Anda di halaman 1dari 5

Tugas 2 (Individu) Minggu ke 5

Menyusun rancangan implementasi dua model nursing theory dalam pelayanan


keperawatan pasien disuatu ruang rawat nginap.
Materi makalah :
1) Penulisan sunstansi dan konten nursing theory
2) Rangcangan implementasi nursing theory dalam pelayanan keperawatang
3) Kelebihan dan kekurangan nursing theory tersebut
Susunan makalah implementasi :
Bab 1 : Pendahuluan (latar belkang masalah, Rumusan masalah, Tujuan, Manfaat )
Bab 2 : Tinjauan Teori dengan Nursing Theory yang dipilih
Bab 3 : Implementasi Nursing Theory dalam pelayanan keperawatan

Tugas 3 (Individu) Minggu ke 7


Menyususn rancangan dua nursing theory yang akan melandasi riset tesis
mahasiswa. Deskripsikan dari kontektual filosofikal, kedalam 4 sd 5 paragraf. 800 sd 850
kata prafrase.
Materi makalah :
1) Deskripsi dua nursing theory yang di adopsi, diadaptasi dan di modifikasi
2) Rancangan implementasi dua nursing theory dalm bentuk skema dan
kontennya
3) Deskripsikan skema yang dirancang dengan naratif prafrase dalam
implementasi rencana riset tesis

Pada saat lahir, bayi baru lahir akan mengalami masa yang paling dinamis dari
seluruh siklus kehidupan. Bayi mengalami suatu proses perubahan dikenal sebagai periode
transisi yaitu periode yang dimulai ketika bayi keluar dari tubuh ibu harus beradaptasi dari
keadaan yang sangat bergantung menjadi mandiri secara fisiologis, selama beberapa
minggu untuk sistem organ tertentu.
Jadi adaptasi merupakan suatu penyesuaian bayi baru lahir dari dalam uterus ke
luar uterus, prosesnya disebut periode transisi atau masa transisi.  Secara keseluruhan,
adaptasi diluar uterus harus merupakan sebagai proses berkesinambungan yang terjadi
selama keseluruhan. Maka  pada setiap kelahiran, bidan harus memikirkan tentang faktor-
faktor kehamilan atau persalinan yang dapat menyebabkan gangguan pada jam-jam
pertama kehidupan diluar rahim seperti partus lama, trauma lahir, infeksi, keluar
mekunium, penggunaan obat-obatan.

Saat-saat dan jam pertama kehidupan diluar rahim merupakan salah satu siklus kehidupan. Pada
saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada ibu menuju kemandirian secara fisiologi. Proses
perubahan yang komplek ini dikenal sebagai periode transisi.

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL
memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan
intra uteriin ke kehidupan ekstrauterine) dan toleransi bagi BBl untuk dapat hidupp dengan baik.
Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Bayak peubahan psikologis
yang terjadi hanya sebagai permulaan atau bahkan adanya kelainan-kelainan pada bayi. Asuhan
pada bayi 2-6 hari setelah lahir harus dilakukan secara menyeluruh. Asuhan pada bayi 2-6 hari juga
harus diinformasikan dan diajarkan kepada orang tua bayi, sehingga saat kembali kerumah orang tua
sudah siap dan dapat melaksanakannya sendiri.
Menurut Soetjiningsih kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: 1. ASUH Yang
termasuk kebutuhan asuh adalah: a. Nutrisi yang mencukupi dan seimbang Pemberian nutrisi sacara
mencukupi pada anak harus sudah dimulai sejak dalam kandungan,yaitu dengan pemberian 105
nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir harus diupayakan pemberian asi secara
eksklusif yaitu pemberian asi saja samapi anak berumur 4-6 bulan. Sejak berumur enam bulan, sudah
waktunya anak diberi makanan tambahan atau makanan pendamping asi. Pemberian makanan
tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makan yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi yang mulai meningkatk pada masa bayi dan pra sekolah, karena pada masa ini pertumbuhan
dan perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat, terutama pertumbuhan otak.

Bayi prematur menghadapi berbagai tantangan untuk bertahan dalam lingkungan luar uterin yang
tidak dialami oleh bayi cukup bulan. Maturitas sistem organ terjadi selama periode trimester
terakhir kehamilan. Oleh karena itu bayi prematur harus beradaptasi di luar uterin dengan organ
yang belum sempurna (Mefford, 2004). Sebagian besar bayi yang lahir prematur akan dirawat di
rumah sakit karena masalah-masalah yang ditimbulkan akibat kondisi organ yang belum matur
seperti sistem pernapasan, pencernaan, sirkulasi, termoregulasi, dan sebagainya. Akibat kondisi
tersebut bayi prematur sering mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. Masalah
nutrisi yang berkelanjutan selama perawatan dapat memperlambat proses penyembuhan dan
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan. Pemberian asupan yang cukup sejak awal pada bayi
baru lahir merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan metabolik dan
mencegah retardasi pertumbuhan post natal (Lucchini, Bizzari, Giampietro, & De Curtis, 2011)

Memulai pemberian nutrisi enteral dapat meningkatkan maturitas fungsi gastrointestinal.


