Anda di halaman 1dari 22

TUGAS II KELOMPOK 7 ETNOMEDIKA

”INDONESIA TRADITIONAL MEDICINE DAERAH BALI DAN PAPUA”

DISUSUN OLEH :
1. DIAH RACHMAWATI 215401446050
2. AI SRI 215401446067
3. SEPTRI FAKHRUDDIANA K. 215401446068
4. RAHMI SANTIKA AFDAL 215401446069
5. DINA RATI WIBAWA 215401446108

DOSEN PEMBIMBING : Dr. dr. ANDI JULIA RIFIANA, M. Kes.

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NASIONAL
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT karena rahmat dan
hidayah-Nya akhirnya makalah tentang “Indonesian Traditional Medicine”
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini yakni kepada yang terhormat :
1. Ibu Dr. dr. Andi Julia Rifiana, M. Kes selaku Dosen Pembimbing mata
kuliah Etnomedika
2. Keluarga yang telah memberikan dukungan moril maupun materil
kepada penulis
3. Serta teman-teman seperjuangan yang telah memberikan masukan yang
berguna dalam penyelesaian makalah ini
Harapan penulis kepada pihak pembaca untuk dapat memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca. Aamiin.

Jakarta, 30 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Bali ................................................................................................. 5
B. Papua .............................................................................................. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah
kesehatan. Pada dasarnya obat tradisional (herbal) telah diterima secara luas di
hampir seluruh Negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO),
negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat
tradisional (herbal) sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima.
Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal
untuk pengobatan prime. Faktor pendorong terjadinya peningkatan
penggunaan obat tradisional di negara maju adalah usia harapan hidup yang
lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronis meningkat, adanya
kegagalan penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu diantaranya
kanker, serta semakin luas akses informasi mengenai obat tradisional di
seluruh dunia.
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai keanekaragaman
pengetahuan ragam pengobatan, salah satunya seperti pengobatan tradisional
yang terdapat di hampir semua wilayah di Indonesia. Daerah-daerah yang
terkenal dengan pengobatan tradisional antara lain Riau, Sumatera Utara,
Jawa, Madura, Kalimantan, Surakarta, Sulawesi, Papua dan sebagainya.
Pengetahuan ilmu pengobatan tradisional di Indonesia sudah ada sejak ratusan
tahun yang lalu, dan sudah terkenal pandai meracik obatan-obatan yang
berasal dari tumbuhtumbuhan, akar-akaran, bahan dari hewani dan bahan
lainnya untuk diracik sebagai ramuan jamu untuk menyembuhkan berbagai
jenis penyakit. Pengetahuan tersebut diwariskan secara turun-temurun melalui
tradisi lisan atau tulisan. Jumlah dan ragam pengobatan tradisional yang
tercatat di Indonesia sesuai data Departemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2003 berdasarkan keputusan menteri kesehatan Nomor:
1076/Menkes/SK/VII/2003 yakni yang berdasarkan metode pengobatan yaitu

1
keterampilan, ramuan obat, tenaga dalam, dan supra natural atau ajaran
agama.
Pengembangan Kesehatan Tradisional Indonesia (Kestrindo), terdapat tiga
pilar, yakni produk (jamu), praktik (metoda/ keilmuan) dan praktisi
(penyembuh / provider) yang disebut “3P”, yakni product, practice dan
practioners (WHOc 2014). Kelemahan pengembangan Kesehatan Tradisional
Indonesia selama ini, terjebak hanya pada pengembangan produk saja, ujung-
ujungnya produk yang dikembangkan “dipaksakan” masuk dalam paradigma
kedokteran konvensional, yang akhirnya mengalami kesulitan untuk
mendapatkan pengakuan dari profesi kedokteran konvensional. Hal ini bisa
dimaklumi karena adanya perbedaan filosofis antara kedokteran konvensional
dan pengobatan tradisional. Kedokteran konvensional berfilosofi materialistik
dan reduksionistik, sementara pengobatan tradisional berfilosofi holistik dan
sibernetik.
Berbagai dokumen kuno menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sudah
mempunyai sistem pengobatan tradisional. Dokumen dapat dilihat pada
peninggalan dokumen/artefak (1) Gambar relief orang minum Jamu pada
relief Karmawibhangga, di Candi Borobudur, (2) Kata jamu (jampi) (bahasa
Jawa), dapat ditemukan pada naskah kuno, seperti Ghatotkacasraya (Mpu
Panuluh), (3) Naskah Serat Centhini (1814), (4) Serat Kawruh Bab Jampi-
Jampi Jawi (1831), (5) Primbon Betal Jemur, (6) Serat Wirid Hidayat Jati
(Ronggowarsito), (7) Historia Naturalist et Medica Indiae (Yacobus Bontius,
1627), (8) Herbarium Amboinense (Gregorius Rhumpius), (9) Het Javaansche
Receptenboek (Buku Resep Pengobatan Jawa) (Van Hien, 1872), (10)
Indische Planten en Haar Geneeskracht (Tumbuhan Asli dan Kekuatan
Penyembuhannya) (KloppenburgVersteegh, 1907), (11) De Nuttige Planten
van Indonesie (K. Keyne, 1913), (12) Heilkunde und Volkstum auf Bali (W.
Weck, 1937). (Sutarjadi dkk, 2012).
Penggunaan obat tradisional di kalangan masyarakat sudah sangat banyak,
namun data dan latar belakang masyarakat memilih menggunakan obat
tradisional masih sedikit. Begitu juga data tentang jenis penyakit yang sering
diobati dengan menggunakan obat tradisional. Survei dan penelitian

