Anda di halaman 1dari 4

Pendidikan dan Kebudayaan

Manusia merupakan makhluk dwitunggal, yaitu makhluk individu dan sosial. Manusia
hidup dalam lingkungan baik alam maupun masyarakat, dan saling membutuhkan satu sama
lain. Unit terkecil dari masyarakat adalah keluarga. Maka, pendidikan sebagai kebutuhan dan
tugas manusia diawali dan dilakukan pada tingkat keluarga. Semakin pesatnya kebutuhan dan
perkembangan zaman, maka keluarga membutuhkan bantuan pemerintah untuk melaksanakan
pendidikan, dalam hal ini didirikanlah sekolah. Kemudian muncul pendidikan formal,
nonformal, dan informal dengan tripusat pendidikan sebagai lingkungannya yaitu keluarga,
masyarakat, dan sekolah.
Manusia hidup dalam perubahan dan mengembangkan akal-budi (budi daya).
Perkembangan budi daya manusia itu menimbulkan budaya (kebudayaan). Perkembangan
kebudayaan itu memerlukan pendidikan, dan pendidikan itu sebagai bagian dari kebudayaan.
Akal-budi manusia berkembang terus, maka kebudayaan juga terus berkembang.
Perkembangan kebudayaan itu melalui proses pendidikan dan saling berpengaruh. Maka terjadi
hubungan timbal balik antara pendidikan dan sekaligus menuntut pendidikan lebih lanjut yang
dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan sekolah (Soegeng, 2017: 53).

Masyarakat – Kebudayaan - Sekolah


Sekolah dan masyarakat sangat berhubungan erat karena sekolah merupakan harapan
masyarakat dan masyarakat merupakan mitra sekolah. Sekolah sengaja didirikan sebagai
bentuk jalan keluar atas tuntutan dan keinginan masyarakat dalam mendidik putra putrinya agar
bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman. Sekolah membantu keluarga dan masyarakat
dalam melaksanakan pendidikan yang tidak bisa ditangani oleh keluarga.
Pada awalnya pendidikan hanya dilakukan pada tingkat keluarga dan masyarakat
melalui kemampuan yang dimilikinya. Kebutuhan manusia dan perkembangan zaman pada
masa itu masih memungkinkan dan mencukupi jika pendidikan dilakukan oleh keluarga dan
sekolah. Namun, seiring perkembangan zaman yang begitu cepat, keluarga dan masyarakat
tidak lagi mampu mengakomodir semua kebutuhan pendidikan sehingga memerlukan bantuan
pemerintah, dalam hal ini berwujud sekolah untukmembantu memberikan pendidikan yang
sesuai dengan perkembangan zaman. Maka munculah sekolah formal, dan dari sinilah
kemudian terbentuk anggapan yang salah bahwa pendidikan dilakukan oleh sekolah, bukan
oleh keluarga. Padahal pendidikan merupakan tugas utama yang dilakukan oleh keluarga dan
masyarakat sebagai tempat lahir, tumbuh, dan berkembangnya manusia. Sekolah hanya
membantu melaksanakan pendidikan bagi bidang yang tidak dikuasai oleh keluarga.
Perkembangan zaman menjadikan sekolah tumbuh menjadi berbagai macam dan
berjenjang, seperti sekolah keahlian dan vokasional atau kejuruan. Ternyata kemajuan zaman
yang ditandai dengan IPTEKS berlangsung lebih cepat dari kemajuan pendidikan, sehingga
pendidikan selalu ketinggalan. Kemajuan IPTEKS tidak berlangsung di sekolah, namun
berlangsung diluar sekolah seperti masyarakat dan industri, maka hal itu membuat sekolah
harus terus beradaptasi dengan kencangnya perubahan yang terus terjadi. Beberapa hal yang
bisa dilakukan dalam usaha sekolah mengatasi ketinggalannya dengan IPTEKS (Soegeng,
2017: 55).
a. Penyempurnaan kurikulum pendidikan dengan menyesuaikan pada perkembangan ilmu
dan lapangan pekerjaan.
b. Peningkatan kualitas profesi guru agar memiliki keahlian profesi, kemampuan
pengajaran, dan pengelolaan kelas.
c. Meningkatkan sarana dan prasarana
d. Mengembangkan kreativitas dan kemandirian siswa sebagai bekal dalam menyesuaikan
tuntutan zaman.
e. Mengusahakan terbentuknya masyarakat belajar dengan prinsip belajar sepanjang
hayat.

