Latar Belakang. Perbedaan dalam obstruksi hidung antara pasien dengan OSA dan
orang sehat tidak terdokumentasi secara adekuat. Tujuan peneliti adalah untuk
mendeskripsikan kualitas kehidupan sinonasal dan fungsi nasal pada pasien dengan
OSA dan orang sehat menggunakan Sinonasal Outcome Test – 20 (SNOT-20), Nasal
obstruction visual analog scale (NO-VAS) dan Peak Nasal Inspiratory Flow (PNIF).
Metode dan Prinsip. 93 pasien dengan OSA dan 92 kontrol termasuk dalam studi
case control ini dari tahun 2010 sampai 2015
Hasil. Rata rata skor SNOT-20 dalam kelompok OSA adalah 1,69 (SD 0,84)
dibandingkat 0,55 (SD 0,69) pada kelompok kontrol (p<0,001, 95% CI [0,9 , 1,4].
Rata rata skor NO-VAS adalah 41,3 (SD 12,8) dan 14,7 (SD 14,4) dalam kelompok
pasien dengan OSA dan kontrol (p<0,01, 95% cI [22,7 , 30,6]. PNIF terukur 105 liter/
menit pada kelompok pasien dengan OSA dan 117 l/menit pada kelompok kontrol (𝑝
< 0.01, 95%CI [−21.8, −3.71]). Terdapat korelasi positif antara keluhan obstruksi
hidung subyektif dan perubahan PNIF setelah pemberian dekongesti hanya pada
kelompok kontrol.
Kesimpulan. Pasien dengan OSA meminiliki penurunan kualitas hidup dari sinonasal
dan PNIF yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Tatalaksana dari
obstruksi hidung pada pasien dengan OSA seharusnya menjadi prioritas bersama
dengan pengobatan penyakit ini sendiri.
1. Pendahuluan
Keluhan sinonasal biasanya berhubungan dengan obstructive sleep apnea
(OSA), dan pembebasan obstruksi pada sinonasal telah menunjukkan
penurunan keluhan subyektif dari tidur siang. Tidur siang berlebihan
merupakan salah satu dari gejala utama dalam Obstructive Sleep Apnea
Syndrome dan merupakan fokus utama yang erat hubungannya dengan
penurunan ketrampilan motorik seperti mengendalikan kendaraan atau mesin.
Walaupun keluhan sinonasal telah dideskripsikan dalam OSA cohort, masih
terdapat sedikit informasi tambahan dari keluhan tersebut dibandingkan
dengan populasi normal. Tujuan utama dari studi ini adalah membandingkan
sinonasal quality of life (QoL) pada pasien OSA dengan kelompok kontrol
sehat. Tujuan sekunder dari studi ini adalah membandingkan gejala dan aliran
udara nasal dalam kedua kelompok
3. Hasil
Semua kelompok memiliki kecocokan dalam umur, distribusi jenis kelamin,
dan tingkat pendidikan tapi terdapat perbedaan signifikan antara kelompok
berdasarkan berat badan dan BMI karena berat badan erat kaitannya dengan
perkembangan OSA seperti yang sudah di perkirakan. Namun, BMI tidak
berkontribusi secara signifikan terhadap total skor SNOT (p = 0,82) atau skor
No-VAS (p = 0,45) dalam kelompok pasien. Terdapat distribusi yang mirip
dari penyakit jantung dan asma/alergi pada kedua kelompok (Tabel 1)
Tabel 1. Demografi Pasien
3.1. SNOT 20.
Pasien dengan OSA memiliki penurunan nilai QoL sinonasal
dibandingkan pada kelompok kontrol, dengan rata rata skor SNOT-20
1,69 (SD 0,84) dan 0,55 (SD 0,69), maisng masing p <0,001. Demikian
pula, terdapat perbedaan signifikan antar kelompok untuk semua item
kecuali nyeri telinga (P= 0,11) perbedaan antar kelompok dalam 4 subset
dari SNOT 20 juga signifikan, dengan hasil yang lebih baik pada
kelompok kontrol (Tabel 2)
Tabel 2. Skor untuk SNOT-20 pada kelompok pasien OSA dan kontrol. Data
disajikan dalam bentuk rata-rata dan 95% CI
3.2. VAS.
Total skor VAS adalah 41,3 (SD 12,8) pada kelompok pasien dan 15,6
(SD 13) pada kelompok kontrol (p<0,001). Sebagai tambahan,
perbedaan dalam subset dari skor VAS adalah signifikan dengan
pengecualian nyeri kepala dan rasa sakit (tabel 3)
