Anda di halaman 1dari 8

Analisis Kandungan Logam Esensial (Vanadium, Kobalt dan Nikel) dan Uji Kualitas

Madu Hutan Asal Desa Sadar Kab. Bone

Vitra Agung1), Alfian Noor2), L. Musa Ramang3), F. W. Mandey4)


1,2,3,4)
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin
e-mail: vitra.agung@yahoo.co.id

ABSTRACT
Honey is known to contain variety of metals. This research was done to know the essential metal
content (V,Co and Ni) and to test the quality of forest honey located in Desa Sadar Kab. Bone. The
essential metals in honey sample were analyzed using ICP-OES instrument and the quality test of
the sample using bio-physical chemistry parameters such as water content, ash content, protein
and fat content. Average concentration of vanadium in honey is 0,0165 mg/L, whereas the
concentration of cobalt and nickel are 0,3604 mg/L and 0,1085 mg/L respectively. Water and ash
content are 24,83 % and 1,13 % respectively whereas protein and fat content of honey sample are
0,63 % and 0,5389 % respectively. The result shows all three essential metals and quality content
of honey fulfills both national and international standard.

Keywords: Quality test, ICP-OES, honey, metal


PENDAHULUAN
Pengelolaan sumber daya hutan yang besar. Berdasarkan dari Badan Penelitian dan
saat ini dikelola dengan menitik beratkan Pengembangan Hutan (2012), Provinsi
pada upaya pemanfaatan hasil kayu (Timber Sulawesi Selatan adalah salah satu daerah di
Based utilization) perlu digeser sejalan Indonesia yang potensial sebagai daerah
dengan paradigma baru yang tidak hanya pengembangan komoditas madu hutan
menggunakan pendekatan produksi tetapi dengan luas kawasan hutan sebesar
juga berbasis pembangunan masyarakat 2.725.796,00 Ha.
(Community Based Development) yang Madu adalah cairan dari nektar
manfaatnya tidak saja terlihat pada hasil bunga yang dihisap oleh lebah madu,
kayunya, namun juga hasil hutan non kayu disimpan dalam kantong madu, diolah
(BPPH, 2012). dengan bantuan enzim dan dikeluarkan
Salah satu produk hasil hutan non- kembali ketempat penyimpanan madu pada
kayu yang menjadi prioritas Kementrian sarang lebah (Adriani, 2011). Madu
Kehutanan Republik Indonesia untuk umumnya mengandung 60 - 70%
dikembangkan menjadi komoditas unggulan monosakarida, disakarida, trisakarida dan
adalah madu. Produksi madu Indonesia oligosakarida, serta sekitar 200 senyawa
diperkirakan berjumlah 2.000 ton / tahun dan organik, diantaranya asam amino, enzim,
75% dari produksi tersebut dihasilkan dari protein, vitamin, asam organik, pigmen,
sumber madu hutan atau madu poliflora fenolat, produk reaksi Maillard (MRP) dan
(Novandra dan Widnyana, 2013). senyawa mudah menguap. Komposisi utama
Indonesia dengan luas kawasan hutan madu antara lain : 75 - 80% karbohidrat; 17 -
mencapai 126.094.366,71 Ha (Badan Pusat 20% air; 1 - 2% mineral dan senyawa organik
Statistik, 2017), memiliki potensi (Kucuk dkk., 2007; Karaman dkk., 2010).
