Anda di halaman 1dari 10

TUGAS STRATEGI PEMBELAJARAN PJOK

“Strategi Pembelajaran Konstekstual dan Penerapannya”

Dosen Pengampu:

Dr. Damrah, M.Pd

Dibuat Oleh :

Ayu Yulya Roza (19086103)

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
PERMASALAHAN

Di dalam pembelajaran atau yang lazim disebut dengan kegiatan belajar


mengajar (KBM) ada beberapa hal yang sebenarnya menjadi substantif dan terkadang
menjadi permasalahan yang tidak disadari oleh setiap guru atau pendidik dalam proses
pembelajaran. Seperti halnya, guru yang sedang mengajar, belum tentu diikuti dengan
kegiatan belajar oleh siswanya. Siswa yang belajar terkadang tidak paham meskipun telah
hafal. Begitu juga dengan siswa yang paham, belum tentu dapat mempraktekkan
pengetahuan atau hafalannya tersebut ke dalam kehidupan nyata. Maka dari itu, yang
menjadi pokok pembahasan pada makalah ini adalah bagaimana seorang guru
dapat/mampu menerapkan strategi pembelajaran yang dapat menjadi alternatif dari
permasalahan tersebut.

Salah satu strategi pembelajaran yang baik menurut penulis adalah strategi pembelajaran
kontekstual. Karena strategi pembelajaran kontekstual dapat memadukan antara tiga
aspek kecerdasan, antara lain aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Strategi
pembelajaran kontekstual dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk terlibat
secara langsung dalam proses pembelajaran. Sehingga peserta didik tidak lagi dipandang
sebagai objek, akan tetapi subjek yang dapat menunjukkan eksistensi dan konstribusinya
dalam pendidikan.

Permasalahan terbesar yang dihadapi para peserta didik sekarang (siswa) adalah mereka
belum bisa menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan
itu akan digunakan dalam realita yang ada. Hal ini dikarenakan cara mereka memperoleh
dan mengolah informasi dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-betul
bisa membantu mereka. Para siswa kesulitan untuk memahami konsep-konsep keilmuan
yang bersifat pendidikan umum (seperti konsep-konsep matematika, fisika, atau biologi),
karena metode mengajar yang selama ini digunakan oleh pendidik (guru) hanya terbatas
pada metode ceramah. Di sini lain tentunya siswa tahu apa yang mereka pelajari saat ini
akan sangat berguna bagi kehidupan mereka di masa datang, yaitu saat mereka
bermasyarakat ataupun saat di tempat kerja kelak. Oleh karena itu diperlukan suatu
metode yang benar-benar bisa memberi jawaban dari masalah ini. Salah satu metode yang
bisa lebih memberdayakan siswa dalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL).

Strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan, akan dapat juga menciptakan
suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran. Tanpa adanya suasana kondusif, maka
proses pembelajaran akan mendapatkan suatu hambatan di dalam pelaksanaannya.
Karena hal tersebut memiliki pengaruh terhadap keberhasilan suatu pendidikan. oleh
karena itu, dengan adanya strategi pembelajaran yang baik tersebut, diharapkan dapat
menciptakan peserta didik yang memiliki kreatifitas dan inovatif dalam melakukan
aktualisasi dari gagasan-gagasan yang dimilikinya.
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Pembelajaran Kontekstual

Proses pembelajaran kontekstual beraksentuasi pada pemrosesan informasi,


individualisasi, dan interkasi sosial. Pemrosesan informasi menyatakan bahwa siswa
mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkaitan dengan informasi
tersebut. Inti pemrosesan informasi adalah proses memori dan berpikir.

Menurut Susdiyanto, Saat, dan Ahmad (2009: 27), pembelajaran kontekstual adalah
proses pembelajaran yang bertolak dari proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada,
dalam arti bahwa apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah
dipelajari, sehingga pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang
utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang berorientasi pada


penciptaan semirip mungkin dengan situasi “dunia nyata”. Melalui pembelajaran
kontekstual dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi nyata, sehingga dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran.
Sehubungan dengan itu, Suprijono (2011: 79) menjelaskan bahwa pembelajaran
kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Penjelasan ini dapat dimengerti bahwa pembelajaran kontekstual adalah strategi yang
digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui proses memberikan
bantuan kepada siswa dalam memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari
dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam
lingkungan sosial dan budaya masyarakat.

