Anda di halaman 1dari 19

PELAYANAN KESEHATAN IBU BERSALIN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Ibu dan Anak yang
diampuh oleh:

Ns. Andi Mayasari Usman, S.Kep., M.Kep

Di susun oleh:

Kelompok 3

Dian Eka Pertiwi 183112420150073

Fanny Noviany Saputri 183112420150083

Firda Ningsi Duwila 182112420150082

Hafifah Pujiati 183112420150111

Nurhermiantie Putri 183112420150126

Setyarini Dwi Rahyuni 183112420150135

Siti Nurjanah 183112420150047

Veronika Doga 173112420170105

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pelayanan
Kesehatan Ibu Bersalin” ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Ibu dan Anak.

Kami sadar bahwa makalah ini tidaklah sepenuhnya sempurna. Maka saran dan kritik
dari pembaca yang sifatnya membangun, akan kami terima untuk perbaikan makalah ini
kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan memberikan informasi
yang baru dan menambah pengetahuan bagi kita semua.

Jakarta Selatan, 18 Oktober 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH................................................................................................2
1.3. TUJUAN.........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................3
2.1 PENGERTIAN PERSALINAN......................................................................................3
2.2 MACAM-MACAM PERSALINAN..............................................................................3
2.3 TANDA-TANDA PERSALINAN..................................................................................3
2.4 PERSALINAN BERDASARKAN UMUR KEHAMILAN...........................................4
2.5 PELAYANAN KESEHATAN.......................................................................................7
2.6 PELAYANAN ANTENATAL CARE...........................................................................8
2.7 ASUHAN PERSALINAN NORMAL............................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................18
3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................18
3.2 SARAN.........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan
menyusui, bayi, balita dan anak prasekolah. Pelayanan KIA sangat mempengaruhi derajat
kesehatan ibu dan anak. Kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan proses alamiah yang
dialami oleh seorang wanita. Proses tersebut terjadi secara alamiah namun jika tidak
dipantau oleh tenaga kesehatan maka akan berisiko terjadi komplikasi yang
membahayakan ibu dan bayi. Keberhasilan program KIA ini akan sangat mempengaruhi
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) (Kemenkes RI, 2017).
Keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan ditentukan berdasarkan indikator
AKI dan AKB. Hal ini juga menggambarkan kualitas ibu dan anak di Indonesia.
Tingginya AKI, AKBA dan AKB termasuk tantangan paling berat untuk mencapai
MDG’s pada tahun 2015. Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan
anak tidak terkecuali peningkatan akses dan kualitas pelayanan melalui peningkatan
kapasitas tenaga kesehatan termasuk bidan, jaminan kesehatan dan meningkatkan
outreach pelayanan utamanya bagi daerah yang sulit akses. Permenkes nomor 97 tahun
2014 tentang pelayanan kesehatan masa hamil, persalinan dan sesudah melahirkan,
penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta pelayanan kesehatan seksual adalah bukti
kesungguhan pemerintah dalam peningkatan pelayanan kepada ibu dan anak.
Penurunan kematian dan peningkatan kualitas ibu dan anak utamanya neonatus
mencapai hasil yang diharapkan seiring dengan peningkatan pelayanan antenatal dan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Peningkatan capaian pelayanan antenatal
dan pertolongan persalinan tidak berkorelasi signifikan dengan penurunan kematian ibu
dan neonatal. Dari hasil SDKI 2007 dan SDKI 2012 capaian cakupan antenatal,
persalinan oleh tenaga kesehatan dan cakupan pelayanan neonatus adalah dari 66 %, 46 %
dan 43,9 % menjadi 95,7%, 83,1% dan 48 %. Selain itu, data menunjukan bahwa
kematian ibu dari 228 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000 kelahiran
hidup dan bayi 34 per 1000 kelahiran hidup menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup. Dengan
melihat data ini maka dapat dipastikan walaupun bukan satu-satunya namun kualitas

1
pelayanan baik antenatal maupun pertolongan persalinan dan pelayanan nifas serta
kunjungan neonatal menjadi hal krusial yang harus diperbaiki. Tidak terkecuali perbaikan
dalam implementasi kurikulum pendidikan agar dihasilkan anak didik kebidanan yang
kompeten dan patuh terhadap standar pelayanan.
Tidak hanya terkait dengan kematian namun juga kondisi ibu dan anak dikaitkan
dengan kualitas hidupnya. Diharapkan semua ibu sehat baik fisik dan mental diawali
sejak masa remaja sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal, demikian
pula anak lahir sehat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.