pengembangan madu hutan yang sangat
Hal lain yang juga dibutuhkan oleh bahwa madu Pakistan mengandung mineral
makhluk hidup untuk proses fisiologisnya Ni dan Co dengan konsentrasi masing-
adalah mineral, yang berdasarkan masing 0,49 dan 0,15 µg/kg. Penelitian
kebutuhannya dibagi menjadi dua kelompok Moniruzzaman dkk., (2014) tentang
yaitu mineral makro dan mikro. Mineral kandungan unsur runut dan kadar pestisida
makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam sampel madu asal Malaysia
dalam jumlah besar, terdiri dari Ca, Cl, Mg, menunjukkan keberadaan beberapa mineral
K, P, Na dan S. Sebaliknya mineral mikro mikro seperti Cu, Cd, Co dan As.
adalah mineral yang diperlukan dalam Perbedaan kadar unsur runut dan
jumlah kecil, antara lain Co, Cu, I, Fe, Mn, Se mineral dalam madu sangat dipengaruhi oleh
dan Zn. Kekurangan (defisiensi) mineral, beberapa faktor, antara lain jenis bunga
baik pada manusia maupun hewan, dapat sumber madu, letak geografis serta komposisi
menyebabkan penyakit namun dalam tanah (Bengsch, 1992). Beberapa mineral
keadaan berlebih juga dapat berakibat seperti vanadium, kobal dan nikel diketahui
terjadinya keracunan (Arifin, 2008). Mineral- berpengaruh besar terhadap kesehatan dan
mineral mikro yang diketahui terkandung gizi manusia (Walker, 1996). Vanadium
dalam madu adalah Al, Ba, Sr, Bi, Cd, Sn, Te, bermanfaat untuk pengobatan penyakit
Tl, Sb, Cr, Ni, Ti, V, Co dan Mo (Conti, jantung, produksi sel darah merah dan
2000). pengobatan diabetes (Arinola dkk., 2008).
Penelitian Conti dkk., (2014) Kobal adalah komponen utama vitamin B12
mengenai kandungan mineral yang terdapat yang berperan dalam pembentukan sel darah
dalam 17 contoh madu asal Argentina, merah (Haas, 2015). Kobalt juga merupakan
menunjukkan bahwa kalium adalah mineral kofaktor enzim yang terlibat dalam
dengan kandungan terbesar yaitu 92,5% dari biosintesis DNA dan metabolisme asam
total sampel dan kadar rata-rata masing- amino (Arinola dkk., 2008). Sementara Nikel
masing 832,0 dan 816,2 mg/g untuk madu dalam tubuh diketahui tedapat dalam asam
monofloral dan polifloral. Mineral terbesar nukleat, khususnya RNA dan berperan dalam
kedua dalam sampel adalah natrium dengan penentuan struktur protein. (Haas, 2015).
kadar rata-rata 32,16 dan 33,19 mg/g masing- Mengingat penelitian tentang
masing untuk madu monofloral dan polifloral. kandungan logam esensial dalam madu
Beberapa mineral lain seperti Mg, Ca, Fe, Mn, masih sangat terbatas, dan fakta bahwa tidak
Zn dan Cu ditemukan dengan kadar yang semua jenis madu mengandung mineral V,
rendah sampai menengah. Selain itu Co dan Ni, maka perlu dilakukan penelitian
ditemukan juga beberapa mineral lain dengan tentang kandungan logam esensial (V, Co
konsentrasi rata-rata sangat rendah. yaitu Be, dan Ni) dan uji kualitas madu hutan asal Desa
Cd, Co, Cr, Ni, Se, Tl dan V. Selanjutnya, Sadar Kab. Bone.
Khaliqurahman dkk., (2014) menemukan

METODE PENELITIAN larutan CuSO4.5H2O 1%), Lowry A (larutan


Bahan Penelitian Folin Ciocalteu dan akuades), kertas label,
Bahan-bahan yang digunakan dalam tissue roll dan kertas saring.
penelitian ini antara lain: madu hutan asal Alat Penelitian
Desa Sadar Kab. Bone, HNO3, akuades, Alat-alat yang digunakan terdiri dari
akuabides, Lowry B (Na2CO3 2% dalam gelas kimia 50 mL, tabung reaksi, gelas piala
NaOH 0,1 N, larutan Na-K-Tartrat 2% dan 50 mL, labu ukur 100 mL, pipet volume 2 mL,
pipet volume 10 mL, cawan porselin, batang Kadar Lemak
pengaduk, ICP-OES, neraca analitik, gegep, Sebanyak 1 g madu di masukkan
hotplate, freezer, spektronik 20D+, desikator, kedalam gelas kimia 100 mL. Kemudian
tanur, oven dan sendok tanduk. ditambahkan kloroform 10 mL. Ditutup rapat
Pengambilan Sampel Madu kemudian dikocok dan dibiarkan bermalam,
Pengambilan sampel madu dilakukan lalu dihimpitkan hingga 8 mL dengan
di hutan Desa Sadar, Kecamatan Tellu kloroform. Setelah itu, dihomogenkan.
Limpoe, Kabupaten Bone. Sampel Kemudian disaring dengan kertas saring
selanjutnya di tempatkan di wadah yang kedalam tabung reaksi. Dipipet 5 mL
bebas kontaminan dan disimpan di dalam kedalam cawan yang telah diketahui
freezer pada suhu 4 – 5 °C sebelum dianalisis. bobotnya. Dikeringkan pada suhu 100 °C
Analisis Logam V, Co dan Ni pada Madu selama 4 jam, dikeluarkaan kemudian
( AOAC, 1990) didinginkan dalam desikator selama 30 menit
Sebanyak 5 g madu dimasukkan ke lalu dilakukan penimbangan sampai
dalam gelas kimia 100 mL lalu ditambahkan diperoleh bobot tetap.
10 mL HNO3 pekat sambil dipanaskan diatas Analisis Fisikokimia Madu (Bogdanov,
hot plate sampai hampir kering. 2009)
Ditambahkan 10 mL akuabides dan disaring. Kadar Air
Setelah itu, dihimpitkan dalam labu ukur 100 Sampel madu diteteskan pada
mL sampai tanda batas dengan akuabides, permukaan prisma sampel refraktometer lalu
Kemudian dianalisis dengan ICP-OES. ditutup. Zona bening dan gelap yang jelas
Analisis Biokimia Madu ( AOAC, 1990) dicari. Pengukuran indeks bias dicatat.
Kadar Protein (Metode Lowry) Kandungan air dalam sampel madu
Sebanyak 1 mL sampel di himpitkan ditetapkan dengan membandingkan nilai
dengan akuades dalam labu ukur 50 mL. indeks bias dan air pada table hubungan
Kemudian dipipet kembali dari labu ukur indeks bias oleh International Honey
sebanyak 5 mL dan dihimpitkan dengan Comission.
akuades dalam labu ukur 50 mL. Lalu dibuat Kadar Abu
pula larutan BSA sebagai standar dengan Cawan porselin dikeringkan terlebih
konsentrasi 0,02 ; 0,04; 0,06; 0, 08 0,10 dan dahulu selama 1 jam dalam oven pada suhu
0,12 mg/mL, serta akuades sebagai larutan 105 °C, kemudian didinginkan di dalam
blanko. Masing-masing larutan dimasukkan desikator, lalu ditimbang. Sampel ditimbang
ke dalam tabung reaksi yang berbeda sebanyak 5 g dan diletakkan ke dalam cawan.
sebanyak 2 mL dan ditambah dengan 2.75 Sampel tersebut dipijarkan di atas hot plate
mL reagen Lowry B, kemudian dikocok dan sampai tidak berasap. Kemudian dimasukkan
didiamkan selama 15 menit. Lalu ditambah kedalam tanur listrik pada suhu 600 °C
lagi dengan 0,25 mL larutan Lowry A, hingga diperoleh abu berwarna putih. Sampel
dikocok dan didiamkan pada suhu kamar didinginkan dalam desikator kemudian
selama 30 menit. Diukur absorbansinya ditimbang sampai diperoleh bobot tetap.
dengan spektronik 20D+ pada panjang
gelombang 660 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Kandungan Logam (V, Co dan Ni) manusia merupakan hal yang sangat penting
Konsentrasi unsur runutan dan dalam penelitian biomedik. Sekalipun unsur
perilaku metabolismenya pada tubuh tersebut terdapat dalam jumlah yang sangat
kecil, tetapi merupakan kunci penentu dinilai lebih baik dibandingkan AAS dalam
kehidupan. Penelitian ini akan menentukan penentuan kandungan mineral dan unsur
konsentrasi unsur runutan yang tergolong runutan sampai batas submikrogram dalam
sebagai mineral esensial, yaitu vanadium, suatu sampel data menunjukkan konsentrasi
kobalt dan nikel dalam madu asal Desa Sadar ketiga mineral esensial (V, Co dan Ni) pada
Kab. Bone dengan menggunakan instrument sampel madu asal Desa Sadar Kab. Bone
ICP-OES. Instrumen ini dipilih karena yang dapat dilihat pada Gambar 1
.
0.8
0.7
0.6
Konsentrasi (mg/mL)

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Vanadium (V) Cobalt (Co) Nikel (Ni)
Gambar 1. Grafik Konsentrasi Mineral Esensial (V, Co dan Ni) dalam Sampel

