Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI

NY.S GI P0 A0 UK 32-33 MINGGU DENGAN GAMELI DAN PEB


DI RSUP. HASAN SADIKIN BANDUNG

Disusun Oleh :
SABTAWATY (PO.62.24.2.18.347)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG DIV KEBIDANAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Makalah ini ditulis untuk
memenuhi tugas untuk seminar kasus pada mata kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
sehingga terselesaikannya makalah ini, kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh Karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat
kami harapkan demi memperbaiki dan melengkapi makalah ini.

Semoga apa yang kami tulis dapat memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Palangka Raya, Mei 2019

Tim Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................. i
Daftar Isi....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang............................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
3. Tujuan Penulisan........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Pre eklampsi dan Eklampsia..................................................... 3
2. Etiologi Pre eklampsi dan Eklampsia......................................................... 3
3. Tanda Dan Gejala....................................................................................... 3
4. Patofisiologi................................................................................................ 4
5. Komplikasi.................................................................................................. 5
6. Pencegahan................................................................................................. 10
....................................................................................................................
7. Pemeriksaan Penunjan................................................................................ 11
8. Terapi ......................................................................................................... 11

BAB III ASUHAN KEBIDANAN


Asuhan kebidanan SOAP...................................................................................... 7

BAB IV PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................... 10
Saran............................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara-negara di Asia termasuk Indonesia adalah negara dimana warga


perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding negara-negara Barat
dalam hal kematian ibu karena persalinan dan komplikasi kehamilan.Di negara-negara
yang sedang berkembang, angka kematian ibu berkisar 350 per 10.000 kematian.Angka
kematian ibu di Indonesia adalah 470 per 100.000 kelahiran.Angka yang sangat
mengkhawatirkan karena meningkat dari angka yang tercatat peda beberapa tahun
sebelumnya.Pada tahun 1997, AKI mencapai 397 orang per 100.000 kelahiran yang
berarti bertambah sekitar 73 orang.

Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya,diperkirakan


20.000ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Dengan
kecenderungan seperti ini, pencapaian target MDG untuk menurunkan AKI akan sulit
bisa terwujud kecuali apabila dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat
laju penurunannya.

Data menunjukkan sebagian besar kematian terjadi pada masyarakat miskin dan
mereka yang tinggal jauh dari Rumah Sakit.Penyebab kematian ibu yang utama adalah
perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Kontribusi dari
penyebab kematian ibu tersebut masing-masing adalah perdarahan 28 %, eklampsia 13
%, aborsi yang tidak aman 11%, serta sepsis 10 %.Salah satu penyebab kematian tersebut
adalah Preeklampsia dan eklampsia yang bersama infeksi dan pendarahan, diperkirakan
mencakup 75 – 80 % dari keseluruhan kematian maternal. Kejadian preeklampsi-
eklampsi dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakatapabila CFR PE-E mencapai
1,4%-1,8%.(Zuspan F.P, 1978 dan Arulkumaran ,1995).

Penelitian yang dilakukan Soedjonoes pada tahun 1983 di 12 RS pendidikandi


Indonesia, di dapatkan kejadian PE-E 5,30% dengan kematian perinatal 10,83 perseribu
(4,9 kali lebih besar di banding kehamilan normal). Sedangkan berdasarkan penelitian
Lukas dan Rambulangi tahun 1994, di dua RS pendidikan di Makassar insidensi
preeklampsia berat 2,61%, eklampsia 0,84% dan angka kematian akibatnya22,2%.Target
penurunan angka kematian ibu menjadi 124 per 100.000 kelahiranhidup pada tahun 2015
tidak mudah tercapai mengingat sistem pelayanan obsentriemerjensi masih lemah.
Akhirnya yang harus diingat dari informasi diatas adalah sesungguhnya masalah
kematian ibu bukanlah masalah ibu sendiri akan tetapi merupakan masalah internasional
dimana setiap negara seharusnya memiliki tanggung jawab untuk menanggulangi dan
mencegah kematian ibu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan preeklamsia dan eklamsia ?
2. Apa sajakah etiologi dari preeklamsia dan eklamsia ?
3. Apa saja gejala preeklamsia dan eklamsia ?
4. Apa saja komplikasi dari preeklamsia dan eklamsia ?
5. Apakah pencegahan dari preeklamsia dan eklamsia ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada preeklamsia dan eklamsia?
7. Apa saja terapi yang diberikan pada preeklamsia berat?
8. Bagaimanakah asuhan kebidanan pada preeklamsia berat?

C. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu preeklamsia dan eklamsia
2. Mengetahui etiologi preeklamsia dan eklamsia
3. Mengenali gejala preeklamsia dan eklamsia
4. Mengetahui komplikasi preeklamsia dan eklamsia
5. Mengetahui pencegahan preeklamsia dan eklamsia
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada preeklamsia dan eklamsia
7. Mengetahui terapi yang diberikan pada preeklamsia berat
8. Mengetahui asuhan kebidanan pada preeklamsi berat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PREEKLAMSIA DAN EKLAMSIA

Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang


disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri.Preeklampsia adalah timbulnya
hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan.Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit
trofoblastik.Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma.Sebelumnya wanita tadi
menunjukkan gejala-gejala Preeklampsia.

B. ETIOLOGI PREEKLAMSIA DAN EKLAMSIA

Penyebab eklampsi dan pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada
teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab eklampsi dan pre eklampsi yaitu :

1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion,


dan mola hidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus
4. Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan– kehamilan berikutnya
5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma

C. GEJALA PREEKLAMSIA DAN EKLAMSIA

Gejala Preeklampsia biasanya tanda-tanda Preeklampsia timbul dalam urutan :


pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya
proteinuria.
Preeklampsia ringan :

a. Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih, atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan dengan riwayat
tekanan darah normal.
b. Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine kateter
atau midstearm.

Preeklampsia berat :

a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih


b. Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.
c. Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
d. Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.
e. Terdapat edema paru dan sianosis
f. Trombositopenig (gangguan fungsi hati)
g. Pertumbuhan janin terhambat.

Gejala eklampsia

Pada umumnya kejanga didahului oleh makin memburuknya Preeklampsia dan


terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras,
nyeri di epigastrium dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera
diobati, akan timbul kejangan terutama pada persalinan bahaya ini besar.

D. PATOFISIOLOGIS PREEKLAMSIA BERAT

Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam
dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa
kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan
darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan
dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya,
mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola
sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).

Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan
iskemia (Cunniangham,2003).

Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon


terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat
menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan perdarahan
dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit
syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan
nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler
meliputi penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan
tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia
dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael,2005).

Perubahan pada organ :

1. Perubahan kardiovaskuler

Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklamsia dan
eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan
afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi
oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara
iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik/kristaloid intravena, dan aktifasi endotel
disertai ekstravasasi kedalam ekstravaskuler terutama paru (Cunningham,2003).

2. Metabolisme air dan elektrolit

Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui


penyebabnya. jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita
preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita dengan
hipertensi kronik. Penderita preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna
air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun,
sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan
protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi
kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas normal
(Trijatmo,2005).

3. Mata

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan
salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang
menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya
skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adaanya perubahan
peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau didalam retina
(Rustam,1998).

4. Otak

Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada
korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan
(Trijatmo,2005).

5. Uterus

Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,


sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi
gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus
rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjad partus prematur.

6. Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh
edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi
pnemonia atau abses paru (Rustam, 1998).
E. KOMPLIKASI

Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin.Komplikasi dibawahini


biasanya terjadi pada Preeklampsia berat dan eklampsia.

1. Solusio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut
dan lebih sering terjadi pada Preeklampsia.
2. Hipofibrinogenemia. Pada Preeklampsia berat
3. Hemolisis. Penderita dengan Preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus.Belum di ketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darahmerah.
Nekrosis periportal hati sering di temukan pada autopsi penderita eklampsia dapat
menerangkan ikterus tersebut.
4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematianmaternal
penderita eklampsia.
5. Kelainan mata, Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu.
6. Edema paru-paru.
7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada Preeklampsi – eklampsia merupakan
akibat vasopasmus arteriol umum.
8. Sindrom HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
9. Kelainan ginjal
10. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibatkejang-
kejang pneumonia aspirasi.
11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra – uterin.

F. PENCEGAHAN
1. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda
sedini mungkin (Preeklampsia ringan), laludiberikan pengobatan yang cukup
supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
2. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinyaPreeklampsia kalau ada
faktor-faktor predeposisi.
3. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet bergunadalam pencegahan. Istirahat
tidakselalu berarti berbaring ditempat tidur,namun pekerjaan sehari-hari perlu
dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.Diet tinggi protein,
dan rendah lemak, karbohidrat,garam dan penambahan berat badan yang tidak
berlebihan perlu dianjurkan.
4. Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda Preeklampsia dan mengobatinya segera
apabila di temukan.
5. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya padakehamilan 37 minggu ke atas apabila
setelah dirawat tanda – tanda Preeklampsia tidak juga dapat di hilangkan.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Preeklamsi : urine lengkap
Preeklamsi berat :
1. Pemeriksaan laboratorium (bila tersedia sarana dan prasarana
2. Pemeriksaan Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Urin lengkap
3. Pemeriksaan elektrolit Na, K, Ca dan Cl : kadar glukosa, urea N, kreatinin, SGOT,
SGPT, analisa gas darah, asam urat darah
4. Pemeriksaan KTG
5. Pemeriksaan foto rontgen thoraks (KSM/DEP OBSTETRI & GINEKOLOGI RSUP
HASAN SADIKIN, 2018)

H. TERAPI
Preeklamsi berat : rawat bersama dengan Dapertemen yang terkait (penyakit dalam,
penyakit saraf, mata, anastesi,dll.
1. Infuse larutan ringer laktat
2. Pemberian obat MgSO4
Cara pemberian melalui intravena secara kontinyu (infuse dengan infusion
pump). Dosis awal : 4 gram MgSO4 (10 cc MgSO4 40% atau 20 cc MgSO4 20%)
dilarutkan kedalam 100 cc NaCl/RL diberikan selama 15-20 menit. (siapkan cairan
NaCl/RL100 cc selanjutnya dikurangi 10 cc bila menggunakan MgSO4 40% atau
20 cc bila menggunakan MgSO4 20%, kedalam larutan sisa tersebut ditambahkan
10 cc MgSO4 40% atau 20 cc bila menggunakan MgSO4 20%). Tetesan kurang
lebih 50 gtt/menit, akan habis dalam 15-20 menit. Dosis pemeliharaan : 10 gram
(25cc MgSO440%) dalam 500 cc cairan RL, ( bila menggunakan MgSO4 40%
cairan 500 NaCl dikurangi 25 cc, selanjutnya ditambahkan 25 cc MgSO4 40%. Bila
menggunakan MgSO4 20% cairan 500 NaCl dikurangi 50 cc, selanjutnya
ditambahkan 50 cc MgSO4 20%) diberikan dengan kecepatan 1-2 gram /jam (20-30
tpm).
Syarat pemberian MgSO4 antara lain harus KALSIUM GLUKONAS 10% (1
gram dalam 10 cc) sebagai antidotum MgSO4 yaitu diberikan IV dalam waktu 3-5
menit, reflex patella (+) kuat, frekuensi pernapasan ≥16 x/menit, produksi urin ≥30
cc dalam 1 jam sebelumnya ( 0,5 cc/kg/bb/jam). Sulfat magnesium dihentikan bila :
ada tanda-tanda intoksikasi, setelah 24 jam pascasalin, dalam 6 jam pascasalin
sudah terjadi perbaikan tekanan darah (normotensif).
3. Pemberian aniti hipertensi
Diberikan terutama bila tekanan darah mencapai : sistolik ≥160 mmHg dan
diastolic ≥110 mmHg. Dapat diberikan (Gawat darurat) yaitu Nefidipin 10 mg
peroral dan dapat diulangi setiap 30 menit (maksimal 120 mg/24 jam ) sampai
terjadi penurunan MABP 20%. Selanjutnya diberikan dosis rumatan 3x10mg
(pemberian nefidipine tidak diperkenankan diberikan sub lingual). Nikardipine
diberikan bila tekanan darah ≥180/110 mmHg/hipertensi emergensi dengan dosis 1
ampul 10 mg dalam larutan 50cc perjam atau 2 ampul 10 mg dalam larutan 100 cc
tetes permenit miro drip. Pelarut yang tidak dapat digunakan adalah RL dan
bikarbonat natrikus.
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL


NY. S G1P0A0 USIA KEHAMILAN 32-33 MINGGU DENGAN GAMELI+ PEB
DI RSHS BANDUNG

Pengkajian
Tanggal : 06-05-2019
Jam : 15.00 WIB
Tempat : IGD OBGIN

A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. A
Umur : 24 th Umur : 28 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Alamat : Jl. Kampung Bhayangkara No. 95

2. Keluhan Utama :
Ibu mengeluh penglihatan kabur dan sakit kepala sejak 1 minggu yang lalu. Perut
belum ada rasa sakit, tidak ada keluar air-air.
3. Riwayat Pernikahan :
Menikah baru satu kali, usia pada menikah pertama kali 22 th dan suami ini 1,8 bulan

4. Riwayat Menstruasi :
Haid pertamakali usia 11 th, tidak nyeri, teratur, lama haid 6-7 hari, siklus 28 hari.
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :
Kehamilan yang pertama HPHT : 05-09-2018, TP : 12-06-2019
6. Riwayat Kehamilan Sekarang
Hamil muda : Mual, muntah sampai dirawat di RSIA selama 4 hari
Hamil Tua : Penglihatan kabur, sakit kepala

7. Riwayat Penyakit yang lalu :


- Pernah operasi usus buntu tahun 2016
- Tidak pernah menderita penyakit jantung, TBC dan TD tinggi

8. Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluarga tidak pernah menderita penyakit menular dan kronis.

9. Riwayat KB :
Ibu tidak pernah menggunakan KB

10. Riwayat kebiasaan Sehari-hari :


- Makan 3x/hari, jumlah 1 porsi
- Minum air putih 6-8 gelas/hari
- BAB 1x/hari, konsistensi padat berwarna kuning
- BAK 4-5x/hari, berwarna putih jernih
- Istrirahat kurang lebih 8 jam pada malam hari, kurang lebih 1 jam pada siang hari
- Personal hygiene dengan mandi 2x/hari dan selalu mengganti pakaian dalam
apabila terasa lembab.

11. Psikososial
Ekspresi muka cemas

12. Spiritual
- Agama : Islam
- Dukungan dari suami dan keluarga sangat mendukung kehamilan ini.
B. Data Objektif
- Keadaan Umum
Tanda-tanda Vital : TD = 151/100 mmHg R = 19x/m
N = 88x/m S = 36,5∙C
Kesadaran : Compasmentis. Nyeri : 3/10
BB = 99 kg TB = 155cm

- Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Mata : Konjungtiva merah muda, sclera tidak ikteri.
Telinga : Pendengaran jelas
Hidung : Tidak ada pembengkakan
Mulut : Bibir tidak sianosi, kelembapan bibir basah, gigi karies,
lidah warna pink, reflex menelan ada.
Leher : Tidak ada pembengkakan tiroid
2. Thorax
Dada : Simetris
Payudara : Simetris, kolestrum tidak ada, puting susu menonjol.
Jantung : Bunyi teratur
Paru : Vasikuler
Ketiak : tidak ada pembesaran Kelenjar
3. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada bekas luka, perut terlihat cembung lembut
Palpasi : L1 = TFU 2 jari dibawah PX (38cm)
L2 = Teraba punggung kanan (bayi 1)
Teraba punggung kiri (bayi 2)
L3 = Presentasi bokong
L4 = Belum masuk PAP divergen
TBBJ : Bayi 1 : 2100 gram, Bayi 2 : 1300 gram, didapatkan dari USG
His : Tidak ada
Askultasi : Djj +
4. Ginetalia
Inspeksi : Perineum utuh, tidak ada luka, tidak ada kemerahan, dan tidak
ada pembengkakan. Terpasang kateter dower +/- 700cc
VT : Tidak dilakukan

5. Ekstermitas
Ekstermitas atas : Terpasang infus RL 50cc + MgSO4 20%, 20 tts/m
Ekstermitas bawah : Reflek fatella +/+

6. Kulit
Alergi : Tidak

- Pemeriksaan Penunjang
1. Lab :
Hb : 11,9 g/dl
Hematokrit : 35,1%
Eritrosit : 11, 02 juta/uL
LDH : 26,3 u/L
Kalsium : 3,97 mg/dL
Protein urin : 4+
2. USG: Tampak janin dua hidup (gamely)
Bayi 1 : Letak sungsang
Bayi 2 : Letak lintang
Plasenta berada dipundus
TBBJ bayi 1 : 2100 gram
TBBJ bayi 2 : 1300 gram

3. KTG
Kesan kategori 1
S O A P
- Ibu mengeluh TP : 12-6-2019 Ny.S 1. Jelas
penglihatan k/u : baik G1P0A0 usia hasil pemeriksaan
kabur positif, kesadaran: cm 22th UK 32- pada ibu.
sakit kepala TTV 33 minggu 2. Lakukan inform
kurang lebih 1 TD=151/100mmHg dengan consent atas tindakan
minggu yang N = 88x/m gamely dan yang dilakukan
lalu R = 19x/m PEB 3. Beri dukungan
- HPHT : 5-9- S = 36,5∙C motivasi
2018 BB : 99kg, 4. Anjurkan ibu untuk
- Ibu mengatakan TB : 155 kg persiapan rencana
riwayat operasi Head to toe normal SPSC
ependik 2016 Palpasi : 5. Ambil darah untuk
- Riwayat hamil L1 = TFU 2 jari dibawah px laboratorium
muda muntah, (38cm) 6. Observasi vital sign
mual hingga di L2 = BY 1 : Pu-ka dan kesejahteraan
opname di RSIA BY 1 : Pu-ki janin
selama 4 hari L3 = pres-bo 7. Kolaborasi dengan
- Psikososisl TBBJ : dokter SP.OG
expresi muka BY 1 : 2100gram 8. Dokumentasi
cemas BY 2 : 1300gram tindakan
His : Belum ada
VT : Tidak dilakukan
Nyeri : 3/10
Data Penunjang
1. Lab :
Hb : 11,9 g/dl
Hematokrit : 35,1%
Eritrosit : 11, 02 juta/uL
LDH : 26,3 u/L
Kalsium : 3,97 mg/dL
Protein urin : 4+
2. USG: Tampak janin dua
hidup (gamely)
Bayi 1 : Letak sungsang
Bayi 2 : Letak lintang
Plasenta berada dipundus
TBBJ bayi 1 : 2100 gram
TBBJ bayi 2 : 1300 gram
3. KTG
Kesan kategori 1

Waktu / Tgl Catatan Implementasi dan Evaluasi


06-05-2019 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan ibu dan janin kepada ibu, suami dan
15.30 WIB keluarga pasien.
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya
15.35 WIB 2. Melakukan inform consent untuk persetujuan dilakuan persiapan SC
Suami sudah menandatangani inform consent dengan rencana SC 6 jam
lagi
15.45 WIB 3. Memberikan dukungan dan motivasi kepada ibu supaya tenang jangan
cemas agar keadaan ibu dan janin juga baik, bila ibu tenang membuat
tindakan berjalan dengan lancar.
Ibu dapat menerima yang sudah dinelaskan dan tidak cemas lagi
16.00 WIB 4. Menganjurkan ibu untuk tidur posisi miring kiri sesuai kenyamanan ibu.
Supaya bayi mendapatkan O2 dari ibunya.
Ibu sudah miring kiri

