Anda di halaman 1dari 8

1

STRUKTUR NARATIF CERITA RAKYA JAWA TENGAH


DALAM BUKU KOLEKSI TERBAIK 100 PLUS DONGENG
NUSANTARA
Sella Rosdio* dan Mukh Doyin**
Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang
sellarosdio@gmail.com

ABSTRAK
Buku Koleksi Terbaik 100 Plus Dongeng Nusantara adalah buku yang
ditulis oleh Gamal Komandoko. Buku tersebut berisi 104 cerita rakyat dari
berbagai wilayah di Indonesia. Menurut Danandjaja (2007:2), cerita rakyat
merupakan salah satu bentuk foklor. Foklor itu sendiri adalah sebagian
kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun di antara
kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam
bentuk lisan maupun contoh yang disertai gerak isyarat. Selanjutnya menurut
Semi (1984:10-14) cerita rakyat memiliki empat fungsi sosial, yaitu : (1)
Menghibur, (2) mendidik, (3) mewariskan dan (4) jati diri. Dari fungsi-fungsi
tersebut dapat kita ketahui bahwa cerita rakyat sangat penting untuk dilestarikan,
salah satu caranya adalah dengan melakukan penelitian mengenai cerita rakyat.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural yang
dikemukakan Vladimir Propp. Kemudian diteliti dengan menggunakan
pendekatan objektif. Sedangkan analisis data dalam penelitian ini dengan
membaca dan menganalisis masing masing cerita dalam buku.
Kata Kunci: Cerita Rakyat ;Sastra Lisan ; Teori Sturktural Vladimis Propp
Koleksi Terbaik 100 Plus Dongeng Nusantara is a book written by
Gamal Komandoko. The book contains 104 folklore of various regions in
Indonesia. According Danandjaja (2007: 2), folklore is one form of folklore.
Folklore itself is partly a collective culture is inherited from generation to
generation among the collective of what, traditionally in different versions, either
verbally or with gestures examples. Furthermore, according Semi (1984: 10-14)
folklore has four social functions, namely: (1) Entertaining, (2) education, (3)
pass, and (4) identity. From these functions we can know that folklore is very
important to be preserved, one way is to conduct research on folklore. In this
study, the theory used is the theory proposed structural Vladimir Propp. Then
examined using an objective approach. While the analysis of the data in this study
by reading and analyzing each story in the book.
2

Keywords : folklore ; Oral Literature ; Structural Theory of Vladimis Propp


.*Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
** Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

PENDAHULUAN

Sastra merupakan serapan dari bahasa sanskerta “sastra” yang berarti “teks
yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar “sas” yang berarti
“instruksi” atau “pedoman dan “tra” yang berarti :alat” atau “sarana”. Dalam
bahasa indonesia kata ini biasa merujuk pada “kesusastraan”.

Lebih lanjut lagi tentang sastra adalah karya sastra. karya sastra
merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang merupakan hasil kesadaraan
kejiwaan masyarakat, sebagai cerminan masyarakat, dokumen sosial budaya, serta
pemikiran pemikiran masyarakat yang dituliskan oleh penulis dalam sebuah
karya. Lebih lanjut Teeuw (dalam Djoko Pradopo, 2007: 167) “karya sastra tidak
lahir dalam situasi kosong budaya”. Itu berarti bahwa karya sastra sesungguhnya
merupakan konvensi dari kehidupan dalam masyarakat.
Atas dasar bahwa karya sastra lahir dari kehidupan bermasyarakat,
menyebabkan munculnya kenekaragaman genre karya sastra, salah satunya adalah
cerita rakyat. Menurut Danandjaja, (2007) cerita rakyat adalah suatu bentuk karya
sastra lisan yang lahir dan berkembang dari masyarakat tradisional yang
disebarkan dalam bentuk relatif tetap dan di antara kolektif tertentu dari waktu
yang cukup lama dengan menggunakan kata klise.
Seperti karya sastra lainnya, cerita rakyat juga tidak murni menceritakan
kehidupan nyata dalam sehari-hari, melainkan lahir dari imajinasi manusia,
khayalan manusia tentang kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam cerita rakyat
sering ditemukan hal-hal yang tidak masuk akal, yang tidak mungkin ditemui
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contohnya, cerita tentang bidadari turun dari
langit yang selendangnya dicuri oleh seorang perjaka atau seekor kancil yang
mampu menipu harimau dan lain sebagainya.
Menurut Semi (1984:10-14) cerita rakyat memiliki empat fungsi sosial,
yaitu :(1) Menghibur, (2) mendidik, (3) mewariskan dan (4) jati diri. Cerita rakyat
berfungsi menghibur adalah cerita rakyat sebagai salah satu karya sastra yang
diciptakan berdasarkan keinginan melahirkan suatu rangkaian berbahasa yang
indah dan bunyi yang merdu saja. Kemudian cerita rakyat berfungsi mendidik
adalah cerita rakyat sebagai suatu karya sastra yang dapat memberikan pelajaran
tentang kehidupan, karena sastra mengekspresikan nilai-nilai kemanusiaan seperti
yang terdapat dalam agama. Selanjutnya cerita rakyat berfungsi mewariskan
adalah cerita rakyat sebagai suatu karya sastra yang dijadikan alat untuk
meneruskan tradisi suatu bangsa dalam arti yang positif. Terakhir cerita rakyat
3

