Anda di halaman 1dari 11

KONSEP MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIK

FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH

MAKALAH

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM yang Diasuh Oleh Bapak Romdloni, M.Pd.I

OLEH:
MIFTAHUDIN (20723017)

Program Studi Pendidikan Agama Islam


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NURUL HUDA SUKARAJA BUAY MADANG OKU TIMUR

SUMATERA SELATAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang
telah menurunkan Kitab Suci Al Qur’an sebagai hudan li nas rahmatan lil alamin
dan telah memberikan taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul " KONSEP MASYARAKAT
DALAM PERSPEKTIK FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM". Shalawat beserta
salam semoga tetap terlimpahkan kepada manusia pilihan-Nya Muhammad SAW
yang telah memberikan membuka cakrawala pemikiran umat Islam sehingga
mencapai puncak kejayaan hingga sekarang. Penulisan makalah ini dilakukan
untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Filsafat pendidikan islam yang
sedang penulis tempuh. Pada penulisan makalah ini, penulis menyadari masih
terdapat banyak kekurangan sehingga membutuhkan berbagai perbaikan.
Akhirnya, penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang
konstruktif dari pembaca demi memperbaiki makalah yang sederhana ini dan
semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi para pengkaji maupun
pembaca dan bagi penulis sendiri. Amin Ya Robbal ‘Alamiin.

Sukaraja, 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Selain sebagai makhluk individual, manusia juga sebagai  makhluk sosial.


Sebagai makluk sosial, manusia membutuhkan teman untuk bergaul untuk
menyatakan suka dan duka, dan memenuhi berbagai kebutuhan lainnya yang
bersifat kolektif.
Sebagai makhluk sosial, manusia mau tidak mau harus berinteraksi dengan
manusia lainnya, dan membutuhkan lingkungan dimana ia berada. Ia
menginginkan adanya lingkungan sosial yang ramah, peduli, santun, saling
menjaga dan menyayangi, bantu membantu, taat pada aturan, tertib, disiplin,
menghargai hak-hak manusia dan lain sebagainya. Lingkungan yang demikian
itulah yang memungkinkan ia dapat melakukan berbagai aktifitasnya dengan
tenang, tanpa terganggu oleh berbagai hal yang dapat merugikan dirinya.
Keinginan untuk mewujudkan lingkungan yang demikian itu
mendorong  perlunya membina masyarakat yang berpendidikan, beriman, dan
bertaqwa kepada Tuhan. Karena di dalam masyarakat yang demikian itulah akan
tercipta lingkungan dimana berbagai aturan dan perundang-undangan dapat
ditegakkan.
Al-Quran sebagai sumber ajaran Islam telah memberikan perhatian yang
besar terhadap perlunya pembinaan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksut dengan Al Umama……?


2. Bagaimana karakteristik masyarakt islam……?
3. Apa saja peran dan tugas msyarakat islam dalam pendidikan islam….?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al Umama

Di dalam buku karangan Haris Hermawan dijelaskan bahwa masyarakat


dalam Islam sering diistilahkan dengan ummat atau umma. Istilah umma berasal
dari kata ‘amma, artinya bermaksud (qashada) dan berniat keras (‘azima).
Pengertian seperti ini terdiri atas tiga arti yaitu “gerakan” dan “tujuan” serta
“ketetapan hati yang sadar”. Dan sepanjang kata ‘amma itu pada mulannya
mencakup arti “kemajuan” maka tentunya 3 memperlihatkan diri sebagai kata
yang terdiri atas empat arti yaitu usaha, gerakan, kemajuan, dan tujuan. Menurut
al-Asfihanikata ummat diartikan sebagai semua kelompok yang dihimpun oleh
sesuatu, seperti agama yang sama, waktu atau tempat yang sama, baik
perhimpunannya secara terpaksa atau kehendak mereka sendiri. Kata umat dalam
Al-Qur’an disebut sebanyak 52 kali dalam bentukt unggal al-Damighani yang
merinci Sembilan pengertian yaitu kata panjang, kaum, pemimpin, generasi islam,
umat Islam, orang-orang kafir, dan seluruh umat manusia.
Dalam buku karangan Al Rasyidin kata masyarakat selalu dideskripsikan
sebagai individu-individu manusia yang memiliki kesamaan, baik dalam
karakteristik maupun tujuan. Boleh jadi pengertian tersebut diambil dari kosakata
Arab yaitu Syaraka yang bisa berarti persekutuan, syirkah atau syarika yang
bermakna persekutuan, persrikatan, perkumpulan, atau perhimpunan.
Berdasarkan definisi diatas maka kami selaku pembuat makalah
berpndapat bahwa Umma artinya adalah umat manusia. Berhubung pembahasan
makalah ini mengenai konsep masyarakat Islam dalam filsafat pendidikan Islam
maka kami berpendapat bahwa umma adalah masyarakat Muslim.
Didalam Al-Qur’an umat yang diartikan sebagai segolongan /kelompok
terdapat dalam beberapa surah diantara sebagai berikut:
1. Surah An-naml ayat 83

