Anda di halaman 1dari 2

MATKUL ANTI KORUPSI

NAMA MOHAMMAD SAMSUL MA’ARIF


TUGAS
NPM 61201119036
PRODI MANAJEMEN SORE 2019

SURVEY KEPUASAN TERHADAP LEMBAGA PERADILAN


Dikutip dari Hasil survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia
(KedaiKOPI) menunjukkan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Kepolisian RI (Polri)
hanya sebesar 66,3%. Persentase tersebut menjadi yang terendah dibandingkan kepada lembaga
penegak hukum lainnya.

Komisi Pemberantasan Korupsi masih memiliki kepercayaan tertinggi sebesar 76,2%. Pengadilan
dan Kejaksaan Agung punya tingkat kepercayaan yang sama besar, yakni 73,7%.

Survei tersebut juga menunjukkan bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap Polri menjadi
yang terendah dibandingkan lembaga penegak hukum lainnya. Persentasenya tercatat sebesar
65,9%.

Tingkat kepuasan masyarakat terhadap KPK masih jadi yang tertinggi, yakni 75,8%. Setelahnya
ada Kejaksaan Agung dengan tingkat kepuasan sebesar 73,4%. Sementara, tingkat kepuasan
terhadap pengadilan sebesar 73,3%.

KedaiKOPI melakukan survei secara daring pada 22-30 Juli 2021. Survei tersebut dilakukan
terhadap 1.047 responden di 34 provinsi Indonesia.

ANALISA KINERJA LEMBAGA

Masalah utama penegakan hukum di negara-negara berkembang khususnya Indonesia


bukanlah pada sistem hukum itu sendiri, melainkan pada kualitas manusia yang menjalankan
hukum (penegak hukum). Dengan demikian peranan manusia yang menjalankan hukum itu
(penegak hukum) menempati posisi strategis. Masalah transparansi penegak hukum berkaitan erat
dengan akuntabilitas kinerja lembaga penegak hukum. Namun sebagaimana yang telah kita
ketahui bahwa salah satu penyebab lemahnya penegakan hukum di Indonesia adalah masih
rendahnya moralitas aparat penegak hukum (hakim, polisi, jaksa dan advokat) serta judicial
corruption yang sudah terlanjur mendarah daging sehingga sampai saat ini sulit sekali diberantas.
Adanya judicial corruption jelas menyulitkan penegakan hukum di Indonesia karena para penegak
hukum yang seharusnya menegakkan hukum terlibat dalam praktek korupsi, sehingga sulit
diharapkan bisa ikut menciptakan pemerintahan yang baik atau good governance. Penegakan
hukum hanya bisa dilakukan apabila lembaga-lembaga hukum (hakim, jaksa, polis dan advokat)
bertindak profesional, jujur dan menerapkan prinsip-prinsip good governance. Hukum di negara
kita ini dapat diselewengkan atau disuap dengan mudahnya, dengan inkonsistensi hukum di
Indonesia. Selain lembaga peradilan, ternyata aparat kepolisianpun tidak lepas dari penyelewengan
hukum. Misalnya saat terkena tilang polisi lalu lintas, ada beberapa oknum polisi yang mau atau
bahkan terkadang minta suap agar kasus ini tidak diperpanjang, polisinya pun mendapatkan
keuntungan materi dengan cepat namun salah tempat. Ini merupakan contoh kongkrit di
lingkungan kita. Jadi rendahnya moral dan mentalitas penegak hukum ini patut jadi perhatiaan
untuk ditindak tegas oknum – oknum yang masih melakukan praktek suap. Agar meningkatnya
kepercayaan masyarakat terhadap penegak hukum, oleh karena itu kinerja lembaga penegak
hukum sekarang bisa dibilang masih dinilai buruk oleh masyarkat.

Anda mungkin juga menyukai