Anda di halaman 1dari 100

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

BERDASARKAN ASIMILASI DAN AKOMODASI PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL


KELAS VII SMP NEGERI 2 LEIHITU BARAT

SKRIPSI

Ditulis Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada
Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon

Disusun Oleh:

ABDUL RAJAB WAKASALA


NIM. 150303031

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
AMBON
2020
PENGESAHAN SKRIPSI

JUDUL : Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika


Berdasarkan Asimilasi Dan Akomodasi Pada Materi Aritmatika
Sosial Kelas VII SMP Negeri 2 Leihitu Barat.
NAMA : Abdul Rajab Wakasala
NIM : 150303031
JURUSAN / KELAS : Pendidikan Matematika / A
FAKULTAS : Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Ambon

Telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari
tanggal bulan tahun dan dinyatakan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam ilmu pendidikan matematika.

DEWAN MUNAQASYAH

PEMBIMBING I : Dr. Patma Sopamena, M.Pd.I., M.Pd (………….……………………….)

PEMBIMBING II : Gamar Assagaf, M.Pd (………….……………………….)

PENGUJI I : Nur Afriani Nukuhaly, M.Pd (………….……………………….)

PENGUJI II : Dr. Abdillah, M.Pd (………….……………………….)

Diketahui Oleh: Disahkan Oleh:


Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
IAIN Ambon IAIN Ambon

Dr. Ajeng Gelora Mastuti, M.Pd Dr. Samad Umarella, M.Pd


NIP. 198405062009122004 NIP. 196507061992031003
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Abdul Rajab Wakasala

NIM : 150303031

Fakultas : Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Jurusan : Pendidikan Matematika

Judul : Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Masalah

Matematika Berdasarkan Asimilasi Dan Akomodasi Pada

Materi Aritmatika Sosial Kelas VII SMP Negeri 2 Leihitu

Barat.

Menyatakan bahwa, skripsi ini benar merupakan karya sendiri. Jika

dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat,

dibuat atau dibantu orang lain secara keseluruhan, maka skripsi ini sepenuhnya

menjadi tanggung jawab saya dan saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan

peraturan yang berlaku di kampus IAIN Ambon.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari

pihak manapun.

Ambon, 2020

Yang Membuat Pernyataan

Abdul Rajab Wakasala


NIM: 150303031

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Think today action tomorrow

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada:


Ayahandaku (saleh Wakasala (alm)) dan ibundaku (nur hawa polpoke)
tercinta
Terimakasih atas kasih sayangmu yang tak terukur, tak lekang waktu,
materi yang tak terhingga, dukungan yang tak pernah terhenti dan doa
yang tak pernah putus.
Adikku yang sangat kusayangi (syahril Wakasala) yang tiada hentinya
memberi dukungan dan doa serta semua keluargaku, dan almamaterku
tercinta IAIN Ambon.
iv
ABSTRAK
Abdul Rajab Wakasala, NIM. 150303031, Pembimbing I, Dr. Patma
Sopamena, M.Pd.I., M.Pd, dan Pembimbing II, Gamar Assagaf, M.Pd “Proses
Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan
Asimilasi dan Akomodasi Pada Materi Aritmatika Sosial Kelas VII SMP
Negeri 2 Leihitu Barat”. Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Ambon, 2020.

Proses berpikir adalah uraian aktivitas mental dan jiwa yang terjadi secara
terencana dan sistematis untuk menghubungkan ide-ide yang ingin diarahkan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan berdasarkan akal budinya. Assimilation is
the incorporation of new events into intelligence as a scheme or concept,
accommodation, existing schemes are modified to account for new information.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskpripsikan proses berpikir siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan asimilasi dan akomodasi
pada materi Aritmatika Sosial di kelas VII SMP Negeri 2 Leihitu Barat.
Tipe penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, instrument
yang digunakan adalah tes uraian dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa proses berpikir siswa kelas VII SMP
Negeri 2 Leihitu Barat dalam menyelesaikan masalah aritmatika sosial memenuhi
indikator asimilasi dan akomodasi. Indikator tersebut adalah siswa dapat langsung
atau memodifikasi proses berpikirnya dalam memahami masalah, merencanakan
penyelesaian, melaksanakan rencana, memeriksa kembali. Sebagaimana yang
ditunjukan oleh siswa S1 dan S2. Proses berpikir siswa S1 dalam menyelesaikan
masalah langsung mampu menyelesaikan masalah tersebut, artinya S1 melakukan
proses asimilasi. Sedangkan proses berpikir S2 dalam menyelesaikan masalah, S2
mengalami disequilibrasi. Setelah diberikan refleksi S2 dapat memodifikasi
proses berpikirnya, artinya S2 melakukan proses asimilasi dan akomodasi.

Kata Kunci: proses berpikir, penyelesaian masalah, asimilasi dan


akomodasi

v
KATA PENGANTAR

ِ ‫ب ِۡس ِم ٱهَّلل ِ ٱلر َّۡح ٰ َم ِن ٱلر‬


‫َّح ِيم‬
Alhamdulillah puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT, karena atas

limpahan rahmat dan hidayahnyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Proses Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah

Matematika Berdasarkan Asimilasi dan Akomodasi Pada Materi Aritmatika

Sosial Kelas VII SMP Negeri 2 Leihitu Barat” ini dapat diselesaikan dengan

baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia

hingga yaumil akhir kelak.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan

tak terhingga kepada ayahanda dan ibunda tercinta dan tersayang dimana karena

perjuangan dan doa, dukungan dan nasehat serta motivasi yang diberikan kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik serta

semua pihak yang telah memberikan nasehat dan bantuan berupa arahan dan

dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam menulis skripsi ini banyak

sekali hambatan yang dihadapi. Namun atas bantuan serta dukungan moral dari

beberapa pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, karena itu

patut penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hasbollah Toisuta, M.Ag selaku Rektor Institut Agama Islam (IAIN)

Ambon beserta para wakil-wakil Rektor yang telah berjasa dalam

mengembangkan IAIN Ambon tempat penulis menuntut ilmu.

vi
2. Bapak Dr. Samad Umarella, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan serta wakil-wakil Dekan beserta Civitas Akademika yang telah berjasa

dalam mengembangkan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Ibu Dr. Ajeng Gelora Mastuti, M.Pd, Selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika dan Ibu Nur Afriani Nukuhaly, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan

Pendidikan Matematika yang selalu memberikan dorongan dan dukungan

kepada penulis.

4. Ibu Dr. Patma Sopamena, M.Pd.I, M.Pd, selaku Pembimbing I dan Ibu Gamar

Assagaf, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah sabar membimbing,

mengarahkan, dan memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis dalam

proses penyusunan skripsi.

5. Ibu Nur Afriani Nukuhaly, M.Pd, dan Bapak Dr. Abdillah, M.Pd selaku penguji

I dan penguji II yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan

saran yang bersifat membangun demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

6. Pihak sekolah yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian di sekolah SMP Negeri 2 Leihitu Barat.

7. Sahabat-sahabatku burhan, bayu, echal, rijal, man, mitun, fatur, gusti, udin,

mulyadi, julfandi, bakri, assel septo, hamzah, dan ade ayuni yang telah

memberikan dukungan, semangat dan motivasi.

8. Teman-teman Angkatan 2015 Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Ambon

terutama teman-teman matek A yang seperjuangan yang senantiasa menjadi

penyemangat, terimakasih atas dukungan dan bantuannya selama ini semoga

tetap terjaga kerjasamanya.

vii
9. Saudara-saudara saya kakak echa, kakak haris, kakak sari, kakak insan, adik

ikhen, adik nada, adik iki, kakak dino, kakak lan, kakak jais, kakak rudi, kakak

aya, kakak ama, adik lala, adik arini yang telah memberikan semangat kepada

penulis.

10. Teman-teman PPKT di MAN Ambon yang telah memberikan semangat.

Penulis menyadari bahwa tak ada yang sempura dalam sebuah karya karena

kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Namun dengan segala kerendahan

hati penulis senantiasa menantikan segala kritikan dan saran yang bersifat

membangun demi perbaikan dimasa mendatang.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berharap semoga semua bantuan,

dukungan dan doa yang diberikan oleh berbagai pihak dinilai ibadah disisi Allah

dan semoga rahmat dan karunia-Nya menyertai kita semua. Amin . . .

Ambon, 2020

Penulis

Abdul Rajab Wakasala


NIM. 150303031

viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.....................................................ii
PENGESAHAN SKRIPSI..........................................................................iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................iv
ABSTRAK.................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................vi
DAFTAR ISI................................................................................................ix
DAFTAR TABEL....................................................................................... xi
DAFTAR DIAGRAM ...............................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 7
D. Definisi Istilah................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Belajar Matematika ............................................................. 8
B. Proses Berpikir................................................................................... 9
C. Penyelesaian Masalah Matematika.................................................. 13
D. Pentingnya Proses Berpikir Dan Penyelesaian Masalah................. 16
E. Asimilasi dan Akomodasi................................................................ 19
F. Pentingnya Asimilasi dan Akomodasi dalam matematika.............. 28
G. Ruang Lingkup Materi..................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 33
B. Lokasi dan Waktu penelitian.......................................................... 33
C. Subjek Penelitian............................................................................. 33
D. Instrument Penelitian ...................................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 37
F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 38
G. Pengecekan Keabsaha Data ............................................................ 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................... 41
B. Pembahasan ..................................................................................... 55

ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 59
B. Saran .............................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 61

x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kerangka Konseptual Proses Asimilasi dan Akomodasi..............24
Table 3.1 Arti kode Struktur Masalah Aritmatika Sosial.............................45

xi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1 Proses Asimilasi dan Akomodasi............................................21
Diagram 2.2 Struktur Masalah Aritmatika Sosial.........................................32
Diagram 3.1 Proses Pengambilan Subjek.....................................................35
Diagram 4.1 Proses Berpikir S1 sebelum Refleksi.......................................42
Diagram 4.2 Proses Berpikir S1 sesudah Refleksi.......................................43
Diagram 4.3 Perbandingan Proses berpikir S1.............................................44
Diagram 4.4 Proses Berpikir S2 sebelum Refleksi.......................................49
Diagram 4.5 Proses Berpikir S2 sesudah Refleksi.......................................49
Diagram 4.6 Perbandingan Proses berpikir S2.............................................51

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Hasil Kerja S1 dalam Memahami Masalah..............................46
Gambar 4.2 Hasil Kerja S1 dalam Mencari Besar Rugi...............................47
Gambar 4.3 Hasil Kerja S1 dalam Mencari Besar Persentase Rugi.............47
Gambar 4.4 Hasil Kerja S1 dalam Menarik Kesimpulan.............................47
Gambar 4.5 Hasil Kerja S2 dalam Memahami Masalah..............................53
Gambar 4.6 Hasil Kerja S2 dalam Mencari Persentase Rugi.......................53
Gambar 4.7 Hasil Kerja S2 dalam Mencari Besar Rugi...............................54
Gambar 4.8 Hasil Kerja S2 dalam Mencari Besar Persentase Rugi.............55
Gambar 4.9 Hasil Kerja S2 dalam Menarik Kesimpulan.............................55

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-Kisi Soal...............................................................................
Lampiran 2. Soal Tes........................................................................................
Lampiran 3. Alternatif Jawaban Soal Tes.........................................................
Lampiran 4. Lembar Validasi...........................................................................
Lampiran 5. Pedoman Wawancara...................................................................
Lampiran 6. Hasil Pekerjaan S1.......................................................................
Lampiran 7. Transkip Wawancara S1..............................................................
Lampiran 8. Hasil Pekerjaan S2.......................................................................
Lampiran 9. Transkip Wawancara S2..............................................................

xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Proses berpikir merupakan suatu aktivitas kognitif yang berwujud

mengelolah atau memanipulasi informasi dari lingkungan dengan simbol-

simbol atau materi-materi yang disimpan dalam ingatan khususnya yang ada

dalam long term memory. Charles S. Pierce mengemukakan dalam berpikir

ada dinamika gerak dari adanya gangguan suatu keraguan (irritation of doubt)

atas kepercayaan atau keyakinan yang selama ini dipegang lalu terangsang

untuk melakukan penyelidikan (inquiry) kemudian diakhiri dengan pencapaian

suatu keyakinan baru. Kegiatan berpikir juga dirangsang oleh kekaguman dan

keheranan dengan apa yang terjadi atau dialami. Dengan demikian, kegiatan

berpikir manusia selalu tersituasikan dalam kondisi konkret subyek yang

bersangkutan. Kegiatan berpikir juga dikondisikan oleh struktur bahasa yang

dipakai serta konteks sosio-budaya dan historis tempat kegiatan berpikir

dilakukan1.

