Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KLIMATOLOGI PERTANIAN


ACARA IV
KLASIFIKASI IKLIM DAN PENENTUAN AWAL MUSIM

Disusun oleh :
1. Vani Dwi Putri (459545)
2. Lia Prasetiyani Sugito (455639)
3. Daffa Tsany Purwadi (456602)
4. Elly Damar Jati (459529)
5. Hanifan (462542)
6. Septia Rahmawati (455643)

Kelompok/Golongan : 7 / B1

Asisten Koreksi : Daffa Ramzy Syah Allaam

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI

DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA IV
KLASIFIKASI IKLIM DAN PENENTUAN AWAL MUSIM
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Iklim merupakan suatu keadaan atmosfer yang tidak pernah konstan. Anasir iklim
seperti temperatur dan curah hujan berbeda-beda dari tahun ke tahun dan berfluktuasi
dalam jangka waktu yang lebih lama. Iklim dapat menjadi penciri keadaan suatu wilayah
tertentu. Karakteristik iklim pada suatu wilayah sangat menentukan pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Pertumbuhan tanaman dan produktivitasnya sangat tergantung oleh
interaksi antara iklim, tanah, tanaman, dan pengelolaan. Pengetahuan mengenai iklim
menjadi penting sebagai dasar penentuan komoditas tanaman yang akan dibudidayakan.
Bagi tanaman, iklim menjadi faktor nyata dan memiliki peran dalam kelangsungan
hidupnya. Iklim dan cuaca berpengaruh besar terhadap proses metabolisme, pertumbuhan
dan perkembangbiakan tanaman. Iklim menjadi salah satu faktor penting dalam penentuan
tercapainya pertumbuhan/ produksi tanaman yang optimal. Pengklasifikasian iklim sangat
penting dilakukan dalam bidang pertanian sebagai bahan pertimbangan penentuan awal
musim serta komoditas tanaman yang akan dibudidayakan. Klasifikasi iklim diharapkan
dapat membantu mengoptimalisasikan pertumbuhan/produksi tanaman, khususnya tanaman
yang dibudidayakan oleh petani.

Klasifikasi iklim dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti metode


klasifikasi ilkim Mohr, Schmidt, Oldeman, dan Koppen. Metode-metode tersebut
didasarkan pada perhitungan curah hujan yang terjadi pada suatu wilayah. Setiap metode
memiliki kelebihan dan kekurangan, serta cara perhitungan yang berbeda, akan tetapi hasil
yang hampir sama.
B. Tujuan
Tujuan dilaksanakanya praktikum ini yaitu:
1. Mahasiswa dapat menyatukan berbagai anasir iklim untuk menentukan tipe iklim
2. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan tipe iklim dengan keadaan tanaman
setempat
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara penentuan awal musim
II. TINJAUAN PUSTAKA
Iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca pada suatu wilayah dalam waktu yang
lama (panjang), minimal 25-30 tahun (Arifin, 2019). Apabila kondisi cuaca pada suatu
wilayah memenuhi tempo minimal terjadinya iklim, maka kondisi tersebut dapat
dinyatakan sebagai iklim. Perbedaan cuaca dengan iklim terletak pada jangka waktu
terjadinya serta luasan wilayah yang diliputi. Cuaca berlangsung dalam waktu yang singkat
dan wilayah yang lebih sempit dibandingkan dengan iklim.
Menurut Arifin (2019) iklim memiliki beberapa anasir iklim atau unsur iklim, yaitu
suhu, radiasi mataharu, kelembapan udara, hujan, angin, serta awan. Anasir-anasir tersebut
memiliki kondisi yang berbeda pada tiap wilayah, sehingga organisme pada sutau wilayah
akan berbeda dengan wilayah lainnya. Anasir iklim akan berpengaruh terhadap tingkat
produkivitas tanaman pertanian. Contoh anasir iklim yang dapat mempengaruhi tingkat
produktivitas tanaman adalah curah hujan. Perbedaan intensitas curah hujan pada setiap
wilayah menyebabkan perbedaan tanaman yang sesuai untuk ditanam pada suatu daerah.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan kebutuhan air pada setiap jenis tanaman.
Iklim diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok menurut ahli, yaitu kalsifikasi
iklim Mohr, klasifikasi iklim Schmidt and Ferguson, klasifikasi iklim Oldeman, serta
klasifikasi iklim Koppen. Penggolongan iklim dalam klasifikasi iklim Mohr didasarkan
pada jumlah bulan basah (BB), bulan lembab (BL), dan bulan kering (BK) dalam satu tahun
pada suatu wilayah tertentu (Arifin, 2019). Bulan basah (BB) terjadi apabila curah hujannya
lebih dari 100 mm, bulan lembab (BL) terjadi apabila curah hujannya antara 60-100 mm,
serta bulan kering (BK) terjadi apabila jumlah curah hujannya kurang dari 60 mm (Arifin,
2019). Penggolongan iklim pada sistem klasifikasi iklim Mohr dibagi menjadi lima, yaitu:
Golongan Keterangan Jumlah BK
I Basah 0
II Agak Basah 1-2
III Agak Kering 3-4
IV Kering 5-6
V Sangat Kering 6

Klasifikasi iklim Schimidt and Ferguson diklasifikasikan berdasarkan jumlah bulan


basah, bulan lembab, dan bulan kering serta penentuan kriteria yang persis dengan sistem
klasifikasi iklim Mohr. Perbedaan antara klasifikasi iklim Schmidt and Ferguson dengan
klasifikasi iklim Mohr terletak pada perhitungan nilai Q untuk menentukan penggolongan
iklim. Nilai Q didapatkan dari rerata BK dibagi dengan rerata BB (Arifin, 2019).
Tipe Iklim Nilai Q Keterangan
A 0 < Q < 0,143 Sangat basah
B 0,143 < Q < 0,333 Basah
C 0,333 < Q < 0,600 Agak Basah
D 0,600 < Q < 1,000 Sedang
E 1,000 < Q < 1,670 Agak kering
F 1,670 < Q < 3,000 Kering
G 3,000 < Q < 7,000 Sangat kering
H Q > 7,000 Luarbiasa kering
Klasifikasi iklim Oldeman juga didasarkan pada jumlah bulan basah, bulan lembab,
dan bulan kering. Perbedannya terletak pada kriteria curah hujan pada bulan basah, bulan
lembab, serta bulan kering. Menurut Oldeman, bulan basah terjadi apabila curah hujan yang
terjadi lebih dari 200 mm serta bulan kering terjadi apabila curah hujannya kurang dari 100
mm. Tipe iklim utama dibagi menjadi lima dengan simbol huruf A hingga E, sedangkan
tipe iklim subdivisi dibagi menjadi empat dengan simbol angka 1 hingga 4 (Arifin, 2019).
Tipe Iklim Utama Kriteria Tipe Iklim Subdivisi Kriteria
A >9 BB berurutan 1 2 BK berurutan
B 7-9 BB berurutan 2 2-3 BK berurutan
C 5-6 BB berurutan 3 4-6 BK berurutan
D 3-4 BB berurutan 4 >6 BK berurutan
E <3 BB berurutan
Klasifikasi iklim Koppen didasarkan pada suhu, hujan rata-rata serta hubungannya
dengan vegetasi (Handoko, 2017). Tipe utama klasifikasi iklim Koppen dibagi menjadi
lima golongan. Menurut Handoko (2017) Golongan A merupakan iklim hujan tropis
dengan suhu minimal 18°C, golongan B merupakan iklim hujan, golongan C merupakan
iklim sedang berhujan, golongan D merupakan iklim hujan dingin, dan golongan E
merupakan iklim kutub. Pembagian curah hujan dilambangkan dengan f (selalu basah
dengan curah hujan < 60 mm), s (bulan kering yang terjadi pada musim panas), S (semi
arid, yaitu stepa atau padang rumput), w (bulan kering yang terjadi pada musim dingin), W
(arid atau padang pasir), serta m (hanya digunakan pada tipe A dan F yang artinya wilayah
tersebut tertutup salju abadi).
Indonesia memiliki 2 musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau karena
ada pergerakan angin moonson barat dan moonson timur. Musim penghujan akan terjadi
mulai bulan Oktober hingga April, sedangkan musim kemarau akan terjadi pada bulan
Maret hingga November (Arifin, 2019). Akan tetapi awal musim hujan akan terjadi
tepatnya pada bulan dimana curah hujan yang terjadi >60mm selama tiga dasarian berturut-
turut, sedangkan musim kemarau akan terjadi pada bulan dengan curah hujan <60mm
selama tiga dasarian berturut-turut.

