dekatkan alat ke pasien dan perawat
Persiapan Petugas
Perawat cuci tangan (Gunakan Handscoon sesuai Indikasi / Keadaan Pasien)

Pelaksanaan Tindakan
1. Tinggikan tempat tidur (semi fowler) lalu turunkan rel tempat tidur.
2. Dekatkan pasien kesisi tempat tidur yang mendekati perawat.
3. Pasang perlak dan pengalas di bawah leher pasien
4. Letakkan handuk di atas leher dan dada
5. Letakkan bengkok dibawah dagu
6. Buka mulut pasien,masukan spatel dengan hati-hati diantara geraham belakang. Lakukan saat
pasien rileks,jika mungkin.
7. Basahi sikat dengan menggunakan larutan anti septik.
8. Bersihkan gigi dan mulut tersebut dengan cara:
a. Sikat permukaan atas gigi dan bagian dalam.
b. Sikat permukaan luar gigi, usapkan bagian dasar mulut dan sebelah dalam pipi.
c. Secara lembut sikat lidah, tetapi hindari menstimulasi refleks muntah (jika ada).
d. Isap sekresi yang mengumpul selama pembersihan
e. Lembabkan kasa yang bersih dengan air matang untuk membilas beberapa kali dengan
menggunakan pinset.
9. Angkat bengkok dibawah dagu pasien.
10. Oleskan jeli/ gentian violet tipis pada bibir dengan lidi kapas.
11. Lepaskan sarung tangan dan letakkan pada bengkok yang berisi larutan clorin 0.5%
12. Keringkan daerah dagu dan pipi menggunakan handuk/ tissue.
13. Angkat perlak dan pengalas dan atur kembali posisi pasien yang nyaman, naikan rel tempat tidur
pada posisi semula.
14. Bereskan alat dan kembalikan pada tempatnya.
15. Perawat mencuci tangan
16. Inspeksi rongga mulut
17. Catat prosedur dan hasil observasi yang berhubungan (perdarahan gigi, mukosa kering,
ulserasi,atau krusta pada lidah) dan laporkan setiap temuan yang tidak umum kepada perawat
penanggung jawab pada dokter.

19
C. MENCUCI RAMBUT
Pengertian
Suatu tindakan membersihkan dan mencuci rambut pasien yang dilakukan di tempat tidur.

tujuan:
Rambut & kulit kepala bersih.
Rasa nyaman terpenuhi dan meningkatkan percaya diri.
Terhindar dari infeksi
indikasi :
Pada pasien yang mengalami ketidak mampuan/kelemahan fisik.
Pada pasien yang tidak sadar/penurunan kesadaran

Persiapan alat
Baki dan alasnya
1. 1 buah handuk besar
2. 1 buah handuk kecil untuk muka
3. Shampo,sisir, pengering rambut/hair dyer
4. Kassa
5. Sarung tangan
6. Kom kecil 2 buah ( tempat shampo dan kassa)
7. Bengkok 2 buah (satu berisi desinfektan 0,5% dan satu dialasi kantong plastik yang
digunakan sebagai tempat sampah)
8. Kapas penutup telinga
9. Perlak dan alasnya
10. Ember 2buah ( berisi air hangat/air dingin dan penampung)
11. Gayung
12. Kain pel (slubber)
13. Talang karet
14. Waskom besar 2buah
15. Selimut ekstra
16. Celemek /skor

Pesiapan Pasien :
Lakukan Informed Concent
Atur posisi pasien sesuai indikasi
Persiapan Lingkungan
Atur lingkungan cukup cahaya dan terjaga Privacy
Persiapan Alat
Dekatkan alat ke pasien dan perawat
Persiapan Petugas
Perawat cuci tangan (Gunakan Handscoon sesuai Indikasi / Keadaan Pasien)

Pelaksanaan Tindakan
1. Tanyakan kepada pasien mengenai kebiasaan penggunaan shampo

20
2. Atur posisi pasien terlentang dengan kepala sedikit ekstensi
3. Letakkan ember penampung dan dialasi slubber, dibawah tempat tidur bagian kepala
4. Letakkan perlak dan pengalas dibawah bahu, leher, dan kepala pasien.
5. Letakkan handuk dibawah kepala yang diatasnya dipasang talang karet tepat dibawah tengkuk,
pastikan bawah ujung talang masuk kedalam ember penampung
6. Sisir rambut dari ujung kepangkal, letakan sisir kedalam bengkok yang berisi desinfektan.
7. Periksa suhu air dengan menggunakan hidrometer atau disiramkan sedikit pada punggung
tangan perawat
8. Pasang handuk kecil pada wajah dan minta pasien untuk memegang handuk tersebut
9. Tutup telinga dengan kapas kering
10. Basahi seluruh rambut dengan air hangat
11. Tuangkan shampoo pada kassa, gosok-gosokkan pada kulit kepala hingga berbusa mulai pada
garis rambut kearah belakang leher
12. Angkat kepala sedikit dengan satu tangan untuk mencuci bagian belakang sampai sisi-sisi
kepala, massage kulit kepala menggunakan ujung-ujung jari sambil diberikan tekanan.
13. Bilas rambut dengan air hangat secara merata dan pastikan alirannya masuk kedalam ember
penampung
14. Ulangi pembilasan sampai rambut bersih
15. Berikan kondisioner jika diminta dan bilas rambut secara menyeluruh
16. Angkat talang karet dan tutup kepala dengan handuk mandi.
17. Angkat kapas penutup telinga
18. Keringkan wajah sekitar leher atau bahu dengan handuk yang menutupi wajah.
19. Keringkan rambut dan kulit kepala, gunakan handuk kedua jika handuk pertama basah
20. Sisir rambut untuk menghilangi kekusutan dan keringkan dengan pengering.
21. Bantu pasien mengatur posisi yang nyaman dan menyelesaikan pengaturan rambut dan pasang
kembali bantal pasien
22. Kembalikan peralatan pada tempatnya, letakkan linen basah pada bak alat tenun
23. Cuci tangan, lepas sarung tangan, cuci tangan
24. Inspeksi kondisi rambut
25. Catat prosedur dan hasil temuan yang berhubungan dengan kondisi rambut atau kulit kepala.

D. PERAWATAN PERINEUM
pengertian:
Tindakan / upaya membersihkan daerah kemaluan bagian luar.

tujuan:
Meningkatkan rasa nyaman.
Mencegah infeksi.

indikasi:
Ibu Post partum.
Pasien yang mengalami kelemahan/keterbatasan fisik.
Pasien yang tidak sadar.

21
persiapan:
1. Informed Concent.
2. Persiapan Alat
Siapkan alat dan tempatkan di sisi tempat tidur pasien, meliputi :
Baki dan alasnya
a. Sabun mandi dalam tempatnya.
b. Waslap 2 buah.
c. Kapas basah (dibasahi dengan air matang).
d. Handuk ukuran sedang.
e. Selimut.
f. Perlask dan pengalas
g. Tissu toilet
h. Sarung tangan 2 pasang dalam bak instrumen,
i. Bengkok dua buah (1 dialasi kantong plastik)
j. Korentang dalam tempatnya.
Pispot (untuk laki-laki ditambah urinal).
Botol cebok.
Pakaian bagian bawah yang bersih (untuk pengganti)
Waskom dua buah yang berisi air bersih.
3. Persiapan lingkungan (untuk menjaga privasi pasien) :
Pasang sampiran atau gordin.
4. Persiapan Perawat:
Cuci tangan sampai siku, menggunakan antiseptik, pasang sarung tangan

5. Persiapan pasien:
Ganti selimut pasien dari arah atas ke bawah dengan memegang kedua ujungnya sambil
membuat lipatan pada selimut yang akan diganti.
Lepaskan pakaian bawah pasien dan tempatkan pada tempat pakaian kotor.
Atur posisi dorsal rekumbent dengan lutut flexi dan pasang perlak
Atur posisi pasien sim (membelakangi perawat).
Lipat selimut menyerupai segitiga.

tindakan:
1. Bersihkan daerah anal dari material fekal, dengan menggunakan tissu toilet. Dan buang kedalam
bengkok yang dilapisi kantong plastik lalu kembalikan selimut kedalam posisi semula.
2. Atur kembali posisi pasien ke dorsal rekumbent dan pasang pispot. .
3. Siram daerah perineum dengan air.
4. Kenakan waslap pada tangan yang dominan, bersihkan dengan menggunakan sabun.

Pada wanita.
7. Ganti waslap dan basahi dengan air bersih untuk membilas daerah perineum.
8. Ganti sarung tangan untuk membersihkan daerah vulva.
9. Bersihkan labia mayora dengan cara tangan nondominan meretraksi secara perlahan labia kearah
samping atas ; dan tangan dominan untuk membersihkan dengan cermat lipatan kulitnya. Ulangi

22
pada sisi berlawanan dengan kapas basah yang lain. Buang kapas kotor kedalam bengkok yang
dialas kantong plastik.
10. Buka labia minora dengan tangan non dominan, tangan dominan membersihkan lipatan kulit,
ulangi pada sisi yang berlawanan dengan kapas lain, lalu bersihkan mulai dari area pubis, perineum
sampai ke anus dalam sekali usapan dengan kapas lainnya.
11. Ganti sarung tangan bila terkena kotoran
12. Keringkan daerah vulva dan perineum dengan menggunakan handuk.
13. Angkat pispot dan tutup letakkan dibawah tempat tidur. Gulung perlak dan pengalasnya letakkan
pada tempat pakaian kotor.
14. Luruskan kaki pasien (atur posis supinasi) lalu kenakan kembali pakaian bawah pasien.
15. Ganti selimut pasien dengan selimut yang dikenakan semula dengan cara tarik selimut dari bawah
keatas sambil melipat, setelah itu gulung kearah perawat.
16. Kembalikan alat pada tempatnya, le=askan sarung tangan lalu cuci tangan.
17. Perhatikan respon pasien dan dokumentasikan pada status pasien.

Pada laki-laki.
18. Bersihkan kepala penis dimulai dari meatus uretra dengan gerakan melingkar kearah pangkal
penis, bilas waslap dan ulangi sampai penis bersih
19. Ganti sarung tangan bila terkena kotoran
20. Angkat pispot dan tutup letakkan dibawah tempat tidur. Gulung perlaks dan pengalasnya letakkan
pada tempat pakaian kotor.
21. Luruskan kaki pasien (atur posisi supinasi) lalu kenakan kembali pakaian bawah pasien.
22. Ganti selimut pasien dengan selimut yang dikenakan semula dengan cara tarik selimut dari bawah
keatas sambil melipat, setelah itu gulung kearah perawat.
23. Kembalikan alat pada tempatnya, lepaskan sarung tangan lalu cuci tangan.
24. Perhatikan respon pasien dan dokumentasikan pada status pasien.

E. PERAWATAN KUKU DAN KAKI


pengertian :
Suatu tindakan membantu pasien dalam tindakan memotong dan menyikat kuku.
tujuan:
Pasien akan memiliki permukaan kulit yang lembut dan kuku yang bersih.
Pasien akan mencapai rasa nyaman dan bersih
Pasien akan memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan benar.

indikasi:
Pada pasien yang mengalami ketidak mampuan/kelemahan fisik.
Pada pasein yang tidak sadar/penurunan kesadaran

persiapan:
1. Informed concent
2. Persiapan Alat
Siapkan alat dan tempatkan di sisi tempat tidur pasien,meliputi:

23
Baki dan alasnya
a. Waskom
b. Bengkok
c. Waslap
d. Lotion
e. Perlak dan pengalas
f. Handuk kecil
g. Sarung tangan sekali pakai jika diperlukan
h. Pemotong kuku dan Bros kuku
i. Sabun mandi jika diperlukan
j. Kassa dalam tempatnya
3. Persiapan lingkungan (untuk menjaga privasi pasien).
4. Persiapan perawat:
Mencuci tangan dan jika diperlukan memasang sarung tangan
5 Persiapan pasien:
Identifikasi pasien yang beresiko untuk masalah kaki dan kuku misalnya dengan pasien lansia
dan diabetes .
Atur poisi ,bantu pasien duduk di samping tempat tidur jika memunginkan
Jelaskan prosedur pada pasien.
Kalau pasien duduk pasang Perlak dan pengalas di depan pasien tetapi jika pasien tidur pasang
Perlak dan pengalas disamping pasien . Isi waskom dengan air hangat dan letakkan di atas Perlak
dan pengalas yang sudah di pasang.
Isi bengkok dengan air hangat dan letakkan disamping waskom tetapi kalau ada meja dan
memungkinkan letakkan bengkok di atas meja.

tindakan
1. Instruksikan pasien untuk meletakkan jari tangan di atas bengkok, kaki dalam waskom
2. Biarkan jari terendam kira-kira 20 menit
3. Sikat dengan lembut bagian bawah kuku jari tangan menggunakan sikat dengan hati-hati
4. Dengan pemotong kuku ,potong kuku lurus memanjang dengan ujung jari rata sesuai bentuk kuku
dengan menggunakan papan kikir
5. keringkan dengan handuk dan beri losion.
6. Ulangi prosedur 1 s/d 5 untuk kuku kaki.
7. Buka sarung tangan.
8. Bantu pasien ke posisi semula dan berikan posisi senyaman mungkin .
9. Kembalikan peralatan pada tempatnya
10. Cuci tangan.
11. Inspeksi kondisi kuku tangan dan kaki
12. Catat prosedur dan hasil temuan yang berhubungan dengan kondisi kuku tangan dan kaki.

24
TOPIK 3
PENCEGAHAN INFEKSI

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruktur Umum (TIU)
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pencegahan infeksi

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


1. Mahasiswa menyebutkan tindakan – tindakan untuk mencegah infeksi
2. Mahasiswa mampu melakukan tindakan mencuci tangan dengan 6 langkah
3. Mahasiswa mampu melakukan pemasangan APD dengan benar
4. Mahasiswa mampu melakukan pengelolaan alat medis bekas pakai

A. KEBERSIHAN TANGAN (HAND HYGIENE)


Merupakan Prosedur yang paling penting dari pencegahan infeksi
Ada 2 kategori organisme yang ada di
1. Organisme residen ( flora normal )
terdapat di bagian lapisan dalam kulit seperti S. aureus, diphteroids ( tidak hilang secara
permanen bahkan dengan pencucian dan pembilasan dengan sabun dan air bersih )
2. Organisme transient
Terdapat dilapisan luar kulit, dapat terangkat sebagian dengan pencucian dan pembilasan dengan
sabun dan air bersih. Organisme ini diperoleh karena kontakdengan pasien, dengan petugas
kesehatan lain, atau melalui kotak dengan permukaan yang terkontaminasi (seperti meja periksa,
tempat tidur pasien, ddl) . contoh organism transient : E. Colli

Hand hygiene atau kebersihan tangan adalah tindakanmembersihkan tangan dengan tepat dan
benar. Hand Hyigene dapat dilakukan dengan cara :
➢ Melakukan handscrub menggunakan cairan yang berbasis alcohol. Ini dilakukan bila
tangan tangan tidak nampak kotor.
➢ Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Ini dilakukan bila tangan tampak atau
terasa kotor, terkontaminasi dengan cairan tubuh/ darah, bila berpotensi membentuk
spora kuman.

Tujuan hand hygiene adalah


1. Untuk memutuskan transmisi mikroorganisme melalui tangan
2. Untuk mencegah
➢ Kolonisasi pathogen pada pasien
➢ Penyebaran pathogen ke area perawatan
➢ Infeksi yang disebabkan kuman endogen
➢ Kolonisasi dan infeksi pada petugas kesehatan

Beberapa infeksi yang paling sering terjadi akibat ketidakpatuhan terhadap handhygiene adalah
1. Infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter
2. Infeksi saluran nafas (pneumonia) akibat pemasangan ventilasi mekanik

25
3. Infeksi luka operasi
4. Infeksi vascular akibat pemasangan infuse

5 moment mencuci tangan :


❖ Sebelum kontak dengan pasien
❖ Sebelum melakukan tindakan bersih /steril pada pasein
❖ Setelah kontakdengan pasien
❖ Setelah kontak dengan cairan tubuh
❖ Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien (tempat tidur, meja, laci pasien ,dll )

Selain itu kebersihan tangan juga kita lakukan saat :


❖ Setelah menggunakan kamar mandi
❖ Sebelum melayani makan dan minum
❖ Pada saat akan tugas dan akhir tugas

PROSEDUR MENCUCI TANGAN

1. CUCI TANGAN PROSEDURAL (6 LANGKAH)


PERSIAPAN ALAT
➢ Tissu atau lap bersih
➢ Sabun cair
➢ Tempat sampah
➢ Air yang mengalir

PELAKSANAAN
➢ Letakkan sabun cair di telapak tangan dan Gosokkan telapak tangan kanan dengan tangan kiri
➢ gosok telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dan sebaliknya
➢ Gosok telapak tangan kanan dengan telapak kiri dengan jari-jari disilang
➢ Bersikan punggung jari-jari berhadapan dengan telapak tangan jari-jari saling terkunci
➢ Gosok punggung ibu jari kiri dengan menggunakan ibu jari kanan ke arah luar dan sebaliknya
➢ Gosok ujung-ujung jari di telapak tangan dengan gerakan memutar
➢ Bilas tangan sampai bersih
➢ Keringkan tangan dengan tissu atau handuk kertas/sekali pakai dan gunakan tissu tersebut
untuk menutup kran air

26
MENCUCI TANGAN DENGAN 6 LNGKAH CUCI TANGAN

27
2. CUCI TANGAN BEDAH
PERSIAPAN ALAT
➢ Tissu atau lap bersih
➢ Sabun cair
➢ Larutan antiseptik (cleoheksidin 4 %)
➢ Tempat sampah
➢ Air yang mengalir
➢ Sikat halus dan spon disposibel

PELAKSANAAN
➢ Buka kran air dengan siku tangan
➢ Basahi tangan dan lengan s/d 5 cm diatas siku -> dibawah air mengalir
➢ Buka larutan antisepti, tuangkan larutan antiseptik ( cleoheksidin 4 %) secukupnya
➢ Lumuri dan menggosok seluruh permukaan tangan sampai 5 cm diatas siku dengan cleoheksidin
4%
➢ Membersikan kuku dengan menggunakan pembersih kuku (sikat halus)
➢ Menyikat kuku jari pada masing-masing tangan selama 1 menit
➢ Buang sikatnya dan membilas dengan air mengalir sampai bersih
➢ Lumuri kembali tangan ¾ lengan dengan menggunakan clorheksidin 4%
➢ Gunakan tangan atau spon untuk membersihkan tangan kiri dan kanan mulailah menggosok
telapak tangan selama 15 detik, punggung tangan 15 detik, kemudian seluruh jari secara
berurutan setiap jari digosok seakan mempunyai 4 sisi masing-masing tangan 1 menit
➢ Buang spon kemudian dibilas dibawah air mengalir sampai bersih
➢ Lumuri kembali dengan dengan antiseptik hanya pada tangan sampai pergelangan, gosok tangan
selama 1 menit untuk kedua tangan (masing-masing 30 detik) kemudian bilas dibawah air
mengalir sampai bersih
➢ Biarkan air mengalir dari arah tangan sampai ke siku, untuk mencegah kontaminasi
➢ Pertahankan posisi agar lebih tinggi atau sejajar dengan bahu
➢ Memastikan bahwa larutan antiseptik untuk cuci tangan kontak dengan tubuh dalam waktu yang
direkomendasikan
➢ Mematikan keran dengan siku atau kaki jika tidak menggunakan keran otomatis
➢ Mempertahankan posisi tangan saat menuju kamar operasi
➢ Gunakan punggung anda untuk membuka kamar bedah, jika tidak tersedia pintu otomatis

28
B. PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

Alat pelindung diri mencakup sarung tangan, masker, alat pelindung mata (pelindung wajah
dan kaca mata), topi, gaun apron dan pelindung lainnya. Di banyak Negara lain, topi, masker,
gaun dan duk sering terbuat dari kain atau kertas, namun pelindung yang paling baik adalah
yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sinetik yang tidak tembus air atau cairan
lain (darah atau cairan tubuh).