َ ‫ا ٰيَتِنَا فَهُ ْم يُو َز ُع‬Dََٔ‫ ِّذبُ بِٔـ‬DDDD‫ا ِّم َّمن يُ َك‬DDDDً‫لِّ أُ َّم ٍة فَ ْوج‬DDDD‫ ُر ِمن ُك‬DDDD‫و َم نَحْ ُش‬DDDD
‫ون‬DDDD ْ َ‫َوي‬
Artimya : Dan (ingatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat
segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-
bagi (dalam kelompok-kelompok).
2. Surah Al Qashas ayat 23
ۤ
ِ َّ‫َولَ َّما َو َر َد َما َء َم ْديَ َن َو َج َد َعلَ ْي ِه اُ َّمةً ِّم َن الن‬
‫اس يَ ْسقُ ْو َن ەۖ َو َو َج َد ِم ْن ُد ْونِ ِه ُم‬
‫طبُ ُك َما ۗقَالَتَا اَل نَ ْسقِ ْي َح ٰتّى يُصْ ِد َر الرِّ َع ۤا ُء َواَب ُْونَا‬ ْ ‫ا ْم َراَتَي ِْن تَ ُذ ْو ٰد ۚ ِن قَا َل َما َخ‬
‫َش ْي ٌخ َكبِ ْي ٌر‬
Artinya : Dan ketika dia sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di
sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum (ternaknya), dan dia
menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang perempuan sedang
menghambat (ternaknya). Dia (Musa) berkata, “Apakah maksudmu (dengan
berbuat begitu)?” Kedua (perempuan) itu menjawab, “Kami tidak dapat memberi
minum (ternak kami), sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan
(ternaknya), sedang ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya.”

3. Surah Ali Imran ayat 104

ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُع ْو َن اِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمر ُْو َن بِ ْال َم ْعر ُْو‬
‫ف َويَ ْنهَ ْو َن َع ِن‬
ٰۤ ُ
‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِح ُْو َن‬
َ Dِ‫ول ِٕٕى‬ ‫ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا‬
Artinya : Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.

1. Surah Ali Imran ayat 110

‫ف َوتَ ْنهَ ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬ ِ ‫اس تَأْ ُمر ُْو َن بِ ْال َم ْعر ُْو‬
ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم َخي َْر اُ َّم ٍة اُ ْخ ِر َج‬
‫هّٰلل‬
‫ان َخ ْيرًا لَّهُ ْم ۗ ِم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُ ْو َن‬ ِ ‫َوتُ ْؤ ِمنُ ْو َن بِا ِ ۗ َولَ ْو ٰا َم َن اَ ْه ُل ْال ِك ٰت‬
َ ‫ب لَ َك‬
‫َواَ ْكثَ ُرهُ ُم ْال ٰف ِسقُ ْو َن‬
Artinya : Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan
mereka adalah orang-orang fasik.

Adari empat surah diatas, terdapat kata umat yang diartikan sebaga
isekelompok orang. Kumpulan dari beberapa individu itulah yang sering disebut
dengan masyarakat. Masyarakat yang beragam Islam adalah masyarakat Muslim,
masyarakat Muslim pastinya yakinakan merasakan pendidikan Islam dari buayan
sampai liang lahat. Masyarakat Muslim pasti sadar akan pentingnya pendidikan
dan penting nyamenuntut Ilmu.

