Anda di halaman 1dari 5

KITAB TANWIR AL-MIQBAS MIN TAFSIR IBNU ABBAS

KARYA AL FAIRUZABADI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Tafsir

Dosen Pengampu :

Dr. Muhammad Haryadi, MA

Disusun oleh :

Een Nuraenah
Rumaisha Raudlatul Jannah
Siti Hawa

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN
JAKARTA 2021
PENDAHULUAN

Ibnu Abbas menjadi ikon mufasir di eranya, meski usianya terbilang muda. Pengakuan ini
disampaikan oleh seniornya, Umar bin Khattab ketika Ibn Abbas menafsirkan surah An-Nashr. Ini karena
penafsirannya berbeda dengan penafsiran mayoritas sahabat. Selain masih tersebar berupa riwayat-
riwayat di banyak kitab tafsir, dokumentasi penafsiran Ibnu Abbas dapat juga kita jumpai setidaknya di
dua kitab tafsir yang dinisbatkan kepadanya. Dua kitab tafsir ini kemudian dikenal sebagai representasi
dari Tafsir Ibnu Abbas. Salah satunya adalah kitab Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas Karya Al-
Fairuzabadi.

BIOGRAFI AL FAIRUZABADI

Ia dilahirkan di Kazrawan dekat kota Syiraz, di Persia pada tahun 729 H/1329 M. Telah belajar
bahasa dan sastra Arab secara mendalam dari ayahnya sendiri dan ulama-ulama yang ada di Syiraz. Di
saat berusia lima puluh tahun, Fairuzabadi mengembara ke beberapa negara, awalnya ia pergi ke Suriah
dan tinggal disana selama beberapa waktu, pada kesempatan itu dimanfaatkan orang-orang setempat
untuk mengambil ilmu darinya sehingga namanya menjadi terkenal. Fairuzabadi sendiri mengambil
kesempatan itu untuk bertemu dengan ulama-ulama terkenal di Suriah dimasa itu seperti Ibnul Qayyim.
Terakhir ia pindah ke kota Zabid di Yaman dan menjadi hakim (Qadhi) disana hingga wafatnya pada
tahun 817 H/1415 M.1

BIOGRAFI IBNU ABBAS

Nama lengkap Ibnu Abbas adalah ‘Abd Allah bin ‘Abbas bin ‘Abd al-Mutalib bin Hashim bin ‘Abd al-
Manaf al-Quraishi al-Hashimi. Ayahnya bernama Abbas yang merupakan paman Rasulullah, ibunya
bernama Umm al-Fadl Lubanah binti al-Haris al-Hilaliyyah. Ia dilahirkan ketika Banin Hashim berada di
Shi’b, kurang lebih 3 tahun sebelum hijrah.

Hasan Asyari Ulamai dalam tulisannya, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas Karya Al-Fairuzabadi
mengisahkan bahwa pada mas hidupnya, IbnAbbas banyak berdialog dengan Rasulullah Saw sekalipun ia
masih muda, Nabi Muhammad Saw wafat ketika ia bahkan saat ia berumur sekitar 13-15 tahun. Artinya
semasa hidup Nabi ia masih sangat muda sekali. Kemudian ia sendiri wafat pada tahun 68 H ketika
berumur 71 tahun, di kota Thaif dan dikuburkan di sana.

Ibnu Abbas memiliki beberapa gelar berkat keilmuan yang ia miliki, antaranya bahr al-‘Ilm (lautan
ilmu), habr al-ummah (ulama umat), turjuman al-Qur’an (juru tafsir Al-Quran), rais al-mufassirin
(pemimpin para mufasir), dan juga habr al-Qur’an (ulama Al-Qur’an). Gelar-gelar di atas sebagai
1
Hidayatsrg, Biografi Majdudin Muhammad Ali Fairuzabadi, Dalam https://sg.docworkspace.com/d/sIPChqddW6930igY,
diakses pada tanggal 6 Oktober 2021.
pengakuan umat atas ilmunya yang banyak, ijtihadnya yang agung, dan ma‘rifatnya terhadap makna-
makna Al-Quran di samping akhlaknya yang mulia, sehingga ia banyak dijadikan sandaran sahabat dalam
tafsir maupun fatwa.

Dalam usia muda, Ibnu Abbas telah mendapatkan tempat yang istimewa dikalangan para senior
sahabat mengingat ilmu dan ketajaman pemahamannya, sebagai wujud dari doa Rasulullah untuknya.
Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas sendiri dijelaskan bahwa nabi pernah merangkulnya dan berdo’a,
“Ya Allah, ajarkanlah kepadanya hikmah”. Demikian penjelasan Muhammad Sa’id Mursi dalam Tokoh-
Tokoh Besar Islam Sepanjang Masa.