Peningkatan pemberian minum enteral untuk mencapai full enteral feeding dipengaruhi oleh
toleransi bayi dalam menerima minum secara enteral. Bayi prematur sering mengalami kesulitan
dalam pemberian minum akibat imaturitas fungsi gastrointestinal yang mempengaruhi motilitas dan
sekresi enzim pencernaan (Lucchini et al., 2011). Hal tersebut dapat menyebabkan intoleransi
minum pada bayi prematur. Intoleransi minum merupakan salah satu faktor yang berkontribusi
terhadap kegagalan pertumbuhan (Carter, 2012)

Perawat memiliki peranan penting dan bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi
pada bayi prematur. Oleh karena itu pengenalan secara dini adanya intoleransi minum pada bayi
yang dirawat penting untuk diketahui, sehingga tindakan pencegahan dan penatalaksanaan dini
dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Pemberian asuhan keperawatan
didasarkan beberapa teori keperawatan. Teori keperawatan merupakan alat yang akan memberikan
petunjuk dalam praktik keperawatan. Teori keperawatan juga memberikan kerangka kerja dalam
pengkajian, diagnosa, dan intervensi keperawatan, sehingga praktik keperawatan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dalam mendukung dan meningkatkan
kesehatan yang optimal bagi pasien (Meleis, 2007).

Tindakan keperawatan kolaborasi yang dilakukan adalah pemberian nutrisi parenteral. Nutrisi
parenteral merupakan tindakan yang dianggap efektif dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
selama periode kritis (Luccini et al., 2011).
Bayi-bayi yang mampu beradaptasi di awal kelahiran, pada umumnya akan mampu
melanjutkan kehidupannya. Ia akan mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya
dengan kemampuannya menetek pada ibu (melalui refleks hisap yang baik),
dimana nutrisi ini akan diserap oleh kemampuan saluran cerna yang telah matang
dan berfungsi dengan baik, dan selanjutnya oleh organ saluran cerna bagian dalam
(usus, hati, pankreas) akan diolah sehingga dapat berfungsi dalam memenuhi
kebutuhan energi bagi proses kehidupannya.

Nutrisi merupakan salah satu kebutuhan esensial neonatus

Transisi status nutrisi juga dialami oleh neonates. Saat lahir, suplai nutrisi dari plasenta mendadak
berhenti. Dukungan nutrisi dini memiliki peranan penting dalam perawatan neonates. Pemberian
nutrisi dini ini harus aman, mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak serta mencega
terjadinya dampak jangka Panjang. ASI merupakan nutrisi post-natal terbaik. Sebagian neonates
tidak dapat memperoleh nutrisi enteral sehingga diperlukan nutrisi parenteral. Indikasi pemberian
nutrisi parenteral yaitu tidak stabil hemodinamik (pernafasan dan cerebrovascular), fungsi saluran
cerna belum optimal, kelainan GI, Pembedahan, NEC, IUGR berat, BB < 1000gr, dan usia gestasi <28
minggu.

Pemberian nutrisi melalui jalur parenteral memerlukan akses intravena baik perifer maupun sentral.
Pemasangan akses intravena pada bayi premature bukanlah hal yang mudah. Hal ini dipengaruhi
oleh prematuritas baik secara anatomi maupun fisiologis. Oleh karen itu, perawat memerlukan alat
bantu untuk menentukan akses intravena, salah satunya menggunakan DIVA skor.
Neonatus atau bayi baru lahir merupakan bayi yang baru dilahirkan sampai dengan usia empat
minggu. Pada bayi baru lahir dengan kondisi khusus membutuhkan perawatan intensif pada rumah
sakit yang sering di sebut dengan Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Ruangan Neonatal Intensive
Care Unit (NICU) merupakan ruang perawatan intensif untuk bayi yang memerlukan pengobatan dan
perawatan khusus dengan tujuan mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital
(Bersche, 2008).

Pada bayi baru lahir perlu dilakukan monitoring secara kontinyu yang akan menunjang peranan
penting dalam kesembuhan pasien, salah satunya yaitu asupan nutrisi pada pasien. Setelah lahir
perkembangan nutrisi sangat tergantung pada keadaan maturitas dan berat badan lahir.
Memberikan nutrisi yang optimal pada bayi sangat penting dan menentukan keberhasilan tumbuh
kembang bayi selanjutnya. Gangguan pertumbuhan otak dan risiko kerusakan permanen pada otak
dapat terjadi bila bayi tidak mendapatkan nutrisi yang tidak adekuat (Widiasa, 2007).