B. Karakteristik Masyarakat Islam

Karakteristik umum masyarakat Islam, terdapat dalam surah ali Imran:


110, yaitu:

ۡ ۡ Dِ‫أ ُمرُونَ ب‬Dۡ Dَ‫خَي َر أُ َّم ٍة أُ ۡخر َج ۡت لِلنَّاس ت‬


ِ D‫ونَ َع ِن ٱل ُمن َك‬Dۡ Dَ‫ُوف َوت َۡنه‬
َ‫ون‬DDُ‫ر َوتُ ۡؤ ِمن‬D ِ ‫ٱل َم ۡعر‬D ِ ِ ۡ ۡ‫ُكنتُم‬
١١٠ …ِ ۗ ‫بِٱهَّلل‬
Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah..
1. Beriman
Masyarakat Islam menurut al-Quran adalah sebuah masyarakat yang
ditopang oleh keimanan yang kokoh kepada Allah Swt. Dasar iman membuahkan
taqwa, rasa aman dan damai di hati, juga dapat mendidik manusia untuk
melakukan amal shaleh.
2. Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar
Kata ma’ruf diartikan sebagai sesuatu yang diketahui, yang dikenal, atau
yang diakui. Dalam ayat tersebut keimanan kepada Allah diletakkan dalam urutan
yang ketiga dari syarat-syarat masyarakat Islam, salah satu penjelasannya
sebagaimana disampaikan al-Maraghi, bahwaamar ma’ruf dan nahi munkar
merupakan pintu keimanan dan yang memilihara keimanan tersebut pada
umumnya pintu itu posisinya berada di depan.

C. Peran Dan Tugas Masyarakat Islam Terhadap Pendidikan Islam

Pendidikan adalah aktifitas khas masyarakat. Ia hanya ada dan berlangsung


dalam lingkungan masyarakat manusia. Di satu sisi, pendidikan merupakan yang
secara inheren telah melekat dalam tugas kemanusiaan manusia. Di sisi lain,
pendidikan juga merupakan sarana atau instrument untuk membentuk dan
mewujudkan tatanan masyarakat ideal yang di cita-citakan Islam. Karenanya,
masyarakat tidak bisa dipisahkan, dan sebaliknya, pendidikan juga tidak bisa di
pisahkan dari masyarakat.
Oleh karena itu, tugas-tugas edukatif yang harus dilaksanakan masayarakat
antara adalah:
1. Mengarahkan diri dan semua anggota masyarakat untuk bertauhid dan
bertaqwa kepada Allah swt. (QS. 23: 52)
2. Masyarakat berkewajiban men-ta’lim, men-ta’dib dan men-tarbiyahkan
syariat Allah swt, sebagaimana dilakukan oleh para Nabi dan Rasul.
Diantara muatan yang harus dididikkan tersebut adalah agar membacakan
ayat-ayat Allah (QS. 13:30), menyeru agar manusia menyembah Allah dan
menjauhi thagut (QS. 16: 36), memberi putusan yang adil (QS. 10: 47),
membawa berita gembira dan memberi peringatan (QS. 35: 24), dan
menjadi saksi bagi sesama ummat (QS. 16: 84 dan 89, QS. 28: 75).
3. Masyarakat berkewajiban saling menyeru ke jalan Allah dan
menganjurkan kepada yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran.
4.  Masyarakat harus mendidik sesamanya untuk selalu berlomba-lomba
dalam meletakkan kebajikan, sebab diantara rahasia mengapa Allah swt,
menjadikan manusia itu berkelompok-kelompok, tidak satu ummat saja
adalah untuk menguji dan melihat bagaimana manusia berkompetisi dalam
melakukan kebajikan.
5. Masyarakat berkewajiban membagi rahmat Allah swt, atau berkorban
untuk sesamanya, karena sesungguhnya Allah swt, telah mensyariatkan
hal-hal yang demikian.
6. Masyarakat harus menegakkan sikap adil agar mereka bisa menjadi saksi
terhadap perbuatan sesamanya, sebagaimana Rasul diutus Allah swt, untuk
menjadi saksi atas perbuatan yang mereka lakukan.
7. Masyarakat berkewajiban mendidikkan tanggung jawab pada setiap
warganya, sebab mereka hanya hidup dalam suatu rentang waktu. Suatu
saat ajal akan menjemput tanpa dapat diundur atau dimajukan. Akan ada
masa dimana setiap ummat akan melihat buku catatan amalnya dan
menerima balasan terhadap segala sesuatu yang telah dikerjakan.