III. METODOLOGI

Pratikum Klimatologi Pertanian Acara IV dengan judul “Klasifikasi Iklim di


Indonesia” yang dilaksanakan pada hari Senin, 1 Oktober 2021 pukul 13.30 WIB dengan
dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom Cloud Meeting. Pada acara ini, alat-alat
yang digunakan antara lain ialah laptop, khususnya aplikasi microsoft excel yang
digunakan sebagai media pengolah data. Bahan yang digunakan adalah data curah hujan
(CH) bulanan selama 10 tahun di stasiun Sempor, data rerata suhu udara bulanan, data
tinggi tempat, serta data pendukung pola tanam, vegetasi dominan, dan tanah. Data curah
hujan digunakan untuk menganalisis tipe iklim daerah setempat dengan berdasarkan
sistem klasifikasi dari Mohr, Schmidt-Fergusson, Oldemman, dan Koppen.
Pada sistem klasifikasi Mohr, langkah pertama yang dilakukan ialah tabel dibuat
dengan kolom-kolom bulan, curah hujan per tahun, curah hujan rerata, dan derajat bebas
kebasahan bulan, kemudian semua data dimasukkan ke dalam tabel, lalu dihitung curah
hujan rerata dari bulan-bulan sejenis. Kemudian derajat kebasahan bulan masing-masing
curah hujan rerata ditentukan kemudian dimasukkan ke dalam kolom derajat bebas
kebasahan (DBK). Dari kolom tersebut, dihitung jumlah bulan kering (BK), bulan lembab
(BL), dan bulan basah (BB). Setelah itu, tipe iklim daerah setempat ditentukan menurut
penggolongan iklim Mohr.
Pada sistem klasifikasi Schmidt-Fergusson dibuat tabel dengan kolom-kolom
bulan, curah hujan per tahun dengan kolom DBK pada setiap kolom tahun. Setelah itu,
seluruh data dimasukkan ke dalam tabel, derajat bebas kebasahan (DBK) ditentukan dan
dimasukkan ke dalam kolom DBK. Dihitung jumlah bulan kering (BK), bulan lembab
(BL), dan bulan basah (BB) setiap tahun selama 10 tahun. Adapun nilai Q dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
Rerata BK
Q=
Rerata BB

Terakhir, tipe iklim daerah setempat ditentukan dengan menggunakan


penggolongan iklim Schmidt-Fergusson menurut nilai Q.
Selanjutnya, pada sistem klasifikasi Oldemman, dibuat tabel dengan kolom-kolom
seperti tabel sistem klasifikasi Mohr. Lalu, semua data dimasukkan ke dalam tabel, DBK
setiap data ditentukan dan dimasukkan ke dalam kolom DBK. Jumlah rerata bulan kering
(BK), bulan lembab (BL), dan bulan basah (BB) dihitung ke dalam bentuk angka bulat.
Tipe iklim daerah setempat ditentukan dengan menggunakan “sistem klasifikasi
Agroklimat”.
Terakhir, pada klasifikasi Koppen langkah pertama yang dilakukan ialah rerata
curah hujan keseluruhan data bulanan selama 10 tahun dijumlahkan menurut masing-

Ry
masing bulan. Dari hasil rerata curah hujan, diambil Rd dari rerata terendah. Jika nilai Rd
lebih besar dari 60 mm maka iklim masuk dalam golongan tropika basah (Af). Sebaliknya,
jika nilai Rd lebih kecil dari 60 mm, maka dapat dibandingkan dengan rumus :

98,5 -
25
Jika nilai Rd lebih besar dari rumus tersebut, maka penggolongan iklim termasuk ke
dalam tropika basah kering (Am). Sedangkan jika nilai Rd lebih kecil dari rumus, maka
penggolongan iklim termasuk ke dalam tropika kering (Aw).

III. HASIL PENGAMATAN


Tabel 3.1 Klasifikasi Iklim Menurut Mohr Pada Stasiun Sempor

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2000 437.00 367.00 713.95 631.31 184.81 82.770 17.340 13.460 25.120 427.58 738.73 341.25
2001 808.60 317.77 712.64 465.65 136.84 266.50 23.070 5.4900 8.7300 611.71 533.65 77.000
2002 599.95 551.43 528.41 302.87 52.70 10.570 2.8800 0 1.1800 78.710 357.80 542.79
2003 502.32 716.03 528.58 111.49 121.54 4.6600 0.3700 1.0300 16.420 80.500 444.06 568.97
2004 477.61 574.04 498.06 129.16 113.05 39.102 58.580 0.4900 0.6900 39.220 356.09 498.39
2005 224.62 588.59 504.90 269.13 77.700 72.770 65.060 3.4700 11.930 201.97 285.71 685.21
2006 441.85 385.34 422.99 366.56 167.81 30.230 2.4400 0 0 0 129.39 733.74
2007 150.26 461.94 542.90 618.04 170.18 41.800 3.2500 4.0600 0.9800 142.82 403.31 836.28
2008 240.76 504.74 520.19 326.22 10.070 0.9800 0.8900 3.9600 9.4600 163.94 724.30 313.12
2009 374.36 382.88 278.34 396.62 218.10 31.450 4.7600 0.2300 8.2800 129.07 490.19 344.46
2010 456.15 525.81 512.37 263.45 448.78 165.96 125.70
0 29.390 370.50 463.77 678.74 465.31
2011 473.22 368.72 468.05 373.95 187.67 24.340 2.0600 0.3200 0 76.110 371.10 447.23
2012 526.18 449.35 278.06 363.39 192.45 51.100 0.3300 0 4.0400 101.57 473.11 581.63
2013 382.53 387.71 236.03 360.68 299.07 296.15 158.90 2.8700 0.2900 102.42 219.44 465.93
2014 288.00 347.04 224.09 334.20 105.25 182.00 23.690 0 0 15.360 480.68 505.51
2015 265.46 359.51 485.54 493.22 78.720 28.930 0.4300 0 0 0.6900 299.94 594.77
2016 446.15 424.2 468.04 555.77 357.32 389.73 139.60 49.660 238.10 466.88 707.89 335.76
2017 529.16 391.43 387.35 441.76 68.120 60.430 4.9000 0.8100 86.440 224.83 497.48 321.98
2018 582.13 290.74 227.99 244.50 82.700 14.080 0.4400 0 11.090 6.2500 381.92 312.68
2019 472.59 383.72 456.81 326.87 30.070 4.3600 2.1800 0 0 0.2000 77.540 489.21
2020 365.21 0 513.59 265.89 226.81 16.540 11.850 8.0400 26.040 362.31 405.17 645.37
9044.1 8777.9 9508.8 7640.3 3329.6 1814.7 648.4 123.28 820.50 3695.1 9056.4 10107

Total
µ 430.62 417.99 452.84 363.84 158.56 86.403 30.89 5.8708 39.090 175.99 431.25 481.26
Kelas BB BB BB BB BB BL BK BK BK BB BB BB
Keterangan : Menurut klasifikasi Mohr daerah Sempor termasuk ke dalam daerah Agak
Kering
Jumlah Bulan Basah (BB) berurutan = 8
Jumlah Bulan Lembab (BL) berurutan = 1
Jumlah Bulan Kering (BK) berurutan = 3

Tabel 3.2 Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt dan Fergusson Pada Stasiun Sempor

Tahu
n Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des BB BL BK

2000 BB BB BB BB BB BL BK BK BK BB BB BB 8 1 3
2001 BB BB BB BB BB BB BK BK BK BB BB BL 8 1 3
2002 BB BB BB BB BK BK BK BK BK BL BB BB 6 1 5
2003 BB BB BB BB BB BK BK BK BK BL BB BB 7 1 4
2004 BB BB BB BB BB BK BK BK BK BK BB BB 7 5
2005 BB BB BB BB BL BL BL BK BK BB BB BB 7 3 2
2006 BB BB BB BB BB BK BK BK BK BK BB BB 7 5
2007 BB BB BB BB BB BK BK BK BK BB BB BB 8 4
2008 BB BB BB BB BK BK BK BK BK BB BB BB 7 5
2009 BB BB BB BB BB BK BK BK BK BB BB BB 8 4
2010 BB BB BB BB BB BB BB BK BB BB BB BB 11 1
2011 BB BB BB BB BB BK BK BK BK BL BB BB 7 1 4
2012 BB BB BB BB BB BK BK BK BK BB BB BB 8 4
2013 BB BB BB BB BB BB BB BK BK BB BB BB 10 2
2014 BB BB BB BB BB BB BK BK BK BK BB BB 8 4
2015 BB BB BB BB BL BK BK BK BK BK BB BB 6 1 5
2016 BB BB BB BB BB BB BB BK BB BB BB BB 11 1
2017 BB BB BB BB BL BL BK BK BL BB BB BB 7 3 2
2018 BB BB BB BB BL BK BK BK BK BK BB BB 6 1 5
2019 BB BB BB BB BK BK BK BK BK BK BL BB 5 1 6
2020 BB BK BB BB BB BK BK BK BK BB BB BB 7 5
Jumlah 159 14 79
Rerata 7.57 1.4 37.61
Rerata BK
Q= = 0,49686
Rerata BB
Dengan nilai Q = 0,49686, maka daerah di sekitar Stasiun Sempor menurut
klasifikasi Schmidt dan Fergusson termasuk ke dalam golongan C karena 0,333 < Q < 0,6,
yaity daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba yang di antaranya terdapat vegetasi
yang menggugurkan daunnya pada musim kemarau, contohnya tanaman jati.

