Anda di halaman 1dari 21

PILIHAN BAHASA DALAM PROSES PEMBELAJARAN KELAS IV DI

MADRASAH IBTIDAIAH AL – ISLAM MANGUNSARI 02

Adi Riyanto* dan Fathur Rokhman dan Wagiran**

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Negeri Semarang

adiriyanto.unnes@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud dari pilihan bahasa dan
faktor penyebab terjadinya pilihan bahasa di Madrasah Ibtidaiah Al-Islam
Mangunsari 02.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
sosiolinguistik dan deskriptif kualitatif.Data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa penggalan tuturan dari guru dan siswa.Pengumpulan data dilakukan dengan
melalui metode simak.Data yang didapatkan kemudian dianalisis menggunakan
metode padan fonetis artikulatoris karena mengidentifikasi bunyi-bunyi
bahasa.Metode padan digunakan karena sebagian data berupa bahasa Jawa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pilihan bahasa guru dan siswa dalam proses
pembelajaran kelas IV di Madarasah Ibtidaiah Al-Islam Mangunsari 02 terdapat tiga
variasi, yaitu tunggal bahasa, alih kode, dan campur kode. Wujud tunggal bahasa
dapat berupa bahasa Jawa dengan ragam ngoko, bahasa Indonesia dengan ragam
usaha dan ragam santai, bahasa Inggris, dan bahasa Arab. Kemudian, untuk wujud
alih kode dapat berupa, (1) bahasa Indonesia yang beralih ke bahasa Jawa, (2) bahasa
Jawa yang beralih ke bahasa Indonesia, (3)bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, (4)
bahasa Jawa ke bahasa Inggris, dan (5) bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Sementara
itu, wujud campur kode, yaitu (1) campur kode bahasa Indonesia dan bahasa Jawa,
(2) campur kode bahasa Jawa dan bahasa Arab, (3) campur kode antara bahasa
Indonesia dan bahasa Arab (4) campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris, (5) campur kode antara bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Arab, dan
(6) campur kode antara bahasa Jawa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pilihan
bahasa dipengaruhi oleh beberapa faktor: (a) latar (waktu dan tempat) dan situasi, (b)
partisipan dalam interaksi, (c) topik percakapan, dan (d) fungsi interaksi.

Kata Kunci:Pilihan Bahasa, Variasi Tunggal Bahasa, Alih Kode, dan Campur Kode
*Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
** Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Abstract
This study aims to describe the form of choice of language and factors causing
the choice of language in Madrasah Ibtidaiah Al - Islam Mangunsari 02. This
research was conducted by using the approach of sociolinguistic and descriptive
qualitative. The data used in this research is a splitting of speech from teachers and
students. Data collection is done by using the method refer. The data obtained were
then analyzed using the articulator phonetic match method for identifying the sounds
of the language. The Padan method is used because some of the data is in the Java
language. The results showed that the choice of language of teachers and students in
the process of learning grade IV in Madarasah Ibtidaiah Al-Islam Mangunsari 02
there are three variations, namely single language, code transfer, and mix code. A
single form of language can be a Javanese language with a variety of ngoko,
Indonesian language with a variety of business and casual variety, English, and
Arabic. Then, for the form of transfer of code can be, (1) Indonesian language
switching to Java language, (2) Java language that switches to Indonesian, (3)
Indonesian to English, (4) Java language to English, and (5) Arabic to Indonesian.
Meanwhile, mixed codes of Indonesian and Javanese languages, (2) mix the code of
Javanese and Arabic languages, (3) mix code between Indonesian and Arabic
languages (4) mix code between the Indonesian language and English, (5) mix code
between Javanese, Indonesian, and Arabic, and (6) mix code between Javanese,
Indonesian and English. The choice of language is influenced by several factors: (a)
the background (time and place) and situation, (b) the participant in the interaction,
(c) the topic of the conversation, and (d) the interaction function.
Keywords: Choice ofLanguage, Code Switching, Mix Code

PENDAHULUAN

Chaer dan Agustina (2010:14) mengungkapkan bahwa bahasa adalah alat


untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, alat untuk menyampaikan pikiran,
gagasan, konsep, atau juga perasaan.Fungsi bahasa yang paling utama adalah sebagai
sarana komunikasi.Setiap anggota masyarakat dan komunitas selalu terlibat dalam
komunikasi bahasa, baik bertindak sebagai penutur maupun sebagai mitra tutur. Jika
bertolak pada fungsi dari bahasa yaitu bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau
berkomunikasi, maka penggunaan bahasa meliputi seluruh ranah kehidupan manusia,
baik di bidang pendidikan, ekonomi, perdagangan, kebudayaan, politik, hukum,
maupun bidang-bidang kehidupan yang lain. Keberagaman penggunaan bahasa dalam
kehidupan menyebabkan munculnya ragam bahasa.Setiap ragam bahasa memiliki ciri
khas tersendiri.

