Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH KONSENTRASI NaOH, TEMPERATUR

PEMASAKAN, DAN LAMA PEMASAKAN PADA


PEMBUATAN PULP DARI BATANG RAMI DENGAN
PROSES SODA

Tri Kurnia Dewi, Dandy, Wahyu Akbar

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

ABSTRACT

Research has been conducted to study the effect of NaOH concentration, cooking temperature and
cooking time on the production of pulp from Rami stalk using soda process. The use of Rami as raw material
under study was because availability of wood as raw material for pulp is getting lesser by time, whilst Rami
stalk may be a good substitute for it. Large stock of NaOH available in the market is the cause of the use of
this chemical for the study. The range of variables studied were : NaOH concentrations at 5-15%, cooking
temperatures of 100-120oC, and cooking time of 60-180 minutes. Analyses of the product was done for
percent yield of the pulp produced, concentration of cellulose in the pulp, and lignin content in the pulp.
Results show that in the range of values studied, the three variables, NaOH concentration, temperature of
cooking and cooking time, did not give any significant effect on the amount of pulp produced and the
concentration of cellulose in the pulp, whilst they give proportional effect on the lignin content in the pulp.
Best condition with smallest lignin concentration of 6.83%, was found at NaOH concentrations of 5%,
cooking temperature of 105oC, and cooking time of 60 minutes.

I. PENDAHULUAN daerah tropis maupun sub-tropis hingga 400


Hampir sebagian besar bahan baku pulp LU/LS. Di daerah tropis, kebun rami ideal adalah
berasal dari kayu-kayu hutan alam, di antaranya pada ketinggian 400 - 1.200 meter di atas
kayu bulat, merang, bambu, dan lain-lain. Dengan permukaan laut, dengan suhu 20 - 280C dan curah
terus bertambahnya kapasitas industri pulp dan hujan minimal 90 mm/bulan.
kertas yang tidak seiring dengan pertumbuhan Pada umumnya pulp dibuat dengan
hutan alam, maka persediaan kayu-kayu hutan menggunakan proses sulfit, proses kraft, ataupun
alam akan menipis. Usaha reboisasi atau proses soda.
penanaman kembali hutan gundul saja tidak cukup Mengingat potensi rami yang besar untuk
untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku dijadikan pulp dan belum adanya penelitian
kayu bagi industri pulp dan kertas. Oleh karena pembuatan pulp berbahan baku Rami dengan
itu, diperlukan suatu upaya penemuan bahan baku proses soda, maka diteliti kemungkinan
alternatif, terutama yang murah dan berwawasan pemanfaatan rami sebagai bahan baku pembuatan
lingkungan. Salah satu sumber serat yang sangat pulp dengan proses soda.
potensial adalah Rami (Boehmeria Nivea).
Tanaman rami umumnya terdapat di
daerah Asia seperti China, Kambodja, Thailand, II. TINJAUAN PUSTAKA
Vietnam, Filipina, Taiwan, India, Bangladesh, 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Rami
Pakistan dan juga Indonesia. Negara penghasil (Boehmeria Nivea)
rami dalam jumlah besar pada waktu ini adalah PENJELASAN UMUM
China, Filipina, Bangladesh dan Brasil. Jenis Tanaman rami (Boehmeria Nivea)
tanaman rami dapat tumbuh dengan mudah di merupakan sumber bahan baku serat tekstil alam

