Anda di halaman 1dari 68

POA PROGRAM PERKESMAS

PUSKESMAS PEGANTENAN

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN


DINAS KESEHATAN
UPT. PUSKESMAS PEGANTENAN
Jl. Raya Pegantenan Telp.082-

1
Kata Pengantar

Dengan Memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas


bimbingannnya, petunjuk dan kekuatanNya , maka selesailah POA Program
Kegiatan Perawat Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Pegantenan dapat
diselesaikan . POA ini disusun berdasarkan kenyataan bahwa banyak kasus baik
menular ataupun tidak menular yang terjadi di Puskesmas Pegantenan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75


Tahun 2014 tetang Pusat Kesehatan Masyarakat Pasal 38 Puskesmas harus
menyelenggarakan salah satunya yaitu Pelayanan Keperawatan Kesehatan
Masyarakat. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, upaya Keperawatan
Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) merupakan upaya kesehatan Puskesmas
yang terintegrasi baik dalam upaya kesehatan wajib maupun pengembangan,
disamping itu dapat pula ditetapkan sebagai upaya pengembangan.
Menindaklanjuti surat keputusan tersebut maka Program Perkesmas Puskesmas
Pegantenan Menyusun Pedoman Perkesmas sebagai acuan dalam
melaksanakan kegiatan perogram secara teratur dan terencana.

Mengingat banyaknya jumlah sasaran Perkesmas serta pertimbangan


kondisi perawat Puskesmas yang ada pada saat ini, maka untuk mendukung
tercapainya indicator pelayanan yang ditetapkan dalam standar pelayanan
minimal (SPM), dimana focus pada keluarga rawan kesehatan yaitu keluarga
miskin atau keluarga rawan yang mempunyai bayi, balita, ibu hamil, penyakit
menular atau penyakit tidak menular.

Diharapkan dengan adanya Rencana Pelaksanaan Kegiatan ini (POA)


dapat menjadi acuan untuk semua tim pelaksana program Perkemas agar Target
yang diharapkan dapat tercapai.

ada kesempatan ini saya mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam Penyusunan POA Program Perkesmas Pegantenan
Tahun 2017

Pamekasan, April 2017

2
Daftar isi

Halaman Sampul Depan.........................................................................................


i

Kata Pengantar.......................................................................................................
ii

Daftar isi..................................................................................................................
iii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang..........................................................................................


1
1.2 Tujuan.......................................................................................................
1
1.3 Manfaat.......................................................................................................
2

BAB II GAMBARAN UMUM

2.1 Identitas Puskesmas...................................................................................


3
2.2 Wilayah Kerja..............................................................................................
3
2.3 Visi, Misi dan Motto.....................................................................................
3
2.4 Peta Wilayah Kerja......................................................................................
4
2.5 Data Demografi...........................................................................................
5
2.6 Data Penduduk Menurut golongan umur.....................................................
6
2.7 Kondisi Internal Puskesmas........................................................................
7

BAB III PRIORITAS MASALAH

3.1 Pencapaian Program P2 tahun 2015...........................................................


9
3.2 Prioritas Masalah.........................................................................................
9
3.3 Penetapan Prioritas Masalah......................................................................
10
3.4 Urutan Prioritas Masalah.............................................................................
10
3.5 Rumusan Masalah......................................................................................
10
3.6 Mencari masalah melalui diagram ishikawa/fishbone..................................
11
3.7 Mencari Prioritas Penyebab Masalah..........................................................
11

3
3.8 Matriks Perencanaan..................................................................................
12
3.9 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah.................................................
12

BAB IV RUK DAN RPK...........................................................................................


13

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .................................................................................................


15
5.2 Saran...........................................................................................................
15

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu target Millenium Development Goals (MDG) tahun 2015 dan
Program Nasional bagi Anak Indonesia (PNBAI) adalah untuk menurunkan angka

4
kematian balita di Indonesia. Target MDG yang ingin dicapai pada tahun 2015
adalah mengurangi tingkat kematian balita hingga dua per tiganya dari kondisi
tahun 1990. Salah satu indikator keberhasilan target ini adalah : Angka Kematian
Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBAL). AKB di Indonesia pada tahun
1990 sebesar 68/1000 Kelahiran Hidup sedangkan AKBAL di Indonesia pada
tahun 1990 sebesar 91/1000 Kelahiran Hidup. Berdasarkan perhitungan target
yang ingin dicapai sesuai MDG ke-4 adalah menurunkan AKB dan AKBAL
sebesar 2/3-nya dari kondisi tahun 1990, maka Pemerintah telah menetapkan
target yang ingin dicapai pada tahun 2015 yaitu AKB turun menjadi 23/1000
Kelahiran Hidup dan AKBAL turun menjadi 32/1000 Kelahiran Hidup.1
Menurut Riskesdas 2007, 77% kematian Balita terjadi pada 1 tahun
pertama kehidupan,  55% kematian Bayi terjadi pada 1 bulan pertama, dan 80%
kematian  Neonatus terjadi pada 7 hari pertama kehidupan. Sejak tahun 2003
pencapaian ini cenderung menetap (Gambar 1), oleh karena itu diperlukan upaya-
upaya tambahan untuk mencapai target MDG pada tahun 2015.
Arah MDG 2015 ini dituangkan ke Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2009-2014, berupa upaya-upaya yang
dilakukan untuk menurunkan AKB dan AKBAL. Program-program yang
dilakukan diantaranya program peningkatan kualitas dan akses pelayanan
kesehatan, peningkatan manajemen program kesehatan, peningkatan kemitraan
serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam perawatan dan pengenalan
tanda bahaya pada bayi baru lahir, bayi dan balita.1
Beberapa penyakit utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita
menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 pada kelompok bayi
(0-11 bulan), dua penyakit terbanyak sebagai penyebab kematian bayi adalah
penyakit diare sebesar 31,4% dan pneumonia 24%, sedangkan untuk balita (0-59
bulan), kematian akibat diare sebesar 25,2%, pneumonia 15,5%, Demam Berdarah
Dengue (DBD) 6,8% dan campak 5,8%.2
Berdasarkan data laporan tahunan program KIA Puskesmas Ambacang
pada tahun 2011, angka kematian untuk bayi (0-11 bulan) di Puskesmas
Ambacang yaitu 24 per 738 jumlah sasaran bayi dengan sebaran BBLR 29,2%,
penyakit jantung bawaaan 8,3%, infeksi saluran nafas akut 16,7%, asfixia berat

5
8,3%, ikterik 4,2%, observasi demam 29,2%, diare 8,3%, meningitis 4,2% dan
lahir mati 16,7%. Angka kematian anak balita (12-59 bulan) sebanyak 6 kasus per
3687 jumlah sasaran dengan sebaran diare 50%, penyakit jantung bawaan 16,7%
dan aspirasi karena tenggelam 33,3%.3
Data 10 penyakit terbanyak balita di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
tahun 2011 berturut-turut yakni ISPA sebanyak 2819 kasus, Infeksi kulit 734
kasus, observasi demam 391 Kasus, diare 391 kasus, alergi kulit 138 kasus,
pneumonia 93 kasus, penyakit telinga 85 kasus, penyakit mata 75 kasus, varicella
66 kasus dan kecacingan 22 kasus. Pada kenyataan yang terjadi di Puskesmas
Ambacang, penyakit-penyakit tersebut belum dikelola dengan menggunakan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), sehingga pelayanan kesehatan di
Puskesmas Ambacang untuk bayi dan anak balita belum terlaksana secara
optimal.3

Untuk meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan balita di


Puskesmas Ambacang, secara ideal melalui penerapan MTBS berupa program
intervensi secara rinci dalam penanganan penyakit pada balita. Proses manajemen
kasus MTBS dilaksanakan pada anak umur 2 bulan sampai 5 tahun pada balita
yang sakit dan pedoman ini telah diperluas mencakup manajemen terpadu bayi
muda (MTBM) bagi bayi umur 1 hari sampai 2 bulan baik dalam keadaan sehat
maupun sakit. Penanganan balita ini menggunakan suatu bagan yang
memperlihatkan langkah langkah dan penjelasan cara pelaksanannya, sehingga
dapat mengklasifikasikan penyakit yang dialami oleh balita, melakukan rujukan
secara cepat apabila diperlukan, melakukan penilaian status gizi dan memberikan
imunisasi kepada balita yang membutuhkan, konseling ibu tentang tata cara
memberi obat di rumah serta pemberian nasihat mengenai makanan yang
seharusnya kembali untuk mendapatkan pelayanan tindak lanjut.4,5
MTBS sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1996 oleh Departemen
Kesehatan yang bekerjasama dengan WHO dalam bentuk pelatihan pada tenaga
kesehatan di Indonesia. Tujuan dari pelatihan ini yaitu menghasilkan petugas
kesehatan yang terampil menangani bayi dan balita sakit dengan menggunakan
tatalaksana MTBS. Sasaran utama pelatihan MTBS ini adalah perawat dan bidan,

6
akan tetapi dokter Puskesmas pun perlu terlatih MTBS agar dapat melakukan
supervisi penerapan MTBS di wilayah kerja Puskesmas.4
Berdasarkan kuesioner tentang pengetahuan petugas Puskesmas
Ambacang mengenai MTBS (lampiran 2), didapatkan hasil hanya 2 petugas yang
pernah mendapat pelatihan MTBS dari 21 responden. Dari wawancara pada kedua
petugas yang pernah mendapat pelatihan tersebut, didapatkan informasi bahwa
tidak adanya penyegaran tentang perkembangan terbaru serta review dari Dinas
Kesehatan Kota (DKK), sehingga pelayanan kesehatan bagi balita melalui
penerapan MTBS tidak pernah terlaksana hingga saat ini. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sumber daya dan proses pelayanan yang berhubungan
dengan MTBS belum sesuai dengan kaidah pelayanan prima, dimana konsep
pelayanan prima Departemen Kesehatan dimaknai sebagai pelayanan terbaik dan
yang memenuhi standar pelayanan, dipandang dari perspektif pengguna atau
donor, perspektif proses pelayanan dan perspektif keuangan. Pelayanan prima ini
baru dapat dicapai jika kualitas sumber daya manusianya cukup profesional, inilah
yang membuat penulis mengangkat permasalahan mengapa belum terlaksananya
pelayanan kesehatan dengan MTBS di Puskesmas Ambacang sebagai sebuah
Plan Of Action.5,6

1.2. Perumusan Masalah


1. Apa penyebab tingginya angka kematian balita di Puskesmas Ambacang?
2. Bagaimana metode pelayanan kesehatan balita di Puskesmas Ambacang?
3. Kenapa metode pelayanan kesehatan dengan MTBS belum terlaksana di
Puskesmas Ambacang?
4. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk terlaksananya metode
pelayanan kesehatan MTBS di Puskesmas Ambacang?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan umum
Meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan bagi balita melalui
penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk menurunkan

7
angka kematian dan kesakitan balita di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang.

1.3.2. Tujuan khusus


1. Mengidentifikasikan masalah yang ada di Puskesmas Ambacang.
2. Menetapakan prioritas masalah penyebab tingginya angka kematian balita
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.
3. Menganalisis penyebab tingginya angka kematian balita di wilayah kerja
Puskesmas Ambacang melalui pendekatan peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan, peningkatan manajemen program kesehatan, serta
pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam perawatan dan pengenalan
tanda bahaya pada bayi dan anak balita.
4. Mencarikan alternatif solusi untuk menurunkan angka kematian dan
kesakitan balita melalui penerapan metode pelayanan kesehatan MTBS di
Puskesmas Ambacang.
1.4. Manfaat Penulisan
Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada pihak puskesmas dalam memecahkan permasalahan mengenai tingginya
angka kematian dan kesakitan balita melalui impementasi MTBS di wilayah kerja
Puskesmas Ambacang.

BAB II

GAMBARAN UMUM

8
PUSKESMAS AMBACANG KURANJI

2.1. Sejarah Puskesmas3


Puskesmas Ambacang terletak di salah satu Kelurahan di Kecamatan
Kuranji Kota Padang yaitu Kelurahan Pasar Ambacang. Oleh karena terletak di
Kelurahan tersebutlah maka nama puskesmas pun diberikan dengan nama yang
sama yaitu Puskesmas Ambacang yang untuk selanjutnya sesuai dengan masukan
dari berbagai pihak antara lain dari Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang disebut
dengan ”Puskesmas Ambacang” saja. Puskesmas ini pada awalnya merupakan
bagian dari Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat terbatas dalam bentuk
Puskesmas Pembantu yang berinduk ke Puskesmas Kuranji, dan sejak 5 Juli 2006
dikembangkan menjadi Pusat Kesehatan Masyarakat dengan pelayanan penuh dan
terlepas dari Puskesmas Kuranji sendiri.