Jenis-jenis alat pelindung diri


1. Sarung tangan : melindungi tangan dari bahan yang dapat menularakan penyakit dan
melindungi pasien dari mikroorganisme yan berada ditangan petugas kesehatan. Sarung
tangan merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting untuk mencegah penyebaran
infeksi. Sarung tangan harus diganti antara setiap kontak dengan satu pasien dengan pasien
lainnya, untuk menghidari kontaminasi silang
2. Masker : harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan
rambut pada wajah (jenggot). Masker digunakan untuk menahan cipratan yang sewaktu
petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah
percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan.
Bila masker tidak terbuat dari bahan yang tahan dari cairan, maka masker tersebut tidak
efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
3. Alat pelindung mata : melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lainnya
dengan cara melindungi mata. Pelindung mata mencakup kacamata (goggles) plastik
bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata
dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika ditambahkan pelindung pada
bagian sisi mata. Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau
pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan cairan
secara tidak sengaja kearah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan
dapat menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta masker.
4. Topi : digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan
rambut tidak masuk kedalam luka selama pembedahan. Topi harus cukup besar untuk
menutup semua rambut. Meski pun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada
pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan
tubuh yang terpercik atau menyemprot.

29
5. Gaun pelindung : digunakan untuk menutupi atau mengganti pakai biasa atau seragam lain,
pada saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular
melalui droplet/airbone. Pemakain gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju
dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat pasien yang diketahui
atau dicurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus
menggunakan gaun pelindung setiap masuk ruangan untuk merawat pasien karena ada
kemungkinan percikan atau semprotan darah cairan tubuh, sekresi atau eksresi. Pangkal
sarung tangan harus menutupi ujung lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum
meninggalkan area pasien. Setelah gaun dilepas pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak
kontak dengan bagian potensial tercemar, lalu cuci tangan segera untuk berpindahnya
organisme. Jenis gaun yang digunakan :
a. Gaun Steril : kamar bedah
b. Gaun Non Steril : ICU, kamr bayi, KB
c. Celemek : ruang rawat biasa

6. Apron : yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk
sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petuagas kesehatan harus mengunakan
apron dibawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien,
membersihkan pasien, atau melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah, cairan
tubuh atau sekresi. Hal ini sangat penting bila gaun pelindung tidak tahan air apron akan
mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.
7. Pelindung kaki : digunakan untuk melindung kaki dari cedera akibat benda tajam atau
benda berat yang mungkin jatuh secara tidak segaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sadal,
“sandal jepit” atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan.
Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan, tetapi
harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain.
Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap benda
tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah, sebuah penelitian menyatakan bahwa
penutup sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena
memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan sering kali digunakan sampai diruang
operasi. Kemudian di lepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran (Summers at
al. 1992).

30
1. PROSEDUR MENGGUNAKAN SARUNG TANGAN STERIL
a. Persiapan alat
Bak intrumen berisi hand scoon/sarung tangan steril dan korentang dalam
tempatnya

b. Pelaksanaan
➢ Buka bak intrumen menggunakan tangan kiri
➢ Ambil korentang dengan menggunakan tangan kanan lalu ambil hand scoon
➢ Pindahkan hand scon ke tangan kiri dan letak kan kembali korentang dalam
tempatnya
➢ Kenakan hand scond untuk tangan kanan dengan bantuan tangan kiri yang hanya
memegang area yang terlipat ( tanpa menyentuh area steril )
➢ Ambil hand scoon kiri dengan menggunakan keempat jari tangan kanan dengan
cara terlentang
➢ Masukkan hand scond kiri dengan bantuan keempat jari tangan kanan
➢ Pastikan posisi jari-jari sudah pas

2. PROSEDUR MELEPAS SARUNG TANGAN


Persiapan :
a. Larutan enzimatik/ deterjen dalam wada yang cukup besar.
b. Sarana cuci tangan
c. Kantung penampung limbah medis

Prosedur :
a. Masukan sarung tangan yang masih dipakai kedalam larutan klorin, gosokan untuk
mengangkat bercak darah atau cairan tubuh lainnya yang menempel.
b. Pegang salah satu sarung tangan pada lipatan lalu tarik ke arah ujung ujung jari-jari
tangan sehingga bagian dalam dari sarung pertama menjadi sisi luar.
c. Jangan dibuka sampai terlepas sama sekali, biarkan sebagian masih berada pada
tangan sebelum melepas sarung tangan yang tangan ke dua. Hal ini penting untuk
mencegah terpajannya kulit tangan yang terbuka dengan permukaan sebelah luar
sarung tangan.
d. Biarkan sarung tangan pertama sampai disekitar jari-jari, lalu pegang sarung tangan
yang kedua pada lipatannya lalu tarik kearah ujung jari hingga bagian dalam sarung
tangan menjadi sisi luar. Demikian dilakukan secara bergantian.

31
e. Pada akhir setelah hampir diujung jari, maka secara bersamaan dan dengan sangat
hati-hati sarung tangan tadi dilepas.
f. Perlu diperhatikan bahwa tangan yang terbuka hanya boleh menyetuh bagian dalam
sarung tangan.
g. Cuci tangan setelah sarung tangan dilepas, ada kemungkinan sarung tangan
berlubang namun sangat kecil dan tidak terlihat. Tidakan mencuci tangan setelah
melepas sarung tangan ini akan memperkecil resiko terpajan.

3. PROSEDUR MENGGUNAKAN JAS/GAUN DAN MASKER STERIL


a. Persiapan alat
➢ Handuk
➢ Baju operasi steril
➢ Masker steril
➢ Handscoon steril

b. Pelaksanaan
➢ Keringkan kedua lengan sebelum memakai jas operasi
➢ Perhatikan tehnik aseptik pada setiap langkah
➢ Ikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh kamar operasi
➢ Ambil handuk/lap tangan yang ada diatas jas operasi
➢ Keringkan kedua lengan sesuai prosedur
➢ Ambil jas operasi pada bagian bawah sisi leher dan juntaikan kebawah (Tetap
pegang bagian dalam jas operasi pada langkah pertama)
➢ Buka lipatan jas secara berlahan dan masukan kedua tangan kedalam kedua lengan
jas
➢ Perhatikan kedua tangan tetap dalam jas, sementara perawat sirkuler, mengikat
kedua tali dimulai dengan tali atas kemudian tali bawah
➢ Kemudian ambil masker dengan korentang setelah itu gunakan masker dengan
mengikat bagian bawah terlebih dahulu

Ketentuan :
a. Hanya bagian luar gaun saja yang terkontaminasi, karena tujuan pemakain gaun
untuk melindungi pakaian dari infeksi.
b. Hanya bagian depan atas gaun bedah (diatas pinggang) saja yang dianggap steril dan
boleh bersinggungan dengan lapangan.
c. Cara memakai gaun bedah mengikuti proses tanpa singgung, yaitu dengan
mengusahakan agar bagian luar gaun tidak bersinggungan langsung dengan kulit
tubuh pemakai
d. Gaun dapat dipakai sendiri oleh pemakai atau dipakaikan oleh orang lain

32
e. Selalu digunakan dalam kamar bedah dan tidak dibawa keluar kecuali untuk dicuci,
termasuk ke ruangan makan atau yang lainnya
f. Satu gaun pelindung dikenakan untuk menangani satu pasien
g. Celemek kedap air dipakai disebelah dalam gaun pelindung bedah

33
C. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAI
Tujuan
◼ Memutus mata rantai penularan infeksi dari peralatan medis kepada pasien, petugas
kesehatan, pengunjung dan lingkungan rumah sakit

Dekontaminasi:
Suatu proses untuk menghilangkan / memusnahkan mikroorganisme dan kotoran yang melekat
pada peralatan medis/objek, sehingga aman untuk penggunaan selanjutnya, meliputi
1. Pembersihan
2. Disinfeksi
3. Sterilisasi

Indikasi:
◼ Alat medis habis pakai
◼ Permukaan meja/ permukaan lain yang tercemar / tumpahan darah atau cairan tubuh
pasien
◼ Linen bekas pakai yang tercemar darah / cairan tubuh pasien

34
Klasifikasi alat-alat medis menurut dr.Earl Spaulding

Risiko Definisi Peralatan Cara

Tinggi Kontak dengan Instrumen bedah, DISTERILKAN :


( Critical ) jaringan steril, laparoskop, kateter Sterilisasi Autoklaf,
sistem peredaran jantung, Scapel, implant ETO atau strilisasi
darah (Vaskuler) temperatur rendah,
chemical sterilans
Disposible
Sedang Kontak dengan Endoskopi/anestesi, , Disinfeksi Tingkat
( Semi membran ETT, termometer rectal Tinggi: pasteurisasi,
Critical ) mukosa yang steam, disinfektan
utuh, mudah kimiawi
terkontaminasi
dengan mikroba.
Rendah Kontak dengan Stetoskope, tensimeter, Tidak perlu Steril :
( Non- kulit yang utuh linen, bedpan, urinal, pembersihan fisik /
Critical ) dan tidak apron,alat makan disinfeksi tingkat
mengenai lantai, dinding, tempat rendah (deterjen dan
membran tidur air)
mukosa,
lingkungan
secara tidak
langsung.

35
Alur Pemrosesan Alat Medis Bekas Pakai

Pre Cleaning/Enzymatik

Pembersihan

Sterilisasi Disinfeksi tingkat Disinfeksi tingkat


tinggi rendah
(peralatan kritis)
(peralatan semi (peralatan non
Masuk dalam
kritikal) kritikal)
pembuluh
darah/jaringan Masuk dalam mucosa Hanya pada
tubuh tubuh permukaan tubuh
yang utuh
Instrumen bedah Endotracheal tube,
NGT Tensi meter,
termometer

36
PRE CLEANING
◼ Pemrosesan perendaman alat medis bekas pakai untuk menghilangkan noda darah, cairan
tubuh menggunakan enzyimatik atau detergen
(Perendaman sampai seluruh permukaan alat)

PEMBERSIHAN
◼ Suatu proses untuk menghilangkan kotoran yang terlihat atau tidak terlihat pada peralatan
medis / objek setelah dilakukan perendaman, dengan menggunakan air mengalir, sikat
detergen sehingga kotoran / bahan organik hilang dari permukaan

DISINFEKSI:
◼ Suatu proses untuk menghilangkan / memusnahkan mikroorganisme virus, bakteri, parasit,
fungi dan sejumlah spora pada peralatan medis / objek dengan menggunakan cairan
disinfektan

Metode Disinfeksi
◼ Panas : Washer Bed / Dish Washer 70-80 C
◼ Radiasi : UV → Lab: Bio Safety Cabinet dan pipa air
◼ Filtrasi : Hepa Filter → Membersihkan udara di OK, Farmasi
◼ Gas kimiawi
◼ Cairan kimia

Tiga tingkat desinfeksi :


1. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) : Mematikan kuman dalam 20 menit – 12 jam
akan mematikan semua mikroba kecuali spora bakteri. DTT merupakan perlakuan
minimun yang direkomendasikan oleh CDC

Cara DTT :
◼ Rebus dalam air mendidih selama 20 menit
◼ Rendam dalam larutan kimiawi: Glutaraldehyde, Hydrogen Peroksida

2. Desinfeksi Tingkat Sedang (DTS ) : dapat mematikan mikroba bkteri vegetatif


hampir semua virus, hampir semua jamur, tetapi tidak bisa mematikan spora bakteria
3. Desinfeksi Tingkat Rendah (DTR) : Dapat mematikan semua bakteri vegetatif,
beberapa jamur,beberapa virus dalam waktu < 10 menit

37
STERILISASI
Suatu proses menghilangkan /memusnahkan semua bentuk mikroorganisme pada peralatan
medis / objek termasuk endospora yang dapat dilakukan melalui proses fisika dan kimiawi
dengan menggunakan alat sterilisator

METODE STERILISASI
◼ Sterilisasi dengan suhu tinggi
◼ Sterilisasi uap (Steam Heat)
◼ Sterilisasi panas kering (Dry Heat)
◼ Sterilisasi dengan suhu rendah
◼ Ethylene Oxide
◼ Hydrogen Peroxide Plasma Sterilization (STERRAD)
◼ Liquid Paracetic Acid

Sterilisasi Uap
Metode sterilisasi paling tua, aman, efektif, relatif tidak mahal, bersifat non toksik
Suhu dan waktu:
◼ 121 ° C (250° F) selama 30 menit
◼ 132 ° C (270° F) selama 4 menit .
Direkomendasikan untuk peralatan yang tahan panas dan tahan uap

Sterilisasi Panas Kering


keuntungan
◼ dapat mensterilkan bahan yang tidak dapat ditembus steam
◼ tidak bersifat korosi, mencapai seluruh permukaan alat
Kelemahan:
◼ penetrasi panas lambat - waktu lama
◼ perlu suhu tinggi
◼ dapat merusak bahan karet
Penggunaan untuk:
◼ minyak, serbuk halus, syringe, kaca, gelas, benda tajam
Suhu dan waktu:
◼ 170° C (340° F) selama 60 menit
◼ 160° C (320° F) selama 120 menit
◼ 150° C (300° F) selama 150 menit

Cegah kontaminasi peralatan yang sudah di sterilkan /DTT dengan cara :


 Sediakan dan pelihara daerah steril/DTT
 Gunakan kain steril
 Hati-hati membuka pembungkus
 Hanya petugas tertentu yang bisa masuk artea steril
 Tempatkan daerah steril/ DTT jauh dari pintu dan jendela
 Cegah orang lain untuk menyentuh alat-alat steril /DTT
 Larutan klorin cepat mengalami penurunan shg harus diganti paling sedikit 24 jam

38
DESINFEKSI TINGKAT TINGGI DENGAN CARA REBUS

INDIKASI :
Dilakukan pada peralatan yang terbuat dari logam dan kaca

PERSIAPAN :
1.Persiapan alat meliputi :
• Panci dengan tutup yang rapat ,
• Korentang dalam tempatnya,
• Hidrometer baki,
• Tromol yang berisi duk steril dan alat-alat yang sudah di dekontaminasi
2. Perawat cuci tangan

PELAKSANAAN
1. Didihkan iar dalam panci yang bertutup rapat, yakinkan air sudah mencapai 100 derajat
Celcius dengan menggunakan hidrometer
2. Masukkan semua peralat kedalam panci dan tunggu selama 20 menit
3. Siapkan baki, lalu ambil duk steril dalam tromol dengan menggunakan korentang dan
bentangkan pada baki tanpa menyentu dasar baki
4. Ambil peralatan dari dalam panci dengan menggunakan korentang lalu susun pada baki
lalu tutup peralatan dengan menggunakan duk tadi.
5. Alat-alat dibereskan

DESINFEKSI TINGKAT TINGGI DENGAN CARA KUKUS

INDIKASI :
Dilakukan pada hand scoon

PERSIAPAN :
Persiapan alat : meliputi :
• Dandang dengan tutup yang rapat ,
• korentang dalam tempatnya,
• Hidrometer baki,
• Tromol yang berisi duk steril dan hand scoon yang sudah di dekontaminasi dan dicuci

PERSIAPAN :
1. Keringkan hand scoon dengan menggunakan handuk
2. Taburkan talk secara merata pada hand scond dan bungkus hand scond dngan
menggunakan kertas pembungkus atau kertas roti
39
3. Didihkan air dalam panci yang bertutup rapat, yakinkan air sudah mencapai 100 derajat
Celcius dengan menggunakan hidrometer
4. Susun hand scoon pada nampan pengukus satu demi satu tidak boleh berlapis dan
masukkan kedalam dandang tunggu selama 20 menit
5. Siapkan baki, lalu ambil duk steril dalam tromol dengan menggunakan korentang dan
bentangkan pada baki tanpa menyentu dasar baki
6. Ambil hand scon dari dalam dandang dengan menggunakan korentang dan angin-
anginkan selama 5 menit lalu susun pada baki dan tutup hand scond dengan menggunakan
duk tadi.
7. Alat-alat dibereskan

DESINFEKSI TINGKAT TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN ZAT KIMIA


INDIKASI :
Dilakukan pada peralatan yang terbuat dari logam , kaca dan karet

PERSIAPAN :
1.Persiapan alat meliputi :
Baki
Baskom,
Bayclin,
Gelas pengukur ,
Korentang dalam tempatnya,
Tromol yang berisi duk steril dan peralatan yang sudah di dekontaminasi

TINDAKAN :
1. Buat larutan klorin 0,5 % dengan perbandingan Baclin dan air 1 :9 dengan menggunakan
ukuran yang sama dan air yang digunakan adalaair matang
2. Keringan semua peralatan dengan menggunakan han duk
3. Masukkan semua peralatyan kedalam larutan klorin dan biarkan selam 20 menit
4. Siapkan baki, lalu ambil duk steril dalam tromol dengan menggunakan korentang dan
bentangkan pada baki tanpa menyentu dasar baki
5. Ambil peralatan yang terendam satu persatu dengan menggunakan korentang lalu susun
pada baki dan tutup peralatan dengan menggunakan duk tadi.
6. Alat-alat dibereskan

CARA MELAKUKAN PENGENCERAN LARUTAN KLORIN


1. Larutan klorin yang dibuat dari natrium – hipoklorit ( cairan pemutih) merupakan larutan
relative, murah, bereaksi paling cepat, dan efektif dipakai untuk dekontaminasi.
2. Rumus untuk melakukan pengenceran lari larutan pekat ( konsentrat)
3. Periksa konsentrasi (% konsentrat) dari produk klorin komersial yang anda gunakan

40
4. Tentukan jumlah bagian air yang diperlukan dengan menggunakan rumus dibawah ini :

a. Rumus membuat larutan encer klorin dari konsentrat klorin berbentuk cairan

Jlm Bag (JB) Air : % Lar konsentrat - 1


% Lar. Encer yang diinginkan

Campurkan 1 bagian konsentrat klorin dengan jumlah bagian (JB ) air yang diperlukan

Contoh :
Membuat larutan klorin 0,5 % dari konsentrat klorin 5 %
Langkah 1 : Menghitung jumlah bagian air : 5 % - 1 = 10 -1 = 9
0, 5 %
Langkah 2 : ambil 1 bagian larutan konsentrat klorin dengan menambahkan 9 bagian
air. Satuan yang digunakan untuk konsentrat klorin dan air dapat menggunakan cc,
liter, atau satuan seperti gelas, centong, dll

b. Rumus membuat larutan encer klorin dari konsentrat yang berbentuk bubuk
 Jumlah bubuk yang harus dilarutkan dalam 1 liter air :
= % Lar yg diinginkan x 1000
% Kons yg tersedia

 Contoh membuat larutan encer klorin 0.5 % dari konsentrat klorin bubuk 35%

= 0,5 % x 1000
35 %
=14,3 gram /ltr

Campurkan 14 gram konsentrat 35% dalam setiap satu liter air

TOPIK 4
MANAJEMEN NYERI NON FARMAKOLOGIS

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruktur Umum (TIU)
Mahasiswa mampu melakukan tindakan penanganannyeri non farmakologi dengan benar

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


1. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menyiapkan alat untuk tidakan relaksasi, massage,
kompres hangat dan dingin dengan benar
2. Mahasiswa mampu melakukan tindakan relaksasi dengan benar
3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan massage punggung dengan benar

41
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan kompre hangat dan kompres dingin dalam mengatasi
nyeri dengan benar
5. Mahasiswa mampu melakukan tindakan relaksasi otot progresif dalam mengatasi nyeri dengan
benar

KONSEP NYERI
PENGERTIAN
1. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang memengaruhi seseorang
yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
2. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu perasaaan menderita
secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.
3. Arthur C. Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi
tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut berreaksi untuk
menghilangkan rangsangan nyeri.
4. Smeltzer & Bare (2002), mendekripsikan nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari
bantuan perawatan kesehatan.

SKALA NYERI
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
1. Skala intensitas nyeri deskritif

2. Skala identitas nyeri numeric

 Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapatmengikuti perintah tapi masih respon
terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak
dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.Karakteristik paling
subyektif pada nyeri adlah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali
diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna

42
istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga
sulit untuk dipastikan.

TEKNIK MENGATASI NYERI NON FARMAKOLOGI


1. DISTRAKSI
Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian klien pada hal-hal
lain sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang dialami.
Macam-macam Teknik Distraksi :
❑ Distraksi visual
❑ Distraksi auditory
❑ Distraksi taktil
❑ Distraksi intelentual

2. RELAKSASI
Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronik,
rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh.
Tiga hal yang dibutukan dalam teknik relaksasi
➢ Posisi klien yang tepat
➢ Pikiran beristirahat
➢ Lingkungan yang tenang
Manfaat tehnik relaksasi untuk pasien dalam mengatasi nyeri adalah ;
➢ Menurunkan tekanan darah, nadi dan pernafasan
➢ Menurunkan konsumsi oksigen
➢ Menurunkan BMR
➢ Meningkatkan konsentrasi pada satu ide
➢ Meminimalkan perhatian pada stimulus (rangsangan) eksternal Perubahan posisi
tubuh yang rileks

43
Prosedur tindakan relaksasi :
a. Lakukan informed consent
b. Atur posisi pasien senyaman mungkin dan sesuai indikasi (Posisi pasen diatur sedemikian rupa
agar rileks,diupayakan agar tidak ada bagian tubuh menerima beban anggota tubuh yang
lain.posisi dapat duduk atau berbaring telentang)
c. Tanyakan skala nyeri yang dirasakan pasien
d. Instruksikan agar pasen menghirup napas dalam melalui hidung sehingga rongga paru berisi
udara yang bersih, kemudian menghembuskannya melalui mulut
e. Minta pasien untuk kembali dengan irama normal beberapa saat sekitar 1-2 menit
f. Minta kembali pasien mengambil nafas dalam melalui hidung sambil membayangkan udara
masuk ke seluruh tubuh kemudian menghembuskannya melalui mulut
g. Setelah pasen merasa rileks,perlahan-lahan irama pernapasan di tambah.gunakan pernapasan
dada atau abdomen.bila frekuansi nyeri bertambah,gunakan pernapasan dangkal dengan
frekuensi yang lebih cepat
h. Tanyakan kembali skala nyeri setelah melakukan relaksasi
i. Catat hasil tindakan

3. PEMIJATAN /MASSAGE
Pengurutan atau pemijatan yang menstimulasi sirkulasi darah serta metabolisme dalam jaringan.
Dilakukan pada punggung, leher, lengan tangan dan kaki dan Gunakan pelumas saat melakukan
massage
Tujuan :
a. Mengurangi nyeri akibat ketegangan/spasme otot
b. Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis
c. Mengurangi kecemasan
d. Mengkaji kondisi kulit
e. Meningkatkan sirkulasi / peredaran darah pada area yang di massage

Prosedur tindakan massage punggung


Persiapan Alat :
a. Pelumas (handbody lotion)
Berguna sebagai pelicin pada daerah kulit klien agar tidak terjadi cidera luka akibat
gesekan/tekanan saat pelaksanaan tindakan
b. Handuk
Berguna sebagai alat untuk membantu membersihkan serta merapikan kelmbali pasien dari sisah-
sisah pelumas (handbody lotion) pada tubuhnya
c. Bengkok
Berguna sebagai tempat peletakkan alat sementara dan sebagai tempat pembuangan tissue yang
sudah terpakai
d. Tissue
Berguna sebagai alat bantu apabila di perlukan

Pelaksanaan Tindakan
1. Lakukan Informed Concent

44
2. Atur lingkungan senyaman mungkin, tenang, cukup cahaya dan terjaga privacy
3. Letakkan peralatan di dekat pasien dan perawat
4. Perawat Cuci tangan dan menggunakan handschoon
5. Kaji skala nyeri yang dirasakan pasien
6. Atur Posisi pasien pronasi ( tengkurap)
7. Letakkan bantal kecil dibawah perut pasien untuk menjaga posisi yang tepat
8. Tuangkan sedikit lotion ditangan anda. Usap dengan kedua tangan
9. Lakukan masase pada punggung, massage dilakukan denga menggunakan telapak tangan dan
jari-jari, gunakan tekanan halus, lakukan tekhnik massage sebagai berikut
10. Teknik masase dengan gerakan tangan selang - seling (tekanan pendek, cepat, dan bergantian
tangan) dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan memberikan tekanan ringan.
Dilakukan bila nyeri terjadi di pinggang

11. Teknik remasan (mengusap otot bahu), dapat dilakukan bila nyeri terjadi pada daerah
sekitar bahu

12. Teknik masase dengan gerakan menggesek dengan menggunakan ibu jari dan gerakan memutar
sepanjang tulang punggung dari sacrum kebahu. Masase ini dilakukan bila nyeri dirasakan di
daerah punggung dan pinggang secara menyeluruh

45
13. Teknik eflurasi. : masase punggung dengan kedua tangan, menggunakan tekanan lebih halus
dengan gerakan keatas untuk membantu aliran balik vena
Tehnik ini dapat dilakukan bila nyeri terjadi di daerah punggung dan pinggang

14. Teknik petrisasi dengan menekan punggung secara horizontal.


Pindah tangan anda dengan arah yang berlawanan dengan menggunakan gerakan meremas

46
15. Tekan menyikat : secara halus tekan punggung dengan ujung-ujung jari untuk mengakhiri
masase.

16. Bersihkan punggung pasien dengan handuk dan beritahukan kalau tindakan sudah selesai.
17. Pasang kembali pakaian atas pasien
18. Tanya pada pasien apakah pasien merasa rileks dan skala nyeri setelah di massage
19. Atur posisi pasien seperti semula atau sesuai keinginan pasien bila tidak ada kontraindikasi
20. Dokumentasikan : waktu pelaksana massage, kondisikan pasien dan catat hasil yang
diperoleh.

47
21. Cuci tangan

4. KOMPRES HANGAT ATAU DINGIN


➢ Kompres dingin bekerja menghambat impuls ke otak.
digunakan untuk mengurangi nyeri kepala, nyeri punggung menjelang persalinan dan spsme
otot.
Kompres dingin juga dilakukan pada keadaan : Suhu tinggi,Radang, Memar, Batuk/muntah
darah,Perdarahan, Pasca tosilektomi, Luka tertutup/terbuka

➢ Kompres hangat bekerja melebarkan pembuluh darah dan melebarkan jaringan tubuh.
Digunakan untuk mengurangi nyeri akibat iskemia jaringan, dan nyeri punggung (low back pain).
Kompres hangat juga dilakukan pada keadaan Pasien dengan perut kembung, Pasien yang
kedinginan, misalnya akibat narkose, karena iklim, dsb., Pasien radang, misalnya radang
persendian, adnexitis, Kekejangan otot (spasmus), Adanya abses (bengkak) akibat suntikan,
Tubuh dengan abses, hematom.

Prosedur kompres hangat


Persiapan alat :
➢ Botol berisi air panas/ buli-buli panas
➢ Termometer air dan Kain Pembungkus
Pelaksanaan Tindakan ;
1. Lakukan Informed Concent
2. Atur posisi pasien sesuai indikasi
3. Atur lingkungan cukup cahaya dan terjaga Privacy
4. Dekatkan alat ke pasien dan perawat
5. Perawat cuci tangan (Gunakan Handscoon sesuai Indikasi / Keadaan Pasien)
6. Lakukan pemanasan pendahuluan pada botol atau buli –buli, yaitu dengan cara mengisi dengan
air panas, mengencangkan penutupnya, membalik posisi botol berulang kali, kemudian
dikosongkan
7. Siapkan air panas dan ukur suhunya sampai didapat suhu yang diinginkan. tidak lebih dari 45
drajat
8. Isikan kedalam botol sampai sepert tiga atau seperempat botol.
9. Kencangkan penutup botol dan keringkan
10. Masukkan botol kedalam kantong dari kain.
11. Identifikasi lokasi nyeri dan skala nyeri yang tepat
12. Pasang botol air panas pada area yang dikehendaki.
13. Kaji Pasien. secara teratur untuk mengetahui tanda kemerahan atau ketidaknyamanan.*
14. .Angkat botol setelah 20 menit, isi dengan air lagi sesuai yang dikehendaki
15. Bila telah selesai kaji kembali skala nyeri pasien
16. Keringkan area kompres denan handuk
17. Rapikan kembali pakaian pasien dan atur kembali posisi pasien
18. Bereskan peralatan
19. Cuci tangan
20. Dokumentasikan

48
KOMPRES DINGIN
Persiapan alat :
1. Es cup atau kerah es dan es batu
2. Kantong pelindung/ handuk kecil
3.Termometer
Pelaksanaan Tindakan
1. lingkungan cukup cahaya dan terjaga Privacy
2. Kaji skala nyeri yang dirasakan pasien
3. Dekatkan alat ke pasien dan perawat
4. Perawat cuci tangan (Gunakan Handscoon sesuai Indikasi / Keadaan Pasien)
5. Isi es cup dengan kepingan es
6. Keluarkan udaranya dan keringkan bagian luar
7. Isi es cup dengan kepingan es
8. Buka area yang akan dipasang kompres atur posisi sesuai kebutuhan *
9. Letakkan kantong es pada area yang dikehendaki, ikat bila diperlukan
10. Kaji keadaan kulit setiap 20 menit, terhadap nyeri , mati rasa dan kaji suhu tubuh Pasien. bila
diperlukan.
11. Angkat kantong es bila sudah selesai *
12. Kaji keadaan kulit pada area yang telah dikompres dan suhu Pasien. bila diperlukan
13. Rapikan pakaian pasien dan atur posisi yang nyaman
14. Kaji ulang skala nyeri setelah di kompres
15. Bereskan peralatan yang telah digunakan
16. Cuci tangan

49
LATIHAN OTOT PROGESIF
Teknik relaksasi otot progresif merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada klien
dengan menegangkan otot-oto tertentu dan kemudian relaksasi. Relaksasi progresif adalah salah satu
cara dari teknik relaksasi mengombinasikan latihan napas dalam dan serangkaian seri kontraksi dan
relaksasi otot tertentu
Tujuan
• Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi,
frekuensi jantung, laju metabolic.
• Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen;
• Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak memfokuskan
perhatian serta relaks;
• Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi;
• Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres
• Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia ringan, gagap ringan,
dan Membangun emosi positif dari emosi negative.
Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
a) Klien lansia yang mengalami gangguan tidur (insomnia).
b) Klien lansia yang sering mengalami stress.
c) Klien lansia yang mengalami kecemasan.
d) Klien lansia yang mengalami depresi.
Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
• Klien lansia yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidak bisa menggerakkan
badannya.
• Klien lansia yang menjalani perawatan tirah baring (bed rest).
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan terapi relaksasi
ototprogresif.
a) Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri.
b) Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot-otot relaks.
c) Perhatikan posisi tubuh. Lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan posisi berdiri.
d) Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
e) Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali.
f) Memeriksa apakah klien benar-benar relaks.
g) Terus-menerus memberikan instruksi.
h) Memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat

50
Prosedur tindakan
a. Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan: kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan sunyi.
Persiapan klien:
1) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi pada klien;
2) Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup menggunakan
bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk dikursi dengan kepala ditopang, hindari posisi
berdiri;
3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu;
4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat ketat.
b. Prosedur
Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan.
1) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
2) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
3) Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks selama 10 detik.
4) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat membedakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.
5) Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.

Gambar 2.2

Gerakan Tangan Bagian Belakang

Gerakan 2: ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.

51
Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di tangan bagian
belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit. Gerakan melatih otot
tangan bagian depan dan belakang ditunjukkan pada gambar.

Gambar 2.3
Gerakan Otot Biceps

Gerakan 3: ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkal lengan).
1. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
2. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan menjadi tegang.

Gambar 2.4

Gerakan Otot Bahu

Gerakan 4: ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.


1. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyantuh kedua telinga.
2. Fokuskan atas, dan leher.

Gerakan 5 dan 6: ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot dahi, mata, rahang,
dan mulut).

52
1. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan kulitnya
keriput.
2. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata.

Gerakan 7: ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot rahang. Katupkan
rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan disekitar otot rahang.
Gerakan 8: ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-
kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

Gerakan 9: ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan maupun belakang.
1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher bagian depan.
2. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
3. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat merasakan
ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.

Gerakan 10: ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.


1. Gerakan membawa kepala ke muka.
2. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian muka.

53
Gerakan 11: ditujukan untuk melatih otot punggung
1. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2. Punggung dilengkungkan.
3. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
4. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi lemas
.
Gerakan 12: ditujukan untuk melemaskan otot dada.
1. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.
2. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada sampai turun ke
perut, kemudian dilepas.
3. Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
4. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.

Gerakan 13: ditujukan untuk melatih otot perut.


1. Tarik dengan kuat perut kedalam.
2. Tahan sampai menjadi kencang dank eras selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas.
3. Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.

Gerakan 14-15: ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).
1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
2. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah ke otot betis.
3. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
4. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

54
55
TOPIK 5
PERAWATAN LUKA (PEMBALUTAN/DRESSING)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan instruktur umum
Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka dengan benar
2. Tujuan instruktur khusus
a. Mahasiswa mampu menyiapkan dan memahami fungsi alat yang diperlukan
untuk melakukan perawatan luka
b. Mahasiswa mampu melakukan perawatan pada berbagai luka dengan benar
:
1) Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
2) Absorbsi drainase
3) Menekan dan immobilisasi luka
4) Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cidera mekanis
5) Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6) Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
7) Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien

B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep perawatan luka
a. Definisi
Luka adalah terganggunya integritas normal dari kulit dan jaringan dibawahnya.
Trauma dapat terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, luka dapat terbuka atau
tertutup, bersih atau terkontaminasi, supervisial atau dalam (kozier, 1992, hal
43, taylan, 1990). Seseorang yang menderita luka akan merasakan
ketidaksempurnaan yang pada akhirnya mempunyai kecenderungan untuk
mengalami gangguan fisik dan emosional (haylan, dkk, 1994). Luka adalah
rusaknya kesatuan/ komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul beberapa efek
akan muncul :
1) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2) Respon stress simpatis
3) Perdarahan dan pembekuan darah
56
4) Kontaminasi bakteri
5) Kematian sel

C. PERAWATAN LUKA
Teknik perawatan luka meliputi cleansing, debridement dan dressing
1. Cleansing
Cleansing atau pencucian luka pada perawatan luka merupakan hal yang penting
dalam perawatan luka. Teknik pencucian luka yang baik akan mempengaruhi
proses penyembuhan luka karena dapat mencegah proses infeksi dan mengurangi
bau. Bahan yang digunakan untuk pencucian luka yang paling baik adalah larutan
norma saline, sesuai dengan penelitian dari konya, dkk (2005) bahwa terdapat
peningkatan waktu penyembuhan luka pada luka dekubitus yang dibersihkan
dengan normal saline dan tidak. Selain itu, teknik mmebersihkan luka yang baik
juga akan mempengaruhi proses penyembuhan luka. Tekanan yang sesuai saat
melakukan irigasi (10-70) akan mencegah rusaknya jaringan granulasi dan
mengurangi bakteri dan sel debris.
2. Debridement
Debridement merupakan tindakkan mengangkat jaringan nekrotik, eksudat, dan
sisa-sisa metabolic luka untuk perbaikan atau memfasilitasi proses penyembuhan
luka. Terdapat berbagai macam teknik debridement yaitu :
a. Mekanik debridement
b. Shark debridement
c. Autolytic debridement
d. Enzymatic debridement
3. Dressing
Dressing merupakan tahap penutupan luka yang mempunyai tujuan untuk
membantu proses penyembuhan luka dengan sempurna, mengurangi bau,
mengurangi nyeri, mencegah infeksi, menampung eksudat serta untuk alas an
kosmetik. Prinsip dressing adalah untuk mempertahankan fisiologi kelembaban
(moist) pada lokal lingkungan luka yang akan memicu perbaikan jaringan,
menggunakan produk yang aman dan disesuaikan dengan kondisi luka. Sehingga
sebelum melakukan dressing perawat harus mengetahui karakteristik luka untuk
menentukan jenis dressing yang tepat. Terdapat beberapa kategori dressing, antara
lain:
57
a. Primary dressing
Merupakan bahan yang befungsi secara terapeutik dan protektif, digunakan
untuk menutup luka yang secara langsung mengenai luka untuk membantu
proses penyembuhan luka
b. Secondary dressing
Merupakan bahan yang berfungsi secara terapeutik dan protektif yang
digunakan untuk meningkatkan kemampuan proses penyembuhan luka yang
akan melindungi primary dressing
c. Semiocclusive dressing
Merupakan bahan yang berfungsi untuk melindungi kuka dan sekitar luka dari
agen microbial dan physical, termasuk mengontrol suhu, bau, tekanan dan
memberikan efek.

