Neonatal Hiperbilirubinemia
Neonatal Hiperbilirubinemia
Ikterus atau jaundice adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat
penumpukan bilirubin tak terkonjugasi pada jaringan. Ikterus pada neonatus akan
terlihat bila kadar bilirubin serum >5 mg/dL.
Hiperbilirubinemia sering ditemukan baik pada bayi cukup bulan (50-70%) maupun bayi
prematur (80-90%). Sebagian besar hiperbilirubinemia adalah fisiologis dan tidak
membutuhkan terapi khusus, tetapi karena potensi toksik dari bilirubin maka semua neonatus
harus dipantau untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya hiperbilirubinemia berat.
Klasifikasi :
1. Etiologi:
a. Hiperbilirubinemia fisiologis
Kadar bilirubin pada neonatus prematur dapat mencapai 10-12 mg/dL pada
hari ke-5 dan masih dapat naik menjadi >15 mg/dL tanpa adanya kelainan
tertentu.
Kadar bilirubin akan mencapai <2 mg/dL setelah usia 1 bulan, baik pada bayi
cukup bulan maupun prematur.
b. Hiperbilirubinemia Patologis
Penyebab :
a. Breastfeeding jaundice adalah ikterus yang disebabkan oleh kekurangan asupan ASI.
Biasanya timbul pada hari ke-2 atau ke-3 pada waktu produksi ASI belum banyak.
Pada sebagian besar bayi, kadar bilirubin turun pada hari ke-4, tetapi pada
breast-milk jaundice, bilirubin terus naik, bahkan dapat mencapai 20-30
mg/dL pada usia 14 hari.
Bila ASI dihentikan, bilirubin akan turun secara drastis dalam 48 jam. Bila
ASI diberikan kembali, maka bilirubin akan kembali naik tetapi umumnya
tidak akan setinggi sebelumnya. Bayi menunjukkan pertambahan berat badan
yang baik, fungsi hati normal, dan tidak terdapat bukti hemolisis.
Anamnesis
- Riwayat keluarga dengan penyakit hati, menandakan kemungkinan galaktosemia, deifisiensi alfa-1-
antiripsin, tirosinosis, hipermetioninemia, penyakit Gilbert, sindrom Crigler-Najjar tipe 1 dan II, atau
fibrosis kistik
- Riwayat saudara dengan ikterus atau anemia, mengarahkan pada kemungkinan inkompatibilitas
golongan darah atau breast-milk jaundice
- Riwayat sakit selama kehamilan, menandakan kemungkinan infeksi virus atau toksoplasma
- Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi ibu, yang berpotensi menggeser ikatan bilirubin dengan
albumin (sulfonamida) atau mengakibatkan hemolisis pada bayi dengan defisiensi G6PD
(sulfonamida, nitrofurantoin, antimalaria)
- Riwayat persalinan traumatik yang berpotensi menyebabkan perdarahan atau hemolisis. Bayi
asfiksia dapat mengalami hiperbilirubinemia yang disebabkan ketidakmampuan hati memetabolisme
bilirubin atau akibat perdarahan intrakranial. Keterlambatan klem tali pusat dapat menyebabkan
polisitemia neonatal dan peningkatan bilirubin.
-Pemberian air susu ibu (ASI). Harus dibedakan antara breast-milk jaundice dan breastfeeding
jaundice.
Pemeriksaan Fisik
Ikterus dapat dideteksi secara klinis dengan cara mengobservasi warna kulit setelah dilakukan
penekanan menggunakan jari. Pemeriksaan terbaik dilakukan menggunakan cahaya matahari.
Ikterus dimulai dari kepala dan meluas secara sefalokaudal.
Ikterometer kramer
Hal-hal yang harus dicari pada pemeriksaan fisis
- Hepatosplenomegali, berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, atau penyakit hati
- Bilirubin serum total. Bilirubin serum direk dianjurkan untuk diperiksa bila ikterus menetap sampai
usia >2 minggu atau dicurigai adanya kolestasis.
- Darah perifer lengkap dan gambaran apusan darah tepi untuk melihat morfologi eritrosit dan ada
tidaknya hemolisis. Bila fasilitas tersedia, lengkapi dengan hitung retikulosit.
- Golongan darah, Rhesus, dan direct Coombs’ test dari ibu dan bayi untuk mencari penyakit
hemolitik. Bayi dari ibu dengan Rhesus negatif harus menjalani pemeriksaan golongan darah, Rhesus,
dan direct Coombs’ test segera setelah lahir.
