Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

V
DENGAN DEMAM THYPOID

Disusun Oleh :

1. Mudzakiroh 200300748
2. Rista Sulistiani 200300759

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ALMA ATA

YOGYAKARTA

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11
tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu
dengan lain mengingat latar belakang anak berbeda.
Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan, perkembangan dan
rentang sakit. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah,
besar, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, bersifat
kuantitatif sehingga bisa di ukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran,
panjang (cm, meter). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur. Dalam
proses berkembangnya anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola
koping dan perilaku sosial. (Cahyaningsih, Sulistyo Dwi, 2011).
Rentang sehat sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan
pelayanan keperawatan pada anak, adalah suatu kondisi anak berada dalam
status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis
dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang
bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama dalam batas rentang tersebut anak
membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyakit menular tropis masih merupakan salah satu masalah kesehatan
utama di negara yang beriklim tropis. Salah satu penyakit menular tropis
tersebut adalah demam tifoid, yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam
tifoid banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat, baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan sanitasi
lingkungan yang kurang, hygiene pribadi serta perilaku masyarakat. (Mutiarasari
dan Handayani, 2017).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien dengan demam thypoid.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan
demam thypoid
b. Menegakan diagnosa keperawatan pada pasien dari hasil pengkajian
c. Mampu melaksanakan intervensi pada pasien dari diagnosa keperawatan
d. Mampu melaksanakan implementasi pada pasien dari diagnosa
keperawatan
e. Mampu menganalisa dan mengimplementasi jurnal penelitian tentang
pasien yang memiliki demam thypoid
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defisini Demam Thypoid


Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi
Salmonella typhi. Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut
pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan
pada saluran pencernaan dan dengan gangguan kesadaran. (Wijayaningsih
kartika sari, 2013).
B. Etiologi Demam Thypoid
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri Samonella typhi. Bakteri
Salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut
getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O
(somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella),
dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga
macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif
anaerob pada suhu 15-41 derajat celsius (optimum 37 derajat celsius) dan pH
pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang
rendah, feses, urin, makanan/minuman yang terkontaminasi, formalitas dan lain
sebagainya. (Lestari Titik, 2016).
C. Manifestasi Klinis
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa
tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan,
sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi
mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kemudian menyusul gejala klinis
yang biasanya di temukan, yaitu:
1. Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten
dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
2. Gangguan Pada Saluran Pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan.
Pada abdomen dapat di temukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa
membesar disertai nyeri dan peradangan.
3. Gangguan Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang
terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat
mendapatkan pengobatan). Gejala yang juga dapat ditemukan pada
punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada
minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan
epistaksis.
D. Patofisiologi Demam Thypoid
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui
makanan dan minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya ˃10.000 basil
kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (igA)
usus kurang baik, maka basil salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel m)
dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembangbiak di jaringan limfoid
plak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening mesenterika. (Lestari Titik,
2016).
Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika
mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia)
melalui duktus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial
tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portal dari
usus. (Lestari Titik, 2016).
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat plasma, dan
sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa
(splenomegali). Di organ ini, kuman salmonella thhypi berkembang biak dan
masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia ke dua yang
disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala,
sakit perut, instabilitas vaskuler dan gangguan mental koagulasi). (Lestari Titik,
2016).
Perdarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar
plak peyeriyang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini
dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan
perforasi. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat
mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler,
pernafasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama timbulnya
penyakit, terjadi hiperplasia plak peyeri, di susul kembali, terjadi nekrosis pada
minggu ke dua dan ulserasi plak nyeri pada minggu ke tiga. selanjutnya, dalam
minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan
sikatriks (jaringan parut). Sedangkan penularan salmonella thypi dapat di tularkan
melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari
tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui Feses. (Lestari Titik, 2016).
E. Komplikasi
1. Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.
2. Komplikasi extra intestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndroma
uremia hemolitik.
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
d. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dan kolesistitis.
e. Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
f. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma guillain bare dan sindroma katatonia.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada anak dengan dengan typoid antara lain:
1. Pemeriksaan Leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit
pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-
kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi
sekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk
diagnosa demam typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan Darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darahtergantung dai beberapa
faktor :
a. Tehnik Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain,
hal ini disebabkan oleh perbedaan tehnik dan media biakan yang digunakan.
Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada
saat bakteremia berlangsung.
b. Saat Pemeriksaan Selama Perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella typhi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di Masa Lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia
sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan Dengan Obat Anti Mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
4. Kultur
Kultur urin bisa positif pada minggu pertama, kultur urin bisa positif pada
akhir minggu kedua, dan kultur feses bisa positif pada minggu kedua hingga
minggu ketiga.
5. Anti Salmonella typi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella
Typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya demam.
G. Penatalaksanaan
1. Perawatan
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi
bila ada komplikasi perdarahan.
c. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
d. Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
e. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
f. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
selama 7 hari.
2. Obat-Obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit typhoid. Waktu
penyembuhanbisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan.
Antibiotika, seperti ampicilin, kloramfenikol, trimethoprim
sulfamethoxazole dan ciproloxacin sering digunakan untuk merawat demam
typhoid di negara-negara barat. Obat-obatan antibiotik adalah:
a. Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, terbagi dalam
3-4 kali pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
b. Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol, diberikan
ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam3-4 kali.
Pemberian intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari.
c. Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/ hari, terbagi dalam3-4 kali.
Pemberian oral/intravena selama 21 hari.
d. Kotrimoksasol dengan dosis 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian, oral, selama 14 hari.
e. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 m/kgBB/hari
dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sehari sekali, intravena
selama 5-7 hari.
f. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika
adalah meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolon.
Bila tak terawat, demam typhoid dapat berlangsung selama tiga
minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30 % dari
kasus yang tidak terawat. Pengobatan penyulit tergantung macamnya.
Untuk kasus berat dan dengan manifestasi nerologik menonjol, diberi
deksamethason dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/kgBB, intravena
perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1
mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 sampai 7 kali pemberian.
Tatalaksanaan bedah dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit
perforasi usus.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