Senada dengan itu, Sumiati dan Asra (2009: 14) mengemukakan pembelajaran
kontekstual merupakan upaya guru untuk membantu siswa memahami relevansi materi
pembelajaran yang dipelajarinya, yakni dengan melakukan suatu pendekatan yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di
kelas. Selanjutnya, pembelajaran kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu,
pemahaman, keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang
hubungan mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan
bermakna jika guru lebih menekankan agar siswa mengerti relevansi apa yang mereka
pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata di mana isi pelajaran akan digunakan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran


kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berpikir
tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah,
siswa belajar menyenangkan, mengasyikkan, tidak membosankan, dan menggunakan
berbagai sumber belajar.
2.2 Prinsip Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa prinsip dasar. Adapun prinsip-


prinsip dalam pembelajaran kontekstual menurut Suprijono (2011: 80-81) adalah sebagai
berikut.

1. Saling ketergantungan, artinya prinsip ketergantungan merumuskan bahwa


kehidupan ini merupakan suatu sistem. Lingkungan belajar merupakan sistem yang
mengitegrasikan berbagai komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling
mempengaruhi secara fungsional.

2. Diferensiasi, yakni merujuk pada entitas-entitas yang beraneka ragam dari realitas
kehidupan di sekitar siswa. Keanekaragaman mendorong berpikir kritis siswa untuk
menemukan hubungan di antara entitas-entitas yang beraneka ragam itu. Siswa dapat
memahami makna bahwa perbedaan itu rahmat.

3. Pengaturan diri, artinya prinsip ini mendorong pentingnya siswa mengeluarkan


seluruh potensi yang dimilikinya. Ketika siswa menghubungkan materi akademik dengan
konteks keadaan pribadi mereka, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip
pengaturan diri.

Selanjutnya, Sumiati dan Asra (2009: 18) menjelaskan secara rinci prinsip pembelajaran
kontekstual sebagai berikut:

1. Menekankan pada pemecaham masalah;

2. Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat,
dan tempat kerja;

3. Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi


pembelajar yang aktif dan terkendali;

4. Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa;

5. Mendorong siswa belajar satu dengan lainnya dan belajar bersama-sama;

6. Menggunakan penilaian otentik.

Merujuk pada prinsip-prinsip di atas, maka pembelajaran kontekstual berorientasi


pada upaya membantu siswa untuk menguasai tiga hal, yakni:

(1) pengetahuan, yaitu apa yang ada di pikirannya membentuk konsep, definisi,
teori, dan fakta;

(2) kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk


bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan;

(3) pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaiman


menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata
2.3 Komponen-komponen yang Terdapat dalam Pembelajaran Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, ada beberapa komponen utama pembelajaran


efektif. Komponen-komponen itu merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dalam
pembelajaran kontekstul. Komponen-komponen dimaksud adalah konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar
(learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment). (Nurhadi dalam Sagala, 2009: 88-91; Suprijono,
2011: 85).

1) Konstruktivisme; yakni mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih


bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan atau keterampilan barunya. Sumiati dan Asra (2009: 15) mengemukakan
lima elemen belajar konstruktivisme, yaitu:

(a) pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiating knowledge),

(b) perolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge),

(c) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge),

(d) mempraktekkan pengetahuan (applyng knowledge),

(e) melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut (reflecting


knowledge).

2) Bertanya; yakni mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Melalui
proses bertanya, siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Dalam
sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:

(a) menggali informasi, baik administrasi maupun akademik;

(b) mengecek pemahaman siswa;

(c) membangkitkan respon pada siswa;

(d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;

(e) mengetahui hal-hala yang sudah diketahui siswa;

(f) memfokuskan pengetahuan siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru;

(g) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; dan (h) menyegarkan
kembali pengetahuan siswa. (Sagala, 2009: 88).

3) Menemukan; merupakan bagian inti dari pembelajaran kontekstual. Pengetahuan


dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil megingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil dari menemukan sendiri.

4) Masyarakat belajar; yaitu menciptakan masyarakat belajar (belajar daam


kelompok). Hasil belajar diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, dan antara
yang tahu ke yang belum tahu.
5) Permodelan; menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Dengan adanya
model, siswa akan lebih mudah meniru apa yang dimodelkan. Pemodel tidak hanya orang
lain, guru atau siswa yang lebih mahir dapat bertindak sebagai model.

6) Refleksi; dilakukan pada akhir pembelajaran. Refleksi merupakan upaya untuk


melihat kembali, mengorganisir kembali, menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali,
dan mengevaluasi kembali hal-hal yang telah dipelajari.

7) Penilaian sebenarnya; yaitu upaya pengumpulan berbagai data yang bisa


memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Data dikumpulkan dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran. Hal-hal yang bisa
digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa adalah proyek/kegiatan dan laporannya,
PR, kuis, karya siswa, presentasi atau penampilan siswa, demonstrasi, laporan, jurnal,
hasil tes tulis, dan karya tulis (Riyanto, 2010: 176).

