Null 25
Null 25
Oleh :
Eko Fulianto
(Rahayu,2012)
6. Komplikasi
a. Otak : edema otak, perdarahan otak
b. Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru,
edema paru
c. Ginjal : tubular nekrosis akut
d. Hiperbilirubinemia (Mansjoer,2013)
7. Penatalaksanaan Medis
a. Langkah awal
1) Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan
hangat untuk melakukan pertolongan.
2) Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/sedikit ekstensi
atau mengganjal bahu bayi dengan kain)
3) Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia Bersihkan jalan nafas
dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir pada mulut baru
pada hidung
b) Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai mengisap lendir setelah
kepala lahir (berhenti seberi tar untuk menghisap lendir di mulut dan hidung). Bila
bayi menangis, nafas teratur, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi
mengalami depresi, tidak menangis, lakukan upaya maksimal untuk
membersihkan jalan nafas dengan jalan membuka mulut lebar-lebar dan
menghisap lendir lebih dalam secara hati-hati.
c) Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari tung dan warna kulit
kemerahan, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi tidak menangis atau
megap-megap, warna kulit biru atau pucat denyut jari tung kurang dan 100
xlme4it, lanjutkan langkah resusitasi.
b. Langkah resusitasi
1) Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat resusitasi (baton resusitasi dan
sungkup muka) telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan test untuk baton dan
sungkup muka)
2) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau memeriksa bayi
3) Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan dada bagian
atas, kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat.
4) Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala berada dalam posisi tengadah
5) Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk
6) semacam tautan sungkup dan wajah.
7) Tentukan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan semua jari tangan
(tergantung pada ukuran balon resusitasi)
8) Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan
periksa gerakan dinding dada
9) Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan dinding dada mengembang maka lakukan
ventilasi dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada atau tersedia oksigen guna
udara ruangan)
10) Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik, dengan tekanan yang
tepat sambil melihat gerakan dada (naik turun) selama ventilasi
11) Bila dinding dada tidak naik-turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara
adekuat.
12) Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi atau terjadi
kebocoran lekatan atau tekanan ventilasi kurang Lakukan ventilasi selama 2 x 30
detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian segera tentang upaya bernafas
spontan dan warna kulit:
a) Bila frekwensi nafas normal (30-60 x/menit), hentikan ventilasi, lakukan kontak
kulit ibu-bayi, lakukan asuhan normal bayi barn lahir (menjaga bayi tetap hangat,
mulai memberikan ASI dm1 dan mencegah infeksi dan imunisasi)
b) Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60
detik kemudian lakukan penilaian ulang.
c) Bila frekwensi nafas menjadi normal (30-60 x/menit) hentikan ventilasi lakukan
kontak kulit it lakukan asuhan normal bayi barn lahir.
d) Bila bayi bernafas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan ventilasi dengan
menggunakan oksigen (bila tersedia)
e) Bila bayi tidak bernafas, megap-megap, teruskan bantuan pernafasan dengan
ventilasi.
f) Lakukan penilaian setiap 30 detik dengan menilai usaha bernafas denyut jari tung
dan warna kulit
g) Jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi 2-3 menit, rujuk ke fasilitas
pelayanan perawatan bayi resiko tinggi.
h) Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekwensi denyut jari
tung bayi setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan ventilasi, bayi dinyatakan
meninggal (jelaskan kepada keluarga bahwa upaya pertolongan gagal) dan beri
dukungan emosional pada keluarga. (Dewi,2011)
8. Klasifikasi
a. Asfiksia ringan
Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
b. Asfiksia sedang
Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi detak jantung
lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas
tidak ada.
c. Asfiksia berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang
dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang- kadang pucat, reflek
iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum pemeriksaan
fisik sama asfiksia berat (Rustam,2014).