Data hasil analisis kandungan dikaitkan dengan kondisi tanah yang kaya
mineral esensial (V, Co dan Ni) pada madu akan mineral kobalt. Menurut Sutripantri,
asal Desa Sadar Kab. Bone menunjukkan dkk., (1995), kandungan Co dalam tanah
bahwa mineral kobalt paling besar biasanya berkisar antara 1 – 40 µg/g tanah
konsentrasinya yaitu 0,3604 mg/L, kering. Hal ini menunjukkan bahwa secara
kemudian terbesar kedua yaitu mineral nikel alamiah tanah yang tidak dipupuk sudah
dengan konsentrasi 0,1085g/L serta mineral mengandung Co. Mineral kobalt juga
yang terakhir yaitu vanadium dengan diperlukan oleh tanaman, maka Co dalam
konsentrasi sebesar 0,0165 mg/L. tanah sebagian diserap oleh tanaman dan
Perbedaan konsentrasi mineral dalam sebagian lagi tercuci oleh air tanah
madu dipengaruhi oleh banyak faktor, antara (leaching).
lain: udara, air, tanah dan nektar bunga yang Hasil yang didapatkan cukup
dikonsumsi oleh lebah. Kandungan mineral menarik karena jika dibandingkan dengan
yang ada dalam madu alam akan tergantung madu lain yang telah diteliti, madu asal Desa
dari sari bunga yang dikonsumsi lebah dan Sadar Kab.Bone memiliki kelebihan bila
lahan tanam sumber sari bunga tersebut. dilihat dari kandungan mineral vanadium-
Kondisi geografis juga memiliki pengaruh nya. Bogdanov dkk., (2007) melakukan
terhadap kandungan mineral dalam madu penelitian tentang kandungan trace minerals
(Saputra, 2012). pada madu asal Swiss dan didapatkan hasil
Hasil analisis mineral dalam madu beberapa mineral seperti Mn, Fe, Ni, Cu dan
diperoleh kandungan kobalt dengan Zn tetapi tidak ditemukan mineral vanadium.
konsentrasi yang lebih besar dibanding Berbeda halnya dengan madu spanyol yang
mineral vanadium dan nikel. Hal ini dapat terbukti mengandung vanadium, kobalt dan
nikel dan beberapa trace minerals lainnya kandungan ketiga logam dalam sampel madu
(Bogdanov, dkk., 2007). asal Desa Sadar Kab. Bone masih dalam
Jika dibandingkan dengan trayek batas ambang yang wajar, karena berada
kandungan logam madu menurut IHC (2002) diantara trayek tersebut.
pada Tabel 1, dapat disimpulkan bahwa

Tabel 1. Hasil Analisis Kandungan Logam (V, Co dan Ni) dalam Madu Asal Desa Sadar Kab.
Bone
Sampel (mg/L) Rata-rata
Logam IHC
Madu 1 Madu 2 (mg/L)
Vanadium (V) 0,0116 0,0213 0,0165 0-0,13
Cobalt (Co) 0,3606 0,3601 0,3460 0,1-0,35
Nikel (Ni) 0,1181 0,0989 0,1085 0-0,051