Dunia pendidikan merupakan lembaga resmi yang bertujuan untuk


mencerdaskan bangsa dan negara. Melalui pendidikan taraf kehidupan bermasyarakat
akan lebih baik. Pendidikan berlandaskan UUD 1945 berfungsi untuk membangun
pengetahuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, berakhalak mulia, sehat, berilmu, mandiri, dan menjadi warga negara yang
bertanggung jawab. Kemajuan suatu bangsa dapat dinilai dengan tingkat pendidikan
bangsa itu sendiri. Jadi pendidikan merupakan hal yang penting yang harus kita
tingkatkan demi memajukan suatu bangsa

Madrasah Ibtidaiah merupakan jenjang sekolah dasar pada pendidikan formal


di Indonesia.Madrasah ibtidaiah adalah sekolah dengan latar belakang ilmu
agama.Sekolah dasar ditempuh dalam waktu normal enam tahun, dari kelas satu
sampai kelas enam.Rata-rata siswa madrasah ibtidaiah kisaran umur enam sampai dua
belas tahun, pada masa ini merupakan masa tahap pembelajaran dasar anak, salah
satunya adalah belajar berkomunikasi.Siswa madrasah ibtidaiah khususnya kelas
empat dalam berkomunikasi melalui bahasa kedua masih terbatas.
Penelitian ini fokus dalam pembelajaran kelas empat madarasah
ibtidaiah.Peneliti tidak acak dalam memilih kelas sebagai objek penelitian, peneliti
sebelumnya telah melakukan penelitian kecil untuk menentukan kelas sebagai objek
penelitian.Peneliti memilih kelas empat sebagai objek karena siswa kelas empat lebih
aktif dalam interaksi. Guru dan siswa kelas empat menggunakan bahasa yang tidak
monoton ketika proses pembelajaran. Ada beberapa bahasa yang digunakan dalam
proses pembelajaran diantaranya bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan
bahasa Arab. Perbedaan yang menonjol dari kelas lain adalah tingkat keakraban siswa
dan guru. Siswa kelas empat memiliki keakraban yang tinggi dengan gurunya, hal
tersebut dapat terbukti dengan keaktifan siswa berinteraksi dengan guru. Selain itu,
penanda lain dari keakraban guru dan siswa adalah melalui bahasa yang digunakan
oleh guru dan siswa. Bahasa yang digunakan guru dan siswa cenderung
menggunakan bahasa daerah.
Penelitian ini menarik karena dalam dunia pendidikan pemerolehan bahasa
Indonesia anak sebagai bahasa resmi masih terbatas. Guru dan siswa dituntut
menggunakan bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran di kelas. Namun hal
tersebut tidak terwujud dalam kenyataan.Siswa dan guru lebih dominan
menggunakan bahasa daerah dan bahasa ibu dalam berkomunikasi. Kebiasaaan
tersebut menyebabkan guru dan siswa cenderung menggunakan bahasa daerah
mereka, termasuk dalam proses pembelajaran. Guru dan siswa melakukan pilihan
bahasa untuk memperlancar proses komunikasi, sehingga dalam proses pembelajaran
ditemukan wujud pilihan bahasa yaitu berupa tunggal bahasa, alih kode, dan campur
kode.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan teoretis dan pendekatan


metodologis.Pendekatan teoretis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan sosiolinguistik.Pendekatan sosiolinguistik merupakan pendekatan
penelitian yang digunakan untuk mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan
teori-teori tentang bahasa dalam penggunaannya di masyarakat.Sosiolinguistik adalah
pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan (Nababan dalam Chaer dan
Agustina 2010:4).Bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa, melainkan dilihat
atau didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat.

Pendekatan metodologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah


pendekatan deskriptif kualitatif.Pendekatan deskriptif kualitatif merupakan
pendekatan penelitian yang semata-mata berdasarkan pada fakta yang ada pada
penutur bahasa. Penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian ini adalah prosedur
penelitian dengan hasil sajian data deskripsi berupa wujud kode bahasa dan faktor
pemilihan bahasa pada proses pembelajaran di Madrasah Ibtidaiah Al –Isalam
Mangunsari 02.Menurut Moleong (2012:6) penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya, secara
holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Selanjutnya, Moleong (2012:11) mengatakan bahwa penelitian deskriptif


kualitatif data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-
angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkingan menjadi kunci
terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi
kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

Dalam analisis data penelitian ini menggunakan metode padan.Padan


merupakan kata yang bersinonim dengan kata banding dan sesuatu yang
dibandingkan mengandung makna adanya keterhubungan sehingga padan di sini
diartikan sebagai hal menghubung bandingkan (Mahsun 2011:117).Menurut
Sudaryanto (2015:15) metode padan merupakan metode dengan menghubungkan
masalah bahasa dengan hal yang berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian
dari bahasa (language) yang bersangkutan. Atas dasar macam alat penentunya,
metode padan dibedakan menjadi lima subjenis, yaitu metode padan referensial,
fonetis artikulatoris, translasional, ortografis, dan pragmatis. Metode padan
referensial adalah metode padan yang alat penentunya berupa referens
bahasa.Referens bahasa adalah kenyataan atau unsur luar bahasa yang ditunjuk satuan
kebahasaan (Kesuma 2007:48).Metode padan fonetis artikulatoris adalah metode
padan yang alat penentunya berupa organ pembentuk bahasa atau organ wicara
(Sudaryanto 2015:15). Metode padan translasional adalah metode padan yang alat
penentunya bahasa lain. Bahasa lain yang dimaksud adalah bahasa di luar bahasa
yang diteliti (Kesuma 2007:49). Metode padan ortografis adalah metode padan yang
alat penentunya berupa bahan tulis (Kesuma 2007:49).Metode padan pragmatis
adalah metode padan yang alat penentunya lawan atau mitra wicara (Kesuma
2007:49).Berdasarkan beberapa jenis metode padan tersebut, peneliti menggunakan
subjenis fonetis artikulatoris pada penelitian, karena mengidentifikasi bunyi bunyi
bahasa.