2.2. Kondisi Geografi3


Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan
kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas
Ambacang. Batas - batas wilayah kerja Puskesmas Ambacang yaitu :
Utara : Kelurahan Korong Gadang Kec. Kuranji.
Timur : Kecamatan Pauh.
Selatan : Kecamatan Pauh dan Lubuk Begalung.
Barat : Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Nanggalo.
Puskesmas Ambacang terletak pada 0° 55' 25.15", Lintang Selatan dan
+100° 23' 50.14" Lintang Utara dengan luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang
sekitar 12 Km2. Wilayah kerja Puskesmas Ambacang terdiri dari 4 Kelurahan
yaitu :
1. Kelurahan Pasar Ambacang,
2. Kelurahan Anduring,
3. Kelurahan Ampang
4. Kelurahan Lubuk Lintah

9
2.3. Kondisi Demografis3
Jumlah penduduk yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas
Ambacang selama tahun 2011 adalah 46.900 jiwa dengan distribusi
kependudukan menurut kelurahan sebagai berikut:
Kelurahan Pasar ambacang : 16.818
Kelurahan anduring : 13.412
Kelurahan lubuk lintah : 9.737
Kelurahan ampang : 6.933

10
Tabel 2.1 Daftar Sasaran Kesehatan Puskesmas Ambacang Tahun 2011
Kelurahan Penduduk Bayi Balita Bumil Bulin Buteki WUS Lansia
Ps. 15.461 265 1.614 363 346 659 3.386 1.144
Ambacang
Anduring 12.391 211 1.287 210 276 526 2.700 912
Lubuk 12.737 153 934 210 200 382 1.960 662
lintah
Ampang 6.371 109 665 149 143 272 1.396 472
Jumlah 46.900 738 4.500 1.011 1578 1679 9.442 3.190

2.4. Sarana dan Prasarana serta Sasaran Kesehatan


Puskesmas Ambacang pada saat ini telah memiliki prasarana dan sarana yang
relatif lebih baik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Prasarana gedung dengan
2 lantai mampu dimanfaatkan untuk pelayanan dan kegiatan administarsi/manajemen,
begitu pula prasarana kendaraan roda 4 dan roda 2 telah mampu menjangkau pelayanan
terutama luar gedung seperti posyandu,UKS dan UKGS serta pembinaan desa siaga.
Data sarana kesehatan Puskesmas Ambacang terdiri dari :
a. Bangunan Puskesmas Induk : 2 Unit
b. Bangunan Puskesmas Pembantu : 1 Unit
c. Rumah Para medis : 2 Unit
Data UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)
a. Posyandu Balita : 28 Buah
b. Posyandu Lansia : 6 Buah
c. Batra : 32 Buah
d. Poskesren : 1 Buah
e. Toga : 49 Buah
f. UKK : 143 Buah
g. Poskeskel : 4 Buah

2.5. Ketenagaan
Sarana tenaga Puskesmas Ambacang berjumlah 49 orang, terdiri dari :
a. Dokter Umum : 4 orang
b. Dokter Gigi : 3 orang

11
c. SKM : 2 orang
d. Perawat ( Akper ) : 6 orang
e. Perawat SPK : 1 orang
f. Bidan D III : 10 orang
g. Bidan D I : 7 orang
h. Kesling/AKL : 3 orang
i. Analis D III : 1 orang
j. Perawat gigi : 2 orang
k. Asisten Apoteker : 3 orang
l. SLTA : 2 orang
m. Sopir : 1 orang
n. Tenaga Sukarela : 4 orang

2.6. Sasaran pelayanan kesehatan


Daftar sasaran kesehatan puskesmas ambacang tahun 2011
a. Penduduk : 46.900 orang
b. Ibu hamil : 1047 orang
c. Ibu bersalin : 976 orang
d. Bayi : 738 orang
e. Balita : 3678 orang
f. Ibu menyusui : 1838 orang
g. Wanita usia subur : 13.270 orang
h. TK : 7 buah
i. SD : 22 buah
j. SMP/MTSN : 5 buah
k. SMA/SMK : 3 buah
l. Rumah ibadah : 65 buah
m. Panti Asuhan : 2 buah
n. Restoran / rumah makan : 18 buah
o. Sarana air bersih : 6728 buah

2.7. Kondisi Sosial,Budaya dan Ekonomi Penduduk

12
Penduduk wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji sebagian besar
beragama Islam,dengan mata pencarian:
a. Tani : 45%
b. Pegawai Negeri : 20%
c. ABRI : 2%
d. Buruh : 15%
e. Lain Lain : 18%

13
2.8. Struktur Organisasi Puskesmas Ambacang

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS AMBACANG 2011


KEPALA PUSKESMAS
BADAN PENYANTUN CAMAT
Dr.Hj.MAY HAPPY.M.
KURANJI
PUSKESMAS

TATA USAHA BOK


HASRI AMRA, Amd KL MARDALENA

JAMPERSA

SP2TP PERENCANAAN UMUM/KEPEG BENDAHARA L


ASWITHA.D Ka Pusk/TU NENI INDRIANI APBD/ASKES/DA
DARWINA BISMATULLAH

UPAYA KESEHATAN UPAYA KESEHATAN BISMATULLAH


PERORANGAN MASYARAKAT
BOK
DR DIAN DR.AZISRI BOESTARI MARDALENA.SKM

LABOR KIA BP GIGI BP UMUM PROMKES KESLING P2P/SURVAILENT GIZI PENGOBATAN


MEINI ELFIZA SRI HILDA.SKM YANTRI NORA YENI ASTUTI HASRI AMRA SURYA.SKM MARDALENA.SKM …..
DDDDrgD Amdkeb
APOTIK LANSIA
DARYATI KB ANAK IBU Linda Astuti
NURHAYATI GADIS.V SRI.SKM DBD MALARIA P3K
GUDANG ISPA DIARE Pp PUSKEL
DARWINA .H ASRI.A sasrawati PIKET
KET: sasrawatisa KAINI
PUSKEL
POSKESKEL PUSTU L .LINTAH
Garis Komando: 4 MAHYUNI FILARIASIS IMUNISASI PMS KARTINI
DEVI.S Linda Astuti
Garis Koordinasi: ------------ OLAH RAGA
10
ANDURING LUBUK LINTAH PS AMBACANG AMPANG NURMAYAN
WAHYUNI FITRA SURYANI ZAMLISMI RAADSMA.D Gambar 2.3. Struktur Organisasi Puskesmas Ambacang TI
2.9 Analisis Situasi
2.9.1 Program Puskesmas
Puskesmas Ambacang Kuranji memiliki 6 program dasar ( Basic Six) yang
merupakan program pokok kerja puskesmas, yaitu :
1. Promosi Kesehatan,meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Peran Serta Masyarakat
Tabel 2.2 Pencapaian Program UKBM di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
Tahun 2011
No. Program Target % Pencapaian % Kesenjangan

Posyandu 28 100 28 100 -


Balita
Posyandu 100 6 100 -
Lansia
Kader Aktif112 100 97.5 87 13
TOGA 20 100 20 100 -
BATRA 23 100 23 100 -
POSBINDU 100 - 100
Poskestren 100 1 100 -
Poskeskel 100 4 100 -
10. UKS 22 100 20 91 9

b. Penyuluhan Kesehatan Masyrakat


Tabel 2.3. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat di dalam Gedung dan di Luar
Gedung di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2011
No Program Target % Pencapaian % Kesenjangan
1. Frekuensi 96 100 94 97,9 2,1
Penyuluhan Dalam
Gedung
2. Frekuensi 336 100 359 106,8 + 6,8
Penyuluhan Luar
Gedung

2. KIA dan KB

11
Jumlah ibu hamil yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Ambacang
sebanyak 1047 orang, sedangkan bayi berjumlah 738 orang.
a. Cakupan KN1 dan KN lengkap

Tabel 2.4. Target dan Hasil Pencapaian Program KN1 dan KN Lengkap per
Kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2011
No. Kelurahan Sasara KN 1 % KN %
n Bayi Lengkap
1 Ps.Ambacang 265 257 97,1 242 94,1
2 Anduring 211 196 93,2 185 94,5
3 Lubuk Lintah 153 143 93,6 137 95,7
4 Ampang 109 100 91,7 88 87,8
Jumlah 738 696 94,5 642 93,2

Kesimpulan yang dapat diambil dari tabel di atas adalah pencapaian KN 1


melebihi dari target yang ditetapkan, di mana target yang harus dicapai ialah 88
%, baik KN 1, maupun KN lengkap.

b. Jumlah kasus BBLR, cakupan BBLR ditangani dan dirujuk


Tabel 2.5. Jumlah Kasus BBLR, Cakupan BBLR Ditangani dan Dirujuk per
Kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2011
No Kelurahan Jml BBLR BBLR % BBLR %
Ditangani Dirujuk
1 Ps. Ambacang 12 10 83,3 2 16,67
2 Anduring 6 6 100 - -
3 Lb. Lintah 6 3 50 3 50
4 Ampang 3 2 66,6 1 33,33
Jumlah 27 21 77,7 6 22,22

Pencapaian kasus BBLR yang ditangani melebihi dari target yang


ditetapkan di mana target yang diberikan, yaitu 60%, sedangkan target yang
dicapai yaitu 77,7%.

c. Data 10 penyakit terbanyak pada balita


Tabel 2.6. Data 10 Penyakit Terbanyak pada Balita per Kelurahan Puskesmas
Ambacang Tahun 2011

12
No. Penyakit Kelurahan Jumlah
Ps. Ambacang Anduring Lb Ampang
Lintah
1 ISPA 1025 728 586 480 2819
2 Infeksi Kulit 274 186 166 108 734
3 Obs Demam 141 96 78 76 391
4 Diare 103 86 71 40 300
5 Alergi Kulit 58 32 28 20 138
6 Pneumoni 35 23 18 17 93
7 Penyakit 36 17 16 16 85
Telinga
8 Penyakit Mata 27 16 17 15 75
9 Varicella 18 17 16 15 66
10 Kecacingan 10 5 4 3 22
Jumlah 1727 1206 1000 790 3823

Penyakit ISPA menempati urutan pertama dan kecacingan menempati


urutan terakhir dari sepuluh penyakit pada anak yang ditemukan di KIA selama
tahun 2011. DKK memberikan target penemuan kasus pneumonia pada tahun
2011 yaitu 86% (387 orang) dari 10% jumlah balita yang menjadi sasaran
pneumoni. Sedangkan jumlah yang ditemukan di Puskesmas Ambacang selama
tahun 2011 berjumlah 93 kasus dengan pencapaian 24,03%, sedangkan target
yang belum tercapai yaitu 61,97%.

d. Cakupan DDTK Balita Per Kelurahan


Tabel 2.7. Hasil Pencapaian DDTK Bayi per Kelurahan Puskesmas Ambacang
Tahun 2011
No. Kelurahan Jumlah Bayi Jumlah di DDTK %
1 Ps. Ambacang 265 106 32,12
2 Anduring 211 86 32,82
3 Lb. Lintah 153 60 31,41
4 Ampang 109 54 39,71
Jumlah 738 306 33,3

Tabel 2.8. Hasil Pencapaian DDTK Anak Balita per Kelurahan Puskesmas
Ambacang Tahun 2011
No. Kelurahan Jumlah Anak Jumlah di DDTK %
Balita
1 Ps. Ambacang 1322 388 30,22
2 Anduring 1054 298 29,07

13
3 Lb. Lintah 766 319 42,93
4 Ampang 545 109 20,6
Jumlah 3687 1114 31,11

Tabel 2.9. Hasil Pencapaian DDTK Anak Prasekolah per Kelurahan Puskesmas
Ambacang Tahun 2011
No. Kelurahan Jumlah Anak Pra Jumlah di DDTK %
Sekolah
1 Ps. 132 60 45,45
Ambacang
2 Anduring 58 15 25,86
3 Lb. Lintah 56 34 60,71
4 Ampang 101 30 29,7
Jumlah 347 139 40,06

Pencapaian DDTK belum mencapai target sesuai dengan yang ditetapkan


yaitu 80%. Pencapaian DDTK masih bayi masih kurang sebanyak 46,7%,
pencapaian DDTK anak balita masih kurang sebanyak 46,7% dan pencapaian
DDTK anak pra sekolah masih kurang sebanyak 39,94% lagi.

e. Cakupan neonatus resti / komplikasi yang ditangani dan dirujuk


Tabel 2.10. Cakupan Neonatus Resti / Komplikasi yang Ditangani dan Dirujuk
per Kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2011
No. Kelurahan Jumlah Neonatus % Neonatus %
Neonatus Resti Resti
Resti Ditangani Dirujuk
1 Ps. Ambacang 7 7 100 3 23,08
2 Anduring 3 3 100 0 0
3 Lubuk Lintah 1 1 100 3 42,86
4 Ampang 2 2 100 1 33,33
Jumlah 13 13 100 7 24,14

Pencapaian neonatus resti yang ditangani melebihi dari target yang


ditentukan, di mana target yang ditetapkan adalah 60%, maka pencapaian lebih
dari target sebanyak 24,14%.

f. Cakupan kunjungan bayi (29 hari dan 11 bulan)

14
Tabel 2.11. Cakupan Kunjungan Bayi (29 Hari dan 12 Bulan) per Kelurahan
Puskesmas Ambacang Tahun 2011
No. Kelurahan Jumlah Bayi Jumlah Kunjungan %
Bayi
1 Pasar Ambacang 265 244 92,3
2 Anduring 211 168 80,15
3 Lubuk Lintah 153 121 81,68
4 Ampang 109 83 80,88
Jumlah 738 616 81,39

Pencapaian kunjungan bayi masih belum mencapai target, di mana target


yang seharusnya dicapai pada tahun 2011 adalah 85%.

g. Cakupan ASI Eksklusif


Tabel 2.12. Cakupan ASI Eksklusif per Kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun
2011
No. Kelurahan Jumlah Bayi 0-6 Bulan ASI Eksklusif %
1 Pasar Ambacang 132 111 84,09
2 Anduring 105 53 50,48
3 Lubuk Lintah 76 42 55,26
4 Ampang 54 34 62,96
Jumlah 367 240 65,4