Tabel 3.3 Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman Pada Stasiun Sempor

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2000 437.00 367.00 713.95 631.31 184.81 82.770 17.340 13.460 25.120 427.58 738.73 341.25
2001 808.60 317.77 712.64 465.65 136.84 266.50 23.070 5.4900 8.7300 611.71 533.65 77.000
2002 599.95 551.43 528.41 302.87 52.700 10.570 2.8800 0 1.1800 78.710 357.80 542.79
2003 502.32 716.03 528.58 111.49 121.54 4.6600 0.3700 1.0300 16.420 80.500 444.06 568.97
2004 477.61 574.04 498.06 129.16 113.05 39.120 58.580 0.4900 0.6900 39.220 356.09 498.39
2005 224.62 588.59 504.90 269.13 77.700 72.770 65.060 3.4700 11.930 201.97 285.71 685.21
2006 441.85 385.34 422.99 366.56 167.81 30.230 2.4400 0 0 0 129.39 733.74
2007 150.26 461.94 542.90 618.04 170.18 41.800 3.2500 4.0600 0.9800 142.82 403.31 836.28
2008 240.76 504.74 520.19 326.22 10.070 0.9800 0.8900 3.9600 9.4600 163.94 724.30 313.12
2009 374.36 382.88 278.34 396.62 218.10 31.450 4.7600 0.2300 8.2800 129.07 490.19 344.46
2010 456.15 525.81 512.37 263.45 448.78 165.96 125.70 29.390 370.50 463.77 678.74 465.31
2011 473.22 368.72 468.05 373.95 187.67 24.340 2.0600 0.3200 0 76.110 371.10 447.23
2012 526.18 449.35 278.06 363.39 192.45 51.100 0.3300 0 4.0400 101.57 473.11 581.63
2013 382.53 387.71 236.03 360.68 299.07 296.15 158.90 2.8700 0.2900 102.42 219.44 465.93
2014 288.00 347.04 224.09 334.20 105.25 182.00 23.690 0 0 15.360 480.68 505.51
2015 265.46 359.51 485.54 493.22 78.720 28.930 0.4300 0 0 0.6900 299.94 594.77
2016 446.15 424.20 468.04 555.77 357.32 389.73 139.60 49.660 238.10 466.88 707.89 335.76
2017 529.16 391.43 387.35 441.76 68.120 60.430 4.9000 0.8100 86.440 224.83 497.48 321.98
2018 582.13 290.74 227.99 244.50 82.700 14.080 0.4400 0 11.090 6.2500 381.92 312.68
2019 472.59 383.72 456.81 326.87 30.070 4.3600 2.1800 0 0 0.2000 77.540 489.21
2020 365.21 0 513.59 265.89 226.81 16.540 11.850 8.0400 26.040 362.31 405.17 645.37
Total
9044.1 8777.9 9508.8 7640.3 3329.6 1814.7 648.40 123.28 820.50 3695.1 9056.4 10107
Rerata 430.62 417.99 452.84 363.84 158.56 86.403 30.890 5.8708 39.090 175.99 431.25 481.26
DBK BB BB BB BB BB BL BK BK BK BB BB BB
Keterangan :
Jumlah Bulan Basah (BB) berurutan = 6
Jumlah Bulan Lembab (BL) berurutan = 0
Jumlah Bulan Kering (BK) berurutan = 4
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa pada Stasiun Sempor termasuk ke dalam
Zona C Sub-Divisi 3 (C3) berdasarkan klasifikasi Oldeman, karena memiliki 6 BB
berurutan dan 4 BK berurutan

Tabel 3.4 Klasifikasi Iklim Menurut Koppen Pada Stasiun Sempor

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2000 437.00 367.00 713.95 631.31 184.81 82.770 17.340 13.460 25.102 427.58 738.73 341.25
2001 808.60 317.77 712.64 465.65 136.84 266.50 23.070 5.4900 8.7300 611.71 533.65 77.000
2002 599.95 551.43 528.41 302.87 52.700 10.570 2.8800 0 1.1800 78.710 357.80 542.79
2003 502.32 716.03 528.58 111.49 121.54 4.6600 0.3700 1.0300 16.420 80.500 444.06 568.97
2004 477.61 574.04 498.06 129.16 113.05 39.120 58.580 0.4900 0.6900 39.220 356.09 498.39
2005 224.62 588.59 504.90 269.13 77.700 72.770 65.060 3.4700 11.930 201.97 285.71 685.21
2006 441.85 385.34 422.99 366.56 167.81 30.230 2.4400 0 0 0 129.39 733.74
2007 150.26 461.94 542.90 618.04 170.18 41.800 3.2500 4.0600 0.9800 142.82 403.31 836.28
2008 240.76 504.74 520.19 326.22 10.070 0.9800 0.8900 3.9600 9.4600 163.94 724.30 313.12
2009 374.36 382.88 278.34 396.62 218.10 31.450 4.7600 0.2300 8.2800 129.07 490.19 344.46
2010 456.15 525.81 512.37 263.45 448.78 165.96 125.70 29.390 370.50 463.77 678.74 465.31
2011 473.22 368.72 468.05 373.95 187.67 24.340 2.0600 0.3200 0 76.110 371.10 447.23
2012 526.18 449.35 278.06 363.39 192.45 51.100 0.3300 0 4.0400 101.57 473.11 581.63
2013 382.53 387.71 236.03 360.68 299.07 296.15 158.90 2.8700 0.2900 102.42 219.44 465.93
2014 288.00 347.04 224.09 334.20 105.25 182.00 23.690 0 0 15.360 480.68 505.51
2015 265.46 359.51 485.54 493.22 78.720 28.930 0.4300 0 0 0.6900 299.94 594.77
2016 446.15 424.2 468.04 555.77 357.32 389.73 139.60 49.660 238.10 466.88 707.89 335.76
2017 529.16 391.43 387.35 441.76 68.120 60.430 4.9000 0.8100 86.440 224.83 497.48 321.98
2018 582.13 290.74 227.99 244.05 82.700 14.080 0.4400 0 11.090 6.2500 381.92 312.68
2019 472.59 383.72 456.81 326.87 30.070 4.3600 2.1800 0 0 0.2000 77.540 489.21
2020 365.21 0 513.59 265.89 226.81 16.540 11.850 8.0400 26.004 362.31 405.17 645.37

9044.1 8777.9 9508.8 7640.3 3329.6 1814.7 648.40 123.28 820.50 3695.1 9056.4 10107

Total

Rerata 430.62 417.99 452.84 363.84 158.56 86.403 30.890 5.8708 39.090 175.99 431.25 481.26
Rd < 60 mm
Ry = 3074,59
Penggolongan iklim :
1. Tropika basah (Af) = Rd > 60 mm
Ry
2. Tropika basah kering (Am) = Rd > 98,5 –
25
Ry
3. Tropika kering (Aw) = Rd < 98,5 –
25
Berdasarkan penggolongan iklim Koppen, iklim di daerah Stasium Sempor

Ry
termasuk ke dalam iklim tropika basah kering (Am) karena Rd > 98,5 - , yaitu Rd >
25
-24,484.

Tabel 3.5 Data Curah Hujan Bulanan Stasiun Sempor Pada tahun 2019
Bulan Curah Hujan
Januari 202.82
Februari 81.230
Maret 127.65
April 229.88
Mei 173.01
Juni 248.30
Juli 65.470
Agustus 13.390
September 64.660
Oktober 119.47
November 81.560
Desember 331.95

Tabel 3.6 Data Curah Hujan Bulanan (mm) Stasiun Sempor Pada tahun 2020
Bulan Curah Hujan
Januari 150.06
Februari 188.82
Maret 259.12
April 156.03
Mei 217.78
Juni 348.66
Juli 79.53
Agustus 113.35
September 197.88
Oktober 196.26
November 204.62
Desember 155.34
Tabel 3.7 Data Curah Hujan Dasarian (mm) Stasiun Sempor pada tahun 2019

Dasarian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

I 40,29 30,39 33,72 8,89 59,93 111,26 26,63 1,27 0,28 35,5 21,56 78,27

II 88,69 1,72 35,02 54,27 29,19 69,56 18,69 10,76 2,47 19,16 3,94 129,29

III 73,84 49,12 58,91 166,72 83,89 67,48 20,15 1,36 61,91 64,81 56,06 124,39
Keterangan :
Biru : Awal musim hujan
Kuning : Awal musim kemarau