Selanjutnya, data yang sudah terkumpul dikelompokkan ke dalam pilihan


bahasa tertentu yang telah dipilih oleh guru dan siswa di Madrasah Ibtidaiah Al-Islam
Mangunsari 02.Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.

1. Data yang diperoleh dicatat dalam kartu data.


2. Memilah data yang berupa pilihan bahasa guru dan siswa di Madrasah
Ibtidaiah Al-Islam Mangunsari 02, yang termasuk menggunakan tunggal
bahasa, alih kode, dan campur kode.
3. Mengidentifikasi sebab-sebab yang melatarbelakangi pilihan bahasa guru
dan siswa di Madrasah Ibtidaiah Al-Islam Mangunsari 02

Hasil analisis data dipaparkan dalam bentuk uraian yang berisi pilihan bahasa
guru dan siswa dan faktor-faktor yang melatarbelakangi pilihan bahasa guru dan
siswa di Madrasah Ibtidaiah Al-Islam Mangunsari 02.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Wujud pilihan bahasa di Madrasah Ibtidaiah Al-Islam Mangunsari 02 berupa


wujud tunggal bahasa, alih kode, dan campur kode.Bahasa yang digunakan oleh guru
dan siswa sehari-hari meliputi bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Inggris, dan
bahasa Arab.Bahasa Indonesia terdiri atas beberapa ragam bahasa yaitu, ragam usaha
dan ragam santai, sedangkan bahasa Jawa terdiri atas ragam ngoko alus, ngoko lugu,
krama lugu dan krama alus.
Tunggal Bahasa

Variasi tunggal bahasa dapat terjadi ketika pada peristiwa tutur tersebut
menggunakan satu bahasa dan tidak tersisipi bahasa lain. Penelitian ini menemukan
wujud pilihan bahasa berupa bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Arab, Bahasa
Inggris. Berikut akan dijabarkan bentuk wujud tunggal bahasa dari data yang telah
ditemukan.

Tunggal Bahasa Indonesia


KONTEKS :GURU SEDANG MENGOREKSI TUGAS MATEMATIKA SISWA
Murid2 : “Bu ini sudah betul?”
[Bʰu ini sudʰah bәtul]
Guru : “Ini berapa kotak?”
[Ini bʰәrapa kotʰa?]
Siswa2 : “Empat Bu”
[әmpat bʰu]
Guru : “Kalau ini empat kotak, sampingnya juga empat kotak
Krisna”
[Kalau ini әmpat kotʰa?, sampiŋña juga әmpat kotʰa?]
(Data No.01)
Setting and Scene Pagi hari di ruang kelas dengan suasana
yang tenang
Participants Guru dan siswa
End: Purpose and Goal Mengoreksi tugas matematika siswa
Act Sequences Guru dan siswa bertutur dengan duduk
Key : tone or spirit of act Siswa dan guru menggunakan intonasi
sedang
Instrumentalities Menggunakan bahasa Indonesia secara
lisan
Norms of interaction and interpretation Percakapan dua arah
Genre Pernyataan dan pertanyaan
Penggalan tuturan tersebut terjadi ketika guru sedang mengoreksi tugas
matematika siswa. Guru dan siswa menggunakan bahasa Indonesia murni dalam
berkomunikasi tanpa tersisipi bahasa lain. Ragam bahasa yang digunakan dalam
penggalan tuturan tersebut adalah ragam usaha (consultative).Ragam usaha
(consultative) merupakan variasi bahasa yang digunakan dalam sesuatu yang tidak
resmi dan juga tidak terlalu santai.Pendapat ini seperti yang dikemukakan oleh Joos
(dalam Chaer dan Agustina 2010:70).Menurutnya ragam usaha (consultative) adalah
ragam bahasa yang sesuai dengan pembicaraan biasa disekolah. Penggalan tuturan
guru dan siswa merupakan tuturan bahasa Indonesia ragam usaha (consultative)
dikarenakan guru menggunakan bahasa Indonesia tanpa tersisipi bahasa lain atau
dialek lain, tuturan tersebut terkesan santai tapi juga tidak resmi, hal ini didukung
dengan suasana kelas yang tenang dan tidak ada tekanan dari pihak ke tiga.
Kemudian juga, guru menggunakan intonasi sedang ketika bertutur. Penggunaan
wujud tunggal bahasa Indonesia oleh guru bertujuan untuk menjelaskan materi
pelajaran dan melatih siswa menggunakan bahasa Indonesia secara fasih ketika
bertutur.