I. DATA IDENTITAS PASIEN


Nama : An.V
No rekam Medik :-
Tempat/tanggal lahir : Yogyakarta, 17 April 2014
Usia : 6 tahun
Nama ayah/Ibu : Tn.S/Ny.A
Pekerjaan Ayah : Karyawan Swasta
Pekerjaan Ibu : IRT
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : DIII
Agama : Islam
Alamat : Ds Palemsewu, Sewon, Bantul
Suku Bangsa : Indonesia
Diagnose Medis : Demam Tifoid
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Keluarga pasien mengatakan anaknya demam ±5 hari
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keluarga pasien mengatakan anaknya demam ±5 hari sejak tanggal 25-01-
2021, kemudian di bawa ke puskesmas akan tetapi tidak kunjung sembuh.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga pasien mengatakan kalau pasien sudah pernah di rawat di Rumah
Sakit dengan penyakit diare.

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN


1. Prenatal
Kehamilan Trimester I : ibu mengalami mual dan muntah
Kehamilan trimester II : ibu mengalami kontraksi namun tidak ada perdarahan
Kehamilan trimester III : ibu mengalami pembengkakan pada ekstremitas
bawah
2. Intranatal
Proses melahirkan ibu dibantu oleh bidan dengan BB janin waktu lahir 2,9 kg
dengan panjang 45 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 32 cm dan lingkar
lengan 12 cm.
3. Post Natal
ibu mengatakan keadaan bayi waktu lahir dalam keadaan normal dan tidak ada
masalah.
IV. RIWAYAT MASA LALU
1. Penyakit masa kecil
Ibu pasien mengatakan anaknya sering diare saat pasien masih bayi dan balita
2. Riwayat dirawat di Rumah Sakit
Ibu pasien mengatakan pasien pernah dirawat di Rumah Sakit dengan penyakit
Diare, namun baru kali ini pasien dirawat dengan penyakit demam tifoid.
3. Alergi
Pasien tidak memiliki alergi makanan maupun minuman
4. Obat-obatan yang digunakan
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu ketika sehat, ketika sakit
pasien mengkonsumsi obat sesuai indikasi dokter
5. Tindakan/operasi
Pasien tidak memiliki riwayat tindakan/operasi
6. Imunisasi
Ibu pasien mengatakan pasien sudah mendapatkan imunisasi hepatitis, DPT,
BCG, Polio, dan campak. Sedangkan imunisasi lanjutan belum dilakukan
karena usia pasien belum mencukupi untuk diberikan imunisasi lanjutan.
V. RIWAYAT KELUARGA
1. Genogram

33 29 21 27 20
18

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan

= Pasien
X = Meninggal
? = tidak diketahui umurnya
= Garis Perkawinan
= Garis Keturunan
----- = Garis Serumah

2. Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan dari ayah
maupun ibu pasien.
VI. RIWAYAT SOSIAL
1. Pengasuh
Yang mengasuh pasien adalah ayah dan ibu pasien
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik yaitu anak dapat
berinteraksi dengan ayah dan ibunya sebaliknya juga dengan keluarga -
keluarga yang lain.
3. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu pasien mengatakan hubungan pasien dengan teman sebayanya sangat baik,
seperti saat dirumah pasien bermain aktif bersama teman sebayanya.
4. Pembawaan secara umum
Pasien tampak kurang kooperatif dengan perawat dikarenakan kondisi pasien.
5. Lingkungan rumah
Orang tua pasien tinggal di rumah sendiri, lingkungan sekitar rumah padat
dengan lingkungan yang bersih.
VII. KEBUTUHAN DASAR
1. Nutrisi (makanan dan cairan)
Sebelum sakit : : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien makan 3x/hari
dengan menu nasi, sayur danlauk pauk sesuai keinginan pasien, ibu pasien
juga mengatakan anaknya suka jajan makanan ringan. Minum air putih
±600ml/ hari dan minum susu setiap hari.
Selama sakit : Ibu klien mengatakan nafsu makan menurun karena mual,
muntah, lidah terasa pahit saat makan dan lidah kotor, pasien hanya mau
sedikit minum susu dan tidak mau makan.
2. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan pasien tidur dengan nyenyak selama 7-
9 jam/hari.
Selama sakit : Ibu pasien mengatakan bahwa pasien susah tidur, sering
terbangun dan rewel.
3. Personal hygiene
Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan pasien mandi 2x/hari, menggosok
gigi, ganti pakaian, keramas 3x/minggu dan memotong kuku setiap minggu.
Selama sakit : Ibu pasien mengatakan bahwa selama sakit badan pasien hanya
diseka dengan kain basah 2x/hari dan ganti baju, pasien juga tidak mau
menggosok gigi.
4. Aktivitas bermain
Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien bermain dengan
teman-temanya, bahkan kadang bermain sendiri dengan mainan yang
dimilikinya.
Selama sakit : Ibu pasien mengatakan pasien lebih sering diam, berbaring juga
duduk di tempat tidurnya. Pasien kadang bercanda dengan ibunya dan bermain
mainan yang dibawakan dari rumah seperti boneka.
5. Eliminasi
Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan pasien BAK dirumah kurang lebih
8x /hari, warna kuning jernih dan BAB 1x/ hari, warna kuning dengan
konsistensi padat.
Selama sakit : Ibu pasien mengatakan selama sakit pasien mengatakan BAK
5x/ hari warna kuning jernih dan BAB kurang teratur.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : sadar penuh
2. Kesadaran : composmentis
3. Antropometri
Tinggi badan : 120 cm lingkar kepala : 50 cm
BB Sebelum Sakit : 20 Kg
BB sesudah sakit : 18 Kg lingkar dada : 63 cm
Lingkar lengan atas : 17 cm lingkar perut : 66
cm
4. Tanda-tanda vital
Suhu :37,8°C Nadi :90 x/menit
Pernafasan :28 x/menit Tekanan darah:128/85 mmHg
5. Kepala
Rambut pasien tampak hitam, lurus, kulit kepala pasien kering dan tidak ada
lesi.
6. Mata
Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva
normal,pupil isokor,tidak terdapat oedem.
7. Hidung
Hidung pasien bersih tidak terdapat serumen, tidak ada nafas cuping hidung,
tidak terdapat polip, pernafasan 28 x/menit.
8. Mulut
Mukosa kering, bibir pecahpecah, lidah kotor dan hiperemesis, tidak terdapat
caries gigi, tidak ada faringitis.
9. Telinga
Daun telinga simetris, bersih, tidak ada nyeri, tidak ada lesi dan benjolan,
pendengaran normal.
10. Leher
Dileher pasien tidak ada pembengkakan tiroid, tidak ada kelainan pada leher.
11. Dada
a. Jantung
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, Ictus cordis tidak terlihat, tidak ada
palpitasi
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba,dan tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Suara jantung terdengar S1 S2, lup lup
b. Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada
menggunakan otot bantu pernafasan, tidak menggunakan cuping hidung,
pernafasan 28x/menit
Palpasi : Pergerakan dinding dada teratur, traktil fermitus sama, tidak ada
odema
Perkusi : timpani
Auskultasi : Irama pernafasan vesikuler
c. Abdomen
Inspeksi : Perut pasien simetris, tidak terdapat lesi
Palpasi : Tidak ada pembesaran hati, turgor kulit >2 detik.
Perkusi : Timpani
Auskltasi : Suara peristaltik terdengar, bising usus ±10 x/menit
12. Urogenetalia
Tidak terpasang kateter maupun pempers
13. Ekstermitas
Ekstermitas atas : pasien dapat menggerakkan eksteritas atasnya dengan baik.
Kekuatan otot ekstermitas kanan atas 5555 dan ekstermitas kiri atas 5555
Ekstermitas bawah : pasien dapat menggerakkan eksteritas atasnya dengan
baik. Kekuatan otot ekstermitas kanan atas 5555 dan ekstermitas kiri atas 5555
Kulit : Warna kulit sawo matang, turgor menurun >2 detik, akral hangat, CRT
kurang dari 3 detik.
IX. ASPEK MENTAL-INTELEKTUAL
1. Intelektual orang tua
Ayah dan ibu pasien selalu ikut serta dalam mengembangkan pola pikir anak
baik dalam lingkungan keluarga, dalam berteman, memecahkan masalah, dalam
belajar dan berpikir. Ayah dan ibu pasien selalu memberikan perhatian dan
kasih sayang untuk pasien.
2. Support system keluarga
Ayah dan ibu pasien selalu memberikan dukungan untuk anak dalam
mengembangkan pola pikir atau hal baru yang anak lakukan, selalu
mengarahkan anak untuk bersikap baik di dlam lingkungan keluarga maupun
dilingkungan luar.
X. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN (KPSP)
1. Kemandirian dan Bergaul
Pada saat dilakukan pemeriksaan anak sudah sepenuhnya bisa berpakaian
sendiri tanpa bantuan.
2. Motorik Halus
Pada saat dilakukan pemeriksaan anak sudah bisa menggambar ditempat
kosong yang tersedia, anak suda dapat menggambar sedikitnya 6 bagian tubuh
dan anak sudah bisa menggambar persegi empat seperti contoh yang telah
diberikan dikertas kosong yang tersedia.
3. Bernalar dan Berbahasa
Pada saat dilakukan pemeriksaan anak suda bisa menunjukkan “segi empat
merah, segi empat kuning, segi empat biru dan segi empat hijau”, anak sudah
bisa menyebutkan lawan kata dan anak sudah dapat menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan seperti “sendok terbuat dari apa?, pintu terbuat dari
apa?”
4. Motorik Kasar
Pada saat dilakukan pemeriksaan anak sudah bisa melompat dengan satu kaki
beberapa kali tanpa berpegagangan, anak bisa berdiri dengan satu kaki tanpa
berpegangan dan anak dapat menangkap bola kecil sebesar bola tenis/bola kasti
hanya dengan menggunakan 2 tangan.
Kesimpulannya :
Hasil pemeriksaan menggunakan KPSP didapatkan jawaban “YA” dengan nilai
10 dengan interpretasi “sesuai umur”, maka tindakan yang dilakukan yaitu puji
keberhasilan orang tua dan lanjutkan stimulus sesuai umur.
XI. TERAPI MEDIS
Tanggal 09 Februari 2021
1. Paracetamol 1 /2 3x1 per oral
2. Kcl 500 mg 3x1 per oral
ANALISA DATA