D. PROSEDUR PERAWATAN LUKA


1. PERAWATAN LUKA POST OPERASI (PRIMARY HEALING)
Persiapan alat :
a. Sarung tangan steril
b. Gunting plester
c. Bengkok 2 buah
d. Larutan desinfektan
e. Bahan dressing (kassa steril, perban, modern dressing semua ukuran seperti
films, foams, hydrocolloid, hydrogel)
f. Korentang
g. Tempat korentang berisi larutan desinfektan
h. Instrument steril: pincet anatomis, pincet cirugis, gunting necrotomi)
i. Bak instrument steril
j. Cairan pencuci luka Nacl 0,9%
k. Cairan aseton/cairan remover
l. Lidi cotton steril
m. Dressing luka: salep luka, alginate
n. Plester hipoalergi/transparent film/island dressing
a. Underpad/perlak

58
Pelaksanaan :
a. Informed consent
b. Mengatur suhu lingkungan
c. Mengatur pencahayaan
d. Menjaga privacy pasien (menutup sampiran dll)
e. Mengatur posisi pasien
f. Membebaskan pakaian area luka
g. Mencuci tangan (6 langkah)
h. Menggunakan APD (handscoon steril)
i. Membuka balutan:
➢ Basahi plester berperekat dengan aseton/cairan remover sehingga mudah
dilepas tanpa nyeri, atau tarik transfaran film/island dressing agar mudah
dilepas tanpa nyeri
➢ Buang sisa balutan lama pada bengkok atau tempat sampah
j. Mencuci luka
➢ Aliri luka post operasi dengan Nacl 0,9%
➢ Basahi kassa atau lidi cotton dengan Nacl 0,9%
➢ Cuci luka searah jarum jam dari bagian dalam luka kebagian luar luka
(satu arah)
➢ Keringkan luka dan sekitarnya dengan kassa atau lidi cotton
k. Mengkaji luka
➢ Kaji lokasi luka
➢ Kaji ukuran luka
➢ Kaji stadium luka
➢ Kaji tipe dan jumlah eksudat
➢ Kaji tanda-tanda infeksi luka
➢ Kaji bau luka
l. Membersihkan jaringan mati
➢ Luka post operasi < 5 hari dengan tanda inflamsi jangan ditekan atau di
massage
➢ Luka post operasi> 5 hari dengan tanda inflamasi jangan ditekan atau di
massage
➢ Luka post operasi < 5 hari disertai dengan tanda inflamasi dilakukan
evakuasi eksudat dan jaringan mati

59
m. Memilih balutan yang tepat sesuai warna dasar luka, luka tertutup tanpa ada
tanda inflamasi berikan:
➢ Primary dressing: tula atau salep alginate, foam
➢ Secondary dressing: island dressing atau kassa diberikan plester
hypoalergie atau transfaran film

n. Rapikan alat dan bahan


➢ Buka handscoon buang pada tempat sampah infeksius
➢ Rapikan semua alat dan bahan

o. Kembalikan pasien pada posisi semula


p. Mencuci tangan
q. Evaluasi subjektif dan objektif
➢ Sampaikan evaluasi objektif terhadap luka
➢ Tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan perawatan luka
r. Melakukan kontrak pertemuan selanjutnya (waktu, tempat, topic)
s. Mengucap salam
t. Melakukan dokumentasi (SOAP)

2. PERAWATAN LUKA LECET


Persiapan alat :
a. Sarung tangan steril
b. Gunting plester
c. Bengkok 2 buah
d. Larutan desinfektan
e. Korentang
f. Tempat korentang berisi larutan desinfektan
g. Instrument steril: pincet anatomis, pincet cirugis, gunting necrotomi)
h. Bak instrument steril
i. Cairan pencuci luka Nacl 0,9%
j. Lidi cotton steril
k. Underpad/perlak
i. Salep antibiotic

60
Pelaksanaan :
a. Informed consent
b. Mengatur suhu lingkungan
c. Mengatur pencahayaan
d. Menjaga privacy pasien (menutup sampiran dll)
e. Mengatur posisi pasien
f. Membebaskan pakaian area luka
g. Mencuci tangan (6 langkah)
h. Menggunakan APD (handscoon steril)
i. Mencuci luka
➢ Aliri luka post operasi dengan Nacl 0,9%
➢ Basahi kassa atau lidi cotton dengan Nacl 0,9%
➢ Cuci luka searah jarum jam dari bagian dalam luka kebagian luar luka (satu
arah)
➢ Keringkan luka dan sekitarnya dengan kassa atau lidi cotton

j. Beri salep antibiotic pada luka dengan menggunakan lidi cotton atau kassa
k. Tutup luka dengan kassa steril dan berikan plester
l. Rapikan alat dan bahan
➢ Buka handscoon buang pada tempat sampah infeksius
➢ Rapikan semua alat dan bahan
m. Kembalikan pasien pada posisi semula
n. Mencuci tangan
o. Evaluasi subjektif dan objektif
➢ Sampaikan evaluasi objektif terhadap luka
➢ Tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan perawatan luka
p. Melakukan kontrak pertemuan selanjutnya (waktu, tempat, topic)
q. Mengucap salam
r. Melakukan dokumentasi (SOAP)

61
TOPIK 6
KEBUTUHAN OKSIGENASI

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruktur Umum (TIU)
Mahasiswa mampu melakukan pemberian terapi oksigen dengan benar
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
2. Mahasiswa mampu menyiapkan dan memahami fungsi alat yang diperlukan untuk
memberikan terapi oksigen pada pasien dengan benar
3. Mahasiswa mampu melakukan berbagai betode pemberian oksigen dengan benar
4. Mampu mengevaluasi tindakan pemberian oksigen dengan benar
5. Mahasiswa mampu menyiapkan dan memahami fungsi alat yang diperlukan untuk
membantu pasien dalam berlatih bernafas dan melakukan batuk efectif.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memperagakan apa yang akan diajarkan dengan
benar.
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah diajarkan dengan benar.

TINJAUAN PUSTAKA
PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN
Pengertian
Terapi Oksigen adalahpemberian oksigen dgn konsentrasi yang lebih besar daripada
udararuang untuk mencegah hipoksemia.
Tujuan
a. Mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90% untuk :
b. Mencegah hipoksia sel & jaringan
c. Menurunkan kerja nafas
d. Menurunkan kerja otot jantung
Indikasi
1. Hipoksemia pada AGD terlihat PaO2 atau SaO2 turun
2. Diduga hipoksemia mis. Syok, keracunan gas CO
3. Menurunnya kerja nafas seperti pemulihan pasca anestesi
4. Menurunnya kerja miokard seperti infark miokard
5. Trauma berat

Oksigen dianggap sebagai obat maka


❖ mempunyai :Indikasi pemakaian
❖ Dosis pemberian
❖ Cara pemakaian
❖ Penyulit / efek samping

62
METODE PEMBERIAN O2

A. Sistem aliran rendah :


1. Aliran rendah konsentrasi rendah :
a. kateter nasal

b. kateter binasal

2. Aliran rendah konsentrasi tinggi :


a. sungkup muka sederhana

b. sungkup muka dengan kantong


1) rebreathing
2) nonrebreathing

B. Sistem aliran tinggi :


1. Aliran tinggi konsentrasi rendah :

63
sungkup venturi

2. Aliran tinggi konsentrasi tinggi :


a. Head box
b. Sungkup CPAP

Rata-rata FiO2 dg peralatan berbeda

Nasal Kanul Masker wajah sederhana

1L 24% 5 – 6 L 40%
2L 28% 6 – 7 L 50%
3L 32% 7 – 8 L 60%
4L 36%
5L 40%
6L 44%.

I. MEMBERIAN OKSIGEN MELALUI KANUL NASAL

Pesiapan alat :
1. Tabung O2 Lengkap (pengukur aliran/ flow meter, botol pelembab/ humidifier
yang berisi air hingga batas, selang 02
2. Nasal kanul
3. Spekulum Hidung
4. Cotton Bad
5. Kom Berisi Air hangat (36-37 C)
6. Kassa
7. Cairan Desinfektan 0.5% dalam bengkok.

Pelaksanaan :
1. Inspeksi tanda dan gejala hipoksia dan sekresi pada jalan napas.
2. Inform consent
3. Cuci tangan
4. Pasang nasal kanul ke selang oksigen dan hubungkan ke sumber oksigen yang
dilembabkan dan diatur sesuai kec. Aliran yang diprogramkan. Observasi air
dihumidifier bergelembung.
5. Letakkan ujung kanul kedalam lubang hidung , atur lubang kanul sampai benar-benar
pas menempati hidung dan nyaman bagi klien.
6. Atur pengikat untuk kenyamanan klien (di kepala atau bawah dagu) pertahankan selang
oksigen cukup kendur .

64
7. Periksa kanul tiap 8 jam dan pertahankan humidifier terisi setiap waktu.
8. Observasi hidung dan dan permukaan superior kedua telinga klien untuk melihat
adanya kerusakan kulit.
9. Periksa kec.aliran oksigen dan program dokter setiap 8 jam.
10. Cuci tangan.
11. Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan dengan hipoksia telah
hilang.
12. Catat Metoda pemberian oksigen, kecepatan aliran, kepatenan nasal kanul, respon
klien.

hal-hal yang perlu diperhatikan :

• O2 diberikan dengan kec.aliran sampai 6 liter/menit.Kecepatan aliran lebih besar dari


4l/,mnt jarang digunakan krn efek yg ditimbulkan: mukosa kering.
• Klien dg penyakit paru obstruksi kecepatan aliran harus tidak melebihi 2 l/mnt. Kec.
Lebih tinggi dapat menekan stimulus pernapasan.
• Waspadai kerusakan kulit diatas telinga dan hidung akibat pemasangan kanul terlalu
kuat.

2. PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KATETER


Persiapan alat :
1. Tabung O2 Lengkap (pengukur aliran/ flow meter, botol pelembab/ humidifier yang berisi air
hingga batas, selang 02
2. Spekulum Hidung
3. Cotton Bad
4. Kom Berisi Air hangat (36-37 C)
5. Kassa sterill
6. Cairan Desinfektan 0.5% dalam bengkok
7. Handscoon
8. Pinset anatomi steril
9. Jelly
10. Bengkok

Pelaksanaan :
1. Lakukan Informed Concent
2. Atur posisi pasien sesuai indikasi, Senyaman Mungkin, cukup cahaya dan terjaga
Privacy
3. Dekatkan alat ke pasien dan perawat
4. Perawat cuci tangan dan gunakan Handscoon
5. Bersihkan hidung dengan memasukan speculum hidung lalu speculum dibuka secara
berlahan
6. Basahi cotton bud dengan air hangat masukan kedalam lubang memalui speculum lalu putar
searah jarum jam sampai bersih secara bergantian pada lubang hidung
7. Lepaskan speculum secara berlahan, masukan ke dalam bengok yang berisi larutan
desifektan 0.5%
8. Ukur panjang kateter dai hidung sampai telinga tanpa menyentuh kulit

65
9. Masukan selang kateter secara perlahan sampai nasofaring dengan pinset (jika Pasien sadar
suruh buka mulut untuk memastikan selang tepat masuk nasofaring)
10. Atur aliran sesuai dengan kebutuhan order
11. Fiksasi selang kateter dengan plaster pada hidung
12. Letakan selang diatas telinga yang dialasi kasa kering
13. Periksa kec.aliran o2 dan program dokter setiap 8 jam
14. Lepaskan handshoon dan Cuci tangan
15. Inspeksi Pasien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan dengan hipoksia telah
hilang
16. Catat metoda pemberian o2, kecepatan aliran, kepatenan kanul, respon Pasien

HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN


➢ 02 diberikan dengan kec. Aliran sampai 6 l/mnt, kecepatan aliran lebih besar dari 4 l/mnt
jarang digunakan krn efek yang ditimbulkan adalah mukosa kering
➢ Pasien dengan penyakit paru, obstruksi kecepatan aliran harus tidak melebihi 2 l/mnt kec
lebih tinggi dapat menekan stimulus pernafasan
➢ Waspadai kerusakan kulit diatas telinga dan hidung akibat pemasangan kanul dengan kuat

3. MASKER OKSIGEN
• Peralatan untuk memberikan oksigen, kelembaban atau kelembaban yang dipanaskan.
• Dirancang terpasang menutupai mulut dan hidung, difiksasi menggunkan tali pengikat.
• Ada 2 jenis utama masker : Konsentrasi tinggi dan konsentrasi rendah.
Jenis-jenis masker :
i. Masker wajah sederhana:
- Digunakan tuk terapi O2 jangka pendek.(kurang dari 12 jam)
- Dipasang longgar dgn konsentrasi 30%-60%.
- Kontraindikasi bagi klien dengan retensi CO2 krn akan memperburuk retensi.

ii. Masker wajah plastik yang berkantung reservoar.


Ada 2 jenis:
1. Partial rebreather :
* Memiliki lubang angin (vent) dibagian kiri dan kanan masker.
* Klien menghirup kembali sepertiga bagian udara dari kantong reservoar.
* Konsentrasi O2 , 70% tuk klien yg mampu bernapas kembali/ rebreather) dg
kecepatan aliran 10l/mnt

2. Nonrebreather Masker
o Bentuknya sama denga partial rebreather tapi Memiliki 2 katup di masker
o Mampu memberi konsentrasi O2 lebih tinggi 80%-90%. Digunakan bagi klien bila
tidak mampu bernapas kembali (nonrebreather).
o Masker dpt mempertahankan suplai O2 dgn konsentrasi tinggi didalm kantung
reservoar.

66
o Perawat hrs sering meninspeksi kantung untuk memastikan kantung tersebut
mengembang.
o Apabila kantung mengempes maka klien akan menghirup sejumlah besar CO2.

iii. Masker Venturi


➢ Dapat menghantarkan O2 dg konsentrasi 24%, 28%, 30%, 35%, 40%, 45%,55%, dg kec.
Aliran 2 sampai 3,4,6,8,14 l/mnt secara berurutan, bergantung pada pemilihan alat
pengendali aliran.
➢ Memberikan ketepatan konsentrasi O2.

PROSEDUR PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MAKER SEDERHANA


Persiapan alat :
1. Tabung O2 Lengkap (pengukur aliran/ flow meter, botol pelembab/ humidifier yang berisi air
hingga batas, selang 02
2. Masker oksigen sederhana
3. Spekulum Hidung
4. Kassa
5. Cotton Bad
6. Bengkok

Pelaksanaan
1. Lakukan Informed Concent
2. Atur posisi pasien sesuai indikasi, Senyaman Mungkin, cukup cahaya dan terjaga Privacy
3. Dekatkan alat ke pasien dan perawat
4. Perawat cuci tangan dan gunakan Handscoon
5. Bersihkan hidung dengan memasukan speculum hidung lalu speculum dibuka secara
berlahan
6. Basahi cotton bud dengan air hangat masukan kedalam lubang memalui speculum lalu
putar searah jarum jam sampai bersih secara bergantian pada lubang hidung
7. Lepaskan speculum secara berlahan, masukan ke dalam bengkok yang berisi larutan
desifektan 0.5%
8. Hubungkan selang pada masker dengan tabung oksigen, cek aliran oksigen dengan
menggunakan benang dari kassa
9. Pasang masker hingga menutupi mulut dan hidung
10. Atur pengikat untuk kenyamanan Pasien
11. Atur aliran sesuai dnegan kebutuhan
12. Periksa aliran oksigen setiap 8 jam dan pertahannkan humidifier terisi setiap waktu
13. Lepaskan handschoon dan Cuci tangan
14. Inspeksi Pasien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan dengan hipoksia telah
hilang
15. Catat metoda pemberian o2, kecepatan aliran, kepatenan masker, respon Pasien

4. BATUK EFEKTIF
Tujuan :
67
• Mempertahankan kepatenan jalan napas.
• Memungkinkan klien mengeluarkan sekresi dari jalan napas atas dan bawah.

Mekanisme:
• Inhalasi dalam – penutupan glotis – kontraksi aktif otot-otot ekspirasi- pembukaan
glotis.
• Inhalasi dalam meningkatkan volume paru dan diameter jalan napas memungkinkan
udara melewati sebagian plak lendir yang mengobstruksi atau melewati benda asing
lain.
• Kontraksi otot-otot ekspirasi melawan glotis yang menutup menyebabkan terjadinya
tekanan intrathoraks yang tinggi.
• Saat glotis membuka, aliran udara yang besar keluar dengan kec.tinggi, memberikan
mukus kesempatan untuk bergerak kejalan napas bagian atas, tempat mukus dapat
dicairkan dan ditelan.

Prosedur Tindakan
• Inform consent
• Posisi duduk tegak.
• Demonstrasikan batuk. Hirup napas dalam 2 kali secara perlahan melalui hidung
dan hembuskan melalui mulut.
• Hirup napas dalam ketiga kalinya dan tahan napas sampai hitungan ketiga.
• Batukkan dengan kuat dua atau tiga kali secar berturut-turut tanpa menghirup napas
kembali selama melakukan batuk.( katakan pada klien untuk mendorong semua
udara keluar dari paru-paru).
• Ingatkan klien bahwa selain batuk, ia juga membersihkan tenggorokannya.
• Instruksikan klien batuk sebanyak 2 sampai 3 kali setiap 2 jam pada saat klien
terjaga.
• Minta klien memeriksa adanya perubahan konsistensi, jumlah dan warna sputu.
• Jika klien ada insisi bedah pada abdomen/ thoraks, letakkan salah satu tangan atau
bantal diatas tempat insisi sambil menekan perkiraan tempat insisi.

5. PERNAPASAN DIAFRAGMA DAN PURSED Lip


TUJUAN :
membantu meningkatkan ventilasi, menurunkan kerja pernapasan, mengatasi pernapasan
yang tidak sempurna.
Tiga teknik dasar yang dilakukan :
1. Latihan napas dalam dan batuk
2. Pernapasan Pursed-lip

68
3. Pernapasan diafragmatik

PERNAPASAN PURSED-LIP

A. Pengertian :
• Teknik pernapasan denga inspirasi dalam dan ekspirsi dalam yang lama melalui bibir
yg membentuk huruf “O” untuk mencegah kolaps pada alveolar.

