MENURUT TINGKAT-TINGKAT
DAKTAILITAS
1
3. Apabila struktur termasuk “gravity load dominated” maka momen akibat
beban gravitasi lebih dominan dari pada momen akibat beban horisontal.
4. Apabila gempa arahnya dari kiri, maka elemen-elemen sebelah kanan lah yang
akan mengalami respon (momen, gaya-lintang) yang lebih besar.
5. Apabila arah gempa dari kanan, maka momen maksimum positif balok akan
bergeser ke kiri.
S
Daktailitas µ∆ = ∆u/∆y
respon sesungguhnya
(daktail)
So
Si
ideal response
0.8 Si
0.75 S brittle response
∆ ∆
∆
Gambar 1.3 Grafik Hubungan Beban Horisontal Terhadap Simpangan
2
Diagram melengkung :
1. Leleh baja tarik belum tentu bersamaan dengan leleh baja desak.
2. Leleh balok-balok belum tentu bersamaan
3. Adanya retak-retak yang memperkecil stiffness.
∆ u1
µ ∆1 =
∆ y1
∆u2
U y1 > U y 2 µ ∆2 = > µ ∆1
∆ y2
∆ ∆ ∆ ∆
∆
Gambar 1.4. Grafik Daktailitas Simpangan
3
Baik daktailitas lengkung maupum duktilitas simpamg akan menjadi
parameter yang penting pada desain bangunan tahan gempa. Daktailitas
kurvatur akan berkaitan dengan kedaktailan potongan elemen terhadap beban
lentur, sedangkan daktailitas simpangan akan berhubungan dengan
kemampuan struktur secara keseluruhan untuk berdeformasi secara inelastik
akibat beban horisontal/gempa.
4
1. Perencanaan elastik
2. Perencanaan dengan Daktailitas Terbatas (Limited Ductility)
3. Perencanaan dengan Daktailitas Penuh (Fully Ductile Structure)
Untuk dapat memahami level-level desain menurut tingkat daktailitas yang
diinginkan maka akan lebih baik apabila difahami terlebih dahulu jenis-jenis
daktailitas berikut cara-cara memperolehnya serta makna daktailitas dilihat dari
beberapa aspek.
1. Jenis/Macam Daktailitas
Barangkali telah disebut sebelumnya bahwa secara umum terdapat 2
macam daktailitas yang perlu diketahui. Daktailitas-daktailitas itu adalah
daktailitas lengkung (displacement ductility). Pada bahasan sebelumnya telah
disajikan tentang ciri-ciri elemen beton bertulang yang dapat bersifat daktail. Hal
ini terjadi karena daktailitas lengkung akan dipengaruhi oleh properti elemen
(ukuran, jumlah dan distribusi baja tulangan), kwalitas bahan (tegangan desak f’c,
tegangan leleh baja fy, dan regangan desak beton ε c ), dan properti-properti yang
lain yaitu besaran-besaran yang ada pada balok tegangan desak beton (misalnya
nilai-nilai β 1 dan k 2 ). Sementara itu daktailitas simpangan akan dipengaruhi oleh
property struktur secara global dan model pembebanan yang ada.
Daktailitas simpangan μ Δ masih dapat dirinci lagi menjadi :
• Single displacement ductility factor (SDDF)
• Cyclic displacement ductility factor (CDDF)
• Accumulatives displacement ductility factor (ADDF)
SDDF diperoleh melalui pembebanan statik akumulatif atau push over analysis.
Sedangkan CDDF dan ADDF diperoleh melalui pembebanan siklik.
Curvature Ductility, μ Ф = φu
φy
Ductility
Single Displ. Ductility
Displacement Ductility Cyclic Displ. Ductility
Accum.Displ. Ductility
(SDDF = μ Δ = ∆u )
∆y
5
∆
S H
P P ∆d
a) b) c)
∆a
0.8 Si
∆c
δ δ
∆y ∆u ∆y
∆y ∆u
∆
∆b
∆ ∆+m + ∆−m − ∆ y ∆a + ∆b + ∆c + ∆d
SDDF = u CDDF = ADDF = +1
∆y ∆y ∆y
6
jarang atau dikatakan tidak ada pola/mekanisme pembebanan seperti ini. Empat
macam skel MRF (2, 5, 10, 15 tingkat), 3-bentang frame regular dipakai sebagai
bahan penelitian. Pola beban statik segitiga terbalik beban knstant dan SRSS
tampaknya dipakai pada penelitian tersebut. Respon (displacement, story ductility
ratio, rotasi sendi plastis) non linier static push over analysis kemudian
dibandingkan dengan hasil inelastik time-history analysis yang memakai 7
rekaman gempa. Hasil penelitiannya adalah :
1. Roof displacement struktur 2-tingkat (stiff structure) push over mempunyai
korelasi yang baik dengan time history analysis. Namun demikian keduanya
mempunyai korelasi yang jelek untuk struktur 15-tingkat Higher mode effects
merupakan penyebab utama.