2
diperlukan meningkatkan pemahaman dan penggunaan obat tradisional
sehingga dapat memaksimalkan hasil terapi dan menyediakan perawatan
medis yang berkualitas kepada masyarakat (Jabbar, Musdalipah, & Nurwati,
2017).
Masyarakat Bali sudah sejak lama memanfaatkan tumbuhan untuk
berbagai keperluan. Misalnya, pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan
minuman loloh, sebagai bahan obat untuk mencegah diabetes, diuretic, sakit
kepala, nyeri ulu hati serta merangsang nafsu makan, sebagai bahan pangan
serta nutraceutical, juga sebagai bahan bangunan tradisional Bali (Sujarwo et
al., 2014; Sujarwo et al., 2015; Sujarwo et al., 2016; Sujarwo dan Caneva,
2016; Sujarwo dan Keim, 2017). Keterkaitan tumbuhan dengan kebudayaan
Bali juga telah diungkapkan oleh Leurs (2009) dan Agung (2005). Namun
demikian, masih sangat sedikit penelitian yang mendokumentasi keragaman
jenis tumbuhan yang tercacat dalam lontar usada Taru Pramana serta
pemanfaatnya dalam mengobati berbagai jenis penyakit. Adiputra et al. (2017)
secara spesifik hanya mengungkapkan toksisitas beberapa jenis tumbuhan
yang mempunyai khasiat sebagai antivirus dari berbagai sumber lontar usada.
Papua memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi, namun
pemanfaatannya masih terbatas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kajian
terhadap jenis obat yang sudah dimanfaatkan oleh suku-suku di Papua.
Padahal keberadaan suku-suku di Papua telah memanfaatkan tumbuh-
tumbuhan untuk berbagai tujuan secara turun-temurun bahkan telah
mengadopsi pengetahuan dari luar. Menurut Muller (2005), orang Papua
memanfaatkan 650 jenis tumbuhan, 134 famili dan 378 genera sebagai obat,
bahan tali-temali, bahan membuat perahu, bahan ukiran dan bahan makanan.
Fakta menunjukkan bahwa masyarakat tradisional telah mampu
memanfaatkan aneka jenis tumbuhan untuk tujuan pengobatan secara turun-
temurun walaupun data ilmiah tentang bahan obat ini belum di ungkapkan
secara jelas (Cabuy et al.2012).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah
Bagaimana Indonesian Traditional Medicine ?

3
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Indonesian Traditional Medicine
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Bali Medicine.
b. Untuk mengetahui Papua Medicine.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A Bali Medicine

Pada umumnya Bali memiliki pengobatan tradisional yang ternyata


cukup manjur dan masih dipercayai oleh masyarakatnya untuk
menanggulangi penyakit yang ada. Peninggalan budaya ini hendaknya
tetap dipelihara dan dilestarikan, sehingga mampu dipergunakan untuk
menunjang pembangunan manusia Indonesia seutuhnya lahir dan bathin.
Dewasa ini pengetahuan orang Bali tentang penyembuhan (usada) masih
mempunyai kehidupan yang sungguh-sungguh berhubungan dengan
agama Hindu, hanya sedikit orang yang mau mempelajari secara seksama.
Hal ini disebabkan bahwa masyarakat Bali mengalami hambatan sosio-
psikologis untuk mempelajari lontar (usada dan tutur).
Karena ada wacana yang ditafsirkan dan ditransformasikan secara
keliru sehingga masyarakat merasa sungkan dan ragu serta takut untuk
mempelajari teks lontar. Misalnya adanya wacana aywa wera
(pengendalian diri atau agar hati-hati) dalam belajar, hal ini diartikan tidak
boleh diberitahu atau dipelajari. Pengobatan tradisional Bali (usada) yang
dikenalkan oleh para leluhur merupakan ilmu pengetahuan penyembuhan
yang dijiwai oleh nilai-nilai agama Hindu.
1. Pengertian USADA
USADA adalah ilmu pengobatan tradisional Bali yang memiliki
banyak ajaran dan ajaran itu berkaitan dengan berbagai cara pengobatan
dan berbagai upacara dalam penyucian diri. Kata usada berasal dari
kata ausadhi (bahasa. Sansekerta) yang berarti tumbuh-tumbuhan yang
mengandung khasiat obat-obatan. Kata usada ini tidaklah asing bagi
masyarakat di Bali, karena kata usada sering dipergunakan dalam
percakapan sehari-hari dalam kaitan dengan mengobati orang sakit.

5
Menurut Sukantra menyatakan usada adalah ilmu pengobatan
tradisional. Masyarakat di Bali masih percaya bahwa pengobatan
dengan usada banyak maanfaatnya untuk menyembuhkan orang sakit.

2. Klasifikasi Jenis USADA


a. USADA Buduh cara untuk mengobati orang sakit jiwa.
Menurut lontar Usada Buduh, ada beberapa jenis penyakit gila
dengan ciri masing-masing. Setiap penyakit gila dengan ciri
masing-masing tersebut berbeda pula cara pengobatan dan obatnya.
Di samping itu juga terdapat pengobatan penyakit gila dengan
tanpa memperhatikan cirri-cirinya atau secara umum. Berikut jenis
penyakit gila berdasarkan ciri-cirinya dan pengobatan penyakit gila
tanpa melihat ciri-cirinya:
1) Orang gila dengan ciri bernyanyi-nyanyi dan menyebut-nyebut
nama Dewa. Sarana pengobatannya: kunir (Curcuma domistica
VAL.) yang warnanya kemerah-merahan. Ketumbar
(Cariandrum sativum L.), garam bercampur arang, itu dipakai
jamu. Teteskan ke hidung dan mata. Setelah itu kembali
diminumkan air kelapa (Cocus nucifera L.) muda dari jenis
kelapa mulung (kelapa kulitnya hijau, pamgkal tangkainya
merah).
2) Orang gila dengan ciri menangis siang malam sambil menyebut-
nyebuit nama seseorang. Sarana pengobatannya: putik kelapa
mulung dan akar kelapanya yang masih muda, 2 biji pantat
bawang merah (Allium cepa L.), 2 biji adas (Foeniculum Vilgar,
MILL.), ketan hitam, dicampur dan minumkannya.
3) Orang gila dengan ciri suka pergi kesana-kemari. Sakit ini
namnya sakit edan kabinteha. Sarana pengobatannya: 25 biji
ketumbar, asam (Tamarindus incica L.) tanek (asam dikukus),
gula enau, santan kane (kental), campur dan minumkan. Sebagai
bedaknya: setangkai kelor munggi (Moringga Oleifera LAMK.),
setangkai kesawi (Brassica juncea Coss.), pala (Myristica

6
fragons Houtt.), tri ketuka tertdiri dari 3 unsur: bawang merah,
bawang putih, dan jerangan (Acorus calamus Linn), air cuka.
Mantra obat dan borehnya: Ong asta astu ya nama swaha, ala ala
ilili swaha, sarwa bhuta wistaya, sarwa guna wini swaha, ah astu
ya astu.3 kali. (Ya Tuhan semoga kami selamat, segala penyakit
hilang, segala gangguan para bhuta hilang).
b. USADA Rare obat untuk anak-anak.
Usada Rare mempunyai pengertian obat untuk kata usada
dan bayi atau kanak-kanak untuk kata Rare, jika dipadukan adalah
pengobatan bagi kanak-kanak atau bayi. Dewasa ini disebut balita.
Di dalam Usada Rare ditekankan bahwa seorang balian atau dukun
haraplah berhati-hati benar melakukan pengobatan ini. Karena
kadang-kadang material yang dipergunakan hanya untuk orang
dewasa saja. Yang perlu sekali diperhatikan adalah takaran atau
ukuran penggunaan material obat yang telah dipilih itu.
c. USADA Kacacar untuk penyakit cacar.
Dalam usaha kesehatan, sakit cacar disebut penyakit
varisela yg erasal dari Bahasa latin, Penyakit ini sangat menular
dan banyak menyerang anak-anak di bawah usia 10 tahun,
Pengobatan penyakit cacar ini agak rumit karena disertai dengan
upacara pengobatan dan dalam pengobatan itu harus digunakan
kepeng.
d. USADA Tuju untuk penyakit rematik.
Kalau membicarakan tentang Usada Tuju tentu terbayang di
benak kita hal-hal yang ada hubungannya dengan pengobatan
penyakit rematik. Penawar sarananya adalah air yang baru diambil
dari mata-air yang ditempatkan didalam Sibuh hitam Muncuk
dadap tiga helai kemudian dilakukan perapalan mantra. Inilah
pembunuh penyakit yang terdapat dalam perut dengan memakai
sarana sebagai berikut Om Sang Kalika angeseng upas
ring/atadasem, teka geseng sarwaning upas ring weteng, teka
geseng. Kemudian ada Bhagawan Kasyapa yang sarananya air