Sekolah dan masyarakat mempunyai hubungan timbal balik. Kurikulum sekolah dapat
memberikan perubahan pada sekolah, dan perubahan masyarakat dapat menuntut sekolah
untuk beradaptasi. Hubungan tersebut merupakan hubungan transaksional. Hubungan
transmitif juga terjadi yaitu sekolah sebagai lembaga pewaris nilai dan budaya masyarakat
kepada generasi penerus. Sebaliknya masyarakat juga membutuhkan sekolah untuk
menghasilkan generasi yang mampu melakukan perbaikan, perubahan, maupun penyesuaian
budaya.
Pendidikan berfungsi sebagai proses transformasi, transaksi, dan transfer sosial budaya.
Transformasi budaya berarti pelestarian budaya, pewarisan kepada generasi penerus atau
generasi pewaris yang merupakan sasaran (obyek), sekaligus pelaku (subjek) kebudayaan.
Pelestarian budaya ini juga berarti saling memberi, saling mempengaruhi antar budaya untuk
mengembangkan jati diri individu, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Manusia dengan
kemampuan berpikir dan merasa, akan selalu berpengaruh pada kebudayaan. Perubahan yang
dilakukan oleh manusia akan mengubah kondisi sosial budaya, begitu pula kondisi sosial
budaya yang berubah, akan membuat manusia berusaha untuk menyesuaikannya. Ada 3 faktor
utama penyebab perubahan sosial budaya yaitu IPTEK, penduduk, dan lingkungan hidup.
1. Perkembangan IPTEK
IPTEK berkembang dengan sangat cepat, namun perkembanganya tidak terjadi di
sekolah atau universitas. Perkembangan IPTEK terjadi di dalam laboratorium maupun industri,
oleh karena itu sekolah selalu ketinggalan dalam pembelajaran IPTEK. Implikasinya terjadi
perubahan kurikulum sekolah, ada pelajaran yang ditambah, dikurangi, maupun dihilangkan.
Kebutuhan akan pendidikan juga tidak lagi cukup pada pendidikan formal, muncul pendidikan
nonformal sebagai wadah untuk mencari tambahan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Hal
yang juga sangat berkaitan dengan perkembangan IPTEK adalah lapangan kerja. Muncul
lapangan kerja baru yang sebelumnya tidak dikenal atau diketahui, dan tentu ada pula jenis
pekerjaan yang sudah lama tiba-tiba harus tersingkir dan menghilang. Oleh karena itu
pendidikan sangat diperlukan untuk dapat beradaptasi dengan zaman yang serba cepat ini.
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pendidik (guru) dalam mengurangi kesenjangan
dengan perkembangan IPTEK antara lain senantiasa membaca, belajar dan mengikuti
perkembangan zaman. Guru hendaknya menguasai sumber belajar, sumber informasi, dan
teknologi. Guru juga perlu memahami mengenai masalah lapangan kerja, politik, dan ekonomi.
Kemudian guru juga perlu membekali diri dengan kemampuan penguasaan teknik
pembelajaran seperti model, metode, dan media pembelajaran.

2. Pertumbuhan penduduk
Meningkatnya jumlah penduduk berakibat pada meningkatnya jumlah anak usia
sekolah yang menjadi tanggungjawab pendidikan. Maka kemudian muncul lembaga-lembaga
sekolah yang didirikan oleh masyarakat (yayasan) yang bertujuan untuk menampung dan
membantu pelaksanaan pendidikan, karena lembaga pemerintah sudah tidak bisa lagi
menampung jumlah anak usia sekolah. Jika anak usia sekolah tidak mendapatkan pendidikan
maka akan berbahaya bagi masa depan bangsa. Munculnya berbagai lembaga kemudian
memunculkan kompetisi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan lulusan yang
dihasilkan oleh lembaga pendidikan tersebut. Maka muncul berbagai kebutuhan seperti SDM
guru dan tendik, sarana prasanara, peralatan, bahan, sistem untuk mendukun keberlangsungan
sebuah lembaga dan membangun kepercayaan lembaga di masyarakat.
Pertumbuhan penduduk juga berakibat terjadinya urbanisasi, migrasi penduduk,
keinginan untuk mendapat lapangan kerja tertentu. Desa ditinggalkan oleh orang yang telah
memiliki pendidikan yang baik, sehingga desa semakin tertinggal. Orang yang tidak
mempunyai bekal pendidikan dan keterampilan yang cukup merantau ke kota untuk mencari
kesejahteraan yang lebih baik. Mungkin ada yang berhasil, tetapi yang tidak berhasil kemudian
menjadi masyarakat lapisan bawah, dan yang paling parah adalah munculnya kriminalitas
karena desakan kebutuhan hidup di kota. Untuk itu perlu adanya pemerataan pendidikan
sampai pelosok desa, pembangunan desa, dan perbaikan komunikasi sampai tingkat desa agar
para terpelajar dan terdidik mau dan bisa membangun daerahnya masing-masing.

3. Lingkungan hidup
Perusakan lingkungan hidup turut berpengaruh pada pendidikan, dan sebaliknya
pendidikan juga diharapkan dapat mengatasi kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan
hidup antara lain penebangan pohon, pembuangan limbah industri sembarangan, eksploitasi
alam, pemakaian bahan kimia yang berlebihan, pembangunan dan industri yang tidak
memperhatikan ekosistem alami. Kerusakan lingkungan itu dapat ditanggulangi dengan
pendidikan. Beberapa contohnya yaitu penciptaan teknologi ramah lingkungan, penciptaan
sistem pengolahan limbah, pemetaan wilayah produktif dan nonproduktif. Selain itu, melalui
pendidikan juga diharapkan dapat membangun moral dan karakter manusia untuk lebih
mencintai dan merawat lingkungannya, meskipun ternyata hasilnya masih sangat minim.
Hakikat kebudayaan perlu mendapatkan perhatian dalam filsafat pendidikan, karena
pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia melalui pembudayaan. Hakikat
kebudayaan juga dapat dilihat dari hubungan antara sekolah dengan masyarakat yang
merupakan hubungan timbal-balik. Kurikulum pendidikan dapat berpengaruh pada
perkembangan masyarakat, dan perubahan yang dialami oleh masyarakat juga dapat menuntu
sekolah untuk beradaptasi. Melalui pendidikan terjadilah perubahan sosial budaya dalam
rangka memanusiakan manusia. Tiga faktor yang mempengaruhi proses perubahan sosial
budaya yaitu perkembangan IPTEK, pertumbuhan jumlah penduduk, dan lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai