Anda di halaman 1dari 12

IMPLIKATUR PADA WACANA IKLAN RADIO

DI SEMARANG
Dian Bayu Betaringsih*,Haryadidan Deby Luriawati N.**
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Semarang Indonesia
dianbayubetaringsih@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengindentifikasi sumber
implikatur dan jenis-jenis implikatur yang terdapat pada wacana iklan radio di
Semarang. Kajian pragmatik tentang implikatur berkaitan dengan bahasa
lisan.Bahasa lisan dipakai dalam membuat iklan yang ditayangkan atau disiarkan
melalui radio yang berupa tuturan bahasa.Penelitian ini menggunakan pendekatan
teoretis yaitu pragmatik dan metodologis yaitu deskriptif kualitatif.Penelitian
dilakukan dengan metode simak dengan teknik rekam dan catat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sumber implikatur yang terdapat pada wacana iklan radio di
Semarang berupa pelanggaran terhadap prinsip kerja sama yang meliputi bidal
kuantitas, bidal kualitas, bidal relevansi, bidal cara dan pelanggaran terhadap
prinsip kesantunan yang meliputi bidal ketimbangrasaan, bidal kemurahhatian,
bidal keperkenaan, bidal kerendahhatian, bidal kesetujuan, bidal kesimpatian.
Adapun jenis-jenis implikatur yang ditemukan yaitu (1) implikatur representatif
menunjukkan, meyakinkan, dan menyatakan, (2) implikatur direktif menyuruh
dan mengajak, (3) implikatur ekspresif menyindir dan membandingkan, (4)
implikatur komisif berjanji dan mengancam, dan (5) implikatur deklarasi atau
isbati melarang.
Kata kunci: implikatur; wacana iklan radio; tuturan bahasa

Abstract
The aim of this study are to describe and identify sources of implicature and other
types of implicatures contained in radio advertising discourse in Semarang.
Pragmatic study of implicatures related to oral language. Oral language used to
create an ad that aired or broadcast over the radio in the form of speech language.
This study uses a theoretical approach that is pragmatic and methodological study,
qualitative of descriptive. This study carried out by recording and taking note
techniqie. From the results of this research is that the source implicatures
contained in the discourse of radio ads in Semarang be a violation of the principle
of cooperation which include maxim of quantity, maxim of quality, maxim of
relevance, maxim of manner and violation of the principle of politeness which
include maxim of tact, maxim of generosity, maxim of approbation, maxim of
humility, maxim of agreement and maxim of sympathy. The types of implicatures
that found are (1) representative implicature; shows, convingcinly, stated (2)
directive implicature; order and invite (3) expressive implicature; quip and
compare (4) commissive implicature; promise and threaten and (5) declaration
implicature.
Keywords: Implicature; Radio advertisement’s discourse, Speech language

*Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia


**Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
PENDAHULUAN
Bahasa mempunyai peranan penting bagi manusia yaitu sebagai alat komunikasi
untuk menyampaikan pendapat, maksud, ide, gagasan, dan sebagainya.Sehingga
Samsuri (dalam Oka dan Suparno 1994:34) menyatakan bahasa tidak terpisahkan
dari manusia dan mengikuti manusia dalam setiap kegiatannya.Salah satu bentuk
kegiatan manusia yang tidak lepas dari penggunaan bahasa yaitu bidang
periklanan.Iklan merupakan bentuk komunikasi nonpersonal melalui beragam
media yang dibayar oleh perusahaan, organisasi nonprofit dan individu-individu
dengan menggunakan pesan iklan yang diharapkan dapat menginformasikan atau
membujuk kalangan tertentu yang membaca pesan tersebut (Tamburaka 2013:96).
Media yang digunakan dalam penyampaian iklan meliputi media cetak dan media
elektronik.Hal tersebut yang diungkapkan Widyatama (2007:76) bahwa
berdasarkan media yang digunakan iklan dapat dibagi menjadi dua yaitu iklan
cetak dan iklan elektronik.Iklan cetak dibuat dan dipasang dengan menggunakan
teknik cetak sedangkan iklan elektronik merupakan iklan yang menggunakan
media elektronik sebagai tempat pemasangan iklan tersebut. Iklan cetak meliputi
iklan yang dipasarkan melalui suratkabar, majalah, tabloid, baliho, poster, dll.
Adapun iklan elektronik meliputi iklan yang dipasarkan melalui media elektonik
yaitu radio maupun televisi.Kedua media tersebut baik cetak dan elektronik
mempunyai peranan tersendiri dalam memikat konsumen.Salah satu media yang
masih digunakan untuk pemasaran iklan hingga saat ini ialah media radio.
Pada hakikatnya radio adalah teknologi yang digunakan untuk mengirim sinyal
dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik)
(Oramahi 2012:120). Iklan radio merupakan suatu wujud komunikasi lisan yang
disampaikan seseorang kepada khalayak ramai dengan tujuan untuk menarik
perhatian khalayak terhadap sebuah produk atau jasa yang ditawarkan.Radio yang
masih ada hingga saat ini membuktikan bahwa masih adanya peminat atau
pendengar radio sehingga eksistensi radio tetap dipertahankan meskipun teknologi
terus berkembang.
Iklan di radio merupakan salah satu jenis wacana yaitu wacana persuasif. Wacana
persuasif merupakan wacana yang mempunyai fungsi untuk mempersuasi atau
membunjuk (Baryadi 2002:14).Sebagai wacana persuasif yang bersifat
membujuk, iklanmemiliki fungsi yang penting dalam hubungan antara produsen
dengan konsumen dalam menawarkan barang dan jasa.Melalui sebuah iklan,
produsen dapat menawarkan produk maupun jasanya dengan mudah dan praktis.
Dalam pembuatan iklan produsen, pembuat iklan sering memanfaatkan tuturan
yang mengandung implikatur. Implikatur adalah proposisi atau peryataan
implikatif yaitu apa yang mungkin diartikan, diisyaratkan, atau dimaksudkan oleh
penutur di dalam suatu percakapan (Grice dan Gadzar dalam Rustono
1999:77).Implikatur terjadi akibat adanya pelanggaran terhadap prinsip
percakapan yaitu prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan(Rustono1999:82).
Prinsip kerja sama adalah prinsip percakapan yang membimbing pesertanya agar
dapat melakukan pecakapan secara kooperatif dan dapat menggunakan bahasa
secara efektif dan efisien di dalam melakukan percakapan (Rustono
2000:6).Adapun prinsip kesantunan merupakan prinsip percakapan yang
berkenaan dengan aturan tentang hal-hal yang bersifat sosial, estetis, dan moral di
dalam bertindak tutur pada waktu melakukan percakapan (Rustono
2000:7).Implikatur atau maksud tersirat yang digunakan dalam tuturan iklan
dibuat untuk membandingkan satu produk dengan produk lain. Selain itu,
implikatur juga berfungsi untuk memengaruhi konsumen agar membeli atau
menggunakan produk atau jasa yang diiklankannya
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini ialah jenis-jenis dan sumber implikatur
yang terdapat pada wacana iklan radio di Semarang. Tujuan dari penelitian ini
ialah mendeskripsikan dan mengidentifikasi jenis-jenis dan sumber implikatur
yang terdapat pada wacana iklan radio di Semarang.
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan secara teoretis
dan metodologis.Secara teoretis, penelitian ini menggunakan pendekatan
pragmatis dan secara metodologis menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif.Bogdan dan Tylor (dalam Moleong 1989:3) mendefinisikan pendekatan
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.Sumber data penelitian ini ialah wacana iklan.Adapun data penelitian ini
berupa penggalan wacana iklan yang diasumsikan mengandung implikatur.
Metode pengumpulan data penelitian ini yaitu metode simak dengan metode
rekam dan teknikcatat yakni mencatat dalam kartu data yang telah dibuat.Metode
analisis data menggunakan metode heuristik dan metode normative.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan jenis-jenis implikatur yang ditemukan pada
wacana iklan radio di Semarang berupa (1) implikatur representatif menunjukkan,
meyakinkan, dan menyatakan, (2) implikatur direktif menyuruh dan mengajak, (3)
implikatur ekspresif menyindir dan membandingkan, (4) implikatur komisif
berjanji dan mengancam, dan (5) implikatur deklarasi. Adapun sumber implikatur
pada wacana iklan radio di Semarang yaitu (1) pelanggaran prinsip kerja sama
yang meliputi empat bidal yaitu bidal kuantitas, kualitas, relevansi, dan cara, (2)
pelanggaran prinsip kesantunan yang meliputi enam bidal yaitu bidal
ketimbangrasaan, bidal kemurahhatian, bidal keperkenaan, bidal kerendahhatian,
bidal kesetujuan, dan bidal kesimpatian.
Jenis-Jenis Implikatur pada Wacana Iklan Radio di Semarang
Implikatur yang ditemukan pada wacana iklan radio di Semarang yaitu jenis
implikatur menurut fungsi pragmatis tersiratnya. Berdasarkan fungsi pragmatis
tersiratnya, jenis implikatur yang ditemukan pada wacana iklan radio di Semarang
meliputi implikatur representatif menunjukkan, meyakinkan, dan menyatakan;
implikatur direktif menyuruh dan mengajak; implikatur ekspresif menyindir dan
membandingkan; implikatur komisid berjanji dan mengancam; dan implikatur
deklarasi.
Berikut contoh penggalan wacana iklan radio di Semarang yang termasuk
dalam jenis implikatur representatif menunjukkan.
KONTEKS : A SEORANG ISTRI SEDANG MEMINTA KEPADA B
SUAMINYA UNTUK DIAJAK BERLIBUR KE LUAR
PULAU
A : Mamah cuma pengen ke Karimun Jawa
Boleh ya Pah?
B : Iya iya
Entar kita nginepnya di The Season Hotel ya Mah?
Di Karimun Jawa juga ada kok. Soal fasilitas dan
pelayanan wah gak usah diragukan lagi deh

Tuturan B mengandung implikatur yang terjadi akibat pelanggaran prinsip kerja


sama bidal kuantitas, yaitu implikatur representatif. Pada tuturan tersebut
menunjukkan bahwa “The Season Hotel” telah dibuka di Karimun Jawa dengan
fasilitas yang bagus dan lengkap.Implikatur tersebut tersirat di dalam tuturan B
yang berfungsi pragmatis bertanya.Tindakan bertanya tersebut termasuk subfungsi
direktif.Maksud yang ingin disampaikan oleh penutur B kepada mitra tuturnya
atau dalam konteks wacana ini yaitu para konsumen adalah untuk menunjukkan
bahwa sekarang telah di buka The Season Hotel yang sebelumnya tidak ada di
Karimun Jawa.Pengiklan ingin menunjukkan bahwa produknya telah memiliki
beberapa cabang yang tersebar di beberapa tempat.Melalui tuturan tersebut,
pengiklan ingin mengajak konsumen untuk mengunjungi produknya yang telah
memiliki beberapa cabang, serta ingin membuat konsumen percaya bahwa
produknya banyak dipilih oleh masyarakat.
Berikut ini contoh penggalan wacana iklan radio di Semarang yang termasuk
dalam jenis implikatur direktif menyuruh.
KONTEKS : A SEDANG BERBINCANG-BINCANG DENGAN B.
A MEMBERITAHUKAN KEKECAWAANNYA
KEPADA B SAAT MENGETAHUI PERUMAHAN
YANG AKAN DIBELINYA SUDAH HABIS
TERJUAL
A : Eh tahu gak?
Waktu itu aku datang ke grand louncingnya Astra Agara.
Rumahnya bagus deh, tapi sayang dalam dua hari itu
rumahnya sold 100%.Aku gak kebagian unitnya
B : Eh jangan khawatir
Lihat nih iklannya di majalah
Kota Harapan Indah buka cluster tahap 2 dan serunya
lagi Kota Harapan Indah buka cluster Atara. Beli rumah
bisa berhadiah rumah loh!
A : Wah keren banget. Aku berkesempatan dapat 2 rumah
dong?
B : Iya dong
Tuh uang mukanya hanya 20% bisa dicicil 2 tahun dan
tanpa bunga
Tunggu apa lagi? Nanti kehabisan lagi loh
Implikatur direktif yang terjadi pada tuturan “Tunggu apa lagi?Nanti kehabisan
lagi loh”, pada penggalan wacana iklan di atas termasuk dalam jenis implikatur
direktif menyuruh.Suruhan implikatif B itu dimaksudkan agar mitra tuturnya
segera membeli rumah di Kota Harapan Indah.Implikatur direktif yang tersirat
dari tuturan B berfungsi sebagai pragmatis bertanya.Melalui tuturan bertanya
tersebut, penutur mempunyai maksud agar mitra tuturnya melaksanakan apa yang
dimaksudkan.selain itu, melalui tuturan bertanya tersebut, pengiklan ingin
mengajak para pendengar atau konsumen untuk segera membeli rumah di Kota
Harapan Indah karena jika penutur tidak segera membeli maka rumah tersebut
akan segera habis terjual.
Berikut ini contoh jenis implikatur deklarasi atau isbati dengan wujud
melarang yang ditemukan pada penggalan wacana iklan radio di Semarang.

KONTEKS : PADA SAAT DI RUMAH SAKIT B YANG SEDANG


MEROKOK DITEGUR OLEH B
A : Enak ya merokok?
B : (tertawa)
A : Tahu kan ini di rumah sakit?
B : Habisnya daripada nunggu lama
A : Jangan gitu dong
Setiap orang berhak akan udara bersih dan menikmati
udara bebas dari asap rokok

Implikatur deklarasi atau isbati yang terjadi pada tuturan “Tahu kan ini di
rumah sakit?”, pada penggalan wacana iklan di atas termasuk dalam jenis
implikatur deklarasi atau isbati melarang. Implikatur deklarasi atau isbati
melarang tersebut yaitu melarang kepada mitra tuturnya untuk tidak merokok di
rumah sakit. Peryataan implikatif tuturan A pada penggalan wacana iklan di atas
dituturkan A secara tersirat dalam tuturannya yang berfungsi bertanya. Maksud
yang ingin disampaikan melalui tuturan dalam iklan layanan masyarakat tersebut
ialah larangan kepada masyarakat untuk tidak merokok di tempat umum seperti
rumah sakit, tempat ibadah, sekolah, dan lain-lain.Apabila ingin merokok maka
wajib menggunakan fasilitas area khusus merokok.

Sumber Implikatur pada Wacana Iklan Radio di Semarang


Implikatur percakapan itu timbul atau terjadi sebagai akibat terjadinya
pelanggaran terhadap prinsip percakapan (Rustono 1999:82). Dengan peryataan
lain bahwa sumber implikatur terjadi karena pelanggaran prinsip percakapan yang
meliputi prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan.
a. Pelanggaran Prinsip Kerja Sama
Grice (dalam Rustono 2000:44) mengemukakan prinsip kerja sama yang
berbunyi buatlah sumbangan percakapan Anda seperti yang diinginkan pada saat
berbicara, berdasarkan tujuan percakapan yang disepakati atau arah percakapan
yang sedang Anda ikuti. Pelanggaran prinsip kerja sama yang ditemukan pada
wacana iklan radio di Semarang berupa pelanggaran bidal kuantitas, bidal
kualitas, bidal relevansi, dan bidal cara.
Berikut ini contoh penggalan wacana iklan radio di Semarang yang melanggar
prinsip kerja sama bidal kuantitas.
KONTEKS : B SEORANG KEPALA CABANG DI MEDAN
MELAKUKAN PANGGILAN VIDEO CALL
KEPADA A UNTUK MEMASTIKAN FILE YANG
DIKIRIMNYA TELAH DITERIMA OLEH A
A :Hallo pak Anwal
Ada yang bisa saya bantu Pak?
B : Oh begini Bapak, saya sudah kirim file untuk tender
bulan depan.Saya juga sudah ataksfile tapi lumayan
besar
A : Oh sudah saya terima Pak. Tenang aja, jaringan
internet saya kanpakek Data Utama, jaringannya
stabil so cure dan readble. Selain itu, untuk proyek
apartemen di dekat bandara, kita juga rencananya
akan pakai Data Utama Net yang punya sistem
tripel play, jaringan infrastuktur untuk hotel,
apartemen, dan juga office gulding.Hanya dengan
menggunakan satu kabel bisa digunakan untuk jaringan
data, telepon, sampai TV kabel.

Tuturan “Oh sudah saya terima Pak. Tenang aja, jaringan internet saya kan
pakek Data Utama, jaringannya stabil …” dikatakan melanggar prinsip kerja
sama bidal kuantitas karena penutur A memberikan konstribusi percakapan yang
berlewah atau berlebihan. Konstribusi yang disumbangkan oleh A di dalam
penggalan wacana iklan itu tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh B yaitu
terlalu banyak atau berlebihan. Sementara itu, B memberikan sedikit konstribusi
terhadap berlangsungnya percakapan itu.Tuturan B yang bertanya kepada A
mengenai file yang dikirimnya dijawab oleh A dengan tuturan yang berlebihan,
yaitu dengan memberikan alasan file telah diterima karena jaringan internet yang
digunakan oleh A lancar dan bagus sehingga B tidak perlu khawatir. Oleh karena
itu, tuturan yang diberikan oleh A terhadap B dianggap melanggar prinsip kerja
sama bidal kuantitas. Jika tuturan A itu hanya berbunyi “Sudah saya terima,
Pak”tuturan itu tentu tidak melanggar bidal kuantitas karena konstribusi itu
memadai.
Berikut ini contoh penggalan wacana iklan radio di Semarang yang melanggar
prinsip kerja sama bidal kualitas.
KONTEKS :A MERASA KEBINGUNGAN MEMILIH
PERGURUAN TINGGI YANG SESUAI DENGAN
CITA-CITANYA MENJADI SEORANG GURU, LALU
IA PUN BERTANYA KEPADA B KAKAKNYA
A :Iya tapi, giliran udah lulus, aku bingung Kak
Enaknya masuk perguruan tinggi negeri yang mana ya
kak?
B :Loh tujuan kamu kanudah jelas Mel. Satu-satunya
perguruan tinggi yang konsisten mencetak guru
handal, ya hanya di IKIP Veteran Semarang

Tuturan B yang mengatakan “Satu-satunya perguruan tinggi yang konsisten


mencetak guru handal, ya hanya di IKIP Veteran Semarang” ,tidak dapat
dibuktikan kebenarannya atau tidak memiliki bukti yang memadai untuk
mengatakan bahwa hanya IKIP Veteran Semarang merupakan satu-satunya
perguruan tinggi yang dapat menghasilkan lulusan guru-guru yang handal. Hal
tersebut dikarenakan banyak perguruan tinggi swasta maupun negri di Semarang
yang memiliki tujuan sama dengan IKIP Veteran Semarang yaitu menghasilkan
guru-guru yang handal dan kompeten. Dengan mengatakan “hanya IKIP Veteran
Semarang” tuturan tersebut dikatakan melanggar bidal kualitas. Karena tidak
benar dan tidak didukung oleh bukti, tuturan B di dalam penggalan wacana iklan
di atas data 60 melanggar prinsip kerja sama bidal kualitas. Seandainya tuturan B
berbunyi “Daftar di IKIP Veteran Semarang Mel”tuturan itu tidaklah melanggar
bidal kualitas karena memang terdapat salah satu perguruan tinggi swasta bernana
IKIP Veteran Semarang yang membuka prodi kependidikan.
b. Pelanggaran Prinsip Kesantunan
Prinisp kesantunan berkenaan dengan aturan tentang hal-hal yang bersifat sosial,
estetis, dan moral di dalam tindak bertutur (Grice dalam Rustono 1999:61).
Pelanggaran prinsip kesantunan yang ditemukan pada wacana iklan radio di
Semarang meliputi pelanggaran bidal ketimbangrasaan, bidal kemurahhatian,
bidal keperkenaan, bidal kerendahhatian, bidal kesetujuan, dan bidal kesimpatian.
Berikut ini contoh penggalan wacana iklan radio di Semarang yang
mengandung pelanggaran prinsip kesantunan bidal ketimbangrasaan.
KONTEKS :A SEDANG MENGERJAKAN TUGAS
MENGGUNAKAN LAPTOPNYA. TIBA-TIBA
LAPTOP YANG DIGUNAKANNYA MATI
A : Yah ngehang
B : Direfresh dulu aja, sambil dengerin ini nih Daun Salam
pasti bikin adem
Nah beres kan?
Komputer aja butuh direfresh, kita juga dong…
Gak perlu kemana-mana, dengerin aja Daun Salam di
Jey Fm