memiliki fungsi jati diri adalah cerita rakyat sebagai sarana menunjukan jati diri
masyarakat pemilik yang dibawanya.
Dalam masyarakat yang multikultural seperti Indonesia, peran penting
cerita rakyat terletak pada kemampuan mengomunikasikan tradisi, pengetahuan,
dan adat istiadat etnis tertentu, kepada etnik lain. Semakin banyak membaca cerita
rakyat, maka seseorang akan semakin kaya pengetahuan akan kebudayaan
kelompok masyarakat lainnya. Sehingga dapat menerima perbedaan-perbedaan,
atau bahkan menilai perbedaan-perbedaan itu semata-mata sebagai variasi
kebudayaan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
objektif. Pendekatan objektif adalah pendekatan yang menggunakan karya sastra
sebagai struktur otonom yang mempunyai makna sendiri. Dari struktur otonom
tersebut kita dapat mengetahui makna dan “keinginan” dari karya sastra tersebut.
Selanjutnya untuk mempermudah penelitian, penelitian ini menggunakan teori
strukturalisme.
Strukturalisme adalah cara berfikir tentang dunia yang dikaitkan dengan
persepsi dan deskripsi struktur Hawks dalam Pradopo (2007) Pada hakikatnya
dunia ini lebih tersusun dari hubungan-hubungan daripada benda-bendanya.
Dalam kesatuan hubungan tersebut, setiap unsur atau analisisnya tidak memiliki
maknanya sendiri-sendiri, kecuali hubungan dengan analisis lain sesuai dengan
posisinya di dalam struktur.
Penelitian ini menggunakan teori struktural yang dikemukakan oleh
Vladimir ProppVladimir Propp adalah seorang peneliti sastra kehaliran Jerman..
Berdasarkan penelitiannya terhadap seratus dongeng rusia, Propp memperoleh
beberapa simpulan. Pertama bahwa anasir yang mantap dalam dongeng adalah
fungsi, terlepas dari siapa pelaku yang menduduki fungsi itu. Kedua, jumlah
fungsi dalam dongeng itu terbatas. Ketiga, urutan fungsi dalam dongeng selalu
sama. Keempat, struktur dongeng hanya memiliki satu tipe. Lanjut lagi
sehubungan dengan simpulan, propp menyatakan bahwa dalam sebuah dongeng
paling banyak terdiri dari atas 31 fungsi dan tidak semua dongeng memiliki semua
fungsi tersebut. Fungsi-fungsi tersebutlah yang kemudian menurt Propp
membentuk sebuah rangka cerita. Kemudian dalam penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis struktur naratif berdasarkan ke-31 fungsi yang dikemukakan Propp
dan menemukan kemungkinan-kemungkinan munculnya fungsi baru dalam cerita
rakyat yang akan diteliti.
Kemudian yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini adalah lima
cerita rakyat Jawa Tengah yaitu Aji Saka, Kawah Sikidang, Ande-ande Lumut,
Jaka Tarubdan Timun Emasyang ditulis oleh Gamal Komandoko dalam buku
berjudulkoleksi 100 plus dongeng rakyat nusantara yang diterbitkan oleh Cabe
Rawit pada tahun 2013. Buku ini dipilih untuk menjadi objek kajian karena buku
ini dianggap cukup lengkap berisi cerita rakyat yang tersebar di seluruh provinsi
yang ada di Indonesia serta cerita yang ada di dalamnya hampir sama dengan
cerita rakyat yang berkembang dimasyarakat.
4

