Anda di halaman 1dari 6

Nama : Roro Anggie Danukusumawardhani

NIM : P05120320037
Program Studi : Sarjana Terapan Keperawatan dan Ners
Tingkat/Semester : I/II
Mata Kuliah : Mikrobiologi dan Parasitologi
Dosen Pengampu : Putri Widelia, S.Si., M.Si.
Hari/Tanggal : Kamis, 25 Februari 2021
Sumber Materi :
• Suprobowati, Ocky Dwi., dan Iis Kurniati. 2018. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik (TLM) :
Virologi. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan-Kementrian Kesehatan RI.

Membuat resume tentang virus dengan rincian sebagai berikut.


1) Sifat-sifat virus;
2) Perkembangbiakan dan genetik virus;
3) Patogenesis virus;
4) Mekanisme pertahanan tubuh terhadap virus.
Sifat-sifat Virus
Adapun sifat-sifat khusus virus menurut Lwoff, Home, dan Tournier (1966), yakni :
1) Bahan genetik virus terdiri dari asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA), tetapi
bukan gabungan dari kedua jenis asam nukleat tersebut.
2) Struktur virus secara relatif sangat sederhana, yaitu dari pembungkus yang mengelilingi atau
melindungi asam nukleat.
3) Virus mengadakan reproduksi hanya dalam sel hidup, yakni dalam nukleus, sitoplasma, atau di dalam
keduanya dan tidak mengadakan kegiatan metabolisme jika berada di luar sel hidup.
4) Virus tidak membelah diri dengan cara pembelahan biner. Partikel virus baru dibentuk dengan suatu
proses biosintesis majemuk yang dimulai dengan pemecahan suatu partikel virus infektif menjadi
lapisan protein pelindung dan komponen asam nukleat infektif.
5) Asam nukleat partikel virus yang menginfeksi sel mengambil alih kekuasaan dan pengawasan sistem
enzim hospesnya, sehingga selaras dengan proses sintesis asam nukleat dan protein virus.
6) Virus yang menginfeksi sel mempergunakan ribosom sel hospes untuk keperluan metabolismenya.
7) Komponen-komponen virus dibentuk secara terpisah dan baru digabung di dalam sel hospes tidak lama
setelah dibebaskan.
8) Selama proses pembebasan, beberapa partikel virus mendapat selubung luar yang mengandung lipid,
protein, dan bahan-bahan lain yang sebagian berasal dari sel hospes.
9) Partikel virus lengkap disebut Virion dan terdiri dari inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan protein
yang bersifat antigenik yang disebut kapsid dengan atau tanpa selubung di luar kapsid.

Perkembangbiakan dan Genetik Virus


Perkembangbiakan virus dikenal dengan istilah replikasi atau perbanyakan diri. Bagi virus, sel inang
merupakan sumber energi untuk sintesis protein. Perkembangbiakan virus dibagi menjadi dua, yaitu daur
litik dan lisogenik.
1) Daur Litik
Terjadinya daur litik disebabkan oleh ketahanan sel inang lebih lemah daripada daya infeksi virus.
Akibatnya sel inang akan pecah dan mati, serta akan menghasilkan virion-virion baru. Adapun tahapan
pada daur litik adalah adsorpsi, penetrasi, sintesis dan replikasi, pematangan atau perakitan, dan lisis.
2) Daur Lisogenik
Daur lisogenik terjadi jika pertahanan tubuh inang lebih kuat daripada daya infeksi virus. Pada daur
ini sel inang masih bisa bereproduksi dengan normal dan tidak akan langsung pecah. Akan tetapi, DNA
virus bakteriofag akan berinteraksi dengan kromosom sel inang membentuk profag. Saat sel inang yang
mengandung profag tersebut membelah diri, barulah profag akan diwariskan ke sel berikutnya. Adapun
tahapan pada daur lisogenik adalah adsorpsi dan infeksi, penetrasi, penggabungan, pembelahan,
sintesis.