Sudarman menyatakan bahwa proses berpikir adalah aktivitas yang terjadi

dalam otak manusia. Sementara Siswono menyatakan bahwa “proses berpikir

adalah suatu proses yang dimulai dengan menerima data, mengelolah dan

menyimpannya dalam ingatan yang selanjutnya diambil kembali dari ingatan

saat dibutuhkan untuk pengolahan selanjutnya”. Karena proses berpikir dalam

belajar matematika adalah kegiatan mental yang ada dalam pikiran siswa,

maka

1
Swesty Ismienar, dkk, Berpikir (think) thlmn, diakses pada tanggal 5 desember 2017

1
2

Hebert menyatakan bahwa untuk mengetahui bagaimana proses berpikir siswa

dapat diamati melalui proses cara mengerjakan tes dan hasil yang ditulis

secara terurut.

Selain itu proses berpikir juga merupakan suatu aktivitas mental untuk

merekam sesuatu dan disimpan dalam otak untuk memecahkan suatu masalah.

Berpikir juga secara konseptual memiliki perbedaan cara pandang sesuai teori

yang dijadikan landasan oleh para ahli, misalnya saja ahli yang merujuk pada

teori psikologi sosiasi yang memandang berpikir sebagai kelangsungan

tanggapan ketika subjek pasif.2

Islam juga mengajarkan agar manusia selalu menggunakan akalnya untuk

berpikir. Seperti yang ditulis dalam Al-Qur’an surah Shaad ayat 29 yang

berbunyi:

Artinya: Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh

dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya 3

mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (Q.S.

Shaad/38:29)3.

Ayat tersebut menganjurkan kita agar selalu memperhatikan makna-

makna yang terkandung didalamnya. Yang ditekan dalam ayat ini adalah

bahwa setiap orang hendaknya berusaha meningkatkan kemampuan dan

kedalaman dalam berpikir, Jangan sampai potensi yang sudah ada tidak

2
Wowo Sunaryo Kusuma, Taksonomi Belajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
Cetakan kedua, halm 3
3
Al-Qur’an (38:29)
dikembangkan melalui pembinaan yang tepat melalui pendidikan,

pembelajaran, dan pengamatan dapat berkembang dan berpikir dengan baik.

Asimilasi adalah suatu proses dimana seorang individu selalu

mengevaluasi dan mencoba untuk memahami suatu pengetahuan baru

berdasarkan pengetahuan yang sudah ia miliki sebelumnya. Akomodasi adalah

proses dimana seorang individu yang mengubah atau memodifikasi

pengetahuan yang sudah ia miliki untuk mendapatkan suatu pengetahuan baru.

Sementara Piaget mengemukakan bahwa proses berpikir seseorang dapat

diamati melalui dua proses, yaitu asimilasi (assimilation) dan akomodasi

(accommodation). “The filtering or modification of the input is called

assimilation and the modification of internal schemas to fit reality is called

accommodation”. Blake and pope juga mengatakan bahwa asimilasi adalah

proses pengintegrasian masalah yang dihadapi kedalam struktur kognitif yang

sudah ada sebelumnya, karena struktur masalah yang dihadapi sesuai dengan

skema yang sudah dimiliki. Sedangkan akomodasi adalah proses perubahan


4
struktur kognitif, karena struktur kognitif yang telah dimiliki belum sesuai

dengan struktur masalah yang dihadapi.4

Masalah adalah suatu situasi yang terjadi akibat adanya kesenjangan atau

ketidakseimbangan sesuatu yang diinginkan dengan kenyataan yang ada.

Sedangkan pemecahan masalah adalah suatu proses untuk mencari jalan

keluar dari suatu masalah untuk lebih baik. Selain itu pemecahan masalah

4
Muhammad Yani, dkk, Proses Berpikir Siswa Menengah Pertama dalam Memecahkan
Masalah Matematika Berdasarkan Langkah-Langkah Polya Ditinjau dari Adversity Quotient,
Halm 45, Diakses Pada Tanggal 31 November 2017.
dalam matematika merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki

oleh siswa. Pada saat pembelajaran matematika, siswa lebih sering diberikan

soal dalam bentuk abstrak sehingga tidak terbiasa untuk mengubah masalah

dalam bentuk matematika.

Santrock juga mengemukakan bahwa pemecahan masalah merupakan

upaya untuk menemukan cara yang tepat dalam mencapai tujuan ketika tujuan

dimaksud belum tercapai (belum tersedia). Sementara itu, Davidoff

mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu usaha yang cukup

keras yang melibatkan suatu tujuan dan hambatan-hambatannya. Seseorang


5
yang menghadapi satu tujuan akan menghadapi persoalan dan dengan

demikian dia akan terpacu untuk mencapai tujuan itu dengan berbagai cara.

Menurut Lasmahadi bahwa pemecahan masalah merupakan suatu proses

penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang

diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses pemecahan

masalah adalah pengambilan keputusan (decision making), yang didefinisikan

sebagai mengambil solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.

Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi kualitas hasil

dari pemecahan masalah yang dilakukan. Jadi secara singkat pemecahan

masalah adalah formulasi jawaban baru, keluar dari aplikasi peraturan yang

dipelajari sebelumnya untuk menciptakan solusi/ jalan keluar dari sebuah

masalah (problem)5.

5
Evi Risa Mariana, Proses Berpikir dan Pemecahan Masalah, thlmn, diakses pada 5
desember 2017.
Beberapa penelitian terdahulu tentang proses berpikir siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika berdasarkan asimilasi dan akomodasi

diantaranya yang diteliti oleh Eka Kurniawan dkk yang mengarah pada proses

asimilasi dan akomodasi dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan

kecerdasan emosional, bahwa siswa dengan tingkat kecerdasan emosional

tinggi mampu memahami masalah dengan menggunakan proses berpikir

asimilasi, dan siswa yang memiliki tingkat kecerdasan sedang mampu

memahami masalah dengan menggunakan proses berpikir asimilasi dan

akomodasi, namun sebaliknya siswa yang tingkat kecerdasan rendah mampu 6

memahami masalah dengan menggunakan proses berpikir asimilasi namun

mengalami ketidaksempurnaan dalam proses berpikir akomodasi.6

Adapun yang diteliti oleh Tri Yuni Hendrowati yang mengarah pada

pembentukan pengetahuan Lingkaran melalui pembelajaran asimilasi dan

akomodasi teori konstruktivisme Piaget, bahwa diperoleh adanya upaya

perbaikan pembentukan pengetahuan Lingkaran dengan menggunakan

pembelajaran asimilasi dan akomodasi teori konstruktivisme Piaget.7 Dari

penelitian terdahulu diatas, maka penelitian ini mengarah pada proses berpikir

siswa dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan asimilasi dan

akomodasi pada materi Aritmatika Sosial kelas VII SMP Negeri 2 Leihitu

Barat.

6
Eka Kurniawan dkk, “Proses Asimilasi Dan Akomodasi Dalam Memecahkan Masalah
Matematika Berdasarkan Kecerdasan Emosional, (2017), Halm 597.
7
Tri Yuni Hendrowati “Pembentukan Pengetahuan Lingkaran Melalui Pembelajaran
Asimilasi Dan Akomodasi Teori Konstruktivisme Piaget”, Halm 16.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dengan

memberikan soal tes kepada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Leihitu Barat,

hasil belajar pada materi aritmatika sosial tidak memenuhi standar ketuntasan

yang diharapkan. Nilai yang diperoleh siswa pada tes tersebut khususnya pada

materi aritmatika sosial menunjukkan hasil yang tidak memuaskan. Hal ini

terjadi akibat banyaknya kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam

menyelesaikan soal aritmatika sosial. Kesalahan tersebut tidak terlepas dari

ketidakmampuan siswa dalam mencari dan memecahkan permasalahan yang

terdapat dalam soal yang diberikan. Ketidakmampuan siswa dalam

menyelesaikan masalah yang diberikan karena proses berpikir siswa belum

sesuai dengan permasalahan yang diberikan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti memandang perlu

mengangkat masalah yang berjudul: “Proses Berpikir Siswa Dalam

Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Asimilasi dan

Akomodasi pada materi Aritmatika Sosial kelas VII SMP Negeri 2

Leihitu Barat.

B. Rumusan Masalah
7
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses berpikir

siswa dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan asimilasi dan

akomodasi pada materi aritmatika sosial kelas VII SMP Negeri 2 leihitu barat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskpripsikan proses berpikir

siswa dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan asimilasi dan


akomodasi pada materi aritmatika Sosial di kelas VII SMP Negeri 2 Leihitu

Barat.

D. Defenisi Istilah

Untuk menghindari perbedaan persepsi terhadap penggunaan istilah

dalam penelitian ini, maka perlu diberikan definisi operasional sebagai berikut

1. Proses Berpikir dimaksud sebagai aktivitas mental yang berkaitan dengan

cara menyelesaikan masalah melalui asimilasi dan akomodasi.

2. Asimilasi adalah suatu proses dimana seorang individu selalu mengevaluasi

dan mencoba untuk memahami suatu pengetahuan baru berdasarkan

pengetahuan yang sudah ia miliki sebelumnya. Misalkan persentase untung

dan rugi

3. Akomodasi adalah proses dimana seorang individu yang mengubah atau

memodifikasi pengetahuan yang sudah ia miliki untuk mendapatkan suatu

pengetahuan baru. Misalkan untung dan rugi, persentase untung dan rugi

4. Masalah matematika yang dimaksud disini adalah aritmatika sosial yaitu

suatu cara untuk memecahkan masalah dengan menggunakan persentase rugi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakekat Belajar Matematika

Selama ini banyak kalangan yang menganggap ilmu-ilmu eksak sebagai

ilmu yang sulit. Kalau kita tanyakan kepada para siswa, apa pelajaran yang

sulit bagi mereka, umumnya mereka menjawab matematika. Matematika

adalah ilmu yang paling menjadi momok menakutkan bagi siswa. Menurut

kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai

ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional

yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.8 Berkaitan

dengan hal di atas, Soedjadi juga menyatakan bahwa objek dasar matematika

yang merupakan fakta, konsep, relasi/operasi dan prinsip merupakan hal-hal

yang abstrak sehingga untuk memahaminya tidak cukup hanya dengan

menghafal tetapi dibutuhkan adanya proses berpikir. Dengan demikian,

pembelajaran matematika sudah seharusnya memberikan penekanan pada

proses berpikir siswa. Karena permasalahan yang mendasar yang dialami

siswa kita adalah rendahnya kualitas dalam proses berpikir matematika.