Fokus dalam penelitian ini adalah analisis struktur naratif terhadap lima
cerita rakyat Jawa Tengah yaitu Aji Saka, Kawah Sikidang, Ande-ande Lumut,
Jaka Tarubdan Timun Emasyang ditulis oleh Gamal Komandoko dalam buku
berjudulkoleksi 100 plus dongeng rakyat nusantara yang selanjutnya bertujuan
untuk menemukan persamaan dan perbedaan struktur naratif pada masing-masing
cerita rakyat.
METODE PENELITIAN
Dalam menelaah sebuah karya sastra menurut Abrams dalam Pradopo
(1997:140-141) ada empat pendekatan yaitu, pendekatan mimetik, ekspresif,
objektif dan pragmatik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan objektif., pendekatan objektif adalah pendekatan yang
menitikberatkan pada karya sastra sebagai struktur yang sedikit banyak bersifat
otonomPendekatan objektif dapat mengungkapkan unsur-unsur pembangun dalam
sebuah cerita rakyat, khususnya cerita dan fungsi pelaku dalam lima cerita rakyat
Jawa Tengah dalam buku Koleksi Terbaik 100 Plus Dongeng Nusantara.
Sasaran atau objek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah struktur
naratif dan fungsi pelaku cerita rakyat Jawa Tengah dalam buku koleksi 100 plus
dongeng rakyat nusantarayang ditulis oleh Gamal Komandoko berdasarkan teori
sturukturalisme Vladimir Propp.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka yaitu
menggunakan data yang sudah ditulis dan dicetak dalam sebuah buku. Kemudian
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lima cerita rakyat Jawa Tengah
yang diambil dari buku koleksi 100 plus dongeng rakyat nusantara yang ditulis
oleh Gamal Komandoko dan diterbitkan oleh Cabe Rawit pada tahun 2013.
Adapun lima cerita rakyat Jawa Tengah tersebut yaitu : (1)Aji Saka, (2) Kawah
Sikidang, (3)Ande-ande Lumut, (4) Jaka Tarubdan (5) Timun Emas.
Kelima cerita rakyat tersebut selanjutnya dibaca secara keseluruhan
kemudian dibuat menjadi narasi-narasi kecil. Selanjutnya narasi-narasi kecil
tersebut dianalisis berdasarkan struktur dan fungsi pelaku dalam cerita dengan
menggunakan metode analisis struktural yang diungkapkan oleh Vladimir Propp.
Metode ini digunakan untuk menganalisis struktur cerita rakyat ke dalam 31
fungsi pelaku. Cara kerja metode analisis struktural dalam pengkajian cerita-cerita
tersebut dianalisis berdasarkan fungsi-fungsi pelaku yang memebangun cerita.
Penerapan strukturalisme Vladimir Propp dalam cerita rakyat Jawa Tengah
yaitu dengan mempelajari setiap unsur yang ada dalam cerita dan fungsinya dalam
struktur cerita tanpa ada yang dianggap tidak penting. Fungsi-fungsi pelaku dalam
cerita, akan diterapkan pada analisis struktur cerita untuk mengetahui fungsi-
fungsi pelaku yang ada dalam cerita. Cara kerja analisis strukturalisme Vladimir
Propp yaitu dalam setiap fungsi diberi ringkasan isi cerita, kemudian definisi
ringkas dan disertakan dengan lambang konvensional yang disesuaikan dengan
analisis struktur fungsi pelaku dalam cerita.
5

PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa struktur naratif dalam
cerita rakyat dari Jawa Tengah dalam buku Koleksi Terbaik 100 Plus Dongeng
Nusantara dapat memenuhi struktur fungsi pelaku secara urut. Fungsi terbanyak
dalam sebuah cerita adalah sembilan fungsi yaitu dalam cerita Aji Sakadan Jaka
Tarub. Sedangkan fungsi paling sedikit dalam sebuah cerita terdapat pada cerita
Kawah Sikidang, Ande-ande Lumut, dan Timun Emas. Dalam Penelitian ini juga
ditemukan fungsi baru yang tidak terdapat dalam 31 fungsi yang dikemukakan
Propp. Fungsi-fungsi tersebut adalh sebagai berikut; 1). p: Larangan diberikan
pada pembantu pahlawan, 2). P: Larangan dilanggar (Pembantu pahlawan), 3).
Tb: Asal-usul nama sebuah tempat atau sebuah benda, 4). Mb: Masalah baru
dialami tuan putri, 5). Xm: Putri berusaha menghalang masalahnya, 6). Pd:
Pahlawan mengalami kemalangan, 7). Pw. Pahlawan palsu menikah, 8). X: Satu
larangan diucapkan kepada pahlawan, 9). X: Larangan dilanggar pahlawan palsu,
10). B: Korban pulang, 11). aF: Peristiwa perantara pahlawan memperoleh
kekuatan sakti. Selanjutnya penejelasan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Hasil analisis struktur fungsi pelaku yang dipenuhi dalam cerita Aji Saka
dapat diurutkan sebagai berikut:
1. α: situasi awal.
2. ↑: Pahlawan keluar dari rumah.
3. G: Pahlawan dipindah, atau dipandu ketempat objek berada.
4. H: Pahlawan dan penjahat terlibat pertarungan secara langsung.
5. I: Penjahat dikalahkan.
6. W: Pahlawan bertahta.
7. δp: Larangan dilanggar (pembantu pahlawan).
8. Tb: Asal-usul sebuah nama.
Dalam cerita Aji Sakaterdapat tiga fungsi baru yang kemudian oleh penulis
diberi lambang ϒp, δp dan Tb. Fungsi dengan lambang ϒp merupakan larangan,
namun larangan tersebut ditujukan bukan pada pahlawan, melainkan pada
pembantu pahlawan. Kemudian fungsi yang diberi lambang δp adalah saat
larangan dilanggar, juga oleh pembantu pahlawan, bukan oleh pahlawan.
Kemudian terakhir adalah Tb yaitu asal-usul sebuah nama.
Fungsi pertama yaitu ϒp terjadi pada saat Aji Saka menitipkan keris
kepada pembantunya yang bernama Sembada dan jangan sampai diberikan kepada
siapapun selain kepadanya. Kemudian fungsi yang kedua yaitu δp terjadi pada
saat Sembada tidak berhasil menjaga keris yang dititipkan padanya. Kemudian
terakhir adalah Tb terjadi pada saat Aji Saka mengucapkan bunyi-bunyi untuk
6

menghormati kedua pembantunya yang kemudian menjadi asal-usul nama


Carakan atau huruf jawa.
Lanjut lagi hasil analisis struktur fungsi pelaku yang dipenuhi dalam cerita
Kawah Sikidang dapat diurutkan sebagai berikut:
1. α: situasi awal.
2. a: Seorang anggota keluarga kekurangan atau menginginkan sesuatu.
3. K: Kemalangan atau kekurangan awal berhasil diatasi.
4. N: Penyelesaian.
Dalam cerita Aji Sakaterdapat tiga fungsi baru selain yang dikemukakan
oleh Propp yang kemudian oleh penulis diberi lambang Mb, Xm, dan Tb. Fungsi
pertama yang diberi lambang Mb adalah masalah baru datang dialami tuan putri.
Fungsi ini terjadi pada saat Pangeran Kidang Garungan datang dengan rupa rusa
jantan. Kemudian fungsi yang kedua adalah tuan putri berusaha menghalang
masalahnya yang diberi lambang Xm. Fungsi ini terdapat pada saat tuan putri
berusaha menolak pinangan dari Pangeran Kidang Garungan dengan berusaha
membunuh Pangeran Kidang Garungan padda saat Pangeran Kidang Garungan
berusaha memnuhi syarat yang diminta tuan putri. Kemudian terakhir adalah
fungsi yang diberi lambang Tb. Fungsi ini terjadi saat Pangeran Kidang Garungan
tidak dapat keluar dari tanah yng diurug untuk meguburnya yang kemudian
tempat tersebut diberi nama Kawah Sikidang.
Sedangkan hasil analisis struktur fungsi pelaku yang dipenuhi dalam cerita
Ande-ande Lumut dapat diurutkan sebagai berikut:
1. α: situasi awal.
2. Β: Seorang anggota keluarga keluar dari rumah.
3. ↑: Pahlawan meninggalkan rumah.
4. W: Pahlawan menikah dan bertakhta.
Dalam cerita Ande-ande Lumutpenulis menemukan satu fungsi baru yang
kemudian diberi lambang Pd. Fungsi ini adalah fungsi saat pahlawan mengalami
kemalangan. Hal tersebut terjadi saat Dewi Candra Kirana yang menyamar
menjadi Kleting Kuning disiksa dan dperlakukan tidak adil oleh ibu angkat dan
saudara-saudara angkatnya.
Lanjut lagi hasil analisis struktur fungsi pelaku yang dipenuhi dalam cerita
Jaka Tarub dapat diurutkan sebagai berikut:
1. α: situasi awal.
2. ε: Penjahat mencari keterangan mengenai korbannya.
3. ς: Penjahat berhasil memperoleh keterangan tentang korbannya.
4. Ex: Pahlawan palsu atau penjahat terungkap.
Dalam cerita Jaka Tarubpenulis menemukan empat fungsi baru. Empat
fungsi tersebut adalah pahlawan palsu yang diberi lambang Pw, larangan
diucapkan pada pahlawan palsu yang diberi lambang ϒx, larangan dilanggar
pahlawan palsu yang diberi lambang δx dan korban (anggota keluarga) pulang
7