Tunggal Bahasa Jawa


KONTEKS: SEORANG SISWA BERTANYA KEPADA GURU TENTANG SOAL
BAGIAN DUA APAKAH DIKERJAKAN
Siswa :“Pak Pri romloro dikerjake?”
[pa? pʰri bʰagʰian dʰuᵂa dʰikәrjakʰan]
[Pak Pri bagian dua dikerjakan?]
Guru : “Rumsiji didadeke ndsek, ayo dirampungke ndsek”
[rUm sʰijʰi dʰijadʰikan dʰulu, ayᴐ dʰisәlәsʰaikan dʰulu]
[Bagian satu dijadikan dulu, ayo diselesaikan dulu]
Siswa2 : “Wes barPak rom sijine”
[sʰudʰah sәlәsai pa? bʰagʰian sʰatʰuña]
[Sudah selesai pak bagian satunya]
Guru : “Ngenteni seng liyane Bib”
[mәnuŋgu yaŋ lainña bʰib]
[Menunggu yang lainya Bib]

(Data No.04)
Setting and Scene Siang hari di ruang kelas dengan
suasana yang santai
Participants Guru dan siswa
End: Purpose and Goal Bertanya tentang soal
Act Sequences Guru bertutur dengan berdiri dan siswa
bertutur dengan duduk
Key : tone or spirit of act Guru dan siswa menggunakan intonasi
yang sedang
Instrumentalities Menggunakan bahasa Jawa secara lisan
Norms of interaction and interpretation Percakapan dua arah tidak ada tekanan
Genre Pernyataan dan pertanyaan

Peristiwa tutur tersebut terjadi ketika, siswa bertanya kepada guru tentang
soal. Penggalan tuturan guru dan siswa murni menggunakan bahasa Jawa tanpa
tersisipi bahasa lain. Hal ini menandakan bahwa guru dan siswa melakukan pilihan
bahasa berupa wujud tunggal bahasa Jawa ragam ngoko.Penggunaan bahasa Jawa
ragam ngoko digunakan guru dan siswa sebagai wujud dari situasi yang
santai.Dengan situasi santai guru dan siswa lebih memilih menggunakan bahasa Jawa
ragam ngoko karena bahasa keseharian mereka adalah bahasa Jawa.Selain itu
penggunaan bahasa Jawa oleh guru membuat suasana tidak jenuh dan membosankan,
sehingga siswa lebih semangat dalam menuntut ilmu.

Alih Kode
Appel (dalam Chaer dan gustina 2010: 107) mendefinisikan alih kodesebagai
gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi.
KONTEKS : GURU MEMERINTAH SISWA UNTUK SEGERA SHOLAT DUHA
DAN TUGAS YANG DIBERIKAN KEPADA SISWA DIKOREKSI SETELAH
ISTIRAHAT
Guru : “Sudah selesai? kalau belum sholat duha dulu, nanti dikoreksi
setelah istirahat”
[sʰudʰah sәlәsai kalau bәlUm sʰolat dʰuha dʰulu nantʰi dʰikorƐ?sʰi
sәtәlah istʰirʰahat]
[Sudah selesai? Kalau belum solat duha dulu, nanti dikoreksi setelah
istirahat]
Siswa : “Kurang sitik Pak”
[kurʰaŋ sItI? Pa?]
[Kurang sedikit Pak]
Guru : “Wes tekan nomer piro Bib?”
[wes tәkan nᴐmәr pʰirᴐ bib]
[Sudah sampai nomor berapa bib]
Siswa2 : “Wes tekan songo las Pak”
[wes tәkan sᴐŋᴐ las pa?]
[Sudah sampai sembilan belas Pak]
(Data No.07)

Setting and Scene Pagi di ruang kelas dengan yang


suasana santai dan tenang
Participants Guru dan siswa
End: Purpose and Goal Memerintahkan siswa untuk segera
sholat
Act Sequences Guru bertutur dengan berdiri dan siswa
bertutur dengan duduk
Key : tone or spirit of act Guru dan siswa bertutur dengan intonasi
yang sedang
Instrumentalities Menggunakan bahasa indonesia secara
lisan dan bahasa Jawa secara lisan
Norms of interaction and interpretation Percakapan dua arah
Genre Pernyataan dan pertanyaan

Peristiwa tutur tersebut menunjukkan terjadinya alih kode oleh penutur utama.
Guru menuturkan sudah selesai? kalau belum sholat duha dulu, nanti dikoreksi
setelah istirahat, tuturan guru menggunakan bahasa Indonesia, kemudian siswa
menjawab dengan tuturan kurang sitik Pak, tuturan tersebut menggunakan bahasa
Jawa, dan kemudian guru menuturkan wes tekan nomer piro Bib, tuturan tersebut
merupakan bahasa Jawa. Tuturan guru yang awalanya menggunakan bahasa
Indonesia kemudian beralih menggunakan bahasa Jawa, peristiwa tersebut merupakan
alih kode bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa oleh siswa
mempengaruhi penutur utama menggunakan bahasa Jawa.Jadi dapat dikatakan bahwa
terjadinya alih kode peristiwa tutur tersebut dikarenakan oleh mitra tutur.Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Fisman (dalam Rokman 2013:38) bahwa penyebab
terjadinya alih kode diantaranya adalah mitra tutur.Tujuan guru menggunakan bahasa
Jawa adalah memperlancar komunikasi dengan siswa, hal ini disebabkan karena
siswa menanggapi guru dengan menggunakan bahasa Jawa.