B. Prosedur:
• Inform consent
• Klien duduk.
• Instruksikan mengambil napas dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan melalui
bibir yang membentuk huruf “O”.
• Lakukan ekshalasi lebih lama dari inhalasi.

PERNAPASAN DIAFRAGMATIK

A. Pengertian :
• Teknik pernapasan dg merelaksasikan otot-otot interkosta dan otot-otot bantu
pernapasan saat inspirasi dalam.(mengembangkan diafragma).
B. Tujuan : meningkatkan efisiensi pernapasan dengan mengurangi udara yang
terperangkap dan kerja pernapasan.
C. Manfaat:
• Membantu terapi penyakit paru
• Latihan pasca operasi
• Wanita bersalin untuk relaksasi dan kontrol nyeri

D. Prosedur pernapasan diafragma


1. Inform consent
2. Bantu klien keposisi yang nyaman, duduk atau berdiri.
3. Bila duduk; bantu klien duduk di tepi tempat tidur atau duduk tegak di kursi.
4. Berdiri atau duduk menghadap klien.
5. Instruksikan klien untuk meletakkan telapak tangannya di bawah dan sepanjang batas
bawah tulang rusuk anterior, letakkan ujung jari ketiga kedua tangan dengan saling
bersentuhan.
6. Demonstrasikan pada klien.
7. Minta klien menghirup napas dalam secara lambat melalui hidung. Minta klien untuk
merasakan bahwa kedua jari tengah tangan terpisah selama inhalasi.
8. Jelaskan bahwa klien akan merasakan pergerakan normal diafragma kebawah yg terjadi
selama inspirasi dan organ-organ abdomen tertekan kebagian bawah dan dinding dada
melebar.
9. Jangan menggunakan dada dan bahu saat inhalasi.
10. Minta klien menahan napas sampai hitungan ketiga dan perlahan-lahan hembuskan
napas melalui mulut.
11. Katakan pada klien bahwa kedua ujung jari tengahnya akan bersentuhan kembali seperti
saat dinding dada berkontraksi.

69
12. Ulang latihan pernapasan sebanyak 3 sampai 5 kali.
13. Minta klien melakukan latihan tersebut. Instruksikan klien mengambil napas dalam perlahan
sebanyak 10 kali setiap 2 jam saat klien terjaga

70
TOPIK 7
KEBUTUHAN NUTRISI

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruktur Umum (TIU)
Mahasiswa mampu melakukan pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan benar

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


8. Mahasiswa mampu menyiapkan dan memahami fungsi alat yang diperlukan untuk
memberikan makan melalui oral dan enteral (NGT) pada pasien dengan benar
9. Mahasiswa mampu melakukan pemberian makan melalui oral dengan benar
10. Mampu mampu melakukan pemasangan dan pelepasan NGT pada pasien dewasa
dengan benar
11. Mampu mampu melakukan pemberian makan melalui NGT

TINJAUAN PUSTAKA
A. PEMBERIAN NUTRISI MELALUI ORAL
Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri dengan cara
membantu memberikan makanan melalui mulut (oral)
Adapun yan perlu diperhatikan sebelum pemberian makan dan minum pasien adalah :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman di sekitar pasien
2. Sebelum di hidangkan, makanan di periksa dahulu, apakah sudah sesuai dengan
daftar makana/ diet pasien
3. Usahakan makanan di hidangkan dalam keadaan hangat kecuali kontra indikasi
4. Sajikan makanan secukupnya, tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu sedikit
5. Peralatan makanan dan minuman harus bersih
6. Untuk pasien anak-anak, usahakan menggunakan peralatan yang menarik
perhatiannya
7. Untuk pasien yang dapat makan sendiri, perhatikan apakah makanan di makan
habis atau tidak
8. Perhatikan selera dan keluhan pasien pada waktu makan serta reaksinya setelah
makan

Indikasi :
Diberikan kepada pasien yang memiliki gangguan mobilitas tetapi masih sadar

Kontra indikasi :
Tidak dapat diberikan pada pasien koma, CA nasofaring, CA mandibularis

Prosedur Pemberian Nutrisi Melalui Oral


Persiapan alat :
Baki/truli berisi :

71
a. Piring
b. Sendok dan garpu
c. Gelas minum
d. Serbet dan pisau (jika perlu)
e. Mangkok
f. Makanan dan minuman

Pelaksanaan :
a. Lakukan Informed Concent
b. Atur lingkungan Senyaman Mungkin, cukup cahaya dan terjaga Privacy
c. Dekatkan alat ke pasien dan perawat
d. Perawat cuci tangan dan gunakan Handscoon
e. PASIEN YANG DAPAT DUDUK :
1) Membantu pasien untuk duduk di tempat tidur atau kursi
2) Memberikan serbet kepada pasien sebagai alas dibawah dagu pasien
3) Menghidangkan makanan dan minuman kepada pasien
4) Mengingatkan pasien untuk cuci tangan dan berdoa sesuai agama dan
kepercayaannya
5) Mempersilahkan pasien untuk makan
6) Lepas handschoon dn cuci tangan
7) Catat prosedur dan hasil temuan yang berhubungan dengan kondisi

f. PASIEN YANG BERBARING


1) Membantu pasien untuk memiringkan tubuhnya
2) Membentangkan serbet dibawah dagu pasien
3) Membantu pasien memotong lauk pauk atau menungkan sayuran
4) Mengingatkan pasien untuk cuci tangan dan berdoa sesuai agama dan
kepercayaannya
5) Lepas handschoon dn cuci tangan
6) Catat prosedur dan hasil temuan yang berhubungan dengan kondisi

g. MEMBERIKAN MAKANAN DAN MINUMAN KEPADA PASIEN YANG


TIDAK DAPAT MAKAN DAN MINUM SENDIRI
1) Mengatur posisi fowler
2) Membentangkan serbet dibawah dagu pasien
3) Menawari pasien minum
4) Memberitahu pasien bahwa makanan panas/dingin
5) Menyuapkan makanan sedikit demi sedikit untuk menghindari tersedak
6) Selesai makan, memberikan pasien minum, dilanjutkan dengan pemberian
obat
7) Membersihkan mulut pasien dan sekitarnya
8) Membereskan peralatan dan kembalikan ketempat semula
9) Lepas handschoon dn cuci tangan
10) Catat prosedur dan hasil temuan yang berhubungan dengan kondisi

72
B. PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL
Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui
tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastric tube (NGT), atau jejunum, dapat
secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin (Setiati, 2020).
Indikasi pemberian nutrisi enteral adalah diberikan pada pasien yang sama seklai
tidak bisa makan, makanan yang masuk tidak adekuat, pasien dnegan sulit menelan,
pasien dengan luka bakar yang luas, pasien tidak sadar (koma), klien dengan masalah
saluran pencernaan atas misalnya stenosis esophagus, tumor mulut/faring/esophagus,
dll.
Kontra indikasi pemberian nutrisi enteral adalah keadaan dimana saluran cerna
tidak dapat berfungsi sebagai mestinya, kelainan anatomi saluran cerna, iskemia saluran
cerna dan peritonitis berat. Pada pasien dengan pembedahan, pemberian nutrisi enteral
harus dikonfirmasi dnegan tanda munculnya flatus.

Komplikasi Pemberian Nutrisi Enternal


1. Komplikasi pulmonal : aspirasi
Cara mencegahnya
a) Kecepatan aliran nutrisi enteral tidak boleh terlalu tinggi
b) Letak sonde mulai hidung sampai ke lambung harus sempurna

2. Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde. Untuk


mencegahnya maka :
a) Sebelum sonde dimasukkan, harus diukur dahulu secara individual pada setiap
pasien. Panjang sonde yang diperlukan, dari permukaan lubang hidung sampai
keujung distal sternum
b) Sonde harus diberi tanda setinggi permukaan lubang hidung
c) Sonde harus diletakkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang
baik tanpa menimbulkan rasa sakit
d) Perawat dengan pasien setiap kali mengontrol letaknya tanda disonde, apakah
masih tetap atau tidak berubah

C. PEMASANGAN NGT
NGT adalah kependekan dari Naso Gastric Tube. Alat ini adalah alat yang
digunakan untuk memasukkan nutrisi cair dengan selang plastik yang dipasang melalui
hidung sampai lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan
kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan, cairan dan obat-
obatan secara oral. Digunakan juga untuk mengeluarkan isi lambung.
Nasogastric terdiri dari dua kata yaitu dari bahasa latin dan bahasa yunani. Naso
adalah suatu kata yang berhubungan dengan hidung. Sedangkan dari bahasa yunani
Gaster yang artinya perut gendut (berhubungan dengan perut).

73
Nasogastric Tube (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga
digunakan untuk memasukkan obat-obatan dan makanan. NGT ini digunakan hanya
dalam waktu yang singkat (Metheny & Titler, 2001).

Ukuran NGT
Ukuran NGT diantaranya dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1. Dewasa ukurannya no 14-20
2. Anak-anak ukurannyaa no 8-16
3. Bayi ukuran no 5-7

Macam-macam NGT
1. Selang NGT dari karet
2. Selang NGT dari bahan plastik
3. Selang NGT dari bahan silicon

Indikasi Pemasangan NGT


1. Pasien tidak sadar (koma)
2. Pasien dengan kesulitan menelan
3. Pasien yang keracunan
4. Pasien yang mutah darah
5. Pasien pra atau post operasi esophagus atau mulut
6. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atsa : stenosis esofagus, tumor mulut
atau faring atau esophagus, dll
7. Pasien pasca operasi pada mulut atau faring atau esophagus
8. Bayi prematur atau bayi yang tidak dapat menghisap

Tujuan Pemasangan NGT


Tujuan dan mnfaat pemasangan Naso Gastric Tube digunakan untuk :
1. Mengeluarkan isi perut dengan cara menghisap apa yang ada dalam lambung
(cairan, udara, darah, racun)
2. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang mengalami
kesulitan menelan (memenuhi kebutuhan cairan atau nutrisi)
3. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar
4. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah atau
pendarahan pada lambung
5. Untuk membantu memudahkan diagnosa klinik melalui analisa substansi isi
lambung
6. Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
7. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi
pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung
sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia)

Kontraindikasi Pemasangan NGT


1. Pada pasien yang memiliki tumor di rongga hidung atau esophagus

74
2. Pasien yang mengalami cidera serebrospinal
3. Pasien dengan trauma cervikal
4. Pasien dengan fraktur facialis

75
PROSEDUR PEMASANGAN DAN PEMBERIAN MAKAN MELALUI NGT
Persiapan alat :
1. Pelumas/jelly yang 10. Sarung tangan bersih
larut dalam air 11. Plester
2. Spuit 5 cc dan 20 cc 12. Bengkok
3. Stetoskop 13. Kom + air matang
4. Lampu senter/pen light 14. Segelas air hangat
5. Pita pengukur 15. Bak instrument
6. Klem 16. Celemek
7. Handuk kecil 17. Perlak dan pengalas
8. Tissue 18. Makanan cair
9. Spatel lidah

Pelaksanaan :
1. Lakukan Informed Concent
2. Atur lingkungan cukup cahaya
3. Pasang sampiran
4. Dekatkan alat ke pasien dan perawat
5. Perawat cuci tangan dan gunakan Handscoon
6. Memasang celemek
7. Atur posisi pasien sesuai indikasi
8. Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila anda bertangan dominan kanan
(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)
9. Pasang perlak dibawah kepala dan handuk didada, letakkan bengkok diatas perlak
samping pipi
10. Persiapkan tissue dalam jangkuan, pasien Potong Plaster 10 Cm untuk piksasi
11. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal..
12. Ganti handschoon (bila diperlukan)
13. Ukur selang NGT dan beri tanda
14. Siapkan selang NGT
a. Klem ujung selang
b. Oleskan pelumas pada selang NGT 10 s.d 20 cm
c. Masukkan ujung selang kedalam segelas air untuk mengaktifkan pelumas agar lebih
mudah masuk ke lubang hidung
15. Ingatkan kepada pasien bahwa insersi pemasukan selang akan dimulai
16. Minta pasien untuk menengadahkan kepala, masukkan selang kedalam lubang
hidung
17. Fleksikan kepala Pasien kearah dada setelah selang melalui nasofaring
18. Dorong pasien untuk menelan kemudian rotasi selang 180 derajat saat
memasukkan
19. Masukkan slang lebih dalam ke esophagus dengan memberikan tekanan lembut
tanpa memaksa saat pasien menelan.
20. Ketika anda plaster pada slang mencapai jalan masuk kelubang hidung, hentikan
insersi slang dan periksa penempatannya : minta pasien membuka mulut untuk

76
melihat posisi slang dengan menggunakan spatel lidah dan pen light(slang mungkin
terlipat atau menggulung di orofaring).
21. Priksa ujung slang telah mencapai lambung atau belum
22. Bila sudah yakin ujung slang masuk kelambung selanjutnya pasang corong
tinggikan slang 30 cm masukkan sedikit air matang 5-10cc kedalam corong, lalu
alirkan dengan cara klem dibuka.
23. Klem kembali sebelum cairan habis, masukkan makanan/obat sesuai intruksi
nutrisionis/dokter, klem kembali sebelum habis.
24. Masukkan air membilas selang sampai bersih sebelum air habis klem kembali.
25. Apabila NGT dipasang menetap, tutup pangkal slang menggunakan penutup atau
dibungkus dengan kassa
26. Piksasi selang dengan plaster di hidung
27. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah klien.
28. Rapikan pasien, bersihkan hidung dan mulut dengan tisuue.
29. Rapikan pasien
30. Lepaskan handshoon dan uci tangan
31. Dokumentasikan/catat waktu pemasangan, jumlah makanan yang dimasukkan

PROSEDUR PELEPASAN NGT


Persiapan alat :
1. Handuk kecil
2. Tissue
3. Hand scoond
4. Kappa alcohol
5. Bengkok
6. Perlak dan pengalas
7. Klem
8. Celemek

Pelaksanaan
1. Lakukan Informed Concent
2. Atur lingkungan cukup cahaya
3. Pasang sampiran
4. Dekatkan alat ke pasien dan perawat
5. Perawat cuci tangan dan gunakan Handscoon
6. Memasang celemek
7. Atur posisi pasien sesuai indikasi
8. Memasang celemek
9. Pasang handuk didada, letakkan bengkok diatas perlak samping pipi

77
10. ersiapkan tissue dan bengkok dalam jangkuan perawat
11. Klem selang ngt agar cairan tidak tumpah
12. Lepaskan piksasi menggunakan kapas alcohol
13. Minta pasien untuk menari nafas sambil pasien menarik selang dari hidung pasien secara perlahan
14. Masukan selang ke bengkok
15. Berikan tisssu atau bersihkan hidung atau mulut pasien
16. Lepaskan handscoon dan cuci tangan

78
79
TOPIK 8
KEBUTUHAN ELIMINASI URINE (PEMASANGAN DAN PELEPASAN KATETER0

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruktur Umum (TIU)
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemasangan kateter dengan benar

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


1. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menyiapkan alat untuk pemasangan dan pelepasan
kateter dengan benar
2. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemasangan kateter menetap (dower kateter) pada
pria dan wanita dengan benar
3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemasangan kateter kondom dengan benar
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pelepasan kateter dengan benar

TINJAUAN PUSTAKA
A. KATETER
1. Pengertian
Kateterisasi uretra adalah sebuah prosedur memasukkan sebuah pipa karet (latek, silicon,nelaton)
yang fleksibel melalui uretra sampai ke kandung kemih. Karakter politen menonjol biasanya
mempunyai balon lateks. Beberapa kateter silicon pada kenyataannya terbuat dari lateks yang
diselubungi silicon disebelah luarnya (Perry &Potter,2005).
Kateterisasi kandung kemih dilakukan dengan memasukan atau karet melalui uretra ke dalam
kandung kemih (Potter & Perry, 2005). Kateterisasi menetap adalah memasukan kateter ke dalam
kandung kemih melalui uretra untuk mengeluarkan urin secara terus menerus dan tetap tinggal
didalam kandung kemih selama periode tertentu.

2. Tujuan
Menurut Purnomo (2003) kateter yang dipasang untuk tujuan therapi akan tetap dipertahankan di
kandung kemih sampai tujuan terpenuhi. Tindakan kateterisasi untuk tujuan therapi antara lain :
mengeluarkan urin dari kandung kemih pada keadaan obstruksi infravesikal, mengeluarkan urin
pada disfungsi kandung kemih, diversi urin setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian bawah,
sebagai splint setelah rekonstruksi uretra, memasukan obat-obatan intra vesikal.

3. Indikasi
Indikasi penggunaan kateter yaitu untuk pasien yang tidak mampu melakukan urinisasi, untuk
menentukan perubahan jumlah urin sisa dalam kandung kemih setelah buang air kecil, untuk
menghasilkan drainase pada pasca operasi pada kandung kemih, daerah vagina atau prostat.
Kateter sering digunakan pada pasien yang tidak mampu ke WC untuk buang air kecil baik karena
immobilitas atau pasien yang gerakannya dibatasi (aktifitas terbatas), klien yang mengalami
masalah dalam hal perkemihan, klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin,
klien dengan pemasangan kateter 2 x24 jam, dan klien dengan inkontinentia urin( Tarwoto &
Wartonah, 2006).
Potter dan Perry (2005) menambahkan pasien yang diindikasikan untuk kateterisasi menetap
antara lain : obstruksi pada saluran urin, perbaikan kandung kemih, uretra dan struktur di

80
sekelilingnya melalui pembedahan, mencegah obstruksi uretra akibat adanya bekuan darah,
mengukur haluaran urin pada klien yang menderita penyakit kritis, irigasi kandung kemih secara
intermiten atau secara berkelanjutan, retensi urin yang berat disertai episode ISK yang berulang,
ruam kulit, ulkus, atau luka iritasi akibat kontak dengan urin, penderita penyakit terminal.

4. Penggunaan kateter
Ada dua tipe penggunaan kateterisasi yaitu indwelling catheter dan intermitten catheter.
a. Intermitten catheter
yaitu penggunaan kateter hanya sementara, hanya untuk mengosongkan isi kandung kemih,
setelah kandung kemih kosong kateter dilepas kembali. Sering digunakan pada inkontinensia,
retensi, pasien dengan cedera medulla spinals atau kelainan neurologi untuk menghasilkan
drainase urin yang periodic dari kandung kemih, pada pasien suspek infeksi saluran urinary
untuk mengambil sampel urin.
b. Indwelling catheter (kateter menetap)
paling sering digunakan untuk memonitor jumlah pengeluaran urin selama operasi atau
pasien dengan penyakit serius, atau orang dengan trauma atau obstruksi saluran urinary
(Potter & Perry, 2005).

