Anda di halaman 1dari 9

Karakteristik Sinonasal pada Pasien dengan Obstuctive Sleep Apnea

dibandingkan dengan Kontrol yang Sehat

Latar Belakang. Perbedaan dalam obstruksi hidung antara pasien dengan OSA dan
orang sehat tidak terdokumentasi secara adekuat. Tujuan peneliti adalah untuk
mendeskripsikan kualitas kehidupan sinonasal dan fungsi nasal pada pasien dengan
OSA dan orang sehat menggunakan Sinonasal Outcome Test – 20 (SNOT-20), Nasal
obstruction visual analog scale (NO-VAS) dan Peak Nasal Inspiratory Flow (PNIF).
Metode dan Prinsip. 93 pasien dengan OSA dan 92 kontrol termasuk dalam studi
case control ini dari tahun 2010 sampai 2015
Hasil. Rata rata skor SNOT-20 dalam kelompok OSA adalah 1,69 (SD 0,84)
dibandingkat 0,55 (SD 0,69) pada kelompok kontrol (p<0,001, 95% CI [0,9 , 1,4].
Rata rata skor NO-VAS adalah 41,3 (SD 12,8) dan 14,7 (SD 14,4) dalam kelompok
pasien dengan OSA dan kontrol (p<0,01, 95% cI [22,7 , 30,6]. PNIF terukur 105 liter/
menit pada kelompok pasien dengan OSA dan 117 l/menit pada kelompok kontrol (𝑝
< 0.01, 95%CI [−21.8, −3.71]). Terdapat korelasi positif antara keluhan obstruksi
hidung subyektif dan perubahan PNIF setelah pemberian dekongesti hanya pada
kelompok kontrol.
Kesimpulan. Pasien dengan OSA meminiliki penurunan kualitas hidup dari sinonasal
dan PNIF yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Tatalaksana dari
obstruksi hidung pada pasien dengan OSA seharusnya menjadi prioritas bersama
dengan pengobatan penyakit ini sendiri.

1. Pendahuluan
Keluhan sinonasal biasanya berhubungan dengan obstructive sleep apnea
(OSA), dan pembebasan obstruksi pada sinonasal telah menunjukkan
penurunan keluhan subyektif dari tidur siang. Tidur siang berlebihan
merupakan salah satu dari gejala utama dalam Obstructive Sleep Apnea
Syndrome dan merupakan fokus utama yang erat hubungannya dengan
penurunan ketrampilan motorik seperti mengendalikan kendaraan atau mesin.
Walaupun keluhan sinonasal telah dideskripsikan dalam OSA cohort, masih
terdapat sedikit informasi tambahan dari keluhan tersebut dibandingkan
dengan populasi normal. Tujuan utama dari studi ini adalah membandingkan
sinonasal quality of life (QoL) pada pasien OSA dengan kelompok kontrol
sehat. Tujuan sekunder dari studi ini adalah membandingkan gejala dan aliran
udara nasal dalam kedua kelompok

2. Metode dan Material


Desain studi ini adalah case control trial prospektif dan telah diterima oleh
Komite Regional Norwegia untuk Medical Research Ethics (REK) dan telah
terdaftar dalam Clinicaltrials.gov. sebanyak 93 orang diinklusi dalam
kelompok pasien dan 92 orang dalam kelompok kontrol. Pasien tersebut
diseleksi dari 2 pusat medis tersier di pusat Norway dalam periode 2010-2015.
Dokter umum atau dokter spesialis THT, dokter spesialis paru, dan dokter
spesialis dalam merujuk pasien untuk mengkonfirmasi kecurigaan mereka
terhadap gangguan yang berhubungan dengan tidur. Semua pasien
mendapatkan “sleep polygraph” untuk memastikan diagnosis. Kontrol dipilih
secara acak dari pekerja rumah sakit dan pekerja di luar rumah sakit sebagai
bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin. Semua pasien dan kontrol
menandatangani persetujuan sebelum diinklusi dalam percobaan. Karena
terdapat kecenderungan distribusi jenis kelamin dalam kelompok pasien OSA,
peneliti menyesuaikan jenis kelamin dalam kelompok kontrol untuk
menyamakan dengan distribusi dalam kelompok pasien. Permintaan untuk
bergabung dalam studi sebagai kontrol telah dilakukan dengan mendaftarkan
perawat sebelum pemeriksaan klinis sehingga mereka tidak mengetahui
informasi tentang pemeriksaan klinis rongga hidung. Kriteria inklusi dalam
kelompok pasien adalah diagnosis OSA yang diverifikasi dengan
menggunakan portable sleep polygraph test. Peneliti memasukkan pasien
dengan rentang umur 18-75 tahun pada kelompok pasien dan kontrol. Dalam
kedua kelompok, kriteria eksklusinya adalah riwayat operasi hidung,
penggunaan dekongestan atau steroid hidung dalam 3 bulan terakhir, dan
rhinosinusitis kronik dengan atau tanpa polip hidup. Keluhan tidur siang,
mengorok, atau distress pernapasan juga termasuk kriteria eksklusi dalam
kelompok kontrol.