Campur Kode

Campur kode adalah menggunakan satu bahasa tertentu dengan bercampur


serpihan-serpihan sari bahasa lain (Rokhman 2013: 26).

KONTEKS: GURU MENEGUR SISWA KARENA MERUMPI DENGAN


TEMANNYA, SISWA TERSEBUT MEMBAHAS TENTANG KERUDUNG
Guru : “Itu bertiga ngrumpi ya, bahas apa? Hei?Bahas apa? Mbok saya
diajaklo, mosok cuma bertiga ntok”
[itʰu bәrtʰigʰa ŋrʰumpʰi ya, bʰahas apʰa hei bʰahas apʰa mbᴐ? sʰaya
dʰiajʰa?lʰo mᴐsᴐ? cʰuma bәrtʰigʰa]
[Itu bertiga ngrumpi ya, bahas apa? He? Bahas apa? Saya diajak ya,
masa cuma bertiga saja]
Siswa : “Bahaskudung”
[bʰahas kudʰUŋ]
[Bahas kerudung]
Guru : “Bahas kudung? La kenapa?”
[bʰahas kudʰUŋ]
[Bahas kerudung? La kenapa]
Siswa2 : “Nganu Bu?”
[ŋanu bʰu]
[Itu Bu]
Guru : “Nganu apa? Nganu ikunamaopo? Wesayo”
[ŋanu apʰa ŋanu ikʰu nama ᴐpᴐ wes ayo
[Itu apa? Itu itu nama apa? Sudah ayo
(Data No.08)
Setting and Scene Pagi hari di ruang kelas dengan suasana
yang tenang
Participants Guru dan siswa
End: Purpose and Goal Menegur siswa
Act Sequences Bertutur dengan duduk, tidak ada
tekanan
Key : tone or spirit of act Siswa dan guru menggunakan intonasi
sedang
Instrumentalities Menggunakan bahasa Indonesia, dan
jawa secara lisan
Norms of interaction and interpretation Percakapan dua arah tidak ada tekanan
Genre Pernyataan dan pertanyaan

Penggalan tuturan di atas merupakan wujud campur kode ke dalam.Hal ini


seperti yang dikemukan oleh Rokhman (2013:39) bahwa campur kode ke dalam
terjadi apabila seorang penutur menyisipkan unsur-unsur bahasa daerahnya kedalam
bahasa nasional.Kalimat yang dituturkan guru dalam menegur siswa menggunakan
dua bahasa.Penggalan tuturan guruItu bertiga ngrumpi ya, bahas apa? He?Bahas
apa? Mbok saya diajak lo,mosok cuma bertiga ntok.Kalimat tersebut merupakan
campur kode bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Kata yang di cetak tebal merupakan
bahasa Jawa sedangkan kata yang dicetak miring merupakan bahasa
Indonesia.Tuturan tersebut lebih dominan dengan tuturan bahasa Indonesia, bahasa
Jawa yang digunakan hanya beberapa kata. Penggunaan bahasa Jawa mbok, mosok,
ntok bertujuan untuk mempertegas dan memperjelas apa yang disampaikan guru. Hal
ini seperti yang dikemukan oleh Suwito (dalam Rokman 2013:38) bahwa penyebab
terjadinya campur kode diantaranya adalah keinginan untuk memperjelas.Selain itu
topik percakapan juga mempengaruhi guru menggunakan bahasa Jawa.Topik diluar
materi pelajaran menjadikan guru menggunakan bahasa Jawa.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pilihan Bahasa Guru dan Siswa di Madrasah


Ibtidaiah Al-Islam Mangunsari 02
Wujud pilihan bahasa yang terjadi di Pondok Pesantren Durrotu Ahlissunnah
Waljmaah disebabkan oleh beberapa faktor.Tidak serta merta terjadi begitu saja.
Berikut akan dijelaskan beberapa faktor tersebut.

Faktor Latar (Waktu dan Tempat) dan Situasi

Faktor latar (waktu dan Tempat) dan situasi meliputi tempat, waktu dan
tingkat keresmian dalam suatu peristiwa tutur. Proses pembelajaran di Madrasah
Ibtidaiah Al-Islam Mangunsari 02 cenderung menggunakan situasi yang santai,
sehingga bisa menjalin keakraban guru dan siswa. Berikut akan dijabarkan beberapa
peristiwa tutur yang dilakukan guru dan siswa.