1.2. RUMUSAN MASALAH


a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian bersalin
b. Mahasiwa dapat mengetahui macam-macam persalinan
c. Mahasiswa dapat mengetahui tanda-tanda persalinan
d. Mahasiswa dapat mengetahui ada beberapa macam persalinan berdasarkan umur
kehamilan
e. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala persalinan
f. Mahasiswa mengetahui pelayanan kesehatan
g. Mahasiswa mengetahui pelayanan antenatal care
h. Mahasiswa mengetahui asuhan persalinan normal
i. Mahasiswa mengetahui pengertian rujukan

1.3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengetian bersalin
b. Untuk mengetahui macam-macam persalinan
c. Untuk mengetahui tanda-tanda persalinan
d. Untuk mengetahui ada beberapa macam persalinan berdasarkan umur kehamilan
e. untuk mengetahui tanda dan gejala persalinan
f. untuk mengetahui pelayanan kesehatan
g. untuk mengetahui pelayanan antenatal care
h. untuk mengetahui asuhan persalinan normal
i. untuk mengetahui pengertian rujukan

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN PERSALINAN


Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering di artikan serangkaian kejadian
pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). Menurut Mayles 1996, persalinan
adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang awalnya diawali dengan
kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan
pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung
selama 12-14 jam.

2.2 MACAM-MACAM PERSALINAN


1. Persalinan Spontan. Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri melalui jalan lahir ibu tersebut.
2. Persalinan Buatan. Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
3. Persalinan Anjuran. Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.

2.3 TANDA-TANDA PERSALINAN


A. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang mempunyai sifat
sebagai berikut :
1. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
2. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
3. Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin
besar.
4. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
5. Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi uterus
yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal 2 kali dalam

3
10 menit). Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan
dan pembukaan serviks.

B. Penipisan dan pembukaan servix. Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan
adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.
C. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir). Dengan pendataran dan
pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah.
Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian
bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
D. Premature Rupture of Membrane adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-
konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.
Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam
hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang
ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek
sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24
jam setelah air ketuban keluar.

2.4 PERSALINAN BERDASARKAN UMUR KEHAMILAN


1. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat
badan kurang dari 500 gr.
2. Partus immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi dengan berat
badan antara 500 gram dan 999 gram.
3. Partus prematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat
badan antara 1000 gram dan 2499 gram.
4. Partus maturus atau a’terme
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi dengan berat
badan 2500 gram atau lebih.
5. Partus postmaturus atau serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.

4
2.5 PELAYANAN KESEHATAN
Dalam Perpes 72 Tahun 2021 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
diuraikan, dua komponen SKN adalah upaya Kesehatan dan sumber daya Kesehatan.
Juga diuraikan 23 upaya Kesehatan yang setiap upaya dibagi atas dua komponen lagi,
yaitu Upaya Kesehatan Perorangan (UPK) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM).
UKM merupakan pelayanan public dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
Kesehatan, serta mencegah penyakit. Sasarannya adalah keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Pembiayaan UKM merupakan tanggung jawab pemerintah.
Sedangkan UKP merupakan pelayanan pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan
penyakit dan pemulihan Kesehatan secara perorangan. Pembiayaan UKP ke depan akan
melalui dana kapasitas BPJS.
Pada UKP dan UKM ada tiga jenis pelayanan : UKP primer di puskesmas dan
klinik, UKP sekunder di RSU kabupaten atau kota, dan UKP tersier di RSU provinsi atau
kota besar. UKM juga mempunyai tiga jenjang : UKM primer untuk mengatur program
Kesehatan masyarakat di puskesmas dan desa, UKM sekunder untuk di kabupaten, dan
UKM tersier di provinsi. Puskesmas mempunyai tugas ganda sebagai pelaksana UKP
pimer (pengobatan pasien, perawatan ibu hamil), dan UKM primer (manajer program
Kesehatan di kecamatan dan desa).

