Anda di halaman 1dari 51

SOP TB

Standar Pelayanan Penderita

1.Tujuan :

a.Mempermudah dam memperlancar pelayanan pada


penderita TBC Paru.
b.Memutuskan rantai penularan TBC Paru.
c.Menurunkan angka kesakitan dan kematian TBC Paru.

2.Kebijakan :

a.Pengelola P2 TBC
b.Ruang Pengelola
c.Meja, kursi dan kipas angin
d.ATK dan buku register
e.Buku penderita TB.01, TB.02, TB.05 dan TB.06
f.OAT
g.Pot dahak
h.Slide dan Ose serta Lampu spritus.

3.Prosedur :

a.Pasien mendaftar diloket kartu


b.Petugas kartu menanyakan dan mencatat identitas
pasien : nama, tanggal 
lahir,jenis kelamin, alamat lengkap, dan pekerjaan pasien
kemudian mencari dan 
mengisi buku famyli folder penderita.
c.Buku famyli folder pasien dibawa ke ruang Polik dokter
berdasarkan nomor urut 
pendaftaran.
d.Pasien disilahkan duduk sambil menunggu namanya di
panggil.
e.Penderita masuk di ruang Polik dokter.
f.Dokter melakukan anamese penderita mengenai keluhan
ada batuk/tidak, berapa lama 
batuk dan bila tersangka TBC, dokter merujuk untuk
pemeriksaan dahak ke 
Pengelola TBC.
g.Penderita ke ruang pengelola TBC. 
h.Penderita dipersilahkan masuk dan duduk.
i.Pengelola melalukan anamese ulang dan mencatat
mengenai berapa lama batuk, 
berdahak/tidak, dahak bercampur darah/tidak, sesak
nafas/tidak, nyeri dada 
/tidak, kurang nafsu makan/tidak, berat badan
menurun/tidak, riwayat kontak 
dengan penderita TBC dan apakah pernah minum obat
paru-paru selama kurang dari 1 
bulan atau lebih dari 1 bulan.
j.Mengisi buku daftar suspek porm. TB.06 
k.Pengelola memberi penjelasan mengenai pentingnya
pemeriksaan dahak dan cara 
batuk yang benar untuk mendapatkan dahak yang kental
dan purulen.
l.Memberikan pot dahak sewaktu kunjungan pertama dan
pengambilan dilakukan 
dibelakang Puskesmas.
m.Memeriksa kekentalan, warna dan volume dahak. Dahak
yang baik untuk pemeriksaan 
adalah berwarna kuning kehijau-hijauan (mukopurulen),
kental, dengan volume 3-5 
ml.Bila volumennya kurang, pengelola harus meminta agar
penderita batuk lagi 
sampai volumenya mencukupi.
n.Jika tidak ada dahak keluar, pot dahak dianggap sudah
terpakai dan harus 
dimusnahkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya
kontaminasi kuman TBC.
o.Memberikan label pada diding pot yang memuat nomor
identita sediaan dahak seuai 
dengn TB.06
p.Memberikan pot dahak pagi yang sudah diberi label
untuk diisi di rumah penderita 
dan disuruh datang besok pagi membawa dahak paginya
dan kemudian petugas 
mengambil dahak sewaktu kunjungan kedua.
q.Membuat apusan dahak penderita pada slide yang sudah
duberi label dengan 
menggukana ose.
r.Mengisi form. TB.05, sediaan yang sudah di fiksasi
segera disimpan kedalam kotak 
sediaan untuk menghindari risiko pecah atau dimakan
serangga.
s.Mengirim sediaan ke PRM dilakukan paling lambat 1
minggu sekali disertai 
formulir laboratorium TBC untuk pemeriksaan dahak
(TB.05).

 Standar Penyuluhan Penyakit TB

1. Pengertian :

Menyampaikan informasi berupa pesan atau pemikiran


dari pihak pemberi pesan/sumber informasi kepada pihak
lain/penerima pesan dengan cara tertentu.