Pencapaian cakupan ASI eksklusif baru mencapai 65,4% di mana yang


dimaksud adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai bayi berusia 6 bulan.
Sedangkan target pencapaiannya adalah 100%, jadi pencapaian di wilayah kerja
Puskesmas Ambacang masih kurang 34,6% lagi.

h. Data kematian bayi berdasarkan penyebab


Tabel 2.13. Data Kematian Bayi Berdasarkan Penyebab per Kelurahan
Puskesmas Ambacang Tahun 2011
No Penyebab Kl. Ps. Kl. Kl. Lb. Kl. Jumlah
Ambacang Anduring Lintah Ampang
1 BBLR 1 1 3 2 7
2 Lahir mati 0 1 2 1 4
3 Asfiksia 1 0 1 0 2
4 Penyakit 0 1 0 0 2

15
Jantung
Bawaan
5 Inf paru 0 0 1 1 4
6 Ikterik 1 0 0 0 1
7 Obs demam 1 1 2 1 7
8 Diare 0 0 1 0 2
9 Meningitis 0 1 0 0 1
Jumlah 4 5 10 5 24

Lokasi terjadinya kematian bayi yang terbanyak adalah di kelurahan


Lubuk Lintah.

i. Data kematian anak balita berdasarkan penyebab


Tabel 2.14. Data Kematian Anak Balita Berdasarkan Penyebab per Kelurahan
Puskesmas Ambacang Tahun 2011
No. Kelurahan Diare Penyebab Gagal Aspirasi Jumlah
dengan Jantung e.c. Tenggelam Kematian
Dehidrasi Peny. Jantung
Bawaan
1 Ps. 0 0 1 1
Ambacang
2 Anduring 1 0 0 1
3 Lb. Lintah 1 1 1 3
4 Ampang 1 0 0 1
Jumlah 3 1 2 6

Kematian anak balita terbanyak disebabkan diare, yaitu 3 dari 6 orang


anak balita meninggal.

j. Data kematian bayi dan balita


Tabel 2.15. Data Kematian Bayi dan Balita per Kelurahan Puskesmas Ambacang
Tahun 2011
No Umur Ps. Andurin Lb. Lintah Ampang Jumla
. Ambacang g h
1 Lahir mati 0 1 2 1 4
2 0-7 hari 1 2 3 1 7
3 8-28 hari 1 1 3 2 7

16
4 29 hari – 11 2 1 2 1 6
bulan
5 12 bulan – 5 1 1 3 1 6
tahun
6 Jumlah 2 3 6 3 14
Kematian
neonatal
7 Jumlah 4 4 8 4 20
Kematian
Bayi
8 Jumlah 5 5 11 5 26
Kematian 0-
5 tahun

k. Data bayi lahir prematur per kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2011
 Kelurahan Pasar Ambacang: 1 orang
 Kelurahan Anduring : 1 orang
 Kelurahan Lubuk Lintah : 3 orang
 Kelurahan Ampang : 2 orang

l. Data bayi dan anak balita yang punya buku KIA


Tabel 2.16. Data Bayi dan Anak Balita yang Punya Buku KIA Per Kelurahan
Puskesmas Ambacang Tahun 2011
No. Kelurahan Bayi Anak Balita Jumlah
1 Pasar Ambacang 302 900 1202
2 Anduring 272 850 1122
3 Lubuk Lintah 185 602 787
4 Ampang 153 502 655
Jumlah 912 2854 3766

m. Data sasaran ibu balita per kelurahan Puskesmas Ambacang tahun 2011
 Kelurahan Pasar Ambacang: 1480 orang
 Kelurahan Anduring : 1152 orang
 Kelurahan Lubuk Lintah : 820 orang
 Kelurahan Ampang : 630 orang

17
Jumlah : 4082 orang

n. Data bayi dan anak balita yang kelainan tumbuh kembang


Tabel 2.17. Data Bayi dan Anak Balita yang Kelainan Tumbuh Kembang Per
Kelurahan Puskesmas Ambacang Tahun 2011
No. Kelurahan Bayi Anak Balita Jumlah
1 Pasar Ambacang 0 3 3
2 Anduring 0 0 0
3 Lubuk Lintah 0 1 1
4 Ampang 1 0 1
Jumlah 1 4 5

Tabel 2.18. Data Sasaran Laki-Laki dan Perempuan Per Kelurahan Puskesmas
Ambacang Tahun 2011
No. Kelurahan Bayi Bayi Anak Anak Jumlah
Laki- Perempua Balita Balita
laki n Laki-laki Perempua
n
1 Ps.Ambacang 160 170 640 644 1614
2 Anduring 130 132 513 512 1287
3 Lubuk Lintah 95 96 370 373 934
4 Ampang 68 68 265 264 665
Jumlah 453 466 1788 1793 4500

o. Pelayanan kesehatan anak balita


Tabel 2.19. Pelayanan Kesehatan Anak Balita Per Kelurahan Puskesmas
Ambacang Tahun 2011
No. Kelurahan Sasaran Jumlah % Target
1 Ps.Ambacang 1284 1042 81,15 78
2 Anduring 1025 667 65,07 78
3 Lb. Lintah 743 514 69,18 78
4 Ampang 529 475 89,79 78
Jumlah 3581 2698 75,34 78

3. Gizi
Wilayah Kecamatan Kuranji merupakan daerah yang rawan masalah gizi
terutama gizi buruk.Puskesmas Ambacang memiliki 1 buah Pojok Gizi sebagai
salah satu upaya untuk mengurangi angka kejadian masyarakat kurang gizi.Akan

18
tetapi pada pelaksanaan Pojok Gizi belum maksimal dilihat dari angka kunjungan
yang rendah jika dibandingkan dengan jumlah pasien yang datang berobat ke
Puskesmas yang seharusnya datang ke pojok gizi.
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah:
 Pelaksanaan penimbangan balita dan penimbangan massal sekaligus
pemberian vitamin A pada bulan Februari dan Agustus.
 Pemberian tablet Fe pada ibu hamil (bumil) dan vitamin A pada ibu
nifas (bufas).
 Pemantauan garam beryodium dilaksanakan 2 x 1 tahun
 Penjaringan status gizi dari bayi sampai anak sekolah (murid baru).

a. Pencapaian D/S, N/D, BMG/D


Tabel 2.20. Pencapaian D/S Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang tahun
2011
Sasaran Jumlah Rata- Pencapaian D/S Balita
Tahun Tahun Tahun
No. Kelurahan Balita rata
2011 2010 2009
2011 Balita
ditimbang/Th
(Tahun 2011)
1. Ps.Ambacan 1722 1089 63,22 70,15 43,93
g
2. Anduring 1374 822 59,23 48,47 26,92
3. Lubuk Lintah 997 539 54,06 48,69 46,33
4. Ampang 710 430 60,56 67,54 44,28
Puskesmas 4803 2880 59,96 59,26 39,28

Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat kesenjangan antara pencapaian D/S


balita dengan target D/S balita (target=65 %).

Tabel 2.21. Pencapaian N/D Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang


Tahun 2011
Sasara Jumlah Jumlah Rata- Pencapaian N/D
No Kelurahan n Rata- rata Balita
2011 201 2009
. Balita rata D’ Balita yg naik
0

19
Th Berat
2011 badannya/Th
1. Ps.Ambacang 1722 781 578 74,00 89,6 76,5
4 0
2. Anduring 1374 411 360 87,59 84,8 70,1
2 1
3. Lubuk Lintah 997 275 228 82,90 86,2 77,6
7 9
4. Ampang 710 343 301 87,87 91,4 74,7
5 6
Puskesmas 4803 1650 1467 85,77 87,7 75,3
7 0

Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat tahun 2011 kesenjangan antara


pencapaian N/D balita dengan target N/D balita (target= 89 %) adalah 3,23%

Tabel 2.22. Pencapaian BGM/D Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang


Tahun 2011
Cakupan BGM/D Balita
Tahun 2011 Tahun 2010
No. Kelurahan
1. Ps.Ambacang 0,79 1,08
2. Anduring 0,80 0,84
3. Lubuk Lintah 0,66 1,56
4. Ampang 0,45 0,91
Puskesmas 0,71 1,10

Rata-rata jumlah balita yang BGM pada tahun 2011 sebanyak 18 anak dari
rata-rata jumlah balita yang ditimbang yaitu sebanyak 2692 anak atau berkisar
0,71%.
b. Cakupan Distribusi pemberian kapsul vitamin A
 Pada bayi dan balita
Tabel 2.23. Cakupan Pendistribusian Kapsul Vitamin A Bayi dan Anak Balita
Bulan Februari 2011 di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
Bayi Anak Balita
Sasaran Pencapaian Sasaran Pencapaian
No Kelurahan
Abs % Abs %
2011 2011
.

20
1. Pasar Ambacang 210 180 85,71 1372 1225 89,28
2. Anduring 167 148 88,62 1095 965 88,12
3. Lubuk Lintah 122 108 88,52 794 699 88,03
4. Ampang 86 78 90,69 566 502 88,69
Puskesmas 585 514 87,86 3827 3391 88,60

Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat kesenjangan antara pencapaian


distribusi kapsul vitamin A bulan Februari pada bayi dan balita dengan target
(target= 94 %) tidak terlalu mencolok.

Tabel 2.24. Cakupan Pendistribusian Kapsul Vitamin A Bayi dan Anak Balita
Bulan Agustus 2011 di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
Bayi Anak Balita

No Kelurahan Sasaran Pencapaian Sasaran Pencapaian


2011 Abs % 2011 Abs %

1. Pasar Ambacang 210 148 70,47 1372 1217 88,70

2. Anduring 167 105 62,87 1095 725 66,21

3. Lubuk Lintah 122 112 91,80 794 660 83,12

4. Ampang 86 80 93,02 566 525 92,75

Puskesmas 585 445 76,06 3827 3127 81,70

Berdasarkan table di atas dapat di lihat kesenjangan yang di dapat antara


pencapaian distribusi kapsul vitamin A pada bayi dan balita bulan Agustus
dengan target( target=94 %) di bandingkan bulan Februari mengalami
peningkatan sekitar 7%.
Walau distribusi Vitamin A di bulan Februari dan Agustus tahun 2011
masih belum mencapai target. Akan tetapi bila kita lihat pencapaian distribusi
vitamin A di tahun-tahun sebelumnya yaitu tahun 2008 (41,7 %), 2009 (54,2 %) ,
2010 (60,7%), dan 2011 (83,5%) pencapaiannya mengalami peningkatan.

Tabel 2.25. Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan Tablet Fe pada Ibu Nifas
di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2011

21
Jumlah Ibu Nifas dapat Kapsul Vitamin A dan
No Kelurahan Sasaran Tablet Fe
Abs %
.
1. Ps. 346 346 100
Ambacang
2. Anduring 276 264 95,65
3. Lubuk Lintah 200 185 92,5
4. Ampang 143 138 96,50
Puskesmas 965 933 96,68

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa distribusi kapsul vitamin A dan


tablet Fe pada ibu nifas telah melebihi target (target=80%)

c. Cakupan Distribusi Tablet Fe pada Ibu Hamil


Tabel 2.26. Cakupan Distribusi Tablet Fe 1 dan Fe 3 pada Ibu Hamil di Wilayah
Kerja Puskesmas Ambacang Tahun 2011
Sasaran Jumlah Ibu Hamil dapat Talet Fe

No. Kelurahan Bumil Fe 1 Fe 3

2011 Abs % Abs %

1. Pasar 385 376 97,52 339 87,33


Ambacang

2. Anduring 307 289 93,77 247 82,69

3. Lubuk Lintah 223 214 95,71 192 85,24

4. Ampang 159 159 100 140 87,25

Puskesmas 1074 1038 96,44 918 85,56

Target Distribusi Tablet Fe 1 dan Fe 3 bumil : 85 % dan 84 %


Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa distribusi tablet Fe1 dan Fe3 pada ibu
nifas telah mencapai target Fe1(target=85%) dan target Fe3 (target=84%).

d. Kunjungan Pasien ke POZI (Pojok Gizi)


Pasien yang datang ke POZI (Pojok Gizi) merupakan pasien rujukan dari
BP, KIA, keinginan sendiri dan posyandu. Mereka datang dengan berbagai

22
macam penyakit/keluhan yang berbeda. Kegiatan POZI berupa konsultasi ataupun
arahan tentang makanan/diet sesuai penyakit/keluhan yang dirasakan. Kunjungan
POZI yang terbanyak berasal dari penyakit diabetes melitus sejumlah 55 dari 169
kunjungan sekitar 32,5 %.

e. Kegiatan penimbangan massal


Pencapaian penimbangan massal sudah mencapai target yaitu 76,89 %
(target > 70 %). Ditemukan kasus gizi buruk sebanyak 3 anak. Tetapi setelah
dilakukan validasi data penimbangan massal ternyata hanya ditemukan 1 kasus
gizi buruk yang merupakan kasus lama yang ditemukan di tahun 2010.

f. PSG dan Kadarzi


Sasarannya adalah keluarga yang memiliki balita. Pengumpulan data
dilaksanakan tanggal 3 s.d 7 Mei 2011 di 4 kelurahan yaitu Pasar Ambacang,
Anduring, Lubuk Lintah dan Ampang dengan jumlah sampel masing-masing
adalah 30 KK, 30 KK, 30 KK dan 30 KK. Teknik pengambilan sampel secara
random.
Hasil dari pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 2.27. Hasil Rekapitulasi Data PSG Kadarzi Tahun 2011
Ps.Ambacang Anduring Lubuk Ampang
No Indikator (30 KK) (30 KK) Lintah (30 KK)
. Kadarzi (30 KK)
Hasil % Hasil % Hasil % Hasil %
1. Timbang BB 15 50 18 60 26 87 6 20
teratur
2. ASI Ekslusif 3 10 24 80 21 70 4 13
3. Kons. Aneka 29 97 30 10 30 10 30 10
ragam mkn 0 0 0
4. Kons.Garam 30 10 30 10 30 10 30 10
beryodium 0 0 0 0
5. Konsumsi 30 10 30 10 30 10 30 10
Suplemen 0 0 0 0
Gizi