Selain mendapat doa khusus dari Rasulullah Saw, Ibnu Abbas merupakan salah satu sahabat yang
paling banyak meriwayatkan hadis nabi. Dan ia juga salah satu yang dalam penilaian kaum muslimin
menjadi hujah sanad yang terkuat dan signifikan.

Ibnu Abbas dianggap sebagai orang pertama yang mendirikan perguruan tafsir di mana ilmu bahasa
dan syair-syair kuno diajarkan sebagai mata pelajaran pelengkap.

Ibnu Abbas tidak hanya menggunakan pikiran semata dalam menafsirkan ayat, ia juga melandaskan
kepada riwayat, bahkan diketahui hadis riwayat Ibnu ‘Abbas seluruhnya berjumlah 660 hadis, 95 hadis di
antaranya disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim, secara terpisah al-Bukhari menetapkan 120 hadis dan
Muslim menetapkan 49 buah.2

PENGARUH IBNU ABBAS DI BIDANG TAFSIR

Khusus dalam bidang tafsir, pendapat Ibnu Abbas tentang Makna Walad, Ibnu Abbas bahkan
dikatakan sebagai peletak dasar dari teori penafsiran, yang kemudian dikembangkan pada era
berikutnya. Pemikirannya juga diyakini sebagai salah satu model penafsiran yang paling akurat. Bahkan
secara tradisi ia dipercaya sebagai salah seorang tokoh yang berhasil menanamkan embrio
Hermeneutika Al-Quran.

Nur Hayati dalam penelitiannya, Studi Tafsir Tanwirul Miqbas min Tafsiri Ibni Abbas menyatakan
bahwa di antara kitab tafsir yang dinisbatkan pada Ibnu Abbas memiliki bermacam-macam riwayat dan
sanad yang berbeda, tetapi yang paling baik adalah jalur ‘Ali bin Abi Thalhah. Sanadnya dijadikan
pedoman al-Bukhari dalam kitab Shahihnya. Sedangkan riwayat Ibnu ‘Abbas yang disandarkan pada al-
Kalbi dari Abi Shalih yang dinilai lemah oleh ulama’. Kemudian jika digabung dengan riwayat Muhammad
bin Marwan, maka ini merupakan silsilat al-kadzib. Demikian penjelasan lain dari Afrizal Nur, Khazanah
dan Kewibawaan Tafsir bi al-Ma’tsur, dan inilah yang menyebabkan dokumentasi Al-Fairuzabadi ini
memperoleh nilai minus dari para pemerhati sanad.

Demikian manusia tidak akan memperoleh petunjuk apa yang tersurat dalam Al-Qur’an, kecuali
melalui kegiatan penafsiran, pena’wilan atau penterjemahan. Keterlibatan Ibnu Abbas dalam tafsir Al-
2
Lutfiyah, Dua Kitab Dokumentasi Penafsiran Ibnu Abbas, Dalam https://tafsiralquran.id/tafsir-ibnu-abbas-dua-kitab-
dokumentasi-penafsiran-ibnu-abbas/amp, diakses pada tanggal 6 Oktober 2021.
Qur’an sangat mutlak, ini terbukti ada sebuah kitab tafsir Al-Qur’an yang khusus periwayatannya
disandarkan pada Ibnu Abbas dan diberi nama tafsir Tanwirul Miqbas min Tafsiri Ibni Abbas. Kitab tafsir
Tanwirul Miqbas min tafsiril lbni Abbas merupakan karya terbesar dan sangat popular dilihat dari segi
metodologinya.

Khazanah tafsir al-Qur`an memiliki dua model penafsiran, yaitu tafsir bil Ma’tsur dan tafsir bir Ra’y
(al-Dzahabi, 2000: 112). Model penafsiran tafsir bil ma’tsur dinilai sebagai tafsir yang mempunyai
otoritas kebenaran, meskipun mengandung beberapa riwayat yang diperdebatkan keabsahannya
sebagai sumber penafsiran. Perdebatan tentang riwayat dalam penafsiran dengan metode ini, terkait
dengan standarisasi riwayat yang dapat digunakan sebagai dasar penafsiran. Di antara contoh tafsir bil
ma’tsur adalah kitab Tanwirul Miqbas. Kitab tafsir ini menyajikan penafsiran Ibnu Abbas RA yang
tercatat dihimpun oleh al-Fairuzabadi. Kitab tafsir ini dianggap sebagai kitab tafsir bil ma’tsur utama
yang bersumber dari penafsiran sahabat. Namun demikian, kitab tafsir ini tidak menyebutkan standar
baku periwayatan yang bisa diterima dalam penafsiran. Dengan fakta demikian, apakah kitab tafsir
dengan content periwayatan yang tidak selalu shaih masih dikatakan sebagai kitab tafsir bil ma’tsur?
Apalagi jika mempertimbangkan banyaknya kisah-kisah israiliyyat di dalamnya. Tulisan ini akan
mendeskripsikan kualitas sanad hadits-hadits dalam kitab Tanwir Miqbas min Tafsir Ibni Abbas.