2.4 Kelebihan dari Pembelajaran Kontekstual

a) Peserta didik mampu menghubungkan teori dengan kondisi di lapangan yang


sebenarnya.

b) Peserta didik dilatih agar tidak tergantung pada menghapal materi

c) Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dalam meghapdapi suatu permasalahan

d) Melatih peserta didik untuk berani menyampaikan argumen, bertanya, serta


menyampaikan hasil pemikiran

e) Melatih kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain.

2.5 Kelemahan dari Pembelajaran Kontekstual

a) Membutuhkan waktu lama dalam pelaksanaannya

b) Membutuhkan banyak biaya

2.6 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual

Di sisi lain, berdasarkan Center for Occupational Research and Development (CORD),
penerapan strategi pembelajaran kontekstual digambarkan sebagai berikut:

(1) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Konteks
merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu siswa agar yang
dipelajari bermakna;

(2) Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, siswa berproses secara aktif
dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi terhadap hal yang dikaji,
berusaha menemukan dan menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya;
(3) Applyng, belajar menekankan pada proses pendemonstrasian pengetahuan yang
dimiliki dalam kenteks dan pemanfaatannya;

(4) Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan kooperatif melalui belajar
berkelompok, komunikasi interpersonal, atau hubungan intersubjektif;

(5) Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan memanfaatkan


pengetahuan dalam situasi atau konteks baru (Suprijono, 2011: 84).
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Adapun tugas guru dalam pembelajaran kontekstual

adalah membantu siswa dalam meraih tujuannya. Artinya guru lebih fokus pada

urusan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru dalam hal ini hanya

memanage kelas sebagai sebuah tim yang bekerja untuk menemukan sesuatu yang

baru bagi siswa. Proses pembelajaran lebih diwarnai student centered ketimbang

teacher centered

Beberapa strategi pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh guru secara kontekstual
antara lain:

a. Pembelajaran berbasis masalah

Dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama,siswa ditantang untuk


berfikir kritis untuk memecahkan.

b. Menggunakan konteks yang beragam

Dalam CTL guru membermaknakan pusparagam konteks sehingga makna yang


diperoleh siswa menjadi berkualitas.

c. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa

Guru

mengayomi individu dan menyakini bahwa perbedaan individual dan sosial

seyogyanya dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling

menghormati dan toleransi untuk mewujudkan ketrampilan interpersonal.

d. Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri

Pendidikan formal merupakan kawah candradimuka bagi siswa untuk menguasai cara
belajar untuk belajar mandiri di kemudian hari.

e. Belajar melalui kolaborasi

Dalamsetiap kolaborasi selalu ada siswa yang menonjol dibandingkan dengan

koleganya dan sisiwa ini dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam

kelompoknya.

f. Menggunakan penelitian autentik

Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan
konstektual dan memberi kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus

sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

g. Mengejar standar tinggi

Setiapsekolah seyogyanya menentukan kompetensi kelulusan dari waktu ke


waktuterus ditingkatkan dan setiap sekolah hendaknya melakukan Benchmarking

dengan melakukan studi banding ke berbagai sekolah di dalam dan luar

negeri.
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Pada dasarnya,
strategi pembelajaran kontekstual sangat menekankan dalam pengembangan 3 aspek,
yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Maka dari itu, sangatlah penting apabila peserta
didik atau siswa diberikan ruang untuk terlibat di kontekstual dapat memberikan wadah
atau sarana kepada peserta didik untuk mengembangkan karakter.dalam kegiatan
pembelajaran.

Relevansinya pembelajaran kontekstual dengan pendidikan karakter adalah dikarenakan


adanya tujuan yang sama, yaitu tidak hanya mengutamakan pemupukan pengetahuan
(kognitif), melainkan yang terpenting adalah pendampingan dan pembinaan terhadap
peserta didik dalam mengembangkan karakter yang menekankan pembiasaan sistem nilai
(value) aktual dan aktualisasi diri sendiri. Dalam konteks ini, maka pembelajaran

B. Saran

Pembelajaran kontekstual sangat strategis untuk diterapkan di sekolah-sekolah dalam


rangka mengembangkan karakter peserta didik. Oleh karena itu, dengan diterapkannya
pembelajaran kontekstual di sekolah-sekolah, maka peserta didik dapat mengaitkan dan
melibatkan dirinya dari apa yang telah menjadi pengetahuannya terhadap kehidupan
nyata. Bagi guru-guru yang sangat menginginkan agar peserta didiknya dapat
merealisasikan pengetahuannya, maka strategi pembelajaran kontekstual inilah yang
cocok untuk kegiatan belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

http://fuadhasansuccen.blogspot.com/2012/01/strategi-pembelajaran-kontekstual.html

http://duniadesisrini.blogspot.com/2017/10/makalah-pembelajaran-kontekstual.html

https://karyatulisku.com/penerapan-model-pemebelajaran_22/

Anda mungkin juga menyukai