16.08 WIB 5. Melaksanakan advis dokter


- Memberikan dosis awal
4 gram MgSO4 dalam 100 cc NaCl habis dalam 15 menit +/- 50
tts/menit
( NaCl 100 cc -20cc = 80 cc NaCl + 20 cc MgSO4 20%)
- Lanjutkan dosis mentenenya
16.45 WIB Mgso4 10 gram dalam infus RL 500 cc 20 tts/menit
( RL 500cc-50 cc= 450 cc + 50 cc MgSO4 20%)
17.00 WIB - Oral Dopamed 3x250 mg/hari P.O
- Pemasangan dower kateter UT 700 cc
17.05 WIB - Pemasangan O2 5 Ltr/m (Nasal chanul)
- Pengambilan darah 1,5 cc untuk laboratorium
6. Menjelaskan untuk ibu agar puasa untuk persiapan SC 6 jam lagi
Ibu mengerti
7. Observasi vital sign TD : 150/100 mmHg, N : 80 x/m, R : 20 x/m, S :
36,5 ∙C dan kesejahteraan janin (CTG,USG)
8. Dokumentasi semua tindakan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penanganan yang tepat pada kasus PEB dapat dilakukan dengan cara meninjau dari
umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklamsia berat selama perawatan
yang dibagi menjadi perawatan aktif. Penderita sedapat mungkin sebelum perawatan aktif
dilakukan pemeriksaan fetal assesment yakni pemeriksaan nonstrees test (NST) dan
ultrasonograft (USG), dengan indikasi (salah satu atau lebih), yakni Pada ibu yang
berusia kehamilan 37 minggu atau lebih, dijumpai tanda-tanda atau gejala impending
eklamsia, kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi
kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-gejala status
quo (tidak ada perbaikan), Janin yang memiliki hasil fetal assesment jelek (NST dan
USG) yaitu ada tanda intra uterine growth retardation (IUGR) dan hasil laboratorium
yang menunjukan adanya HELLP sindrom (haemolisis dan peningkatan fungsi hepar dan
trombositopenia), pengobatan medicinal pasien pre-eklamsi berat (dilakukan dirumah
sakit dan atas instruksi dokter), yaitu segera masuk rumah sakit dengan berbaring miring
ke kiri ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patella setiap jam, infus
dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dangan infus RL (60-125 cc/jam) 500cc,
berikan antasida , diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam, pemberian
obat anti kejang (MgSO4), diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema
paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40
mg/IM, antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg atau MAP
lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan
kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis antihipertensi sama
dengan dosis antihipertensi pada umumnya bila dibutuhkan penurun darah secepatnya,
dapat diberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi.
Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc cairan infus atau press disesuaikan
dengan tekanan darah, bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.

Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan
secara oral (Syakib Bakri, 1997), pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada
tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan celidanid D,
lain-lain seperti konsul bagian penyakit dalam/jantung atau mata. Obat-obat antipiretik
diberikan bial suhu rectal lebih dari 38,5 0C dapat dibantu dengan pemberian kompres
dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc secara IM, antibiotik diberikan atas indikasi saja.
Diberikan ampicillin 1 gr/6 jam secara IV perhari. Anti nyeri bila penderita kesakitan
atau gelisah karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja,
selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir. Jika Pengobatan Obstetrik cara terminasi
kehamilan yang belum inpartu dapat dilakukan dengan induksi persalinan: tetesan
oksitocyn dengan syarat nilai bishop 5 atau lebih dan dengan fetal heart monitoring dan
seksio sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila: fetal assessment jelek. Syarat
tetesan oksitocyn tidak dipenuhi (nilai bishop < 5) atau adanya kontraindikasi tetesan
oksitocyn; 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitocyn belum masuk fase aktif. Pada
primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria. Tindakan
yang dapat dilakukan oleh seorang bidan sesuai wewenangnya yaitu menegakan diagnosa
awal PEB dengan cara melakukan peneriksaan awal yaitu test protein urine dan
melakukan asuhan kebidanan yang berisikan tentang pemeriksaan fisik lengkap, diagnosa
dan rencana serta pelaksanaannya. Sesuai wewenangnya bidan harus merujuk segera ibu
hamil yang sesuai dengan tanda dan gejala pre-eklamsi berat.

B. Saran

Pre-eklamsia berat memiliki beberapa faktor penyebab seperti faktor genetik namun
pelaksanaannya harus diawai dengan baik oleh tenaga kesehatan supaya dapat
ditanggulangi dan tidak terjadi eklamsia yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan
janin.
DAFTAR PUSTAKA

KSM/Depertemen Obstetri dan Ginekologi RSUP Hasan Sadikin/FK Unpad. 2018. Panduan
Praktik Klinis Obstetri dan Ginekolgi Edisi III. Bandung : KSM/Depertemen Obstetri dan
Ginekologi RSUP Hasan Sadikin/FK Unpad
Lisnawati, lilis. 2012. Asuhan kebidanan terkini kegawatdaruratan maternal & neonatal.Tasik
malaya. TIM
Lisnawati, lilis. 2011. Buku pintar aplikasi penatalaksanaan gawatdarurat kebidanan di rumah
sakit. Jakarta : TIM penerbit
Manuaba. kapita selekta penatalaksanaan rutin obsetri gynekologi dan kb. EGC. Jakarta. 2001

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Rukiyah, ai yeyeh, dkk. 2010. Asuhan kebidanan 4 (patologi). Jakarta : TIM

Anda mungkin juga menyukai