2.1. Sleep Polygraph Test


Tes ini dilakukan pada semua pasien untuk memverifikasi diagnosis
OSA. Penurunan pada sinyal puncak ≥90% dari preevent baseline ≥10
detik menggunakan sensor oronasal menunjukkan faktor untuk apneu.
Termasuk dalam skor hypopnea ketika sinyal puncak turun ≥30% dari
prevent baseline menggunakan tekanan nasal ≥10 detik dalam kaitannya
dengan desaturasi oksigen arterial ≥3%. Apnea Hypopnea Index (AHI) >
5 per jam adalah abnormal. Pengalaman tidur fisiologis diperiksa semua
laporan tidur secara manual sebelum diagnosis. Index gangguan
pernapasan dan index desaturasi oksigen dievaluasi tapi tidak digunakan
sebagai dasar diagnosis OSA pada studi ini.

2.2. Sinosanal Outcome Test


SNOT 20 adalah tes kesehatan pasien yang tervalidasi dan berhubungan
dengan QoL pada penyakit sinonasal. Versi modifikasi terbaru, SNOT
22, masih belum divalidasi di Norwegian pada tahap percobaan. Pasien
diberikan 20 pertanyaan yang dijawab dalam skala 0 – 5 dimana 0 (tidak
ada keluhan) sampai 5 (terdapat keluhan berat). Skor SNOT 20 untuk
tiap subjek didefinisikan sebagai nilai mean dari tanggapan terhadap 20
pertanyaan tersebut. SNOT 20 dibagi menjadi 4 subsets yang berbeda
oleh Browne et al : masalah hidung, telinga dan masalah wajah, fungsi
tidur, dan masalah fungsional. Subdomain ini dipercaya meningkatkan
presisi dibandingkan laporan skor SNOT 20 sendiri

2.3. Visual Analaog Score


Kelompok pasien dan kelompok kontrol melaporkan gejala obstruksi
hidung, nyeri kepala, nyeri wajah, tekanan pada wajah, menurunnya
kemampuan penghidu, cairan hidung, bersin, batuk, ngorok, bernapas
melalui mulut, dan penurunan keadaan umum dalam 100 mm VAS.
0mm dalam skala berarti “tidak ada gejala” dan 100 mm mewakilkan
“keluhan yang sangat mengganggu”. Penggunaan VAS dalam penilaian
obstruksi nasal telah divalidasi dan memiliki korelasi kuat antara VAS
Subyektif untuk obstruksi hidung dan resistensi hidung
2.4. Peak Nasal Inspiratory Flow (PNIF)
PNIF adalah alat klinis untuk menilai fungsi hidung, PNIF telag
divalidasi sebagai prosedur yang simple dan dapat diandalkan yang
berhubungan kuat dengan laporan subyektif obstruksi nasal. portable
PNIF meter (in-check DIAL; Clement Clarke International, Harlow,
Essex, UK) digunakan dalam penelitian in. rata rata dari 3 pengukuran
PNIF dicatat sebelum dan sesudah pemberian dekongestan dengan
xylometazoline topikal (Otrivin 1mg/ml, Novartis, Basel, Switzerland)
dengan subyek dalam posisi duduk dan kepala ditahan dalam posisi
tertentu. Nilai rata rata setelah 3 pengukuran 120 L/menit dianggap
normal. Satu pasien dalam kelompok kontrol tidak dapat mengikuti
pemeriksaan PNIF