- Pada ikterus yang berkepanjangan, lakukan uji fungsi hati, pemeriksaan urin untuk mencari infeksi
saluran kemih, serta pemeriksaan untuk mencari infeksi kongenital, sepsis, defek metabolik, atau
hipotiroid.
Diagnosis Banding
Berdasarkan etiologi
-Ikterus Fisiologi
-Ikterus Patologis
Tatalaksana
FOTOTERAPI
Panjang gelombang : 425—475 nm
Intenitas 6—12 Candela
Jarak pemberian ahaya : 35—50 cm
Jarak pemberian ahaya : 35—50 cm
Setiap bayi baru lahir harus dievaluasi terhadap kemungkinan mengalami hiperbilirubinemia
berat. Evaluasi dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan memeriksa kadar bilirubin serum
total atau pengkajian terhadap faktor risiko secara klinis Dengan memeriksa bilirubin serum
total dan memplot hasilnya pada nomogram, kita dapat mengetahui apakah bayi berada pada
zona risiko rendah, menengah, atau tinggi untuk terjadinya hiperbilirubinemia berat
kombinasi kadar bilirubin sebelum dipulangkan dan usia gestasi merupakan prediktor terbaik
untuk terjadinya hiperbilirubinemia berat.
- Setiap ibu hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah dan faktor Rhesus.
PENUNTUN BELAJAR
IKTERUS NEONATORUM
Kesempatan ke
No Kegiatan / langkah klinik
1 2 3 4 5
I. ANAMNESIS
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan diri, jelaskan
maksud Anda.
2. Tanyakan keluhan utama (timbulnya kuning)
Sudah berapa lama timbulnya warna kuning sampai dibawa ke
dr/PKM/RS
Warna kuning meluas sampai di mana?
3. Selain kuning, keluhan lain apa? (malas minum, kejang, tak
sadar)
4. Berapa umur kehamilan? (minggu)
5. Berapa berat lahir? (Kg)
6. Apakah golongan darah dan Rh (ibu & bapak)
7. Adakah penyakit yang diturunkan berhubungan dengan
kuning? (defisiensi G6PD, megakolon kongenital, dll)
8. Adakah riwayat penyakit perinatal yang berhubungan dengan
kuning? (TORCH)
9. Adakah riwayat persalinan yang mempengaruhi kuning?
(KPSW, gawat janin, asfiksia lahir, dll)
10. Bagaimana cara persalinan? (spontan/tindakan)
11. Apakah susu yang diberikan? (ASI/formula)
II. PEMERIKSAAN JASMANI
1. Terangkan pada orangtua bahwa bayinya akan dilakukan
pemeriksaan jasmani
2. Tentukan keadaan ikterusnya: fisiologis/non-fisiologis
3. Tentukan derajat sakitnya: ringan/berat
4. Lakukan penilaian keadaan umum: kesadaran
5. Periksa tanda vital: Frekuensi denyut jantung, TD, respirasi,
suhu
6. Periksa masa gestasi dalam minggu (Dubowitz, New Ballard)
7. Periksa antopometri: BL/BB, PB, LK
8. Tentukan pertumbuhan intra uterin: SMK, BMK, KMK
9. Periksa kepala:
a. Adakah trauma lahir? Caput hematoma atau sefal
hematoma
b. Adakah cacat bawaan
c. Mata: ikterus/pucat/perdarahan
d. Mulut: trauma lahir/cacat bawaan
e. Muka: plethora/pucat/ikterik
10. Periksa leher: tandatanda distress pernafasan (retraks
suprasternal)
11. Periksa dada:
PENUNTUN BELAJAR
IKTERUS NEONATORUM
Kesempatan ke
No Kegiatan / langkah klinik
1 2 3 4 5
Jantung: CHD/tidak
Paru: tanda-tanda distress pernafasan ( retraksi,suara nafas
tambahan?
12. Periksa abdomen: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
Hepar: hepatomegali?
Lien: splenomegali?
13. Ekstremitas:
Warna: ikterus(Kramer), sianosis
Hipotoni
Hipertoni
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Periksa darah lengkap (Hb, L, Ht, Tr, Hitung jenis)
2. Periksa golongan darah: bayi, ibu
Periksa Rh: bayi, ibu
3. Periksa bilirubin total
Periksa bilirubin direk
4. Ikterus non-fisiologis: periksa etiologinya
a. Coomb test direk/indirek
b. Enzim G6PD
c. Kultur darah
d. Morfologi eritrosit
e. USG kepala, abdomen