23
Permasalahan yang dapat simpulkan daritabel di atas adalah angka warga
yang menimbang berat badan secara teratur rendah dan pemberian ASI ekslusif
yang rendah

4. Kesehatan Lingkungan
Tabel 2.28 Data Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Ambacang 2011
No. Program Sasaran Diperiksa Memenuhi %
Syarat
1 Tempat Penyimpanan dan 3 2 1 50%
penjualan pestisida
2 Tempat Penjualan 79 54 34 62,9%
Makanan
3 Tempat-tempat Umum 89 53 33 62,3%
4 Rumah 2798 693 249 35,9%
5 Industri 1 1 1 100%
6 Sarana air bersih 6728 674 335 4,9 %
(risiko
rendah)
7 Sekolah 22 6 2 33,3 %
8 Sampel air yang diperiksa - - -
kimiawi
9 Sampel air yang diperiksa - - -
bakteriologi
10 Sistem Pembuangan Air 2867 624 371 59,4%
Limbah (SPAL)
11 Jamban Keluarga 1876 575 300 52,17%
12 Tempat Pembuangan 723 610 361 59,1%
Sementara (TPS)
13 Ttempat Pembuangan 211 118 3 25,4%
Akhir (TPA)

Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa pencapaian program kesehatan


lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang masih banyak yang belum
mencakup seluruh sasaran. Program kesehatan lingkungan juga membentuk klinik
sanitasi di Puskesmas Ambacang sebagai upaya pencegahan penyakit menular.
Namun, program ini belum terlaksana secara efektif. Dibuktikan dari kasus diare

24
dengan jumlah kasus 778, namun yang berkunjung ke klinik sanitasi hanya 220
orang atau sekitar 28,3%.

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2P)


Pemberian imunisasi lengkap pada bayi, wanita usia subur dan anak
sekolah, serta pelaksanaan surveilens merupakan usaha yang telah
dilakukan oleh Puskesmas Ambacang untuk melaksanakan program
pencegahan dan pemberantasan penyakit.
a. Cakupan imunisasi bayi
Tabel 2.29. Target dan Hasil Pencapaian Program Imunisasi Bayi Puskesmas
Ambacang Tahun 2011
No Antigen Jumlah % Jumlah % %
. Sasaran target Pencapaian Pencapaian Kesenjangan
1 BCG 976 95 897 91,9 -3,1

2 HB Uni Jek 976 95 910 95,7 +0,7

3 Polio 1 976 95 921 94,4 -0,6

4 DPT / HB 1 976 95 922 94,5 -0,5

5 DPT / HB 3 976 85 846 86,4 +1,4

6 Campak 976 85 834 85,5 +0,5

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa program imunisasi bayi telah


mencapai target.

b. Cakupan imunisasi ibu hamil


Tabel 2.30 Target dan Hasil Pencapaian Program Imunisasi Ibu Hamil di
Puskesmas Ambacang Tahun 2011
No Antigen Jumlah % Target Jumlah % %
. Sasaran Pencapaia Pencapaian Kesenjangan
n
1 TT 2 1074 80 638 58,6 -21,4
Plus

25
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa program imunisasi ibu hamil
belum mencapai target, terdapat kesenjangan 16,1%

c. Cakupan imunisasi anak sekolah


Tabel 2.31. Target dan Hasil Pencapaain Program Imunisasi Anak Sekolah di
Puskesmas Ambacang Tahun 2011
No Antigen Jumlah % Jumlah % %
Sasaran Target Pencapaian Pencapaian Kesenjangan
1 BIAS 739 100 683 92,4 -7,6
Campak
2 BIAS DT 2240 100 2059 90,5 -9,5
/ TT

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa program imunisasi anak sekolah


belum mencapai target, terdapat kesenjangan 7,2 % untuk imunisasi campak dan
kesenjangan 5,2 % untuk imunisasi TT.

d. Cakupan imunisasi pasca gempa


Tabel 2.32. Target dan Hasil Pencapaian Program Imunisasi Pasca Gempa di
Puskesmas Ambacang Tahun 2011
No Antigen Jumlah % Jumlah % %
Sasaran Target Pencapaia Pencapaian Kesenjangan
n
1 PIN 3526 95 2894 82,07 -12,93
Campak
2 PIN Polio 4359 95 3435 78,8 -16,2

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa program imunisasi pasca gempa


belum mencapai target, terdapat kesenjangan.

6. Pengobatan
Puskesmas Ambacang adalah Puskesmas rawat jalan yang melayani pasien
untuk berobat. Puskesmas Ambacang kuranji memiliki sebuah puskesmas

26
pembantu, yang terletak dikelurahan Lubuk Lintah. Rata-rata pasien yang datang
berobat per-bulannya adalah ± 2200 orang.
45

40

35

30

25

20

15

10

0
jan feb maret april mei juni juli agst sept okt nov des
ispa rematik hipertensi gastritis
infeksi kulit peny.kulit alergi peny.kulit jamur asma
peny.pulpa peny.rongga mulut ginggivitis dmm yg tidak diketahui
penyakit lain2 diare

Diagram 2.1
Penyakit
30
Terbanyak (Dalam
25
20
Persen) Dari Bulan
15 Januari Sampai
10 Bulan Desember
5
Selama Tahun
0
2011
ISP

RE

GA

HI

PE

PE

DE

PE

PE

PE
PE

NY

NY

NY

NY

NY
MA

MA
ST
A

RT

.PU

.KU

.KU

.R
.KU
RI
T IK

M
EN

ON
T IS

ID
LP

LI T

LI T
LIT

IO
SI

GG
A
IN

PA

AL

J AM

AM
FE

ER
T IK

UR
KS

GI

UL
I

UT

27
Diagram 2.2 Sepuluh Penyakit Terbanyak (Dalam Persen) di Wilayah Kerja
Puskesmas Ambacang Tahun 2011

2.8.2. Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektoral


1. Kerjasama Lintas Program
Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama yang
dilakukan antar program dalam ruang lingkup puskesmas itu sendiri.
Kerjasama lintas program sifatnya saling melengkapi demi tercapainya
tujuan program itu sendiri.
2. Kerjasama Lintas Sektoral
Kerjasama lintas sektoral merupakan kerjasama yang dilakukan
oleh puskesmas dengan pihak lain diluar puskesmas. Kerjasama lintas
sektoral biasanya dilakukan ketika ada program yang sifatnya lebih besar
dan memerlukan peranan pihak lain.

2.8.3. Sarana dan Prasarana


Puskesmas Ambacang terdiri dari satu bagian utama dan satu bagian
paviliun. Bagian utama terdiri dari dua lantai, pada lantai dasar terdiri dari
beberapa ruangan yang digunakan untuk IGD, BP, KIA/KB, konseling TB
dan imunisasi, Apotik, Gigi, dan ruangan rekam medis yang sekaligus
menjadi ruangan loket. Sedangkan pada lantai atas, terdapat ruangan gizi
yang bergabung dengan promosi kesehatan dan surveilens, ruang
pertemuan, dan klinik sanitasi. Kemudian pada paviliun, digunakan
sebagai ruangan tata usaha, ruang staf administrasi, ruang kepala
puskesmas serta laboratorium.

2.8.4. Ketenagaan dan Struktur Organisasi


Puskesmas Ambacang yang diresmikan pada hari Rabu tanggal 5
Juli 2006 memiliki 43 orang staf dengan cakupan wilayah kerja
Puskesmas Ambacang yang memiliki jumlah penduduk 43. 114 jiwa,
angka ini didapatkan dari empat kelurahan yang menjadi tanggung jawab

28
Puskesmas ini dari sembilan kelurahan yang berada di Kecamatan Kuranji,
dengan rincian sebagai berikut:
 Kelurahan Pasar Ambacang : 15.461 Jiwa
 Kelurahan Anduring : 12.329 Jiwa
 Kelurahan Ampang : 6.373 Jiwa
 Kelurahan Lubuk Lintah : 8.951 Jiwa

29
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Manajemen Terpadu Balita Sakit8


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan
terhadap balita sakit dengan menggunakan suatu algoritme yang dilakukan secara
terpadu dengan memadukan pelayanan promosi, pencegahan, serta pengobatan
terhadap lima penyakit penyebab utama kematian pada bayi dan balita di negara
berkembang, yaitu pneumonia, diare,campak, dan malaria serta malnutrisi.

3.2 Konsep MTBS8,9


MTBS digagas World Health Organization (WHO) dan the United
Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) untuk menyiapkan
petugas kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi serta memberikan
tindakan kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya mengancam
jiwa. MTBS bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petugas, memperkuat
sistem kesehatan serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluaran praktik
MTBS di Puskesmas. Indonesia telah mengadopsi pendekatan MTBS sejak tahun
1996 dan implementasi MTBS dimulai tahun 1997. Salah satu kegiatan awal yang
penting pada waktu itu adalah mengadaptasi modul MTBS WHO melalui
kerjasama dengan WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sehingga
menghasilkan 1 set generik Modul MTBS versi Indonesia. Modul MTBS
mengalami revisi beberapa kali sesuai dengan perkembangan situasi penyakit dan
kebijakan pengobatan di Indonesia. Modul MTBS yang dipakai sekarang (last
update) adalah modul revisi tahun 2008.

30
3.2.1 Alur Pelayanan MTBS
Pasien balita sakit dibawakan kartu status dan formulir pencatatan MTBS
setelah mendaftar di loket . Hal ini yang membedakan pelayanan tanpa MTBS di
mana formulir MTBS tidak disertakan. Pasien kemudian dibawa ruang MTBS
untuk diperiksa oleh Case Manager. Case manager adalah bidan yang telah
dilatih MTBS yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan kegiatan MTBS.
Pemeriksaan dimulai dengan melakukan penilaian yang dilanjutkan
dengan pembuatan klasifikasi yang diikuti dengan pemberian tindakan. Cara
penilaian bergantung pada masalah yang dikerjakan yaitu dengan mengisi format
pencatatan MTBS yang meliputi bertanya, melihat, memeriksa, mendengar,
melihat dan meraba dan sebagainya. Klasifikasi ditetapkan setelah melihat hasil
gejala dan tanda yang ditemukan pada penilaian dan akan diteruskan dengan
melakukan tindakan yang sesuai. Tindakan ini juga mengacu pada buku bagan
MTBS. Adapun permasalahan yang dinilai meliputi tanda bahaya umum, batuk
atau sukar bernapas, diare, demam, masalah telinga, gizi buruk dan anemia, status
imunisasi, pemberian kapsul vitamin A serta pemberian makan dan konseling.
Konseling menjadi langkah selanjutnya dan menjadi bagian tak terpisah
dari alur MTBS. Case manager menentukan konseling yang diperlukan saat
pemeriksaan, misalnya perlu diberikan konseling kesehatan lingkungan, gizi atau
imunisasi dan juga berhak meminta petugas yang bersangkutan untuk melakukan
konseling. Pasien disuruh kembali ke case manager untuk dilakukan penulisan
resep. Case manager kemudian meminta ibu bayi atau balita sakit untuk
mengambil obat lebih dahulu ke apotek. Ibu balita diminta kembali ke petugas
tersebut untuk selanjutnya dijelaskan dosis, lama pemberian, waktu pemberian,
cara pemberian cara memberikan obat kepada balita sakit dengan meminumkan
dosis pertama di depan petugas.
Pemeriksaan balita sakit di puskesmas ditangani oleh tim yang dipimpin
oleh pengelola MTBS yang berfungsi sebagai case manager. Semua kegiatan
pemeriksaan dan konseling tersebut dilakukan di ruang khusus MTBS.

