Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH VIROLOGI DAN PARASITOLOGI

CESTODA

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Apt. Delta Baharyati, M.S.Farm

Disusun oleh :
Ajeng Nur Oktavia (D1A200141)
Ayunisyah Firotussawaliah (D1A200157)
Femmy Hamidah (D1A200051)
Neni Mariani Saidah (D1A200188)

UNIVERSITAS AL – GHIFARI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FARMASI

2021
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Cacing pita termasuk subkelas cestoda, kelas cestoidea,


filum platyhelmintes. Cacing dewasanya menempati saluran usus vertebrata dan
larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invertebrate, bentuk badan cacing dewasa
memanjang menyerupai pita. Cestoda berbeda dengan nematoda dan trematoda,karena
tidak memiliki usus dan pembuluh darah, Makanan masuk dalam tubuh cacing karena
diserap oleh permukaan tubuh cacing. Tubuhnya memanjang terbagi atas segmen-
segmen yang disebut proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa berisi alat 
reproduksi jantan dan betina
Ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang panjangnya hanya 40
mm sampai yang panjangnya 10-12 meter. Cestoda adalah cacing hermafrodit. Cacing
ini terdiri atas scolex (kepala) yang berfungsi sebagai alat untuk mengaitkan diri pada
dinding intestinum. Di belakang scolex terdapat leher, merupakan bagian cacing yang
tidak bersegmen. Di belakang leher tumbuh proglotid yang semakin lama semakin
banyak yang menyebabkan cacing menjadi semakin panjang dan bersegmen-
segmen. .Infeksi cacing pita bisa disebut juga dengan Taeniasis. adapun ciri-ciri umum
cestoda ialah :
1. Semua anggota cestoda memiliki struktur yang pipih dan tertutup oleh
kutikula.
2. Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang
seperti pita.
3. Tubuh cacing pita panjangnya antara 2m - 3m dan terdiri dari :
a) Kepala (skoleks), kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat
pengisap.
b) Leher, tidak bersegmen, setelah skoleks kemdian lanjut ke leher.
c) Tubuh (strobila), terdiri dari segmen-segmen (proglotid) dan setiap segmen
yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke
posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu
individu dan bersifat hermafrodit.
4. Cacing pita biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat
pencernaan.
5. Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makanan melalui permukaan
tubuhnya secara osmosis.
6. Penyerapan sari makanan terjadi dari usus halus inangnya melalui seluruh
permukaan proglotid.
7. Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya, hal ini
karena cacing pita tidak memiliki mulut dan sistem pencernaan, skoleks hanya
untuk menempelkan dirinya ke usus.
8. Skoleks pada jenis Cestoda tertentu seperti Taenia solium selain memiliki alat
pengisap, juga memiliki kait (rostelum).
9. Rostelum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.
10. Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
11. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin
betina (ovarium).
12. Proglotid yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling
bawah tubuh cacing dan dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari
tubuh inang utama bersamaan dengan tinja.
13. Sistem eksresi cacing pita terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir
dengan sel api.
14. Sistem saraf pada cacing pita sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi
kurang berkembang.
15. Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak
tidak sempurna, atau belum matang.
16. Inang pernatara Cestoda adalah hewan ternak misalnya Sapi yang tubuhnya
terdapat Cisticercus jenis Taenia saginata yang ada pada ototnya sedangkan
pada Babi tubuhnya terdapat Cisticercus jenis Taenia solium yang ada pada
ototnya.
17. Di Kedua ternak itu Cacing pita hanya sementara terjadi cyclus ditubuhnya
hingga membentuk Cysticercus.
18. Di sapi dan babi tidak dijumpai cacing pita dalam bentuk Dewasa ( yang
dewasa di tubuh manusia) tetapi hanya dalam bentuk larva.
Spesies penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusia umumnya
adalah: Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus,
Echinococcus multilocularis, Taenia saginata, dan Taenia solium. Manusia
merupakan hospes cestoda ini dalam bentuk:
a) Cacing dewasa, untuk spesies Diphyllobothrium latum, Taenia saginata,
Taenia solium, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium
caninum.
b) Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, Taenia solium, Hymenolepis nana,
Echinococcus granulosus, Multiceps. Menurut habitatnya, cestoda dapat dibagi
menjadi dua ordo, yaitu Pseudophyllidea dan Cyclophyllidea. Adapun dalam
makalah ini jenis cacing yang di bahas ialah cestoda intestinalis bentuk dewasa
yaitu Diphyllobothrium latum, Hymenoileps diminuta, dan Dipylidium
caninum.