yang diberi tanda B↓. Dalam cerita Jaka Tarubjuga terdapat satu tokoh yang
menduduki dua fngsi sekaligus, yaitu Jaka Tarub sebagai penjahat dan pahlawan
palsu.
Fungsi Pw terjadi saat Jaka Tarub menikahi Nawang Wulan. Selanjutnya
fungsi ϒx terjadi saat Nawang Wulan melarang Jaka Tarub untuk membuka tutup
kukusan. Kemudian fungsi δx terjadi saat Jaka Tarub melanggar perintah Nawang
Wulan dengan tetap mmbuka kukusan karena penasaran dan fungsi B↓ yaitu saat
Nawang Wulan mendapatkan selendangnya kembali dan pulang ke kahyangan.
Kemudian yang terakhir yaitu hasil analisis struktur fungsi pelaku yang
dipenuhi dalam cerita Timun Emas dapat diurutkan sebagai berikut:
1. α: situasi awal.
2. a: Seorang anggota keluarga kekurangan atau menginginkan sesuatu.
3. F: Pahlawan memperoleh kekuatan alat sakti.
4. H: Pahlawan dan penjahat terlibat pertarungan secara langsung.
Dalam cerita Timun Emaspenulis menemukan satu fungsi baru yang diberi
lambang aF. Fungsi ini terjadi pada saat Mbok Sirni mendapatkan mimpi
kemudian menemui pertapa sakti di Gunung Gundul untuk mendapatkan alat
sakti. Alat sakti itulah yang kemudian digunakan oleh Timun Emas untuk
mengalahkan Si Raksasa yang hendak memangsanya.

SIMPULAN
lan bahwa struktur cerita dalam Cerita Rakyat dari Jawa Tengahsebagian dapat
memenuhi struktur fungsi pelaku secara urut. Banyaknya fungsi pelaku pada
masing-masing cerita yaitu 1) Aji Sakaterdapat sembilan fungsi, 2) Kawah
Sikidangterdapat tujuh fungsi, 3) Ande-ande Lumut, terdapat tujuh fungsi 4) Jaka
Tarub terdapat sembilan fungsi, 5) Timun Emas terdapat tujuh fungsi. Fungsi
terbanyak dalam sebuah cerita adalah sembilan fungsi yaitu dalam cerita Aji
SakadanJaka Tarub,Sedangkan fungsi paling sedikit dalam sebuah cerita adalah
tujuh fungsi yaitu dalam cerita Kawah Sikidang, Ande-ande Lumut, dan Timun
Emas.
Dalam penellitian ini juga ditemukan fungsi-fungsi lain atau fungsi fungsi
baru yang terdapat dalam cerita rakyat dari Jawa Tengah yang tidak ada dalam 31
fungsi yang dikemukakan Propp. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut.
1. ϒp: Larangan diberikan pada pembantu pahlawan.
2. δp: Larangan dilanggar (pembantu pahlawan).
3. Tb: Asal-usul nama sebuah tempat atau sebuah benda.
4. Mb: Masalah baru dialami tuan putri.
5. Xm: Putri berusaha menghalang masalahnya.
6. Pd: Pahlawan mengalami kemalangan.
7. Pw: Pahlawan palsu menikah.
8

8. ϒx: Satu larangan diucapkan kepada pahlawan palsu.


9. δx: Larangan dilanggar pahlawan palsu.
10. B↓: Korban (anggota keuarga) pulang.
11. aF: Peristiwa perantara pahlawan memperoleh kekuatan sakti.

DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, James. 2007. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Endraswara, Suwardi. 2013. Folklor Nusantara; Bentuk, Hakikat, dan Fungsi.
Yogyakarta: Penerbit Ombak
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi,Model,
Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Pradopo Rahmat Djoko. 2007 .Beberapa teori sastra metode kritik dan
penerapanya. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Propp, V. 1987. Morfologi Cerita Rakyat  (terjemahan Noriah Taslim). Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa Pustaka.
Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya

Anda mungkin juga menyukai