2. Tujuan :

a. Menambah wawasan/pengetahuan tentang penyakit


TBC
b. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta
masyarakat dalam penanggulangan TBC.

3. Prosedur : 

a. Menyusun Satuan Acara Penyuluhan ( SAP ) sesuai


dengan kemampuan dan sumber daya yang ada, meliputi :
1). Mentujuan tujuan penyuluhan
2). Menentukan sasaran penyuluhan ( Toma, Masyarakat
umum, Kader Posyandu, Penderita, Keluatga penderita
atau PMO ).
3). Menentukan tempat penyuluhan ( di Unit Pelayanan
Kesehatan atau di Luar Unit Pelayanan Kesehatan ).
4). Menentukan waktu penyuluhan yang disesuaikan
dengan situasi tempat, sasaran dan pelaksanaan
penyuluhan.
5). Menentukan metode penyuluhan (ceramah, tanya
jawab atau diskusi) sesuai dengan jenis penyuluhan,
apakah penyuluhan langsung perorangan, kelompok atau
mayarakat/massa.
6). Alat bantu/media yang digunakan ( media cetak seperti
poster, lembar balik atau media elektronik seperti
pemutaran film ).
7). Menentukan biaya yang digunakan
8). Materi penyuluhan sesuai dengan tujuan penyuluhan
dan sasaran.
b. Pelaksanaan penyuluhan :
1). Penyuluhan TBC diaksanakan di dalam gedung UPK
dengan cara :
a) Penyuluhan langsung perorangan sasarannya :
penderita TBC, keluarga penderita atau PMO.
b) Penyuluhan langsung kelompok sasarannya : kelompok
penderita bersama keluarganya dan PMO
c) Penyuluhan tidak langsungseperti menepelkan poster
dan broser TB.
2). Penyuluhan TBC diaksanakan di luar gedung UPK
dengan cara :
a) Penyuluhan perongan dirumah penderita.
b) Penyuluhan kelompok di posyandu.
c. Mengevaluasi penyuluhan :
1). Terpaicanya tujuan yang diharapkan
2). Adanya perubahan prilaku penderita
3).Bertambahnya wawasan/pengetahun tentang penyakit
TBC.

Alur Diagnosa TB

Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam


waktu 2 hari, yaitu sewaktu – pagi – sewaktu (SPS).

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan


ditemukannya kuman TB (BTA).Pada program TB nasional,
penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis
merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto
toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan
indikasinya.

Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan


pemeriksaan foto toraks saja.Foto toraks tidak selalu
memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis.

Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu


menunjukkan aktifitas penyakit.

Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk


suspek TB paru.

Diagnosis TB ekstra paru.


Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena,
misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada
TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang
belakang (gibbus) pada spondilitis TB  dan lain-lainnya.

Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan


diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala
klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis
tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan
dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji
mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan
lain-lain.

Alur Diagnosis TB Paru Dewasa


Sistem Scoring ( Pembobotan ) Gejala dan penunjang
Diagnosis TB Anak

OAT ( Obat Anti Tuberculosa )