68 Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010


tumbuh-tumbuhan, sebagaimana halnya dengan 2.2 Pulp
serat kapas, linen (flax) dan sejenisnya. Serat rami Pulp merupakan bahan baku pembuatan
dihasilkan dari kulit pohonnya melalui cara kertas dan senyawa-senyawa kimia turunan
tertentu, dan disebut serat kulit atau bast-fiber, selulosa. Pulp sebagai bahan baku kertas, terdiri
seperti linen. dari serat-serat (selulosa dan hemiselulosa) yang
banyak dijumpai pada hampir semua jenis
Produksi serat rami/Ha/tahun di daerah
tumbuh-tumbuhan sebagai pembentuk dinding sel.
sub-tropis (China) jauh lebih rendah bila
Pulp dapat dibuat dari berbagai jenis kayu,
dibandingkan dengan produksi di daerah tropis
bambu, dan rumput-rumputan. Pulp adalah hasil
seperti Indonesia. Di China panen rami hanya 2
pemisahan selulosa dari bahan baku berserat
atau 3 kali setahun, karena terhalang oleh musim
(kayu maupun non kayu) melalui berbagai proses
gugur dan musim dingin, sedang panen di
pembuatan, baik secara mekanis, semikimia,
Indonesia dapat 4 atau 5 kali setahun.
maupun kimia.
Tabel 2.1 Beberapa varietas rami yang dikenal .
di masyarakat 2.3. Selulosa dan Lignin
2.3.1 Selulosa
No Varietas Asal Ton/Ha/Panen Selulosa merupakan polimer dengan
1 Florida Jepang via 11,60 rumus kimia polimer gula, (C 6 H 10 O 5 ) n . Di sini, n
Florida adalah jumlah pengulangan unit gula atau derajat
2 Kumamoto Jepang 11,50 polimerisasi yang harganya bervariasi bergantung
3 Saikeiseishin Jepang 11,02 sumber selulosa dan perlakuan yang diterimanya.
4 Miyazaki Jepang 10,87 Kebanyakan serat untuk pembuat pulp
110 mempunyai derajat polimerisasi 600–1500.
5 Bandung A Bandung, 10,63 Selulosa terdapat pada sebagian besar
Jabar dinding sel dan bagian-bagian berkayu dari
6 Pujon 10 Malang, 9,60 tumbuh-tumbuhan. Selulosa mempunyai peran
Jatim yang menentukan sifat serat yang
7 Lembang A Lembang, 9,28 memungkinkannya untuk membuat kertas. Untuk
Jabar membuat pulp diperlukan serat-serat yang
8 Pujon 17 Malang, 7,82 mempunyai kadar selulosa yang tinggi.
Jatim Sifat-sifat bahan yang mengandung
9 Pujon 9 – 01 Malang, 7,53 selulosa berhubungan dengan derajat polimerisasi
Jatim molekul selulosa. Berkurangnya berat molekul di
10 Pujon 3 - 03 Malang, 7,25 bawah tingkat tertentu akan menyebabkan
Jatim berkurangnya ketangguhan. Ketangguhan serat
11 Pujon 6 – 01 Malang, 6,95 terutama ditentukan oleh bahan mentah dan proses
Jatim yang digunakan dalam pembuatan pulp. Serat
12 Pujon 1 Malang, 3,71 selulosa memiliki sifat-sifat yang memenuhi
Jatim syarat pembuatan kertas. Sifat terbaik bahan
pembuat kertas adalah jika banyak lignin yang
Hasil panen yang rendah mungkin disebabkan tersisih dari serat.
oleh kurangnya unsur organik (Kirby.1963). Akan Molekul selulosa seluruhnya berbentuk
sukar bagi orang awam untuk memilih atau linier dan mempunyai kecenderungan kuat untuk
menentukan varietas tanaman rami yang baik, membentuk ikatan-ikatan hidrogen, baik dalam
kecuali seorang yang ahli di bidangnya. Paling satu rantai polimer selulosa maupun antar rantai
tidak pemilihan berpedoman pada sifat berikut : polimer yang berdampingan. Ikatan hidrogen ini
1) Dapat beradaptasi dengan kondisi tanah, curah menyebabkan selulosa bisa berada dalam ukuran
hujan dan suhu dengan baik. molekul yang besar, dan memiliki sifat kekuatan
2) Memiliki pertumbuhan yang cukup panjang tarik yang tinggi.
dan mudah dalam proses dekortikasinya
3) Tanaman dewasanya tidak cenderung untuk 2.3.2. Lignin
tumbuh bercabang Lignin merupakan makromolekul ketiga
4) Tahan terhadap penyakit yang terdapat dalam biomassa, yang berfungsi
5) Mampu menahan angin, tanpa runtuh. sebagai pengikat antar serat. Struktur molekul
lignin sangat berbeda dari polisakarida, karena

Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010 69


lignin terdiri dari sistem aromatik yang tersusun dari selulosa, hemiselulosa, zat ekstraktif dan
atas unit-unit fenil propana. Sifat-sifat lignin yaitu mineral
tidak larut dalam air dan asam mineral kuat, larut Pemisahan lignin tergantung dari proses
dalam pelarut organik dan larutan alkali encer. yang digunakan, apakah proses sulfit, proses kraft
Lignin yang terikut dalam produk pulp atau proses soda. Pelepasan selulosa lebih mudah
menurunkan kekuatan kertas dan menyebabkan jika digunakan proses semi kimia dan proses soda
kertas menguning. Lignin dapat dihilangkan dari dibandingkan dengan proses kraft. Zat ekstraktif
bahan dinding sel yang tak larut dengan klor lebih mudah larut pada suasana alkali daripada
dioksida. Pulp akan mempunyai sifat fisik atau suasana asam. Pada proses sulfit netral, terbentuk
kekuatan yang baik apabila mengandung sedikit lignin sulfonat dan karbohidrat yang terlarut,
lignin. Hal ini karena lignin bersifat menolak air sehingga ikatan fiber menjadi lemah. Jumlah
dan kaku sehingga menyulitkan dalam proses lignin dan karbohidrat yang bereaksi tergantung
penggilingan. Kadar lignin untuk bahan baku jumlah bahan-bahan kimia yang digunakan,
kayu 20-35 %, sedangkan untuk bahan baku non- sedangkan pemilihan bahan-bahan kimia yang
kayu lebih kecil lagi. digunakan tergantung pada jenis bahan baku pulp
yang diolah.
Tabel 2.2 Perbedaan Antara Lignin, Selulosa, Penelitian pembuatan pulp dengan
dan Hemiselulosa proses kraft sudah dilakukan sejak tahun 1983.
Selulosa Lignin Proses kraft menggunakan larutan NaOH dan
- Tidak larut dalam - Tidak larut dalam larutan Na 2 S sebagai komponen aktif tambahan.
pelarut organik dan air dan asam Pemasakan dilakukan pada temperatur 160-180OC,
air mineral kuat tekanan 7 - 11 bar dan waktu pemasakan 4-6 jam.
- Tidak larut dalam - Larut dalam pelarut Pulp yang diperoleh dari proses ini bersifat kuat,
alkali organik dan larutan tetapi proses ini memberikan dampak lingkungan
- Larut dalam asam alkali encer yang serius. Warna pulp yang dihasilkan cukup
pekat gelap. Hal ini disebabkan oleh gugus kromofor
- Terhidrolisis relatif dalam lignin yang tersisa yang terbentuk selama
lebih cepat pada pemasakan alkalis. Dengan hasil warna yang lebih
temperatur tinggi. gelap maka diperlukan proses bleaching yang
berulang-ulang untuk mendapatkan tingkat
2.4. NaOH keputihan yang tinggi, sehingga zat kimia yang
Natrium Hidroksida anhidrat berbentuk diperlukan untuk bleaching juga lebih banyak.
kristal berwarna putih. NaOH bersifat sangat Hasil pembuatan bubur kertas secara
korosif terhadap kulit. Istilah yang paling sering kimiawi menghasilkan serat-serat yang murni dan
digunakan dalam industri yaitu soda kaustik. Soda panjang, sehingga akan diperoleh kertas yang
kaustik apabila dilarutkan dalam air akan kuat.
menimbulkan reaksi eksotermis.
2.6. Proses Pembuatan Pulp dengan Pelarut
Tabel 2.3 Sifat Fisika NaOH Organik
NaOH Nilai Pemanfaatan biomassa secara efisien
Berat molekul 39,998 gr/mol dapat dilakukan dengan menerapkan konsep
Spesific Gravity 2,130 biomass refining, yaitu pemrosesan dengan
Titik leleh 318oC menggunakan pelarut organik (organosolv
Titik didih 1390oC processes), yang dilanjutkan dengan melakukan
Kelarutan pada 299,6 fraksionasi biomassa menjadi komponen-
20oC, gr/100gr air komponen utama penyusunnya, ialah selulosa,
hemiselulosa dan lignin, tanpa banyak merusak
ataupun mengubahnya.
2.5. Proses Pembuatan Pulp Secara Kimia
Proses pembuatan pulp secara kimia 2.7. Proses Soda
dilakukan untuk melemahkan hubungan lignin- Proses soda adalah sistem pemasakan alkali
karbohidrat sebagai perekat serat dengan yang menggunakan tekanan tinggi dan
pengaruh bahan kimia. Umumnya serat kayu dan menambahkan NaOH yang berfungsi sebagai
bukan kayu merupakan bahan berserat yang terdiri larutan pemasak dengan perbandingan 4 : 1
terhadap kayu yang digunakan. Larutan yang