Matematika merupakan bidang studi di Indonesia yang tingkat

kemampuan penguasaannya terbilang cukup rendah, hal ini dibuktikan

dengan hasil data empiric pada tahun 2011 dari TIMSS (Trends in

International Mathematics and Science Study) oleh sebab itu perlu adanya

perubahan dalam
8
Hasan Alwi, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,2002), Halm
723.

8
9

proses pembelajaran matematika di Indonesia, terutama upaya yang dilakukan

guru guna mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika.

Salah satu upaya guru yaitu dengan cara melihat bagaimana proses berpikir

siswa ketika menyelesaikan masalah matematika. Hal ini diperlukan karena

dengan memiliki kemampuan berpikir yang baik, maka siswa akan lebih baik

dalam memahami dan menguasai konsep-konsep matematika yang

dipelajarinya9. Kebanyakan siswa mendapati kesulitan ketika memecahkan

masalah dalam soal matematika. Padahal, melalui matematika seseorang

mengasah kemampuan berpikir secara logis, analitis, sistematis, kritis dan

kreatif. Dimana, berbagai kemampuan berpikir tersebut penting dimiliki

seseorang sebagai bekal untuk menjalani kehidupan.

Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu matematika juga memainkan

peran penting disejumlah bidang ilmu lain seperti fisika, teknik dan statistik. 10

Oleh karena itu, penguasaan matematika sejak dini sangat mutlak diperlukan 10

sebab matematika sangat berperan penting dalam kehidupan manusia.

B. Proses Berpikir

Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara

alamiah atau terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu dan media

yang digunakan serta menghasilkan suatu perubahan terhadap objek yang

9
Muhammad Yani, dkk, Proses Berpikir Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam
Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah-Langkah Polya Ditinjau dari Adversity
Quotient, hal. 43-45, diakses pada tanggal 31 November 2017.
10
Titin Masfingatin, Proses Berpikir Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam Memecahkan
Masalah Matematika Ditinjau dari Adversity Quotient (Penelitian Dilakukan Di Mts Negeri
Dolopo Tahun Ajaran 2011/2012), hal 1-2 diakses pada tanggal 31 November 2017.
mempengaruhinya. Sementara itu proses berpikir juga merupakan peristiwa

mencampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar dan mengurutkan

konsep-konsep, persepsi-persepsi, dan pengalaman sebelumnya.11

Vincent Ruggiero mengartikan proses berpikir sebagai “aktivitas mental

yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat

keputusan, dan memenuhi keinginan untuk memahami (full fill a desire to

understand),” Hal ini menunjukkan bahwa ketika sesorang merumuskan

sesuatu masalah, memecahkan masalah, atau pun ingin memahami masalah,

maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir. Berpikir dianggap sebagai suatu

aktivitas mental yang alami, sesuatu yang tidak terwujud, kebebasan dari

tubuh, terjadi di dalam kepala. Oleh karena itu berpikir tidak dapat dilihat

oleh indra manusia. Sehingga dapat dipahami bahwa berpikir merupakan

suatu aktivitas mental yang menggunakan akal budi untuk 11

mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis suatu masalah ketika

seseorang dihadapkan pada situasi atau masalah yang harus dipecahkan12.

Sudarman menyatakan bahwa proses berpikir adalah aktivitas yang

terjadi dalam otak manusia. Sementara Siswono menyatakan bahwa “proses

berpikir adalah suatu proses yang dimulai dengan menerima data, mengolah

dan menyimpannya dalam ingatan yang selanjutnya diambil kembali dari

ingatan saat dibutuhkan untuk pengolahan selanjutnya”. Karena proses

berpikir dalam belajar matematika adalah kegiatan mental yang ada dalam

11
Wowo Sunaryo Kusuma, Taksonomi Berpikir, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
cetakan Kedua, Halm 3.
12
Natasha Paramudita Irianti, dkk, Proses Berpikir Siswa Quitter dalam menyelesaikan
masalah SPLDV berdasarkan langkah-langkah polya, hal 136, diakses pada 5 desember 2017.
pikiran siswa, maka Herbert menyatakan bahwa untuk mengetahui bagaimana

proses berpikir siswa dapat diamati melalui proses cara mengerjakan tes dan

hasil yang ditulis secara terurut. Selain itu ditambah dengan wawancara

mendalam mengenai cara kerjanya.

Mapuang menyatakan bahwa berpikir merupakan proses yang terdiri dari

penerimaan informasi (dari luar atau dalam siswa), pengelolaan,

penyimpanan, dan pemanggilan informasi itu dari ingatan siswa. Artinya

dalam berpikir sesorang pasti melakukan sebuah proses untuk menemukan

suatu kesimpulan atau penyelesaian tentang sesuatu yang dipikirkan. Proses

berpikir siswa tercermin melalui langkah-langkah siswa dalam memecahkan

masalah.

Menurut Dewey, proses berpikir dari manusia normal mempunyai urutan

berikut :

a. Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit

mengenal sifat ataupun dalam menerangkan hal-hal yang muncul secara

tiba-tiba.

b. Kemudian rasa sulit tersebut diberi definisi dalam bentuk permasalahan.

c. Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka, hipotesis,

inferensi, atau teori

d. Ide-ide pemecahan diuraikan secara Rasional melalui pembentukan

implikasi dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti (data).

e. Menguatkan pembuktian tentang ide-ide diatas dan menyimpulkannya

baik melalui keterangan-keterangan ataupun percobaan.


12

Menurut Kelly, proses berpikir menuruti langkah-langkah berikut :

a. Timbul rasa sulit

b. Timbul rasa sulit tersebut didefinisikan

c. Mencari suatu pemecahan Sementara

d. Menambah keterangan terhadap pemecahan tadi yang menuju kepada

kepercayaan bahwa pemecahan tersebut adalah benar.

e. Melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verifikasi eksperimental

(percobaan)

f. Mengadakan penilaian terhadap penemuan-penemuan eksperimental

menuju pemecahan secara mental untuk diterima atau ditolak sehingga

kembali menimbulkan rasa sulit

g. Memberikan suatu pandangan ke depan atau gambaran mental tentang

situasi yang akan datang untuk dapat menggunakan pemecahan tersebut

secara tepat.

Dari keterangan-keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir

secara nalar mempunyai dua buah kriteria yang penting, yaitu :

a. Ada unsur logis didalamnya dan

b. Ada unsur analitis di dalamnya13

Berdasarkan beberapa uraian pengertian diatas dapat dipahami bahwa

proses berpikir adalah uraian aktivitas mental dan jiwa yang terjadi secara

terencana dan sistematis untuk menghubungkan ide-ide yang ingin diarahkan

untuk mencapai tujuan yang diharapkan berdasarkan akalnya.

13
Moh Nazir, metode penelitian. (ghalia Indonesia, cet, kesepuluh, Desember 2014), Halm 2-
3.
13

Kajian tentang perkembangan kognitif seringkali mengacu pada teori

perkembangan intelektual dari Piaget. Dalam penelitiannya Piaget

mempelajari tahapan perkembangan berpikir pada anak, dan mengkaji

bagaimana seorang anak mengonstruksi pengetahuan. Untuk menunjukkan

struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkah laku yang terorganisasi,

Piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Skema adalah proses atau

cara mengorganisasi dan merespon berbagai pengalaman, Sedangkan adaptasi

adalah sebuah istilah yang digunakan piaget untuk menunjukkan pentingnya

pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses perkembangan

kognitif. Menurut Piaget adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling 14

melengkapi, yaitu: asimilasi dan akomodasi.14

C. Penyelesaian Masalah Matematika

Masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon,

Sedangkan menyelesaikan masalah matematika adalah aktivitas penting

dalam belajar matematika, sehingga diperlukan proses berpikir siswa dalam

mengerjakannya. Menyelesaikan masalah matematika memerlukan

kemampuan berpikir kompleks yaitu kegiatan kognitif dan kesadaran dalam

menggunakan strategi yang tepat. Kesadaran siswa dalam menggunakan

pikirannya untuk merencanakan, mengontrol, dan menilai terhadap proses

dan strategi kognitif milik dirinya. Aktivitas siswa dalam penggunaan

kesadaran dalam menyelesaikan masalah matematika menjadi karakteristik

pola berpikir yang berbeda pada setiap siswa.

14
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
halm. 96
Pemecahan masalah merupakan tindakan memberi respon terhadap

masalah untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang.

Menurut Lasmahadi bahwa pemecahan masalah merupakan suatu proses

penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang

diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses pemecahan

masalah adalah pengambilan keputusan (decision making), yang didefinisikan

sebagai mengambil solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.

Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi kualitas hasil

dari pemecahan masalah yang dilakukan. Jadi secara singkat pemecahan

masalah adalah formulasi jawaban baru, keluar dari aplikasi peraturan yang 15

dipelajari sebelumnya untuk menciptakan solusi/ jalan keluar dari sebuah

masalah (problem)15.

Menurut Weatley dkk pemecahan masalah diartikan sebagai suatu proses

berfikir seseorang dengan menggunakan pengetahuan atau keterampilan yang

dimiliki sebelumnya untuk dapat menyelesaikan atau mencari jalan keluar

dari masalah atau persoalan yang sedang dihadapi. Santrock mengemukakan

bahwa pemecahan masalah merupakan upaya untuk menemukan cara yang

tepat dalam mencapai tujuan ketika tujuan dimaksud belum tercapai (belum

tersedia). Sementara Davidoff mengemukakan bahwa pemecahan masalah

adalah suatu usaha yang cukup keras yang melibatkan suatu tujuan dan

hambatan-hambatannya. Seseorang yang menghadapi satu tujuan akan

15
Evi Risa Mariana, Proses Berpikir dan Pemecahan Masalah, thlmn, diakses pada 5
desember 2017
menghadapi persoalan dan dengan demikian dia akan terpacu untuk mencapai

tujuan itu dengan berbagai cara.

Pehkomem menyatakan bahwa “problem solving has generally been

accepted as means for advancing thinking skills”. Ini menunjukkan bahwa

pemecahan masalah telah dapat diterima secara umum sebagai cara untuk

meningkatkan keahlian didalam berpikir. Someren juga menyatakan bahwa

pemecahan masalah melibatkan proses berpikir dan melibatkan usaha penuh.

Hal ini mengartikan bahwa tanpa proses berpikir dan tanpa usaha yang penuh,

maka bukan dikatakan memecahkan masalah. Lebih lanjut NCTM juga

menyatakan bahwa “problem solving plays an important role in mathematics

and should have a prominent role in the mathematics education”16.

Pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk

merespon atau mengatasi halangan atau kendala ketika suatu jawaban belum

tampak jelas. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum

matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun

penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan

pengetahuan serta ketrampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada 16

pemecahan masalah yang bersifat tidak rumit.

D. Pentingnya Proses Berpikir dan Menyelesaikan Masalah

Proses berpikir merupakan suatu aktivitas mental untuk merekam sesuatu

dan disimpan dalam otak untuk memecahkan suatu masalah. Berpikir secara
16
Muhammad Yani, dkk, Proses Berpikir Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam
Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah-Langkah Polya Ditinjau dari Adversity
Quotient, hal. 45, diakses pada tanggal 31 November 2017.
konseptual memiliki perbedaan cara pandang sesuai teori yang dijadikan

landasan oleh para ahli. Misalnya saja ahli yang merujuk pada teori psikologi

sosiasi yang memandang berpikir sebagai kelangsungan tanggapan ketika

subjek pasif.17

Masalah adalah suatu situasi yang terjadi akibat adanya kesenjangan atau

ketidak keseimbangan sesuatu yang diinginkan dengan kenyataan yang ada.