KONTEKS : GURU BERTANYA KEPADA SISWA TENTANG TUGAS YANG


DIBERIKAN, DAN SISWA BERTANYA TENTANG JAWABAN DAN
PERBEDAAN ARTI KATA
Guru : “Wes tekan ndi Bet? Ayo ojo cerito wae, dirampungke”
[wes tәkan nʰi bet ayo ᴐjʰo cәrʰitᴐ wae dʰirʰampUŋke]
[Sudah sampai mana Bet? Ayo ojo cerita saja, diselesaikan]
Siswa : “Pak Pri ini dua belas jawabannya apa?
[pa? pʰri ini dʰuᵂa bʰәlas jawabʰanña apʰa]
[Pak Pri ini dua belas jawabanya apa]
Guru : “Nomer dua belas jawabannya apa Cin?
[nᴐmәr dʰuᵂa bʰәlas jawabʰanña apa cin]
[Nomor dua belas jawabannya apa Cin]
Siswa2: “Dua belas jawabannya B Pak”
[dʰuᵂa bʰәlas jawabʰanña be pa?]
[Dua belas Jawabannya B Pak]
Siswa3 : “Pak Pri botak karo petak bedane opo?”
[pa? pʰri bʰotʰa? karʰo petʰa? bedʰane ᴐpᴐ]
[Pak Pri botak dan petak bedannya apa?]
Guru : “Botak iki ora ono rambute nek petak iki
ono rambute tapi ono botake sitik”
[bʰotʰa? iki orʰa ᴐnᴐ rʰambUte nƐ? petʰa? iki ᴐnᴐ rʰmbʰUte tʰapi ᴐnᴐ
bʰotʰa?sItʰI?]
[Botak itu tidak ada rambutnya sedangkan
Petak ada rambutnya tetapi ada botaknya sedikit]

(Data No.05)

Setting and Scene Siang hari di ruang kelas dengan situasi


yang santai
Participants Guru dan siswa
End: Purpose and Goal Bertanya tentang jawaban
Act Sequences Guru bertutur dengan berdiri dan siswa
bertutur dengan duduk
Key : tone or spirit of act Guru menggunakan intonasi yang keras
dan siswa menggunakan intonasi yang
sedang
Instrumentalities Menggunakan bahasa Indonesia, dan
Jawa secara lisan
Norms of interaction and interpretation Percakapan dua arah tidak ada tekanan
Genre Pernyataan dan pertanyaan

Peristiwa tutur tersebut terjadi ketika guru bertanya kepada siswa tentang
tugas.Peristiwa tutur tersebut terjadi di waktu siang hari dengan suasana kelas yang
tenang. Guru dan siswa menggunakan intonasi yang sedang saat bertutur. Situasi
yang tergambar merupakan situasi santai, sehingga penutur melakukan campur kode,
selain itu juga terdapat wujud tunggal bahasa Jawa.Ragam bahasa Jawa yang
digunakan penutur merupakan cermin dari situasi santai.Situasi santai pada tuturan di
atas menjadi faktor penyebab guru dan siswa melakukan pilihan bahasa.Hal ini
membuat siswa mudah menangkap materi yang dijelaskan oleh guru.Selain itu guru
melakukan pilihan bahasa dengan tujuan menjadikan suasana tidak membosankan.

Faktor Partisipan dalam Interaksi

Partisipan dalam interaksi mencakup hal-hal seperti usia, jenis kelamin,


pekerjaan, status sosial ekonomi, dan peranannya dalam hubungan dengan mitra
tutur. Hubungan dengan mitra tutur dapat berupa hubungan akrab dan berjarak
(Even-Trip dalam Rokhman 2013:26). Seintonasi dengan Even-trip, Rusyana (dalam
Umar dan Napitulu 1993:26) juga menyebutkan bahwa partisipan terkait penguasaan
bahasa, status sosial ekonomi, usia, jenis kelamin, kedudukan, pendidikan, latar
belakang etnis, hubungan kekerabatan, keakraban, hubungan kekuasaan, sikap
terhadap bahasa, tekanan dari luar, dan sebagainya. Hadirnya partisipan baru atau
pihak ketiga yang menggunakan suatu bahasa tertentu, juga memengaruhi bahasa
yang sudah digunakan sebelumnya.

Berikut adalah peristiwa tutur yang disebabkan oleh faktor partisipan dalam
interaksi yang berhubungan dengan keakraban siswa dan guru.

KONTEKS:GURU MEMERINTAH SISWA UNTUK SEGERA SHOLAT DUHA


DAN TUGAS YANG DIBERIKAN KEPEDA SISWA DIKOREKSI SETELAH
ISTIRAHAT
Siswa : “Kurang sitik Pak”
[kurʰaŋ sItI? Pa?]
[Kurang sedikit lagi Pak]
Guru : “Wes tekan nomer piroBib?”
[wes tәkan nᴐmәr pirʰᴐ bib?]
[Sudah sampai nomor berapa Bib]
Siswa2 : “Wes tekan songo lasPak”
[wes tәkan sᴐŋᴐ las pa?]
[Sudah sampai sembilan belas Pak]
Guru : “Yo sholat ndisek, mengko dirampungno bar sholatistirahat”
[yᴐ sʰᴐlat ndʰise? Mәŋko dʰirʰampuUŋnᴐ bʰar sʰᴐlat istirʰahat]
[Ya sholat dahulu, nanti diselesaikan setelah sholat dan istirahat]

(Data No.07)
Setting and Scene Siang hari di ruang kelas dengan
suasana yang tenang
Participants Guru dan siswa
End: Purpose and Goal Memerintah untuk solat
Act Sequences Guru bertutur dengan berdiri dan siswa
bertutur dengan duduk
Key : tone or spirit of act Guru dan siswa menggunakan intonasi
yang sedang
Instrumentalities Menggunakan bahasa Indonesia, dan
Jawa secara lisan
Norms of interaction and interpretation Percakapan dua arah tidak ada tekanan
Genre Pernyataan dan pertanyaan