7
yang baru diambil dari tempatnya (Bali: toya anyar) dan kulit
muncuk Kayu Sakti.
Ada juga mantra penawar sari yang sarananya air yang baru
diambil dari tempatnya kemudian ditempatkan di dalam Sibuh
hitam, diisi dengan bunga kamboja, dipercikkan kepada orang yang
sakit sebanyak tiga kali disertai dengan rapalan mantra.
Perapalan mantra untuk sasantun sarananya air yang baru
diambil dari tempatnya, ditempatkan dalam Sibuh hitam, diisi
dengan bunga kamboja. Ada lagi perapalan mantra untuk
pengganti, sarananya adalah cempaka kuning, daun pandan,
minyak, oleskan pada pertengahan dahi.
e. USADA manak untuk pemeliharaan kandungan
Dalam Usada Manak, selain menggunakan tenung sebagai
media pengobatannya, usada ini umumnya juga menggunakan
tanaman tanaman tertentu sebagai obat atau tamba.
Dalam Lontar Taru Permana, disebutkan berbagai macam
jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat untuk berbagai
jenis penyakit. Dalam lontar tersebut juga diceritakan perjalanan
Mpu Kuturan menemukan berbagai jenis tumbuhan obat tersebut.
Berawal dari Mpu Kuturan yang tengah melaksanakan meditasi di
sebuah Setra Penuon.
f. USADA Paneseh untuk orang hamil
Usadha Paneseh, yang merupakan pengobatan dan
pemeliharaan untuk ibu-ibu hamil. Jika plasenta tidak keluar dapat
diobati dengan air tawar yang masih baru, lalu air itu ditempatkan
pada tempurung hitam lalu dirajah sangga, dan minum airnya.
Mantranya adalah "Ong luwu tumbuh di duhur batu, teka
kapo blabare uli gunung, teka anud". Untuk mengeluarkan
plasenta dapat juga diobati dengan daun kamurugan dan arak, lalu
diminum. Penyakit itu bisa diobati dengan jahe tujuh iris, uang
aring lalu keduanya dilumatkan di depan pintu. Kemudian obat itu
diminum.

8
g. USADA Dalem untuk mengobati penyakit dalam
Penyakit ini sangat banyak jenisnya, sehingga berakibat
juga pada macam-macam pengobatan. Dalam Usada Dalem
diantaranya diuraikan berbagai obat yang berkaitan dengan tubuh
manusia bagian dalam, seperti penyakit terkena racun, sakit perut,
obat anyang-anyangan, perut bengkak, tanda orang meninggal, dan
obat yang berkaitan dengan kesehatan alat reproduksi wanita dan
pria.
Misalnya obat perut bengkak dan batuk-batuk keluar nanah,
diobati dengan kunyit warangan, kulit pohon pule, kayu batu
maswi, tumukus, tiga ketumbar, minyak kelapa lalu diminum.
Daun kemiri muda, cendana, pohon kembang sepatu, maswi,
kemiri lalu disemburkan.
h. USADA ila untuk mengobati penyakit lepra
Jenis penyakit ini ditandai dengan warnanya. Jika warnanya
putih disebut Ila Lungsir, bila berwarna merah disebut Ila Brahma.
Bila putih berbintik-bintik disebut Ila Kangka, dan bila berwarna
merah dan tebal dinamai Ila Dedek, dan bila merah melingkar
dengan pinggir putih disebut Ila Kakarangan.
Jika lepra itu warnanya merah bertumpuk-tumpuk disebut
Ila Buta. Bila terkena Ila Lungsir, maka obatnya kulit kayu pangi,
kulit kayu bila, dan sinrong wayah. Lalu kulit kayu tersebut
dilumatkan sampai lembut dan ditambah dengan air cuka tahunan.
Kemudian obat-obat itu diramu menjadi bedak.
Bila penyakit Ila Lungsir dengan gejala melingkar tebal
warna putih, obatnya adalah jahe pahit, isin orong, bunga cengkeh,
cabai jawa, terasi warangan, belerang merah, dan belerang kuning,
lalu ditumbuk dan dicampur dengan air jeruk limau. Obat itu
dipakai untuk mengolesi pada bagian tubuh yang sakit.
i. USADA Netra untuk penyakit mata
Obat yang diuraikan dalam usada ini diambil dari
lingkungan, yang ada dari sekeliling manusia dan terdiri dari