No Symtom/data Etiologi Problem


1 DS : Asupan diet kurang Ketidakseimbangan nutrisi : kurang
- Ibu pasien mengatakan nafsu makan dari kebutuhan tubuh
pasien menurun
- Ibu pasien mengatakan BB pasien turun
- Ibu pasien mengatakan pasien hanya
makan satu sendok kemudian muntah
DO :
- KU lemah
- Pasien menolak saat diberi makan
- Mukosa bibir pasien tampak pucat
- Lidah kotor
- Suhu :37,8°C Nadi :90 x/menit
- Pernafasan :24 x/menit TD:128/85mmHg
- TB : 120 cm
- Bb sebelum sakit : 20 Kg
- BB sesudah sakit : 18 Kg
2 Ds : Proses penyakit Ketidakefektifan termoregulasi
- Ibu mengatakan suhu tubuh pasien naik
pada pagi hari dan turun pada malam hari
- Ibu mengatakan tubuh pasien hangat
Do :
- Suhu tubuh pasien pada pagi hari 38,0oC
pada malam hari suhunya 36,5oC
- Pasien tampak pucat
- Tubuh pasien teraba hangat
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & KH (NOC) Intervensi Keperawatan (NIC)


1 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nutrisi (1100)
dari kebutuhan tubuh b/d Asupan 3x24 jam diharapkan masalah teratasi dengan 1. Identifikasi alergi atau intoleransi
diet kurang indicator dan kriteria hasil : makanan yang dimiliki pasien
Status Nutrisi (1004) 2. Atur diet yang diperlukan
Indicator Awa akhir 3. Lakukan atau bantu pasien terkait
l dengan perawatan mulut sebelum makan
Asupan makanan 3 5 4. Pastikan makanan yang disajikan dengan
Asupan cairan 3 5 cara yang menarik dan pada suhu yang
Energy 3 5 paling cocok untuk konsumsi secara
optimal
Tingkat Nyeri (2102) 5. Anjurkan keluarga pasien untuk
Indicator Awal Akhir memberikan makanan yang tinggi kalori
Kehilangan nafsu 3 5
dan protein namun rendah serat
makan
6. Kolaborasi pemberian obat penambah
Mual 3 5
nafsu makan
Intoleransi 3 5
makanan
2 Ketidakefektifan termoregulasi b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pengaturan Suhu (3900)
proses penyakit 3x24 jam diharapkan masalah teratasidengan 1. Monitor suhu dan warna kulit
indicator dan kriteria hasil : 2. Monitor dan laporkan adanya tanda dan
gejala hipertermia maupun hipotermia
3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi yang
adekuat
Termoregulasi (0800) 4. Instruksikan keluarga pasien untuk
Indicator Awal Akhir memberikan selimut hangat pada pasien
Melaporkan 3 5 5. Sesuaikan suhu lingkungan untuk
kenyamanan kebutuhan pasien
suhu 6. Lakukan pendidikan kesehatan tentang
Peningkatan 2 5
penyakit demam tifoid
suhu kulit
Hipertermia 2 5 7. Berkolaborasi pemberian obat antipiretik
Hipotermia 3 5 8. Ajarkan terapi non farmakologi yaitu
Perubahan 3 5
kompres bawang merah (evidance
warna kulit
Dehidrasi 3 5 based)
Keterangan :
2 banyak terganggu
3 cukup terganggu
5 tidak ada terganggu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/tgl/jam Diagnose Implementasi Evaluasi Ttd