Pada beberapa neonatus pemberian makanan secara enteral tidak dapat dilakukan karena
permasalahan berat badan bayi terkait dengan prematuritas, seperti fungsi usus yang belum begitu
baik, hipotermia, infeksi, dan hipotensi. Akibatnya kebutuhan nutrisi bayi dengan berat lahir sangat
rendah jarang terpenuhi dengan pemberian makanan enteral pada 2 minggu pertama pasca lahir.
Pemberian nutrisi yang tidak adekuat pada minggu pertama bayi prematur dapat mengakibatkan
kegagalan pertumbuhan dan dapat menyebabkan efek yang merugikan yang bersifat permanen
(Wahyuni, 2009).

Salah satu alternatif dukungan nutrisi yang telah terbukti dapat menunjang tumbuh kembang anak
selama sakit yaitu nutrisi parenteral. Nutrisi parenteral digunakan pada kondisi dimana seseorang
tidak dapat mengkonsumsi makanan secara oral atau enteral. Pada bayi kebutuhan nutrisi biasanya
tergantung pada nutrisi parenteral pada pasca lahir, khususnya untuk bayi dengan berat lahir sangat
rendah (Berat Badan <1500 g) (Hendarto, 2002).

Pada bayi yang lahir dengan kondisi Berat Badan Lahir Sangat Rendah

(BBLSR), pemberian nutrisi parenteral harus diberikan sebelum pemberian

makanan secara enteral dapat diberikan dengan baik. Pemberian nutrisi parenteral

yang adekuat pada bayi prematur dapat meminimalkan penurunan berat badan,

dan memperbaiki outcome pertumbuhan dan perkembangan saraf serta dapat

menurunkan risiko mortalitas dan outcome buruk (Hendarto, 2002).

Nutrisi Parenteral (NP) merupakan cara pemberian nutrisi dan energi secara intravena yang
bertujuan untuk memberikan kecukupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang
diperlukan untuk metabolisme dan pertumbuhan bayi baru lahir yang mempunyai problem klinik
yang berat, terutama pada Bayi Baru Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) di mana belum/tidak
memungkinkan untuk diberikan nutrisi enteral.

Tatalaksana untuk bayi BBLR harus dilakukan sedini mungkin sejak bayi masih berada di Neonatal
Intensive Care Unit (NICU). Hal terpenting dalam perawatan dini bayi BBLR di NICU adalah
pemberian nutrisi yang adekuat sehingga terjadi peningkatan berat badan pada bayi BBLR.11 Pada
bayi BBLR intervensi nutrisi yang paling optimal, yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan otak, adalah nutrisi protein tinggi post-natal secara cepat (immediate). Hal ini dapat
diperoleh dengan Total Parenteral Nutrition (TPN) dan Air Susu Ibu (ASI) terfortifikasi untuk
membatasi extrauterin growth restriction dan untuk mengejar pertumbuhan post-term.

Sebagai makhluk holistic, manusia utuh dilihat dari aspek jasmani dan rohani, unik, serta berusaha
untuk memenuhi kebutuhannya, dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya, terus menerus
menghadapi perubahan lingkungan dan berusaha beradaptasi dengan lingkungan (Asmadi, 2008).

saat lahir, dukungan dari ibu langsung diputus begitu tali pusar dipotong. Bayi harus
mencari sendiri makan, minum, dan pernapasannya.

“Sementara bayi sendiri kan belum mampu. Paru-parunya juga belum cukup karena
cairan di paru-paru belum terbentuk sempurna untuk memungkinkan keluar
masuknya udara,” tegasnya.

Saat itu bayi mendapatkan kesulitan. Tak bisa bernafas, segera setelah lahir.
Perawat harus membantu penanganan engan sigap agar bayi bisa bernafas.

Permasalahan adaptasi bayi baru lahir ini diperberat dengan lingkungan ruang rawat
bayi yang kurang mendukung.

Khususnya dalam pernapasan dan pengaturan suhu tubuh karena bayi belum bisa
menggigil. Di dalam perut ibu bayi biasa mendapatkan kehangatan berbeda dengan
kondisi dunia luar yang begitu dingin.

“Biasanya petugas kesehatan maunya dingin dan itu jadi trauma tersendiri,” jelas
Yeni.

Bayi prematur akan mengalami hambatan dalam masa tumbuh. Saat lahir, organ
bayi prematur belum sempurna.

“Belum mature, lalu masalahnya lebih banyak. Sehingga kelahiran bayi dengan
berat lahir rendah dan prematur ini sebagai salah satu penyebab meninggalnya bayi
baru lahir di Indonesia selain asfiksia atau gagal nafas,” tutur Yeni. (cr

DAPUS

Behrman, R.E. dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 1. Diterjemahkan oleh A.Samik
Wahab. Jakarta : EGC.

Zubaidah. Penerapan Model Konservasi Levine pada bayi premature dengan intoleransi minum. Jurnal
Keperawatan Anak. Volume 1, No.2, November 2013; 65-72

Septira, S. Anggraini, DI. Nutrisi bagi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) untuk Mengoptimalkan
Tumbuh Kembang. Majority Volume 5, Nomor 3, September 2016

Anda mungkin juga menyukai