9
berbagai unsur, unsur dari tumbuh-tumbuhan, air dan binatang dan
dipercaya dari mantra untuk mengobati penyakit.

B. Papua Medicine
Orang Papua mempunyai konsepsi dasar berdasarkan pandangan
kebudayaan mereka masing-masing terhadap berbagai penyakit
demikian halnya pada orang Marind-anim yang berada di selatan Papua
juga mempunyai konsepsi tentang sehat dan sakit, dimana apabila
seseorang itu sakit berarti orang tersebut terkena guna-guna (black
magic). Dan orang Hatam yang berada di daerah Manokwari percaya
bahwa sakit itu disebabkan oleh gangguan kekuatan supranatural seperti
dewa, roh jahat, dan buatan manusia. Orang Hatam percaya bahwa bila
ibu hamil sulit melahirkan, berarti ibu tersebut terkena buatan orang
dengan obat racun (rumuep) yaitu suanggi, atau penyakit oleh orang
lain yang disebut “priet” Mereka juga mempunyai pandangan bahwa
penyakit itu akan datang apabila sudah tidak ada lagi keseimbangan
antara lingkungan hidup dan manusia.
Berdasarkan beberapa contoh-contoh di atas dapatlah dikatakan
bahwa orang Papua mempunyai persepsi tentang sehat dan sakit itu
sendiri berdasarkan pandangan dasar kebudayaan mereka masing-
masing. Memang kepercayaan tersebut bila dilihat sudah mulai
berkurang terutama pada orang Papua yang berada di daerah-daerah
perkotaan, sedangkan bagi mereka yang masih berada di daerah
pedesaan dan jauh dari jangkauan kesehatan moderen, hal tersebut
masih nampak jelas dalam kehidupan mereka sehari-hari Bagaimana
persepsi orang Papua tentang sehat dan sakit, dapatlah diketahui bahwa
orang Papua mempunyai persepsi bahwa sakit itu karena melanggar
pantangan secara adat, adanya gangguan roh jahat, dewa, serta
pengaruh
1. Berdasarkan pemahaman kebudayaan orang Papua secara
mendalam, dapatlah dianalisis bagaimana cara-cara melakukan
pengobatan secara tradisional. Untuk itu telah diklasifikasikan

10
pengobatann tradisional orang Papua kedalam enam (6) pola
pengobatan , yaitu:
a. Pola Pengobatan Jimat. Pola pengobatan jimat dikenal oleh
masyarakat di daerah kepala burung terutama masyarakat
Meibrat dan Aifat. Prinsip pengobatan jimat, menurut
Elmberg, adalah orang menggunakan benda-benda kuat atau
jimat untuk memberi perlindungan terhadap penyakit. Jimat
adalah segala sesuatu yang telah diberi kekuatan gaib, sering
berupa tumbuhtumbuhan yang berbau kuat dan berwarna tua.
b. Pola Pengobatan Kesurupan. Pola kesurupan dikenal oleh
suku bangsa di daerah sayap burung, yaitu daerah teluk
Arguni. Prinsip pengobatan kesurupan menurut van Longhem
adalah seorang pengobat sering kemasukan roh/mahluk halus
pada waktu berusaha mengobati orang sakit. Dominasi
kekuatan gaib dalam pengobatan ini sangat kentara seperti
pada pengobatan jimat.
c. Pola Pengobatan Penghisapan Darah. Pola penghisapan darah
dikenal oleh suku bangsa yang tinggal disepanjang sungai
Tor di daerah Sarmi, Marind-anim, Kimaam, Asmat. Prinsip
dari pola pengobatan ini menurut Oosterwal, adalah bahwa
penyakit itu terjadi karena darah kotor, maka dengan
menghisap darah kotor itu, penyakit dapat disembuhkan. Cara
pengobatan penghisapan darah ini dengan membuat insisi
dengan pisau, pecahan beling, taring babi pada bagian tubuh
yang sakit. Cara lain dengan meletakkan daun oroh dan kapur
pada bagian tubuh yang sakit. Dengan lidah dan bibir daun
tersebut digosok-gosok sampai timbul cairan merah yang
dianggap perdarahan. Pengobatan dengan cara ini khusus
pada wanita saja. Prinsip ini sama persis pada masyarakat
Jawa seperti kerok.
d. Pola Pengobatan Injak. Pola injak dikenal oleh suku bangsa
yang tinggal disepanjang sungai Tor di daerah Sarmi. Prinsip