Tabel 3.8 Data Curah Hujan Dasarian (mm) Stasiun Sempor pada tahun 2020

Dasarian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

I 56,92 106,83 102,5 13,51 30,63 157,49 22,86 4,02 57,25 36,22 62,22 61,7

II 84,15 31,63 29,82 23,02 103,26 100,94 15,43 36,83 94,55 99,22 103,35 37,96

III 8,99 50,36 126,8 119,5 83,89 90,23 41,24 72,5 46,08 60,82 39,05 55,68
Keterangan :
Biru : Awal musim hujan
Kuning : Awal musim kemarau
IV. PEMBAHASAN
Cuaca merupakan keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif
sempit dan dalam jangka waktu yang singkat sedangkan iklim merupakan gabungan dari
berbagai kondisi cuaca sehari-hari. Setiap daerah mempunyai iklim yang berbeda. Perbedaan
tersebut dikarenakan bumi berbentuk bulat sehingga sinar matahari tidak dapat diterima secara
sama dan juga permukaan bumi yang beraneka ragam jenis dan bentuk topografinya sehingga
tidak sama caranya dalam menanggapi sinar matahari yang diterima. Klasifikasi iklim
merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan perbedaan
iklim dalam skala regional.
Klasifikasi iklim di Indonesia sangat dibutuhkan karena wilayahnya yang sangat luas
dengan iklim yang cukup bervariasi. Secara garis besar, sistem klasifikasi iklim dibagi menjadi
dua, yaitu klasifikasi secara empiris dan secara genetis (Fitriah, 2019). Klasifikasi genetis
diklasifikasikan berdasarkan kriteria pada unsur iklim penyebab, seperti aliran massa udara,
zona angin, ada tidaknya benua, ataupun perbedaan penerimaan radiasi matahari. Klasifikasi
empiris diklasifikasikan berdasarkan pada hasil pengamatan yang teratur terhadap unsur-unsur
iklim. Cara klasifikasi genetis umumnya menghasilkan pewilayahan yang luas meskipun
kurang teliti,sedangkan klasifikasi empiris menghasilkan pewilayahan yang lebih sempit
dengan tipe iklim yang lebih teliti. Pada umumnya, klasifikasi iklim yang digunakan di
Indonesia ada empat antara lain yaitu klasifikasi Mohr (1933), Schmidt dan Ferguson (1951),
Oldeman (1975), dan Koppen. Setiap klasifikasi memiliki kriteria tersendiri dalam penentuan
tipe iklim serta memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda juga.
Klasifikasi iklim Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan curah hujan.
Dari hal ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan berdasarkan derajat kebasahan suatu bulan
antara lain Bulan Basah (BB) yaitu apabila curah hujan > 100 mm per bulan, Bulan Lembab
(BL) apabila curah hujan berkisar antara 100 – 60 mm dan Bulan Kering apabila curah hujan <
60 mm per bulan (Rahmad, 2017).
Klasifikasi iklim Mohr (1933) cukup mewakili berbagai jenis tanah, walaupun jenis
tanah tidak menjadi dasar dalam sistem pengklasifikasian karena didasarkan pada rata-rata
curah hujan bulanan, bukan jumlah air yang terkandung pada tanah. Mohr melakukan
pengklasifikasian tanah secara sederhana berdasarkan perbedaan temperatur dan kelembaban
udara, misalnya tanah kuning hingga coklat terjadi pada temperatur dan curah hujan tinggi dan
tanah merah terjadi pada temperatur tinggi dengan musim hujan berselang-seling. Selain itu,
terdapat tanah pucat, tanah kristal garam, tanah kelabu, dan tanah hitam. Hal ini merupakan
salah satu kelebihan dari sistem klasifikasi Mohr sedangkan kekurangannya adalah kurang
sesuai untuk memberi gambaran secara sempurna mengenai keadaan iklim Indonesia karena
pengklasifikasiannya didasarkan pada rata-rata bulanan, selain itu juga tidak mengikutsertakan
sifat fisis suatu tanah yang juga dapat memberi pengaruh pada penentuan iklim. Berdasarkan
data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa klasifikasi menurut Mohr di Stasiun Sempor
termasuk ke dalam golongan III. Golongan III merupakan daerah agak kering, yaitu daerah
dengan periode kering 3 - 4 bulan, pada periode basah curah hujan masih melebihi penguapan.
Klasifikasi iklim Schmidt-Fergusson (1951) berdasarkan jumlah curah hujan setiap
bulan sehingga rata-rata bulan basah, lembab, dan bulan kering dapat diketahui. Bentuk
klasifikasi ini diantaranya daerah sangat basah, basah, agak basah, sedang, agak kering, sangat
kering, dan luar biasa kering. Klasifikasi ini sangat banyak digunakan dalam bidang
perkebunan dan kehutanan. Schmidt dan Fergusson membuat klasifikasi iklim berdasarkan
derajat kebasahan bulan menurut kriteria Mohr dengan pembedanya dalam hal penentuan
derajat kebasahan bulan dan cara perhitungannya. Kelebihan dari sistem ini adalah kita dapat
mengetahui pergeseran iklim tiap tahun dan mempermudah dalam pengamatan kapan
terjadinya bulan basah dan kering. Kekurangan dari klasifikasi ini yaitu dalam penentuan
kriteria bulan basah atau bulan kering untuk beberapa wilayah terlalu rendah sehingga terjadi
kesulitan dalam mengelompokkannya. Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa
di Stasiun Sempor termasuk dalam golongan C.
Klasifikasi iklim Oldeman (1975) lebih menekankan pada hubungan antara iklim dan
tanaman. Klasifikasi ini didasarkan pada kebutuhan curah hujan untuk tanaman padi dan
palawija serta penggolongan tipe-tipe iklim di Indonesia pada kriteria bulan basah dan bulan
kering secara berturut-turut. Kelebihan klasifikasi ini adalah cara penerapan klasifikasi telah
mempertimbangkan unsur cuaca lain seperti curah hujan yang digunakan untuk kebutuhan air
tanaman yang mana juga terdapat hubungan dengan radiasi matahari yang ada (Dewi, 2005).
Kekurangan dari klasifikasi ini adalah bagi wilayah yang memiliki empat musim sangat sulit
diperkirakan cuacanya karena sistem klasifikasi ini lebih menggunakan curah hujan sebagai
dasar perhitungannya, sistem klasifikasi ini hanya bisa digunakan untuk tanaman padi dan
palawija, serta klasifikasi ini tidak dapat menjelaskan pergeseran iklim tiap bulan. Berdasarkan
percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada Stasiun Sempor termasuk ke dalam Zona C
Sub-Divisi 3 (C3) karena memiliki 6 BB berurutan dan 4 BK berurutan.
Klasifikasi iklim Koppen memiliki dasar yang digunakan dalam klasifikasi adalah rerata
suhu dan curah hujan bulanan atau tahunan. Klasifikasi ini memiliki penyusunan simbol-simbol
tipe iklimnya yang dapat dengan tepat merumuskan sifat dan corak masing-masing tipe iklim,
hanya dengan tanda yang terdiri dari kombinasi beberapa huruf saja. Huruf pertama
menyatakan tipe utama, huruf kedua menyatakan pengaruh curah hujan, huruf ketiga
menyatakan suhu udara, dan huruf keempat menyatakan sifat-sifat khusus. Dalam klasifikasi
ini terdapat lima tipe utama antara lain iklim hujan tropis, kering, sedang, dingin, dan kutub.
Kelebihan dari klasifikasi Koppen adalah mudah dalam penggunaannya dan sederhana yaitu
melalui simbol-simbol tipe iklim yang berdasarkan suhu dan curah hujan, dan klasifikasi ini
berlaku untuk umum karena berlaku untuk seluruh iklim bumi dan lebih spesifik dalam
menjelaskan jenis iklim tersebut. Kekurangan klasifikasi ini adalah sistem klasifikasi yang
hanya melihat vegetasi asli dan belum menjelaskan tanaman produksi yang cocok serta kurang
menunjang dalam sektor pertanian. Berdasarkan penggolongan iklim Koppen, iklim di daerah
Stasiun Sempor termasuk ke dalam iklim tropika basah kering (Am) karena Rd > -24,484.
Berdasarkan uraian kelebihan dan kekurangan dari masing-masing klasifikasi iklim di
atas, klasifikasi iklim yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia berdasarkan pernyataan dari
Nasution dan Nuh (2018) adalah klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson (SF) dan
Oldeman. Klasifikasi iklim menurut Oldeman sesuai untuk sektor pertanian seperti tanaman
pangan padi dan palawija. Metode Oldeman mengacu pada analisis curah hujan yang
merupakan salah satu anasir iklim yang berperan langsung terhadap pertanaman dibandingkan
anasir iklim lainnya. Hal ini tampak nyata pada sawah tadah hujan. Sedangkan klasifikasi
Schmidt-Ferguson merupakan klasifikasi yang sesuai untuk tanaman perkebunan dan
kehutanan.
Gambar 4.1 Histogram Dasarian Curah Hujan Tahun 2019 Stasiun Sempor
Nilai curah hujan dalam satu dasarian lebih dari atau sama dengan 50 mm yang diikuti
dengan tiga dasarian berturut-turut ditetapkan sebagai awal musim hujan (AMH), sedangkan
nilai curah hujan kurang dari 50 mm dalam satu dasarian yang diikuti dengan tiga dasarian
berturut-turut ditetapkan sebagai awal musim kemarau (AMK) (Ulfah & Sulistya, 2015).
Berdasarkan gambar 4.1 Histogram Dasarian Curah Hujan Tahun 2019 Stasiun Sempor
didapatkan bahwa, awal musim hujan terjadi pada dasarian ke-3 bulan Desember dengan nilai
curah hujan sebesar 124,39 mm. Awal musim kemarau terjadi pada dasarian ke-1 bulan
Agustus dengan nilai curah hujan sebesar 1,27 mm. Musim hujan di Indonesia terjadi karena
adanya angin muson barat yang bergerak dari Benua Asia melewati Samudra Hindia dan juga
Indonesia yang terjadi pada saat matahari berada pada bumi bagian selatan menyebabkan suhu
udaranya menjadi tinggi dan tekanannya rendah, sedangkan suhu udara pada bumi bagian utara
menjadi rendah dan tekanannya tinggi. Sementara itu, musim kemarau terjadi karena angin
muson timur yang bergerak dari Benua Australia terjadi pada saat matahari berada pada bumi
bagian utara sehingga suhu udaranya tinggi dan tekanannya rendah, sedangkan suhu udara pada
bagian selatan menjadi rendah dan tekanannya tinggi. Hal ini menyebabkan musim hujan di
Indonesia terjadi antara bulan Oktober hingga bulan Maret, sedangkan musim kemarau terjadi
antara bulan April hingga bulan September (Dida et al., 2016).
Gambar 4.2 Histogram Curah Hujan Bulanan Tahun 2020 Stasiun Sempor
Pada gambar 4.2 Dasarian Curah Hujan Tahun 2020, dapat dilihat curah hujan
tertinggi jatuh pada dasarian kedua bulan Juni dengan nilai curah hujan sebesar 157,49 mm.
Curah hujan terendah jatuh pada dasarian pertama bulan Agustus dengan nilai curah hujan
sebesar 4,02 mm. Perhitungan curah hujan diatas 50 mm selama tiga dasarian berturut-turut
menandakan awal musim penghujan, sedangkan nilai curah hujan dibawah 50 mm selama tiga
dasarian berturut-turut menandakan awal musim kemarau. Cara penentuan awal musim ini
sesuai dengan penentuan awal musim yang dilakukan oleh Badan Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) (Ariffin, 2019). Menurut gambar 4.2 dasarian curah hujan tahun 2020
dapat ditentukan awal musim kemarau jatuh pada dasarian pertama bulan Agustus dan awal
musim hujan jatuh pada dasarian kedua bulan November. Hal ini sesuai dengan Ruslana et al.
(2021) bahwa curah hujan pada dasarian ketiga bulan Oktober diperkirakan pada kriteria
menengah hingga tinggi akibat fenomena anomali iklim global La Nina di Samudra Pasifik
ekuator.
Gambar 4.3 Histogram Curah Hujan Bulanan Tahun 2019 Stasiun Sempor
Gambar 4.3 Histogram Curah Hujan Bulanan Tahun 2019 Stasiun Sempor menunjukkan
kalkulasi perhitungan total curah hujan yang terjadi pada stasiun sempor tahun 2019.
Berdasarkan gambar 4.3 tersebut, terdapat nilai curah hujan tertinggi 481,27 mm pada bulan
Desember dan terendah 5,9 mm pada bulan Agustus. Menurut klasifikasi Mohr, tahun 2019
termasuk ke dalam golongan III (agak kering). Hal ini dikarenakan, terdapat bulan kering
sebanyak 3 bulan dan periode basahnya melebihi penguapan. Bulan kering (BK) memiliki
nilai curah hujan lebih dari 60 mm, bulan lembab (BL) memiliki nilai curah hujan antara 60-
100 mm, dan bulan basah (BB) memiliki nilai curah hujan lebih dari 100 mm (Karim &
Aliyah, 2018). Oleh karena itu, pada gambar 4.3 terdapat delapan bulan basah (Januari,
Februari, Maret, April, Mei, Oktober, November, Desember), satu bulan lembab (Juni), dan
tiga bulan kering (Juli, Agustus, September). Pada hasil tersebut hanya terdapat satu bulan
lembab bulan lembab yaitu bulan Juli yang memiliki nilai curah hujan antara 60 mm-100 mm.
Hal ini tidak sesuai dengan pola curah hujan di wilayah Kebumen yaitu lokasi Stasiun
Sempor, tempat data curah hujan ini diambil. Wilayah iklim di Jawa Tengah dibagi menjadi
tiga klasifikasi, yaitu wilayah pesisir Utara tengah, wilayah pesisir Barat Daya dan wilayah
pegunungan tengah (Lembah Serayu). Kabupaten Kebumen termasuk ke dalam wilayah
pesisir Barat Daya yang memiliki karakteristik curah hujan maksimum yakni pada bulan
November dan minimum pada bulan Agustus ( Indratmoko et al., 2017).
Gambar 4.4 Histogram Curah Hujan Bulanan Tahun 2020 Stasiun Sempor
Gambar 4.4 Histogram Curah Hujan Bulanan Tahun 2020 Stasiun Sempor menunjukkan
bahwa total curah hujan yang terjadi. Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa curah hujan
terendah terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 79.53 mm, sedangkan curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 348.66 mm. Selain itu, berdasarkan gambar 4.4 terdapat
11 bulan basah yaitu bulan Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Agustus, September,
Oktober ,November,dan Desember karena memiliki nilai curah hujan lebih dari 100 mm.
Namun terdapat satu bulan lembab yaitu bulan Juli karena memiliki nilai curah hujan
diantara 60 mm hingga 100 mm. Hal ini tidak sesuai dengan pola curah hujan di wilayah
Kebumen yaitu lokasi Stasiun Sempor, tempat data curah hujan ini diambil. Wilayah iklim di
Jawa Tengah dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu wilayah pesisir Utara tengah, wilayah
pesisir Barat Daya dan wilayah pegunungan tengah (Lembah Serayu). Kabupaten Kebumen
termasuk ke dalam wilayah pesisir Barat Daya yang memiliki karakteristik curah hujan
maksimum yakni pada bulan November dan minimum pada bulan Agustus ( Indratmoko et
al., 2017). Perbedaan yang terjadi dapat disebabkan oleh perubahan iklim yang terjadi dalam
satu decade terakhir dan adanya kemungkinan curah hujan sehingga juga mempengaruhi
variabilitas musim tanam (Sekaranom et al., 2021).
Menurut Subdiyako (2011), ENSO berpengaruh terhadap perubahan iklim, sedangkan
Iklim memiliki pengaruh yang penting pada keadaan serta pertumbuhan tanaman untuk
dibudidayakan pada suatu kawasan. Hal ini sesuai dengan Bhatla et al., (2020) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman ditentukan oleh faktor lingkungan seperti curah
hujan, suhu, dan kelembaban yang berhubungan iklim. Adanya pengaruh iklim terhadap
pertumbuhan tanaman, maka para petani perlu mengetahui kecocokan tanaman pada kondisi
maupun tipe iklim di kawasan tersebut. Sebagaimana yang didasarkan pada sistem Oldeman
yang menekankan pada hubungan antara iklim dan tanaman. Klasifikasi Oldeman didasarkan
pada kebutuhan curah hujan untuk tanaman padi dan palawija. Dari hasil analisis data
menunjukkan bahwa klasifikasi Oldeman iklim wilayah tersebut termasuk ke dalam Zona C3
yang berarti setahun hanya dapat ditanami satu kali padi, bahkan tanaman palawija yang
kedua harus diperhatikan.
Sementara itu, berdasarkan sistem klasifikasi Schmidt-Fergusson yang menentukan tipe
iklim berdasarkan derajat kebasahan bulan menurut kriteria Mohr. Berdasarkan perhitungan
nilai Q didapatkan 8 tipe iklim yaitu tipe iklim A sampai H dengan kesesuaian vegetasi yang
tumbuh antara lain :

A : Daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropis


B : Daerah basah dengan vegetasi hutan hujan tropis
C : Daerah agak basah dengan vegetasi hutan rimba
D : Daerah sedang dengan vegetasi hutan musim
E : Daerah agak kering dengan vegetasi hutan belantara
F : Daerah agak kering dengan vegetasi hutan sabana
G : Daerah sangat kering dengan vegetasi hutan ilalang
H : Daerah luar biasa kering
Secara umum, tipe iklim ini cocok untuk ditanami oleh tanaman perkebunan maupun
tanaman keras. Apabila tipe iklim akan ditanami oleh tanaman yang spesifik sesuai dengan
tipe iklimnya, maka daerah pada iklim C dapat ditanami oleh tanaman musim yang dapat
beradaptasi ketika terjadi perubahan musim, contohnya tanaman jati. Pohon jati akan
menggugurkan daunnya pada musim kemarau. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
penguapan, sehingga pada musim kemarau yang kering pohon tidak akan mengalami
dehidrasi untuk bertahan hidup. Fenomena ini merupakan adaptasi fisiologis dari tanaman
terhadap iklim.
Adanya anomali iklim di Indonesia dapat berdampak besar bagi berbagai sektor, salah
satunya sektor pertanian. Menurut Makmur et al. (2013) iklim di Indonesia dipengaruhi oleh
fenomena ENSO (El Niño Southern Oscillation) yang terjadi di laut Pasifik dan IOD (Indian
Ocean Dipole) yang terjadi di laut Hindia. Dampak akibat adanya kedua fenomena anomali
iklim tersebut yaitu terjadinya perubahan temperatur udara, pola curah hujan, dan besaran
curah hujan (Irawan, 2006). Fenomena ENSO sendiri merupakan sebuah fenomena terjadinya
fluktuasi suhu permukaan air laut atau sea surface temperatures (SSTs) yang terjadi Pasifik
Selatan dan Timur dalam jangka waktu dua hingga tujuh tahun (Azmoodehfar & Azarmsa,
2013). Fenomena ENSO dapat menyebabkan terjadinya El Nino dan La Nina di Indonesia.
Fenomena El Nino ditandai dengan menurunnya curah hujan dan terjadi peningkatan
suhu udara. Hal tersebut akan berdampak pada iklim di Indonesia dengan adanya pergeseran
musim yang tidak merata, sehingga akan mempengaruhi siklus penanaman komoditas tertentu
yang dapat berdampak langsung ke penurunan hasil panen. Perubahan iklim juga
menyebabkan terjadinya perubahan pola hujan yang mengakibatkan pergeseran awal musim.
Musim kemarau akan berlangsung lebih lama yang menimbulkan bencana kekeringan,
menurunkan produktivitas, dan luas areal tanam (Runtunuwu dan Syahbuddin, 2007).
Fenomena La Nina merupakan kebalikan dari fenomena El Nino. Pada fenomena La Nina
akan memberikan dampak berupa peningkatan curah hujan, sehingga dapat menyebabkan
banjir serta perkembangan hama dan penyakit tanaman (Irawan, 2006).