Keperawatan
1 Selasa Ketidakseimbangan 1. Mengidentifikasi alergi atau S: Mudzakiroh
09-02-2021 nutrisi : kurang dari intoleransi makanan yang - Ibu pasien mengatakan nafsu makan & Rista
10.00 kebutuhan tubuh b/d dimiliki pasien pasien menurun Sulistiani
Asupan diet kurang - Ibu pasien mengatakan pasien hanya (Ners)
2. Mengatur diet yang diperlukan
makan satu sendok kemudian
3. Melakukan atau bantu pasien
muntah
terkait dengan perawatan - Ibu pasien mengatakan BB pasien
mulut sebelum makan turun
4. Memastikan makanan yang O:
disajikan dengan cara yang - Pasien tampak tidak menghabiskan
menarik dan pada suhu yang porsi makannya
paling cocok untuk konsumsi - BB pasien 18 kg saat ditimbang
secara optimal - Pasien diberikan bubur saring
5. Menganjurkan keluarga pasien - Pasien menolak saat diberi makan
A : masalah belum teratasi
untuk memberikan makanan
P : intervensi 1-5 dilanjutkan
yang tinggi kalori dan protein
namun rendah serat
6. Berkolaborasi pemberian obat
penambah nafsu makan
2 Selasa Ketidakefektifan 1. Memonitor suhu dan warna S: Mudzakiroh
09-02-2021 termoregulasi b/d - Ibu mengatakan suhu tubuh Rista
kulit
10.00 proses penyakit pasien tidak stabil Sulistiani
2. Memonitor dan laporkan - Ibu mengatakan pasien lelah (Ners)
adanya tanda dan gejala O :
- Suhu tubuh pasien tampak tidak
hipertermia maupun
stabil
hipotermia - Pasien tampak lemah
3. Meningkatkan intake cairan - Suhu : 36,3°C
- Paracetamol 1 /2 3x1 per oral
dan nutrisi yang adekuat
A : masalah belum teratasi
4. Menginstruksikan keluarga P : intervensi 1-6 dilanjutkan
pasien untuk memberikan
selimut hangat pada pasien
5. Menyesuaikan suhu
lingkungan untuk kebutuhan
pasien
6. Melakukan pendidikan
kesehatan tentang penyakit
demam tifoid
7. Berkolaborasi pemberian obat
antipiretik
8. Mengajarkan terapi non
farmakologi yaitu berupa
kompres bawang merah
(evidance based)
1 Rabu Ketidakseimbangan 1. Mengidentifikasi alergi atau S : Rista
10-02-2021 nutrisi : kurang dari intoleransi makanan yang - Ibu pasien mengatakan pasien sudah Sulistiani
10.00 kebutuhan tubuh b/d dimiliki pasien mau makan tapi hanya sedikit &
Asupan diet kurang 2. Mengatur diet yang diperlukan - Ibu pasien mengatakan pasien hanya Mudzakiroh
mau makan dengan makanan (Ners)
3. Melakukan atau bantu pasien
kesukaannya
terkait dengan perawatan
- Ibu pasien mengatakan BB pasien
mulut sebelum makan
turun
4. Memastikan makanan yang O:
disajikan dengan cara yang - Pasien tampak sudah mau makan
menarik dan pada suhu yang kira-kira 3 sendok
paling cocok untuk konsumsi - Pasien tampak mau makan dengan
secara optimal makannan kesukaannya
5. Menganjurkan keluarga pasien - BB pasien masih 18 kg
untuk memberikan pasien A : masalah belum teratasi
P : Intervensi 1-5 dilanjutkan
makanan yang tinggi kalori da
protein namun rendah serat
6. Berkolaborasi pemberian obat
penambah nafsu makan
2 Rabu Ketidakefektifan 1. Memonitor suhu dan warna S: Rista
10-02-2021 termoregulasi b/d - Ibu mengatakan suhu tubuh pasien Sulistiani
kulit
10.00 proses penyakit sudah stabil &
2. Memonitor dan laporkan - Ibu mengatakan pasien sudah tidak Mudzakiroh
lelah lagi (Ners)
adanya tanda dan gejala
O:
hipertermia maupun - Suhu tubuh pasien tampak normal
hipotermia 37,5o C
- Pasien tampak sudah mulai bergerak
3. Meningkatkan intake cairan aktif
- Paracetamol 1 /2 3x1 per oral
dan nutrisi yang adekuat A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi 1-6 dilanjutkan
4. Menginstruksikan keluarga
pasien untuk memberikan
selimut hangat pada pasien
5. Menyesuaikan suhu
lingkungan untuk kebutuhan
pasien
6. Melakukan pendidikan
kesehatan tentang penyakit
demam tifoid
7. Berkolaborasi pemberian obat
antipiretik
8. Mengajarkan terapi non
farmakologi yaitu kompres
bawang merah (evidance
based)
1 Kamis Ketidakseimbangan 1. Mengidentifikasi alergi atau S : Mudzakiroh
11-02-2021 nutrisi : kurang dari intoleransi makanan yang - Ibu pasien mengatakan pasien sudah & Rista
10.00 kebutuhan tubuh b/d dimiliki pasien mau makan 1/3 porsi Sulistiani
Asupan diet kurang - Ibu pasien mengatakan pasien hanya (Ners)
2. Mengatur diet yang diperlukan
mau makan dengan makanan
3. Melakukan atau bantu pasien
kesukaannya
terkait dengan perawatan - Ibu pasien mengatkan BB pasien
mulut sebelum makan masih 18 kg
4. Memastikan makanan yang O:
disajikan dengan cara yang - Pasien tampak sudah mau makan 1/3
menarik dan pada suhu yang porsi
- Pasien tampak mau makan dengan
paling cocok untuk konsumsi
makanan kesukaannya
secara optimal - BB pasien masih 18 kg
5. Menganjurkan keluarga pasien A : masalah teratasi
untuk memberikan pasien P : Intervensi dipertahankan
makanan yang tinggi kalori
dan protein namun rendah
serat
6. Berkolaborasi pemberian obat
penambah nafsu makan
2 Kamis Ketidakefektifan 1. Memonitor suhu dan warna S: Rista
11-02-2021 termoregulasi b/d - Ibu mengatakan suhu tubuh pasien Sulistiani
kulit
10.00 proses penyakit sudah normal &
2. Memonitor dan laporkan - Ibu mengatakan pasien sudah tidak Mudzakiroh
lelah lagi (Ners)
adanya tanda dan gejala
O:
hipertermia maupun - Suhu tubuh pasien tampak normal
hipotermia 37,5o C
- Pasien tampak sudah bergerak aktif
3. Meningkatkan intake cairan A : masalah teratasi
dan nutrisi yang adekuat P : intervensi dipertahankan