11
dari pengobatan ini menurut Oosterwal adalah bahwa
penyakit itu terjadi karena tubuh kemasukan roh, maka
dengan menginjak-injak tubuh si sakit dimulai pada kedua
tungkai, dilanjutkan ketubuh sampai akhirnya ke kepala,
maka injakan tersebut akan mengeluarkan roh jahat dari
dalam tubuh.
e. Pola Pengobatan Pengurutan. Pola pengurutan dikenal oleh
suku bangsa yang tinggal di daerah selatan Merauke yaitu
suku bangsa Asmat, dan selatan kabupaten Jayapura yaitu
suku bangsa Towe. Prinsip dari pola pengobatan ini menurut
van Amelsvoort adalah bahwa penyakit itu terjadi karena
tubuh kemasukan roh, maka dengan mengurut seluruh tubuh
si sakit, maka akan keluar roh jahat dari dalam tubuhnya.
Orang Asmat menggunakan lendir dari hidung sebagai
minyak untuk pengurutan. Sedangkan pada suku bangsa
Towe penyebab penyakit adalah faktor empirik dan magis.
Dengan menggunakan daun-daun yang sudah dipilih, umunya
baunya menyengat, dipanaskan kemudian diurutkan pada
tubuh si sakit.
f. Pola Pengobatan Ukup. Pola ukup dikenal oleh suku bangsa
yang tinggal di selatan kabupaten Jayapura berbatasan
dengan kabupaten Jayawijaya yaitu suku bangsa Towe,
Ubrup. Prinsip dari pengobatan ini adalah bahwa penyakit
terjadi karena tubuh kemasukan roh, hilang keseimbangan
tubuh dan jiwa, maka dengan mandi uap dari hasil ramuan
daun-daun yang dipanaskan dapat mengeluarkan roh jahat
dan penyebab empirik penyakit.
2. Buah Merah
Buah Merah adalah sejenis buah tradisional dari Papua. Oleh
masyarakat Wamena, Papua, buah ini disebut kuansu. Nama
ilmiahnya Pandanus Conoideus karena tanaman ini termasuk tanaman
keluarga pandan-pandanan dengan pohon menyerupai pandan, tetapi

12
tinggi tanaman dapat mencapai 16 meter dengan tinggi batang bebas
cabang sendiri setinggi 5-8 m yang diperkokoh akar-akar tunjang pada
batang sebelah bawah. Bagi masyarakat di Wamena, Buah Merah
disajikan untuk makanan pada pesta adat bakar batu. Namun, banyak
pula yang memanfaatkannya sebagai obat. Secara tradisional, Buah
Merah dari zaman dahulu secara turun temurun sudah dikonsumsi
karena berkhasiat banyak dalam menyembuhkan berbagai macam
penyakit seperti mencegah penyakit mata, cacingan, kulit, dan
meningkatkan stamina.
Adapun penelitian tentang khasiat pengobatan Buah Merah
pertama kali dilakukan oleh peneliti dosen Universitas
Cendrawasih (UNCEN) di Jayapura yaitu Drs. I Made Budi M.S.
sebagai ahli gizi dan dosen Universitas Cendrawasih (UNCEN) sempat
mengamati secara saksama kebiasaan masyarakat tradisional di
Wamena, Timika dan desa-desa kawasan pegunungan Jayawijaya yang
mengonsumsi Buah Merah. Pengamatan atas masyarakat lokal berbadan
lebih kekar dan berstamina tinggi, padahal hidup sehari-hari secara asli
tradisional yang serba terbatas dan terbuka dalam berbusana dalam
kondisi alam yang keras serta kadang-kadang bercuaca cukup dingin di
ketinggian pegunungan. Keistimewaan fisik penduduk lain yakni jarang
yang terkena penyakit degeneratif seperti: hipertensi, asam urat, stroke,
diabetes, penyakit jantung dan kanker,dll.
Manfaat buah merah ini dipercaya oleh masyarakat Papua dapat
mengobati berbagai penyakit dan baik bagi kesehatan. Dalam buah
merah, terkandung berbagai nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh,
seperti protein, kalori, karbohidrat, lemak sehat, dan antioksidan seperti
vitamin E, vitamin C, alfa-karoten, tokoferol, beta-karoten, dan zat
warna antosianin. Selain itu, buah merah juga dipercaya memiliki
beragam manfaat bagi kesehatan, antara lain:
a. Memiliki efek antikanker dan tumor
Buah merah mampu menghambat pertumbuhan sel kanker,
misalnya pada kanker ovarium, kanker usus besar, dan kanker