1.2. Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Virologi Dan Parasitologi
2. Untuk mengetahui jenis- jenis cestoda yang dapat menimbulkan kelainan pada
manusia
3. Untuk mengetahui ciri-ciri cacing cestoda khususnya Diphyllobothrium
latum, Hymenoileps diminuta, dan Dipylidium caninum.
4. Untuk mengetahui gejala klinik serta cara pencegahan dan pengobatan akibat
infeksi cacing cestoda.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Diphyllobothrium latum

Cacing pita ini sering ditemukan berparasit pada hewan carnivora pemakan ikan,
terutama di Eropa Utara. Sering menginfeksi anjing, kucing, beruang dan pada
manusia . D.latum sering dilaporkan menginfeksi orang di daerah tertentu, bahkan
hampir 100% di suatu lokasi orang terinfeksi oleh parasit ini. Orang yang terinfeksi
banyak dijumpai didaerah Scandinavia, Baltic dan Rusia. Juga dilaporkan di Amerika
Selatan, Irlandia dan Israil. Panjang cacing dapat mencapai 9 m dan mengeluarkan
jutaan telur/hari. Tubuhnya panjang yang terdiri dari segmen-segmen disebut
proglotida yang berisi testes dan folicel.

Kingdom A nimalia

Phylum Platyhelminthes

Class Cestoda

Ordo Pseudophyllidea

Family Diphyllobothriidae

Genus Diphyllobothrium

Species Diphyllobotrium latum

2.1.1 Hospes
· Hospes definitive : Manusia, anjing, kucing, serigal,anjing laut,beruang, anjing
hutan dan hewan pemakan ikan.
· Hospes perantara I : genus copepod (cylops sp. Dan Diaptomus sp. )
· Hospes perantara II : ikan
2.1.2 Morfologi Diphyllobothrium latum
· Panjangnya mencapai ±900 cm, lebar 2,5 cm.
· Terdiri atas 4000 proglotid.
· Mempunyai sepasang celah penghisap (bothria) di bagian ventral dan dorsal
pada skoleks.
· Hermafrodit
·
2.1.3 Daur Hidup Diphyllobothrium latum

Telur keluar melalui feses dan berkembang membentuk embrio yang akan berkembang
dalam air. Telur berkembang menjadi coracidium dalam waktu 8 hari sampai beberapa
minggu bergantung suhu lingkungan. Coraciudium keluar melalui operkulum telur dan
coracidium yang berisilia berenang mncari hospes intermedier ke 1 dari jenis Copepoda
krustacea termasuk genus Diaptomus. Segera setelah masuk kedalam usus krustasea
tersebut, coracidium melepaskan silianya dan penetrasi melalui dinding usus dan masuk
ke haemocel (sistem darah) krustasea menjadi parasit dengan memakan sari makana
dalam tubuh krustasea tersebut. Selama sekitar 3 minggu coracidium berkembang dan
bertambah panjang sampai sekitar 500 um dan disebut procercoid dan tidak berkembang
lagi dalam tubuh krustasea tersebut. Bila krustasea dimakan ikan air tawar sebagai
hospes intermedier ke 2, procercoid ada dalam usus ikan dan menembus melalui dinding
intestinum masuk kedalam istem muskularis dan berparasit dengan memakan unsur
nutrisi dari ikan tersebut dan procercoid berkembang menjadi plerocercoid. Plerocercoid
berkembang dari beberapa mm menjadi beberapa cm. Plerocercoid akan terlihat pada
daging ikan mentah yang berwarna putih dalam bentuk cyste. Bila daging ikan tersebut
dimakan orang, cacing berkembang dengan cepat dan menjadi dewasa serta mulai
memproduksi telur pada 7-14 hari kemudian.