2.6 PELAYANAN ANTENATAL CARE


Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) adalah pelayanan Kesehatan
oleh tenaga Kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standart pelayanan kebidanan.
Jadwal pemeriksaan kehamilan adalah bertujuan untuk memantau dan pengawasan
terhadap kesejahteraan ibu dan anak, minimal dilakukan 4 kali selama kehamilan,
meliputi :
a. 1x pada trisemester pertama (≤14 minggu)
b. 1x pada trisemester kedua (14-28 minggu)
c. 2x pada trisemester ketiga (28-36 minggu)
Standar pelayanan kebidanan dalam penerapannya terdiri dari :
a. Timbang dan ukur tinggi badan

5
b. Ukur tekanan darah
c. Nilai status gizi (mengukur LILA)
d. Ukur tinggi fundus uteri
e. Tentukan presentasi dan denyut jantung janin (DJJ)
f. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus toxoid bila diperlukan
g. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
h. Test laboratorium (rutin dan khusus)
i. Tata laksana kasus
j. Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

2.7 ASUHAN PERSALINAN NORMAL


Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya
terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).
Setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus
diterapkan sesuai dengan dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap
penolong persalinan dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat
terjadi di rumah sakit. Penolong persalinan mungkin saja seorang bbidan, perawat, dokter
umum atau spesialis obstetri. Jenis asuhan yang akan diberikan dapat disesuaikan dengan
kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi
baru lahir (APN, 2007).

Berikut langkah-langkah asuhan persalinan normal:


KALA I
Tatalaksana, yaitu:
1) Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu
2) Jika ibu tampak gelisah / kesakitan:
a. Biarkan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika di tempat tidur sarankan
untuk miring kiri.
b. Biarkan ia berjalan atau beraktivitas ringan sesuai kesanggupannya.
c. Anjurkan suami atau keluarga memijat punggung atau membasuh muka ibu.
d. Ajari teknik bernapas.

6
3) Jaga privasi ibu. Gunkaan tirai penutup dan tidak menghadirkan orang lain tanpa
seizin ibu.
4) Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang air kecil/besar.
5) Jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir,
suhu ruangan minimal 250 derajat C dan semua pintu serta jendela harus tertutup.
6) Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi. Sarankan ibu berkemih
sesering mungkin.
7) Pantau parameter tekanan darah, suhu tiap 4 jam, nadi, denyut jantung janin, kontraksi
tiap 1 jam, pembukaan serviks, penurunan kepala, warna cairan amnion.
8) Pasang infus intravena untuk pasien dengan:
a. Kehamilan lebih dari 5
b. Hemoglobin ≤ 9g/dl atau hematokrit ≤ 27%
c. Riwayat gangguan perdarahan
d. Sungsang
e. Kehamilan ganda
f. Hipertensi
g. Persalinan lama
9) Isi dan letakkan patograf di samping tempat tidur atau di dekat pasien untuk lakukan
pemeriksaan kardiotokografi jika memungkinkan.
10) Persiapkan rujukan jika terjadi komplikasi.

KALA II, III, dan IV

Tatalaksana , tergabung dalam 60 langkah APN (Nurjasmi E, dkk, 2016)

Asuhan persalinan pada kala II

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II


a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b. Ibu merasa tekabab yang semkain meningkat pada rektum dan vaginanya.
c. Perineum menonjol.
d. Vukva-vagina dan spingter anal membuka.
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit an menempatkan tabung suntik steril sekali
pakai di dalam partus set.
3) Mengenkaan baju penutup dan celemek plastik yang bersih

7
4) Melepaskan semua perhiasan yang di pakai dibawah siku, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk
satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5) Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan
desinfektan tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah desinfektan
tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).
7) Membersikan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfektan
tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan cara seksama dengan menyeka dari depan ke belakang.
Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan
tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam utuntk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum
pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
Mencuci kedua tangan seperti biasa
10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontrakasi berakhir untuk memastikn
bahwa DJJ dalam batas normal (100-180x/menit).
a. Menggambil tindakan sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil
penilaian serta asuhan yang lain pada partograf.
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin bayi. Membantu ibu
berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya
a. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai pedoman persalinan
aktip dan pendokumentasikan temuan-temuan.
b. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan
memberikan semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat
adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan menerann saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran

8
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk
bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi untuk
menhana posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala , menganjurkan ibu untuk
meneran perlahan-lahan saat kepala lahir.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulur, dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang
bersih.
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika terjadi lilitan
tali pusat:
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala.
b. Jika tali pusat melilit leher secraa kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong
diantara kedua klem tersebut.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paski luar, tepatkan kedua tangan di masing-
masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saar kontraksi berikutnya,
dengan lembut menariknbya ke arah bawah dan ke arah luar sehingga bahu anterior
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lambut menarik kearah luar untuk
melahirkan bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di
bagian bawah ke arah perineum, memberikan bahu dan lengan posterior lahir ke
tangan tersebut. Megendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan tangan bagian bawah saat menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari
punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir
memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
25) Menilai bayi dengan cepat, kemudia meletakkan bayi diatas perut ibu di posisi kepala
bayi sedikit rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletkakkan bayi di
tempat yang memungkinkan).