Cara menilai tingkatan APGAR score (Rustam,2016)
Tanda tanda vital Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Tubuh kemerahan
Seluruh tubuh biru
Appearance Ekstermitas Seluruh tubuh
atau putih
(warna kulit) biru kemerah-merahan
Pulse
< 100 x/ menit
(Frekuensi jantung) Tidak ada > 100 x/ menit
Grimance
(reflek) Tidak ada Menyeringai Batuk/Bersin/Menang
is
Activity Fleksi ekstremitas
Tidak Ada
(tonus otot) (Lemah) Fleksi kuat, gerak
Gerakan
aktif
Lambat atau tidak
Respiration Menangis kuat atau
Tidak ada teratur
(pernapasan) keras
(Merintih)
Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar
5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru
lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi
dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti
penilaian skor Apgar) (Rustam,2014).
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosisa
asfiksia pada bayi baru lahir menurut Prawirohardjo (2012), yaitu:
a. Denyut jantung janin
Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyutan dalam semenit. Selama his
frekuensi ini bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula.
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 semenit di luar his, dan lebih-lebih
jika tidak teratur, hal ini merupakan tanda bahaya.
b. Mekonium dalam air ketuban
Pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus
menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi
kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat
dilakukan dengan mudah.
c. Pemeriksaan darah janin
Alat yang digunakan : amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan
kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa
pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai
di bawah 7.2, hal itu dianggap sebagai tanda bahaya. Selain itu kelahiran bayi
yang telah menunjukkan tanda-tanda gawat janin mungkin disertai dengan asfiksia
neonatorum, sehingga perlu diadakan persiapan untuk menghadapi keadaan
tersebut jika terdapat asfiksia, tingkatnya perlu dikenal untuk dapat melakukan
resusitasi yang sempurna. Untuk hal ini diperlukan cara penilaian menurut
APGAR.
d. Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin/hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-
20 gr dan Ht 43%-61%), analisa gas darah dan serum elektrolit.
e. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi hemolitik.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
1) Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180x/mnt. Tekanan darah 60
sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
2) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di
kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
3) Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
4) Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
b. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir
c. Makanan dan cairan
1) Berat badan : 2500 – 4000 gram
2) Panjang badan : 44 – 45 cm
3) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
d. Neurosensori
1) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
2) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris
(molding, edema, hematoma).
3) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)
e. Pernapasan
1) Skor APGAR : 1 menit......5 menit. skor optimal harus antara 7-
10.
2) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
3) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak
: kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
f. Keamanan
1) Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
2) Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah
muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal
: kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/
wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis
mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan
bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda
internal) (Herdman,2013)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
d. Hipotermi
e. Defisiensi pengetahuan (Carpenito,2011)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah di susun pada tahap perencanaan. Ukuran intervensi keperawatan yang
diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk
memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien - keluarga, atau tindakan untuk
mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. (Hidayat,2012)
5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan pada bayi dengan asfiksia berdasarkan kriteria hasil
pada tujuan keperawatan yaitu :
f. Pola napas bayi kembali efektif sebagaimana mestinya
g. Tidak ada penumpakan sekret pada jalan napas bayi
h. Nutrisi bayi tercukupi dan tidak ada masalah
i. Bayi tidak terjadi hipotermi dan suhu tubuh dalam keadaan normal
j. Pengetahuan keluarga terkait masalah bayi. (Hidayat,2012)
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardhi.2013. Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Jakarta : MediAction Publishing
Carpenito, Lynda Juall. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi. 8. Jakarta: EGC.
Dewi, Vivian. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika Herdman, T. Heather.2013. Diagnosis Keperawatan definisi dan
Klasifikasi. Jakarta :
EGC
Hidayat, Aziz. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta
Mansjoer, Arief.2013. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2012. Penyulit Pada Neonatus. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Maryunani A, Nurhayati.
2014.Asuhankegawatdaruratandanpenyulitpadaneonatus.
Trans Info Medika. Jakarta.
Rahayu, Sri Dedeh. 2012. Asuhan Keperawatan Anak dan neonatus. Jakarta: Salemba
Medika
Rustam, M. 2014. Sinopsis Obstentri Fisiologi dan Obstentri Patofisiologi. Edisi 3
Jilid
I. Jakarta. EGC.
Sarwono Prawirohardjo, 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC
Smeltzer, Bare.2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta :
EGG
Semarang,
Nov
ember 2019
Mahasiswa
Mengetahui