Pada peristiwa tutur tersebut terdapat penggunaan variasi tunggal bahasa yaitu
bahasa Jawa dan tidak tersisipi oleh bahasa lain. Ragam bahasa Jawa yang digunakan
dalam tuturan merupakan ragam ngoko lugu. Guru menuturkanWes tekan nomer piro
Bib?” tuturan tersebut merupakan bahasa jawa ragam ngoko. Begitu juga dengan
siswa yang menuturkan Wes tekan songo las Pak. Tuturan bahasa Jawa ragam ngoko
digunakan oleh penutur dan mitra tutur atas dasar keakraban.Keakraban yang
dimaksudkan merupakan keakraban antar guru dengan siswa.Jadi dapat dikatakan
bahwa pilihan bahasa yang dilakukan guru dan siswa karena faktor partisipan dalam
interaksi karena pilihan bahasa yang dilakukan oleh guru atas dasar keakraban dengan
siswa.Penggunaan bahasa Jawa oleh guru untuk membuat suasana didalam kelas
lebih tenang, sehingga tidak ada ketegangan antara siswa dan guru.

Faktor Topik Percakapan

Faktor yang ketiga adalah topik dalam percakapan, merupakan topik yang
diangkat dalam percakapan.Faktor ini dapat berupa topik tentang pekerjaan,
keberhasilan anak, peristiwa-peristiwa aktual, dan topik harga barang di pasar (Even-
Trip dalam Rokhman 2013:27).Berikut adalah peristiwa tutur yang disebabkan oleh
faktor topik percakapan.

KONTEKS: GURU SEDANG MEMBAHAS SOAL BAHASA INGGRIS DAN


MENYURUH SISWA UNTUK MEMBACAKAN SOAL
Guru : “Number three, ayo diwoco Rel”
[nUmbәr tʰri, ayo diwᴐcᴐ rel]
[Nomor tiga, ayo dibaca Rel]
Siswa : “Yes”
[yes]
[Ya]
Guru : “Sing dadi nida Farel sing zidnakuwe Bib”
[sʰIŋ dʰadʰi nidʰa farel sIŋ zidna kUwe bib]
[Yang menjadi nida Farel yang zidna kamu Bib]
Siswa : “Do you likeswimming?”
[dʰu yʰu lI? sʰwimmiŋ]
[Apakah kamu suka berenang]
Siswa2 : “Yes, I do”
[yes, ai dʰu]
[ya, saya suka]
Siswa : “Where do you usually swim?”
[wʰer dʰu yʰu yusʰUli sʰwim]
[Dimana kamu biasannya berenang]
Siswa2 : “I usually swim in the…”
[ai yusʰUli sʰwim in tʰe]
[Saya biasanya berenang di…]
Guru : Jawabannya apa Bib?
[jawabʰanña apa bib]
[Jawabanya apa Bib]
Siswa2 :Swimming pool Pak
[sʰwimmiŋ pUl pa?]
[Kolam renang Pak]
Guru : “Swimming pool, next”
[sʰwimmiŋ pUl nƐ?s]
[Kolam renang, selanjutnya]
(Data No. 39)
Setting and Scene Siang hari di ruang kelas dengan
suasana yang tenang
Participants Guru dan siswa
End: Purpose and Goal Menjawab sebuah soal bahasa Inggris
Act Sequences Bertutur dengan duduk, tidak ada
tekanan
Key : tone or spirit of act Siswa dan guru menggunakan intonasi
sedang
Instrumentalities Menggunakan bahasa Inggris,
Indonesia, dan Jawa secara lisan
Norms of interaction and interpretation Percakapan dua arah tidak ada tekanan
Genre Pernyataan dan pertanyaan
Penggalan tuturan tersebut terdapat wujud tunggal bahasa Inggris.selain itu
juga ada wujud campur kode antara bahasa Jawa dan bahasa Inggris. Peristiwa tutur
tutur tersebut terjadi ketika guru menyuruh siswa membaca soal bahasa Inggris.
Penggalan tuturan siswa do you likeswimming? dan kemudian siswa lain menjawab
yes, i do merupakan wujud tunggal bahasa dalam bahasa Inggris karena siswa
menggunakan bahasa inggris secara utuh tanpa ada campur bahasa lain. Siswa
menggunakan bahasa inggris karena topik yang dibicarakan merupakan bahasa
Inggris.

Faktor Fungsi Interaksi

Faktor keempat ini menurut Even-Trip (dalam Rokhman 2013:27) berupahal-


hal seperti penawaran, informasi, permohonan, kebiasaan rutin (salam, meminta
maaf, mengucapkan terima kasih). Fungsi interaksi ini bila dimaksudkan untuk
mengangkat status, seseorang cenderung menggunakan bahasa yang dominan.
Sementara itu, untuk mengasingkan orang lain dalam percakapan, seseorang akan
menggunakan atau memilih bahasa yang tidak dikuasai orang lain itu (Grosjen dalam
Umar dan Napitulu 1993:27).