2.5. analisis statistik


semua data dalam table ditampilkan dalam mean (rata rata), standar
deviasi (SD), dan 95 persen confidence interval (95% CI). Nilai rata rata
antara kelompok pasien dan kelompok kontrol dianalisis menggunakan
T-test independen. Peneliti menggunakan analisis regresi linear dan one
way ANOVA. Dengan bonferroni sebagai tes perbandingan multipel
dalam analisis subgrup dan untuk mengevaluasi signifikasi dari variabel
demografik. Sebagai tambahannya, peneliti menggunakan Pearson
correlation untuk menilai hubungan antara NO-VAS dan PNIF. Apabila
peneliti ingin mendeteksi perbedaan dalam SNOT 20 dari 0,2 diantara
kelompok pasien dan kelompok kontrol, dengan kekuatan 80% dan
tingkat signifikansi diatur 0,05, peneliti membutuhkan100 pasien pada
tiap grupnya. Semua pengaturan data dianalisis menggunakan IBM
SPSS versi 23.0 (SPSS Inc., Chicago, Illinois, USA).

3. Hasil
Semua kelompok memiliki kecocokan dalam umur, distribusi jenis kelamin,
dan tingkat pendidikan tapi terdapat perbedaan signifikan antara kelompok
berdasarkan berat badan dan BMI karena berat badan erat kaitannya dengan
perkembangan OSA seperti yang sudah di perkirakan. Namun, BMI tidak
berkontribusi secara signifikan terhadap total skor SNOT (p = 0,82) atau skor
No-VAS (p = 0,45) dalam kelompok pasien. Terdapat distribusi yang mirip
dari penyakit jantung dan asma/alergi pada kedua kelompok (Tabel 1)
Tabel 1. Demografi Pasien
3.1. SNOT 20.
Pasien dengan OSA memiliki penurunan nilai QoL sinonasal
dibandingkan pada kelompok kontrol, dengan rata rata skor SNOT-20
1,69 (SD 0,84) dan 0,55 (SD 0,69), maisng masing p <0,001. Demikian
pula, terdapat perbedaan signifikan antar kelompok untuk semua item
kecuali nyeri telinga (P= 0,11) perbedaan antar kelompok dalam 4 subset
dari SNOT 20 juga signifikan, dengan hasil yang lebih baik pada
kelompok kontrol (Tabel 2)
Tabel 2. Skor untuk SNOT-20 pada kelompok pasien OSA dan kontrol. Data
disajikan dalam bentuk rata-rata dan 95% CI

3.2. VAS.
Total skor VAS adalah 41,3 (SD 12,8) pada kelompok pasien dan 15,6
(SD 13) pada kelompok kontrol (p<0,001). Sebagai tambahan,
perbedaan dalam subset dari skor VAS adalah signifikan dengan
pengecualian nyeri kepala dan rasa sakit (tabel 3)
Tabel 3. Skor VAS untuk gejala sinonasal pada kelompok pasien OSA dan
kontrol. Data disajikan dalam bentuk rata rata dan 95%CI
3.3. PNIF.
Terdapat perbedaan dalam skor PNIF antara kelompok OSA dan
kelompok kontrol pada baseline (105 lawan 117 l/menit, p < 0,010) dan
setelah dekongesti (113 lawan 129 l/m, p <0,010). Terdapat korelasi
signifikan yang positif antara perbedaan absolut dalam PNIF sebelum
dan sesudah dekongesti (delta PNIF) dan skor NO-VAS dalam
kelompok kontrol (p= 0,026, r = 0,232) tapi tidak dalam kelompok
pasien (p = 0,891, r = 0,014) (Gambar 1)

Gambar 1. Perubahan pada PNIF sebelum dan sesudah dekongestan


dengan xytometazoline dibandingkan dengan tingkat obstruksi nasal
subyektif. Titik biru dan garis = kelompok OSA. Titik hijau dan garis =
kelompok kontrol. Delta PNIF = perbedaan absolut pada PNIF di garis
dasar dan setelah dekongestan (l/menit). Terdapat korelasi positif yang
signifikan antara obstruksi nasal VAS dan delta PNIF hanya pada
kelompok kontrol.