13
payudara. Pemakaian sari buah merah untuk membantu
penyembuhan kanker ini sebaiknya dikombinasikan dengan herbal
lain seperti temu putih, temu mangga, sambiloto, ciplukan, jinten
hitam, jombang, pegagan, dan keladi tikus yang bisa membunuh sel
kanker.
b. Memiliki sifat antiperadangan
Sifat antioksidan kuat yang dapat mengurangi peradangan dan
berpotensi untuk dijadikan obat alternatif bagi penyakit radang
usus yang dapat berkembang menjadi kanker usus.
c. Menurunkan darah tinggi, asam urat dan kolestrol jahat
Peran tokoferol alami dalam buah merah inilah yang kemudian
bekerja mengencerkan darah dan memperlancar sirkulasi darah,
sehingga kandungan oksigen dalam tekanan darah menjadi normal.
Peran tokoferol dalam hal membantu penyembuhan asam urat
adalah mengencerkan dan memperlancar aliran darah, sehingga
memperbaiki sistem kerja lever. Ekstrak buah merah ditemukan
mampu meningkatkan kadar kolestrol baik dan menurunkan kadar
kolestrol jahat, sehingga dapat mengurangi risiko
terjadinya penyakit jantung.
d. Memiliki sifat antivirus dan antimikroba
Buah merah juga diklaim mampu membantu mengobati penyakit
HIV dan TBC, karena dipercaya dapat membunuh virus dan bakteri
tertentu. Dalam buah merah kandungan dari Tokoferol dan
betakaroten inilah yang berfungsi sebagai antioksidan dan bisa
meningkatkan sistem kekebalan tubuh sebagai masalah utama
pengidap HIV/AIDS.
e. Gangguan Pada Mata
Penyakit yang sering menyerang mata, seperti kebutaan sementara
dan penyakit rabun, biasanya disebabkan tubuh kekurangan vitamin
A. Sementara itu, vitamin A tidak bisa diproduksi sendiri oleh
tubuh. Di sinilah peran betakaroten yang diserap oleh tubuh
kemudian diubah menjadi vitamin A.

14
f. Stroke
Senyawa kimia yang berperan adalah tokoferol yang ada dalam
buah merah yang berfungsi mencegah pengggumpalan darah
dengan mengencerkannya. Efeknya, penggumpalan darah bisa
dihindari sehingga aliran darah ke otak menjadi lancar.
g. Diabetes Mellitus
Tokoferol dalam buah merah ini akan memperbaiki kerja pankreas,
sehingga fungsinya untuk menyekresi insulin menjadi sempurna.
h. Osteoporosis
Dalam setiap 100 gram buah merah segar terkandung 54.000 mg
kalsium. Dalam mencegah dan membantu penyembuhan
osteoporisis, sebaiknya mengonsumsi buah merah dalam bentuk
pasta, buah merah segar, dan minyak buah merah.
i. Meningkatkan Libido atau Aprodisiak
Sari buah merah mengandung vitamin E dalam jumlah yang tinggi
pada buah merah tersebut bisa membantu meningkatkan produksi
sperma, terutama bagi laki-laki yang produksi spermanya kurang.
Kombinasi antara vitamin E tinggi dan jumlah energi yang
mencapai 360 kalori dalam buah segar inilah yang diduga bisa
berperan sebagai aprodisiak.
j. Membantu Meningkatkan Kecerdasan
Salah satu cara membantu meningkatkan kecerdasan otak manusia
adalah dengan merangsang pertumbuhan otak bayi sejak dalam
kandungan dan dalam masa pertumbuhan. Salah satu caranya
adalah dengan mengkonsumsi asam esensial berupa omega 3 dan
omega 6. Keduanya harus dikonsumsi bersama-sama agar daya
kerjanya efektif. Senyawa omega 3 dan omega 6 tersebut terdapat
dalam buah merah sebanyak 7,8% dan 8,8%. Omega 3 dan omega
6 tersebut bisa merangsang daya kerja otak yang berlanjut
meningkatkan daya kecerdasan otak. Minyak buah merah untuk
meningkatkan daya kerja otak ini bisa dikonsumsi dalam bentuk
minyak atau dipakai sebagai minyak goreng saat menumis

