MANUSIA
TUGAS MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah “Strategi
Pembelajaran Qur’an Hadits”
Program Studi Strata S1 Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu :
Oleh :
Mohamad Wahyudin
(1207.19.2196)
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memudahkan dan
mengizinkan penyusun untuk menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan Salam
kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang telah memberikan pengajaran
tentang pentingnya ilmu. Terimakasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang
telah membantu penyusun dalam penyelesaian makalah ini.
Terimakasih penyusun ucapkan kepada Ibu Dosen pengampu mata kuliah
Strategi Pembelajaran Qur’an Hadits (Dr. Hj. Nur’aini, S. Ag,. M. Ag) yang telah
membimbing penyusun dalam memahami tentang penulisan makalah yang baik dan
benar. Dan teman-teman penyusun yang ikut andil dalam penyelesaian penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk penulis maupun pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
12
A. Kesimpulan......................................................................................................20
B. Saran ...............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di antara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan
mengenai tata cara pergaulan dalam Islam. Sebenarnya tata cara pergaulan
dalam islam itu bukan untuk membatasi namun untuk menjaga harkat dan
martabat manusia itu sendiri agar tidak sama dengan tata cara para hewan
dalam bergaul. Bila satu tutunan itu diambil dengan kerendahan hati dan
keinginan untuk berbakti kepada ilahi, maka tak ada hal sulit untuk
mengikuti tuntunan yang baik itu. Terkesan sulit karena melihatnya dari sisi
nafsu dan kepentingan duniawi.1
1
Azra, Azyumardi.2002.Pendidikan Agama Islam pada Perguruan tinggi umum.
1
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Pergaulan Sesama Manusia?
2. Bagaimana Etika Pergaulan Sesama Manusia?
3. Bagaimana Strategi Pembelajaran Pergaulan Sesama Manusia?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Konsep Pergaulan Sesama Manusia
2. Untuk mengetahui Bagaimana Etika Pergaulan Sesama Manusia
3. Untuk mengetahui Bagaimana Strategi Pembelajaran Pergaulan
Sesama Manusia
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Konsep Pergaulan Sesama Manusia
Menjadi gaul yang islami bisa kita lakukan dengan minimal tiga kunci, yaitu:
2
Bachdar, Rangga (2012). AKHLAK PERGAULAN DALAM ISLAM
3
Muslim, Aep Saipul. Pergaulan dalam Pandangan Islam
3
Moral, artinya selalu berkomitmen kepada aturan-aturan dan nilai-nilai Islam
Respek, artinya menghargai orang lain Komunikatif, Pandai menjalin
komunikasi pergaulan seorang muslim dengan non muslim. Dalam perkara-
perkara umum (sosial) kita tetap menjalin hubungan yang baik dengan non
muslim sekalipun. Contoh baik: Nabi berdiri ketika iring-iringan jenazah non
muslim melewati beliau.
Sesama muslim adalah bersaudara, seperti tubuh yang satu dan seperti satu
bangunan yang kokoh dan saling mendukung antar bagiannya.Pergaulan
sesama muslim dibalut dengan ukhuwah islamiyah. Ada banyak hak saudara
kita atas diri kita, di antaranya sebagaimana dalam hadits Nabi:
Sudah menjadi fitrah, laki-laki tertarik kepada wanita dan demikian pula
sebaliknya. Islam telah mengatur bagaimana rasa tertarik dan rasa cinta di
4
antara dua jenis manusia itu dapat disalurkan. Bukan dengan pacaran dan
pergaulan bebas, tetapi dengan ikatan yang kuat (mitsaq ghaalizh) misalnya
pernikahan. Jadi, ada batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan
perempuan di luar pernikahan. Hal inilah yang dikemukakan oleh Rasulullah
saw dalam hadis riwayat Abu Daud dan Tirmidzi:
Di antara aturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia adalah aturan
mengenai tata cara pergaulan antara pria dan wanita. Berikut rambu-rambu
yang harus diperhatikan oleh setiap muslim agar mereka terhindar dari
perbuatan zina yang tercela:
artinya: “Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS 17:32)
- Menjauhi pembicaraan atau cara berbicara yang bisa membangkitkan
selera. Hal ini kita bisa temukan dalam firman Allah pada Surat Al-ahzab
ayat 31, yang berbunyi:
صالِحًا نُ ْؤتِهَا أَجْ َرهَا َم َّرتَ ْي ِن َوأَ ْعتَ ْدنَا لَهَا ِر ْزقًا َك ِري ًما
َ ْت ِم ْن ُك َّن هَّلِل ِ َو َرسُولِ ِه َوتَ ْع َمل
ْ َُو َم ْن يَ ْقن
artinya: Dan barang siapa diantara kamu (istri-istri Nabi) tetap taat kepada
Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal saleh, niscaya Kami berikan
5
pahala kepadanya dua kali lipat dan Kami sediakan rezeki yang mulia
baginya. (QS 33:31)
- Hindarilah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk berjabatan
tangan sebagaimana dicontohkan Nabi saw, “Sesungguhnya aku tidak
berjabatan tangan dengan wanita.” (HR. Malik, Tirmizi dan Nasa’i).