5. Akibat pemasangan kateter


Berdasarkan lama pemakaian kateter digolongkan menjadi 3, yaitu jangka pendek (1-7 hari),
sedang (7-30 hari), dan panjang (lebih dari 1 bulan).
Pemasangan kateter jangka panjang sering menimbulkan komplikasi yaitu infeksi saluran urinary,
terjadi perdarahan dari uretra atau kandung kemih, obstruksi kateter yang dapat menyebabkan
aliran balik urin& merusak ginjal, terjadi trauma jaringan uretra atau iritasi kronis kandung kemih.
Adanya trauma pada uretra akan menyebabkan infeksi dan akan menambah iritasi pada uretra.
Trauma jaringan uretra atau iritasi dapat menimbulkan spasme yang hebat yang bisa
mengakibatkan perembesan.
Pemasangan kateter menyebabkan trauma pada sfingter akibatnya memperlemah sfingter
sehingga terjadi malfungsi dari sfingter dan dapat berakibat terjadi inkontinensia urin.

Pemasangan kateter yang lama menyebabkan penurunan sensitivitas dan kemampuan sfingter
uretra untuk mengontrol proses berkemih. Untuk memulihkan kondisi tersebut perlu dilakukan
latihan menahan proses berkemih pada saat kateter masih terpasang.
Bladder training merupakan upaya yang efektif untuk mengembalikan kemampuan sfingter uretra
pada individu yang terpasang kateter.

B. PROSEDUR PEMASANGAN KATETER

1. PEMASANGAN KATETER PRIA


Persiapan alat :
Baki dan alasnya
1. Bak instrumen steril berisi :
▪ Pinset anatomis

81
▪ Duk bolong
▪ Kasa
▪ Kateter sesuai ukuran
▪ Sarung tangan steril 2 pasang
2. Bengkok 2 buah, 1 berisi desinfektan
3. Spuit 20 CC
4. Pelumas atau jelly
5. Urine bag
6. Plaster dan gunting
7. Selimut pengganti
8. Perlak dan pengalas
9. Bengkok penampung urin

Pesiapan Pasien :
Lakukan Informed Concent
Persiapan Lingkungan
Atur lingkungan cukup cahaya dan terjaga Privacy
Persiapan Alat
Dekatkan alat ke pasien dan perawat
Persiapan Petugas
Perawat cuci tangan (Gunakan Handscoon sesuai Indikasi / Keadaan Pasien)

Pelaksanaan Tindakan
1. Memasang pengalas
2. Mengganti selimut mandi
3. Melepaskan pakaian bawah pasien
4. Menyiapkan pasien dengan posisi dorsal recumbent
5. Memakai sarung tangan
6. Memasang duk bolong steril
7. Memberi pelumas sepanjang kateter pada kateter yang akan dimasukan
8. Mengarahkan penis keatas
9. Masukkan kateter 15-23 cm atau hingga urin keluar
10. Ambil urin pertengahan untuk lab (bila perlu) keluarkan urin sampai habis.
11. Mengisi balon dengan aquades steril sesuai ukuran ukuran air yang tertera di kateter
12. Lepaskan duk bolong
13. Menyambung kateter dengan urin bag
14. Memfixsasi kateter kearah paha
15. Melepaskan sarung tangan dan pengalas
16. Mengganti selimut mandi dengan selimut pasien
17. Membereskan alat-alat dan mencuci tangan
18. Mengevaluasi hasil tindakan
19. Dokumentasikan
20. Berpamitan kepada pasien dan keluarganya

82
2. PEMASANGAN KATETER WANITA
Persiapan alat :
Baki dan alasnya
o Kapas basah (dibasahi dengan air hangat)
o Handuk ukuran sedang
o Tissu
o Sarung tangan sepasang didalam bak instrumen
o Bengkok 2 buah ( 1 dialasi dengan kantong plastik dan 1 berisi 0,5% larutan klorin)
o Korentang dalam tempatnya
o Perlak dan alasnya
o Duk Bolong

Pesiapan Pasien :
Lakukan Informed Concent
Persiapan Lingkungan
Atur lingkungan cukup cahaya dan terjaga Privacy
Persiapan Alat
Dekatkan alat ke pasien dan perawat
Persiapan Petugas
Perawat cuci tangan (Gunakan Handscoon sesuai Indikasi / Keadaan Pasien)

Pelaksanaan Tindakan
1. Tarik selimut pasien dari atas kebawah dengan memegang kedua ujungnya
2. Lepaskan pakaian bawah pasien dan letakkan pada tempat pakaian kotor
3. Lipat selimut dengan tehnik segitiga
4. Atur posisi dorsal recumbent
5. Pasang perlak dan alasnya
Perawat kenakan sarung tangan ( hand scoon), lakukan vulva gygine, setelah itu ganti sarung
6.
tangan
7. Pasang Duk Bolong
Ambil kateter, masukan ke dalam uretra secara berlahan menggunakan pinset, hingga air
8.
seni keluar (7-10 cm) yang menandakan kateter sudah masuk ke kandung kemih
Setelah yakin kateter masuk ke uretra masukan kateter hingga 5 cm lagi untuk memastiukan
9.
kateter masuk ke dalam kandung kemih
Kemudian lakuykan piksasi kateter dengan cara Ambil air aqua menggunakan spuit sesuai
10.
dengan indikasi air yang tertera di kateter
11. Lepaskan duk bolong dan kembalikan alat- alat
Perawat melepaskan sarung tangan dan meletakkan pada bengkok yang berisi larutan 0,5%
12.
klorin
13. Keringkan daerah vulva dengan menggunakan handuk
14. Perawat melipat pengalas
15. Pasang kembali pakaian bawah pasien
Tarik selimut pasien dari bawah keatas dengan cara memeganmg kedua ujung selimut dan
16.
rapikan pasien.

83
Perawat merapikan alat pada tempatnya lalu mencuci tangan dan keringkan
17.
menggunakan tissu
18. Evaluasi hasil tindakan

3. PEMASANGAN KONDOM KATETER


Persiapan alat :
Baki dan alasnya
1. Bak instrumen steril berisi
▪ Kasa
▪ Kateter kondom sesuai ukuran
▪ Sarung tangan steril
2. Bengkok 2 buah, 1 berisi desinfektan
3. Urin bag siap digantung
4. Plaster elastis
5. Gunting
6. Selimut pengganti
7. Perlak dan pengalas
Pesiapan Pasien :
Lakukan Informed Concent
Persiapan Lingkungan
Atur lingkungan cukup cahaya dan terjaga Privacy
Persiapan Alat
Dekatkan alat ke pasien dan perawat
Persiapan Petugas
Perawat cuci tangan (Gunakan Handscoon sesuai Indikasi / Keadaan Pasien)

Pelaksanaan Tindakan
1. Mengganti selimut mandi
2. Memasang perlak dan pengalas
3. Melepaskan pakaian bawah pasien
4. Menyiapkan pasien dengan posisi dorsal recumbent
5. Memakai sarung tangan
6. Mengarahkan penis keatas
Tangan kiri pegang penis, tangan kanan menyarungkan kondom pada batang penis,
7. sisakan 2,5 cm ruang antara gland penis dari ujung kondom kateter pasang dengan pas
tapi tidak ketat
8. Hubungkan selang drainase pada ujung kondom kateter
9. Memfixsasi kateter kearah paha
10. Melepaskan sarung tangan
11. Ganti selimut dan pengalas
12. Posisikan pasien yang nyaman
13. Perawat cuci tangan
14. Evaluasi hasil tindakan

84
4. PELEPASAN KATETER
Persiapan alat :
Baki dan alasnya
1. Bak instrumen steril berisi :Kasa, Pinset, Kapas Alkohol/ Kapas Bensin
2. Bengkok 1 buah
3. Kantong Sampah
4. Spuid
5. Gunting
6. Selimut pengganti
7. Perlak dan pengalas

Pesiapan Pasien :
Lakukan Informed Concent
Persiapan Lingkungan
Atur lingkungan cukup cahaya dan terjaga Privacy
Persiapan Alat
Dekatkan alat ke pasien dan perawat
Persiapan Petugas
Perawat cuci tangan (Gunakan Handscoon sesuai Indikasi / Keadaan Pasien)

Pelaksanaan Tindakan
1. Melakukan inform consent pada Pasien..
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat-alat, mendekatkan alat-alat
4. Memasang sampiran
5. Mengganti selimut mandi
6. Memasang bad pan
7. Melepaskan piksasi kateter
8. Menyiapkan pasien dengan posisi dorsal recumbent
9. Memakai sarung tangan
10. Menarik air piksasi yang ada di kateter dengan menggunakan spuid hingga habis
Tangan kiri memengang alat kelamin (penis / vagina) tangan kanan menarik kateter
11. menggunakan pinset sambil meminta pasien untuk menarik nafas agar mengurangi rasa
nyeri
12. Masukan kateter dan kantong kateter ke dalam kantong sampah
13. Bersihkan alat kelamin
14. Melepaskan sarung tangan
15. Ganti selimut dan pengalas
16. Posisikan pasien yang nyaman
17. Perawat cuci tangan
18. Evaluasi hasil tindakan

85
86
TOPIK 9
KEBUTUHAN ELIMNASI FEKAL

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruktur Umum (TIU)
Mahasiswa memenuhi kebutuhan eliminasi fekal dengan benar

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


1. Mahasiswa mampu menyiapkan dan memahami fungsi alat yang diperlukan untuk membantu
pasien dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi fekal dengan benar
2. Mahasiswa mampu membantu pasien BAB /BAK menggunakan pispot dengan benar
3. Mahasisw mampu melakukan tindakan huknah (enema) dengan benar

TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DEFEKASI
Pengertian
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua
pusat yang menguasai refleks untuk defekasi yang terletak di medula dan sumsum tulang belakang.
Apabila terjadi rangsangan parasimpatis , sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar
menguncup. Reflek defekesi dirangsang untuk buang air besar,kemudian sfingter anus bagian luar
yang diawali oleh syaraf parasimpatis setiap waktu menguncup atau mengendor selama defekasi
berbagai otot lain membantu proses itu seperti otot dinding perut, diafragma dan otot-otot dasar
pelvis.
Secara umum, terdapat 2 macam reflek yang membantu proses defekasi yaitu, pertama, reflek
defekasi interinsik yang mulai dari zat sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi.
Kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu
pada saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Kedua, reflek defekasi
parasimpatis, adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf rectum ke spinal cord. Dan
merangsang ke kolon desenden, kemudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan
akhirnya terjadi relaksasi sfingter interna, maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna
berelaksasi.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Defekasi


a. Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang
berbeda.pada bayi belum memiliki kemampuan mengotrol secara penuh dalam buang air
besar,sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengotrol secara penuh,kemudian pada
usia lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan.
b. Diet
Diet atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi.makanan yang
memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang di
konsumsi pun dapat mempengaruhinya.
c. Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karenaproses
absorbsi yang kurang sehingga dapat mempengaruhi kesulitan proses defekasi.

87
d. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot,abdomen,pelvis
dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi,sehingga proses gerakan peristaltik pada
daerah kolon dapat bertambah baik dan memudahkan untuk kelancaran proses defekasi.
e. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi seperti penggunaan obat-obatan laksatif atau
antasida yang terlalu kering.
f. Gaya hidup
Gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi.halini dapat dilihat pada seseorang yang memiliki
gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air besar di tempat yang bersih atau toilet.maka ketika
seseorang tersebut buang air besardi tempat yang terbuka atau tempat yang kotor maka ia akan
mengalami kesulilan dalam proses defekasi.
g. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi.biasanya penyakit-penyakit tersebut
berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi
lainnya.
h. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengarihi kemampuan/keinginan untuk berdefekasi seperti nyeri pada kasus
hemoroid dan episiotomi.
i. Kerusakan motorik dan sensorik
Kerusakan pada sistem sensoris dan metoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena dapat
menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam berdefekasi.hal tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan pada tulang belakang ataukerusakan saraf lainnya.

88
B. TINDAKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL
1. MENOLONG BUANG AIR BESAR / kecil DENGAN MENGGUNAKAN PISPOT
Menolong membuang air besar/ kecil dengan menggunakan pispot merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan kepada pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri dikamar
kecil misalnya, pasien yang mempunyai luka dikaki dan tidak bisa berjalan, pasien yang lemah, bad
areas, dan lain-lain. Yaitu dengan cara menggunakan pispot (penampung) untuk buang air besar
ditempat tidur, dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar BAB dan BAK di tempat tidur,
kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi, memberi rasa nyaman, mengobservasi output.

PROSEDUR MEMBANTU BUANG AIR BESAR (BAB) DAN BUANG AIR KECIL (BAK) MENGGUNAKAN
PISPOT DIATAS TEMPAT TIDUR
Persiapan alat :
Baki berisi :
1. Perlak dan alasnya
2. bel (jika ada)
3. tissu
4. bengkok
5. sarung tangan sekali pakai
6. handuk
7. selimut mandi
air dalam botol
pispot dan tutupnya 2 buah
urinal
sampiran

Pesiapan Pasien :
Lakukan Informed Concent
Atur posisi pasien dorsal rekumben
Persiapan Lingkungan
Atur lingkungan cukup cahaya dan pasang sampiran
Persiapan Alat
Dekatkan alat ke pasien dan perawat
Persiapan Petugas
Perawat cuci tangan dan Gunakan Handscoon sesuai Indikasi / Keadaan Pasien

Pelaksanaan Tindakan
1. Beritahu pasien bahwa selimutnya akan diganti
2. Memasang perlak dan pengalas dan membuka pakaian bawah pasien
3. Anjurkan pasien mengangkat bokong, masukkan pispot perlahan-lahan dengan segera
4. Pasang urunal pada pasien pria
5. Tutupkan dengan selimut daerah bawah pasien
6. Anjurkan pasien untuk membunyikan bel jika sudah selesai/ memberi tahu perawat
7. Tarik pispot dan letakkan diatas truly bagian paling bawah
8. Mengganti pispot dengan yang bersih
9. Bersihkan daerah perinial dengan tissu

89
10. Buang tissu dalam pispot dan
11. Bilas dengan air bersih dalam botol. Tarik pispot dan letakkan diatas kursi/ meja dorong
12. Lepaskan handscoon keringkan daerah perinial dengan handuk
13. Angkat alas bokong dan kembalikan posisi pasien ke posisi semula
14. Kenakan kembali pakaian pasien dan ganti selimut
15. Buka sampiran dan jendela dan bersihkan pispot
16. Cuci tangan
17. Dokumentasikan warna, bau dan konsistensi serta catat kondisi daerah perinial
18. Berpamitan kepada pasien/ keluarganya

90
2. HUKNAH / CLEANSING ENEMA

PENGERTIAN
Huknah/ Enema adalah memasukkan suatu larutan ke dalam rectum dan kolon sigmoid. Alasan
utama enema ialah untuk meningkatkan defekasi dengan menstimulasi peristaltic. Volume
cairan, yang dimasukkan, memecah masa feses, merenggangkan dinding rectum, dan mengawali
reflek defekasi. Enema juga diberikan sebagai alat transportasi obat-obatan yang menimbulkan
efek local pada mucosa rectum.
Clensing Enema merangsang peristaltik dengan mengiritasi kolon dan rektum dan atau dengan
meregangkan intestinal dengan memasuki volume cairan.
Enema paling sering digunakan untuk menghilangkan konstipasi untuk sementara. Indikasi lain
antara lain : membuang feses yang mengalami impaksi, mengosongkan usus sebelum menjalani
pemeriksaan diagnostik, pembedahan atau melahirkan, dan memulai program bowel training

INDIKASI
1. Konstipasi
2. Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur.
3. Penggunaan laxative yang berlebihan.
4. Peningkatan stress psikologis
5. Impaksi fases
6. Kebiasaan buang air besar yang teratur
7. persiapan pra operasi
8. untuk tindakan diagnostik misalnya pemariksaan neurologi
9. pasien dengan malaena

KONTRA INDIKASI
1. Pasien dengan diverticulis,ulcerative colitis,crhon’s disease.
2. Post operasi
3. Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal, hemoroid, tumor rectum dan
kolon.

DAMPAK PEMBERIAN HUKNAH


Dampak positif
➢ membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang tindakan operasi
➢ Sebagai jalan alternatif pemberian obat.
➢ Menghilangkan distensi usus.
➢ Memudahkan proses defakasi.
➢ Meningkatkan mekanika tubuh.

Dampak negative
➢ Jika menggunakan larutan terlalu hangat akan membakar mukosa usus dan jika larutan terlalu
dingin yang diberikan akan menyebabkan kram abdomen.
➢ Jika klien memiliki kontrol sfingter yang buruk tidak akan mampu menahan larutan enema
(perry,peterson,potter.2005).

91
Macam – Macam Huknah/ cleansing enema
a. Huknah Rendah
Low enema (huknah rendah) diberikan hanya untuk membersihkan rektum dan kolon sigmoid.
Sekitar 500ml larutan diberikan pada orang dewasa, klien dipertahankan pada posisi sims /
miring kekiri selama pemberian.

Tujuan huknah rendah diberikan adalah :


Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan operasi, colonoscopy
Merangsang peristaltik usus
Tindakan pengobatan / pemeriksaan diagnostik

b. Huknah Tinggi
High enema (huknah tinggi) diberikan untuk membersihkan kolon sebanyak mungkin, sering
diberikan sekitar 750-1000ml larutan untuk orang dewasa, dan posisi klien berubah dari posisi
lateral kiri ke posisi dorsal cecumbent dan kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian
ini cairan dapat turun ke usus besar. Cairan diberikan pada tekanan yang tinggi daripada low
enema. Oleh karena itu, wadah dari larutan digantung lebih tinggi. Cleansing enema paling
efektif jika diberikan dalam waktu 5-10 menit.

Tujuan huknah tinggi diberikan untuk :


Membantu mengeluarkan fases akibat konstipasi atau impaksi fekal
Membantu defaksi yang normal sebagai bagian dari program latihan defakasi (bowel training
program)
Tindakan pengobatan / pemeriksaan diagnostik.

Beberapa perbedaan dalam tindakan cleansing enema

No Perbedaan Huknah rendah Huknah tinggi

TinTindakan Tindakan memasukkan cairan Tindakan memasukkan


hangat dari rectum kedalam kolon cairan hangat dari rectum
desenden dimasukkan kedalam kolon
asenden.