3.2.2 Fungsi dan Kedudukan Case Manager

31
Kedudukan case manager tidak ada dalam struktur organisasi puskesmas.
Pemilihannya dilakukan oleh kepala puskesmas berdasarkan pertimbangan pernah
mengikuti pelatihan dan sanggup untuk mengelola MTBS. Dalam keseharian,
pengelola bertanggung jawab kepada koordinator KIA. Case manager
bertanggung jawab melakukan penilaian berdasarkan klasifikasi, mengambil
tindakan serta melakukan konseling dengan dipandu buku bagan dan tercatat
dalam formulir pemeriksaan.
Case manager mendistribusikan tugas serta pekerjaan kepada anggota
tim yaitu petugas gizi untuk menangani konseling gizi, petugas imunisasi untuk
pemberian imunisasi yang dibutuhkan anak pada saat pemeriksaan serta petugas
kesehatan lingkungan yang menangani penyuluhan berkenaan dengan penyakit
yang diakibatkan oleh perilaku dan lingkungan. Kejelasan tugas dalam pembagian
kerja menyebabkan penanganan kasus lebih efektif. Masing-masing petugas bisa
mengerti pekerjaan dan tugas-tugas yang lain sehingga ketika petugas lain yang
diperlukan tidak ada, petugas yang ada bisa mengambil alih. Sifat yang fleksibel
antar anggota tim akan membantu dalam praktik MTBS sehingga pekerjaan terus
berlangsung walaupun ada anggota tim yang tidak ada

3.3. Perbedaan Pelayanan dengan MTBS dan tanpa MTBS


Pendekatan program perawatan balita sakit di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia,yang dipakai selama ini adalah program intervensi secara
terpisah untuk masing-masing penyakit. Program intervensi dilaksanakan secara
terpisah, antara lain program pemberantasan penyakit infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA), program pemberantasan penyakit diare, program pemberantasan
penyakit malaria, dan penanggulangan kurang gizi. Penanganan yang terpisah
seperti ini akan menimbulkan masalah kehilangan peluang (missed opportunity)
dan putus pengobatan pada pasien yang menderita penyakit lain selain penyakit
yang dikeluhkan dengan gejala yang sama atau hampir sama.8
Untuk mengatasi kelemahan program atau metode intervensi tersebut,
WHO dan UNICEF mengembangkan suatu paket yang memadukan pelayanan
terhadap balita sakit dengan cara memadukan intervensi yang terpisah tersebut
menjadi satu paket tunggal yang disebut Integrated Management of Childhood

32
Illness (IMCI) atau di Indonesia dikenal dengan nama MTBS. Pendekatan yang
terintegrasi dalam pemeriksaan balita sakit yaitu memadukan antara pengobatan,
promosi dan pencegahan dalam waktu yang bersamaan. Pengobatan diberikan
sesuai dengan klasifikasi, promosi ditekankan pada peningkatan pemberian makan
pada balita sakit sesuai umur yang dilakukan di tingkat rumah tangga, sedangkan
pencegahan penyakit ditekankan pada pemberian imunisasi, konseling pemberian
ASI dan makanan tambahan, pemberian suplemen kapsul vitamin A dosis tinggi
sesuai yang telah ditetapkan.9
Manfaat Keterpaduan Intervensi dalam praktek MTBS ini adalah
mencegah kasus kehilangan kesempatan (missed opportunity) pada balita. Petugas
kesehatan selalu menanyakan status imunisasi serta sudah diberikan kapsul
vitamin A. Untuk langkah selanjutnya apabila disimpulkan pasien memerlukan
imunisasi serta kapsul vitamin A maka akan diberikan apabila tidak ada kontra
indikasi pemberian imunisasi. Dengan demikian, balita tidak kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan imunisasi serta cakupan imunisasi akan
bertambah. Intervensi integrasi diharapkan dapat meningkatkan tumbuh kembang
anak, mencegah penyakit dan merespon terhadap penyakit yang diderita anak.
Intervensi dilaksanakan pada tingkat rumah tangga dan saat di puskesmas yaitu
dengan memberi penekanan pada penyuluhan pemberian makan dan penggunaan
kelambu di daerah malaria serta mencegah suatu penyakit dengan cara pemberian
imunisasi dan kapsul vitamin A.8
Intervensi berupa pengobatan (kuratif), penyuluhan (promotif) dan
pencegahan (preventif). Intervensi bisa dilaksanakan di rumah pasien dan juga
bisa dilakukan di fasilitas kesehatan. Secara rinci bisa dilihat pada table 3.1.
Tabel 3.1. Intervensi Integrasi 8
Jenis Intervensi Tujuan Intervensi

Dilaksanakan di rumah penderita :


Cara memberikan makanan secara
1) Intervensi berupa konseling
benar
kepada keluarga untuk
meningkatkan gizi ( promosi ).
2) pemberian oralit di rumah
Intervensi untuk meningkatkan
untuk kasus diare (kuratif)

33
3) intervensi untuk meningkatkan pengobatan awal di rumah tangga.
keoatuhan terhadap pengobatan keluarga lebih peduli terhadap
(promosi). penyakit yang di derita anak.
4) Intervensi untuk meningkatkan
kepatuhan terhadap pengobatan Keluarga patuh dalam mengontrol dan
( promosi ). memberikan obat pada anak.

Dilakasanakan di Puskesmas :
pemberian antibiotika dan preparat
1) Manajemen kasus pneumonia,
yang tepat
diare, campak, masalah telinga,
anemia, BGM ( kuratif ).
anak tidak jatuh dalam status gizi
2) Konseling pemberian ASI dan
buruk
makanan tambahan ( promosi
dan pencegahan ).
3) Pemberian imunisasi.
anak terhindar dari penyakit yang
4) Pemberian suplemen vitamin A
dapat dicegah dengan imunisasi dan
dosis tinggi ( pencegahan ).
pemberian vitamin A
5) Pemberian terapi besi
anemia dapat teratasi
( kuratif ).
penyebab anemia dapat dihilangkan.
6) Pemberian obat cacing
(kuratif).

Tabel 3.1 menjelaskan intervensi yang bisa dilaksanakan di rumah dan di


puskesmas. Harapan agar keluarga ikut terlibat dalam proses pengobatan balita
sakit yaitu keluarga berdaya untuk menangani perawatan anak di rumah,
mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa anak serta mematuhi perintah
dalam pemberian obat.8
Pemberian konseling menjadi unggulan dan sekaligus pembeda dari alur
pelayanan sebelum MTBS. Materi meliputi kepatuhan minum obat, cara minum
obat, menasehati cara pemberian makanan sesuai umur, memberi nasehat kapan
melakukan kunjungan ulang atau kapan harus kembali segera. Dengan pemberian
konseling diharapkan pengantar atau ibu balita mengerti penyakit yang diderita
anaknya, cara penanganan anak di rumah, memperhatikan perkembangan penyakit

34
anaknya sehingga mampu mengenali kapan harus segera membawa anaknya ke
petugas kesehatan serta diharapkan memperhatikan tumbuh kembang anak dengan
cara memberikan makanan sesuai umurnya. Semua pesan tersebut tercermin
dalam Kartu Nasihat Ibu (KNI) yang biasanya diberikan setelah ibu atau
pengantar balita sakit mendapatkan konseling.9
Perbedaan penanganan balita sakit dengan dan tanpa MTBS bisa dilihat
pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Perbedaan Pelayanan Sebelum MTBS dan Pelayanan dengan MTBS
Rincian Pemeriksaan sebelum Pemeriksaan dengan
MTBS MTBS

Pelaksana Dokter atau perawat / Tim atau perorangan


bidan yang telah dilatih
MTBS, atau paling tidak
sudah mengenal MTBS
yang terdiri dari
bidan/perawat, petugas
kesling, petugas gizi,
petugas imunisasi.

Proses 1. Menggunakan kartu 1. menggunakan


status. formulir pencatatan
2. Tidak selalu MTBS
menimbang dan 2. selalu memeriksa
mengukur suhu berat dan suhu badan.
tubuh. 3. apabila batuk, selalu
3. Pemeriksaan menghitung nafas,
tergantung pada melihat tarikan dinding
pemeriksa dan mendengar stidor.
4. Tidak selalu 4. apabila diare, selalu
memeriksa status memeriksa kesadaran
gizi, imunisasi, dan balita, mata cekung,
pemberian kapsul member minum anak
vitamin A. untuk melihat apakah

35
tidak bisa minum atau
malas minum atau
mencubit kulit perut
untuk memeriksa turgor.
5. selalu memeriksa
status gizi, status
imunisasi dan pemberian
kapsul vitamin A.

Hasil Diagnosa dan terapi Klasifikasi yang


tergantung pemeriksa. dikonversikan menjadi
diagnosa, tindakan
berupa pemberian terapi
dan konseling berupa
nasehat pemberian
makan, nasehat
kunjungan ulang,
nasehat kapan harus
kembali segera.

Waktu yang diperlukan Kurang lebih 5 menit 10-15 menit

3.4. Keterampilan yang harus dimiliki petugas MTBS11


Untuk menjaga kualitas pelayanan dan meningkatkan keterampilan,
petugas kesehatan dilatih standarisasi MTBS dengan mempelajari materi dasar
dan materi inti yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan klinis dalam
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang terdiri dari : penilaian dan
klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun, menentukan tindakan,
pengobatan, konseling bagi Ibu, tindak lanjut serta tatalaksana bayi muda umur 1
hari sampai 2 bulan (Manajemen Terpadu Bayi Muda/ MTBM).
Pelatihan MTBS yang dianjurkan WHO adalah pelatihan dengan metode
generik selama 11 hari efektif tanpa sesi malam. Pelatihan dilakukan dengan
metode demonstrasi, pembacaan modul, diskusi kelompok, latihan kelompok,
latihan perorangan, latihan lisan, latihan dengan gambar foto, latihan dengan

36
video, dan latihan kasus yang dibimbing oleh instruktur klinik Spesialis Anak
yang sudah mengenali metode kerja MTBS.
Kompetensi yang diharapkan dari pelatihan MTBS adalah petugas
kesehatan bisa melaksanakan proses manajemen kasus penanganan balita sakit
dan bayi muda di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas,
puskesmas pembantu, pondok bersalin , klinik, balai pengobatan maupun melalui
kunjungan rumah. Dengan berpedoman pada buku bagan, petugas menangani
balita sakit dan bayi muda, diantaranya dengan melakukan :
1. Menilai tanda tanda dan gejala penyakit, status imunisasi, status gizi dan
pemberian vitamin A
2. Membuat klasifikasi
3. Menentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi anak dan memutuskan
apakah seorang anak perlu dirujuk
4. Memberi pengobatan pra rujukan yang penting, seperti dosis pertama
antibiotik, vitamin A, suntikan kinin dan perawatan anak untuk mencegah
turunnya gula darah serta merujuk anak.
5. Melakukan tindakan di fasilitas kesehatan (kuratif dan preventif) seperti
pemberian oralit, vitamin A dan imunisasi.
6. Mengajari ibu cara memberi obat di rumah (seperti antibiotik oral atau
obat anti malaria) dan asuhan dasar bayi muda
7. Memberi konseling kepada ibu mengenai pemberian makan pada anak
termasuk pemberian ASI dan kapan harus kembali ke fasilitas kesehatan.
8. Melakukan penilaian ulang dan memberi perawatan yang tepat pada saat
anak datang kembali untuk pelayanan tindak lanjut
Dalam melakukan proses manajemen kasus ini, terdapat dua kelompok
umur yaitu apabila anak umur 2 bulan sampai 5 tahun , menggunakan bagan
“penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun”. Sampai 5
tahun berarti anak belum mencapai ulang tahunnya yang kelima. Kelompok ini
termasuk balita umur 4 tahun 11 bulan, akan tetapi tidak termasuk anak yang
sudah berumur 5 tahun. Seorang anak yang berumur 3 bulan akan masuk dalam
kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun, dan bukan dalam kelompok 1 hari
sampai 2 bulan (Proses manajemen kasus dengan formulir MTBS). Apabila anak

37
belum genap berumur 2 bulan, maka ia tergolong bayi muda. Bagan yang
digunakan adalah “Penilaian, klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari
sampai 2 bulan” khusus mengenai bayi muda, bagan berlaku untuk bayi muda
sakit maupun sehat (Proses manajemen kasus menggunakan formulir MTBM).
Dengan menggunakan buku bagan penilaian & klasifikasi anak umur 2
bulan sampai 5 tahun, petugas mempraktikkan ketrampilan sebagai berikut :
1. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi
2. Memeriksa tanda bahaya umum
3. Menanyakan kepada ibu mengenai empat keluhan utama :
a. Batuk atau sukar bernafas
b. Diare
c. Demam
d. Masalah telinga
Apabila ada keluhan utama tersebut diatas maka dilanjutkan dengan :
1. Melakukan penilaian lebih lanjut gejala lain yang berhubungan dengan
gejala utama
2. Membuat klasifikasi penyakit anak berdasarkan gejala yang ditemukan.
3. Memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi anak dan anemia.
4. Memeriksa status imunisasi dan pemberian vitamin A pada anak dan
menentukan apakah anak membutuhkan imunisasi dan atau vitamin A
pada saat kunjungan tersebut.
5. Menilai masalah / keluhan lain yang dihadapi anak
Keterampilan selanjutnya adalah menentukan tindakan dan memberi
pengobatan yang dibutuhkan. Pengobatan pada anak sakit dapat dimulai di klinik
dan diteruskan dengan pengobatan lanjutan di rumah. Pada beberapa keadaan ,
anak yang sakit berat perlu di rujuk ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.
Dalam hal ini, perlu dilakukan tindakan pra rujukan sebelum anak di rujuk.
Pada bagian ini petugas mempunyai ketrampilan untuk :
1. Menentukan perlunya dilakukan rujukan segera
2. Menentukan tindakan dan pengobatan pra rujukan
3. Merujuk anak, menjelaskan perlunya rujukan, menulis surat rujukan

38
4. Menentukan tindakan dan pengobatan untuk anak yang tidak memerlukan
rujukan segera
5. Memilih obat yang sesuai dan menentukan dosis dan jadwal pemberian
6. Memberi cairan tambahan untuk diare dan melanjutkan pemberian makan.
7. Memberi imunisasi setiap anak sakit sesuai kebutuhan.
8. Memberi suplemen vitamin A
9. Menentukan waktu untuk kunjungan ulang.
Petugas kesehatan harus menyediakan waktu untuk menasehati ibu dengan
cermat dan menyeluruh. Pola perawatan di rumah yang benar merupakan
indikator keberhasilan petugas dalam memberikan konseling mengenai masalah
kesehatan anak ibu. Penggunaan kartu nasehat ibu (KNI) / Buku KIA akan
membantu petugas untuk mempraktikkan konseling pada ibu.
Petugas akan mempraktikkan tugas konseling ini antara lain :
1. Menggunakan keterampilan komunikasi yang baik
2. Mengajari ibu cara memberikan obat oral dirumah
3. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
4. Mengajari ibu cara pemberian cairan di rumah
5. Melakukan penilaian pemberian ASI dan makanan anak
6. Menentukan masalah pemberian ASI dan makanan anak
7. Konseling bagi ibu tentang masalah pemberian ASI dan makanan
8. Menasehati ibu tentang :
a) Kapan kembali untuk kunjungan ulang
b) Kapan kembali segera untuk perawatan lebih lanjut
c) Kapan kembali untuk imunisasi dan pemberian vitamin A
d) Kesehatannya sendiri
9. Menentukan prioritas nasehat.