4. Menginstruksikan keluarga
pasien untuk memberikan
selimut hangat pada pasien
5. Menyesuaikan suhu
lingkungan untuk kebutuhan
pasien
6. Melakukan pendidikan
kesehatan tentang penyakit
demam tifoid
7. Berkolaborasi pemberian obat
antipiretik
8. Mengajarkan terapi non
farmakologi berupa kompres
bawang merah (evidance
based)
BAB IV
ANALISA JURNAL
FORM LAPORAN ANALISA JURNAL

Analisa Jurnal Hasil Penelitian

1. Judul Artikel : Pengaruh Kompres Bawang Merah terhadap Penurunan


Suhu Tubuh pada Pasien Demam Thypoid di RS PKU Muhammdiyah Gombong
2. Sumber Artikel :Google Scholar
3. Sumber Artikel :Diakses melalui E-Journal Keperawatan
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/631 pada tanggal
11 Februari 2021
4. Analisa PICO
Tabel 1. Analisa PICO

No Kriteria Jawab Pembenaran dan Critical Thinking


1 P Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah
sebanyak 38
2 I Intervensi Intervensi yang dilakukan pada jurnal
adalah memberikan intervensi berupa
kompres bawang merah, dan
melakukan pengukuran kembali untuk
mendapatkan data primer
3 C Controling/Comparin Penelitian ini membuktikan pada dua
g kelompok subyek yaitu 19 sampel
kelompok intervensi dan 19 sampel
kelompok kontrol.
4 O Outcame Hasilnya adalah terdapat ada
pengaruh pemberian kompres bawang
merah terhadap penurunan suhu tubuh
pada pasien demam thypoid.

5. Analisa Kritis
a. Bagaimana level pembuktian artikel/avidence based dalam hirarki evidance
based?
Jawab : Penelitian ini reliabel dan dapat dibuktikan karena dalam penelitian
ini adalah uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada intrumen/ alat ukur
thermometer digital yang sudah dikalibrasi (pengaturan akurasi alat ukur yang
standar) sehingga instrumen bersifat reliabel.
b. Apakah jenis metodologi penelitian yang digunakan dalam artikel?
Jawab : Metode analisa data yang digunakan adalah dengan uji paired t-test.
Uji paired t-test merupakan salah satu dari uji komparasi (compare means),
berguna untuk menguji dua sampel yang saling berkorelasi/ berhubungan
yang biasa disebut sampel berpasangan. Dengan demikian uji paired t-test
digunakan untuk mengkaji keefektifan tindakan yang dilakukan dan
mengetahui perbedaan rata- rata sebelum dan sesudah dilakukan tindakan.
c. Apakah hasil penelitian ini reliabel dan relevan dengan kondisi di lapangan?
Jawab : Tidak, karena pasien di lapangan bukan merupakan anak, melainkan
remaja, dewasa muda dan dewasa tua
d. Bagaimana etika penelitian artikel yang ditemukan?
Jawab : Etika penelitian dengan menekankan prinsip-prinsip dalam etika
yang berlaku, meliputi lembar persetujuan menjadi responden tanpa nama,
dan menjaga kerahasiaan.
e. Bagaimana implikasi dalam keperawatan?
Jawab : Hasil dari penelitian dapat kita implikasikan dalam dunia
keperawatan yaitu teknik kompres bawang merah dalam menurukan suhu
tubuh.
6. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Ada pengaruh pemberian kompres bawang merah dalam menurunkan suhu
tubuh pada demam thypoid.
b. Saran
Pemberian terapi kompres bawang merah bisa dijadikan terapi alternatif bagi
seseorang yang mengalami demam thypoid.
BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi
Salmonella typhi. Perawatan yang bisa dilakukan untuk demam typhoid yaitu
a. Klien diistirahatkan 7 hari sampai 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus
b. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila
ada komplikasi perdarahan.
c. Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
d. Pada penderita yang akut dapat diberikan bubur saring.
e. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
f. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
B. Saran
1. Terapi kompres bawang merah dapat dijadikan terapi suportif untuk pasien yang
mengalami demam thypoid agar dapat menurunkan suhu tubuhnya yang tinggi
2. Dalam asuhan keperawatan ini hanya menggunakan satu jurnal, diharapkan
untuk kedepannya lebih kreatif dalam pemilihan jurnal dan semua diagnosa yang
ditemukan pada klien bisa menerapkan jurnal dalam setiap implementasinya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Akmal, M. Dkk. (2010). Ensiklopedia kesehatan untuk umum. Jogjakarta: Ar-