V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Tipe iklim ditentukan dengan menggunakan data anasir curah hujan pada Stasiun
Sempor. Berdasarkan klasifikasi Mohr Stasiun Sempor termasuk ke dalam golongan
III (agak kering) di tahun 2019 dan golongan II (agak basah) di tahun 2020.
Berdasarkan klasifikasi Schmidt & Ferguson Stasiun Sempor termasuk dalam
golongan C, yaitu, daerah agak basah, vegetasi hutan rimba, terdapat vegetasi yang
menggugurkan daunnya pada musim kemarau. Berdasarkan klasifikasi Oldeman
Stasiun Sempor termasuk dalam zona C Sub-Divisi 3 (C3) karena memiliki 6 BB
berurutan dan 4 BK berurutan. Berdasarkan klasifikasi Koppen Stasiun Sempor
termasuk kedalam iklim hujan tropis dengan musim kering pendek tetapi curah hujan
besar sehingga tanah cukup basah sepanjang tahun (A:m).
2. Penanaman suatu jenis tanaman perlu untuk menyesuaikan tipe iklim yang terdapat
pada suatu daerah tersebut agar dapat menghasilkan produksi pertanian yang
melimpah dan terbebas dari hama dan penyakit tanaman. Pola tanam, waktu panen,
dan jenis tanaman yang dibudidayakan sangat dipengaruhi oleh iklim.
3. Penentuan awal musim hujan dan kemarau memerlukan data dasarian. Ketika, tiga
dasarian berturut-turut dengan curah hujan di bawah 50 mm maka sebagai penentuan
awal musim kemarau, sedangkan penentuan awal musim hujan berdasarkan pada tiga
dasarian berturut-turut dengan curah hujan diatas 50 mm. Pada tahun 2019 dapat
ditentukan bahwa awal musim hujan terjadi pada dasarian ke-3 bulan Desember dan
awal musim kemarau terjadi pada dasarian ke-1 bulan Agustus. Di sisi lain, pada
tahun 2020 dapat ditentukan awal musim kemarau jatuh pada dasarian pertama bulan
Agustus dan awal musim hujan jatuh pada dasarian kedua bulan November.

DAFTAR PUSTAKA
Ariffin. 2019. Metode Klasifikasi Iklim di Indonesia. UB Press, Malang.

Azmoodehfar, M. H., and Azarmsa, S. A. 2013. Assessment the effect of ENSO on weather
temperature changes using fuzzy analysis (case study: Chabahar). APCBEE procedia
5 : 508-513.

Bhatla, R., P. Varma, S. Verma, and S. Ghosh. 2020. El Nino/La Nina impact on crop
production over different agro-climatic zones of Indo-Gangetic Plain of India.
Theoretical and Applied Climatology 142(1): 151-163.

Dewi, Nur Kusuma. 2005. Kesesuaian Iklim Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Jurnal
Biologi Universitas Negeri Semarang (UNNES) 1(2) : 1 - 15.

Dida, H. P., S. Suparman, dan D. Widhiyanuriyawan, D. 2016. Pemetaan potensi energi


angin di perairan Indonesia berdasarkan data satelit QuikScat dan WindSat. Rekayasa
Mesin 7(2): 95-101.

Fitriah, R.H. 2019. Pengaruh Ketersediaan Air Terhadap Indeks Pertanaman pada Daerah
Irigasi Grujukan dan Curah Bugis Kabupaten Bondowoso. Fakultas Teknologi
Pertanian. Universitas Jember. Skripsi.

Handoko. 2017. Klimatologi Dasar: Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-
unsur Iklim. IPB Press, Bogor.

Indratmoko, S., D. Harmantyo, & E. Kusratmoko. 2017. Variabilitas curah hujan di


Kabupaten Kebumen. Jurnal Geografi Lingkungan Tropik 1(1):29-40.

Irawan, B. 2006. Fenomena anomali iklim El Nino dan La Nina: Kecenderungan jangka
panjang dan pengaruhnya terhadap produksi pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi
24 (1): 28 – 45.

Karim, H. A., dan M. Aliyah. 2019. Evaluasi penentuan waktu tanam padi (Oriza Sativa L.)
berdasarkan analisa curah hujan dan ketersediaan air pada wilayah Bedungan Sekka-
Sekka Kabupaten Polewali Mandar. AGROVITAL: Jurnal Ilmu Pertanian 3(2): 41-
46.

Makmur, E. E. S., Y. Koesmaryono, E. Aldrian, dan A. H. Wigena. 2013. Model prediksi


awal musim hujan di sentra padi Pantura Jabar dengan prediktor regional dan global.
Jurnal Meteorologi dan Geofisika 14(3): 127-137.

Nasution, M.I., dan M. Nuh. 2018. Kajian iklim berdasarkan klasifikasi Oldeman di
Kabupaten Langkat. JIS Tech 3(2): 1-19.

Rahmad, Riki. 2017. Analisis Curah Hujan, Tipe Iklim, dan Evapotranspirasi Potensial
untuk Kab/Kota di Sumatera Utara. Praktikum Meteorologi dan Klimatologi.
Universitas Negeri Medan : 1 - 69.
Runtunuwu, E. dan H. Syahbuddin. Perubahan pola curah hujan dan dampaknya terhadap
periode masa tanam. Jurnal Tanah dan Iklim 26.

Ruslana, Z. N., R. Tresnawati, Rosyidah, I. W. Harmoko, & Siswanto. 2021. Relianilitas


prediksi curah hujan dasarian pada kejadian curah hujan ekstrim pemicu banjir 26
Oktober 2020 di Kebumen: model statistik ( HyBMG ) versus model dinamik
( ECMWF ). Jurnal Geosains dan Teknologi 4(2):84-100.

Sekaranom, A. B., E. Nurjani, & F. Nucifera. 2021. Agricultural climate change adaption in
Kebumen, Central Java, Indonesia. Sustainabiliy 13 : 2-16.

Sudibyakto, H. A. 2011. Manajemen Bencana di Indonesia ke Mana?. UGM PRESS,


Yogyakarta.

Ulfah, A., dan W. Sulistya. 2015. Penentuan kriteria awal musim alternatif di wilayah Jawa
Timur. Jurnal meteorologi dan geofisika 16(3): 145-153.
LAMPIRAN
Tabel 3.1 Klasifikasi Iklim Menurut Mohr Pada Stasiun Sempor
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2000 437.00 367.00 713.95 631.31 184.81 82.770 17.340 13.460 25.120 427.58 738.73 341.25
2001 808.60 317.77 712.64 465.65 136.84 266.50 23.070 5.4900 8.7300 611.71 533.65 77.000
2002 599.95 551.43 528.41 302.87 52.70 10.570 2.8800 0 1.1800 78.710 357.80 542.79
2003 502.32 716.03 528.58 111.49 121.54 4.6600 0.3700 1.0300 16.420 80.500 444.06 568.97
2004 477.61 574.04 498.06 129.16 113.05 39.102 58.580 0.4900 0.6900 39.220 356.09 498.39
2005 224.62 588.59 504.90 269.13 77.700 72.770 65.060 3.4700 11.930 201.97 285.71 685.21
2006 441.85 385.34 422.99 366.56 167.81 30.230 2.4400 0 0 0 129.39 733.74
2007 150.26 461.94 542.90 618.04 170.18 41.800 3.2500 4.0600 0.9800 142.82 403.31 836.28
2008 240.76 504.74 520.19 326.22 10.070 0.9800 0.8900 3.9600 9.4600 163.94 724.30 313.12
2009 374.36 382.88 278.34 396.62 218.10 31.450 4.7600 0.2300 8.2800 129.07 490.19 344.46
2010 456.15 525.81 512.37 263.45 448.78 165.96 125.70
0 29.390 370.50 463.77 678.74 465.31
2011 473.22 368.72 468.05 373.95 187.67 24.340 2.0600 0.3200 0 76.110 371.10 447.23
2012 526.18 449.35 278.06 363.39 192.45 51.100 0.3300 0 4.0400 101.57 473.11 581.63
2013 382.53 387.71 236.03 360.68 299.07 296.15 158.90 2.8700 0.2900 102.42 219.44 465.93
2014 288.00 347.04 224.09 334.20 105.25 182.00 23.690 0 0 15.360 480.68 505.51
2015 265.46 359.51 485.54 493.22 78.720 28.930 0.4300 0 0 0.6900 299.94 594.77
2016 446.15 424.2 468.04 555.77 357.32 389.73 139.60 49.660 238.10 466.88 707.89 335.76
2017 529.16 391.43 387.35 441.76 68.120 60.430 4.9000 0.8100 86.440 224.83 497.48 321.98
2018 582.13 290.74 227.99 244.50 82.700 14.080 0.4400 0 11.090 6.2500 381.92 312.68
2019 472.59 383.72 456.81 326.87 30.070 4.3600 2.1800 0 0 0.2000 77.540 489.21
2020 365.21 0 513.59 265.89 226.81 16.540 11.850 8.0400 26.040 362.31 405.17 645.37
9044.1 8777.9 9508.8 7640.3 3329.6 1814.7 648.4 123.28 820.50 3695.1 9056.4 10107
Total