9
26) Segera megeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm
dari klem pertama.
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain
atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala bayi membiarkan tali
pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan
memuali pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

Asuhan persalinan pada kala III

31) Meletakkan kain yang bersih dan keriny. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32) Memebritahukan kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33) Daam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitoksin 10 unit LM
di gleteus atau 1/3 atas paha akan ibu bagian luar, setelah menaspirasinya terlebih
dahulu.
34) Memindahkan klem pada tali pusat.
35) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perutibu, tepat diatas tulang pubis,
dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan
uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudia melakukan penegangan ke arah bawah
pada tali pusat dengna lembut. Lakukan tekanan berlawanan arah pada baian.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sabil menarik tali pusat ke
arahh bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil
meneruskan tekanan yang berlawanan arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10
cm dari vulva
b. Jika tali pusat tidak terlepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15
menit:

10
- Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit LM.
- Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
- Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
- Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
- Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran
bayi.
38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutakan kelahiran plasenta dengan
menggunkaan kedua tangan. Memegang plasenta denga kedua tangan dengan hati-hati
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang disediakan. Jika selaput robek, pakai sarung tangan DTT
atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudia gunakan jari-jari tangan
atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu dan pastikan selaput ketuban lengkap
dan utuh. Masukan plasenta ke dalam kantng plastik atau khusus.
41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segara menjahit laserasi
yag mengalami perdarahan aktif.

Asuhan persalinan kala IV

42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkntraksi dengna baik.


43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
disnfektan tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44) Menempatkan klem tali pusat disinfektan tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling
tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebrangan dengan simpul
mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedan dan meletakkannya ke dalan larutan klorin 0,5%.
47) Meneylimuti kembali bayi atau menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau
kainnya bersih atau kering.
48) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemberian ASI
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan vagina.

11
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai
untuk melaksanakan atonia uteris.
e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, melakukan penjahitan
dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa
kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
a. Memeriksan temperatur suhu tubuh sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan.
b. Melakukan tindakan yang seusai dengan temuan yang tidak normal.
53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk deko taminasi (10
menit). Mencuci dan membilas pakaian setelah dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tinggkat tinggi membersihkan
cairan ketuban, lendir dan darah. membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanana yang diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas
dengan air bersih.
58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian
bagian dalam ke luar untuk merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

2.8 RUJUKAN

12
Sistem rujukan paripurna terpadu merupakan suatu tatanan, di mana berbagai komponen
dalam jaringan pelayanan kebidanan dapat berinteraksi dua arah timbal balik, antara
bidan desa, bidan dan dokter Puskesmas di pelayanan kesehatan dasar, dengan para
dokter spesialis di RS Kabupaten untuk mencapai rasionalisasi penggunaan sumber daya
kesehatan dalam penyelamatan ibu dan bayi baru lahir yaitu penanganan ibu risiko tinggi
dengan gawat-obstetrik atau gawat-darurat-obstetrik secara efisien, efektif, profesional,
rasional, dan relevan dalam pola rujukan terencana.

Rujukan dapat dikelompokan menjadi 2 macam yaitu sebagai berikut :

a. Rujukan Terencana

Rujukan Terencana : menyiapkan dan merencanakan rujukan ke rumah sakit jauh-


jauh hari bagi ibu risiko tinggi/risti. Sejak awal kehamilan diberi KIE.

Ada 2 macam rujukan terencana yaitu sebagai berikut :