Petugas memiliki tugas menjelaskan kapan harus kunjungan ulang pada


tiap akhir kunjungan.
Tabel 3.3. Jadwal Kunjungan Ulang Balita 2 Bulan Sampai 5 Tahun11
Anak dengan Kunjungan Ulang

Pneumonia 2 hari

39
Disentri
Malaria, jika tetap demam
Campak dengan komplikasi pada mata
atau mulut
Mungkin DBD, jika tetap demam
Demam: mungkin bukan DBD, jika
tetap demam

Diare persisten 5 hari


Infeksi telinga akut
Infeksi telinga menahun
Masalah pemberian makan
Penyakit lain, jika tidak ada perbaikan

Anemia 4 minggu (1 bulan)

Berat badan menurut umur sangat 4 minggu (1 bulan)


rendah (BGM)

Ada beberapa kunjungan ulang yang berbeda untuk masalah gizi yaitu :
1. Anak yang mempunyai masalah pemberian makan, dan ibu balita telah
dianjurkan untuk melakukan perubahan dalam hal pemberian makan,
kunjungan ulang dalam waktu 5 hari adalah untuk melihat apakah ibu
telah melakukan perubahan itu.
2. Anak yang tampak pucat (anemia),kunjungan ulang dalam 4 minggu untuk
memberi tambahan zat besi (yang penting anak dengan anemia akan
mendapat zat besi dengan total pemberian untuk 1 bulan dan mendapat
tindak lanjut setelah 1 bulan tersebut )
3. Anak yang menderita BGM, kunjungan ulang dalam waktu 4 minggu / 1
bulan untuk menimbang anak, menilai ulang pemberian makan dan
memberi nasehat lebih lanjut sesuai kartu Nasehat Ibu/ KIA.
Jadwal kunjungan ulang ini terdapat dalam Kartu Nasehat IKbu, bersama
nasehat kapan harus kembali segera. Bagian terpenting dari kapan harus kembali
ini, petugas dilatih untuk selalu mengecek pemahaman ibu sebelum ibu
meninggalkan klinik. Dalam memberikan nasehat itu petugas dapat menggunakan

40
istilah istilah lokal yang mudah dimengerti ibu . Kartu nasehat ibu menampilkan
tanda tanda tersebut dalam bentuk kalimat maupun dalam gambar. Petugas akan
melingkari tanda-tanda yang harus diingat ibu. Petugas harus selalu menyadari
bahwa kata kata dan nasehat tersebut dimengerti oleh ibu. Jika ibu tidak mengerti,
mungkin ibu tidak akan kembali. Jika ibu tidak kembali pada saat anak menderita
pneumonia anak mungkin dapat meninggal.
Tabel 3.4. Kapan Harus Segera Kembali pada Balita 2 Bulan Sampai 5 Tahun11
Kunjungan Ulang Tanda-tanda

Setiap anak sakit 1. Tidak bisa minum atau menyusu


2. Bertambah parah
3. Timbul demam
Anak dengan batuk: bukan 1. Nafas cepat
pneumonia, juga kembali jika: 2. Sukar bernafas

Jika anak diare juga kembali jika; 1. Berak bercampur darah


2. Malas minum

Jika anak, mungkin DBD atau demam: 1. Ada tanda-tanda perdarahan


Mungkin bukan DBD, juga kembali 2. Ujung ekstremitas dingin
jika: 3. Nyeri ulu hati atau gelisah
4. sering muntah

Dengan demikian, konseling yang baik diharapkan akan memberikan


pemahaman kepada ibu balita akan perawatan balita yang benar dirumah, yang
pada akhirnya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu akan perawatan
yang benar bagi balitanya.
Tabel 3.5. Jadwal Kunjungan Ulang Bayi 1 Hari Sampai dengan 2 Bulan11
Bayi dengan klasifikasi Waktu kunjungan ulang

Infeksi bakteri 2 hari


Gangguan pemberian ASI
Luka atau bercak putih di mulut
(thrust)
Hipotermi sedang

41
Diare dehidrasi ringan/ sedang

Ikterus fisiologis 7 hari


Berat badan rendah

Petugas harus memastikan bahwa setiap ibu yang bayinya sakit perlu
diberitahu kapan harus membawa bayinya untuk kunjungan ulangan kapan harus
segera dibawa ke petugas kesehatan :
1. Segera membawa bayinya ke petugas kesehatan jika timbul tanda
penyakitnya bertambah parah
2. Membawa bayinya untuk kunjungan ulang pada kurun waktu tertentu
untuk mengecek kemajuan pengobatan dengan antibiotik atau untuk
pemberian imunisasi berikutnya (kunjungan bayi sehat).

Tabel 3.6. Menasehati Ibu Kapan Harus Segera Dibawa ke Petugas Kesehatan11
Segera dibawa ke petugas kesehatan jika bayi menunjukkan salah satu gejala
berikut :
a. Gerakan bayi berkurang
b. Nafas cepat
c. Sesak nafas
d. Perubahan warna kulit (kebiruan, kuning)
e. Malas atau tidak bisa menetek atau minum
f. Badan teraba dingin atau panas
g. Beraknya bercampur darah (ada darah dalam tinja)
h. Jika kulit kuning bertambah
i. Bertambah parah

42
Bayi dibawa ke petugas kesehatan segera jika menunjukkan salah satu
gejala berikut :
1. Gerakan bayi berkurang
2. Nafas cepat
3. Sesak nafas
4. Perubahan warna kulit ( kebiruan, kuning )
5. Malas / tidak bisa menetek atau minum
6. Badan teraba dingin atau panas
7. Beraknya campur darah ( ada darah dalam tinja )
8. Jika kulit kuning bertambah
9. Bertambah parah
Seperti halnya pada balita umur 2 bulan sampai 5 tahun , petugas
kesehatan dilatih untuk mempraktekkan ketrampilannya pada bayi 1 hari sampai 2
bulan sebagai berikut :
1. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi bayi muda
2. Memeriksa dan mengklasifikasi bayi muda untuk masalah :
a. Kejang
b. Gangguan nafas
c. Kemungkinan infeksi bakteri
d. Ikterus
e. Gangguan saluran cerna
f. Diare
g. Kemungkinan berat badan rendah
h. Masalah pemberian ASI
3. Menentukan status imunisasi pada bayi muda
4. Menilai masalah/ keluhan lain pada bayi muda maupun ibu
5. Menentukan tindakan (termasuk rujukan) dan memberi pengobatan pada
bayi muda
6. Memberikan konseling bagi ibu
7. Memberikan pelayanan tindak lanjut pada bayi muda.

43
Pada waktu kunjungan ulang , petugas kesehatan dapat menilai apakah
anak membaik setelah diberi obat atau diperlukan diberi tindakan lainnya. Sebagai
contoh, beberapa anak mungkin tidak bereaksi atas pemberian antibiotika tertentu
atau obat malaria, sehingga diperlukan obat pilihan kedua. Anak dengan diare
persisten membutuhkan tindak lanjut untuk memastikan bahwa diare telah
berhenti sama sekali. Anak dengan demam atau infeksi mata perlu dilihat jika
keadaanya tidak membaik. Anak dengan masalah pemberian ASI dan makanan
memerlukan tindak lanjut untuk memastikan bahwa mereka telah mendapat cukup
ASI/ makanan sehingga berat badannya bertambah.
Tindak lanjut merupakan hal yang penting. Petugas dianjurkan membuat
alur pelayanan khusus untuk kunjungan ulang. Karena petugas telah dilatih untuk
menangani apabila bayi atau balita berkunjung ulang ,maka apabila bayi atau
balita berkunjung ulang akan dilakukan sebagai
berikut, Petugas akan :
1. Menentukan apakah kunjungan anak adalah kunjungan ulang
2. Jika merupakan kunjungan ulang, menilai tanda tanda yang sesuai dengan
petunjuk dalam kotak tindak lanjut (dalam buku bagan) untuk klasifikasi
anak sebelumnya.
3. Memilih tindakan dan pengobatan berdasarkan tanda-tanda yang ada pada
anak saat kunjungan ulang. .
4. Jika anak mempunyai masalah baru, menilai dan mengklasifikasikan anak
seperti anak pada kunjungan pertama
Pada penanganan balita umur 2 bulan sampai 5 tahun, tindakan yang
dilakukan sesuai kotak tindak lanjut pada buku bagan dan ini hampir sama dengan
pada bayi muda. Beberapa klasifikasi untuk dilakukan tindak lanjut pada tabel
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.7. Klasifikasi Untuk Dilakukan Tindak Lanjut11
Anak umur 2 bulan sampai 5 tahun Anak umur 1 hari sampai 2 bulan

Kunjungan ulang pneumonia Kunjungan ulang hipotermia sedang


Kunjungan ulang diare persisten Kunjungan ulang infeksi bakteri lokal
Kunjungan ulang disentri Kunjungan ulang ikterus fisiologis
Kunjungan ulang malaria Kunjungan ulang diare dehidrasi

44
Kunjungan ulang demam mungkin ringan/ sedang
bukan malaria Kunjungan ulang berat badan rendah
Kunjungan ulang campak dengan Kunjungan ulang masalah pemberian
komplikasi mata atau mulut ASI
Kunjungan ulang untuk mungkin Kunjungan ulang luka atau bercak
DBD dan demam: mungkin bukan putih (thrusth) di mulut
DBD
Kunjungan ulang infeksi telinga
Kunjungan ulang masalah pemberian
makan

Petugas telah dilatih keterampilan untuk mengetahui sebagai berikut :


1. Jika menemukan klasifikasi kuning berubah menjadi hijau, artinya
keadaan bayi muda membaik.
2. Kalsifikasi yang tetap kuning berarti keadaan bayi muda tetap.
3. Jika klasifikasi kuning menjadi merah, keadaan bayi muda memburuk
Bayi muda sakit yang tidak sembuh setelah diobati, mungkin saja ada
keadaan atau penyakit lain yang tidak diberikan saat pelatihan dan memerlukan
pengobatan lebih lanjut. Petugas akan merujuk bayi muda sakit jika :
1. Keadaan bayi memburuk atau
2. Keadaan bayi tetap dan obat pilihan kedua tidak tersedia atau
3. Petugas khawatir tentang keadaan bayi muda atau
4. Tidak tahu harus berbuat apa dengan bayi muda.

45
BAB IV
IDENTIFIKASI MASALAH

4.1. Identifikasi masalah7


Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas tidak
memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu
dilakukan penentuan prioritas masalah. Dalam hal ini metode yang kami gunakan
adalah teknik scoring. Dari masalah tersebut akan dibuat Plan of Action untuk
meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan. Dari hasil pengamatan dan
wawancara langsung dengan pimpinan dan staf puskesmas, ada beberapa potensi
masalah yang didapatkan di Puskesmas Ambacang Kuranji, yaitu:
1. Belum terlaksananya Pos Pembinaan Terpadu di wilayah kerja Puskesmas
ambacang kuranji
Pada wilyah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji, sejak tahun 2010
beberapa PTM masuk dalam 10 penyakit terbanyak berdasarkan jumlah
kunjungan. PTM tersebut berupa rematik, hipertensi, gastritis, penyakit
kulit alergi. PTM ini dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami
peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dalam table berikut
Tabel 4.1. PTM Tahun 2010 dan 2011
No Penyakit tidak Tahun 2010 Tahun 2011
Jumlah % kasus Jumlah % kasus

46
menular kasus kasus
1. Rematik 3504 12,67 3474 14,07
2. Gastritis 2976 10,76 2866 11,60
3. Hipertensi 2002 7,24 2337 9,46
4. Penyakit kulit alergi 1047 3,78 1325 5,36

Namun, usaha pemberdayaan masyarakat untuk PTM belum ada.


Untuk itulah diperlukan pemberdayaan UKBM, yaitu Posbindu sebagai
upaya promotif dan preventif dalam menangani masalah PTM. Belum
terbentuknya Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji
sampai saat ini, karena PTM belum menjadi perhatian pada tahun
sebelumnya dan posbindu tidak termasuk dalam 6 program pokok
puskesmas.
2. Belum optimalnya kinerja dari Klinik Sanitasi dalam pencegahan penyakit
berbasis lingkungan di Puskesmas Ambacang Kuranji pada tahun 2011.
Berdasarkan laporan surveilans, jumlah penderita penyakit berbasis
lingkungan selama tahun 2011 di empat kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Ambacang Kuranji, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2. Jumlah Penderita Penyakit Berbasis Lingkungan di Puskesmas


Ambacang Kuranji Tahun 2011
Kelurahan Diare Ispa Malaria DBD TB Campak Chikungunya
paru
Ps. 286 747 3 14 10 3 28
Ambacang
Lb.Lintah 168 561 - 8 9 3 1
Anduring 159 379 - 7 5 3 3
Ampang 165 721 - 7 7 4 4
Total 778 2408 3 36 31 13 36

Sedangkan berdasarkan laporan pencapaian klinik sanitasi program


kesehatan lingkungan, diperoleh data pada table
Tabel 4.3. Jumlah Pasien yang Berkunjung ke Klinik Sanitasi Puskesmas
Ambacang Kuranji Tahun 2011
No Bulan Penyakit Berbasis Lingkungan
Diare ISPA Malaria DBD Tb Paru Campak

47
1 Januari s/d Juni 123 - 2 7 30 2
2 Juli 8 9 1 2 2 -
3 Agustus 17 9 - 1 4 1
4 September 11 3 - - 4 6
5 Oktober 27 5 - - 2 -
6 November 22 7 - - - 5
7 Desember 12 9 - 1 - -
Jumlah 220 42 3 11 42 14

Dari data di atas terlihat kesenjangan antara jumlah penderita


penyakit berbasis lingkungan yang dating ke Puskesmas Ambacang
Kuranji dengan jumlah penderita penyakit berbasis lingkungan yang
datang ke Klinik Sanitasi.Contohnya pada kasus diare, dari 778 kasus,
hanya 220 pasien yang mendapat pelayanaan di klinik sanitasi.
Dari observasi dan wawancara yang penulis lakukan dengan kepala
puskesmas dan pemegang program kesehatan lingkungan, diketahui
bahwasanya Rendahnya pencapaian klinik sanitasi ini, disebabkan klinik
sanitasi yang ada di puskesmas Ambacang Kuranji hanya di buka tiap hari
senin dan kamis, sehingga pasien yang memiliki penyakit berbasis
lingkungan yang datang di luar ke dua hari tersebut tidak terdata.
3. Rendahnya capaian D/S bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang Kuranji tahun 2011. Dalam pelaksanaan Posyandu di empat
kelurahan selama tahun 2011, didapatkan masih rendahnya pencapaian
D/S selama tahun 2011.
Tabel. 4.4. Pencapaian D/S Balita di wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Tahun
2011
a. Pencapaian D/S
Bulan Kelurahan (%) Puskesmas
Ps.Ambacang Lb.Lintah Anduring Ampang
Januari 67,71 35,80 37,33 51,40 49,98
Februari 80,13 74,92 76,05 77,46 77,49
Maret 54,23 52,25 58,15 48,73 54,13
April 57,83 60,98 54,94 70,98 59,60
Mei 66,14 41,02 59,17 62,81 59,69
Juni 67,59 47,84 61,71 66,19 61,60
Juli 54,47 47,44 56,91 59,85 54,50
Agustus 63,35 50,15 63,60 53,52 59,23

48
September 72,29 43,73 61,20 5464 60,58
Oktober 52,03 4,49 64,84 64,36 60,10
November 61,14 58,67 61,42 61,12 60,71
Desember 61,73 60,88 62,66 62,81 61,98
Rata-rata 63,22 53,67 59.83 61,15 59,96

Dari data diatas terlihat bahwa pencapaian D/S tahun 2011 yaitu 59,96 %,
belum mencapai target yaitu 65%, terdapat kesenjangan 5,04%.
4. Masih rendahnya angka pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja
puskesmas Ambacang Kuranji
Berdasarkan hasil rekapitulasi data PSG kadarzi Tahun 2011, di
dapatkan jumlah pemberian asi eksklusif di wilayah kerja puskesmas
Ambacang Kuranji sebagai berikut :

49
Tabel 4.5. Jumlah Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
Ambacang Kuranji Tahun 2011
No Kelurahan Jumlah pemberian Asi Eksklusif
Hasil %
1 Pasar Ambacang (30 KK) 15 50
2 Lubuk Lintah (30KK) 21 70
3 Anduring (30KK) 24 80
4 Ampang (30KK) 4 13

5. Belum terlaksananya Manajermen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai


upaya pengelolaan bayi dan balita sakit.
Hal ini didasarkan data 10 penyakit terbanyak pada balita dan data
jumlah kematian bayi dan balita di wilayah Kerja Ambacang Kuranji:
Tabel. 4.6. Data 10 Penyakit Terbanyak pada Balita Per Kelurahan Puskesmas
Ambacang Kuranji Tahun 2011
No Penyakit Kelurahan Jumlah
Ps Anduring Lb Ampang
.
Ambacang Lintah
1 ISPA 1025 728 586 480 2819
2 Infeksi Kulit 274 186 166 108 734
3 Obs Demam 141 96 78 76 391
4 Diare 103 86 71 40 300
5 Alergi Kulit 58 32 28 20 138
6 Pneumoni 35 23 18 17 93
7 Penyakit 36 17 16 16 85
Telinga
8 Penyakit 27 16 17 15 75
Mata
9 Varicella 18 17 16 15 66
10 Kecacingan 10 5 4 3 22
Jumlah 1727 1206 1000 790 3823

Tabel 4.7. Data Jumlah Kematian Bayi dan Balita Per Kelurahan Puskesmas
Ambacang Kuranji Tahun 2011
No Penyebab Kl. Ps. Kl. Kl. Lb. Kl. Jumlah
Ambacang Anduring Lintah Ampang
1 Bayi 4 5 10 5 24
2 Balita 1 1 3 1 6

50
6. Pencapaian Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) bayi, anak balita dan
anak pra sekolah yang belum memenuhi target
Tabel 4.8. Hasil Pencapaian DDTK Bayi Per Kelurahan Puskesmas Ambacang
Kuranji Tahun 2011
No Sasaran Jumlah Jumlah yang di %
DDTK
1 Bayi 919 306 33,3
2 Anak Balita 3581 1114 31,11
3 Anak pra sekolah 347 139 40,06
Jumlah 919 306

Dari tabel di atas tergambar bahwa pencapaian DDTK belum


memenuhi target sesuai yang ditetapkan 80 %. Dimana pencapaian DDTK
bayi masih kurang sebanyak 46,7 %, pencapaian DDTK anak balita masih
kurang 48,89 %, dan pencapaian DDTK anak pra sekolah masih kurang
sebanyak 39,93 % lagi

4.2. Penentuan Prioritas Masalah7


Setelah dilakukan observasi dan wawancara dengan pimpinan dan staf
puskesmas Ambacang Kuranji, maka didapatkan beberapa masalah :
2. Belum adanya POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu) sebagai upaya
penanggulangan kasus-kasus PTM (Penyakit Tidak Menular)
3. Belum optimalnya kinerja dari Klinik Sanitasi dalam pencegahan penyakit
berbasis lingkungan di Puskesmas Ambacang Kuranji pada tahun 2010.
4. Rendahnya capaian D/S bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang Kuranji tahun 2011
5. Masih rendahnya angka pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja
puskesmas Ambacang Kuranji.
6. Belum terlaksananya Manajermen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai
upaya pengelolaan bayi dan balita sakit.
7. Pencapaian Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) bayi, anak balita dan
anak pra sekolah yang belum memenuhi target
Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas
tidak memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya,

51
sehingga perlu dilakukan penentuan prioritas masalah. Dalam hal ini
metode yang penulis gunakan adalah teknik scoring. Dari masalah tersebut
akan dibuat Plan of Action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu
pelayanan.
Kriteria nilai yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Urgensi
Merupakan tolak ukur penilaian masalah berdasarkan tingkat
kepentingan penyelesaian suatu masalah.
a. nilai 1 = tidak penting
b. nilai 2 = kurang penting
c. nilai 3 = cukup penting
d. nilai 4 = penting
e. nilai 5 = sangat penting
2. Kemungkinan intervensi
Merupakan tolak ukur penilaian masalah berdasarkan tingkat
kesulitan yang akan dihadapi dalam melakukan penyelesaian masalah.
a. nilai 1 = tidak mudah
b. nilai 2 = kurang mudah
c. nilai 3 = cukup mudah
d. nilai 4 = mudah
e. nilai 5 = sangat mudah
3. Biaya
Merupakan tolak ukur penilaian masalah berdasatkan besarnya
biaya yang dibutuhkan dalam penyelesaian masalah.
a. nilai 1 = sangat mahal
b. nilai 2 = mahal
c. nilai 3 = cukup mahal
d. nilai 4 = murah
e. nilai 5 = sangat murah
4. Mutu

52
Merupakan tolak ukur penilaian masalah berdasarkan
kemungkinan peningkatan mutu puskesmas setelah dilaksanakannya
upaya-upaya pemecahan masalah.
a. nilai 1 : sangat rendah
b. nilai 2 : rendah
c. nilai 3 : sedang
d. nilai 4 : tinggi
e. nilai 5 : sangat tinggi

Tabel 4.9. Tabel Penentuan Prioritas Masalah


Masalah Urgensi Intervensi Biaya Mutu Total Rank

Belum ada POSBINDU 4 2 4 4 14 II


(Pos Pembinaan Terpadu)
sebagai upaya
penanggulangan kasus-
kasus PTM (Penyakit
Tidak Menular)
Rendahnya capaian D/S 3 2 4 3 12 V
bayi dan balita di wilayah
kerja Puskesmas
Ambacang Kuranji 2011
Masih rendahnya angka 2 2 4 3 11 VI
ASI ekskulsif di wilayah
kerja Puskesmas
Ambacang Kuranji
Belum optimalnya kinerja 3 3 4 3 13 III
dari klinik sanitasi dalam
pencegahan penyakit
berbasis lingkungan di
Puskesmas Ambacang
Kuranji pada tahun 2011
Belum terlaksananya 4 4 3 4 15 I
Manajermen Terpadu

53
Balita Sakit (MTBS)
sebagai upaya pengelolaan
bayi dan balita sakit.
Pencapaian Deteksi Dini 2 3 4 4 13 IV
Tumbuh Kembang
(DDTK) bayi, anak balita
dan anak pra sekolah yang
belum memenuhi target

Berdasarkan penilaian prioritas masalah dan diskusi lebih lanjut dengan


pimpinan dan staf puskesmas, maka yang menjadi prioritas masalah pertama
adalah belum terlaksananya Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai
upaya pengelolaan bayi dan balita sakit, karena itu penulis mengangkat masalah
ini dalam penulisan Plan Of Action.

4.3. Analisis Sebab Akibat Masalah7


Berdasarkan penilaian prioritas di atas ditentukan bahwa masalah yang
menjadi prioritas di Puskesmas Ambacang Kuranji adalah Tingginya Angka
Kesakitan dan Kematian Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang
Kuranji tahun 2011 . Dalam hal ini, berdasarkan hasil observasi dan wawancara
telah yang dilakukan terhadap kepala dan staf puskesmas, sangat dipengaruhi oleh
kurang optimalnya pelayanan bayi dan balita Sakit melalui suatu manajemen
terpadu. Untuk itu diperlukan implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) di Puskesmas Ambacang Kuranji
Belum terlaksananya implementasi MTBS dalam penanganan bayi dan
balita sakit bila ditinjau dari empat aspek :
1. Lingkungan
Tempat Balai Pengobatan KIA yang sempit (2x2m). Ruang
pelayanan untuk KIA anak digabung dengan KIA ibu sehingga pelayanan
KIA anak kurang optimal.
2. Manusia
a. Masyarakat

54
Dari hasil kuesioner kepada 20 ibu yang membawa balita sakit ke
Puskesmas Ambacang, diperoleh kesimpulan bahwa masyarakat
kurang mengetahui cara perawatan anak di rumah, mengenali tanda-
tanda yang membahayakan jiwa si anak serta kapan harus membawa
anak ke balai pengobatan
b. Petugas Kesehatan
 Dari hasil kuesioner kepada 21 petugas kesehatan di Puskesmas
Ambacang, diperoleh data bahwa hanya 2 dari 21 petugas yang
pernah mengikuti pelatihan MTBS. Kedua petugas tersebut
memiliki jabatan struktural yakni sebagai Kepala dan Bendahara
Puskesmas yang tidak ikut dalam pelayanan sehingga tidak dapat
mengaplikasikan materi pelatihan yang pernah mereka dapatkan
di tempat bertugas sebelumnya
 Berdasarkan hasil wawancara terhadap kedua petugas yang
pernah mendapatkan pelatihan MTBS tersebut, satu kali pelatihan
yang pernah mereka ikuti dirasakan kurang memberikan hasil
maksimal sehingga diharapkan perlu forum review atau
penyegaran kepada petugas yang telah terlatih, minimal 1 x/ tahun
 Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas,
Dalam upaya imlementasi MTBS, perlu pula dirancang forum
supervisi oleh Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas .Melalui
forum supervise ini diharapkan petugas akan termotivasi untuk
tetap konsisten menjalankan praktik MTBS karena mereka
merasa diamati, mendapat umpan balik terhadap kesalahan dan
akan mendapatkan informasi baru
 Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pihak
puskesmas, diperoleh informasi bahwa tidak adanya suatu tim
yang terdiri dari bidan/perawat, petugas kesling, petugas gizi,
petugas imunisasi dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bagi
bayi dan balita sakit.
3. Metode

55
a. Kurangnya sosialisasi implementasi MTBS dari pihak Dinas
Kesehatan Kota
b. Pelayanan bayi dan balita sakit hanya dicatat dalam kartu status,tidak
dibuatkan klasifikasi yang dikonversikan menjadi diagnosa, tindakan
berupa terapi dan konseling
4. Material
a. Tidak adanya sarana prasarana MTBS seperti buku bagan MTBS yang
harus dimiliki petugas kesehatan, formulir MTBS, bagan dinding
MTBS
b. Sarana dan prasarana di balai pengobatan KIA tidak memadai, seperti
timbangan berat badan, ARI timer, termometer, tensimeter dan manset
anak.Sulit mendapatkan penggantian alat-alat yang rusak seperti
thermometer yang sering pecah. anak gelisah
c. Beberapa obat yang digunakan dalam MTBS tidak termasuk dalam
daftar obat esensial nasional (LPLPO) yang digunakan di antaranya:
Kotrimoksazol, tablet kina, tablet primakuin, tablet sulfaduksin,
pirimetamin, diazepam suppositoria dan injkesi, kloramfenikol injeksi,
gentamisin injeksi, penisilin prokain injeksi, tablet nistatin, gentian
violet 1%, pirantel pamoat.