Sedangkan pemecahan masalah adalah proses yang dilakukan untuk

menyelesaikan, menentukan atau menghilangkan masalah yang ada. Namun

dalam pembelajaran khususnya pembelajaran matematika tidak keseluruhan

peserta didik dapat menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan,

ini dapat terjadi akibat kurangnya atau sulitnya peserta didik dalam

mengorganisasi atau merencanakan cara yang tepat dalam menyelesaikan

masalah tersebut. Dalam memecahkan masalah, siswa melakukan proses

berpikir dalam benaknya sehingga siswa dapat sampai pada jawaban. Artinya

adanya interaksi antara masalah dengan skema atau pengetahuan yang 17

dimiliki oleh peserta didik yang dapat mengakibatkan terjadinya proses

berpikir.

Menguasai matematika tidak hanya dapat dilihat pada unitnya saja, akan

tetapi ada yang lebih luas yakni menguasai dan terampil menyelesaikan

masalah dengan tahapan-tahapan tertentu. Paling sederhana peserta didik

17
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Belajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),
Cetakan Kedua, Halm. 3.
dapat menguraikan langkah-langkah menyelesaikan masalah sekurang-

kurangnya tiga langkah penyelesaian soal.18

Menguasai langkah-langkah penyelesaian masalah inilah akhirnya

menjadi target berhasil atau tidaknya seorang guru mengajar matematika.

Kalau substansial matematika berisi fakta, konsep, prinsip, skill, dan

keterampilan serta problem solving maka procedural penyelesaian soal itulah

yang menjadi tujuan pembelajaran matematika.19

Dari beberapa pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa soal-soal

pemecahan masalah dapat digunakan untuk melihat proses berpikir siswa

dalam menyelesaikan masalah. Polya menawarkan suatu strategi yang terdiri

dari empat langkah yaitu :

1. Memahami masalah (Understanding the problem)

Pada tahapan ini, kegiatan pemecahan masalah diarahkan untuk

membantu siswa menerapkan apa yang diketahui pada permasalahan dan apa

yang ditanyakan. Beberapa pertanyaan perlu dimunculkan pada siswa untuk

membantunya dalam memahami masalah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut

antara lain :

a. Apakah yang diketahui dari soal ? 18

b. Apakah yang ditanyakan dari soal ?

c. Apakah saja informasi yang diperlukan ?

2. Merencanakan penyelesaian (Devising a plan)

18
Fahrul Jumain Rahman, Proses Berpikir Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika
Berdasarkan Teori Piaget pada Materi Program Linear Kelas XI SMA Negeri 11 Ambon.
19
Hamzah & Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. (Jakarta:
Rajawali Pres, 2004), Halm. 49.
Pendekatan pemecahan masalah tidak akan berhasil tanpa perencanaan

yang baik. Dalam perencanaan pemecahan masalah siswa diarahkan untuk

dapat mengidentifikasi strategi-strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk

menyelesaikan masalah. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul kepada siswa

untuk membantunya dalam merencanakan penyelesaian masalah adalah :

a. Pernahkah anda memperoleh soal seperti ini sebelumnya ?

b. Rumusan mana yang dapat digunakan dalam masalah ini ?

c. Perhatikan apa yang ditanyakan

d. Apakah strategi tersebut berkaitan dengan permasalah yang akan

dipecahkan ?

3. Melaksanakan rencana (Carrying out the plan)

Jika siswa telah memahami permasalahan dengan baik dan sudah

menentukan strategi pemecahannya, langkah selanjutnya adalah

melaksanakan penyelesaian soal sesuai dengan yang telah direncanakan.

Kemampuan siswa memahami subtansi dan keterampilan siswa melakukan

perhitungan matematika akan sangat membantu siswa untuk melaksanakan

tahapan ini.

4. Memeriksa kembali (looking back)

Langkah ini penting dilakukan untuk mengecek apakah hasil yang

diperoleh sudah sesuai dengan ketentuan dan tidak terjadi kontradiksi dengan

yang ditanya. Langkah penting yang dapat dijadikan pedoman dalam

melaksanakan langkah ini, yaitu :

a. Mencocokkan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanyakan.


19

b. Dapatkah diperiksa kebenaran jawaban.20

Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, yaitu langkah-langkah

pemecahan masalah menurut Polya sebagai indikator pemecahan masalah,

diharapkan siswa dapat lebih runtut dan terstruktur dalam memecahkan

masalah matematika. Dimana, indikator tersebut adalah memahami masalah

(menyebutkan apa yang diketahui dan ditanyakan), membuat perencanaan

pemecahan masalah dengan membuat sketsa, gambar atau model matematika,

menyelesaikan pemecahan masalah sesuai dengan rencana yang telah dibuat

sebelumnya dan menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh.

E. Asimilasi dan Akomodasi

Piaget mengemukakan bahwa setiap organisme yang ingin mengadakan

penyesuaian (adaptasi) dengan lingkungannya harus mencapai keseimbangan 20

(equilibrium), yaitu antara aktivitas lingkungan terhadap lingkungan

(asimilasi) dan aktivitas lingkungan terhadap individu (akomodasi).

Asimilasi adalah integrasi antara elemen-elemen eksternal (dari luar)

terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme, asimilasi kognitif

mencakup perubahan objek eksternal menjadi struktur pengetahuan internal.

Proses asimilasi ini didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat manusia

selalu mengasimilasikan informasi-informasi yang sampai kepadanya,

kemudian informasi-informasi tersebut dikelompokkan kedalam istilah-istilah

yang sebelumnya sudah mereka ketahui. Asimilasi merupakan penyesuaian

(peleburan) sifat asli yang dimiliki dengan sifat lingkungan sekitar.


20
Susanto (2013) dalam Aisjah Juliani Noor & Megawati, “Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Head Together (NHT) pada Pemecahan Masalah Matematika di Kelas VIII SMP”,
Jurnal Pendidikan Matematika, Halm 46-47.
Akomodasi merupakan kesediaan sesuatu untuk memiliki kebutuhan.

Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbarui atau

menggabung-gabungkan istilah lama untuk menghadapi tantangan baru.

Akomodasi kognitif berarti mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki

sebelumnya untuk disesuaikan dengan objek stimulus eksternal. Jadi, Kalau

asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, maka pada akomodasi perubahan

terjadi pada subjeknya, sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan objek

yang ada diluar dirinya. Struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seorang
21
mengalami perubahan supaya sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari

objeknya.21

Asimilasi menunjukkan kemampuan untuk menjelaskan kejadian

berdasarkan skema yang sudah dimiliki. Karena itu dalam asimilasi, agar

stimulus diintegrasi maka stimulus yang masuk harus sesuai dengan skema

yang sudah dimiliki. Akomodasi merupakan proses pengintegrasian stimulus

baru melalui pembentukan skema baru untuk menyesuaikan dengan stimulus

yang diterima. Akomodasi terjadi ketika belum ada struktur yang sesuai,

sehingga perlu mengubah struktur baru yang sesuai dengan stimulus yang

diterima. Proses ini juga disebut restrukturisasi.22 Agar terjadi ekuilibrasi

antara diri individu dengan lingkungan maka peristiwa-peristiwa asimilasi

21
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
cetakan ketujuh, Halm 47.
22
Patma Sopamena, Proses Berpikir Mahasiswa Dalam Mengonstruksi Bukti Keterbarian,
tesis, Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana; (Universitas Negeri Surabaya, 2000),
Halm 8.
dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama dan

komplementer.23

Meskipun telah mengemukakan tentang asimilasi dan akomodasi, namun

piaget tidak menjelaskan lebih jauh tentang asimilasi dan akomodasi itu

terjadi. Subanji memperjelas proses asimilasi dan akomodasi dengan

mengilustrasikan dalam bentuk diagram seperti diagram berikut.

Asimilasi Akomodasi
Struktur masalah Skema Struktur masalah Skema
Asimilasi

Akomodasi

Integrasi

Diagram 2.1 Proses Asimilasi dan Akomodasi

Keterangan :

: Menyatakan kesesuaian antara struktur masalah dan struktur berpikir

: Menyatakan ketidaksesuaian antara struktur masalah dan struktur berpikir 22

: Konsep/pengetahuan

: Kesalahan yang dilakukan atau disquilibrasi

Subandji mengungkapkan bahwa pada proses asimilasi, struktur masalah

sudah Sesuai dengan struktur berpikir (skema) yang dimiliki oleh seseorang

sehingga stimulus tersebut dapat diinterprestasi secara langsung oleh orang


23
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2014),
Halm 104.
tersebut. Dalam hal ini terjadi pengintegrasian stimulus ke dalam skema yang

sudah dimiliki ketika struktur masalah belum sesuai dengan skema yang

dimiliki, maka akan terjadi proses modifikasi skema lama atau pembentukan

skema baru sehingga struktur masalah dapat diintegrasi ke skemanya. Dalam 23

proses pemecahan masalah kedua proses asimilasi dan akomodasi bisa terjadi

secara sama-sama24

Ormrod mengatakan bahwa asimilasi merupakan proses merespon

terhadap suatu objek atau peristiwa sesuai dengan skema yang telah dimiliki.

Suatu informasi (pengetahuan) baru dikenalkan kepada seseorang dan

pengetahuan itu cocok dengan skema yang dimilikinya maka pengetahuan itu

akan diadaptasi sehingga terbentuklah pengetahuan baru. Sehingga secara

teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi

memperbaharui pertumbuhan skemata. Skemata adalah struktur mental

seseorang dimana manusia selalu berusaha menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Sementara Akomodasi merupakan proses merespon suatu

peristiwa baru dengan memodifikasi skema yang telah ada sehingga sesuai

dengan objek atau peristiwa yang dialami. Jika siswa mendapatkan informasi

baru dan informasi tersebut agak berbeda atau sama sekali tidak cocok

dengan skema yang telah ada maka akan dibentuk skema baru yang cocok

dengan informasi itu. Sebaliknya, jika informasi baru itu hanya kurang sesuai

24
Subandji, Teori Konstruksi Konsep dan Pemecahan Masalah Matematika, (Malang:
Universitas Negeri Malang, 2015), cet 1, Halm. 2-3.
dengan skema yang telah ada maka skema yang lama tersebut akan

dimodifikasi sehingga cocok dengan informasi baru itu.25

Blake dan pope juga mengatakan bahwa asimilasi adalah proses

pengintegrasian masalah yang dihadapi kedalam struktur kognitif yang sudah

ada sebelumnya, karena struktur masalah yang dihadapi sesuai dengan skema

yang sudah dimiliki. Sementara akomodasi adalah proses perubahan struktur

kognitif, karena struktur kognitif yang telah dimiliki belum sesuai dengan

struktur masalah yang dihadapi.26

Menurut Trianto asimilasi adalah struktur pengetahuan baru dibuat atau

dibangun atas dasar pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi adalah struktur

pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dengan

hadirnya pengalaman baru. Pendapat tersebut juga sejalan dengan pendapat

Riyanto menyatakan bahwa asimilasi adalah proses kognitif dimana

seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru kedalam

skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Sementara akomodasi

adalah penyesuaian atau penyusunan kembali skema kedalam situasi baru.