Disamping Kombipak, saat ini tersedia juga obat TB yang


disebut Fix Dose
Combination(FDC). Obat ini pada dasarnya sama dengan
obat kompipak, yaitu
rejimen dalam bentuk kombinasi, namun didalam tablet
yang ada sudah berisi 2,
3 atau 4 campuran OAT dalam satu kesatuan.
WHO sangat menganjurkan pemakaian OAT-FDC karena
beberapa keunggulan
dan keuntungannya dibandingkan dengan OAT dalam
bentuk kombipak apalagi
dalam bentuk lepas.
Keuntungan penggunaan OAT FDC:
a. Mengurangi kesalahan peresepan karena jenis OAT
sudah dalam satu
kombinasi tetap dan dosis OAT mudah disesuaikan
dengan berat badan
penderita.
33
b. Dengan jumlah tablet yang lebih sedikit maka akan
lebih mudah
pemberiannya dan meningkatkan penerimaan penderita
sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan penderita.
c. Dengan kombinasi yang tetap, walaupun tanpa diawasi,
maka penderita tidak
bisa memilih jenis obat tertentu yang akan ditelan.
d. Dari aspek manajemen logistik, OAT-FDC akan lebih
mudah pengelolaannya
dan lebih murah pembiayaannya.
Beberapa hal yang mungkin terjadi dan perlu diantisipasi
dalam pelaksanaan
pemakaian OAT-FDC :
Salah persepsi, petugas akan menganggap dengan OAT-
FDC, kepatuhan
penderita dalam menelan obat akan terjadi secara
otomatis, karenanya
pengawasan minum obat tidak diperlukan lagi. Tanpa
jaminan mutu obat, maka
bio-availability obat, khususnya Rifampisin akan
berkurang.
Jika kesalahan peresepan benar terjadi dalam OAT-FDC,
maka akan terjadi
kelebihan dosis pada semua jenis OAT dengan Risiko
toksisitas atau
kekurangan dosis (sub-inhibitory concentration) yang
memudahkan
berkembangnya resistensi obat.
Bila terjadi efek samping sulit menentukan OAT mana
yang merupakan
penyebabnya.Karena paduan OAT-FDC untuk kategori-1
dan kategori-3 yang
ada pada saat ini tidak berbeda maka dapat menurunkan
nilai pentingnya
pemeriksaan dahak mikroskopis bagi petugas.
Pemakaian OAT-FDC tidak berarti mengganti atau
meniadakan tatalaksana
standar dan pengawasan menelan obat.

Tablet OAT-FDC Komposisi/Kandungan Pemakaian


4FDC 75 mg INH
150 mg Rifampisin
400 mg Pirazinamid
275 mg Etambutol
Tahap Intensif/
awal dan sisipan
Harian
2FDC 150 mg INH
150 mg Rifampisin
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
Pelengkap paduan kategori-2 :
Tablet etambutol @ 400mg
Injeksi ( vial) Streptomisin 750mg
Aquabidest dan Spuit
Tabel. 6 Jenis OAT-FDC yang tersedia di program
penanggulangan TB.
Paduan pengobatan OAT-FDC yang tersedia saat ini di
Indonesia terdiri dari:
2(HRZE)/4(HR)3 �� untuk Kategori 1 dan Kategori 3
2(HRZE)S/1(HRZE)/5(HR)3E3 �� untuk Kategori 2
Dosis Pengobatan
Pada tabel 6 berikut ini disampaikan Dosis Pengobatan
Kategori -1 dan Kategori
-3 : {2(HRZE)/4(HR)3}
Berat Badan     TAHAP INTENSIF(tiap hari selama 2bulan)  
TAHAP LANJUTAN(3 kalisemingguslm4bln
30 – 37 kg        2 tablet 4FDC                                                2
tablet 2FDC
38 – 54 kg        3 tablet 4FDC                                                3
tablet 2FDC
55 – 70 kg        4 tablet 4FDC                                                4
tablet 2FDC
> 70 kg             5 tablet 4FDC                                               
5 tablet 2FDC

Satu blister tablet FDC (4FDC atau 2FDC) terdiri dari 28


tablet
36

 Berat Badan     TAHAP INTENSIF            TAHAP


LANJUTAN
                         Jumlah blister tablet              Jumlah blister
tablet
                                 4FDC                                   2FDC

30 – 37 kg            4 BLISTER                            3 BLISTER +
12 tablet
38 – 54 kg            6 BLISTER                            5 BLISTER +
4 tablet
55 – 70 kg            8 BLISTER                            6 BLISTER +
24 tablet
> 70 kg               10 BLISTER                            8 BLISTER +
16 tablet