Dalam keterangan lain disebutkan, “Tak pernah tangan Rasulullah
menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hal ini dilakukan Nabi tentu saja untuk memberikan teladan kepada
umatnya agar melakukan tindakan preventif sebagai upaya penjagaan hati
dari bisikan syetan. Selain dua hadits di atas ada pernyataan Nabi yang
demikian tegas dalam hal ini, beliau bersabda: “Seseorang dari kamu
lebih baik ditikam kepalanya dengan jarum dari besi daripada menyentuh
seorang wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani).
- Hendaknya tidak melakukan ikhtilat, yakni berbaur antara pria dengan
wanita dalam satu tempat. Hal ini diungkapkan Abu Asied, “Rasulullah
saw pernah keluar dari masjid dan pada saat itu bercampur baur laki-laki
dan wanita di jalan, maka beliau berkata: “Mundurlah kalian (kaum
wanita), bukan untuk kalian bagian tengah jalan bagian kalian adalah
pinggir jalan (HR. Abu Dawud). Selain itu Ibnu Umar berkata,
“Rasulullah melarang laki-laki berjalan diantara dua wanita.” (HR. Abu
Daud).
- Manfaat Pergaulan
Kepribadian seseorang itu dapat menular atau tertular orang lain. Demikian
halnya dalam etika, pergaulan dan hubungannya dengan orang lain.
Penularan itu disebabkan oleh pengaruh kedekatan dan pengaruh cinta.
Mereka menampakkan perilakunya dalam perbuatan-perbuatannya yang
tanpa disadari. Jangan bergaul dengan orang-orang yang rusak moralnya,
karena bergaul dengan mereka sedikit banyak akan menular kepada kita.
Janganlah menjalin hubungan dengan orang yang hina (rendah akhlaknya)
karena itu akan menular kepadamu. Pilihlah temanmu. Adapun manfaat
bergaul, yaitu:
- Ajang memastikan identitas diri dengan cara menumbuhkan rasa percaya
diri.
6
- Meningkatkan kemampuan berinteraksi dan ikatan pertemanan dengan cara
bertukar pikiran, sharing, dan saling mengingatkan.
- Memenuhi kebutuhan otonomi dengan tidak saling mengekang.
- Memperkaya pengalaman terhadap dunia luar.
a. Mengadakan Perdamaian
Allah memerintahkan umat muslim untuk senantiasa menjaga
perdamaian. Dalam kondisi apapun, umat muslim dilarang untuk
berpecah belah. Tidak hanya memerintahkan untuk menjauhi perpecahan,
Allah juga menyuruh agar umat muslim.
b. Menciptakan Persaudaraan
Di dalam Alquran, Allah mengibaratkan hubungan antar sesame muslim
seperti saudara. Ayat yang berbicara mengenai topik ini adalah surat Al-
Ḥujurāt ayat 10. Dalam surat Al-Ḥujurāt ayat 10 ini, Allah menjelaskan
bahwa seorang muslim adalah saudara bagi yang lainnya. Peneliti
menemukan bahwa makna saudara dalam ayat ini bukan hanya sekedar
saudara seagama tapi lebih dari itu menjurus kepada saudara satu
keturunan. Jadi dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, seorang
muslim harus bersikap kepada sesamanya seperti ia bersikap kepada
saudara satu keturunan. Salah satu kewajiban yang harus dilakukan
terhadap saudaranya adalah mendamaikan ketika ada dua atau lebih
saudaranya yang sedang bertengkar.
c. Tidak Menghina Sesama Muslim
4
Khan, Eko (2008). Pergaulan dalam Islam
7
Ayat yang membicarakan mengenai tema ini adalah Al-Hujurat ayat 11.