• Adsorbsi/attachment : sebuah partakel virus mulai menempel pada permukaan sel spesifik.
• Injeksi/penetration : pemasukkan virion atau materi genetiknya saja ke dalam sel inang.
• Sintesis : pembentukan asam nukleat dan protein virus oleh metabolisme sel inang yang
dikendaikan oleh virus.
• Perakitan/assembly : kapsid dan paket genom virus dibentuk menjadi virion baru. Proses
ini disebut juga dengan pendewasaan/maturity.
• Pelepasan/release : virion yang telah dewasa dilepaskan dari sel.

Adapun materi genetik virus, yakni hanya terdiri atas satu asam nukleat berupa asam ribonukleat (RNA)
atau asam deoksiribonukleat (DNA), bukannya gabungan dari kedua jenis asam nukleat tersebut.
Virus DNA adalah virus yang memiliki DNA sebagai materi genetik dan bergantung pada DNA untuk
mereplika diri, serta menggunakan DNA polimerase sebagai DNA-dependent. Asam nukleat yang dimiliki
biasanya DNA beruntai ganda, tetapi bisa juga DNA beruntai tunggal. Contoh virus DNA, yakni
virus penyebab herpes (Herpes simplex), cacar air (Varicella), saluran pernapasan (Adenovirus), flu babi
(H1N1), dan hepatitis (Hepatitis B Virus/HBV).
Sementara virus RNA merupakan virus dengan RNA sebagai materi genetiknya. Berbeda dengan DNA
yang unit-unit pembangunnya berupa dioksinukleotida sehingga disebut untai ganda, RNA merupakan
asam nukleat untai tunggal yang terdiri dari unit-unit pembangun berupa mononukleotida. Setiap nukleotida
terdiri atas satu gugus fosfat, satu gugus pentosa, dan satu gugus basa Nitrogen (N). RNA merupakan hasil
transkripsi dari suatu fragmen DNA sehingga kedudukan RNA ialah sebagai polimer dan jauh lebih pendek
dibanding DNA. Tidak seperti DNA yang biasanya dijumpai di dalam inti sel, RNA kebanyakan berada di
dalam sitoplasma terutama di ribosom. Contoh virus RNA, yaitu virus yang menyebabkan influenza
(Orthomyxovirus), rabies (Rhabdovirus), AIDS (Retrovirus), gondong dan campak (Paramyxovirus), pilek
dan demam (Rhinovirus), serta rubela (Togavirus).

Patogenesis Virus
Patogenesis virus adalah proses yang terjadi ketika virus menginfeksi pejamu. Langkah-langkah
spesifik yang terlibat dalam patogenesis virus, yakni virus masuk ke dalam sel, replikasi virus primer,
penyebaran virus, kerusakan seluler, respons imun pejamu, pemusnahan virus atau terjadinya infeksi
persisten, dan pelepasan virus.
a. Proses Masuk dan Replikasi Primer
Agar terjadi infeksi pada pejamu, virus pertama kali harus menempel dan masuk ke salah satu sel
di permukaan tubuh kulit, saluran pernapasan, saluran urogenital, atau konjungtiva. Sebagian besar
virus masuk ke pejamunya melalui mukosa saluran pernapasan atau gastrointestinal. Namun, terdapat
pengecualian terutama pada virus yang langsung dimasukkan ke aliran darah oleh jarum meliputi
hepatitis B dan HIV, melalui transfusi darah, atau melaui vektor serangga berupa arbovirus. Virus
biasanya bereplikasi di pintu masuk atau disebut port d’entrée.
b. Kerusakan Sel dan Penyakit Klinis
c. Pemulihan dari Infeksi
Pejamu dapat meninggal atau sembuh dari infeksi virus. Mekanisme pemulihan mencakup baik
respons imun alami maupun adaptif. Interferon (INF) dan sitokin lainnya, imunitas humoral dan yang
diperantarai sel, dan faktor pertahanan pejamu lainnya dapat ikut terlibat. Kepentingan relatif masing-
masing komponen berbeda sesuai dengan virus dan penyakitnya.
d. Pelepasan Virus
Tahap akhir dalam patogenesis adalah pelepasan virus yang infeksius ke lingkungan. Ini merupakan
tahap penting untuk menjaga infeksi virus berada dalam populasi pejamu. Pelepasan biasanya terjadi
dari permukaan tubuh yang terlibat dalam proses masuknya virus. Pelepasan virus menandakan bahwa
individu yang terinfeksi bersifat infeksius terhadap orang lain. Pada beberapa infeksi virus, seperti
rabies, manusia merupakan tempat infeksi terakhir, dan tidak terjadi pelepasan.

Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Virus


Kunci utama sistem imunitas yang sehat adalah suatu kemampuan
untuk membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke
dalam tubuh. Benda asing apapun yang memicu respons imun ini
disebut antigen. Antigen bisa berupa mikroba seperti bakteri, virus,
plasmodium, dan jamur; bahkan jaringan tubuh individu lain yang
masuk ke dalam tubuh seperti transplantasi organ tubuh.
Secara umum, mekanisme kerja sistem imun tubuh kita, yakni ketika ada antigen yang masuk ke dalam
tubuh, maka sistem imun akan menghasilkan suatu zat untuk menghancurkan antigen tersebut. Zat itu
disebut sebagai antibodi. Antibodi sendiri memiliki bentuk yang menyerupai bentuk antigen yang akan
dilawan dengan tujuan agar antibodi dapat menempel pada antigen dan melawannya. Dengan demikian,
antigen tidak berkembang dan tidak menyebabkan infeksi.
Pada situasi abnormal, sistem imun bisa salah mengira bahwa bagian tubuh merupakan benda asing
sehingga berakhir menyerang diri sendiri. Hal ini disebut sebagai penyakit autoimun. Antibodi yang
menyerang diri sendiri bisa terbentuk tanpa aturan karena adanya rangsangan virus sebelumnya. Alhasil,
antibodi ikut beredar ke seluruh tubuh dan dapat memberikan kerusakan organ yang cukup
mengkhawatirkan.
Pada kasus lainnya, ada sistem imun yang merespon secara berlebihan atau hipereaktif terhadap suatu
benda asing. Antigen yang masuk itu disebut dengan alergen. Alergen bisa menimbulkan gejala seperti
bengkak, mata berair, pilek alergi, bahkan bisa menimbulkan reaksi alergi hebat yang mengancam jiwa atau
disebut anafilaksis. Berbagai macam reaksi alergi yang ditimbulkan antara lain adalah asma, eksim, pilek
alergi, batuk alergi, alergi makanan, alergi obat dan alergi terhadap toksin.
Kekebalan secara umum dibagi menjadi dua macam, yakni :
1) Kekebalan humoral
Kekebalan humoral berhubungan erat dengan pembentukan immunoglobulin (IgG, IgM, IgA).
Apabila seseorang terinfeksi oleh virus dan terjadi viremia (virus masuk peredaran darah), maka antigen
virus akan mencapai sel-sel tubuh yang berfungsi membentuk Ig (immunoglobulin). Adapun organ-
organ dalam kekebalan humoral meliputi hati, limpa, kelenjar getah bening, dan sistem
retikuloendotelial yang lain.
2) Kekebalan Seluler
Sangat berperan pada anak-anak yang mempunyai kelainan kongenital imunologik sehingga tidak
mempunyai kemampuan membentuk Ig dan menderita hipogamaglobulinemia. Walaupun mereka tidak
bisa membentuk Ig, tetap dapat sembuh bila ditulari virus (terjadi viremia) morbili, varicella, mumps,
dan sebagainya. Hal ini disebabkan sel limfosit dan sel makrofag langsung mengadakan infiltrasi ke
daerah atau ke sel-sel yang dimasuki oleh virus dan terjadilah proses peradangan lokal intensif. Limfosit
(sensitized lymphocyte) dan makrofagnya (activated macrophage) berusaha menyingkirkan sel-sel
yang sudah diserbu atau terkena virus. Fenomena ini terjadi dalam 24-48 jam (delayed hypersensitivity
reaction).

Anda mungkin juga menyukai