2. Struktur Fleksibel (15-tingkat) sangat sensitif terhadap pola beban. Beban
konstan menghasilkan displacement yang underestimat, sedangkan beban
SRSS menghasilkan displacement yang overestimate terhadap displacement
yang diperoleh dari time history analysis. Beban segitiga terbalik merupakan
pola beban yang memberikan hasil paling dekat dengan hasil FHA.
3. Interstory driff bangunan 2 & 5-tingkat cukup dekat dengan hasil THA dan
korelasi yang sangat jelek antara keduanya (push over & THA) pada bangunan
yang tinggi. Hingher mode effects sekali lagi dicurigai sebagai penyebab
utama.
4. Rotasi sendi plastik balok untuk struktur 2 & 5-tingkat pada push over
analysis agak dekat dengan THA. Namun demikian sangat jauh pada tingkat-
tingkar atas di bangunan 10 dan 15-tingkat. Sekali lagi higher mode effects
tidak dipunyai pada push over analysis, padahal hal ini sangat besar
pengaruhnya pada tingkat-tingkat atas bangunan yang cukup fleksibel (10 &
15 tingkat).
7
cukup kaku). Pengaruh higher modes sangat dominan pada bangunan-
bangunan yang fleksibel.
3. Respon Elastik
Antara linier dan elastik kadang-kadang membuat bingung mahasiswa.
Linier bermakna hubungan lurus, berbangun garis lurus. Sedangkan elastik
bermakna kembali ke jalur/path semula apabila beban dihilangkan. Tentu saja hal
ini berhubungan dengan struktur yang di bebani. Antara linier dan elastik dapat
digabungkan yaitu linier-elastik. Apabila struktur mempunyai respon linier elastik
8
berarti apabila beban bertambah besar maka simpangan juga membesar. Rasio
antara beban dan simpangan umumnya disebut kekakuan (stiffness). Oleh karena
itu struktur berperilaku linier apabila kakakuannya tetap.
P P
a) b)
K
y
y y
H
eβ M
1
T= (tahun) ....................... a)
α1
9
Sedangkan hubungan antara percepatan tanah dengan periode ulang T
dinyatakan dalam bentuk
ln(T .α 2 )
a= (cm/dt 2) ................. b)
β2
Yang mana α 1 ≠ α 2 dan β 1 ≠ β 2 .
Nilai-nilai α 1 , α 2 , β 1 dan β 2 dapat dicari dengan metode tersebut apabila
data gempa dan persamaan attenuasinya diketahui. Menurut persamaan a), apabila
ukuran gempa M semakin besar maka periode ulang T juga semakin besar.
Apabila T besar maka menurut persamaan b), percepatan tanah yang terjadi juga
akan semakin besar.
Bangunan-bangunan yang sangat penting dan monumental umumnya
dikehendaki untuk dapat bertahan dalam periode waktu yang lama bahkan sangat
lama (missal 500-1000 tahun). Pada rentang waktu itu dikehendaki bangunan
masih berperilaku elastik agar bangunan tetap tegak. Apabila paling tidak terjadi 1
kali gempa pada periode tersebut/periode ulang tersebut, maka tentu saja ukuran
gempa M dan percepatan tanah a menjadi sangat besar. Dengan percepatan tanah
yang sangat besar dan bangunan masih berespon elastik, maka kekuatan bangunan
harus sangat besar juga. Akibatnya bangunan menjadi sangat mahal. Hal itu tidak
akan menjadi masalah apabila bangunan yang bersangkutan memang didesain
sebagai bangunan yang sangat penting dan monumental. Oleh karena itu hanya
bangunan-bangunan seperti itulah yang dikehendaki masih tetap berespon elastik
pada gempa yang sangatt besar.
4. Respon Daktail
Sebagaimana disampaikan sebelumnya bahwa apabila bangunan yang
sangat penting/monumental dikehendaki bertahan dalam kurun waktu yang lama,
maka biaya pembangunannya menjadi sangat mahal. Hal ini terjadi karena pada
beban gempa yang sangat besar struktur masih dikehendaki bersifat elastik. Beban
gempa menjadi besar karena dalam kurun waktu yang lama hanya dikehendaki 1
kali gempa yang mengakibatkan respon struktur masih elastik maksimum dekat
atau terjadi plastis/leleh awal. Hal itu berarti beban gempa yang bersangkutan
mempunyai periode ulang T yang sangat lama. Secara matematis dapat dimengerti
melalui pers. a) dan b).
10
Namun demikian tidak semua bangunan dikehendaki mempunyai kondisi
seperti di atas. Bangunan biasa umumnya mempunyai umur efektif 50-100 tahun.