15
masakan. Sementara itu, anak-anak dianjurkan mengonsumsi
sebanyak satu sendok teh sekali sehari.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Orang di daerah pedesaan lebih cenderung menggunakan
pendekatan tradisional karena faktor-faktor kebiasaan, lebih percaya
pada kebiasaan leluhur mereka, yang terdiri dari keaneka ragaman
kebudayaan memiliki pengetahuan tentang mengatasi berbagai
masalah kesehatan yang secara turun temurun diwariskan dari generasi
ke genarasi berikutnya.
Pengobatan tradisional Bali (usada) yang dikenalkan oleh para
leluhur merupakan ilmu pengetahuan penyembuhan yang dijiwai oleh
nilai-nilai agama Hindu yang berkaitan dengan berbagai cara
pengobatan dan berbagai upacara dalam penyucian diri.
Adapun klasifikasi USADA adalah USADA Buduh cara untuk
mengobati orang sakit jiwa, USADA Rare obat untuk anak-anak,
USADA Kacacar untuk penyakit cacar, USADA manak untuk
pemeliharaan kandungan, USADA Paneseh untuk orang hamil,
USADA Dalem untuk mengobati penyakit dalam, USADA ila untuk
mengobati penyakit lepra, USADA Netra untuk penyakit mata
Berdasarkan pemahaman kebudayaan Papua, pengobatann
tradisional orang Papua diklasifikasikan 6 pola pengobatan , yaitu:
Pola Pengobatan Jimat , Pola Pengobatan Kesurupan, Pola Pengobatan
Penghisapan Darah,Pola Pengobatan Injak, Pola Pengobatan
Pengurutan,Pola Pengobatan Ukup.
Selain itu pengobatan tradisional Papua seperti Buah Merah secara
turun temurun sudah dikonsumsi karena berkhasiat dalam
menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti mencegah penyakit
mata, cacingan, kulit, dan meningkatkan stamina.

17
B. Saran
Perlu secara mendalam memahami konsep serta interpretasi
mereka terhadap sehat, sakit, dan berbagai pengobatan secara
tradisional yang terwujud melalui kebudayaan mereka dengan baik.
Buah merah yang termasuk tanaman endemik, akan makin
memperkaya keanekaragaman hayati. Oleh sebab itu budidaya
tanaman buah merah sangat dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan
hidup plasmanutfah di Indonesia.

18
DAFTAR PUSTAKA

Erawan, Ida Bagus Puja. Usada Tuju. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bali :
Bali
Jabbar, A., Musdalipah, & Nurwati, A. (2017). Studi Pengetahuan , Sikap dan
Tindakan Terhadap Penggunaan Obat Tradisional Bagi Masyarakat di
Desa Sabi-Sabila Kecamatan Mowewe Kabupaten Kolaka Timur. Majalah
Farmasi, Sains, Dan Kesehatan, 3(1), 19–24.
http://digilib.unimed.ac.id/38461/8/7.%20NIM.%208146152005%20BAB%20I.p
df
Jurnal Kajian Bali. Volume 09, Nomor 01, April 2019.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/kajianbali
Jurnal Kehutanan Papuasia 5 (1): 49–55 (2019). Mikan N., dan Runtuboi Y.,
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Sebagai Obat Tradisonal Berbasis
Ethnomedical Knowledge Pada Masyarakat Suku Mandobo. Jurusan
Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Papua Manokwari, Papua
Barat.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Vol. 1, No. 1, Agustus
2017. Siswanto. Pengembangan Kesehatan Tradisional Indonesia: Konsep,
Strategi dan Tantangan. Ketua Komisi Saintifikasi Jamu Nasional
Kementerian Kesehatan RI.
Riwut Nila, 2003. Menyelami Kekayaan Leluhur. Yogyakarta : Pusakalima.
Suardika, I Ketut. Pengobatan Tradisional USADA dan BALIAN Budaya Bali.
FKIP Universitas Halu Oleo : Bali
https://dinkes.jayapurakab.go.id/manfaat-buah-merah/
http://papuaweb.org/uncen/dlib/jr/antropologi/01-01/04.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Buah_merah_papua
https://www.alodokter.com/nikmati-manfaat-buah-merah-dari-tanah-papua

Anda mungkin juga menyukai