70 Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010


dihasilkan dipekatkan dengan cara penguapan. larut. Larutan NaOH berfungsi dalam
Proses alkali lebih jarang dipergunakan pemisahan dan penguraian serat selulosa dan
dibandingkan dengan proses sulfit, karena proses nonselulosa.
alkali memerlukan larutan pemasak dari zat kimia 2) Perbandingan Cairan Pemasak terhadap
yang lebih sulit diperoleh. Bahan Baku
Keuntungan proses soda adalah mudah Perbandingan cairan pemasak terhadap
diperolehnya kembali bahan kimia, hasil bahan baku harus memadai agar pemecahan
pemasakan dari lindi hitam menjadi bahan baku lignin dalam proses degradasi berlangsung
yang dapat dipakai kembali (NaOH recovery). sempurna dan dapat larut semua dalam cairan
pemasak. Perbandingan yang terlalu kecil
2.8. Proses Sulfit dapat menyebabkan terjadinya redeposisi
Dalam proses sulfit digunakan campuran lignin sehingga dapat meningkatkan bilangan
asam sulfit dan bisulfit untuk melarutkan lignin. kappa yang menurunkan kualitas pulp.
Proses ini memisahkan lignin sebagai garam- Perbandingan yang dianjurkan ialah lebih dari
garam asam lignosulfonat tetapi sebagian besar 8 : 1.
struktur molekul lignin tetap utuh. Bahan kimia 3) Temperatur Pemasakan
basa (kation) dari bisulfit dapat berupa ion Temperatur pemasakan berhubungan
kalsium, magnesium, sodium, atau ammonium. dengan laju reaksi. Temperatur yang tinggi
Pembuatan pulp proses sulfit berlangsung dalam juga dapat menyebabkan terjadinya
rentang pH yang lebar. Asam sulfit memberikan pemecahan makromolekul yang semakin
kondisi yang lebih asam (pH 1-2), sedangkan banyak, sehingga produk yang larut dalam
bisulfit memberikan kondisi yang kurang asam alkali pun akan semakin banyak.
(pH 3-5). Pulp hasil proses sulfit lebih cerah dan 4) Lama Pemasakan
mudah diputihkan, tetapi lembaran kertasnya lebih Lama pemasakan yang optimum pada
lemah dibandingkan pulp hasil proses sulfat proses delignifikasi adalah sekitar 60-120
(kraft). menit. Kandungan lignin tidak berubah lagi
setelah rentang waktu tersebut. Semakin lama
2.9. Proses Sulfat waktu pemasakan, maka kandungan lignin di
Proses sulfat atau proses kraft dalam pulp semakin tinggi, karena lignin
menggunakan natrium hidroksida dan natrium yang semula telah terpisah dari raw pulp
sulfat. Dalam proses ini natrium sulfat yang dengan berkurangnya konsentrasi NaOH akan
ditambahkan, direduksi di dalam tungku kembali menyatu dengan raw pulp dan sulit
pemulihan menjadi natrium sulfida yang untuk dipisahkan lagi.
dibutuhkan untuk delignifikasi. Pada proses ini
digunakan bahan pemutih sehingga pulp yang
dihasilkan mempunyai derajat putih yang III. METODOLOGI PENELITIAN
berkualitas tinggi. Proses ini banyak digunakan 3.1. Peralatan yang Digunakan
dalam pembuatan pulp karena proses pemulihan 3.1.1Peralatan untuk pemasakan pulp adalah:
bahan kimianya lebih sederhana dan sifat-sifat 1) Autoclave (Digester)
pulpnya lebih baik. Walaupun proses ini sering 2) Erlenmeyer
digunakan, namun proses mempunyai kelemahan 3) Gabus
yang sukar diatasi seperti bau gas (SO 2 dan Cl 2 )
yang tidak enak dan kebutuhan bahan kimia 3.1.2 Peralatan untuk analisa adalah:
pemutih yang tinggi untuk pulp dari kayu lunak • Alat-alat gelas standar : erlenmeyer,
(Clark, 1978). Keuntungan proses kraft adalah gelas beker, gelas ukur, pipet tetes,
proses ini lebih fleksibel karena dapat digunakan corong pemisah, batang pengaduk, dll
untuk berbagai jenis kayu (Bakara, 1999). • kertas saring
• pompa vakum
2.10. Faktor yang Berpengaruh Pada Proses • eksikator
Pembuatan Pulp • pH meter
Adapun faktor yang berpengaruh pada • oven
pembuatan pulp sebagai berikut :
1) Konsentrasi Pelarut 3.2. Bahan-bahan yang Digunakan
Semakin tinggi konsentrasi larutan 3.2.1. Bahan-bahan untuk pembuatan pulp :
alkali, akan semakin banyak selulosa yang

Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010 71


1) Bahan baku : batang rami kering NaOH di-set berdasarkan konsentrasi
2) Larutan pemasak : NaOH 5 %, 10%, NaOH terbaik yang didapat pada poin 5).
15%, 20%, 25% 8) Padatan (pulp) dipisahkan dari larutan
pemasak dengan kertas saring. Padatan
3.2.1. Bahan-bahan untuk analisa : dibilas dengan aquadest sampai filtrat
1) Larutan NaOH 17,5 % kelihatan jernih.
2) Larutan asam asetat 98% 9) Padatan kemudian dikeringkan dalam
3) Larutan asam sulfat 99,8% oven. Selanjutnya padatan pulp ini siap
4) Aquadest untuk dianalisa kualitasnya.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Prosedur Persiapan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Rami dibersihkan dari pengotor, daunnya 4.1. Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap
dibuang, diambil batangnya, lalu berat rendemen pulp, kandungan selulosa
dipotong menjadi seperti chips. pulp, dan kandungan lignin pulp.
2) Chips dijemur selama 3 hari di bawah Berikut adalah gambar pengaruh konsentrasi
sinar matahari sampai kering. NaOH terhadap berat rendemen pulp (0-100%),
3) Chips dikeringkan lanjut di dalam oven kandungan selulosa pulp (0-100%), dan
selama 1 jam dan disimpan/didinginkan kandungan lignin pulp (0-25%).
dalam eksikator sebelum dipakai sebagai
bahan baku pembuatan pulp.
100
3.3.2 Prosedur Penelitian 80
1) Ditimbang bahan baku sebanyak 10 gr. 60
%

2) Bahan baku kemudian dihaluskan dengan 40


menggunakan blender dan dimasukkan 20
ke dalam erlenmeyer sebagai reaktor. 0
3) Disiapkan larutan pemasak berupa NaOH 5 10 15 20 25
dengan konsentrasi yang telah ditentukan
% (NaOH)
dan dimasukan ke dalam reaktor
(erlenmeyer). Perbandingan berat larutan Rendemen Selulosa Lignin
pemasak dengan bahan baku yang
digunakan adalah 20:1. Gambar 4.1 Pengaruh Konsentrasi NaOH
4) Reaktor (erlenmeyer) ditutup dengan terhadap berat rendemen pulp, kandungan
gabus lalu dimasukkan ke dalam selulosa pulp dan kandungan lignin pulp (10
Autoclave. Kondisi Autoclave diatur gram rami kering, 200 gram NaOH, lama
sesuai dengan temperatur dan waktu pemasakan 60 menit dan temperature 100oC)
pemasakan yang ditentukan.
5) Pada saat melakukan penelitian dengan Dari grafik di atas terlihat bahwa
variasi konsentrasi NaOH, maka variabel bertambahnya konsentrasi NaOH tidak begitu
yang lain di-set konstan, yaitu lama berpengaruh terhadap rendemen pulp dan
pemasakan ditentukan 60 menit dan kandungan selulosa dalam pulp yang dihasilkan.
temperatur pemasakan 100 oC Hal ini disebabkan karena larutan NaOH yang
6) Penelitian dilanjutkan dengan digunakan tidak cukup kuat untuk mendegradasi
memvariasikan temperatur pemasakan polisakarida yang terdapat dalam pulp, sehingga
dengan menggunakan konsentrasi NaOH kandungan karbohidrat pada pulp tidak banyak
terbaik yang didapat pada poin 5), terdegradasi. Sebaliknya kandungan lignin
sedangkan waktu pemasakan tetap 60 bertambah seiring dengan naiknya konsentrasi
menit. NaOH. Hal ini terjadi karena proses
7) Penelitian dilanjutkan dengan depolimerisasi dari lignin di dalam bahan pulp,
memvariasikan lama pemasakan. yang polimernya berubah menjadi monomer-
Temperatur pemasakan di-set monomer. Selanjutnya monomer-monomer
berdasarkan temperatur terbaik yang tersebut bereaksi dengan polimer yang masih
didapat pada poin 6) dan konsentrasi