3.4. Analisis subgrup

3.4.1. Berdasarkan beratnya AHI


Ketika mengelompokkan kelompok OSA berdasarkan tingkat
AHI dari ringan (0-14,9), sedang (15-29,9) dan berat (>30) kita
dapat melihat korelasi positif dengan total skor SNOT, total skor
VAS, dan total skor NO-VAS, walaupun tidak signifikan secara
statistik. Ketika peneliti melihat pada 4 subdomain dari SNOT
20, terdapat perbedaan signifikan hanya pada subdomain tidur ( F
(2,90) = 4,95, P < 0,01) diantara tingkat AHI ringan (rata rata
1,79) tingkat AHI sedang (sara rata 2,69) dan tingkat AHI
berat(rata 2,67). Uji perbandingan multipel menunjukkan
perbedaan signifikan antara tingkat AHI ringan dan berat (rata
rata perbedaan 0,89, p <0,05, 95% CI [-1,64, -0,14] dan Tingkat
AHI sedang dan berat (Perbedaan rata rata 0.88, p <0,05, 95% CI
[0,134, 1.61] ) Tapi tidak antara tingkat sedang dan berat dari
AHI (perbedaan rata rata 0,02, p = 1.0, 95% CI [-0,55, 0.59]).
Ketika melihat ke skor individual dari kuisioner SNOT 20
peneliti dapat menemukan skor signifikan dalam subskor dari
“terbangun tengah malam” antara tingkat AHI ringan (rata rata
1,88) dan berat (2,98) (perbedaan rata rata 1.1, p < 0,05, 95% CI
[-2,07, -0,13]). Berdasarkan gejala pada VAS, terdapat perbedaan
signifikan dalam “mengorok” antara tingkat AHI ringan
(rata=rata 73,4) dan berat (rata rata 88,34) (perbedaan rata rata
15,0, p<0.05, 95% CI [-2,71,-2,9] dan dalam “apnea” antara
keduanya tingkat AHI sedang (rata rata 62,8) dan berat (rata rata
86,3) (Perbedaan rata rata 23,5, p < 0,001, 95% CI [-37,3, -9,6]
dan antara tingkat sedang (rata rata 74,1) dan berat (rata rata
86,3) dari AHI (perbedaan rata rata 12,2, p<0,05, 95% CI [-22,9,
-1,4]. Berdasarkan gejala “ nyeri kepala terdapat tingkat
perbedaan yang signifikan hanya antara tingkat AHI sedang (rata
rata 25,7) dan tingkat AHI berat (rata rata 40,5) (perbedaan rata
rata 14,7, p < 0,05, 95% CI [-2,94, -0,03]

3.5. Usia
Kita mengelompokkan usia di bawah 45. Antara 45-60th. Dan diatas
60th. tetapi tidak ada perbedaan di antara keduanya kelompok usia atau
antara kelompok pasien dan kontrol mengenai subdomain SNOT-20,
skor total VAS, atau Skor NO-VAS.

3.6. Asthma/Allergy dan penyakit jantung


OSA pasien dengan asma / alergi yang dilaporkan sendiri memiliki
signifikan skor NO-VAS yang lebih tinggi (rata-rata 57,2) dibandingkan
dengan pasien penyakit jantung yang dilaporkan sendiri (rata-rata 21,7,
perbedaan rata-rata 35,6, 𝑝 <0,01, 95% CI [11,7, 59,5]) tetapi tidak
dibandingkan dengan pasien melaporkan tidak ada penyakit (rata-rata
47,3, perbedaan berarti 9,9, 𝑝> 0,05, 95% CI [−5.9, 25.7]). Dalam gejala
“kesehatan umum” asma / alergi pada kelompok OSA memiliki nilai
signifikan lebih tinggi (rata-rata 44,1) daripada penyakit jantung (rata-
rata 16,2, perbedaan rata-rata 27,9, 𝑝 < 0.05, 95% CI [4.47, 51.3]) dan
mereka juga mendapat nilai lebih tinggi dibandingkan mereka yang
mengaku tidak memiliki penyakit (rata-rata 27,9, rata-rata perbedaan
16,3, 𝑝 <0,05, 95% CI [0,80, 31,7]). Dalam grup kontrol tidak ada
perbedaan yang signifikan pada skor VAS di antara kelompok penyakit.

4. Diskusi
Kita harus membuktikan penurunan kualitas hidup pada pasien dengan
OSA dibandingkan dengan pasien kontrol dan juga membandingkan VAS
antara tingkat obstruksi nasal subyektif dan perubahan aliran inspirasi dalam
kontrol saja (figure 1). Pentingnya fungsi hidung normal pada pasien dengan
OSA telah dicatat pada beberapa publikasi di masa lalu. Penelitian ini
membahasa tentang 2 hal penting yaitu mengenai patensi hidung dan OSA.
Pertama, mereka mendeskripsikan tentang alat yang memberikan tekanan
positif pada pernapasan hidung atau perangkat tekanan udara positif bilevel
(nCPAP / biPap) karena resistensi hidung yang lebih rendah setelah perlakuan
medis dan / atau perawatan bedah obstruksi hidung. Kedua, mereka
menggambarkan tentang penurunan rasa kantuk di siang hari setelah
pengobatan obstruksi nasal berhasil pada pasien OSA. Meskipun efeknya jelas
memulihkan fungsi hidung pada pengobatan tekanan saluran napas positif dan
rasa kantuk yang subjektif pada pasien di siang hari, maka efek dari OSA
dapat kita hindari.
Hasil yang bertentangan ini akan menimbulkan banyak pertanyaan :
haruskah kita percaya pada kualitas hidup dan menyatakan bahwa alat
diagnosis yang kita gunakan sekarang tidak cukup baik untuk mengukur rasa
kantuk yang terjadi pada pasien OSA? Kejadian ini didukung oleh
meningkatnya kecenderungan untuk melihat apnea tidur obstruktif (OSA)
sebagai hasil kombinasi tidak hanya jumlah apnea dan hypopneas, tetapi juga
hipoksemia nokturnal dan gangguan indeks pernapasan. ini juga menyebabkan
munculnya Gagasan menggunakan fenotip OSA untuk memutuskan pemilihan
pengobatan yang spesifik. Pertanyaan lainnya adalah melihat apakah
karakteristik sinonasal berbeda tidak hanya dalam hal untuk keparahan OSA
tetapi juga jika dibandingkan dengan yang seharusnya dengan menggunakan
cohort.
Dalam penelitian kami, kami dapat mengamati hal itu, dalam
kelompok OSA, skor total SNOT dan skor VAS secara positif berkorelasi
dengan tingkat keparahan AHI. Meskipun ada perbedaan walaupun tidak
mencapai tingkat signifikansi yang tinggi, hal itu menunjukkan bahwa ada
hubungan yang jelas antara keluhan hidung dan tingkat keparahan penyakit.
Ini memverifikasi hasil dalam studi oleh Kuan et al. di mana keluhan sinonasal
dievaluasi dengan skor SNOT-22 tampaknya berkorelasi dengan keparahan
OSA. Ketika kami memperluas pandangan kami dan membandingkan grup
OSA menggunakan kohort, kami menemukan perbedaan yang signifikan
antara kelompok untuk semua gejala yang diberi VAS dan semua item dalam
SNOT-20 kecuali sakit telinga. Semua empat subdomain SNOT-20
menunjukkan perbedaan yang sangat statistik antara grup OSA dan
kontrolnya, dan subanalysis menunjukkan hasil korelasi yang positif dalam
subdomain tidur dengan tingkat keparahan AHI. Ini konsisten dengan
penelitian sebelumnya yang menunjukkan asosiasi antara gangguan kognitif
dan keparahan OSA. Tingkat perbedaan di kedua SNOT-20 dan VAS lebih
kuat antara kelompok pasien dan kontrol dari antara tingkat keparahan AHI
yang berbeda pada kelompok pasien. Kami percaya bahwa ini menunjukkan
hubungan yang kuat antara apnea tidur obstruktif (OSA) dan obstruksi nasal
terlepas dari tingkat keparahan yang diukur oleh AHI. Namun, ini tidak
menghasilkan informasi apa pun apakah itu merupakan asosiasi kausatif atau
hanya fenomena bersamaan, tetapi ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang menunjukkan bahwa volume rongga hidung yang lebih rendah dan
gangguan fungsi hidung berhubungan dengan perkembangan OSA.
Pengobatan deviasi septum pada pasien OSA juga terbukti mengarah pada
kualitas hidup yang lebih baik dan menghilangkan gejala hidung dibandingkan
dengan orang yang sehat yang memberi lebih banyak kekuatan pada asosiasi
yang diamati ini. Perbedaan total skor SNOT dan total skor VAS adalah lebih
terasa antara pasien dengan ringan dan sedang Tingkat AHI dibandingkan
antara pasien dengan tingkat sedang dan berat Tingkat AHI. Ini mungkin
menunjukkan bahwa keterlibatan hidung memiliki dampak yang lebih besar
pada bentuk OSA yang lebih ringan dan bahwa harapan perawatan kuratif
yang mungkin dari obstruksi nasal di OSA harus dibatasi pada kelompok ini.
Asma yang dilaporkan sendiri dan alergi pada kelompok OSA
tampaknya berkorelasi dengan skor VAS-NO yang lebih tinggi dibandingkan
kepada pasien dengan penyakit jantung dan koheren dengan studi
menunjukkan efek sinergis antara asma dan OSA dalam banyak cara yang
sama seperti yang terlihat pada penyakit paru obstruktif kronik. Efek sinergis
ini juga tercermin dalam analisis subkelompok di mana ada perbedaan yang
signifikan dalam gejala VAS "kesehatan umum" pada pasien OSA dengan
asma / alergi dibandingkan dengan OSA nonallergy / nonasthmatic pasien.
Pada kelompok kontrol skor obstruksi nasal VAS yang tinggi memiliki
korelasi positif dengan perbedaan mutlak dalam PNIF sebelum karena
pembengkakan mukosa hidung berkurang. Semakin tinggi skor NO-VAS,
semakin tinggi perubahan PNIF setelah decongestion. Korelasi ini tidak
terlihat di grup OSA. Ketidak mampuan untuk meningkatkan PNIF pada
kelompok pasien setelah dekongestion, serta melaporkan skor obstruksi nasal
yang lebih tinggi pada pasien asma dan alergi, dapat mendukung ide dari
sebuah komponen inflamasi di mukosa hidung yang tidak dipengaruhi oleh
dekongestion oleh xylometazoline atau yang ada rasio tulang terhadap mukosa
yang lebih tinggi di daerah katup hidung hidung pada pasien OSA. Laporan
tentang sitokin proinflamasi seperti interleukin-6 (IL 6) juga sugestif dari
sebuah asosiasi antara OSA dengan kantuk berlebih di siang hari yang
obyektif dan peradangan tingkat rendah. Asmatik diketahui memiliki PNIF
berkurang dibandingkan dengan nonastmatik dan asma pada pasien OSA
dapat dianggap sebagai mediator pengurangan PNIF pada pasien OSA.

4.1. Kekuatan dan kelemahan


Kekuatan utama studi ini adalah desain studi pragmatis berdasarkan
prospektif data dalam pengaturan klinis sehari-hari dan relatif besar
populasi penelitian. Batasan SNOT-20 dibandingkan SNOT-22 adalah
versi terbaru dari kuesioner dua pertanyaan tambahan tentang hidung
tersumbat dan menurun indra penciuman / rasa. Meskipun penelitian
kami menunjukkan perbedaan yang mencolok di semua dua puluh
subset, informasi tentang perbedaan masalah dengan fungsi penciuman
dan penyumbatan hidung akan memberikan nilai tambahan untuk
penelitian. Kelompok kontrol kami direkrut secara acak dari
pemeriksaan dan dari rekan kerja di rumah sakit. Meskipun mereka
membuat kriteria inklusi, mereka tidak menjalani poligraf tidur untuk
mengecualikan diagnosis OSA. Tetapi penghapusan potensi Fraksi OSA
di antara kontrol hanya akan memberikan kekuatan untuk perbedaan
antar kelompok bukannya melemahkan mereka. Asma / alergi dan
penyakit jantung yang dilaporkan sendiri mungkin terjadi rentan
terhadap bias kesalahan klasifikasi dan hasilnya mungkin diremehkan.

5. Kesimpulan
QoL Sinonasal secara signifikan berkurang pada pasien OSA
dibandingkan ke kohor normal diukur dengan SNOT-20, subdomain skor
SNOT-20, dan nasal obstruksi VAS. Subanalysis menunjukkan positif, tetapi
tidak signifikan secara statistik, korelasi antara tingkat AHI dan pengukuran
kualitas hidup. Subanalysis juga menunjukkan bahwa kemampuan untuk
meningkatkan aliran inspirasi nasal pada pasien OSA tidak terpengaruh oleh
xylometazoline dibandingkan dengan kontrol, menunjukkan bahwa faktor
tambahan lainnya dari sublevel AHI dapat meningkatkan keluhan sinonasal di
Pasien OSA. Mekanisme yang mungkin bisa jadi adalah bahwa pasien OSA
memiliki area inlet hidung yang lebih kecil yang disebabkan oleh jalur
inflamasi nasal atau pengurangan kerangka skeletal yang membentuk area
katup hidung. Karena dampak besar pada kualitas hidup, bantuan sumbatan
hidung harus menjadi perhatian dalam pengobatan pasien OSA.

Anda mungkin juga menyukai