56
Manusia
Masyarakat
Masyarakat kurang mengetahui cara perawatan anak di rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan
jiwa si anak serta kapan harus membawa anak ke balai pengobatan
Petugas Kesehatan
-Tidak adanya pelatihan, foeum review, supervisi MTBS kepada petugas kesehatan di Puskesmas
Ambacang Kuranji
-Tidak adanya suatu tim yang terdiri dari bidan/perawat, petugas kesling, petugas gizi, petugas imunisasi
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bagi bayi dan balita sakit.

Material
-Tidak adanya sarana prasarana MTBS seperti buku bagan MTBS yang
dimiliki petugas kesehatan, formulir MTBS, bagan dinding MTBS
-Sarana dan prasarana di balai pengobatan KIA tidak memadai, seperti
tensimeter, stetoskop, pneumonia timer,dll
- tidak tersedianya beberapa obat yang mendukung kegiatan MTBS

Tingginya angka
kesakitan dan
kematian bayi dan
balita

Lingkungan Metode1.Kurangnya sosialisasi implementasi MTBS dari pihak DKK


Tempat Balai Pengobatan KIA yang sempit 2. Pelayanan bayi dan balita sakit hanya dicatat dalam kartu
status,tidak dibuatkan klasifikasi
Ruang pelayanan KIA ibu digabung dengan KIA anak

Diagram. 4.1. Diagram Ishikawa


57
BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan penilaian prioritas di atas ditentukan bahwa masalah yang menjadi


prioritas di Puskesmas Ambacang Kuranji adalah Tingginya Angka Kesakitan dan Kematian
Bayi dan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2011 . Dalam hal ini,
berdasarkan hasil observasi dan wawancara telah yang dilakukan terhadap kepala dan staf
puskesmas, sangat dipengaruhi oleh kurang optimalnya pelayanan bayi dan balita Sakit
melalui suatu manajemen terpadu. Untuk itu diperlukan implementasi Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas Ambacang Kuranji
Agar terlaksananya implementasi MTBS dalam penanganan bayi dan balita sakit,
maka hal yang dapat dilakukan bila ditinjau dari empat aspek berdasarkan analisa masalah,
sebagai berikut:
1. Lingkungan
Mengupayakan ruangan pelayanan yang memadai. Ruang pelayanan KIA
anak dan KIA ibu dipisahkan
a. Rencana : Mengusahakan membuat ruangan baru, memanfaatkan teras di
depan KIA sementara waktu hingga bangunan selesai
b. Pelaksana : Pihak puskesmas
c. Pelaksanaan : 2012
d. Sasaran : Pimpinan puskesmas, DKK
e. Target : Tersedia ruang pelayanan KIA anak yang memadai
2. Manusia
a. Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan kepada ibu mengenai cara perawatan anak di
rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si anak serta kapan
harus membawa anak ke balai pengobatan
 Rencana : Mengoptimalkan konseling setiap kali pelayanan, Melakukan
penyuluhan, Mengadakan Kartu Nasihat Ibu (KNI)
 Pelaksana : Petugas kesehatan, dokter muda IKM
 Pelaksanaan : Setiap kali pelayanan, petugas kesehatan memberikan
konseling kepada pengantar atau ibu pasien mengenai penyakit yang diderita
cara penanganan anak di rumah, memperhatikan perkembangan penyakit

58
anaknya sehingga mampu mengenali kapan harus segera membawa anaknya
ke petugas kesehatan serta diharapkan memperhatikan tumbuh kembang anak
 Sasaran : Ibu-ibu
 Target : Ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai cara merawat
anak di rumah, mengenali tanda-tanda yang membahayakan jiwa si anak,
tahu kapan harus dibawa ke balai pengobatan dan memiliki Nartu Nasihat
Ibu (KNI)
b. Petugas Kesehatan
 Mengadakan sosialisasi dan pelatihan MTBS kepada petugas kesehatan
 Rencana : Sosialisasi MTBS oleh dokter muda IKM,
Mengupayakan DKK untuk dapat melaksanakan pelatihan MTBS
selama 11 hari efektif kepada petugas kesehatan
 Pelaksana : Pimpinan puskesmas, DKK, dokter muda IKM
 Pelaksanaan : 2012
 Sasaran : Dokter, bidan/ perawaT
 Target : Puskesmas memiliki petugas kesehatan yang paham
dan terlatih dalam menggunakan MTBS.
 Mengadakan forum review atau penyegaran kepada petugas yang telah
terlatih, minimal 1 x/ tahun
 Rencana : Mengajukan permohonan forum review kepada DKK
 Pelaksana : Pimpinan puskesmas, DKK
 Pelaksanaan : satu kali per tahun
 Sasaran : Petugas MTBS yang telah terlatih
 Target : Petugas kesehatan yang terlatih agar tetap konsisten
dan memiliki keterampilan yang terpelihara dalam menjalankan praktik
MTBS
 Mengupayakan supervisi MTBS oleh dinas kesehatan dan oleh pimpinan
puskesmas bila implementasi MTBS telah berjalan.
 Rencana : mengadakan pemantauan langsung pelayanan balita
sakit oleh petugas MTBS, memberikan umpan balik untuk
ditindaklanjuti.
 Pelaksana : pimpinan puskesmas, DKK
 Pelaksanaan : satu kali per tahun

59
 Sasaran : pelayanan balita sakit oleh petugas MTBS, formulir
MTBS yang sudah terisi dan dipilih secara acak dan terhadap sarana dan
prasarana yang mendukung praktek MTBS.
 Target : petugas termotivasi untuk tetap konsisten
melaksanakan praktek MTBS.
 Membentuk tim pelayanan MTBS yang dipimpin oleh seorang case manager
 Rencana : Mengadakan musyawarah dalam membentuk tim dan
memilih case manager berdasarkan pertimbangan pernah mengikuti
pelatihan dan sanggup untuk mengelola MTBS
 Pelaksana : Pimpinan dan staf puskesmas
 Pelaksanaan : 2012
 Sasaran :Bidan, petugas gizi, petugas kesling, petugas
imunisasi,dll
 Target : puskesmas memiliki sebuah tim yang bertugas dalam
pelayanan MTBS yang dipimpin oleh seorang case manager yang telah
terlatih dan sanggup dalam mengelola MTBS.
3. Metode
Dilakukan penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun,
menentukan tindakan, pengobatan, konseling bagi Ibu, tindaklanjut serta tatalaksana
bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan (Manajemen Terpadu Bayi Muda/ MTBM) .
 Rencana : Diterapkan formulir MTBS/MTBM
 Pelaksana :Pihak puskesmas
 Pelaksanaan : Setiap kali mengelola bayi dan balita sakit
 Sasaran : Petugas kesehatan
 Target :Petugas mampu dalam melakukan penilaian dan klasifikasi
anak sakit, menentukan tindakan, pengobatan dan konseling bagi ibu sesuai
MTBS.
4. Material
a. Mengupayakan agar petugas kesehatan memiliki pedoman dalam menjalankan
praktik MTBS
 Rencana : Pengadaan Buku Bagan MTBS, Bagan Dinding MTBS
 Pelaksana : Dokter muda IKM
 Pelaksanaan : Satu kali

60
 Sasaran : Petugas Kesehatan
 Target : Setiap petugas kesehatan memiliki Buku Bagan MTBS,
Tersedia Bagan Dinding MTBS
b. Mengupayakan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung praktek MTBS
seperti manset dan tensimeter anak, timbangan berat badan, ARI timer,
thermometer, gelas dan teko.
 Rencana : mengusulkan inventarisasi sarana dan prasarana tersebut
kepada DKK.
 Pelaksana : Pimpinan puskesmas
 Pelaksanaan : 2012
 Sasaran : DKK
 Target : tersedia sarana dan prasarana yang mendukung praktek MTBS

c. Pengadaan obat-obat yang mendukung praktek MTBS di Puskesmas Ambacang.


 Rencana : mengajukan obat-obat yang tidak tersedia tersebut ke dalam
laporan permintaan obat.
 Pelaksana : Pihak puskesmas
 Pelaksanaan : tiga bulan sekali
 Sasaran : DKK
 Target : tersedia obat-obatan yang mendukung praktek MTBS.

61
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan

Berdasarkan data laporan tahunan program KIA Puskesmas Ambacang pada tahun
2011, angka kematian untuk bayi (0-11 bulan) di Puskesmas Ambacang yaitu 24 per 738
jumlah sasaran bayi dengan sebaran BBLR 29,2%, penyakit jantung bawaaan 8,3%, infeksi
saluran nafas akut 16,7%, asfixia berat 8,3%, ikterik 4,2%, observasi demam 29,2%, diare
8,3%, meningitis 4,2% dan lahir mati 16,7%. Angka kematian anak balita (12-59 bulan)
sebanyak 6 kasus per 3687 jumlah sasaran dengan sebaran diare 50%, penyakit jantung
bawaan 16,7% dan aspirasi karena tenggelam 33,3%.3

Data 10 penyakit terbanyak balita di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2010
berturut-turut yakni ISPA sebanyak 2819 kasus, Infeksi kulit 734 kasus, observasi demam
391 Kasus, diare 391 kasus, alergi kulit 138 kasus, pneumonia 93 kasus, penyakit telinga 85
kasus, penyakit mata 75 kasus, varicella 66 kasus dan kecacingan 22 kasus. Sebagian besar
penyakit tersebut merupakan lima penyakit penyebab utama kematian bayi dan balita di
negara berkembang seperti pneumonia, diare, campak, malaria dan malnutrisi dan WHO telah
menyusun suatu Manajemen Terpadu Balita Sakit. Manajemen ini memadukan pelayanan
promosi, pencegahan, serta pengobatan sehingga akan meningkatkan kualitas dn akses
pelayanan. Pada kenyataan yang terjadi di Puskesmas Ambacang, penyakit-penyakit tersebut
belum dikelola dengan menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sehingga
pelayanan kesehatan di Puskesmas Ambacang untuk bayi dan anak balita belum terlaksana
secara optimal. Implementasi MTBS sulit dilaksanakan di Puskesmas Ambacang terutama
disebabkan kurangnya dukungan DKK dalam hal sosialisasi dan pelatihan petugas serta
dukungan sarana dan prasarana.

62
6.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diusulkan dalam pemecahan permasalahan agar
Implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dapat berjalan dalam rangka
menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian Bayi dan Balita di wilayah kerja Puskesmas
Ambacang yaitu mengupayakan agar dapat terlaksananya sosialisasi dan pelatihan MTBS
bagi petugas kesehatan dan mengupayakan dukungan sarana dan prasarana dari Dinas
Kesehatan Kota. Apabila implementasi MTBS ini dapat berjalan, maka diperlukan forum
review dan forum supervisi agar petugas kesehatan tetap melakukan praktik MTBS secara
konsisten dan tidak kembali ke metode konvensional.

DAFTAR PUSTAKA

63
1. Departemen Kesehatan RI, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. Petunjuk Teknis:
Penggunaan dana APBN yang dilaksanakan di Propinsi, Kabupaten/Kota Program
Upaya Kesehatan Masyarakat dan Program Perbaikan Gizi Masyarakat Tahun
Anggaran 2007. Jakarta : 2007.
2. Statistic Indonesia. Sensus Penduduk 2007 : Angka Kematian Bayi (AKB) menurut
Propinsi, Kabupaten Kota, dan Jenis Kelamin. Diakses dari http://www.Statistic
Indonesia.com. pada tanggal 1 Februari 2011.
3. Laporan Tahunan Program KIA Puskesmas Ambacang Tahun 2010. Padang : 2011.
4. World Health Organization. Integrated Management of Childhood Illness : Global status
of Implementation. WHO, Juni 1999. Diakses dari http://www.emro.who.int/cah/MDG-
about.htm. pada tanggal 1 Februari 2011.
5. Departemen kesehatan RI dan WHO . Modul -1 MTBS: Pengantar . Dinkes Jateng, 2006.
6. Mukti, A.G. Strategi Terkini Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan : Konsep dan
Implementasi. Penerbit Pusat Pengembangan Sistem Pembiayaan dan Manajemen
Asuransi / Jaminan Kesehatan. 2007. Yogyakarta : PT. Karya Husada Mukti.
7. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang Tahun 2010. Padang : 2011.
8. Pan American Health Organization, About Integrated Management of Childhiid Illnes
(IMCI). Diakses dari http://www.paho.com pada tanggal 1 Februari 2011.
9. WHO and UNICEF. IMCI Adaptation Guide, Geneva. Diakses dari http://www.who.int.
pada tanggal 1 Februari 2011.
10. World Health Organization-UNICEF. Model Chapter for Textbooks : IMCI, Integrated
Management of Childhood Illness. Diakses dari http://www.who.int/childadolescent-
health/publications/IMCI/WHO_FCH_CAH_00.40.htm pada tanggal 1 Februari 2011.

64

Anda mungkin juga menyukai