Menurut National Academy of pembentukan sel darah merah. Artinya dapat


Sciences, USA, tentang Recommended disimpulkan bahwa madu asal Desa Sadar
Dietary Allowances (RDA) mineral-mineral Kab. Bone berpotensi untuk mengobati
esensial yang dibutuhkan tubuh pada usia penyakit anemia dan berbagai fungsi
dewasa, kobalt dibutuhkan sekitar 0,2 mg per kesehatan lainnya.
hari, dan untuk bayi dibutuhkan sekitar 0,001 Ditinjau dari fungsinya unsur runutan
mg per hari. Sedangkan untuk vanadium dan esensial pada umumnya merupakan bagian
nikel sebaiknya tidak lebih dari 2 mg/hari. dari sistem enzim, yaitu berupa metaloenzim
Hal ini karena diketahui di dalam tubuh dan kompleks logam-enzim. Pada
manusia telah terdapat mineral-mineral metaloenzim unsur logam terdapat dalam
mikro esensial tersebut, yang artinya kita jumlah tertentu dan merupakan bagian
hanya membutuhkan sedikit saja asupan integral dari molekul enzim. Kompleks
mineral tersebut dari makanan ataupun logam-enzim merupakan golongan yang
minuman yang dikonsumsi. Kelima sampel relatif luas. Berbeda dengan metaloenzim,
madu asal Desa Sadar Kab. Bone yang telah dalam kompleks logam-enzim ikatan antara
dianalisis menunjukkan jumlah mineral enzim dengan unsur logam lebih renggang.
esensial yang tergolong aman untuk Dalam hal ini logam bertindak sebagai
dikonsumsi dan baik untuk kesehatan tubuh. pembentuk ikatan sementara antara enzim
Penelitian mengenai khasiat mineral- dengan substrat selama reaksi berlangsung.
mineral mikro esensial seperti vanadium dan Selain bertindak sebagai penstabil kompleks
nikel dalam tubuh manusia masih jarang enzim-substrat, logam juga dapat
dilakukan. Meskipun terdapat dalam menstabilkan produk reaksi, jadi
konsentrasi yang kecil, namun vanadium dan memfasilitasi reaksi yaitu sebagai kofaktor
nikel cukup berpengaruh terhadap kerja enzim. Kobalt dan nikel termasuk unsur
enzim dalam tubuh. Salah satu manfaat runutan yang telah teridentifikasi sebagai
vanadium yang dikemukakan oleh Haas kofaktor enzim. Walaupun demikian semua
(2015) yaitu vanadium dapat menurunkan unsur runutan baik yang esensial maupun
produksi lemak kolesterol dalam tubuh. yang non-esensial apabila limit
Selain itu diketahui bahwa kobalt berperan keamanannya dilampaui dapat menjadi
dalam metabolisme vitamin B12 juga dalam toksik (Sofyan, 2007).
Hasil Pengujian Kualitas Madu
Hasil pengujian kualitas madu
berdasarkan uji bio-fisika kimia pada madu
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis Fisikokimia Madu Desa Sadar Kab. Bone


Parameter Hasil Standar
Fisikokimia Pengujian SNI IHC
Kadar Air 24, 83 % maks 22 % maks 20 %
Kadar Abu 1,13% maks 0,5 % maks 1,2 %

Kadar air menunjukkan banyaknya seperti iklim, kondisi penyimpanan dan


air yang terkandung dalam bahan dan derajat kematangan madu.
merupakan salah satu kriteria penting yang Hasil analisis kadar abu pada madu
berhubungan dengan kualitas madu. Kadar asal Desa Sadar Kab. Bone sebesar 1,13%.
air yang tinggi dapat menyebabkan Menurut SNI (2013), kadar maksimal untuk
fermentasi madu oleh ragi osmotoleran abu madu adalah 0,57% yang berarti bahwa
(khamir) tertentu. Adanya ragi dalam madu sampel madu telah melampaui batas
berpengaruh terhadap kandungan gula maksimal SNI (2013). Tetapi menurut IHC
pereduksi (glukosa dan fruktosa), karena ragi (2002), kadar abu madu maks 1,2%, yang
akan mendegradasi glukosa dan fruktosa artinya sampel madu asal Desa Sadar Kab.
menjadi alkohol dan karbon dioksida. Bone memiliki kadar abu yang memenuhi
Apabila fermentasi telah terjadi, daya simpan standar internasional. Kadar abu
akan berkurang. Sampel madu yang diuji merepresentasikan total residu anorganik
memiliki kadar air sebesar 24,83% yang pada proses karbonisasi madu. Perbedaan
melebihi standar yang telah ditetapkan oleh kandungan abu dalam madu dapat
SNI dan Codex Alimentarius/ IHC yakni 22% disebabkan oleh beberapa faktor, salah
dan 20%. Kadar air pada sampel madu yang satunya adalah kondisi geografis dari nektar
tinggi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor madu.