Dengan kata lain akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru

kedalam skema yang telah terbentuk secara tidak langsung/ proses perubahan

respon individu terhadap stimulus lingkungan.27

25
Natasha Paramudita Irianti, dkk, Proses Berpikir Siswa Quitter dalam Menyelesaikan
Masalah SPLDV Berdasarkan Langkah-Langkah Polya, Halm 136, diakses pada 5 desember
2017.
26
Muhammad Yani, dkk, Proses Berpikir Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam
Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah-Langkah Polya Ditinjau dari Adversity
Quotient.
27
Tri Yuni Hendrowati, Pembentukan Pengetahuan Lingkaran Melalui Pembelajaran
Asimilasi Dan Akomodasi Teori Konstruktivisme Piaget
24

Suparno mengemukakan bahwa asimilasi adalah proses berpikir yang

dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman

baru ke dalam skema pola yang sudah ada di dalam pikirannya, sementara

akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema yang

lama.28

Ditinjau dari proses berpikir berdasarkan asimilasi dan akomodasi serta

indikator pemecahan masalah polya dapat disimpulkan bahwa indikator

proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah berdasarkan asimilasi

dan akomodasi yaitu sebagai berikut.

Tabel 2.1 Kerangka Konseptual Proses Asimilasi dan Akomodasi

siswa dalam menyelesaikan masalah Aritmatika Sosial 29

Proses Indikator Penyelesaian


Deskripsi
berpikir Masalah

Asimilasi Proses 1. Siswa langsung dapat

penggabungan menentukan hal yang

stimulus baru diketahui dan hal yang

kedalam skema ditanyakan.


25
yang sudah a. Diketahui Harga Beli

terbentuk Diketahui Harga jual

b. Ditanya Persentase

Rugi?

28
Inti Nahdataeni S, dkk, Proses Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Gaya Belajar Di Kelas X SMA Negeri 2 Palu
29
Diadopsi dari Patma Sopamena, Proses Berpikir Mahasiswa Dalam Mengonstruksi Bukti
Keterbarian, tesis, Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana; (Universitas Negeri
Surabaya, 2000), halm 26
2. Siswa langsung dapat

menentukan rencana

penyelesaian masalah

sebagai pedoman dalam

menyelesaikan masalah.

a. Bagaimana cara mencari

besar rugi

b. Bagaimana cara mencari

Besar persentase rugi

3. Siswa langsung dapat

menggunakan strategi

penyelesaian masalah

yang benar.

a. Dapat menggunakan

rumus besar rugi untuk

mencari besar rugi

b. Dapat menggunakan

rumus persentase rugi 26

untuk mencari besar

persentase rugi

4. Siswa terampil dalam

algoritma dan Ketepatan

menjawab soal.
a. Dapat memperoleh

jawaban dari besar rugi

dan persentase rugi dari

soal tersebut.

5. Siswa dapat menarik

kesimpulan.

Akomodasi Proses mental yang 1. Siswa dapat mengubah

meliputi hal yang diketahui dan

pembentukan hal yang ditanyakan,

skema baru yang namun membutuhkan

cocok dengan waktu berpikir yang

rangsangan baru lama.

atau memodifikasi a. Diketahui Harga Beli

skema yang sudah Diketahui Harga jual 27

ada sehingga cocok b. Ditanya Persentase

dengan rangsangan Rugi?

tersebut. 2. Siswa mengalami

kebingungan dalam

menentukan rencana

penyelesaian masalah

sebagai pedoman dalam

menyelesaikan masalah.

a. Siswa kebingungan
dalam mencari besar

rugi dan besar persentase

rugi

3. Siswa dapat mengubah

dan menggunakan

strategi penyelesaian

masalah dengan tepat.

a. Siswa dapat mengubah

kesalahannya dalam

mencari besar rugi dan

besar persentase rugi

dengan tepat

4. Siswa tidak terampil

dalam algoritma dan

ketepatan menjawab

soal.

a. Siswa mengalami

kebingungan saat

mencari besar rugi

b. Siswa mengalami

kebingungan saat

mencari besar persentase

rugi
28

5. Siswa mengubah

jawaban setelah mengira

jawaban sebelumnya

kurang tepat.

Ekuilibrasi Keseimbangan Siswa dapat

antara skema dan menyelesaikan masalah

rangsangan dari yang diberikan.

lingkungan

Disquilibras Ketidakseimbangan Siswa kesulitan

i antara skema dan menyelesaikan masalah

rangsangan dari yang diberikan. 29

lingkungan

F. Pentingnya Asimilasi dan Akomodasi dalam Matematika

Asimilasi adalah suatu proses dimana seseorang telah mengevaluasi dan

mencoba untuk memahami suatu informasi baru berdasarkan pengetahuan

yang sudah ia miliki. Desmita mengatakan bahwa asimilasi merupakan

perubahan objek eksternal menjadi struktur pengetahuan internal. Proses

asimilasi ini didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat manusia selalu

mengasimilasikan informasi-informasi yang sampai kepadanya, dimana

kemudian informasi-informasi tersebut dikelompokkan kedalam istilah-istilah

yang sebelumnya sudah mereka ketahui. Dengan kata lain asimilasi adalah
proses dimana individu mengintegrasikan antara persepsi, konsep atau

pengalaman baru kedalam skema kognitifnya.

Asimilasi dalam matematika yaitu apabila seorang siswa mempunyai

skema tentang untung dan rugi, kemudian guru memberikan informasi baru

mengenai persentase untung dan rugi, maka siswa tersebut perlu memasukkan

informasi baru ini kedalam skema yang sudah dimiliki yaitu untung dan rugi

untuk mengerjakan dan memahami persentase rugi.

Akomodasi adalah proses dimana individu memperluas dan mengubah

pengetahuannya berdasarkan pengalaman baru. Sementara suparno

mengemukakan bahwa akomodasi adalah pembentukan skema baru atau

mengubah skema yang lama. Akomodasi adalah proses pengintegrasian

stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk secara tidak

langsung/proses perubahan respon individu terhadap stimulus lingkungan.

Akomodasi dalam matematika yaitu dalam memahami persentase untung

dan rugi siswa akan memodifikasi skema yang sudah dimiliki yaitu untung

dan rugi sebagai penjumlahan untung dan rugi. Dengan memodifikasi

pengetahuannya tentang untung dan rugi maka siswa akan memperoleh

skema baru mengenai persentase rugi.


30

G. Ruang Lingkup Materi

Untung adalah sebuah kondisi dimana harga penjualan lebih besar

daripada harga pembelian, Sedangkan Rugi adalah kondisi dimana harga

penjualan lebih kecil daripada harga pembelian.30

1. Rumus untung dan rugi

Besar laba = Harga jual – harga beli

Besar rugi = Harga beli – harga jual

2. Rumus persentase untung dan rugi


100
Harga beli =
10 +𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑙𝑎𝑏𝑎
× ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙

10+𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑙𝑎𝑏𝑎
Harga jual = × ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖
100

Atau

100
Harga beli =
100−𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑙𝑎𝑏𝑎
× ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙

100 −𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑟𝑢𝑔𝑖


Harga jual = × ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖
100

Contoh :

1. Sherina membeli 10 lusin gelas dengan harga Rp 150.000.00. Kemudian 100

buah dijual dengan harga Rp 1.500.00 per gelas, dan sisanya dijual dengan

harga Rp 1.250.00 per gelas. Hitunglah persentase laba atau ruginya !

Jawab :

Diketahui 10 lusin = 10 × 12 = 120 31

Harga beli = Rp 150.000.00

Harga jual = (Rp 1.500.00 × 100) + (Rp 1.250.00 × 20)

= Rp. 150.000.00 + Rp 25.000.00 = Rp 175.000.00

30
1700 bank soal ”Bimbingan Pemantapan matematika untuk SMP/MTs (Bandung: Yrama
Duta, 2013), Halm, 38-39.
Harga jual lebih besar dari harga beli, maka sherina untung

Laba = Rp 175.000.00 – Rp 150.000.00 = 25.000.00

2. Dengan harga penjualan Rp 2.200.000.00 seorang pedagang kamera telah

memperoleh untung 10%. Harga beli kamera tersebut adalah

Jawab :

100
Harga beli = × Rp 2.200.000.00
100+10 32

= Rp 2.000.000.00

Jadi, harga beli kamera adalah 2.000.000.00.

Diketahui harga beli


= 11.500.000.00
Masalah
Mencari besar rugi
aritmatika
sosial Diketahui harga jual
= 9.500.000.00

Besar Rugi = harga beli – harga jual


= 11.500.000.00 – 9.500.000.00
= 2.000.000.00

Menentukan
persentase rugi

𝑅𝑢𝑔𝑖
Persentase rugi = × 100%
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖
2.000.000.00
Persentase rugi = × 100%
11.500.000.00

= 17.4%

Menarik kesimpulan

Selesai dan benar


Diagram 2.2 Struktur Masalah Aritmatika Sosial
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui proses berpikir siswa

dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan asimilasi dan

akomodasi pada materi aritmatika sosial persentase rugi kelas VII SMP

Negeri 2 Leihitu Barat. Penelitian kualitatif adalah penelitian untuk

menjawab permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam

dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakukan secara wajar

dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan tanpa adanya

manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan.31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 2 Leihitu Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 Januari - 16 Februari 2019.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP Negeri 2

Leihitu Barat yang mana terdiri dari 1 kelas yang berjumlah 34 siswa. Dari

34 diambil 8 orang siswa yang dijadikan sebagai subjek penelitian yang

kemudian diminta untuk menyelesaikan masalah. Dalam menetapkan subjek

31
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 29

33
34

penelitian, peneliti menggunakan teknik snowball sampling. Snowball

sampling adalah teknik pengambilan sampel yang pada awalnya jumlahnya

sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka harus

mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber data. 32 Proses

pengambilan subjek berdasarkan atas kriteria proses berpikir yang terjadi.

Proses pengambilan subjek sebagaimana dilihat pada diagram berikut:

32
Sugiyono, Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta
2016), hlm. 219
35

Siswa

Lembar tes siswa

Menyelesaikan masalah

Wawancara

Apakah jawaban benar ? ya


Diambil sebagai subjek

tidak

Refleksi

Apakah jawaban bisa diperbaiki ? tidak


Tidak diambil sebagai subjek

Memenuhi kriteria proses berpikir

Diambil minimal 2 orang sebagai subjek


Keterangan :

: Tahapan yang dilakukan siswa

: Jawaban siswa

: Perlakuan

: Pengambilan subjek

36
Diagram 3.1 Proses Pengambilan Subjek

D. Instrument Penelitian

1. Peneliti

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peneliti itu

sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument yang harus divalidasi

seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya turun ke

lapangan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam

pengumpulan data.

2. Soal Tes

Tes yang digunakan berupa satu soal tes essay, tes dilakukan dengan

satu tahap yakni tes untuk mengetahui proses berpikir siswa dalam
menyelesaikan masalah berdasarkan asimilasi dan akomodasi pada materi

aritmatika sosial, persentase rugi dikelas VII SMP Negeri 2 Leihitu Barat

3. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan tanpa tersusun secara sistematis dan

lengkap untuk mengumpulkan data, karena wawancara yang dilakukan

adalah wawancara tidak terstruktur.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan dokumen yang ditunjukan untuk

memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku


37
yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, dan film

documenter.

5. Catan lapangan

Catatan lapangan adalah segala hasil pencatatan dari pelaksanaan

kegiatan. Catatan lapangan digunakan dalam memperoleh informasi

kualitatif yang terkait dengan tindakan yang dilakukan. Catatan lapangan

merupakan data primer karena bersumber dari hasil pencatatan langsung

yang dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini catatan lapangan

digunakan untuk memperoleh data tentang siswa atau subjek penelitian,

gambaran lokasi tempat penelitian dari tingkah laku subjek itu sendiri.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik sebagai berikut :


1. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung

terhadap objek yang peneliti lakukan pada peserta didik.

2. Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

wawancara tidak terstruktur yakni pertanyaan-pertanyaan tentang


38
pandangan hidup, sikap, keyakinan subjek, atau tentang keterangan lainnya

dapat diajukan secara bebas kepada subjek

3. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.33 Jadi

tes yang digunakan untuk memperoleh data dalam proses penyelesaian

masalah matematika yang akan dipakai untuk menganalisis proses berpikir

siswa berdasarkan asimilasi dan akomodasi. Tentunya sebelum tes,

diberikan terlebih dahulu tes ini diperiksa oleh dosen ataupun guru agar

mencegah soal-soal yang tidak layak diujikan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis

berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi

hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut,

selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga diterima atau

33
Suharsimi Arikunto, prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta: Pt Rineka
Cipta, 2006), Halm 150.
ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat

dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata

hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.34

Teknik analisis data dalam penelitian ini mengacu pada teknik analisis

model Miller dan Huberman yang terdiri dari tiga tahap,35 yaitu :

1. Mereduksi Data

Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian, seorang

peneliti dapat menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang

banyak, apabila peneliti mampu menerapkan metode observasi, wawancara

atau berbagai dokumen yang berhubungan dengan subjek yang diteliti.

Reduksi data yang dilakukan ini adalah pengukuran proses berpikir siswa
39
berdasarkan langkah-langkah polya dengan merangkum hasil tes dan

wawancara.

2. Penyajian Data

Penyajian data diperoleh dari sejumlah daftar kategori setiap data yang

didapat, penyajian data biasanya digunakan berbentuk tesk naratif.

Biasanya dalam penelitian, kita mendapatkan data yang banyak. Data yang

kita dapat tidak mungkin kita paparkan secara keseluruhan. Untuk itu,

dalam penyajian data peneliti dapat dianalisis oleh peneliti untuk disusun

secara sistematis sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau

menjawab masalah yang diteliti. Maka dalam display data, peneliti


34
Sugiono, Metode Penelitian (kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2016),
Halm. 219.
35
Ibid., Halm 245.
disarankan untuk tidak gegabah dalam mengambil kesimpulan. Dalam

penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uaraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya36.

Penyajian data dalam penelitian ini meliputi :

a. Menyajikan hasil tes yang telah diisi oleh subjek penelitian.


40
b. Menyajikan hasil wawancara yang telah direkam melalui recorder dan

telah disalin dalam bentuk tulisan.

3. Penarikan kesimpulan

Langkah selanjutnya setelah penyajian data adalah menarik kesimpulan

atau verifikasi. Verifikasi merupakan sebagian dari suatu kegiatan dari

konfigurasi yang utuh sehingga mampu menjawab pertanyaan penelitian

dan tujun penelitian. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak dikekmukakan bukti-bukti kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi,

apabila kesimpulan dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan untuk

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.

Bertolak dari pengertian diatas, penarikan kesimpulan dalam penelitian

ini akan dilakukan dengan membandingkan Kedua data yang diperoleh,

yakni data dari hasil observasi. Sehingga memungkinkan peneliti

menyimpulkan proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah

36
Ibid. Halm. 249
matematika berdasarkan asimilasi dan akomodasi pada materi Aritmetika

Sosial, persentase laba dan untung

G. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data temuan dalam penelitian ini

menggunakan pengecekan keabsahan data yang memanfaatkan berbagai

sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini

menggunakan triangulasi teknik yaitu membandingkan dan mengecek hasil

tes, hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 Januari – 16 Februari 2019 di

kelas VII SMP Negeri 2 Leihitu Barat. Dari proses pengambilan subjek

diperoleh 8 orang siswa sebagai subjek penelitian, kemudian diberikan soal

tes essay untuk diselesaikan, sehingga diperoleh 2 subjek menjawab benar

yang memenuhi indikator asimilasi dan 6 orang menjawab salah kemudian

diberikan waktu untuk refleksi sehingga jawaban menjadi benar dan

memenuhi indikator akomodasi. Subjek yang menjawab benar dan memenuhi

kriteria asimilasi diwakili oleh ARP yang selanjutnya disebut subjek 1 (S1),

Sedangkan MT yang selanjutnya disebut subjek 2 (S2) mewakili subjek yang

menjawab salah dan memenuhi indikator akomodasi.

1. Proses Berpikir S1

S1 merupakan perwakilan dari subjek yang menjawab benar atau yang

tidak melakukan kesalahan dalam proses menyelesaikan masalah matematika

tentang aritmatika sosial pada pembahasan persentase untung dan rugi dan

telah memenuhi indikator asimilasi. Artinya dalam proses penyelesaian

masalah, proses berpikir S1 sudah benar.

a. Struktur Berpikir S1

Pada saat S1 dimintai untuk menyelesaikan masalah berupa soal essay

oleh peneliti, S1 mulai membaca soal yang diberikan, kemudian

menjelaskan

41
42

maksud dari soal yang diajukan oleh peneliti dan S1 bisa memahami masalah,

S1 langsung mengerjakan soal tersebut. S1 menyelesaikan soal yang

diberikan tersebut dengan tepat dan benar. Kemudian peneliti memberikan

kesempatan untuk S1 untuk melakukan refleksi terhadap soal yang diberikan.

S1 menyelesaikan masalah yang diberikan oleh peneliti dengan benar kembali

sehingga jawaban yang diperoleh sebelum refleksi dan sesudah refleksi itu

sama yakni jawaban yang benar. Struktur berpikir S1 dapat dilihat pada

diagram 4.1 dan diagram 4.2 berikut:


Diketahui harga beli
= 11.500.000.00
Masalah
Mencari besar rugi
aritmatika
sosial Diketahui harga jual
= 9.500.000.00

Besar Rugi = harga beli – harga jual


= 11.500.000.00 – 9.500.000.00
= 2.000.000.00

Menentukan
persentase rugi

𝑅𝑢𝑔𝑖
Persentase rugi = × 100%
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖
2.000.000.00
Persentase rugi = × 100%
11.500.000.00

= 17.4%

Menarik kesimpulan
Selesai dan benar

Yakin ?

Diagram 4.1 Struktur berpikir S1 sebelum refleksi


43

Diketahui harga beli


= 11.500.000.00
Masalah Mencari besar rugi
aritmatika
sosial Diketahui harga jual
= 9.500.000.00

Besar Rugi = harga beli – harga jual


= 11.500.000.00 – 9.500.000.00
= 2.000.000.00

Menentukan
persentase rugi

𝑅𝑢𝑔𝑖
Persentase rugi = × 100%
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑙𝑖
2.000.000.00
Persentase rugi = × 100%
11.500.000.00

= 17.4%

Menarik kesimpulan

Selesai dan benar

Diagram 4.2 Struktur berpikir S1 sesudah refleksi 44

b. Analisis terjadinya proses berpikir S1 dalam menyelesaikan masalah

matematika berdasarkan Asimilasi dan Akomodasi

Pada saat S1 menyelesaikan masalah berupa soal essay pada materi

aritmatika sosial, proses berpikir S1 sudah lengkap, yang ditandai dengan

ketika S1 menyelesaikan soal tidak ditemukan adanya kesalahan baik

sebelum dan sesudah refleksi, jawabannya benar dan memenuhi kriteria

proses berpikir. Proses berpikir S1 dalam menyelesaikan masalah berupa

soal essay pada materi aritmatika sosial pokok bahasan persentase untung
dan rugi sebelum dan sesudah refleksi terlihat pada perbandingan (Diagram

4.1 dan Diagram 4.2) ketika diajukan masalah dengan diagram 2.2 yang

merupakan struktur masalah yang ditulis oleh peneliti. Hal tersebut dapat

dilihat pada diagram 4.3 berikut:

Struktur Berpikir S1 Sebelum Refleksi

V
F1

Asimilasi
Asimilasi
AS F2

Struktur Masalah

V
F3
F1 BR

Asimilasi

AS F2 S KS

Asimilasi
Struktur Berpikir S1 Sesudah Refleksi

F3 BR
F1 V
Asimilasi

S KS

AS F2
Asimilasi
Asimilasi

F3 BR

S KS
Kode Arti Kode

AS Masalah aritmatika sosial

F1 Diketahui harga beli sepeda motor

F2 Diketahui harga jual sepeda motor

F3 Mencari besar rugi

V Mendapatkan besar rugi

BR Persentase rugi

KS Menarik kesimpulan 45

S Selesai dan benar

Diagram 4.3 Perbandingan Proses Berpikir S1

Keterangan:
Table 3.1 Arti Kode Struktur Masalah Aritmatika Sosial

Pada saat menyelesaikan soal matematika berupa soal essay pada materi

aritmatika sosial pokok bahasan persentase rugi, proses berpikir S1 berhubungan

dengan asimilasi dan akomodasi diawali dengan proses penyelesaian soal. Proses

menanggapi S1 terjadi ketika diberi soal, S1 langsung mengerjakan soal yang

diajukan, Sedangkan proses penyelesaian soal terjadi ketika S1 mulai membaca

masalah atau soal yang diajukan kemudian S1 menjelaskan dan memahami

maksud dari soal dan yang ditanyakan dari masalah yang diberikan.
46
Hal ini dibuktikan dengan pernyataan S1 ketika diwawancarai oleh

peneliti sebagai berikut:

P : Apa yang kamu pahami dari soal tersebut

S1 : Jadi, yang diketahui harga beli sepeda motor dengan harga Rp.

11.500.000.00 dan harga jual yaitu 9.500.000.00 dan yang ditanyakan

adalah besar persentase rugi

P : Apakah kamu masih ingat langkah-langkah penyelesaian dari soal

tersebut?
S1 : Iya masih

P : Kalau begitu silahkan dikerjakan

Selanjutnya S1 melakukan proses memahami masalah dari soal yang

diberikan, awalnya S1 menulis hal-hal yang diketahui dan yang ditanyakan

dari soal aritmatika sosial tersebut. Dalam Menulis hal-hal yang diketahui S1.

Hal tersebut dapat menjelaskan bahwa pada langkah ini S1 melakukan proses

berpikir asimilasi dalam memahami soal. Hal ini dapat diperkuat dengan

jawaban S1 pada gambar 4.1 berikut:

Gambar

Proses selanjutnya yang dilakukan oleh S1 yakni melakukan perencanaan

pemecahan masalah dari soal. Dalam hal ini S1 mulai melakukan pencarian

untuk mendapatkan besar rugi dari harga penjualan sepeda motor, sehingga
47
hal ini menerangkan bahwa dalam merencanakan pemecahan masalah S1

mengalami proses asimilasi dalam mencari besar rugi. Hal ini dapat dilihat

dari jawaban S1 sebagaimana pada gambar 4.2 berikut:

Gambar

4.2 Hasil

Pekerjaan S1 dalam Mencari Besar Rugi

Kemudian S1 menjalankan rencana pemecahan masalah dengan

membuat rumus persentase untung dan rugi untuk mencari besar persentase
rugi yang dialami oleh pak rino. Hal ini memperlihatkan bahwa dalam

menjalankan rencana pemecahan masalah proses berpikir S1 juga mengalami

proses Asimilasi dalam mencari besar persentase rugi. Hal ini dapat dilihat

pada gambar 4.3 berikut:

Gambar 4.3 Hasil Pekerjaan S1 dalam Mencari Besar Persentase Rugi

Langkah terakhir yang dilakukan oleh S1 yakni memeriksa kembali dan

menarik kesimpulan, sehingga S1 kembali mengalami proses asimilasi dalam

menarik kesimpulan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut.