ruzz Media..
2. Cahyaningsih, Sulistyo Dwi. (2011). Pertumbuhan Perkembangan Anak dan
Remaja. Jakarta : Tim.
3. Hidayat, Alimul Aziz A. (2009). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.
Jakarta: Salemba Medika.
4. Hutahaean Serri. (2010). Konsep dan Dokumentasi Proses Keperawatan.
Jakarta: Tim.
5. Lestari Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogjakarta: Nuha Medika.
6. Nurarif dan Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda Nic Noc Dalam Berbagai Kasus Ed. Revisi Jilid 1.
Yogjakarta: Mediaction.
7. Nursalam, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan
bidan). Jakarta: Salemba Medika.
8. Purba, dkk. (2016). Program Pengendalian Demam Tipoid di indonesia:
tantangan dan Peluang. Media Litbangkes, Vol. 26 No. 2.
9. Rijai, dkk. (2016). Karakteristik dan Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Demam Typoid Di Beberapa Rumah sakit Di Samarinda Periode 2015.
10. Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal
dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.
11. Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogjakarta: Pustaka
Pelajar.
12. Wijayaningsih Kartika Sari. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: Tim.
. XP DQ6DO
OP RQHO
OD7\ SKL
1 2 &' LKDUDSNDQFHP DVLEXEHUNXUDQJ
3HQDWDODNVDQDDQNLW
DELVDP HP EHULNDQHGXNDVLNHSDGD 1 ,&
RUDQJWXDXQWXNDQDNQ\ DEHUXSD
) RRG0 DNDQDQGDQ0 LQXP DQ ) DVHV 8 ULQH ) RP LW
XV0 XQW
DKDQ <ƵŬƵ / DNXNDQXVDSDQSDGD
, VW
LUDKDW
GDQSHUDZDW
DQ
SXQJ J XQJ DW
DXO
HKHUGHQJ DQ
' LHW
GDQW
HUDSLSHQXQM
DQJ FDUD\ DQJ W
HSDW
3HP EHULDNDQW LP LNUREDNO
RUDP IHQLNRO VHIW
ULD[ RQ
NRWULP R[ D]RO
VLSURIORNVDVLQDP R[ LFLOO
LQGDQ
* XQDNDQSHQGHNDW DQ\ DQJ
' LEDZ DRO
HK) O
\ / DO
DW
DP SLVLOLQ WHQDQJ GDQP H\ DNLQNDQ
2 UDQJ W
XDFHP DVGDQW
DNXW $ QVLHW
DV
%HUDGDGLVLVLLEXNO LHQXQWXN
P HQLQJ NDW
NDQUDVDQ\ DP DQ
0 DQLIHVW
DVL. O
LQLV 0 DVXNNHGDO
DP O
DP EXQJ 0 DVXNNHGDO
DP VDO
XUDQFHU
QDP HO
DOXLP XO
XW 0 DVXNNHGDO
DP XVXV GDQP HQJ XUDQJ LNHWDNXWDQ
3DQDVO
HELKGDULKDUL
' RURQJ YHUEDO
LVDVLSHUDVDDQ
' HP DP W
LQJ JLGDUL &- & $ VDP O
DP EXQJ . XP DQ0 DW
L ' ( 0 $ 0 7< 3+ 2 , ' SHUVHSVLGDQNHWDNXW DQ
. XP DQEHUNHP EDQJ
7 XEXKP HQJ J LJ LO 3HQ\ DNLW\ DQJ WHUM
DGLNDUHQDLQIHNVLEDNW HUL6DO
OP RQHO
OD ELDNGDODP XVXV
7 \ SKLGDQXP XP Q\ DP HQ\ HEDU P HO
DOXLP DNDQDQGDQ
6DNLW
NHSDO
D
0 XDO
0 XQW
DK 6LVDP XQW
DKP HQHP SHO P LQXP DQD\ DQJWHUNRQWDP LQDVL
. HKLO
DQJDQQDIVXP DNDQ
,P XQLWDVKXP RUDO
6DNLW
SHU
XW 0 DVXNNHVDO
XUDQO
LP IDW
LN ,J $ NXUDQJEDLN
, QW
DNHQXW
ULVL ) XQVLSHQJ HFDSDQ