Allah melarang setiap orang yang beriman agar tidak saling menghina.
Orang yang beriman akan selalu merasa dirinya lebih rendah dari orang
lain, sehingga akan timbul rasa rendah hati bukan sifat sombong terhadap
orang lain. Allah memberikan kiasan mencela orang lain sama dengan
mencela diri sendiri. Salah satu bentuk perbuatan menghina adalah
memanggil orang lain dengan panggilan yang tidak disukainya. Allah
memberikan peluang bertobat kepada orang yang telah berbuat demikian.
Jika tidak, maka sesungguhnya ia termasuk ke dalam golongan orang
yang menganiaya diri sendiri.
d. Menjauhi Prasangka Buruk, Mencari-Cari Kesalahan dan
Menggunjing
Terdapat tiga perbuatan yang dilarang dalam surat Al-Hujurat ayat 12
yakni berprasangka buruk, mencari-cari kesalahan orang dan
menggunjing. Perbuatan tersebut tidak secara keseluruhan dilarang.
Terdapat kondisi tertentu yang memperbolehkan seseorang melakukan
ketiga perbuatan tersebut. berprasangka buruk misalnya, boleh dilakukan
kepada orang yang jelas-jelas memperlihatkan kemaksiatannya. Demikian
juga dengan mencari kesalahan orang dan menggunjing, perbuatan ini
dibolehkan oleh agama selama bertujuan untuk mencari kemaslahatan dan
menghindari kemudharatan yang lebih besar
e. Saling Mengenal
Semua manusia memiliki kedudukan yang sama di sisi Allah. Penciptaan
manusia ke dalam bermacam suku dan bangsa bermaksud agar mereka
saling mengenal dalam hal keturunan. Mereka dapat mengenal tentang
asal usul mereka, keturunan dan nasab. Setelah terjadi perkenalan
tersebut, mereka dapat saling mengambil pelajaran, manfaat dan bekerja
sama untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah. f. Berkasih Sayang
terhadap Sesama Muslim Terdapat dua ayat yang membahas tentang
hubungan kasih sayang di antara sesama muslim yakni surat Al-Fatḥ ayat
48 dan surat At Taubah ayat 128. Surat Al-Fatḥ ayat 48 berhubungan
dengan berkasih sayang terhadap sesama muslim. Dalam ayat ini Allah
menerangkan sikap orang muslim terhadap sesama muslim dan juga
terhadap non-muslim. Allah menegaskan bahwa orang muslim adalah
8
orang yang berkasih sayang terhadap sesamanya. Kasih sayang dapat
diwujudkan dengan berbagai cara, seperti berbuat baik, menolong dan
membantu ketika muslim yang lain memerlukan bantuan. Sementara
dalam surat At-Taubah ayat 128 menjelaskan tentang sifat nabi yang
penyayang terhadap orang-orang beriman. Sikap nabi tersebut diharuskan
menjadi teladan dan contoh terhadap umat muslim generasi saat ini. 2.
Etika Pergaulan Muslim dengan Non-muslim dalam Alquran Setidaknya
ada 6 sikap yang harus dimiliki oleh seorang muslim dalam bergaul
dengan non-muslim. Selain menekankan kepada hubungan baik terhadap
sesama muslim, Alquran juga tidak mengesampingkan agar setiap muslim
menjalin hubungan yang baik dengan non-muslim. Berikut penjelasan
mengenai temuan peneliti mengenai etika pergaulan antara muslim
dengan nonmuslim dalam Alquran.
a. Saling Bekerja Sama
Manusia adalah makhluk sosial, ia tidak dapat hidup seorang diri.
Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari misalnya, manusia
membutuhkan bantuan dari orang lain. Terlebih dalam Islam, manusia
diciptakan oleh Allah untuk menjadi khalīfaħ di bumi. Tugas yang
berat ini tidak dapat dilaksanakan jika manusia enggan untuk bekerja
sama dengan orang lain. Ayat yang membicarakan mengenai saling
bekerja sama dengan non-muslim adalah surat Al-Ḥujurāt ayat 13.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa manusia diciptakan sama tidak ada
perbedaan dari segi penciptaan. Allah pun menjadikan berbeda suku
dan bangsa agar manusia dapat bekerja satu sama lain antara berbagai
macam latar belakang, golongan, suku dan bangsa. Perbedaan yang
ditimbulkan sengaja Allah ciptakan untuk menarik minat satu sama
lain agar saling mengenal untuk kemudian dapat saling bekerja sama.
Hendaknya jangan sampai ini menimbulkan perpecahan di antara
manusia, namun sebaliknya harus meinmbulkan hubungan yang
harmonis di antara mereka.
b. Bersikap Tegas dalam Hal Prinsip terhadap Orang Kafir
Islam mengatur batasan tentang hubungan muslim dengan non-
muslim. selama itu menyangkut masalah sosial keduniawian, maka
hal tersebut diperbolehkan. Namun, jika sudah mencakup masalah
9
aqidah, muslim harus dapat bersikap tegas kepada nonmuslim. Ayat
yang membicarakan mengenai bahasan ini adalah surat AlFatḥ ayat
29. Umat muslim hendaknya bersikap keras kepada orang-orang kafir
pada waktu dan kondisi tertentu. Dan sudah selayaknya umat Islam
bersikap keras seperti perilaku harimau terhadap mangsanya pada saat
peperangan serta dalam rangka penegakan sanksi hukum yang
dibenarkan oleh Agama.
c. Berdamai dengan Non-Muslim
Allah memerintahkan kepada umat muslim agar tidak hanya menjaga
perdamaian dengan muslim tetapi juga dengan non-muslim. Ayat
yang berbicara mengenai berdamai dengan non-muslim adalah surat
Al-Baqaraħ ayat 190 dan Al-Ḥajj ayat 39. Kedua surat ini berbicara
mengenai peperangan yang boleh dilakukan oleh umat Islam.
Terdapat setidaknya tiga penafsiran dari kedua ayat tersebut. Pertama,
menjelaskan tentang etika dalam berperang yakni tidak diizinkan
melampaui batas. Kedua, membahas tentang kondisi yang
memperbolehkan umat Islam untuk berperang yaitu ketika mereka
diserang dan dianiaya oleh pihak lain. Ketiga, mengenai konsep
mempertahankan diri. Dalam Islam – khususnya ketika – nabi berada
di Madinah, beliau memerintahkan agar umat muslim selalu siap siaga
menghadapi peperangan.
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Irawan (2014, hlm.
77) bahwa tujuan dari berperang melawan orang musyrik atau orang
non-muslim adalah untuk mempertahankan diri, mengakhiri
kezaliman dan permusuhan. Perlawanan ini berhenti sampai musuh
berhenti menyerang dan sepakat untuk berdamai. Tentu saja hal ini
memerlukan persiapan yang matang dan strategi yang tepat. Dan
dalam melakukannya tidak boleh membabi buta dan mengikuti hawa
nafsu belaka.
d. Berbuat Baik dan Adil terhadap Non-Muslim
Allah tidak melarang seorang muslim untuk berbuat baik dalam
bentuk apa pun terhadap non-muslim dan tidak juga melarang untuk
berlaku adil kepada mereka. Salah satu contohnya adalah jika dalam
interaksi sosial mereka (non-muslim) ada pada pihak yang benar,
10
maka harus dibela, demikian juga sebaliknya. Perbuatan ini
diperbolehkan oleh agama selama syarat-syaratnya terpenuhi. Syarat
yang harus dipenuhi adalah orang-orang nonmuslim tidak memerangi
umat muslim atau mengusir dari kampung halaman orang-orang
mukmin.