Gambar 4.4 Hasil Pekerjaan S1 dalam Menarik Kesimpulan

Selanjutnya S1 diminta untuk merefleksi kembali hasil pekerjaannya.

Setelah S1 melakukan refleksi, S1 tetap yakin dengan hasil pekerjaannya.

Demikian hal ini diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan S1 48

berikut.

P : apakah kamu yakin dengan jawabanmu?


S1 : hmm
P : apakah kamu tidak mau kerjakan ulang?
S1 : tidak, saya sudah yakin

Berdasarkan hasil kerja S1 dan hasil wawancara diperoleh bahwa proses

berpikir S1 sudah lengkap dan sudah memenuhi kriteria indikator asimilasi.

2. Proses berpikir S2
S2 dalam hal ini merupakan perwakilan dari subjek yang menjawab

salah. Dalam proses menyelesaikan soal matematika tentang aritmatika sosial

pokok bahasan persentase rugi berupa soal essay, S2 melakukan kesalahan

akan tetapi dapat merefleksi jawabannya menjadi benar sehingga sesuai

dengan indikator proses berpikir, artinya dalam proses menyelesaikan

masalah, proses berpikir S2 sudah benar.

a. Struktur proses berpikir S2

pada saat S2 diminta untuk mengerjakan soal berupa soal essay, S2

mulai membaca soal yang diberikan kemudian S2 memahami maksud dari

soal yang diberikan kemudian S2 memahami masalah, kemudian S2

langsung mengerjakan soal tersebut, dalam mengerjakan soal tersebut, S2

merasa kebingungan sehingga S2 menyelesaikan masalah dengan jawaban

yang salah. Kemudian peneliti memberi kesempatan kepada S2 untuk


49
merefleksi terhadap soal tes yang diberikan, kemudian S2 dapat

menyelesaikan soal tersebut dengan benar. Struktur proses berpikir S2 dapat

dilihat pada diagram 4.4 dan 4.5 berikut:


Diagram 4.4 struktur berpikir S2 sebelum Refleksi

50

Diagram 4.5 struktur berpikir S2 sesudah refleksi

b. Analisis terjadinya proses berpikir asimilasi dan akomodasi S2 dalam

menyelesaikan masalah Aritmatika sosial

Pada saat menyelesaikan masalah berupa soal essay pada materi

arimatika sosial pokok bahasan persentase rugi, proses berpikir berdasarkan

asimilasi dan akomodasi S2 belum lengkap, ditandai ketika S2 melakukan

kesalahan sebelum refleksi (jawabannya salah). Proses berpikir S2 dalam

menyelesaikan soal berupa soal essay pada materi aritmatika sosial pokok
bahasan persentase rugi sebelum refleksi dan sesudah refleksi. Terlihat pada

dalam perbandingan (Diagram 4.4 dan Diagram 4.5) ketika diajukan masalah

aritmatika sosial pokok bahasan persentase untung dan rugi dengan diagram

2.2 yang merupakan struktur masalah yang ditulis oleh peneliti. Hal ini dapat

dilihat pada Diagram 4.6 berikut:


51

Diagram 4.6 Perbandingan Proses Berpikir S2


52

Keterangan:

Kode Arti Kode

AS Masalah aritmatika sosial

F1 Diketahui harga beli sepeda motor

F2 Diketahui harga jual sepeda motor

F3 Mencari besar rugi

V Mendapatkan besar rugi

BR Persentase rugi

KS Menarik kesimpulan

S Selesai dan benar

Jawaban salah serta tidak terjadi integrasi

Jawaban yang sudah diperbaiki serta terjadi integrasi

Table 3.1 Arti Kode Struktur Masalah Aritmatika Sosial

Pada saat menyelesaikan masalah berupa soal essay pada materi

aritmatika sosial pokok bahasan proses berpikir S2 berdasarkan asimilasi dan

akomodasi diawali dengan proses menyelesaikan soal. Proses penyelesaian

soal S2 terjadi ketika diberikan masalah, S2 langsung mengerjakan masalah

yang diberikan, Sedangkan proses menyelesaikan soal terjadi ketika S2

mulai membaca soal yang diajukan oleh peneliti kemudian S2 menjelaskan

dan memahami maksud dari soal dan apa yang ditanyakan dari soal yang

diberikan.
53

P : Apa yang kamu ketahui dari soal ini?

S2 : disini yang diketahui harga beli sepeda motor adalah 11.500.000.00,

harga jual 9.500.000.00 dan yang ditanyakan besar rugi

Selanjutnya S2 mulai melakukan langkah memahami masalah dari soal

dengan menuliskan hal yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal

persentase rugi. Hal tersebut dapat menerangkan bahwa S2 melakukan

proses berpikir asimilasi dalam memahami soal. Hal tersebut dapat dilihat

pada gambar 4.5 berikut:

Gambar 4.5 Hasil Pekerjaan S2 dalam Memahami Soal

Proses selanjutnya yang dilakukan oleh S2 yaitu melakukan rencana

penyelesaian masalah. Awalnya S2 tidak mencari besar rugi yang dialami

oleh pak rino, sehingga S2 mengalami disquilibrasi pada proses berpikir S2.

Karena tidak melakukan pencarian terhadap besar rugi yang dialami oleh pak

rino maka terjadi kesalahan dalam menentukan besar persentase rugi sehingga

mempengaruhi jawaban S2 dalam menjalankan perencanaan pemecahan

masalah dari soal. Hal ini karena S2 belum melakukan rencana penyelesaian

masalah untuk mendapatkan besar rugi yang dialami oleh pak rino. Hal ini

dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut:


54

Gambar 4.6 Hasil Pekerjaan S2 dalam Mencari Persentase Rugi

Selanjutnya karena telah terjadi kesalahan dalam mencari besar rugi

yang dialami oleh pak rino sehingga mempengaruhi jawaban S2 dalam

menjalankan rencana pemecahan masalah, sampai S2 mengalami

kebingungan dalam mendapatkan jawaban. Selanjutnya peneliti memberi

kesempatan kepada S2 untuk merefleksi sehingga S2 dapat memperbaiki

kesalahannya dalam mendapatkan besar rugi yang dialami oleh pak rino,

pada langkah merencanakan pemecahan masalah terlihat bahwa S2 telah

melakukan proses berpikir akomodasi dalam mencari besar rugi. Hal ini

dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut:

Gambar 4.7 Hasil Pekerjaan S2 dalam Mencari Besar Rugi

Sehingga S2 dapat mementukan besar rugi dengan benar yaitu sebagai

berikut:

Rugi = harga beli – harga jual

= 11.500.000.00 – 9.500.000.00

= 2.000.000.00
55

Langkah selanjutnya S2 mulai menjalankan rencana pemecahan masalah

dengan mulai mencari besar persentase rugi yang dialami oleh pak rino. Hal

ini dapat dilihat pada gambar 4. 8 berikut:

Gambar 4.8 Hasil Pekerjaan S2 dalam Mencari Persentase Rugi

Langkah terakhir yang dilakukan oleh S2 adalah memeriksa kembali dan

menarik kesimpulan sehingga S2 juga mengalami proses berpikir asimilasi

dalam menarik kesimpulan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.9 berikut:

Gambar 4.9 Hasil Pekerjaan S2 dalam Menarik Kesimpulan

Demikian hal ini diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan S2

sebagai berikut:

P : apakah kamu yakin dengan jawabanmu?


S2: ya saya yakin
P : coba kamu periksa ulang kembali dulu jawabanmu
S2: (memeriksa), ya, saya yakin

Berdasarkan hasil kerja dan wawancara siswa S2 diperoleh bahwa

proses berpikir S2 sudah lengkap setelah mengalami refleksi sehingga S2

memenuhi indikator akomodasi.


56

B. Pembahasan

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti menyusun instrument

penelitian berupa soal tes selanjutnya peneliti terlebih dahulu melakukan

validasi soal untuk menguji kelayakan soal tersebut. Kemudian peneliti

menguji soal tes tersebut kepada 8 orang siswa kelas VII SMP Negeri 2

Leihitu Barat yang mana tediri dari 1 kelas dengan jumlah siswa 34 orang.

Sehingga diperoleh 2 subjek menjawab benar yang memenuhi indikator

asimilasi dan 6 orang menjawab salah kemudian diberikan waktu untuk

merefleksi sehingga jawabannya menjadi benar dan memenuhi indikator


57
akomodasi. Kemudian peneliti mengambil 2 subjek yaitu 1 subjek yang

menjawab benar sebelum dan sesudah refleksi sehingga memenuhi indikator

proses berpikir.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mewawancarai

dan mengamati tingkah subjek secara langsung diperoleh bahwa subjek dalam

proses penyelesaian soal tes memenuhi indikator proses berpikir. Dalam

mengerjakan soal, S1 dapat menyelesaikan masalah yang diberikan dan

setelah diminta untuk merefleksi hasil pekerjaannya S1 tetap yakin dengan

jawabannya, sehingga S1 mengalami adaptasi pada proses berpikirnya dengan

masalah yang diberikan, Artinya struktur berpikir S1 sesuai dengan struktur

masalah, hal ini senada dengan pendapat Piaget bahwa setiap organisme yang

ingin mengadakan penyesuaian (adaptasi) dengan lingkungannya harus

mencapai keseimbangan dan ketika individu bereaksi terhadap lingkungan,


dia menggabungkan stimulus dunia luar dengan struktur yang sudah ada. 37

Sehingga S1 memenuhi indikator proses berpikir. Selanjutnya dalam

mengerjakan soal S2 mengalami kesulitan dan tidak dapat menyelesaikan

masalah sehingga S2 tidak mengalami adaptasi antara proses berpikirnya

dengan masalah yang diberikan, Artinya struktur berpikir S2 tidak sesuai

dengan struktur masalah. Setelah diberikan kesempatan untuk merefleksi, S2

dapat memperbaiki kesalahannya dan menyelesaikan masalah sehingga

terjadi adaptasi antara proses berpikirnya dengan masalah. Hal ini

mengartikan bahwa struktur berpikir S2 sudah sesuai dengan struktur

masalah. Menurut Piaget ketika lingkungan bereaksi terhadap individu, dan


58
individu mengubah skema yang dimilikinya supaya sesuai dengan stimulus

dunia luar sehingga mencapai keseimbangan dalam beradaptasi dengan

lingkungannya.38 Sehingga S2 memenuhi indikator proses berpikir.

Proses berpikir adalah uraian aktivitas mental dan jiwa yang terjadi

secara terencana dan sistematis untuk menghubungkan ide-ide yang ingin

diarahkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan berdasarkan akalnya.

Asimilasi merupakan proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema

yang sudah terbentuk. Menurut Piaget (Subanji, 2011), assimilation is the

incorporation of new events into intelligence as a scheme or concept. Dalam

proses asimilasi, stimulus diinterpretasikan oleh seseorang kedalam skema

yang sudah dimilikinya. Akomodasi merupakan proses pengintegrasian

stimulus baru melalui pembentukan skema baru atau perubahan skema lama
37
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014),
halm. 104
38
Ibid., halm. 104
untuk menyesuaikan dengan stimulus yang diterima. Piaget (Subanji, 2011)

menegaskan bahwa dalam accommodation, existing schemes are modified to

account for new information.39

Keberhasilan belajar bukan hanya bergantung pada lingkungan atau

kondisi belajar melainkan juga pada pengetahuan awal siswa dan bagaimana

siswa mampu mengungkap kembali informasi atau pesan yang disampaikan

oleh guru dengan benar, untuk itu siswa harus mampu mengingat informasi

tersebut dengan baik. Ada hal penting agar informasi itu mampu dingat yaitu

proses berpikir. Oleh karena itu, proses berpikir mempunyai peran yang

sangat penting dalam proses belajar mengajar.