Tujuan Mengosongkan usus sebagai Membantu mengeluarkan


persiapan tindakan operasi, fases akibat konstipasi atau
colonoscopy impaksi fekal

Kanul enema Kanula Recti Kanula usus

Posisi Posisi sims miring kekiri Posisi sim’s miring ke kanan

Jumlah cairan 500 ml 750-1000ml


hangat yang

92
diberikan untuk
dewasa

Tinggi irigator ± 30 cm dari tempat tidur ± 30-45 cm dari tempat


tidur

Jumlah larutan yang diberikan tergantung pada jenis enema, berdasar usia dan jumlah cairan yang
bisa disimpan :

No Usia Jumlah Larutan


1. Bayi 150 – 250 ml
2. Toddler atau preschool 250 – 350 ml
3. Anak usia sekolah 300 – 250 ml
4. Remaja 500 – 750 ml
5 Deawasa 750 – 1000 ml

c. Huknah Gliserin
Memaskkan cairan melalui anus ke dalam kolon sigmoid dengan menggunakan spuit gliserin
bertujuan untuk melunakkan fases dan merangsang buang air besar serta sebagai tindakan
pengobatan.

93
PROSEDUR MELAKUKAN HUKNAH RENDAH
Persiapan alat :
1. Bak instrumen steril berisi :
• Rectal canule
• Sarung tangan steril 1 pasang
• Tissue toilet
2. Jelly dalam tempatnya
3. Perlak dan pengalas
4. Air hangat
• Bayi 150cc-250 cc
• Anak 250cc-350 cc
• Usia sekolah 350 cc-500cc
• Remaja 500 cc-700 cc
• Dewasa 750cc- 1000 cc
5. Bengkok
6. Klem
7. Irigator lengkap dengan selangnya
8. Botol cebok
9. Selimut mandi
10. Tiang pengganti irigator
11. Pispot Sampiran

Pesiapan Pasien :
Lakukan Informed Concent
Persiapan Lingkungan
Atur lingkungan cukup cahaya dan pasang sampiran
Persiapan Alat
Dekatkan alatke pasien dan perawat
Persiapan Petugas
Perawat cuci tangan dan Gunakan Handscoon

Pelaksanaan Tindakan
1. Ganti selimut pasien dengan selimut mandi
2. Memasang perlak dan pengalas di bawah bokong, membuka pakaian bawah pasien
3. Mengatur posisi pasien miring kiri
4. Menggantungkan irigator dengan ketinggian 30cm pada tiang penggantung
5. Klem selang irigator dan isi dengan air hangat
Mengeluarkan udara dalam selang dengan cara membuka klem dan mengalirkan air irigator
6.
sampai keluar dari kanule, selang kemudian diklem kembali
7. Mengoleskan jelly pada kanul rectal
8. Membuka bokong hingga anus terlihat
Memasukkan kanul secara perlahan mengarah umbilicus, panjangnya huknah rendah sampai
9. kekolon sigmoid sambil Menginstruksikan pasien untuk menghembuskan napas perlahan melalui
mulut dengan tujuan untuk merelaksasikan sfinger ani.

94
10. Membuka kran/klem selang irigator
11. Menutup kran bila air dalam irigator habis dan bila pasien tidak dapat menahan BAB
Menarik kanule dari anus dan melepaskan kanule dari selang irigator dengan tisuue lalu
12.
meletakkan kedalam bengkok berisi desinfektan
13. Posisikan pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)
14. Memasang pispot dibawah bokong pasien
15. Menanyakan apakah BABnya sudah selesai
16. Mengganti pispot dengan yang baru
17. Membersihkan anus dengan tissue dan air dalam botol cebok
18. Meletakkan pispot dibawah tempat tidur
19. Melepaskan handscond
20. Melepaskan alas bokong dan merapikan pasien
21. Mengganti selimut
22. Membereskan alat-alat dan mencuci tangan
23. Mengevaluasi hasil tindakan
Dokumentasikan :
• Waktu pelaksanaan
24.
• Karakteristik feses
• Respon pasien

95
PROSEDUR MELAKUKAN HUKNAH TINGGI
Persiapan alat
1. Bak instrumen steril berisi :
Kanule panjang
Sarung tangan steril 1 pasang
Tissue toilet
2. Jelly dalam tempatnya
3. Perlak dan pengalas
4. Air hangat
Bayi 150cc-250 cc
Anak 250cc-350 cc
Usia sekolah 350 cc-500cc
Remaja 500 cc-700 cc
Dewasa 750cc- 1000 cc
5. Bengkok
6. Klem
7. Irigator lengkap dengan selangnya
8. Botol cebok
9. Selimut mandi
10. Tiang pengganti irigator
11. Pispot
12. Sampiran
Pesiapan Pasien :
Lakukan Informed Concent
Persiapan Lingkungan
Atur lingkungan cukup cahaya dan pasang sampiran
Persiapan Alat
Dekatkan alatke pasien dan perawat
Persiapan Petugas
Perawat cuci tangan dan Gunakan Handscoon

Pelaksanaan Tindakan
1. Ganti selimut pasien dengan selimut mandi
2. Memasang perlak dan pengalas di bawah bokong, membuka pakaian bawah pasien.
3. Mengatur posisi pasien miring kanan
4. Menggantungkan irigator dengan ketinggian 30cm pada tiang penggantung
5. Klem selang irigator dan isi dengan air hangat
Mengeluarkan udara dalam selang dengan cara membuka klem dan mengalirkan air irigator
6.
sampai keluar dari kanule, selang kemudian diklem kembali
7. Mengoleskan jelly pada kanul
8. Membuka bokong hingga anus terlihat
Memasukkan kanul secara perlahan mengarah umbilicus, panjangnya huknah tinggi sampai
9.
kekolon desenden
Menginstruksikan pasien untuk menghembuskan napas perlahan melalui mulut dengan
10.
tujuan untuk merelaksasikan sfinger ani.

96
11. Membuka kran/klem selang irigator
12. Menutup kran bila air dalam irigator habis dan bila pasien tidak dapat menahan BAB
Menarik kanule dari anus dan melepaskan kanule dari selang irigator dengan tisuue lalu
13.
meletakkan kedalam bengkok berisi desinfektan
14. Posisikan pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)
15. Memasang pispot dibawah bokong pasien
16. Menanyakan apakah BABnya sudah selesai
17. Mengganti pispot dengan yang baru
18. Membersihkan anus dengan tissue dan air dalam botol cebok
19. Meletakkan pispot dibawah tempat tidur
20. Melepaskan handscond
21. Melepaskan alas bokong dan merapikan pasien
22. Mengganti selimut
23. Membereskan alat-alat dan mencuci tangan
24. Mengevaluasi hasil tindakan
Dokumentasikan :
• Waktu pelaksanaan
25.
• Karakteristik feses
• Respon pasien
26. Berpamitan kepada pasien/keluarganya

97
PROSEDUR MELAKUKAN HUKNAH GLISERIN
Persiapan alat
a. 1 buah bak instrumen berisi spuit gliserin, handscoon, tisu toilet
b. Jelly dalam tempat tertutup
c. Bengkok berisi larutan desinfektan
d. Perlak dan pengalas
e. Botol cebok dan Pispot
f. Sampiran
g. Selimut mandi

Pesiapan Pasien :
Lakukan Informed Concent
Persiapan Lingkungan
Atur lingkungan cukup cahaya dan pasang sampiran
Persiapan Alat
Dekatkan alatke pasien dan perawat
Persiapan Petugas
Perawat cuci tangan dan Gunakan Handscoon

Pelaksanaan Tindakan
1. Ganti selimut pasien dengan selimut mandi
2. Memasang perlak dan pengalas di bawah bokong, membuka pakaian bawah pasien
3. mengatur posisi pasien miring ke kiri
4. Mengisi spuit dengan gliserin 10-20 cc mengeluarkan udara dari spuit
5. Mengoleskan jelly pada bagian ujung semprit (spuit gliserin)
6. Membuka bokong dengan tangan non dominan hingga anus terlihat
Memasukan kanul dengan tangan dominan secara perlahan mengarah ke umbilikus hingga
7. pangkal kanul sambil Menginstruksikan pasien untuk menghembuskan nafas perlahan
melalui mulut
8. Memasukan gliserin dengan perlahan
Menarik kanul dari anus dan melepaskan kanul dari spuit dengan tissu lalu meletakan
9.
kedalam bengkok berisi desinfektan
10. Posisikan pasien dengan kaki ditekuk (Dorsal rekumben)
11. Memasang pispot dibawah bokong pasien
12. Mengganti pispot dengan yang baru bila pispot pertama penuh
13. Membersikan anus dengan tissu dan air dalam botol cebok
14. Meletakan pispot dibawah tempat tidur
15. Melepaskan alas bokong dan merapikan pasien
16. Menggantikan selimut
17. Membereskan alat, lepas sarung tangan dan mencuci tangan
18. Mengevaluasi hasil tindakan dan melakukan dokumentasi tindakan

98
TOPIK 10
PEMBERIAN OBAT

TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruktur Umum (TIU)
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemberian obat dengan benar
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Mahasiswa mampu menyiapkan dan memahami fungsi alat yang diperlukan untuk pemberian
obat dengan benar
2. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemberian obat secara oral, sublingual dan bukal
dengan benar
3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemberian obat secara topical (kulit, mata, hidung,
telinga) dengan benar
4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemberian obat melalui rectum dan vagina dengan
benar
5. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemberian obat melalui Intra cutan dan sub cutan
dengan benar
6. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemberian obat melalui Intra vena danintra muskular
dengan benar

A. PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL


Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegah, mengobati, dan mengurangi
rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat. Pemberian obat melalui oral (mulut) dan
ditelan merupkan pemberian obat yang paling umum digunakan dan cenderung memiliki harga
yng lebih murah.

PROSEDUR KERJA PEMERIAN OBAT MELALUI ORAL


1. Persiapan Alat dan Bahan :
a. Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
b. Obat dan tempatnya.
c. Air minum dalam tempatnya.
d. Sarung tangan /handschoon

2. Prosedur Kerja :
a. Informed consent
b. Cuci tangan dan pasang handschoon
c. Baca obat, dengan berprinsip pemberian obat yang tepat (prinsip 5 benar/6 benar/12
benar).
d. Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
1) Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan
jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan

99
sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan
pembungkusnya.
2) Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadian tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan
minuman.
3) Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan
pengkajian.
e. Lepas hanschoon dan cuci tangan .
f. Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan
mencatat hasil pemberian obat.

B. PEMBERIAN OBAT MELALUI SUBLINGUAL


Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang absorpsinya baik
melalui jaringan, kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah diberikan sendiri. Karena tidak
melalui lambung, sifat kelabilan dalam asam dan permeabilitas usus tidak perlu dipikirkan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat Sublingual ;


❖ Dirancang supaya, setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian larut, mudah di
absorpsi
❖ Obat yang diberikan dibawah lidah tidak boleh ditelan
❖ Bila ditelan, efek yang diharapkan tidak akan dicapai
❖ Klien tidak boleh minum sampai seluruh obat larut.

PROSEDUR KERJA PEMERIAN OBAT MELALUI SUBLINGUAL


1. Persiapan alat :
a. Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
b. Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya
c. Sarung tangan /handschoon
.
2. Prosedur Kerja :
a. Informed consent (Jelaskan prosedur yang akan dilakukan)
b. Cuci tangan dan pasang handschoon
c. Memberikan obat kepada pasien.
d. Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga terlarut
seluruhnya.
e. Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama
obat belum terlarut seluruhnya.
f. Lepas hanschoon dan cuci tangan .
g. Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat
dengan mencatat hasil pemberian obat.

100
C. PEMBERIAN OBAT MELALUI BUKAL
Pemberian obat secara bukal adalah memberikan obat dengan cara meletakkan obat diantara
gusi dengan membran mukosa diantara pipi. Tujuannya yaitu mencegah efek lokal dan sistemik,
untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara ora, dan untuk
menghindari kerusakan obat oleh hepar.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat melalui bukal :


❖ Rute bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di membrane mukosa pipi sampai
obat larut
❖ Klien harus diajarkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian di pipi kanan dan kiri
supaya mukosa tidak iritasi
❖ Klien juga diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau minum air bersama
obat
❖ Obat bukal bereaksi secara local pada mukosa atau secara sistemik ketika obat ditelan dalam
saliva.

PROSEDUR KERJA PEMERIAN OBAT MELALUI BUKAL


1. Persiapan alat :
a. Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
b. Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.
c. Sarung tangan /handschoon

2. Prosedur Kerja :
a. Informed consent
b. Cuci tangan dan pasang handschoon
c. Memberikan obat kepada pasien.
d. Memberitahu pasien agar meletakkan obat diantara gusi dan selaput mukosa pipi
sampai habis diabsorbsi seluruhnya.
e. Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama
obat belum terlarut seluruhnya.
f. Lepas hanschoon dan Cuci tangan.
g. Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat
dengan mencatat hasil pemberian obat.

101
D. PEMBERIAN OBAT MELALUI TOPIKAL : KULIT
Pemberian obat yang dilakukan pada kulit dengan tujuan mempertahankan hidrasi lapisan kulit,
melindungi permukaan kulit, atau mengatasi infeksi kulit. Pemberian obat kulit dapat dilakukan
dengan banyak preparat, seperti krim, losion, aerosol, sprei, atau bubuk.

PROSEDUR KERJA PEMERIAN OBAT MELALUI KULIT


1. Persiapan alat :
a. Obat dalam tempatnya (losion, krim, aerosol, sprei, dan bubuk)
b. Kain kasa
c. Kertas tisu
d. Balutan
e. Pengalas
f. Air sabun dan air hangat
g. Handschoon
h. Buku catatan obat

2. Prosedur kerja
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Cuci tangan.
c. Gunakan sarung tangan.
d. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (bila terdapat kulit yang
mengeras (kerak)) atau air sabun.
e. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian, seperti mengoleskan,
mengompres.
f. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
g. Catat prosedur dan respons pasien.

E. PEMBERIAN OBAT MELALUI TOPIKAL : MATA


Pemberian obat pada mata dengan memberikan tetes mata atau salep mata. Prosedur ini dapat
digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil;
pengukuran refraksi dengan cara melemahkan otot lensa, juga digunakan untuk menghilangkan
iritasi mata, dll.

PROSEDUR KERJA PEMERIAN OBAT MELALUI MATA


1. Persiapan Alat :
a. Obat dalam tempatnya ( tetes steril atau salep )
b. Plester
c. Kain kasa
d. Kertas tisu
e. Balutan
f. Sarung tangan
g. Air hangat kapas pelembap
h. Buku catatan obat

102
2. Prosedur kerja
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Cuci tangan.
c. Atur posisi pasien dengan kepala mengadah dan posisi perawat di samping kanan pasien.
d. Gunakan sarung tangan.
e. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembap (atau tisu) dari sudut luar
mata kea rah hidung, bila angat kotor basuh dengan air hangat.
f. Buka mata dengan menekan perlahan bagian bawah menggunakan ibu jari telunjuk ei atas
tulang orbita.
g. Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva sesuai dosis. Minta pasien untuk menutup
mata dengan perlahan ketika menggunakan tetes mata.
h. Bila menggunakan obat mata jenis salep, pegang aplikator diatas tepi kelopak mata.
Kemudian tekan tube hingga obat keluar dan berikan pada kelopak mata bawah. Setelah
selesai, anjurkan pasien untuk melihat kebawah. Secara-bergantian, biarkan obat pada
kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggosok
kelopak mata.
i. Tutup mata dengan kasa bila perlu.
j. Cuci tangan setealh prosedur dilakukan.
k. Catat prosedur dan respons pasien.

103
F. PEMBERIAN OBAT MELALUI TOPIKAL : TELINGA
Pemberian obat yang dilakukan pada telinga dengan cara memberikan tetes telinga. Obat tetes
telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya pada telinga
tengah (otitis eksterna). Obat yang diberika dapat berupa antibiotic (tetes atau salep).

PROSEDUR KERJA PEMERIAN OBAT MELALUI MATA


1. Persiapan Alat :
a. Obat dalam tempatnya
b. Penetes
c. Speculum telinga
d. Pinset anatomi dalam tempatnya
e. Plester
f. Kain kasa
g. Kertas tisu
h. Balutan
i. Handschoon
j. Buku catatan obat

2. Prosedur kerja
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Cuci tangan dan pasang handschoon .
c. Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang
akan diobati, upayakan telinga pasien ke atas.
d. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau kebelakang (pada anak).
e. Bila obat berpua tetes, teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegahterhalang oleh
gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis.
f. Bila obat berupa salep, ambil kapas lidi, dan oleskan salep. Kemudian masukan/oleskan
pada liang teinga.
g. Pertahankan posisi kepala selama 2-3 menit.
h. Tutup telinga dengan dengan balutan dan plester (bila perlu)
i. Lepas handschoon dan Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
j. Catat prosedur dan respons pasien.

104
G. PEMBERIAN OBAT MELALUI TOPIKAL : HIDUNG
Pemberian obat pada hidung dengan cara memberikan tetes hidung. Prosedur ini dilakukan pada
inflamasi hisung (rhinitis).

PROSEDUR KERJA PEMERIAN OBAT MELALUI HIDUNG


1. Persiapan alat ;
a. Obat dalam tempatnya
b. Pipet
c. Speculum hidung
d. Pinset anatomi dalam tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
k. Handschoon
l. Buku catatan obat

2. Prosedur Kerja
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Cuci tangan dan pasang handschoon
c. Atur posisi pasien dengan cara:
d. Duduk di kursi dengan kepala tengadah kebelakang.
e. Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
f. Berbaring dengan bantal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.
g. Berikan tetesan obat pada masing-masing lubang hidung (sesuai dosis).
h. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah selama 5 menit.
i. Lepas handschoon dan Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
j. Catat prosedur dan respons pasien.

105
H. PEMBERIAN OBAT MELALUI ANUS /RECTUM (SUPPOSUTORIA)
Pemberian obat yang dilakukan melalui anus atau rectum dengan tujuan memberikan efek local
dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut juga pemberian obat supositorium. Contoh
pemberian obat yang memiliki efek local seperti pada obat dulkokal supositoria yang berfungsi
secara local untuk meningkatkan defeksi. Contoh efek sistemik adalah pemberian obat aminofilin
supositoria dengan fungsi mendilatasi bronchial. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat
pada dinding mukosa rectal yang melewati sfingter anus interna. Kontraindikasi pada pasien yang
mengalami pembedahan rectal.