Esack (Sholeh, 2010, hlm. 259) menyatakan bahwa hubungan dan
kerja sama dengan pihak non-muslim adalah tidak terlarang. Akan
tetapi, pihak yang diajak kerjasama harus memenuhi persyaratan: (a)
telah terikat perjanjian damai atau tidak menunjukkan permusuhan
terhadap Islam, (b) bukan pihak-pihak yang membuat agama menjadi
bahan ejekan, (c) bukan orang yang mengingkari kebenaran, (d)
bukan pihak atau yang membantu pihak-pihak yang mengusir umat
Islam.
Surat Al-Mumtaḥanaħ ayat 8 berbicara mengenai berbuat baik
terhadap dan berlaku adil terhadap nonmuslim. Ayat ini merupakan
sanggahan terhadap pendapat yang mengatakan bahwa semua non-
muslim tidak harus diperangi. Allah tidak melarang kamu berbuat
baik dalam bentuk apa pun dan tidak juga melarang untuk berlaku adil
terhadap orang-orang non-muslim asalkan terpenuhi syarat-syarat
yang telah ditentukan. Syarat tersebut meliputi: a) mereka tidak
memerangi orang-orang Islam, dan b) mereka tidak mengusir orang-
orang Islam dari negerinya. Jika dalam interaksi sosial mereka ada di
pihak yang benar, maka harus dibela, demikian juga sebaliknya.
e. Tidak Menjadikan Teman Orang-Orang yang Memerangi Karena
Agama
Ayat yang berkaitan dengan topik ini adalah surat Al-Mumtaḥanaħ
ayat 9 dan surat Al-Mā`idaħ ayat 51. Jika pada ayat sebelumnya
dijelaskan bahwa orang-orang Islam diizinkan untuk berbuat baik
terhadap nonmuslim, ayat yang pertama menjelaskan mengenai
batasan yang harus dijaga oleh setiap muslim dalam berhubungan
dengan non-muslim. Dalam ayat ini Allah melarang umat muslim
untuk berteman dengan non-muslim yang tidak memenuhi syarat
untuk dijadikan teman. Syarat tersebut meliputi a) tidak memerangi
11
agama, b) tidak mengusir umat muslim dari negerinya, dan c) tidak
ikut membantu dalam mengusir umat muslim dari negerinya.
Ayat selanjutnya yang akan dikaji adalah surat Al-Mā`idaħ ayat 51.
Dalam ayat ini Allah melarang untuk menjadikan ‘auliyā, yang dapat
diartikan dengan teman dekat, pemimpin, penolong dan sebagainya.
Jadi jelas bahwa mengangkat pemimpin dari kalangan non-muslim
merupakan suatu hal yang dilarang. Hal ini disebabkan mereka akan
condong kepada kaumnya sendiri ketika memimpin. Allah
mengancam bagi siapa saja yang memilih orang-orang Yahudi dan
Nasrani sebagai pemimpin, maka ia termasuk ke dalam golongan
mereka dan mereka termasuk ke dalam orang yang zalim.
f. Tidak Berbuat Aniaya terhadap Non-Muslim Ayat Alquran yang
membahas mengenai larangan bersikap aniaya kepada non-muslim
adalah surat AlMā`idaħ ayat 2. Dalam ayat ini, Allah melarang orang
muslim berbuat aniaya terhadap orang lain yang didorong oleh rasa
benci kepada mereka. Perbuatan ini juga dinamakan dendam, dimana
Allah melarang umat muslim berbuat demikian. Dalam hadis,
Rasulullah bersabda, “Ingatlah, barangsiapa menzalimi kafir mu’ahid
(terikat perjanjian dengan Islam), mengurangi haknya, membebaninya
di luar batas kemampuan, atau menjarah hak miliknya tanpa izin
darinya, maka akulah musuhnya pada hari kiamat kelak.” (HR. Abu
Dawud). Allah melarang orang muslim berbuat aniaya terhadap orang
lain yang didorong oleh rasa benci kepada mereka. Perbuatan ini juga
dinamakan dendam, dimana Allah melarang umat muslim untuk
berbuat demikian.