39
Subanji, Teori Kesalahan Konstruksi Konsep Dan Pemecahan Masalah Matematika,
(Malang: Universitas Negeri Malang, 2015), Cet 1, halm. 2
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

proses berpikir siswa kelas VII SMP Negeri 2 Leihitu Barat dalam

menyelesaikan masalah aritmatika sosial memenuhi indikator asimilasi dan

akomodasi. Indikator tersebut adalah siswa dapat langsung atau memodifikasi

proses berpikirnya dalam memahami masalah, merencanakan penyelesaian,

melaksanakan rencana, memeriksa kembali. Sebagaimana yang ditunjukan

oleh siswa S1 dan S2. Proses berpikir siswa S1 dalam menyelesaikan masalah

langsung mampu menyelesaikan masalah tersebut, artinya S1 melakukan

proses asimilasi. Sedangkan proses berpikir S2 dalam menyelesaikan

masalah, S2 mengalami disequilibrasi. Setelah diberikan refleksi S2 dapat

memodifikasi proses berpikirnya, artinya S2 melakukan proses asimilasi dan

akomodasi.

B. Saran

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian ini, ada beberapa saran

yang dapat penulis sampaikan yaitu sebagai berikut:


60
1. Mengadakan penelitian lain terkait dengan proses berpikir yang lain

dalam menyelesaikan masalah berdasarkan asimilasi dan akomodasi

dengan materi selain aritmatika sosial.

2. Dalam melakukan pembelajaran guru hendaknya melihat dan

memfokuskan pada proses berpikir siswa sehingga siswa dapat

59
menyelesaikan persoalan yang diberikan oleh guru bukan hanya sekedar

pada hasil yang diperoleh dari peserta didik, disamping kebenaran dari

hasil yang diperoleh peserta didik guru harus memahami proses yang

dilalui oleh peserta didik dari memahami masalah hingga pada jawaban

atau kesimpulan dari jawaban tersebut.

3. Bagi siswa diharapkan dapat memanfaatkan isi ingatannya dengan lebih

optimal supaya dapat memahami suatu masalah dengan cara banyak

berlatih mengerjakan soal-soal latihan mulai dari soal yang mudah sampai

soal yang tersulit sekalipun.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Tanzeh. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras.

Alwi, Hasan. 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin Zainal, 2014, Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.


Jakarta: PT Rineka Cipta.

Cholid, Narbuko, dkk. 1997, 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cetakan


ketujuh.

Etsa. Indra, irawan. dkk. 2013. Yrama Widya 1700 Bank Soal Bimbingan
Pemantapan Matematika untuk SMP/MTS. Bandung: Yrama Widya.

Hamzah, Ali & Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran


Matematika. Jakarta: Rajawali Pres.

Kurniawan, Eka. Mulyani, Sri. dan Rahardjo, Swasono. 2017. Proses Asimilasi
Dan Akomodasi Dalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan
Kecerdasan Emosional. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan Volume: 2 Nomor: 5 Bulan Mei Tahun 2017. Diakses
tanggal 25 Juli 2018.

Maolani, Rukaesih. dkk. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:


rajawali pres.

Mariana, Evi. Risa, Proses Berpikir dan Pemecahan Masalah secara kreatif,
(www.scribd.com/document/374239662/PROSES-BERPIKIR.pdf.) Diakses
tanggal 5 desember 2017.

Nazir, Moh. 2014. Metode penelitian. Ghalia Indonesia, cet, kesepuluh.

Nahdataeni S, Inti. Sukayasa, dan Linawati. Proses Berpikir Siswa Dalam


Memecahkan Masalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau
Dari Gaya Belajar Di Kelas X SMA Negeri 2 Palu. AKSIOMA Jurnal
Pendidikan Matematika Volume 04 Nomor 02 September 2015. Diakses
tanggal 5 desember 2017.

61
62

Paramudita Irianti, Natasha. Subanji, dan Daniel Chandra, Tjang. Proses Berpikir
Siswa Quitter dalam Menyelesaikan Masalah SPLDV Berdasarkan
Langkah-Langkah Polya, Halm 136, diakses pada 5 desember 2017.

Risa Mariana, Evi. Proses Berpikir dan Pemecahan Masalah, thlmn, diakses pada
5 desember 2017.

Subandji. 2015. Teori Konstruksi Konsep dan Pemecahan Masalah Matematika,


Malang: Universitas Negeri Malang. Cetakan 1.

Sopamena, Patma. 2000. Proses Berpikir Mahasiswa Dalam Mengonstruksi Bukti


Keterbagian, Tesis, Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
Universitas Negeri Surabaya.

Sopamena, Patma, Sukartini Sangkala, Nani, Jumain Rahman Fahrul. Proses


Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan
Teori Piaget Pada Materi Program Linear Kelas XI SMA Negeri 11
Ambon, Prosiding SEMNAS matematika dan pendidikan matematika, 09
Februari 2018, Ambon. ISBN 9 786025 185700.

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.


2016. Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta

Sunaryo, Kuswana, Wowo. 2013. Taksonomi Belajar, (Bandung: Remaja


Rosdakarya,), Cetakan Kedua.

Yani Muhammad, Ikhsan, M, Marwan. Proses Berpikir Siswa Menengah Pertama


dalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Langkah-Langkah
Polya Ditinjau dari Adversity Quotient, Halm 45

Yuni Hendrowati. Tri. Pembentukan Pengetahuan Lingkaran Melalui


Pembelajaran Asimilasi Dan Akomodasi Teori Konstruktivisme Piaget.
Jurnal e-Dumath Volume 1 No 1, Januari 2015. Diakses tanggal 25 juli
2018.
Lampiran 1
KISI-KISI SOAL
Jawaban
Bentuk Soal Esai
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator soal
C1 C2 C3 C4 C5 C6
Menyelesaikan masalah 1. Menyelesaikan Menentukan persentase 1 1
aritmatika sosial aritmatika sosial untung dan rugi
2. Merancang rumus
persentase untung dan
rugi
Jumlah Soal 1 1

Keterangan :
C1 : Pengetahuan
C2 : Pemahaman
C3 : Aplikasi
C4 : Analisis
C5 : Evaluasi
C6 : Kreasi
Lampiran 2

SOAL TES

Nama Siswa :

Hari/Tanggal :

Waktu :

Kerjakanlah soal berikut ini !

Pak Rino membeli sepeda motor dengan harga Rp. 11.500.000.00. Karena

pak Rino membutuhkan uang untuk membiayai anaknya yang sedang sakit,

sepeda motor itu dijual dengan harga Rp. 9.500.000.00. Tentukan berapa besar

persentase rugi yang dialami pak Rino !


Lampiran 3

ALTERNATIF JAWABAN SOAL TES

Indikator pemecahan masalah siswa dan alternatif penyelesaian :

1. Memahami masalah

Diketahui :

- Harga beli = Rp 11.500.000.00

- Harga jual = Rp 9.500.000.00

Ditanyakan persentase rugi ?

2. Merencanakan pemecahan masalah

Besar rugi= Harga beli – harga jual

= Rp 11.500.000.00 – Rp 9.500.000.00

= Rp 2.000.000.00

3. Menjalankan rencana pemecahan masalah

Jika sudah diketahui besar rugi yang diperoleh dari penjualan sepeda

motor, kemudian mencari besar persentase laba seperti berikut :

Rugi
Persentase rugi= × 100 %
Harga beli

Rp2.000 .000 .00


Persentase rugi= ×100 %
Rp11.500 .000.00

= 17.4 %

4. Memeriksa kembali dan mengambil keputusan


Jadi, persentase rugi yang didapat oleh pak Rino dari hasil penjualan sepeda

motor tersebut yaitu 17.4 %.

Keterangan :

1. Memahami masalah merupakan kegiatan memberikan balikan dalam memecahkan

masalah.

2. Merencanakan pemecahan masalah merupakan kegiatan mengidentifikasikan strategi

untuk memecahkan masalah yang sesuai untuk menyelesaikan masalah.

3. Menjalankan rencana pemecahan masalah merupakan upaya mencari jalan keluar dari

suatu masalah dengan menggunakan strategi yang telah direncanakan.

4. Memeriksa kembali merupakan upaya yang dilakukan untuk mengecek apakah

jawaban yang diperoleh sudah sesuai atau belum yang sesuai dengan ketentuan yang

ditanyakan.

5. Mengambil keputusan merupakan suatu hasil dari proses dalam pemecahan masalah.
Lampiran 4
Lampiran 5

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SUBJEK

1. Apa yang kamu ketahui dari soal tersebut ?

2. Apakah kamu ingat bagaimana langkah-langkah penyelesaian soal tes

tersebut ?

3. Dapatkah kamu mengerjakan soal kembali ?

4. Bagaimana kamu memperoleh jawaban tersebut ?

5. Apakah kamu yakin dengan jawab yang kamu berikan ?


Lampiran 6
Hasil Pekerjaan S1
Lampiran 7

TRANSKIP WAWANCARA S1

P: assalamualaikum
S1: waalaikumsalam
P: ini dengan siapa?
S1: abdul haris polpoke
P: apa yang kamu ketahui dari soal ini?
S1: disini yang diketahui harga beli sepeda motor adalah 11.500.000.00, harga
jual 9.500.000.00 dan yang ditanyakan besar rugi
P: apakah kamu masih ingat langkah-langkah menyelesaikan soal?
S1: insya allah masih
P: kenapa harus mencari besar rugi terlebih dahulu?
S1: karena harus mendapat besar rugi dulu baru mencari besar persentase rugi
P: apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
S1: Hmmm
P: apakah kamu mau memeriksa jawaban kamu sebelum dikumpulkan?
S1: iya mau
P: kamu mau kerjakan ulang?
S1: tidak saya yakin
P: terimakasih
S1: sama-sama
Lampiran 8
Hasil Pekerjaan S2 Sebelum Refleksi
Hasil Pekerjaan S2 Sesudah refleksi
Lampiran 9

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN S2


P : terimakasih atas waktunya
S2: iya sama-sama
P : ini dengan siapa?
S2: Muslim Tuhelelu
P : apa yang kamu pahami dari soal ini?
S2: jadi, yang pak rino membeli sepeda motor dengan harga Rp.
11.500.000.00. Karena membutuhkan uang untuk membutuhkan uang
untuk membiayai anaknya yang sedang sakit, sepeda motor dijual
dengan harga Rp. 9.500.000.00 dan ditanya persentase rugi
P : apakah kamu masih ingat dengan cara menyelesaikan soal ini?
S2: iya saya masih ingat
P: Kalau begitu silahkan dikerjakan
P : apa itu PR
S2: PR itu persentase rugi
P : apa kamu yakin dengan jawaban kamu?
S2: Hmm
P : kamu bingung yah?
S2: hmm, sebenarnya ada yang salah
P : apa kamu mau memperbaikinya
S2 : iya
P : salahnya dimana?
S2: salahnya di jawaban besar rugi
P : jadi bagaimana cara mengerjakannya
S2: kita cari dulu besar rugi baru cari besar persentase ruginya
P : silahkan dikerjakan
P : apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
S2: ya saya yakin
P : coba kamu periksa ulang kembali dulu jawabanmu
S2: (memeriksa), ya, saya yakin
Lampiran 10

Dokumentasi

Kegiatan Observasi di kelas VII


Pemberian soal kepada S1

Proses wawancara S1
Pemberian Soal Kepada S2

Proses Wawancara S2
Lampiran 11
Persuratan

Anda mungkin juga menyukai