Tabel 3. Analisis Biokimia Madu Desa Sadar Kab. Bone


Parameter Hasil
IHC
Biokimia Pengujian

Protein (%) 0,63 0,4 - 0,7


Lemak (%) 0,5389 -

Protein merupakan komponen utama kadar protein pada sampel madu


dalam semua sel hidup yang fungsi menunjukkan bahwa sampel madu memiliki
primernya adalah sebagai pembentuk kadar protein sebesar 0,63 %. Jika
struktur sel seperti membran sel, jaringan dibandingkan dengan kisaran kandungan
penghubung, kolagen, rambut dan protein dari beberapa madu mancanegara
sebagainya (Patong, 2013). Hasil analisis yang diteliti oleh Bogdanov (2008), dapat
disimpulkan bahwa madu asal Desa Sadar Hasil analisis kadar lemak madu asal
memiliki kandungan protein yang hamper Desa Sadar Kab. Bone sebesar 0,5389%.
sama dengan madu asal mancanegara. Nilai ini lebih besar apabila dibandingkan
Perbedaan kandungan protein dalam madu dengan hasil penelitian Astuti (2014) yang
dapat disebabkan oleh perbedaan asal nektar menganalisis kadar lemak madu trigona asal
yang dikonsumsi oleh lebah. Sulawesi Selatan, dan mendapatkan kadar
Menurut Patong (2013), kebutuhan lemak sebesar 0,06%. Beberapa bahan
tubuh akan protein ditentukan oleh tingkat makanan di Indonesia dapat mengandung 10%
pertumbuhan dan ukuran tubuh. Pada masa atau lebih ekstrak eter (lemak), pengaruh
pertumbuhan diperlukan protein dalam penyimpanan akan menyebabkan ketengikan
jumlah yang lebih banyak per satuan berat dan dapat mengurangi nilai dari bahan
badan dibandingkan dengan masa dewasa. tersebut. Madu memiliki kandungan lemak
Anak-anak usia 1 - 5 tahun membutuhkan yang rendah. Oleh karena itu jarang ditemui
sekitar 3 - 3,5 gram protein/kg berat badan. sumber dan referensi yang menyatakan
Sedangkan untuk usia dewasa 17 - 21 tahun kisaran kadar lemak pada madu.
membutuhkan kurang lebih 1 - 1,5 gram
protein/kg berat badan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang mg/L dan 0,1085 mg/L. Madu yang berasal
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dari Desa Sadar Kab. Bone memenuhi
konsentrasi mineral esensial (V, Co dan Ni) standar kualitas madu yang ditetapkan oleh
dalam madu adalah 0,0165 mg/L, 0,3460 SNI dan International Honey Comission.

REFERENSI
1. Adriani, R., 2011, Identifikasi dan Executive Director Office of the Federal
Karakterisasi Sifat Kimia dan Sifat Fisik Register, Washington.
dari Madu Asli dengan Madu yang Dijual 5. Arifin, Zainal., 2008, Beberapa Unsur
di Pasaran Medan, Skripsi tidak Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem
diterbitkan, Departemen Kimia, FMIPA Biologi dan Metode Analisisnya, Jurnal
Universitas Sumatera Utara, Medan. Litbang Pertanian, 27 (3): 99-104.
6. Arinola, O.G., 2008, Essential Trace
2. Alqarni, A.S., Hannan, M.A., Owayss, Elements and Metal Binding Proteins in
A.A., and Engelm, S., 2011, The Nigerian Consumers of Alcohol
Indigenous Honey Bees of Saudi Arabia Beverages, Pakistan J. Nutr., 7(6): 763-
(Hymenoptera, Apidae, Apis mellifera 765.
jemenitica Ruttner): Their natural history 7. Astuti, N., 2014, Kajian Senyawa Volatil
and role in beekeeping.- Zookeys, 134: Madu Trigona Sulawesi Selatan sebagai
83-98. Antimikroba, Skripsi, Program
3. Anklam, E., 1998, A review of the Pascasarjana Universitas Hasanuddin,
Analytical Methods to Determine the Makassar.
Geographical and Botanical Origin of 8. Badan Penelitian dan Pengembangan
Honey, Food Chem., 63: 549–562. Hutan, 2012 Roadmap Penelitian
4. AOAC international,1990, Official Perlembahan, Kementrian Kehutanan,
Methods of Analysis Volume 1, The Riau.
9. Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 2/31/1716/luas-kawasan-hutan-dan-
2013, SNI-3545-2013 : Madu, Badan kawasan-konservasi-perairan-indonesia-
Standarisasi Nasional Indonesia, Jakarta. menurut-provinsi-berdasarkan-sk-
10. Badan Pusat Statistik, 2017, Luas menteri-kehutanan.html, diakses tanggal
Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi 16 Juli 2018)
Perairan Indonesia Menurut Provinsi 11. Bengsch, E., 1992, Connaissance du miel
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan, Des oligo-éléments pour la santé, Review
(https://www.bps.go.id/statictable/2013/1 of France Apiculture, 569: 383–386.

Anda mungkin juga menyukai