' LLO
HXP W
HUP LQDOLVP HP EHQWXNO
LP SRLG
SODTXHSD\ HUL . XP DQP HQHP EXVXVXV 5 HIHUHQVL
%% $ QRUHNVLD
1 2 &' LKDU
DSNDQQ\ HULDQDN + HUP DQ7+ HDW
KHU 1 DQGD,QW
HU
EHUNXUDQJ 0 DVXNDOLUDQGDUDK
1 ,& S . HW
W
LGDNVHLP EDQJDQQX
ULVLNXUDQJGDULNHEX
6HEDJLDQP DVXNNHO
SURSLD
DP LQD ( QGRNW
RVLQ EDNW
HULP LD
QDVLRQDO
' LDJQRVD. HSHUDZ DW
DQ -
( GLVL ( * &-DNDUW
D
/ DNXNDQSHQJ NDM LDQQ\ HUL WXKDQWXEXK
NRP SUHKHQVLI\ DQJ P HOL 7 HUM
DGLNHU
XVDNDQ
SXWLO
RNDVLNDUDNW HULVW
LN 0 DVXNNHDO
LUDQO
LP IH , QW
DQVDUL1 XUM
DQQDK5 R[ VDQD' HYL
RQVHWDW DXGXUDVLIUHNXHQ 7XP DQJ J RU 1 XUVLQJ2 XW
FDP HV&O
DVVLIRFDW
LRQ
VLNXDOLWDVLQWHQVLWDVDWDX 1 2 &' LKDU
DSNDQNHEXW
XKDQQXW
ULVLDQDNW
HU
0 HUDQJ VDQJSHOHSDVDQ 12& ( O
VHYLHU6LQJ DSRUH
EHUDWQ\ DQ\ HULGDQIDNW RU SHQXKL 0 HQ\ HU
DQJRUJ DQ5 ( 6 ] DW
SLURJ HQRO
HKOHXNRVLW
SHQFHW XV 1 ,&

7HQW XNDQSLOLKDQDQDOJ HVLN 0 RQLW


RUNHFHQGHUXQJ DQW
HUM
DGLQ\ D
+ DW
L / LP SD =DW
SLU
RJ HQEHUHGDU 1 2 & GLKDU
DSNDQGHP DP DQDNEHUNXU
DQJ
QDUNRW LNDQRQQDUNRWLND SHQXUXQDQEHUDW
EDGDQ
1 ,&
DWDX1 6$ , ' EHU
GDVDUNDQ / DNXNDQDWDXEDQWXNOLHQWHUNDLW
WLSH-WLSHNHSDUDKDQQ\ HUL + HSDW
RP HJDO
L 6SO
HQRP HJDO
L 3DQW
DXVXKXGDQW
DQGD -W
DQGDYLW
DOO
DLQQ\ D
GHQJ DQSHUDZ DW
DQP XOXWVHEHOXP
P DNDQ 0 HP SHQJ DU
XKLWHU
$M DUNDQSULQVLS -SULQVLS 0 RQLWRUDVXSDQGDQNHO XDUDQVDGDULSHUXEDKDQNH
P RU
HJ XO
DVLGLKLSR
P HQDMHP HQQ\ HUL $ QMXUNDQSDVLHQWHUNDLW
GHQJ DQ KLO
DQJ DQFDLUDQ\ DQJ W
DNGLUDVDNDQ
W
KDODP XV
NHEXW XKDQP DNDQDQ\ DQJ P HQJ DQ 1 \ HULWHNDQDE 0 HQHNDQGLDIU
DJ %HULREDW
DQW
LSLUHW
LNGDQDJ HQDQW
LEDNW
HULDW
DXFDLUDQ
. RO DERUDVLNDQGHQJ DQ GXQJ NDORULGDQSURWHLQWHUWHQWX PD
GRP HQNDQDQ ,9
GRNW HUDSDNDKREDW GRVLV
EHUGDVDUNDQSHUNHP EDQJ DDQDW DX DWDV 6XKXW
XEXK
UXW HSHP EHULDQDWDXSHUX %HULNDQNOLHQWHUDSLNRP SUHVKDQJ DW
GDQW XWXS
XVLD
EDKDQLQW HUYDO
GLEXW XKNDQ ( NVSDQVLSDUX SDVLHQGHQJ DQVHOLP XW
DWDXSDNDLDQWLSLVW
HUJ DQW
XQJ
EXDW UHNRP HQGDVLNKXVXV 3DVWLNDQGLHW
P HQFDNXSP DNDQDQ SDGDIDVHGHP DP
1 \ HUL + LSHUW
HUPL
EHUGDVDUNDQSULQVLSDQDO UHQGDKNDQGXQJ DQVHUDW
0 LVEXDK
3RO
DQDIDVWLGDN ) DVLOLW
DVLLVW
LUDKDW
WHUDSNDQEDW
DVDQDNW
LILW
DVM
LNDGL
J HVLN DOSXNDWGDQSLVDQJ
HIHNW
LI SHUOXNDQ

Anda mungkin juga menyukai