Tuturan “Komputer aja butuh direfresh, kita juga dong…Gak perlu kemana-
mana, dengerin aja Daun Salam di Jey FM”, dikatakan melanggar prinsip
kesantunan bidal ketimbangrasaan karena tuturanya tidak meminimalkan biaya
kepada pihak lain. Dengan memerintah B untuk merefresh dan A dilarang pergi
kemana-mana hanya diperintah mendengar program radio di Jey FM, tuturan B
tersebut melanggar bidal ketimbangrasaan terutama bidal pertama yaitu
meminimalkan biaya kepada pihak lain. Seandainya tuturan B berbunyi
“Komputer saja butuh direfresh sama dengan kita, salah satu caranya
mendengarkan Daun Salam di Jey FM”, maka tuturan tersebut tidak melanggar
prinsip kesantunan bidal ketimbangrasaan karena tuturan itu memaksimalkan
keuntungan kepada pihak lain dan meminimalkan biaya kepada pihak lain.
Dengan memberikan banyak pilihan kepada mitra tuturnya maka tuturan tersebut
mematuhi prinsip percakapan khususnya prinsip kesantunan.
Berikut ini contoh penggalan wacana iklan radio di Semarang yang
mengandung pelanggaran prinsip kesantunan bidal kemurahhatian.
KONTEKS : B YANG MELIHAT A SEDANG MENGELUH
KARENA TENGGOROKANNYA TERASA TIDAK
ENAK. MELIHAT HAL ITU KEMUDIAN B
MENAWARKAN KEPADA A UNTUK MEMBELI
PERMEN
A : Gak tahu nih tenggorakanku gak nyaman, kering, juga
gatal
B : Nih permen woods bisa menyegarkan dan melegakan
tenggorokan dan sekarang ada varian yang baru loh.
Wood likorais dengan kandungan akar manis dan buah
kome
A : Hemmm ah…tenggorakan lega woods likoraisnya beli
dimana nih?
B : Di alfamart
Sini aku yang beliin permen woods likoraisnya
soalnya lagi ada kuis kirim struk likorais. Opps

Tuturan “Di alfamart. Sini aku yang beliin permen woods likoraisnya soalnya
lagi ada kuis kirim struk likorais. Opps”, melanggar bidal kemurahhatian karena
tuturannya tidak memaksimalkan keuntungan kepada pihak lain. Dengan
mengatakan tuturan tersebut yaitu memintanya menyerahkan uang agar B dapat
membelikan permen woods untuk A, maka tuturan A melanggar bidal
kemurahhatian. Tuturannya itu tidak memaksimalkan keuntungan kepada pihak
lain karena jika B yang membeli permen woods di Alfamart maka yang
berkesempatan mendapatkan hadiah adalah B. Jika B mengatakan “Saya belikan
permennya di Alfamart”, maka tuturan tersebut tidak melanggar prinsip
kesantunan bidal kemurahhatian.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa jenis-jenis
implikatur yang ditemukan pada wacana iklan radio di Semarang berupa
implikatur representative menunjukkan, meyakinkan, dan menyatakan; direktif
meyuruh dan mengajak; ekspresif meyindir dan membandingkan; komisif
berjanji dan mengancam; dan deklarasi/isbati melarang. Adapun sumber
implikatur pada wacana iklan radio di Semarang berupa pelanggaran prinsip kerja
sama dan prinsip kesantunan. Pelanggaran prinsip kerja sama meliputi
pelanggaran bidal kuantitas, bidal kualitas, bidal relevansi, dan bidal cara.
Pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi pada wacana iklan radio di Semarang
meliputi pelanggaran bidal ketimbangrasaan, bidal kemurahhatian, bidal
keperkenaan, bidal kerendahhatian, bidal kesetujuan, dan bidal kesimpatian.
Adapun
Saran
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan uraian pada bab-bab sebelumya,
ada beberapa saran yang diberikan antara lain (1) pengiklan atau produsen
sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan memperhatikan
kesantunan berbahasa dalam pembuatan iklan tersebut, (2) pendengar atau
konsumen hendaknya memperhatikan maksud yang ingin disampaikan pengiklan
dan memperhatikan lebih saksama kualitas dan kebenaran dari produk yang
ditawarkan, dan (3) para peneliti bahasa diharapkan menjadikan penelitian ini
sebagai referensi untuk dikembangkan lebih lanjut agar penelitian ini menjadi
lebih sempurna dan diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
penggunaan bahasa di radio baik dari kajian pragmatik atau kajian bahasa lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Baryadi, Pratomo. Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa.
Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli.

Leech, Geoffrey. 1993.Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan M.D.D. Oka.


Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Oka dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Oramahi, Hasan Asy’ari. 2012. Jurnalistik Radio: Kiat Menulis Berita Radio.
Jakarta: Erlangga.

Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press.

_______. 2000. Implikatur Tuturan Homor. Semarang: IKIP Semarang Press.


Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa, Pengantar Penelitian
Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.

Tamburaka, Apriadi. 2013. Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media


Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Widyatama, Rendra. 2007. Pengantar Periklanan. Yogyakarta: Pustaka Book

Anda mungkin juga menyukai