1. ISONIAZIDA (H)
   Identitas.
Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik
Isoniazida
100 mg dan 300 mg / tablet Nama lain Isoniazida : Asam
Nicotinathidrazida;
Isonikotinilhidrazida; INH
    Dosis.
Untuk pencegahan, dewasa 300 mg satu kali sehari, anak
anak 10 mg
per berat badan sampai 300 mg, satu kali sehari. Untuk
pengobatan TB bagi
orang dewasa sesuai dengan petunjuk dokter / petugas
kesehatan lainnya.
Umumnya dipakai bersama dengan obat anti tuberkulosis
lainnya. Dalam
kombinasi biasa dipakai 300 mg satu kali sehari, atau 15
mg per kg berat badan
sampai dengan 900 mg, kadang kadang 2 kali atau 3 kali
seminggu. Untuk anak
dengan dosis 10 20 mg per kg berat badan.Atau 20 – 40
mg per kg berat badan
sampai 900 mg, 2 atau 3 kali seminggu.
     Indikasi.
Obat ini diindikasikan untuk terapi semua bentuk
tuberkulosis aktif,
disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis orang
berisiko tinggi
mendapatkan infeksi. Dapat digunakan tunggal atau
bersama-sama dengan
antituberkulosis lain.
    Kontraindikasi.
Kontra indikasinya adalah riwayat hipersensistifitas atau
reaksi
adversus, termasuk demam, artritis, cedera hati,
kerusakan hati akut, tiap
etiologi : kehamilan(kecuali risiko terjamin).
    Kerja Obat.
Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman
dalam
beberapa hari pertama pengobatan.
Efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif,
yaitu kuman yang sedang
berkembang.
Mekanisme kerja berdasarkan terganggunya sintesa
mycolic acid, yang
diperlukan untuk membangun dinding bakteri.

2. RIFAMPISIN
    Identitas.
Sediaan dasar yang ada adalah tablet dan kapsul 300 mg,
450 mg,
600 mg
   Dosis
Untuk dewasa dan anak yang beranjak dewasa 600 mg
satu kali sehari,
atau 600 mg 2 – 3 kali seminggu. Rifampisin harus
diberikan bersama dengan
obat anti tuberkulosis lain. Bayi dan anak anak, dosis
diberikan dokter / tenaga
46
kesehatan lain berdasarkan atas berat badan yang
diberikan satu kali sehari
maupun 2-3 kali seminggu. Biasanya diberikan 7,5 – 15 mg
per kg berat badan.
Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah 75 mg untuk
anak < 10 kg, 150 mg
untuk 10 – 20 kg, dan 300 mg untuk 20 -33 kg.
   Indikasi
Di Indikasikan untuk obat antituberkulosis yang
dikombinasikan
dengan antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun
ulang
Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman
semi-dormant yang
tidak dapat dibunuh oleh isoniazid.
    Mekanisme kerja,
Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri
Ribose Nukleotida Acid (RNA)-polimerase sehingga
sintesis RNA terganggu.
Dinamika / Kinetika Obat Obat ini akan mencapai kadar
plasma puncak
(berbeda beda dalam kadar) setelah 2-4 jam sesudah dosis
600 mg, masih
terdeteksi selama 24 jam. Tersebar merata dalam jaringan
dan cairan tubuh,
termasuk cairan serebrosfinal, dengan kadar paling tinggi
dalam hati, dinding
kandung empedu, dan ginjal. Waktu paruh plasma lebih
kurang 1,5- 5 jam( lebih
tinggi dan lebih lama pada disfungsi hati, dan dapat lebih
rendah pada penderita
terapi INH). Cepat diasetilkan dalam hati menjadi emtablit
aktif dan tak aktif;
masuk empedu melalui sirkulasi enterohepar. Hingga 30 %
dosis diekskresikan
dalam kemih, lebih kurang setengahnya sebagai obat
bebas.Meransang enzim
mikrosom, sehingga dapat menginaktifkan obat
terentu.Melintasi plasenta dan
mendifusikan obat tertentu kedalam hati.