2.1.4 Patogenitas

Kasus penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka mengkonsumsi ikan
mentah. Kebanyakan kasus penyakit tidak memperlihatkan gejala yang nyata. Gejala
umum yang sering ditemukan adalah gangguan sakit perut, diaree, nausea dan
kelemahan. Pada kasus infeksi yang berat dapat menyebabkan anemia megaloblastic.
Gejala ini sering dilaporkan pada penduduk di Finlandia. Di negara ini hampir
seperempat dari populasi penduduk terinfeksi oleh D. latum dan sekitar 1000 orang
menderita anemia perniciosa. Pada mulanya dikira bahwa cacing ini menyebarkan
toksin penyebab anemia, tetapi setelah diteliti ternyata vitamin B12 yang masuk dalam
usus diabsorbsi oleh cacing, sehingga pasien menderita defisiensi vitamin B12. Seorang
peneliti melaporkan bahwa pasien yang diberi singel dosis vit. B12 40% yang dilabel
dengan cobalt, ternyata disbsorbsi oleh D. latum sekitar 80-100% dari vit B12 yang
diberikan. Gejala yang jelas terlihat adalah terjadinya anemia perniciosa (anemia yang
disebabkan oleh gangguan absorpsi vitamin B12 dalam usus).

2.1.5 Diagnosis dan Pengobatan


Dengan menemukan telur cacing atau progotida didalam feses, diagnosis dinyatakan
positif. Obat yang diberikan ialah:

· aspidium oleoresin
· mepacrim
· diclorophen
· extract biji labu (Cucurbita spp)
· Niclosamide (Yomesan): pilihan obat yang diberikan dewasa ini,
makanismenya adalah: menghambat reaksi pertuklaran fosfat inorganik – ATP,
rekasi ini berhubungan dengan transport elektron secara anaerobik yang
dilakukan oleh cacing.

2.1.6 Pencegahan
· Memasak ikan air tawar sampai betul-betul matang atau membekukannya
sampai-10°C selama 24 jam.
· Mengeringkan dan mengasinkan ikan secara baik.
· Dilarang membuang tinja dikolam air tawar.
· Memberikan penyuluhan pada masyarakat.
2.2 Hymenoilepis diminuta

Cacing ini juga merupakan cacing cosmoploitan yang terutama berparasit pada
tikus rumah, tetapi banyak kasus dilaporkan menginfeksi pada manusia. Ukuran lebih
besar daripada Hymenoilepsis nana, yaitu sampai 90 cm. Sebagai hospes intermedier
adalah beberapa spesies arthropoda, misalnya jenis kumbang (Tribolium spp) adalah
hospes intermedier yang sangat berperan terhadap infeksi pada tikus dan manusia.

2.2.1 Hospes
· Hospes definitive  : Tikus dan Manusia
· Hospes perantara 
· pinjal (Ctenocephalides canis,  Xenopsylla cheopis, Pulex irritans)
· kumbang (tenebrio sp.)
· kecoak ( blata sp, blatella sp &  periplanita sp.)

2.2.2 Morfologi H. diminuta


· Cacing dewasa berukuran 20-60 cm
· Skoleks kecil bulat, mempunyai 4 sucker dan rostelum tanpa kait
· Proglotid gravid lepas dari strobili

2.2.3 Daur Hidup Hymenolepis diminuta

Proglotida yang telah matang dan berisi telur melepaskan diri kemudian
mengeluarkan telur infektif. Hospes intermediernya tidak tertentu, karena dapat
menular ke manusia maupun tikus. Telur yang termakan akan menetas dalam
duodenum dan mengeluarkan onchosfer yang penetrasi masuk kedalam mukosa dan
tinggal di saluran limfe didaerah vili. Di lokasi tersebut cacing berkembang menjadi
cysticercoid. Dalam waktu 5-6 hari cuysticercoid masuk kedalam lumen usus halus
dan melekat di lokasi tersebut dan berkembang menjadi dewasa.
2.2.4 Patogenitas

Orang yang mengalami penyakit ini dinamakan Hymenolepiasis, dan tidak


menunjukkan gejala apapun. Infeksi biasanya terjadi secara kebetulan saja.

2.2.5 Diagnosis dan Pengobatan

Ditemukan telur H. diminuta dalam tinja, sekali – sekali keluar cacing secara
spontan setelah purgasi. Obat yang efektif ialah Atabrine.

2.2.6 Pencegahan
· Meningkatkan kebersihan anak-anak, sanitasi lingkungan
· Menghindarkan makanan dari kontaminasi
· Pemberantasan binatang pengerat (rodentia)

2.3 Diphylidium caninum


Cacing pita ini biasa di sebut sebagai cacing pita anjing dan juga merupakan
cacing kosmopolit. cacing ini biasa menginfeksi anjing dan juga manusia

2.3.1. Hospes
· Hospes definitive : Anjing dan Manusia
· Hospes perantara :
 Ctenocephalides canis
 Ctenocephalides felis
 Pulex irritans      