1) Rujukan Dini Berencana (RDB) untuk ibu dengan Ada Potensi Gawat Obstetri
(APGO) dan Ada Gawat Obstetri (AGO)–ibu risiko tinggi (risti) masih sehat
belum in partu, belum ada komplikasi persalinan, ibu berjalan sendiri dengan
suami, ke RS naik kendaraan umum dengan tenang, santai, mudah, murah dan
tidak membutuhkan alat ataupun obat.
2) Rujukan Dalam Rahim (RDR): di dalam RDB terdapat pengertian RDR atau
Rujukan In Utero bagi janin ada masalah, janin risiko tinggi masih sehat
misalnya kehamilan dengan riwayat obstetrik jelek pada ibu diabetes mellitus,
partus prematurus iminens. Bagi janin, selama pengiriman rahim ibu
merupakan alat transportasi dan inkubator alami yang aman, nyaman, hangat,
steril, murah, mudah, memberi nutrisi, dan oksigen, tetap ada hubungan fisik
dan psikis dalam lindungan ibunya.
b. Rujukan Tepat Waktu
Rujukan Tepat Waktu (RTW) atau Prompt Timely Referral untuk ibu dengan gawat-
darurat-obstetrik, pada Kelompok FR III AGDO perdarahan antepartum dan
preeklampsia berat/eklampsia dan ibu dengan komplikasi persalinan dini yang dapat
terjadi pada semua ibu hamil dengan atau tanpa FR. Ibu GDO (Emergency Obstetric)
membutuhkan RTW dalam penyelamatan ibu/bayi baru lahir.

13
 Rujukan Terencana berhasil menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir, pratindakan
tidak membutuhkan stabilisasi, penanganan dengan prosedur standar, alat, obat
generik dengan biaya murah terkendali.
 Rujukan terlambat membutuhkan stabilisasi, alat, obat dengan biaya mahal,
dengan hasil ibu dan bayi mungkin tidak dapat diselamatkan.
 Paket ‘Kehamilan dan Persalinan Aman’ dengan 6 komponen utama, yaitu
sebagai berikut.
1) Deteksi dini masalah.
2) Prediksi kemungkinan komplikasi persalinan.
3) KIE kepada ibu hamil, suami dan keluarga, pelan-pelan menjadi tahu-peduli-
sepakat-gerak (TaPeSeGar), berkembang perilaku kebutuhan persiapan dan
perencanaan Persalinan Aman/Rujukan Terencana. Dekat persalinan (near
term) belum in partu, ibu dapat berjalan sendiri naik kendaraan umum
berangkat ke RS.
4) Prevensi proaktif komplikasi persalinan.
5) Antisipasi tindakan sejak usia kehamilan 38 minggu melakukan
persiapan/perencanaan persalinan aman.
6) Intervensi penanganan adekuat di pusat rujukan.
 Berawal dari rumah ibu hamil, melalui KIE disiapkan dan direncanakan
persalinan aman. Bagi ibu hamil risiko tinggi dengan gawat-obstetrik
masih sehat dilakukan rujukan terencana ke pusat rujukan, di Puskesmas
PONED atau ke RS PONEK.

Pelayanan kebidanan dalam peningkatan mutu upaya penyelamatan ibu dan


bayi baru lahir sangat membutuhkan intervensi simultan terpadu terhadap
masalah kesehatan dan sosial yaitu budaya, biaya, geografis, yang berkaitan
dengan tempat tinggal ibu hamil,akan rujukan dan transportasi dengan
infrastrukturnya: berawal dari HULU – Desa Siaga, penanganan adekuat di
HILIR – RS Rujukan.

14
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering di artikan serangkaian kejadian
pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung
dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). Menurut Mayles 1996,
persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang awalnya
diawali dengan kontraksi uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran
bayi sampai dengan pengeluaran plasenta dan selaputnya dimana proses persalinan ini
akan berlangsung selama 12-14 jam.
Persalinan Spontan. Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri melalui jalan lahir ibu tersebut. Persalinan Buatan. Bila persalinan dibantu
dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio
Caesaria. Persalinan Anjuran. Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin

3.2 SARAN
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien
dan keluargannya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang
normal dan merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya
komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan maupun perawat harus
mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan
yang terus menerus dan penatalaksanaan yang terampil dari bidan maupun perawat
dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenangkan dengan
hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. Semoga makalah ini dapat menjadi
bahan bacaan yang bermanfaat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI.2020.Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

IBI.2016.Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

Kementrian Kesehatan Republik Indonesa.2015.Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta


Selatan: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesahatan

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2013.Buku Saku: Pelayanan Kesehatan Ibu di


Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Unicef .UNPFA.USAID

Kurniarum, Ari.2016.Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.Jakarta: Pusdik


SDM Kesehatan

Saifuddin.2013.Ilmu Kebidanan.Jilid III Jakrta: Nusa Pustaka

Sari, E.P, dan Kurnia, D.R.2014.Asuhan Kebidanan Persalinan (intranatal care).Jakarta:


TIM

16

Anda mungkin juga menyukai