Hal itu berarti bahwa bangunan biasa mempunyai/derencanakan dengan umur
efektif yang jauh lebih singkat dari pada bangunan monumental. Dengan memakai
analogi yang sama dengan sebelumnya maka beban gempa rencana untuk
bangunan biasa akan jauh lebih kecil dari pada gempa rencana bangunan
monumental.
Apabila rencana untuk bangunan biasa relatif kecil, maka kekuatan yang
harus disediakan juga relatif kecil. Dengan demikian biaya bangunannya akan
lebih murah. Namun demikian bangunan seperti itu akan mempunyai resiko
apabila gempa yang terjadi lebih besar dari pada gempa rencana. Apabila
demikian maka leleh pada elemen-elemen struktur tidak dapat dihindari.
11
c. Kekakuan struktur utama cukup seragam pada seluruh tingkat yang ada,
dan tidak ada soft story.
d. Massa tingkat cukup seragam baik distribusinya terhadap arah horisontal
dan vertikal.
e. Struktur utama terdistribusi secara merata (misalnya jarak portal dibuat
sama/seragam). Portal adalah struktur utama yang cukup baik.
Dengan adanya konfigurasi bangunan yang baik maka perilaku struktur
akibat gempa dapat diprediksi/diketahui secara baik. Pada bangunan yang
konfigurasinya tidak baik, perilaku bangunan akibat gempa kurang dapat
diketahui/diprediksi/dimodel dalam analisis secara baik.
2. Bangunan didesain dengan prinsip yang jelas, misalnya didesain dengan
prinsip Capacity Design. Di dalam prinsip tersebut prinsip strong column
weak beam umumnya dipakai yang mana proses disipasi energi
akan/diharapkan dapat berlangsung secara baik.
3. Sebagai implementasi dari butir-butir di atas, bagian elemen struktur yang
sengaja/diarahkan untuk terjadi sendi plastik harus didetail secara baik
(transversal reinforcement). Detailing yang baik juga dilakukan ditempat yang
sengaja tidak boleh rusak khususnya pada joints.
4. Bangunan harus didesain dengan kekuatan (strength) yang cukup. Hal ini
untuk menghindari adanya kerusakan secara prematur. Kode yang selalu
direview/diperbaiki secara periodik (umumnya setiap ± 10 thn) akan
memungkinkan desain beban yang lebih proporsional.
5. Spesifikasi, Mutu Bahan dan Pelaksanaan
Agar proses disipasi energi pada sendi-sendi plastik dapat berlangsung secara
stabil, maka potongan elemen harus mempunyai daktailitas kurvatur yang
baik. Potongan yang demikian telah dibahas sebelumnya yang terkait pada
spesifikasi (persyaratan p’/p misalnya) dan mutu bahan. Sesuatu hal yang tidak
kalah penting adalah mutu pelaksanaan saat bangunan dibangun.
Apabila hal-hal tersebut diatas dapat dipenuhi maka struktur daktail saat
terjadinya gempa akan dapat diwujudkan.
12
(Paulay dan Priestley 1992). Park (1992) mengatakan bahwa struktur daktail dapat
melakukan deformasi inelastik secara stabil dengan tingkat daktailitas μ Δ = 5-6.
Untuk dapat membayangkan seberapa besar bangunan telah bergoyang
maka akan diberikan ilustrasi sebagai berikut.
6 EI
P Mc = y , Mb = Mc
y Mb h2
P Mc y
atau y = Dr.hc
M
Drift Ratio Dr =
ΕΙ hc sendi plastis
hc
M
Terjadi sendi plastis bila Dr≥ 0,5%
Saat leleh pertama y = Dr.h = 0,05h c
Gambar 1.8. Ilustrasi Goyangan Bila h c = 400 cm y = 0,05 . 400 = 2 cm
e)
c)
d)
13
Paulay dan Priestley (1992) memberikan contoh struktur-struktur yang
diperkirakan sulit berperilaku daktail secara penuh seperti tampak pada gambar a,
b, c dan d. Tampak bahwa struktur tidak regular, pada gambar a kecenderungan
bersifat strong beam weak column. Sedangkan pada gambar e, untuk struktur yang
langsing (T >>) dominasi beban tidak lagi oleh beban gempa tetapi kemungkinan
oleh beban angin. Perilaku struktur kemungkinan tidak seperti akibat beban
gempa. Respon inelastik struktur berkemungkinan tidak sebesar akibat beban
gempa. Karena adanya respon inelastik yang masih terbatas (relaatif kecil) itulah
maka elemen-elemen struktur tidak perlu diditail seteliti struktur daktailitas penuh.
Dengan perkataan lain struktur seperti gambar e tidak perlu didesain menurut
konsep daktailitas penuh, tetapi cukup dengan daktailitas terbatas (limited
ductility).
14
1.a Konfigurasi Bangunan Tidak Baik Alasan yg tidak dapat/
b. Bangunan Tinggi/Fleksibel jangan dihindari
Kekuatan bangunan
Sebagai Cenderung
kompensasi dari lebih mahal harus lebih besar
15