3. PIRAZINAMIDA
    Identitas.
Sediaan dasar Pirazinamid adalah Tablet 500 mg/tablet.
Dosis Dewasa dan anak sebanyak 15 – 30 mg per kg berat
badan, satu kali
sehari.Atau 50 – 70 mg per kg berat badan 2 – 3 kali
seminggu.Obat ini dipakai
bersamaan dengan obat anti tuberkulosis lainnya.
  Indikasi
Digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi
dengan anti
tuberkulosis lain.
  Kontraindikasi
terhadap gangguan fungsi hati parah, porfiria,
hipersensitivitas.
Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman
yang berada dalam sel
dengan suasana asam.
   Mekanisme kerja,
berdasarkan pengubahannya menjadi asam
pyrazinamidase
yang berasal dari basil tuberkulosa.
Dinamika / Kinetika Obat Pirazinamid cepat terserap dari
saluran cerna. Kadar
plasma puncak dalam darah lebih kurang 2 jam, kemudian
menurun. Waktu paro
kira-kira 9 jam.Dimetabolisme di hati.Diekskresikan
lambat dalam kemih, 30%
dikeluarkan sebagai metabolit dan 4% tak berubah dalam
24 jam.
Interaksi bereaksi dengan reagen Acetes dan Ketostix
yang akan memberikan
warna ungu muda – sampai coklat.
    Efek Samping
Efek samping hepatotoksisitas, termasuk demam
anoreksia,
hepatomegali, ikterus; gagal hati; mual, muntah, artralgia,
anemia sideroblastik,
urtikaria.
Keamanan penggunaan pada anak-anak belum ditetapkan.
Hati-hati
penggunaan pada: penderita dengan encok atau riwayat
encok keluarga atau
diabetes melitus; dan penderita dengan fungsi ginjal tak
sempurna; penderita
dengan riwayat tukak peptik.

4. ETAMBUTOL
   Identitas.
Sediaan dasarnya adalah tablet dengan nama generik
Etambutol-HCl
250 mg, 500 mg/tablet.
   Dosis.
Untuk dewasa dan anak berumur diatas 13 tahun, 15 -25
mg mg per kg
berat badan, satu kali sehari.Untuk pengobatan awal
diberikan 15 mg / kg berat
badan, dan pengobatan lanjutan 25 mg per kg berat
badan. Kadang kadang
dokter juga memberikan 50 mg per kg berat badan sampai
total 2,5 gram dua
kali seminggu. Obat ini harus diberikan bersama dengan
obat anti tuberkulosis
lainnya. Tidak diberikan untuk anak dibawah 13 tahun dan
bayi .
Indikasi. Etambutol digunakan sebagai terapi kombinasi
tuberkulosis dengan
obat lain, sesuai regimen pengobatan jika diduga ada
resistensi. Jika risiko
resistensi rendah, obat ni dapat ditinggalkan. Obat ini
tidak dianjurkan untuk
anak-anak usia kurang 6 tahun, neuritis optik, gangguan
visual.
    Kontraindikasi.
Hipersensitivitas terhadap etambutol seperti neuritis
optik.
Kerja Obat. Bersifat bakteriostatik, dengan menekan
pertumbuhan kuman TB
yang telah resisten terhadap Isoniazid dan streptomisin.
Mekanisme kerja, berdasarkan penghambatan sintesa
RNA pada kuman yang
sedang membelah, juga menghindarkan terbentuknya
mycolic acid pada dinding
sel.
  Dinamika/Kinetika Obat.
Obat ini diserap dari saluran cerna. Kadar plasma
puncak 2-4 jam; ketersediaan hayati 77+ 8%. Lebih kurang
40% terikat protein
plasma.Diekskresikan terutama dalam kemih.Hanya 10%
berubah menjadi
metabolit tak aktif. Klearaesi 8,6% + 0,8 % ml/menit/kg BB
dan waktu paro
eliminasi 3.1 + 0,4 jam. Tidak penetrasi meninge secara
utuh, tetapi dapat
dideteksi dalam cairan serebrospina pada penderita
dengan meningetis
tuberkulosa
Interaksi.Garam Aluminium seperti dalam obat maag,
dapat menunda dan
mengurangi absorpsi etambutol.Jika dieprlukan garam
alumunium agar
diberikan dengan jarak beberapa jam.
   Efek Samping
Efek samping yang muncul antara lain gangguan
penglihatan
dengan penurunan visual, buta warna dan penyempitan
lapangan pandang.
Gangguan awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini
terjadi maka etambutol
harus segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya
fungsi penglihatan
akan pulih. Reaksi adversus berupa sakit kepala,
disorientasi, mual, muntah dan
sakit perut.