Sanad Periwayatan Kitab Tanwir al-Miqbas Kitab Tanwir al-Miqbas mempunyai dua jalur
periwayatan, yaitu: a.Abdullah ats-Tsiqah bin al-Ma’mun al-Harawi, al-Ma’mun al-Harawi, Abu Abdillah
Mahmud bin Muhammad ar-Razi, Ammar bin Abdul Majid al-Harawi, Ali bin Ishaq as-Samarqandi dari
Muhammad bin Marwan , Muhammad bin as-Saib al-Kalbi, Abu Shalih, Abdullah bin Abbas b.Abdullah
bin Mubarak, Ali bin Ishaq as-Samarqandi, Muhammad bin Marwan al-Kalbi, Abu Shalih, Abdullah bin
Abbas (Abu Thahir Muhammad bin Ya’qub al-Fairuzabadi, tt:2-3).

Kritik Sanad Tafsir Tanwir Miqbas Min Tafsir Ibni Abbas Untuk mengetahui kualitas sanad
diperlukan telaah dan analisis dengan menggunakan kaedah dan tolok ukur (Mi’yar) kesahihan sanad
hadits. Dalam operasionalnya, analisis terhadap sanad diawali dengan penelusuran biografi masing-
masing perawi melalui kitab-kitab rijal al-Hadits. Selanjutnya melakukan analisis terhadap kualitas
masing-masing perawi melalui kitab-kitab al-Jarh wa at-Ta’dil. Dari dua langkah penelitian tersebut,
dapat diketahu iaspek-aspek yang harus terpenuhi oleh sanad hadits yang shahih di atas.

PENUTUP

Tidak ada satu kitab khusus yang memuat penafsiran Ibnu Abbas, yang ada adalah kitab-kitab tafsir
yang dinisbatkan padanya. Hal ini dilakukan oleh orang-orang yang berguru dan menerima riwayat
langsung darinya. Ada dua kitab tafsir yang dinisbatkan kepada Ibnu Abbas yang penulis cantumkan di
sini. Dua kitab ini kemudian sering diasosiasikan dengan tafsir Ibnu Abbas.

Pertama, kitab Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibni ‘Abbas yang ditulis oleh Al-Fairuzabadi. Kedua,
Shahifah ‘Ali bin Abi Thalhah ‘an Ibni ‘Abbas karya ‘Ali bin Abi Thalhah. Berikut gambaran singkat
mengenai kedua kitab tafsir yang dinisbatkan pada Ibnu Abbas tersebut.
Karya Al-Fairuzabadi yang berjudul Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibni Abbas memiliki kemiripan cara
penafsiran dengan Tafsir Al-Jalalain yaitu dengan pola sederhana yang menampilkan makna kata.
Pengarang kedua kitab ini memang hidup semasa, hanya saja pada karya Alfairuzabadi ditampakkan
jalur sanadnya terlebih dahulu, sementara Tafsir Al-Jalalain tidak demikian.

Oleh karenanya, umumnya ulama memasukkan Tanwir al-Miqbas ke dalam kategori tafsir bi al-
ma’tsur dengan alasan sumber penafsirannya adalah riwayat, yaitu riwayat Ibnu Abbas. Sedangkan
Jalalain digolongkan pada tafsir bi al-ra’yi karena menggunakan nalar kebahasaan. (A. Hasan Asyari
Ulamai, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas Karya Al-Fairuzabadi) Al-Fairuzabadi lebih dulu
menampilkan jalur sanad lengkap kemudian berlanjut pada surat dengan menulis beberapa ayat yang
akan ditafsiri.

Tafsir Ibnu Abbas yang kedua yaitu dokumentasi dari ‘Ali bin Abi Thalhah. Sebenarnya tidak
berbeda jauh dengan Tanwir al-Miqbas, dalam kitab ini tidak semua ayat Al-Quran ditafsirkan. Namun,
sistematika yang digunakan ‘Ali diperinci dengan pemberian nomor. Ayat yang akan ditafsirkan baik itu
secara utuh atau hanya berupa penggalan sama-sama diberi nomor, kemudian ia mencantumkan
catatan kaki untuk menjelaskan letak ayat atau riwayat penafsirannya.

Demikian ulasan singkat tentang kitab dokumentasi penafsiran Ibnu Abbas, dengan segala
kelebihan dan kekurangan yang terdapat di dalamnya, dua kitab ini telah berhasil mengumpulkan
riwayat-riwayat penafsiran Ibnu Abbas yang terpencar di berbagai tempat.

Anda mungkin juga menyukai