PROSEDUR KERJA PEMERIAN OBAT MELALUI ANUS/RECTUM


1. Persiapan alat :
a. Obat supositorium dalam tempatnya
b. Kain kasa
c. Vaselin/pelican/pelumas
d. Kertas tisu
e. Handschoon
f. Buku catatan obat

2. Prosedur kerja:
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b. Cuci tangan dan pasang handschoon
c. Gunakan sarung tangan.
d. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e. Olesi ujung obat supositorium dengan pelican.
f. Minta pasien mengambil posisi tidur miring (Sims) lalu regangkan bokong dengan tangan kiri.
Kemudian masukan supositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter interna dan mengenai
dinding rectal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, dan kurang lebih 5 cm pada anak/bayi.
g. Setelah selesai, tarik jari dan bersihkan daerah skitar anal dengan tisu.
h. Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang/miring selama kurang lebih 15 menit.
i. Kemudian lepaskan sarung tangan dan letakan di bengkok.
j. Lepas handschoon dan Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
k. Catat prosedur dan respon pasien.

106
I. PEMBERIAN OBAT MELALUI VAGINA
Pemberin obat yang dilakukan melalui vagina yang tersedia dalam bentuk krim dan supositoria
untuk mengobati infeksi local.

PROSEDUR KERJA PEMERIAN OBAT MELALUI VAGINA


1. Persiapan alat :
a. Obat dalam tempatnya
b. Sarung tangan
c. Kain kasa
d. Kertas tisu
e. Kapas sublimat dalam tempatnya
f.
2. Prosedur kerja
a. Jelaskan prosefur yang akan dilkukan.
b. Cuci tangan.
c. Gunakan sarung tangan.
d. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
f. Masukkan obat dengan cara :
1) Bila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator klim atau ikuti petunjuk yang tertera
pada kemasan, regangkan lipatan labia dan masukan aplikator kurang lebih 7,5 cm
dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat.Anjurkan pasien tidur dalam
posisi dorsal rekumben.
2) Bila obat jenis supositoria, buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat.
Regankan labia minora dengan tangan kiri dan masukan obat sepanjang dinding kanal
vagiana posterior sampai 7,5-10 cm.
g. Setelah obat masuk, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar orifisium dan labila
dengan tisu.
h. Anjurkan untuk tetap pada posisinya selam 10 menit agar obat terabsorpsi.
i. Cuci tangan setaelah prosedur dilakukan.
j. Catat prsedur dan respons pasien

107
J. PEMBERIAN OBAT INJEKSI SUB CUTAN
Pemberian obat subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit yaitu pada
jaringan konektif atau lemak di bawah dermis (Aziz,2006).
Tehnik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikanakan diabsorbsi oleh tubuh dengan
pelan dan berdurasi npanjang (slow and sustained absorption).
Pemberian obat yang dilakukan dengan suntikan dibawah kulit dapat dilakukan pada daerah
lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada dan daerah
sekitar umbilicus (abdomen). Pemberian obat melalui subkutan ini umumnya dilakukan dalam
program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.

TUJUAN INJEKSI SUBKUTAN


Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan (contoh: Vaksin, uji tuberculin)

LOKASI INJEKSI
1. lengan atas sebelah luar
2. paha bagian depan
3. perut
4. area scapula
5. area ventrogluteal
6. area dorsogluteal

108
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
1. Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena
tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal
adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.
2. Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit

PROSEDUR KERJA PEMERIAN OBAT INJEKSI SUB CUTAN


1. Persiapan Alat :
a. Catatan pemberian obat
b. Obat dalam tempatnya
c. Spuit insulin
d. Kapas alkohol dalam tempatnya
e. Cairan pelarut bak injeksi
f. Bengkok
g. Handschoon
2. Prosedur tindakan :
a. Lakukan Informed Concent
b. Atur lingkungan cukup cahaya dan terjaga Privacy
c. Dekatkan alat ke pasien dan perawat
d. Perawat cuci tangan dan gunakan Handscoon
e. Bacalah daftar obat pasien dan perhatikan prinsip 5 benar.
f. Cuci tangan pasang handcoon
g. Menyiapkan obat
h. Tentukan daerah yang akan diinjeksi (lengan atas, umbilikus, paha dan punggung)
i. Permukaan kulit didesinfeksi dengan cara mengoleskan kapas alkohol memutar
seperti jarum jam lalu dilanjutkan dengan satu kali usapan dari atas ke bawah dengan
kapas alkohol lainnya.
j. Tusukkan ± 2/3 jarum dengan sudut 450 dengan permukaan kulit, lakukan aspirasi.

Sudut 45º
Sudut 90º

Sudut 15º

k. Masukkan obat dengan cara menekan piston perlahan-lahan sampai obat habis.
l. Tarik spuit perlahan-lahan dan tahan bekas tusukkan dengan kapas alkohol
m. Pasien dirapikan kembali, alat-alat dibereskan
n. Lepas handschoon dan Cuci tangan setelah tindakan
o. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian dan jenis/dosis obat

109
K. PEMBERIAN OBAT INJEKSI INTRA CUTAN
Injeksi intracutan (IC) adalah pemberian obat kedalam lapisan dermal kulit tepat dibawah
epidermis. Biasanya hanya sejumlah kecil larutan yang digunakan(contoh 0,1 ml).
Metode pemberian ini sering kali digunakan untuk uji alergi dan penapisan tuberkulosis.Lokasi
injeksi intracutan biasanya pada lengan bawah bagian dalam,dadaatas dan punggung dibawah
skapula. Lengan kiri umumnya digunakan untuk penapisan TBC dan lengan kanan digunakan
untuk semua pemeriksaan lain.

Injeksi intradermal diberikan ke dalam dermis, tepat di bawah epidermis. Jalur intradermal
memiliki waktu absorpsi terlama dari semua pareteral. Untuk alasan inilah injeksi intradermal
digunakan untuk tes sensitivitas, seperti tes tuberkulin dan tes alergi, serta anestesi lokal.
Keuntungan jalur intradermal untuk tes – tes ini adalah reaksi tubuh terhadap substansi tersebut
mudah diamati, dan derajat reaksi dapat dibedakan melalui studi perbandingan.

Lokasi yang umum digunakan adalah permukaan dalam lengan bawah dan punggung bagian atas,
di bawah skapula. Peralatan yang digunakan untuk injeksi intradermal adalah siring tuberkulin
yang dikalibrasi dalam puluhan dan ratusan ml dan jarum berukuran ¼ – ½ inci, 26 atau 27 gauge.
Dosis yang diberikan secara intradermal kecil, biasanya kurang dari 0,5 ml. Sudut pemberian
injeksi intradermal adalah 10 – 15 derajat.

Indikasi dan Kontra Indikasi Injeksi Intracutan


Indikasi injeksi intracutan adalah pada klien yang akan dilakukan skin test, misalnya pada tes
tuberkulin atau tes terhadap reaksi alergi obat tertentu. Tidak ada kontra indikasi pada injeksi
intracutan.

Contoh Obat Injeksi Intracutan


Contoh obat yang diberikan melalui injeksi intracutan adalah :
1. Vaksin Bacillus Calmette Guerrin (BCG) 0,05 ml
2. 0,1 ATS atau ADS + 0,9 NaCl untuk menetralisir endotoksin dari kuman tetanus atau difteri.
3. Adrenalin 1%.
4. 0,1 ml vaksin sel diploid manusia (pasteur mariex) untuk vaksin rabies.
5. Ekstrak allergen.

PROSEDUR TINDAKAN INJEKSI INTRA CUTAN


1. Persiapan alat :
Baki Berisi :
a. Obat dalam bentuk vial atau h. Bak steril/instrumen
ampul i. Korentang
b. Spuit 1 cc dan 5 cc j. Pinset sirugis
c. Kapas alkohol pda tempatnya k. Buku obat
d. Kasa 2 lembar jika perlu l. Sharp container
e. Cairan pelarut (misalnya Nacl,
aquadest, dll)
f. Bengkok 1 buah
g. Handscoon

110
2. Prosedur tindakan :
a. Lakukan Informed Concent
b. Atur lingkungan cukup cahaya dan terjaga Privacy
c. Dekatkan alat ke pasien dan perawat
d. Perawat cuci tangan dan gunakan Handscoon
e. Bacalah daftar obat pasien dan perhatikan prinsip 5 benar.
f. Tentukan daerah yang akan diinjeksi (lengan atas untuk BCG, lengan bawah bagian
dalam untuk skin test)
g. Menyiapkan obat. Bila skin test memerlukan pengenceran obat, lakukan pengenceran
obat dengan cara :
❖ Larutkan obat dengan menggunakan pelarut sesuai dosis yang tertera pada label
obat atau 4cc.
❖ Ambil obat yang sudah dilarutkan dengan spuit 1cc sebanyak 0,01cc dan ganti
jarum spuit.
❖ Tambahkan obat yang didalam spuit dengan aquadest sebanyak 0,09 cc sehingga
larutan seluruhnya menjadi 1cc.
h. Permukaan kulit didesinfeksi dengan cara mengoleskan kapas alkohol memutar
seperti jarum jam lalu dilanjutkan dengan satu kali usapan dari atas kebawah dengan
kapas alkohol sampai alkohol kering
i. Tegangkan kulit dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk kiri perawat.
j. Tusukkan lubang jarum menghadap keatas dan dengan membentuk sudut 150 – 200
dengan permukaan kulit.
k. Jarum dimasukkan lebih sampai dengan 1-2 mm melewati lubang jarum lalu dorong
piston untuk memasukkan obat sampai permukaan kulit menggelembung.
l. Tarik spuit secara perlahan dan jangan lakukan masase dan jangan dilakukan
desinfeksi
m. beri tanda dengan cara melingkari gelembung kira-kira diameter 2,5 cm dan minta
pasien untuk tidak menyentuh area penyuntikan
n. Tunggu selama 15 menit kemudian observasi adanya tanda-tanda alergi .
o. Nilai positif jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi daerah yang sudah
ditandai, artinya pasien alergi dengan antibiotik tersebut.
p. Pasien dirapihkan kembali, alat-alat dibereskan.
q. Lepas handschoon dan Cuci tangan setelah tindakan
r. Catat hasil pemberian obat, tanggal dan waktu serta jenis obat.

Hal yang perlu diperhatikan :


Memberikan injeksi intracutan pada orang dewasa :
1. Pastikan klien mengerti perlunya kunjungan tindak lanjut untuk memeriksa lokasi injeksi.
Jadwalkan pertemuan selanjutnya.
2. Jelaskan kepada klien untuk tidak mencuci, menggosok, atau menggaruk lokasi injeksi.

111
Memberikan injeksi pada anak – anak :
1. Anak kecil atau bayi perlu sedikit direstrein selama prosedur. Hal ini untuk mencegah cedera
karena gerakan yang tiba – tiba.
2. Pastikan anak mengerti bahwa prosedur tersebut bukanlah suatu hukuman.
3. Minta anak untuk tidak menggosok atau menggaruk lokasi injeksi. Pasang stockinet (pembalut
dari bahan yang halus dan elastis) atau pembalut kasa untuk menutupi lokasi injeksi dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan karena mengiritasi jaringan dibawahnnya.

112
L. PEMBERIAN OBAT INJEKSI INTRA VENA LANGSUNG
Pengertian
Pemberian obat intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam
pembuluh darah vena menggunakan spuit.

Tujuan dan manfaat


- Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering digunakan pada pasien yang sedaang gawat
darurat .
- Menghindari kerusakan jaringan .
- Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar

Tempat injeksi intravena :


-pada lengan (vena basilika dan vena sefalika).
-pada tungkai (vena safena)
-pada leher (vena jugularis)
-pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)

PROSEDUR TINDAKAN INJEKSI INTRAVENA


1. Persiapan alat :
Baki Berisi :
a. Spuit sesuai dengan kebutuhan
b. Kapas alkohol pada tempatnya
c. Bengkok 1 buah
d. Perlak dan alas
e. Torniquit
f. Buku obat
g. Handscond
h. Bak instrumen sedang
i. Handsaplas/plester dan gunting verban

2. Prosedur tindakan :
a. Lakukan Informed Concent
b. Atur lingkungan cukup cahaya dan terjaga Privacy
c. Dekatkan alat ke pasien dan perawat
d. Perawat cuci tangan dan gunakan Handscoon
e. Tentukan daerah vena yang akan ditusuk/diinjeksi
f. Pasang alas & pelaknya sesuai dengan tempat yang akan diinjeksi (IV)
g. Lakukan pembendungan pada bagian atas yang akan diinjeksi dengan tourniqet
h. Permukaan kulit didesinfeksi dengan cara mengoleskan kapas alkohol memutar
seperti arah jarum jamlalu dilanjutkan dengan usapan satu kalidari atas kebawah
dengan kapas akohol lainnya

113
i. Fiksasi vena yang akan ditusuk dengan cara ibu jari dan telunjuk tangan kiri
berada diantara vena
j. Masukkan jarum kedalam pembuluh darah vena dengan lubang menghadap
keatas membentuk sudut 300-450.
k. Piston ditarik sedikit bila ada darah obat dimasukkan sambil melonggarkan
tourniqet
l. Bila darah tidak keluar jarum ditarik/didorong dan sedikit sampai darah keluar
m. Masukkan obat secara perlahan sambil memperhatikan keadaan reaksi pasien
n. Setelah obat masuk semua, tarik jarum secara perlahan bekas tusukkan ditekan
dengan kapas alkohol atau difiksasi
o. Pasien dirapikan kembali, alat-alat dibereskan
p. Perawat lepas handschoon dan mencuci tangan
q. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian dan jenis/dosis obat.

114
M. PEMBERIAN OBAT INJEKSI INTRA MUSKULAR
Pengertian.
Pemberian obat secara intra muskuler adalah Pemberian obat / cairan dengan cara
dimasukkan langsung ke dalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada
bagian tubuh yang berotot besar,agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk syaraf, misalnya pada
bagian bokong, dan kaki bagian atas, atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat seperti ini
memungkinkan obat akan dilepaskan secara berkala dalam bentuk depot obat.

Jaringan intramuskular: terbentuk dari otot bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi (setiap 20
mm3 terdiri dari 200 otot dan 700 kapiler darah). Aliran darah tergantung dari posisi otot di tempat
penyuntikkan.

Indikasi Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular.


Indikasi pemberian obat secara intramuscular biasa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak
mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral .Pemberian obat
secara intamuskular harus dilakukan atas perintah dokter.

Kontra Indikasi Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular.


Infeksi, Lesi kulit, Jaringan parut, Tonjolan tulang, Otot atau saraf besar dibawahnya.

Daerah Penyuntikan Dalam Pemberian Obat Intramuskular.


a. Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring telentang
dengan lutut sedikit fieksi.

115
b. Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang
dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fieksi.

c. Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar
ke arah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fieksi dan diletakkan di depan
tiungkai bawah.

d. Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau bcrbaring
mendatar lengan atas fieksi.

116
PROSEDUR TINDAKAN INJEKSI INTRAVENA
1. Persiapan alat :
a. Bak instrumen
b. Spuit sesuai dengan kebutuhan
c. Kapas alkohol pada tempatnya
d. Obat vial atau ampul
e. Bengkok 1 buah
f. Buku obat
g. Kasa jika perlu
h. Sharp container 1 bh

2. Prosedur Tindakan :
a. Lakukan Informed Concent
b. Atur lingkungan cukup cahaya dan terjaga Privacy
c. Dekatkan alat ke pasien dan perawat
d. Perawat cuci tangan dan gunakan Handscoon
e. Menyiapkan obat.
f. Ambil obat yang sudah dilarutkan dengan spuit baru. Aspirasi udara untuk menghindari
emboli.
g. Tentukan daerah yang akan diinjeksi (bokong, paha & lengan atas)
h. Bokong : sepertiga SIAS proksimal otot gluteus maksimus
i. Lengan atas : sepertiga pangkal lengan otot deltoideus
j. Paha : sepertiga paha bagian proksimal bagian luar (otot vastus lateralis)
k. Permukaan kulit didisenfeksi dengan cara mengoleskan kapas alkohol memutar searah
jarum jam, dilanjutkan dengan satu kali usapan dari atas kebawah dengan kapas alkohol
lainnya.
l. Lakukan penyuntikkan dengan posisi:
m. Pada paha: pasien telentang dengan lutut sedikit fleksi.
n. Pada bokong: posisi sim
o. Pada lengan atas: duduk atau berbaring mendatar dengan lengan fleksi.
p. Regangkan kulit dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri untuk pasien yang
gemuk.
q. Untuk pasien yang kurus tarik kulit menggunakan ibu jari dan telunjuk kiri,
tusukkan jarum dengan tegak lurus dengan sudut 900 sampai 2/3 jarum masuk
kepermukaan kulit.
r. Lakukan aspirasi dengan cara piston ditarik sedikit, bila ada darah obat jangan dimasukkan
tetapi tarik/ dorong sedikit jarum
s. Dorong piston secara perlahan untuk masukkan obat.
t. Tarik spuit dengan cepat tekan daerah bekas tusukkan dengan kapas akohol
u. Pasien dirapikan kembali, alat-alat dibersihkan
v. Lepas handschoon dan Cuci tangan setelah tindakkan
w. Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu pemberian dan jenis/dosis obat

117
Daftar Pustaka
1. Aziz Alimul ( 2006), Kebubuthan dasar manusia, Jakarta : Salemba Medika

2. Aziz Alimul. 2008. Ketrampilan Dasar PraktikKlinik (Cetakan II).Jakarta:Salemba Medika.


3. Bapelkes Batam, (2015), Modul Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah sakit
dan Pelayanan Kesehatan lainnya bagi tenaga Pendidik
4. DepKes RI (2008, )Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya Jakarta : DepKes RI

5. Kusyati, E., et al. (2013). Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar
Edisi.EGC:Jakart
6. Perry, Peterson, ; Potter.2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar. EGC; Jakarta
7. Potter, Patricia A. 2005.Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar Edisi 5.Dialih Bahasakan
Oleh Rosidah, Didah dan Ester, Monica. Jakarta : EGC
8. Potter P. A. dan Perry A. G. (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses dan
Praktik.Jakarta: EGC
9. Kozier, B , (1995), Fundamental of Nursing : Concept Process and Practice “ Ethics and Values”,
California, Addison Wesley Publishing
10. Patricia AP & Anne GP, (1996), Fundamental of Nursing, St. Louis, Toronto : Mosby Co.
11. Potteir , (1998), Fundamental of Nursing, Philadelphia, Lippincot.
12. Potter, Perry (2009) Fundamental Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika
13. Smith, Sandra F, ( 2005 ), Clinical Nursing Skill : Basic Advanced Skill. New Jersey : prentice Hall.

118
FORMAT NILAI PRAKTIK LABORATORIUM/TUTORIAL

NO NAMA MAHASISWA NILAI SETIAP SMALL GROUP


Keaktifan (20 %) Keseriusan (20 %) Kemampuan Tanggung jawab (20%) Kedisiplinan (20 %) Nilai
melakukan Akhir
tindakan (20 %)
1 1 1 1 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

119
120
121

Anda mungkin juga menyukai