Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP KEPERAWATAN

Anak Dengan AIDS


Disusun dan ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah kep.anak

Oleh :

KEPERAWATAN
DOSEN MATA KULIAH :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TANGERANG SELATAN
2019
A. DEFINISI
1. Acquired immunodeficiency syndrom (AIDS) suatu gejala penyakit yang menunjukkan
kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi tertentu /
keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh
(kekebalan) oleh virus yang disebut dengan HIV. Sedang Human Imuno Deficiency
Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang
kemudian mengakibatkan AIDS. HIV sistem kerjanya menyerang sel darah putih
yang menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk dalam limfosit yang
disebut dengan T4 atau sel T penolong. ( T helper ), atau juga sel CD 4. HItergolong
dalam kelompok retrovirus sub kelompok lentivirus. Juga dapat dikatakan mempunyai
kemampuan mengopi cetak materi genetika sendiri didalam materi genetik sel - sel
yang ditumpanginya dan melalui proses ini HIV dapat mematikan sel - sel T4.
( DEPKES: 1997 )
2. AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh
infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas
seluler, dan mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau
biseksual, penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia, dan penerima
transfusi darah lainnya, hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut.
( DORLAN 2002 )
3.  AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan
dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi
dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan
kelainan malignitas yang jarang terjadi. (Centre for Disease Control and Prevention)
B. ETIOLOGI
1. Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:
a. Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi
b. Pemakaian obat oleh ibunya
c. Pasangan sexsual dari ibunya yang memakai obat intravena
d. Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi
2. Faktor Host
Infeksi HIV/AIDS saat ini telah mengenai semua golonganmasyarakat, baik
kelompok risiko tinggi maupun masyarakat umum. Kelompok masyarakat yang
mempunyai risiko tinggi adalah pengguna narkoba suntik (Injecting Drug Use),
kelompok masyarakat yang melakukan promiskuitas (hubungan seksual dengan
banyak mitraseksual). Laki-laki yang berhubungan seks dengan sesamanya atau lelaki
seks lelaki (LSL). Narapidana dan anak-anak jalanan, penerima transfusi darah,
penerima donor organ tubuh dan petugas pelayan kesehatan juga mejadi kelompok
yang rawan tertular HIV.

3. Transmisi HIV/AIDS

Transmisi HIV/AIDS terjadi melalui cairan tubuh yang mengandung virus HIV yaitu
melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum suntik
pada pengguna narkotika, transfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV
ke bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu kelompok risiko tinggi terhadap
HIV/AIDS dapat diketahui, misalnya pengguna narkotika, pekerja seks komersial dan
pelanggannya, serta narapidana.

4. Transmisi seksual

Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina
atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa
mulut pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko
daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal
lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral.