Adapun hubungan fungsi pendidikan Islam terhadap masyarakat adalah


untuk memperbaiki (ishlah) kehidupan masyarakat yang meliputi:
1. Ishlah al-Aqidah, yaitu memperbaiki akidah umat. Islam telah mampu
memperbaiki akidah dari masyarakat yang menyembah berhala kepada
agama tauhid. Dalam Islam, zat yang berhak disembah hanyalah Allah
swt.
2. Ishlah al-Ibadah, yaitu memperbaiki cara beribadah. Rasalullah saw, telah
memberi contoh bagaimana cara shalat, bagaiman cara puasa, haji dan
sebagainya.
3. Ishlah al-A’ilah, yaitu perbaikan berkeluarga. Pernikahan diatur secermat-
cermatnya. Hak dan kewajiban suami istri dijelaskan. Demikian pula hak
dan kewajiban anak serta hak dan kewajiban pembantu bila ada. Dalam
Islam, kesemuanya akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah swt,
nantinya.
4. Ishlah al-‘Adah, yaitu memperbaiki adat. Sebagaimana adat bangsa Arab
Jahiliyah yang terkenal buas dan kejam, seperti menguburkan anak-anak
mereka yang perempuan hidup-hidup yang dianggap menurunkan derajat
perempuan. Islam menegaskan bahwa jiwa manusia mahal sekali dan
tidak boleh dibinasakan kecuali dengan hak.
5. Ishlah al-Mujtama’, yaitu memperbaiki umat manusia, pada umumnya.
Masyarakat Islam tidak hanya bergaul dengan sesamanya saja, akan tetapi
juga bergaul dengan yang bukan muslim. Hal ini diatur melalui ketentuan
yang diperlihatkan oleh Rasulullah saw. Orang-orang Islam harus bergaul
secara baik dengan masayarakat non-muslim selama mereka tidak
memusuhi umat Islam. Mereka dibiarkan melakukan ibadah menurut
keyakinannya masing-masing. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt
yang menyatakan: “bagimu agamamu, dan bagiku agamaku”
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Di dalam buku karangan Haris Hermawan dijelaskan bahwa masyarakat
dalam Islam sering diistilahkan dengan ummat atau umma. Istilah umma berasal
dari kata ‘amma, artinya bermaksud (qashada) dan berniat keras (‘azima).
Pengertian seperti ini terdiri atas tiga arti yaitu “gerakan” dan “tujuan” serta
“ketetapan hati yang sadar”.
Pendidikan adalah aktifitas khas masyarakat. Ia hanya ada dan berlangsung
dalam lingkungan masyarakat manusia. Di satu sisi, pendidikan merupakan yang
secara inheren telah melekat dalam tugas kemanusiaan manusia
DAFTAR PUSTAKA

di,Abdullah. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan. Jakarta:


Raja Grafindo

Muthahhari, Murthadha. 1986. Masyarakat dan Sejarah, terj. M. Hashem, judul


asli Society and History. Bandung: Mizan

Nata,Abuddin. 2008.Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Quthb,Mohammad. 1993. Islam Ditengah Pertarungan Tradisi. Mizan: Bandung

Ramayulis dan Samsul Nizar. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam


Mulia

Salminawati, 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Citapustaka Media


Perintis

Shihab,Quraish. 1999.Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan

Soekanto, Soerjono. 1966. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: UI Press

Syafii Antonio,Muhammad.2010. Ensiklopedia Leadership dan Manajemen


Muhammad saw “The Super Leader Super Manager”. Jakarta: Tazkia
Publishing

Anda mungkin juga menyukai