2.3.2 Morfologi Diphylidium caninum


· Panjang 50 cm, lebar 3 mm (cacing dewasa)
· Skoleks ber-sucker, sebuah rostellum refraktil, memiliki 4-7 baris hook.
· Proglotid memiliki 2 alat reproduksi lengkap
2.3.3 Daur Hidup Diphylidium caninum
Segmen cacing yang mengandung telur yang mengandung telur gravid keluar dari
tubuh bersama feses anjing/kucing secara spontan. Segmen tersebut secara aktif
bergerak di daerah anus atau jatuh ke tanah dan membebaskan telur cacing. Kapsul
cacing yang berisi embrio akan termakan oleh larva pinjal. Kapsul tersebut pecah
sehingga onkosfer menetas dan membebaskan embrio di dinding usus larva pinjal yang
selanjutnya berkembang mesnjadi sistiserkoid di dalam jaringan tubuh larva. Saat pinjal
menyelesaikan metamorfosisnya dan menjadi dewasa, sistiserkoid mejadi infektif.
Anjing/kucing yang tanpa sengaja memakan pinjal maka akan terinfeksi oleh cacing
Dipylidium sp.

 Di dalam usus akan mengalami evaginasi, skoleks akan melekat diantara villi
usus halus dan lama-lama akan berkembang sebagai cacing dewasa.
Spesies pinjal Ctenocephalides Sp. dan Pulex irritans merupakan hospes antara yang
paling sering ditemukan. Meskipun kutu Trichodectes canis juga dapat bertindak
sebagai hospes antara. Larva pinjal mungkin mengkonsumsi sejumlah kapsul telur
yang tiap telur mengandung sejumlah onkosfer. Seekor pinjal dapat memiliki
sistiserkoid dalam jumlah besar sehingga dapat menginfeksi anjing beberapa kali.

2.3.4 Patogenitas  
1. Patogenitas pada hewan
2. Infeksi berat menyebabkan lemah, kurus, gangguan saraf, dan gangguan
pencernaan.
3. Patogenitas pada manusia
4. Menyebabkan gangguan intestinal ringan pada anak
5. Sakit pada epigastrium
6. Diare dan sesekali reaksi alergi
7. Hilangnya nafsu makan
8. Kehilangan berat badan secara drastis
9. Diare
2.3.5 Diagnosis dan Pengobatan

Diagnosis di tegakkan dengan menemukan proglotid yang bergerak aktif atau


menemukan kapsul-kapsul telur dalam tinja. Pengobatan dengan memberi Atabrine
dan Kuinakrin.

2.3.6 Pencegahan
· Jangan mencium anjing atau kucing
· Hindari jilatan anjing
· Binatang peliharaan diberi obat cacing dan insektisida.
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan
endoparasit dan dikenal sebagai cacing pita. Cacing dalam kelas cestoda disebut
sebagai cacing pita, hal ini karena bentuk tubuh cacing tersebut yang panjang dan
pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran pencernaan ataupun
pembuluh darah. Tubuhnya memanjang dan terbagi atas segmen-segmen yang disebut
proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa akan berisi alat  reproduksi jantan dan
betina. Infeksi cacing pita bisa disebut juga dengan Taeniasis.
Ciri Semua anggota cestoda memiliki struktur yang pipih dan tertutup oleh
kutikula, Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang
seperti pita. Morfologi Umum Cestoda ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi
dari yang panjangnya hanya 40 mm sampai yang panjangnya 10-12 meter. Siklus Hidup
Umumcacing pita merupakan hermafrodit, mereka memiliki sistem reproduksi baik
jantan maupun betina dalam tubuh mereka. Sistem reproduksinya terdiri dari satu testis
atau banyak, cirrus, vas deferens dan vesikula seminalis sebagai organ reproduksi
jantan, dan ovarium lobed atau unlobed tunggal yang menghubungkan saluran telur dan
rahim sebagai organ reproduksi betina

3.2 Saran

            Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,penyusun mengharapkan


kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Tidak
ada yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT
DAFTAR PUSTAKA

Avrianie, 2017. Makalah Cacing Cestoda, Behauvia, Yogyakarta

http://avrianie.com/2017/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2265133-cacing-pita-

cestoda/#ixzz1pTNPUloQ

WHO,2011,Taeniasis/cystiserkosis, http://www.who.int/zoonoses/diseases/taeniasis/en/,

WHO, 2011,http://www.who.int/neglected_diseases/diseases/cysticercosis/en/,

Anda mungkin juga menyukai