KONTEKS : GURU BERTANYA KEPADA SISWA TENTANG KELANJUTAN


MATA PELAJARAN
Guru : “Assalamualaikum warohmatullohi wabarakatuh”
[assalamualaikUm warʰᴐhmatʰullᴐhi wabʰarʰᴐkatUh]
[Ucapan salam orang muslim]
Siswa : “Waalaikumsalam warohmatullohi wabarakatuh”
[wassalamualaikUm warʰᴐhmatʰullᴐhi wabʰarʰᴐkatUh]
[Menjawab salam orang muslim]
Guru : “Kemarin sampai mana?”
[kәmarIn sʰampʰai mana]
[Kemarin sampai mana]
Siswa : “Kemarin ulangan Pak Pri”
[kәmarIn ulaŋan pa? prʰi]
[Kemarin ulangan Pak Pri]
(Data No.14)
Setting and Scene Pagi hari di ruang kelas dengan suasana
yang tenang
Participants Guru dan siswa
End: Purpose and Goal Bertanya tentang kelanjutan mata
pelajaran
Act Sequences Guru bertutur dengan berdiri, tidak ada
tekanan
Key : tone or spirit of act Siswa dan guru menggunakan intonasi
sedang
Instrumentalities Menggunakan bahasa Arab, dan
Indonesia secara lisan
Norms of interaction and interpretation Percakapan dua arah tidak ada tekanan
Genre Pernyataan dan pertanyaan

Pada penggalan tuturan tersebut terdapat wujud tunggal bahasa Arab.Peristiwa


tutur tersebut terjadi ketika guru bertanya kepada siswa tentang kelanjutan mata
pelajaran. Tuturan guru Assalamualaikum warohmatullohi wabarakatuhdan tuturan
siswa yang menjawab salam dari guru merupakan wujud pilihan bahasa Arab, hal ini
terjadi karena keterbiasaan oleh guru dan siswa, selain itu juga karena fungsi interaksi
yaitu salam. Jadi dapat disimpulkan bahwa tuturan guru dan siswa diatas merupakan
wujud pilihan bahasa yang dipengaruhi oleh fungsi interaksi.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, temuan-temuan dalam penelitian


Pilihan Bahasa dalam Proses pembelajaran Kelas IV di Madarasah Ibtidaiah Al-Islam
Mangunsari 02 dapat disimpulkan sebagai berikut.

(1) Wujud pilihan bahasa guru dan siswa dalam proses pembelajaran kelas IV di
Madarasah Ibtidaiah Al-Islam Mangunsari 02 terdapat tiga variasi, yaitu tunggal
bahasa, alih kode, dan campur kode. Wujud tunggal bahasa dapat berupa bahasa
Jawa dengan ragam ngoko, bahasa Indonesia dengan ragam usaha dan ragam
santai, bahasa Inggris, dan bahasa Arab. Kemudian, untuk wujud alih kode dapat
berupa, (1) bahasa Indonesia yang beralih ke bahasa Jawa, (2) bahasa Jawa yang
beralih ke bahasa Indonesia, (3)bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, (4) bahasa
Jawa ke bahasa Inggris, dan (5) bahasa Arab ke bahasa Indonesia,. Sementara itu,
wujud campur kode, yaitu (1) campur kode bahasa Indonesia dan bahasa Jawa,
(2) campur kode bahasa Jawa dan bahasa Arab, (3) campur kode antara bahasa
Indonesia dan bahasa Arab (4) campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris, (5) campur kode antara bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan bahasa Arab,
dan (6) campur kode antara bahasa Jawa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

(2) Variasi dalam wujud pilihan bahasa guru dan siswa dalam Proses pembelajaran
Kelas IV di Madarasah Ibtidaiah Al-Islam Mangunsari 02 dipengaruhi oleh
beberapa faktor: (a) latar (waktu dan tempat) dan situasi, (b) partisipan dalam
interaksi, (c) topik percakapan, dan (d) fungsi interaksi.

Berdasarkan simpulan tersebut penulis menyadari banyak hal kekurangan dalam


hal penulisan skripsi ini.Analisis yang digunakan dalam penelitian ini belum
mendalam.Selain itu juga, acuan dan teori yang digunakan masih terbatas dan jauh
dari sempurna.Oleh sebab itu, penulis berharap ada penelitian lanjutan mengenai
sosiolinguistik kushusnya pilihan bahasa yang digunakan siswa dan guru dengan
menggunakan teori dan acuan yang lebih banyak dan berbeda dari skripsi
ini.Selanjutnya, penulis juga menyampaikan pesan kepada para guru supaya
memerhatikan pilihan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Guru juga harus
selektif dalam memilih kosakata dan ragam bahasa ketika bertutur, agar siswa lebih
memahami materi pelajaran yang disampaikan. Selanjutnya, diharapkan ada
penelitian lanjutan mengenai penelitian bahasa yang berkenaan dengan sekolah
dengan kajian sosiolinguistik karena penelitian bahasa yang berkenaan dengan
sekolah jarang ditemukan
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina.2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:


Rineka Cipta.

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa.


Yogyakarta:
Carasvatisbook.
Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Miles, Mattew dan A. Michael Huberman.1992. Analisis Data Kualitatif. Editor:
Tjetjep Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Moleong, Lexy J.2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Rokhman, Fathur. 2013. Sosiolinguistik: Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa
dalam Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Dutawacana
University Press

Anda mungkin juga menyukai