5. Transmisi non seksual

HIV dapat menular melalui transmisi parenteral yaitu akibat penggunaan jarum suntik
dan alat tusuk lainnya seperti alat tindik yang terkontaminasi HIV. Penggunaan jarum
suntik yang berganti-gantian menyebabkan tingginya kasus HIV/AIDS pada
kelompok pengguna napza suntik (IDU). Berbagi dan menggunakan kembali jarum
suntik yang mengandung darah yang terkontaminasi merupakan penyebab sepertiga
dari semua infeksi baru HIV. Transmisi parenteral lainnya adalah melalui
donor/transfusi darah yang mengandung HIV. Risiko tertular infeksi HIV lewat
transfusi darah adalah >90%, artinya bila seseorang mendapat transfusi darah yang
terkontaminasi HIV maka dapat dipastikan orang tersebut akan menderita HIV
sesudah transfusi itu. 
C. MANISFESTASI KLINIS
1. Gejala mayor :
a. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
b. Diare kronis lebih dan 1 bulan berulang maupun terus menerus
c. Penurunan berat badan lebih dan 10% dalam 3 bulan ( 2 dan 3 gejala
utama ).
2. Gejala minor
a. Batuk kronis selama 1 bulan
b. Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida albican
c. Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh yang menetap
d. Munculnya herpes zosters berulang
e. Bercak – bercak dan gatal- gatal diseluruh tubuh
D. JENIS DAN KRITERIA
PEMBAGIAN STADIUM PADA HIV/AIDS
Secara umum kronologis perjalanan infeksi HIV dan AIDS terbagi menjadi 4 stadium
1. Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan serologik ketika
antibodi terhadap virus tersebut dan negatif menjadi positif. Waktu masuknya HIV
kedalam tubuh hingga HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan
( window period )
2. Stadium Asimptomatis ( tanpa gejala )
Menunjukkan didalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala
dan adaptasi berlangsung 5 - 10 tahun.
3. Stadium Pembesaran Kelenjar Limfe
Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata
( persistent generalized lymphadenophaty ) dan berlangsung kurang lebih 1 bulan
4. Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai bermacam - macam
penyakit infeksi sekunder
CARA PENULARAN
HIV menular dengan beberapa cara yaitu :
1. Hubungan seksual dengan penderita AIDS
Penularan dapat terjadi melalui hubungan tanpa alat pelindung dengan penderita
HIV. Air mani, cairan vagina dan darah dapat mengenai selaput lendir sehinggga
HIV yang ada dalam cairan tersebut masuk kedalam cairan darah. Selain itu juga
melalui lesi mikro pada di dinding alat tersebut yang terjadi saat hubungan seksual.
2. Darah dan produk darah yang tercemar HIV / AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena langsung masuk kedalam pembuluh darah dan
menyebar keseluruh tubuh
3. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril.
Alat pemeriksa kandungan dan alat-alat lain yang menyentuh darah, cairan vagina
atau mani yang terinveksi HIV yang digunakan ke orang lain tanpa disterilkan dulu.
4. Alat-alat untuk menoreh kulit
Jarum, silet, alat tato, pemotong rambut.
5. Menggunakan jarum suntik yang bergantian
Jarum suntik pada fasilitas kesehatan, pengguna narkoba sangat berpotensi terjangkit
HIV.
E. TANDA DAN GEJALA
1. Gagal bertumbuh sesuai grafik standar untuk pertumbuhan
2. Kegagalan mencapai perkembangan sesuai milestone/penanda jarak
3. Masalah otak dan system saraf, seperti kejang, susash jalan, nilai sekolah yang
buruk
4. Sering mengalami sakit, seperti infeksi telinga, flu, perut sakit, dan diare
Gejala terkait HIV yang paling dini dan paling sering pada masa bayi jarang diagnostic.
Gejala HIV tidak spesifik didaftar oleh The Centers For Diseasen Control sebagai bagian
definisi
1. mencakup demam
2. kegagalan berkembang
3. hepatomegali dan splenomegali
4. limfadenopati generalisata (didefinisikan sebagai nodul yang >0,5 cm terdapat
pada 2 atau lebih area tidak bilateral selama >2 bulan)
5. parotitis, dan diare
Diantara semua anak yang terdiagnosis dengan infeksi HIV, sekitar 90% akan
memunculkan gejala ini, kebergunaannya sebagai tanda awal infeksi dicoba oleh studi the
European Collaborativ pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi. Mereka menemukan
bahwa dua pertiga bayi yang terinfeksi memperlihatkan tanda dan gejala yang tidak
spesifik pada usia 3 bulan, dengan angka yang lebih rendah diantara bayi yang tidak
terinfeksi. Pada penelitian ini, kondisi yang didiskriminasi paling baik antara bayi
terinfeksi dan tidak terinfeksi adalah kandidiasis kronik, parotitis, limfadenopati
persistem, hepatosplenomegali. Otitis media, tinitis, deman yang tidak jelas, dan diare
kronik secara tidak nyata paling sering pada bayi yang terinfeksi daripada bayi yang tidak
terinfeksi.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji HIV. Tes ini
meliputi tes Elisa, latex agglutination dan western blot. Penilaian Elisa dan latex
agglutination dilakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi HIV atau tidak, bila
dikatakan positif HIV harus dipastikan dengan tes western blot. Tes lain adalah
dengan cara menguji antigen HIV, yaitu tes antigen P 24 (polymerase chain reaction)
atau PCR. Bila pemeriksaan pada kulit, maka dideteksi dengan tes antibodi (biasanya
digunakan pada bayi lahir dengan ibu HIV.
1.      Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a. ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
b.   Western blot (positif)
c.   P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)
d. Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut
mendeteksi enzim reverse transcriptase atau antigen p24 dengan kadar
yang meningkat)
2.      Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a. LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)
b. CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk
bereaksi terhadap antigen)
c. Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
d.   Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya
penyakit).
e. Kadar immunoglobulin (meningkat)

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Perawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain:
a. Suportif dengan cara mengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan
mencegah kemungkinan terjadi infeksi
b. Menanggulangi infeksi opportunistic atau infeksi lain serta keganasan
yang ada
c. Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan
dideosinukleotid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat
enzim RT dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi
transkripsi DNA HIV
d. Mengatasi dampak psikososial
e. Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan
penyakit, dan prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis
f. Dalam menangani pasien HIV dan AIDS tenaga kesehatan harus
selalu memperhatikan perlindungan universal (universal precaution
H. PATHWAY

Anda mungkin juga menyukai