72 Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010


terkandung pada pulp dan menghasilkan suatu lignin yang terurai menjadi monomer – monomer.
polimer baru atau lignin baru. Monomer tersebut bereaksi dengan polimer yang
Rendemen pulp tertinggi adalah 51,18%, masih ada pada pulp sehingga menghasilkan suatu
yabg diperoleh pada konsentrasi NaOH 5%, polimer baru atau lignin baru. Rendemen pulp
sedangkan rendemen pulp terendah adalah tertinggi yaitu 54,46%, pada temperatur
44,94%, pada konsentrasi NaOH 25%. pemasakan 120 oC dan Rendemen Pulp terendah
Kandungan selulosa tertinggi didapat pada didapat yaitu 51,09% pada Temperatur
konsentrasi NaOH 5 % yaitu sebesar 82,80%, dan Pemasakan 100 oC. Kandungan selulosa tertinggi
kandungan selulosa terendah adalah 81,45% pada didapat pada temperatur 115oC yaitu sebesar
konsentrasi NaOH 25%. Kandungan lignin 86,69%. Sedangkan kandungan selulosa terendah
tertinggi adalah 14,39% pada konsentrasi NaOH didapat pada temperatur 100oC yaitu 82,81%.
25% dan kandungan lignin terendah adalah 8,50% Kandungan lignin terendah ialah 6,61%, pada
pada konsentrasi NaOH 5%. temperatur 105oC, sedangkan kandungan lignin
tertinggi ialah 19,56%, pada temperatur 120oC
4.2. Pengaruh Temperatur Pemasakan
terhadap berat rendemen pulp, kandungan 4.3. Pengaruh waktu pemasakan terhadap
selulosa pulp dan kandungan lignin pulp. berat rendemen pulp, kandungan selulosa
pulp dan kandungan lignin pulp.
Berikut adalah gambar pengaruh temperatur
terhadap berat rendemen pulp (0-100%), Gambar 4.3 berikut menunjukkan pengaruh
kandungan selulosa pulp (0-100%), dan waktu pemasakan terhadap berat rendemen
kandungan lignin pulp (0-25%). pulp(0-100%),, kandungan selulosa pulp (0-
100%), dan kandungan lignin pulp (0-25%).

100
80 100
60 80
%

40 60
%

20 40
0 20
100 105 110 115 120 0
Temperatur (Celcius) 60 90 120 150 180
Waktu (menit)
Rendemen Selulosa Lignin
Rendemen Selulosa Lignin

Gambar 4.2 Pengaruh Temperatur terhadap


berat rendemen pulp, kandungan selulosa pulp Gambar 4.3 Pengaruh waktu pemasakan
dan kandungan lignin pulp (10 gram rami terhadap berat rendemen pulp, kandungan
kering, 200 gram NaOH, lama pemasakan 60 selulosa pulp dan kandungan lignin pulp (10
menit dan NaOH 5%) gram rami kering, 200 gram NaOH,
temperatur 105oC dan NaOH 5%)
Dari gambar 4.2 terlihat bahwa bertambahnya
temperatur tidak begitu berpengaruh terhadap Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa
rendemen pulp dan kandungan selulosa pulp yang waktu pemasakan tidak begitu berpengaruh
dihasilkan. Hal ini disebabkan variasi temperatur terhadap berat rendemen pulp dan kandungan
yang diterapkan tidak cukup kuat untuk selulosa pulp yang dihasilkan. Hal ini terjadi
melepaskan ikatan selulosa pada pulp sehingga karena selama berlangsungnya reaksi pemasakan
hanya sedikit selulosa yang terdegradasi selama pulp, hanya sedikit polisakarida yang
pemasakan pulp. Sebaliknya peningkatan terdegradasi. Sedikitnya polisakarida yang
temperatur pemasakan pulp mengakibatkan terdegradasi disebabkan oleh kuatnya ikatan
terjadinya kenaikan kandungan lignin pulp. Hal polisakarida pada bahan pulp. Sebaliknya
ini terjadi karena dengan semakin tinggi bertambahnya waktu pemasakan meningkatkan
temperatur pemasakan maka semakin banyak kandungan lignin. Hal ini disebabkan karena

Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010 73


semakin lamanya waktu pemasakan, semakin seperti indeks retak, indeks tarik, dan
banyak monomer – monomer baru yang terbentuk derajat putih.
akibat pemecahan lignin. Monomer – monomer 3) Pembuatan pulp berbahan baku rami
tersebut bereaksi dengan polimer yang masih dapat dilakukan dengan proses lainnya
terkandung pada pulp, sehingga menghasilkan sebagai pembanding dari penelitian
suatu polimer baru atau lignin baru. yang dilakukan.
Rendemen pulp tertinggi didapat pada
waktu pemasakan 180 menit, yaitu 58,05%, dan
Rendemen Pulp terkecil didapat pada waktu
pemasakan 60 Menit yaitu 53,57%. Kandungan VI. DAFTAR PUSTAKA
selulosa tertinggi didapat pada lama pemasakan Anonim. 2008a. “Ramie”. Diakses pada 20
60 menit yaitu 84,19%, sedangkan kandungan Oktober 2008 dari
selulosa terendah didapat pada lama pemasakan http://en.wikipedia.org.
180 menit, yaitu 73,48%. Kandungan lignin Anonim. 2008b. “Sodium Hydroxide ”. Diakses
terendah didapat pada kondisi lama pemasakan 60 pada 20 Oktober 2008 dari
menit, yaitu 6,83%, dan kandungan lignin http://en.wikipedia.org.
tertinggi didapat pada kondisi lama pemasakan Anonim. 2008c. “Pulping Process”. Diakses pada
180 menit. yaitu 24,41%. 4 November 2008 dari
http://www.wikipedia.com/.
Anonim. 2009a. “Lignin” . Diakses pada 20 Juni
V. KESIMPULAN DAN SARAN 2009 dari http://en.wikipedia.org.
5.1 Kesimpulan Anonim. 2009b. “Cellulose”. Diakses pada 20
Dari penelitian yang dilakukan, dapat Juni 2009 dari http://en.wikipedia.org.
diambil beberapa kesimpulan : Anonim. 2009c. “Sodium Hydroxide Used in
1) Makin tinggi konsentrasi NaOH, maka Paper Pulping”. Diakses pada 27
rendemen pulp semakin rendah, Februari 2009 dari
kandungan selulosa pulp semakin http://www.bulkmsm.com/research/ms
rendah, dan kandungan lignin pulp m/page6.htm.
semakin tinggi. Fessenden. 1994. ”Kimia Organik Jilid II”.
2) Makin tinggi temperatur pemasakan, Erlangga. Jakarta
maka rendemen dan kandungan lignin Montrismen. 2003. ”Pengaruh Temperatur
pulp yang dihasilkan semakin tinggi. Pemasakan dan Konsentrasi Soda
Pada temperatur yang terlalu tinggi, Kaustik Terhadap Lignin pada
selulosa ikut terdegradasi. Pembuatan Pullp dari Enceng
3) Makin tinggi lama pemasakan, maka Gondok”. Jurusan Teknik Kimia
rendemen pulp yang dihasilkan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
cenderung makin tinggi, kandungan Palembang
selulosa pulp semakin tinggi, dan Robinson, T. 1995. “Kandungan Organik
kandungan lignin pulp semakin tinggi. Tumbuhan Tinggi”. Institut Teknologi
4) Kondisi variabel pemasakan terbaik Bandung. Bandung
pada range penelitian ini adalah : Satria, A. 2003. ”Pembuatan Pulp dari Tandan
konsentrasi NaOH 5%, temperatur Kosomg Kelapa Sawit dengan Proses
pemasakan 105oC dan waktu Asam Asetat”. Jurusan Teknik Kimia
pemasakan 60 menit, dengan hasil : Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya,
rendemen pulp 5,357%, kandungan Palembang.
selulosa 84,18%, dan kandungan lignin Sutrian, Y. 1992. ”Pengantar Anatomi Tumbuh-
6,83% tumbuhan”. Rineka Cipta. Jakarta.

5.2 Saran
1) Penelitian dilanjutkan dengan tahapan
proses selanjutnya seperti bleaching
dan pencetakan lembaran kertas.
2) Pulp yang dihasilkan diuji kualitasnya
berdasarkan karakteristik pulp lainnya

74 Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 17, April 2010

Anda mungkin juga menyukai