Tabel 3. Skor VAS untuk gejala sinonasal pada kelompok pasien OSA dan
kontrol. Data disajikan dalam bentuk rata rata dan 95%CI
3.3. PNIF.
Terdapat perbedaan dalam skor PNIF antara kelompok OSA dan
kelompok kontrol pada baseline (105 lawan 117 l/menit, p < 0,010) dan
setelah dekongesti (113 lawan 129 l/m, p <0,010). Terdapat korelasi
signifikan yang positif antara perbedaan absolut dalam PNIF sebelum
dan sesudah dekongesti (delta PNIF) dan skor NO-VAS dalam
kelompok kontrol (p= 0,026, r = 0,232) tapi tidak dalam kelompok
pasien (p = 0,891, r = 0,014) (Gambar 1)
3.5. Usia
Kita mengelompokkan usia di bawah 45. Antara 45-60th. Dan diatas
60th. tetapi tidak ada perbedaan di antara keduanya kelompok usia atau
antara kelompok pasien dan kontrol mengenai subdomain SNOT-20,
skor total VAS, atau Skor NO-VAS.
4. Diskusi
Kita harus membuktikan penurunan kualitas hidup pada pasien dengan
OSA dibandingkan dengan pasien kontrol dan juga membandingkan VAS
antara tingkat obstruksi nasal subyektif dan perubahan aliran inspirasi dalam
kontrol saja (figure 1). Pentingnya fungsi hidung normal pada pasien dengan
OSA telah dicatat pada beberapa publikasi di masa lalu. Penelitian ini
membahasa tentang 2 hal penting yaitu mengenai patensi hidung dan OSA.
Pertama, mereka mendeskripsikan tentang alat yang memberikan tekanan
positif pada pernapasan hidung atau perangkat tekanan udara positif bilevel
(nCPAP / biPap) karena resistensi hidung yang lebih rendah setelah perlakuan
medis dan / atau perawatan bedah obstruksi hidung. Kedua, mereka
menggambarkan tentang penurunan rasa kantuk di siang hari setelah
pengobatan obstruksi nasal berhasil pada pasien OSA. Meskipun efeknya jelas
memulihkan fungsi hidung pada pengobatan tekanan saluran napas positif dan
rasa kantuk yang subjektif pada pasien di siang hari, maka efek dari OSA
dapat kita hindari.
Hasil yang bertentangan ini akan menimbulkan banyak pertanyaan :
haruskah kita percaya pada kualitas hidup dan menyatakan bahwa alat
diagnosis yang kita gunakan sekarang tidak cukup baik untuk mengukur rasa
kantuk yang terjadi pada pasien OSA? Kejadian ini didukung oleh
meningkatnya kecenderungan untuk melihat apnea tidur obstruktif (OSA)
sebagai hasil kombinasi tidak hanya jumlah apnea dan hypopneas, tetapi juga
hipoksemia nokturnal dan gangguan indeks pernapasan. ini juga menyebabkan
munculnya Gagasan menggunakan fenotip OSA untuk memutuskan pemilihan
pengobatan yang spesifik. Pertanyaan lainnya adalah melihat apakah
karakteristik sinonasal berbeda tidak hanya dalam hal untuk keparahan OSA
tetapi juga jika dibandingkan dengan yang seharusnya dengan menggunakan
cohort.
Dalam penelitian kami, kami dapat mengamati hal itu, dalam
kelompok OSA, skor total SNOT dan skor VAS secara positif berkorelasi
dengan tingkat keparahan AHI. Meskipun ada perbedaan walaupun tidak
mencapai tingkat signifikansi yang tinggi, hal itu menunjukkan bahwa ada
hubungan yang jelas antara keluhan hidung dan tingkat keparahan penyakit.
Ini memverifikasi hasil dalam studi oleh Kuan et al. di mana keluhan sinonasal
dievaluasi dengan skor SNOT-22 tampaknya berkorelasi dengan keparahan
OSA. Ketika kami memperluas pandangan kami dan membandingkan grup
OSA menggunakan kohort, kami menemukan perbedaan yang signifikan
antara kelompok untuk semua gejala yang diberi VAS dan semua item dalam
SNOT-20 kecuali sakit telinga. Semua empat subdomain SNOT-20
menunjukkan perbedaan yang sangat statistik antara grup OSA dan
kontrolnya, dan subanalysis menunjukkan hasil korelasi yang positif dalam
subdomain tidur dengan tingkat keparahan AHI. Ini konsisten dengan
penelitian sebelumnya yang menunjukkan asosiasi antara gangguan kognitif
dan keparahan OSA. Tingkat perbedaan di kedua SNOT-20 dan VAS lebih
kuat antara kelompok pasien dan kontrol dari antara tingkat keparahan AHI
yang berbeda pada kelompok pasien. Kami percaya bahwa ini menunjukkan
hubungan yang kuat antara apnea tidur obstruktif (OSA) dan obstruksi nasal
terlepas dari tingkat keparahan yang diukur oleh AHI. Namun, ini tidak
menghasilkan informasi apa pun apakah itu merupakan asosiasi kausatif atau
hanya fenomena bersamaan, tetapi ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang menunjukkan bahwa volume rongga hidung yang lebih rendah dan
gangguan fungsi hidung berhubungan dengan perkembangan OSA.
Pengobatan deviasi septum pada pasien OSA juga terbukti mengarah pada
kualitas hidup yang lebih baik dan menghilangkan gejala hidung dibandingkan
dengan orang yang sehat yang memberi lebih banyak kekuatan pada asosiasi
yang diamati ini. Perbedaan total skor SNOT dan total skor VAS adalah lebih
terasa antara pasien dengan ringan dan sedang Tingkat AHI dibandingkan
antara pasien dengan tingkat sedang dan berat Tingkat AHI. Ini mungkin
menunjukkan bahwa keterlibatan hidung memiliki dampak yang lebih besar
pada bentuk OSA yang lebih ringan dan bahwa harapan perawatan kuratif
yang mungkin dari obstruksi nasal di OSA harus dibatasi pada kelompok ini.
Asma yang dilaporkan sendiri dan alergi pada kelompok OSA
tampaknya berkorelasi dengan skor VAS-NO yang lebih tinggi dibandingkan
kepada pasien dengan penyakit jantung dan koheren dengan studi
menunjukkan efek sinergis antara asma dan OSA dalam banyak cara yang
sama seperti yang terlihat pada penyakit paru obstruktif kronik. Efek sinergis
ini juga tercermin dalam analisis subkelompok di mana ada perbedaan yang
signifikan dalam gejala VAS "kesehatan umum" pada pasien OSA dengan
asma / alergi dibandingkan dengan OSA nonallergy / nonasthmatic pasien.
Pada kelompok kontrol skor obstruksi nasal VAS yang tinggi memiliki
korelasi positif dengan perbedaan mutlak dalam PNIF sebelum karena
pembengkakan mukosa hidung berkurang. Semakin tinggi skor NO-VAS,
semakin tinggi perubahan PNIF setelah decongestion. Korelasi ini tidak
terlihat di grup OSA. Ketidak mampuan untuk meningkatkan PNIF pada
kelompok pasien setelah dekongestion, serta melaporkan skor obstruksi nasal
yang lebih tinggi pada pasien asma dan alergi, dapat mendukung ide dari
sebuah komponen inflamasi di mukosa hidung yang tidak dipengaruhi oleh
dekongestion oleh xylometazoline atau yang ada rasio tulang terhadap mukosa
yang lebih tinggi di daerah katup hidung hidung pada pasien OSA. Laporan
tentang sitokin proinflamasi seperti interleukin-6 (IL 6) juga sugestif dari
sebuah asosiasi antara OSA dengan kantuk berlebih di siang hari yang
obyektif dan peradangan tingkat rendah. Asmatik diketahui memiliki PNIF
berkurang dibandingkan dengan nonastmatik dan asma pada pasien OSA
dapat dianggap sebagai mediator pengurangan PNIF pada pasien OSA.
5. Kesimpulan
QoL Sinonasal secara signifikan berkurang pada pasien OSA
dibandingkan ke kohor normal diukur dengan SNOT-20, subdomain skor
SNOT-20, dan nasal obstruksi VAS. Subanalysis menunjukkan positif, tetapi
tidak signifikan secara statistik, korelasi antara tingkat AHI dan pengukuran
kualitas hidup. Subanalysis juga menunjukkan bahwa kemampuan untuk
meningkatkan aliran inspirasi nasal pada pasien OSA tidak terpengaruh oleh
xylometazoline dibandingkan dengan kontrol, menunjukkan bahwa faktor
tambahan lainnya dari sublevel AHI dapat meningkatkan keluhan sinonasal di
Pasien OSA. Mekanisme yang mungkin bisa jadi adalah bahwa pasien OSA
memiliki area inlet hidung yang lebih kecil yang disebabkan oleh jalur
inflamasi nasal atau pengurangan kerangka skeletal yang membentuk area
katup hidung. Karena dampak besar pada kualitas hidup, bantuan sumbatan
hidung harus menjadi perhatian dalam pengobatan pasien OSA.