12
kelompok kecil untuk saling membantu dan belajar bersama dalam kelompok
mereka dengan kelompok lainya5
5
Warsono & Hariyanto, PEMBELAJARAN AKTIF Teori dan Asesmen….., hlm. 161.
6
Made wena, Strategi Pembelajaran Inivatif Kontemporer… hlm. 188
7
Muhamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan
Dasar… hlm 50
8
Chandra Ertikanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Media
Akademi, 2016) hlm. 78
13
penting memerhatikan tipe pembelajaran yang digunakan. Namun, sekarang
masih banyak guru yang mengajar tanpa memerhatikan tipe pembelajaran
yang digunakannya. Sehingga, pembelajaran terasa membosankan bagi siswa.
Agar siswa tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, maka guru perlu
mengerti karakteristik siswa sehingga tepat dalam memilih tipe pembelajaran
yang digunakan.9
14
silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam
masyarakat nyata.
Menurut Nurhadi dan Senduk pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber
belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buka ajar, tetapi juga sesama siswa.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang banyak digunakan
dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh pendidlkan. Hal ini dikarenakan
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan
bahwa :13
1. Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan
sikap toleransi, dan menghargal pendapat orang lain
2. Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir
kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif
diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Ada dua komponen
pembelajaran kooperatif, yakni:
a. Cooperative tesk atau tugas kerja sama
b. Cooperative incentive structure atau struktur insentif kerja sama.14
Tugas kerja sama berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota
kelompok kerja sama dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan.
Sedangkan struktur insentif kerja sama merupakan sesuatu hal yang
membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan kerja sama dalam rangka
mencapai tujuan kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif adanya
upaya peningkatan prestasi belajar siswa (student achievement) dampak
penyerta, yaitu sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila:15
1. Saling ketergantungan positif
2. Interaksi tatap muka
3. Akuntabilitas individual
13
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru… hlm 204
14
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru… hlm 204
15
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru… hlm 205
15
4. Keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi atau keterampilan
sosial yang secara sengaja diajarkan. Jadi, pembelajaran kooperatif adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Pola belajar kelompok dengan cara kerja sama antarsiswa dapat
mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan
kreativitas siswa, pembelajaran juga dapat mempertahankan nilai sosial
bangsa Indonesia seperti gotong royong, dan toleransi yang perlu
dipertahankan. Ketergantungan timbal balik mereka memotivasi mereka
untuk dapat bekerja lebih keras untuk keberhasilan mereka, hubungan
kooperatif juga mendorong siswa untuk menghargai gagasan temannya bukan
sebaliknya16
16
yaitu melatih siswa untuk bekerjasama, sharing idea, saling berbagi
pengalaman, pengetahuan, saling berkomunikasi sehingga terjadi interaksi
yang positif antar siswa dan pada akhirnya siswa terlibat secara aktif belajar
bersama-sama.
Pada mulanya, strategi belajar mengajar hanya berpusat pada guru. Guru
menjadi sosok sentral, sedangkan siswa hanya pasif, tunduk dan patuh kepada
guru. Karena tidak menyenangkan, antusiasme dan kreativitas siswa pun
tidak berkembang dengan baik. Persoalan itulah yang mendorong banyak
pemerhati dan praktisi pendidikan yang melakukan terobosan inovatif untuk
mencari strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan yang bisa
diterima oleh siswa.
17
Pembelajaran aktif adalah proses belajar mengajar yang mengajak siswa
untuk berperan secara aktif, dibutuhkan berbagai pendukung dalam
pembelajaran aktif, antara lain siswa, guru, program belajar dan suasana
belajar. Selain itu Pembelajaran aktif diartikan sebagai pembelajaran yang
menjadikan siswa sebagai subjek belajar dan berpotensi untuk
meningkatkan kreatifitas atau lebih aktif dalam setiap aktivitas pelajaran
yang diberikan, baik di dalam maupun di luar kelas. Dalam strategi ini
siswa diarahkan untuk belajar aktif dengan cara menyentuh (touching),
merasakan (feeling), dan melihat (looking) langsung serta mengalami
sendiri, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan dimengerti oleh siswa
(Umi Mahmudah dan Abdul Wahab, 2008: 124).
Pembelajaran aktif memberikan ruang lebih banyak bagi siswa dalam
proses pembelajaran sehingga siswa aktif dalam bertanya, membangun
gagasan, serta melakukan kegiatan yang mampu memberikan pengalaman
langsung. Pembelajaran aktif dalam prosesnya memerlukan keterlibatan
penuh semua siswa dan guru secara fisik, mental, emosional, bahkan
moral dan spiritual. Dengan penggunaan strategi pembelajaran aktif,
diharapkan mampu meningkatkan proses belajar mengajar yang pada
akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Ketika peserta didik
pasif, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah
diberikan. Oleh karena itu, dibutuhkan perangkat tertentu untuk mengikat
informasi yang baru saja diterima. Belajar aktif adalah salah satu cara
untuk mengikat informasi, karena siswa tidak hanya diajak untuk
mendengar dan melihat, tetapi juga langsung diajak untuk melakukan
hingga siswa paham. (Hisyam Zaini dkk, 2008: xiv)
Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara yang diberikan oleh
seorang filosof kenamaan dari Cina 2400 tahun yang lalu, Konfusius
sebagaimana dikutip oleh Hisyam Zaini, dkk (2008: xiv-xv): ‘Apa yang
saya dengar, saya lupa Apa yang saya lihat, saya ingat Apa yang saya
lakukan, saya paham‟ Mel Silberman (2014:23) telah memodifikasi dan
memperluas pernyataan Confisius tersebut menjadi apa yang ia sebut
paham belajar aktif: Yang saya dengar saya lupa Yang saya dengar dan
lihat, saya sedikit ingat Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau
diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami Dari yang saya dengar,
18
lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan
Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai Pernyataan ini terkait
dengan fakta yang cukup meprihatinkan. Yakni, kebanyakan orang
cenderung melupakan apa yang ia dengar. Hal ini dikarenakan tingkat
pemahaman masing-masing orang atau pendengar yang berbeda-beda
satu sama lain. Pertimbangan lain untuk menggunakan strategi
pembelajaran aktif adalah realita bahwa peserta didik mempunyai cara
belajar yang berbeda-beda. Ada peserta didik yang lebih senang
membaca, ada yang senang berdiskusi dan ada juga yang senang praktik
langsung. Untuk membantu peserta didik dengan maksimal dalam belajar,
kesenangan dalam belajar itu sebisa mungkin harus diperhatikan (Hisyam
Zaini, dkk, 2008: xvi)
Begitu pentingnya penggunaan strategi dalam proses pembelajaran, maka
sebagai guru harus benar-benar memikirkan strategi yang akan diterapkan
dalam masing-masing proses pembelajaran agar esensi dari materi
pelajaran dapat dimengerti dan difahami oleh siswa. Dengan begitu,
indikatorindikator serta tujuan pembelajaran dapat dicapai.
BAB III
PENUTUP
19
A. Kesimpulan
Dalam hal ini berarti pergaulan sesama manusia sangat dibutuhkan dalam
kehidupan serta kerukunan antar umat beragama yaitu hubungan sesama umat
beragama yang dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling
menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran
agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Selain
itu, dalam pergaulan sesama manusia dibutuhkan aturan ataupun adab-adab
dalam bergaul antar umat beragama baik yang beragama Islam ataupun yang
non Islam.
B. Saran
Sebaiknya kita sebagai umat muslim dapat mengetahui adab-adab dalam bergaul
sesama manusia agar kita dapat menempatkan diri kita dalam bergaul, serta
dalam bergaul harus dilandasi dengan sikap toleransi, saling menghargai antar
umat beragama agar tercipta kehidupan yang rukun
DAFTAR PUSTAKA
20
Azra, Azyumardi.2002.Pendidikan Agama Islam pada Perguruan tinggi
umum.
Jakarta:Departemen Agama RI
Bachdar, Rangga (2012). AKHLAK PERGAULAN DALAM ISLAM. From
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Silberman, Melvin L. 2009. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru
21