µ 430.62 417.99 452.84 363.84 158.56 86.403 30.89 5.8708 39.090 175.99 431.25 481.26
Kelas BB BB BB BB BB BL BK BK BK BB BB BB

Tabel 3.2 Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt dan Fergusson Pada Stasiun Sempor
Tahu
n Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des BB BL BK

2000 BB BB BB BB BB BL BK BK BK BB BB BB 8 1 3
2001 BB BB BB BB BB BB BK BK BK BB BB BL 8 1 3
2002 BB BB BB BB BK BK BK BK BK BL BB BB 6 1 5
2003 BB BB BB BB BB BK BK BK BK BL BB BB 7 1 4
2004 BB BB BB BB BB BK BK BK BK BK BB BB 7 5
2005 BB BB BB BB BL BL BL BK BK BB BB BB 7 3 2
2006 BB BB BB BB BB BK BK BK BK BK BB BB 7 5
2007 BB BB BB BB BB BK BK BK BK BB BB BB 8 4
2008 BB BB BB BB BK BK BK BK BK BB BB BB 7 5
2009 BB BB BB BB BB BK BK BK BK BB BB BB 8 4
2010 BB BB BB BB BB BB BB BK BB BB BB BB 11 1
2011 BB BB BB BB BB BK BK BK BK BL BB BB 7 1 4
2012 BB BB BB BB BB BK BK BK BK BB BB BB 8 4
2013 BB BB BB BB BB BB BB BK BK BB BB BB 10 2
2014 BB BB BB BB BB BB BK BK BK BK BB BB 8 4
2015 BB BB BB BB BL BK BK BK BK BK BB BB 6 1 5
2016 BB BB BB BB BB BB BB BK BB BB BB BB 11 1
2017 BB BB BB BB BL BL BK BK BL BB BB BB 7 3 2
2018 BB BB BB BB BL BK BK BK BK BK BB BB 6 1 5
2019 BB BB BB BB BK BK BK BK BK BK BL BB 5 1 6
2020 BB BK BB BB BB BK BK BK BK BB BB BB 7 5
Jumlah 159 14 79
Rerata 7.57 1.4 37.61
Tabel 3.3 Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman Pada Stasiun Sempor
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2000 437.00 367.00 713.95 631.31 184.81 82.770 17.340 13.460 25.120 427.58 738.73 341.25
2001 808.60 317.77 712.64 465.65 136.84 266.50 23.070 5.4900 8.7300 611.71 533.65 77.000
2002 599.95 551.43 528.41 302.87 52.700 10.570 2.8800 0 1.1800 78.710 357.80 542.79
2003 502.32 716.03 528.58 111.49 121.54 4.6600 0.3700 1.0300 16.420 80.500 444.06 568.97
2004 477.61 574.04 498.06 129.16 113.05 39.120 58.580 0.4900 0.6900 39.220 356.09 498.39
2005 224.62 588.59 504.90 269.13 77.700 72.770 65.060 3.4700 11.930 201.97 285.71 685.21
2006 441.85 385.34 422.99 366.56 167.81 30.230 2.4400 0 0 0 129.39 733.74
2007 150.26 461.94 542.90 618.04 170.18 41.800 3.2500 4.0600 0.9800 142.82 403.31 836.28
2008 240.76 504.74 520.19 326.22 10.070 0.9800 0.8900 3.9600 9.4600 163.94 724.30 313.12
2009 374.36 382.88 278.34 396.62 218.10 31.450 4.7600 0.2300 8.2800 129.07 490.19 344.46
2010 456.15 525.81 512.37 263.45 448.78 165.96 125.70 29.390 370.50 463.77 678.74 465.31
2011 473.22 368.72 468.05 373.95 187.67 24.340 2.0600 0.3200 0 76.110 371.10 447.23
2012 526.18 449.35 278.06 363.39 192.45 51.100 0.3300 0 4.0400 101.57 473.11 581.63
2013 382.53 387.71 236.03 360.68 299.07 296.15 158.90 2.8700 0.2900 102.42 219.44 465.93
2014 288.00 347.04 224.09 334.20 105.25 182.00 23.690 0 0 15.360 480.68 505.51
2015 265.46 359.51 485.54 493.22 78.720 28.930 0.4300 0 0 0.6900 299.94 594.77
2016 446.15 424.20 468.04 555.77 357.32 389.73 139.60 49.660 238.10 466.88 707.89 335.76
2017 529.16 391.43 387.35 441.76 68.120 60.430 4.9000 0.8100 86.440 224.83 497.48 321.98
2018 582.13 290.74 227.99 244.50 82.700 14.080 0.4400 0 11.090 6.2500 381.92 312.68
2019 472.59 383.72 456.81 326.87 30.070 4.3600 2.1800 0 0 0.2000 77.540 489.21
2020 365.21 0 513.59 265.89 226.81 16.540 11.850 8.0400 26.040 362.31 405.17 645.37
9044.1 8777.9 9508.8 7640.3 3329.6 1814.7 648.40 123.28 820.50 3695.1 9056.4 10107

Total
Rerata 430.62 417.99 452.84 363.84 158.56 86.403 30.890 5.8708 39.090 175.99 431.25 481.26
DBK BB BB BB BB BB BL BK BK BK BB BB BB

Tabel 3.4 Klasifikasi Iklim Menurut Koppen Pada Stasiun Sempor


Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2000 437.00 367.00 713.95 631.31 184.81 82.770 17.340 13.460 25.102 427.58 738.73 341.25
2001 808.60 317.77 712.64 465.65 136.84 266.50 23.070 5.4900 8.7300 611.71 533.65 77.000
2002 599.95 551.43 528.41 302.87 52.700 10.570 2.8800 0 1.1800 78.710 357.80 542.79
2003 502.32 716.03 528.58 111.49 121.54 4.6600 0.3700 1.0300 16.420 80.500 444.06 568.97
2004 477.61 574.04 498.06 129.16 113.05 39.120 58.580 0.4900 0.6900 39.220 356.09 498.39
2005 224.62 588.59 504.90 269.13 77.700 72.770 65.060 3.4700 11.930 201.97 285.71 685.21
2006 441.85 385.34 422.99 366.56 167.81 30.230 2.4400 0 0 0 129.39 733.74
2007 150.26 461.94 542.90 618.04 170.18 41.800 3.2500 4.0600 0.9800 142.82 403.31 836.28
2008 240.76 504.74 520.19 326.22 10.070 0.9800 0.8900 3.9600 9.4600 163.94 724.30 313.12
2009 374.36 382.88 278.34 396.62 218.10 31.450 4.7600 0.2300 8.2800 129.07 490.19 344.46
2010 456.15 525.81 512.37 263.45 448.78 165.96 125.70 29.390 370.50 463.77 678.74 465.31
2011 473.22 368.72 468.05 373.95 187.67 24.340 2.0600 0.3200 0 76.110 371.10 447.23
2012 526.18 449.35 278.06 363.39 192.45 51.100 0.3300 0 4.0400 101.57 473.11 581.63
2013 382.53 387.71 236.03 360.68 299.07 296.15 158.90 2.8700 0.2900 102.42 219.44 465.93
2014 288.00 347.04 224.09 334.20 105.25 182.00 23.690 0 0 15.360 480.68 505.51
2015 265.46 359.51 485.54 493.22 78.720 28.930 0.4300 0 0 0.6900 299.94 594.77
2016 446.15 424.2 468.04 555.77 357.32 389.73 139.60 49.660 238.10 466.88 707.89 335.76
2017 529.16 391.43 387.35 441.76 68.120 60.430 4.9000 0.8100 86.440 224.83 497.48 321.98
2018 582.13 290.74 227.99 244.05 82.700 14.080 0.4400 0 11.090 6.2500 381.92 312.68
2019 472.59 383.72 456.81 326.87 30.070 4.3600 2.1800 0 0 0.2000 77.540 489.21
2020 365.21 0 513.59 265.89 226.81 16.540 11.850 8.0400 26.004 362.31 405.17 645.37

9044.1 8777.9 9508.8 7640.3 3329.6 1814.7 648.40 123.28 820.50 3695.1 9056.4 10107

Total
Rerata 430.62 417.99 452.84 363.84 158.56 86.403 30.890 5.8708 39.090 175.99 431.25 481.26

Tabel 3.5 Data Curah Hujan Bulanan Stasiun Sempor Pada tahun 2019
Bulan Curah Hujan
Januari 202.82
Februari 81.23
Maret 127.65
April 229.88
Mei 173.01
Juni 248.3
Juli 65.47
Agustus 13.39
September 64.66
Oktober 119.47
November 81.56
Desember 331.95

Tabel 3.6 Data Curah Hujan Bulanan (mm) Stasiun Sempor Pada tahun 2020
Bulan Curah Hujan
Januari 150.06
Februari 188.82
Maret 259.12
April 156.03
Mei 217.78
Juni 348.66
Juli 79.53
Agustus 113.35
September 197.88
Oktober 196.26
November 204.62
Desember 155.34

Tabel 3.7 Data Curah Hujan Dasarian (mm) Stasiun Sempor pada tahun 2019
Dasarian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

I 40,29 30,39 33,72 8,89 59,93 111,26 26,63 1,27 0,28 35,5 21,56 78,27

II 88,69 1,72 35,02 54,27 29,19 69,56 18,69 10,76 2,47 19,16 3,94 129,29

III 73,84 49,12 58,91 166,72 83,89 67,48 20,15 1,36 61,91 64,81 56,06 124,39
Keterangan :
Biru : Awal musim hujan
Kuning : Awal musim kemarau

Tabel 3.8 Data Curah Hujan Dasarian (mm) Stasiun Sempor pada tahun 2020

Dasarian Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

I 56,92 106,83 102,5 13,51 30,63 157,49 22,86 4,02 57,25 36,22 62,22 61,7

II 84,15 31,63 29,82 23,02 103,26 100,94 15,43 36,83 94,55 99,22 103,35 37,96

III 8,99 50,36 126,8 119,5 83,89 90,23 41,24 72,5 46,08 60,82 39,05 55,68
Keterangan :
Biru : Awal musim hujan
Kuning : Awal musim kemarau

Gambar 4.1 Histogram Dasarian Curah Hujan Tahun 2019 Stasiun Sempor
Gambar 4.2 Histogram Curah Hujan Bulanan Tahun 2020 Stasiun Sempor

Gambar 4.3 Histogram Curah Hujan Bulanan Tahun 2019 Stasiun Sempor
Gambar 4.4 Histogram Curah Hujan Bulanan Tahun 2020 Stasiun Sempor

Tabel 3.9 Curah Hujan Harian Tahun 2019 Stasiun Sempor

Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

01 33.64 0 0 2.27 5.23 4.15 0 0 0.28 0.54 3.17 8.22

02 0 12.73 0 0.22 19.49 1.67 3.1 0 0 1.58 0 0.85

03 0 2.59 0 0 0.3 14.21 0.73 0 0 0 0 0.9

04 0 0 0 0 0.23 0 2.55 0 0 0 11.1 8.23

05 6.65 3.78 0 1.01 0 35.25 0 0 0 0 0 17.9

06 0 5.15 0 4.49 0 15.1 0 0 0 2.23 0 2.57

07 0 0 0.63 0 0 3.13 0 0 0 10 4.93 23.13

08 0 0.26 10.93 0 0 5.88 7.49 0 0 1.23 2.36 11.85

09 0 5.88 21.03 0.2 33.91 6.79 12.76 0 0 0 0 4.62

10 0 0 1.13 0.7 0.77 25.08 0 1.27 0 19.92 0 0

11 0 0 9.77 5.67 1.84 7.08 11.7 0.21 0 0.25 0 0.76

12 3.67 0 10.25 1.68 2.3 0.32 0.51 0 0 0.68 0 2.57

13 5.53 0 15 5.41 0 1.79 2.93 0 0 0 0 6.8

14 36.43 0 0 11.19 10.86 27.57 0 0 0 0 0 22.95


15 39.83 0 0 0 0 0 0 10.55 0 15.2 2.17 41.28

16 2.77 0 0 0 3.91 0 3.07 0 0 3.03 0 11.74

17 0 0 0 12.57 5.85 7.16 0.48 0 0 0 1.77 11.39

18 0 1.72 0 11.48 4.43 1.52 0 0 0 0 0 0

19 0.46 0 0 0 0 0.23 0 0 2.47 0 0 0.88

20 0 0 0 6.27 0 23.89 0 0 0 0 0 30.92

21 1.09 5.66 15.53 0 20.76 21.91 0.35 2.85 0 30.34 27.25 4.05

22 1.01 0 11.31 0 8.81 25.57 0 0.74 0.22 3.93 6.25 2.58

23 2.48 11.18 2.14 2.88 3.74 2.05 0 0.24 0.26 1.8 0 0

24 2.86 1.35 0 41.65 0 0 7.88 0 25.84 4.14 1.09 0

25 0.57 0.21 3.98 8.27 0 2.58 8.29 0 7.19 0 0.21 43.24

26 24.74 0 0.64 10.47 23.62 0 3.37 0 3.26 0.42 0 1.29

27 14.04 0 3.61 18.55 2.08 12.98 0.26 0 0 13.06 0 4.28

28 4.1 30.72 11.75 22.62 0.66 2.39 0 0.38 8.82 0 0.85 2.58

29 6.99 0 9.3 59.75 10.61 0 0 0 8.54 10.56 16.16 11.74

30 0.72 12.73 0 2.53 1.26 0 0 0 7.78 0 4.25 11.39

31 15.24 2.59 0.65 2.27 12.35 4.15 0 0 0.28 0.56 3.17 43.24

Tabel 4.0 Curah Hujan Harian Tahun 2020 Stasiun Sempro

Tanggal Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

01 0 0 18.46 10.21 1.28 33.33 0 0 3.38 2.32 1 0.49

02 2.96 0 23.11 0.41 0 0.23 0 0 0.44 0 0 0

03 10.57 46.2 17.28 2.06 3.35 17.53 0.22 0 0 3.42 0 2.14

04 4.56 22.27 11.18 0.63 0 9.21 7.99 0 0 5.12 0 1.44

05 7.65 24.53 3.98 0 6.33 6.7 4.32 0 9.91 0 2.27 7.16


06 9.75 0 3.74 0 0 25.39 5.96 0 37.85 0 6.55 21.7

07 9.2 0 21.44 0 17.29 6.2 0 0 0.36 0 8.75 0.28

08 11.51 1.29 0 0 1.12 24.54 4.37 0 0.85 2.15 0 26.2

09 0 12.54 1.83 0 1.26 27.03 0 4.02 4.46 22.63 13.75 2.29

10 0.72 0 1.48 0.2 0 7.33 0 0 0 0.58 29.9 0

11 17.47 0 0.59 0 2.08 7.44 0 0 11.31 13.58 0 16.61

12 16.52 0 11.47 0 7.11 6.02 0 0 0 31.51 0.29 0.87

13 0 0 0 0 11.2 0 2.96 0.51 0 0 43.2 5.32

14 33.08 8.68 0 2.1 8.24 2.89 2.62 29.86 0 0 10.7 4.44

15 4.78 0 0 10.77 0.81 8.89 1.05 0.39 1.02 21.29 5.72 3.93

16 12.3 2.66 0.93 0 11.68 35.05 5.89 0.61 4.33 2.43 40.13 0.77

17 0 10.22 9.68 0 16.12 21.81 0.21 1.41 12.51 19.28 0 0.59

18 0 8.21 4.81 5.58 6.77 4.04 1.52 1.14 36.76 0.61 0 1.73

19 0 1.86 0.9 4.09 6.1 11.29 1.18 0.95 17.8 10.52 0 0

20 0 0 1.44 0.48 33.15 3.51 0 1.96 10.82 0 3.31 3.7

21 0 0 2.19 4.37 13.19 7.05 10.42 5.18 7.12 27.57 1.25 9.26

22 0 0.95 0 16.54 16.06 0 4.99 4.05 7.6 0.24 3.96 0.49

23 0 0 0 3.56 0.88 1.8 3.61 3.35 1.01 0 13.86 0

24 0 14.03 20.66 20.31 29.06 0 0 19.29 0 0 3.93 2.14

25 0 31.51 9.29 34.82 10.71 5.25 2.47 13.82 0 0 0.77 1.44

26 0 0.54 31.36 12.06 10.75 43.82 0 4.72 0 5.99 0.59 7.16

27 0 0 0 10.7 0.58 1.88 0 20.2 13.52 9.91 1.73 21.7

28 0 0 49.25 1.04 2 24.13 0 1.01 3.33 3.9 0 0.28

29 1.07 3.33 0 3.97 0.66 4.71 0.22 0.88 5.98 0 3.7 0


30 1.94 - 14.05 12.13 0 1.59 17.7 0 7.52 6.48 9.26 6.48

31 5.98 - 0 - 0 - 1.83 0 - 6.73 - 6.73

Anda mungkin juga menyukai