5. STREPTOMISIN
   Identitas
Sediaan dasar serbuk Streptomisin sulfat untuk Injeksi 1,5
gram / vial
berupa serbuk untuk injeksi yang disediakan bersama
dengan Aqua Pro Injeksi
dan Spuit.
   Dosis
Obat ini hanya digunakan melalui suntikan intra muskular,
setelah
dilakukan uji sensitifitas.Dosis yang direkomendasikan
untuk dewasa adalah
15 mg per kg berat badan maksimum 1 gram setiap hari,
atau 25 – 30 mg per kg
berat badan, maksimum 1,5 gram 2 – 3 kali seminggu.
Untuk anak 20 – 40 mg
per kg berat badan maksimum 1 gram satu kali sehari,
atau 25 – 30 mg per kg
berat badan 2 – 3 kali seminggu. Jumlah total pengobatan
tidak lebih dari 120
gram.
   Indikasi.
 Sebagai kombinasi pada pengobatan TB bersama
isoniazid,
Rifampisin, dan pirazinamid, atau untuk penderita yang
dikontra indikasi dengan
2 atau lebih obat kombinasi tersebut.
Kontraindikasi hipersensitifitas terhadap streptomisin
sulfat atau aminoglikosida
lainnya.
Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman
yang sedang
membelah.Mekanisme kerja berdasarkan penghambatan
sintesa protein kuman
dengan jalan pengikatan pada RNA ribosomal.
Dinamika / Kinetika Obat Absorpsi dan nasib Streptomisn
adalah kadar plasma
dicapai sesudah suntikan im 1 – 2 jam, sebanyak 5 – 20
mcg/ml pada dosis
tunggal 500 mg, dan 25 – 50 mcg/ml pada dosis 1.
Didistribusikan kedalam
jaringan tubuh dan cairan otak, dan akan dieliminasi
dengan waktu paruh
2 – 3 jam kalau ginjal normal, namun 110 jam jika ada
gangguan ginjal.
Interaksi Interaksi dari Streptomisin adalah dengan
kolistin, siklosporin,
Sisplatin menaikkan risiko nefrotoksisitas, kapreomisin,
dan vankomisin
menaikkan ototoksisitas dan nefrotoksisitas, bifosfonat
meningkatkan risiko
hipokalsemia, toksin botulinum meningkatkan hambatan
neuromuskuler,
diuretika kuat meningkatkan risiko ototoksisitas,
meningkatkan efek relaksan otot
yang non depolarising, melawan efek parasimpatomimetik
dari neostigmen dan
piridostigmin.
   Efek Samping
Efek samping akan meningkat setelah dosis kumulatif 100
g,
yang hanya boleh dilampaui dalam keadaan yang sangat
khusus.

Diposkan oleh Faiz'Profil'Blog di 00.25

Prinsip Pengobatan TB

1. TUJUAN

 Menyembuhkan penderita
 Mencegah kematian
 Mencegah kekambuhan
 Menurunkan tingkat penularan

 2. JENIS DAN DOSIS OAT


a) Isoniasid ( H )
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh
90 % populasi kuman dalam beberapa hari pertama
pengobatan. Obat ini sanat efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang
berkembang,Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kk
BB,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali
seminggu diberikan
dengan dosis 10 mg/kg BB.
b) Rifampisin ( R )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi –
dormant ( persister ) yang tidak dapat dibunuh oleh
isoniasid dosis 10
mg/kg BB diberikan sama untuk mengobatan harian
maupun intermiten 3 kal seminggu.
c) Pirasinamid ( Z )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada
dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang
dianjurkan 25
mg/kg BB ,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali
seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
d) Streptomisin ( S )
Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15
mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali
seminggu
digunakan dosis yang sama penderita berumur sampai 60
tahun dasisnya 0,75 gr/hari sedangkan unuk berumur 60
tahun
atau lebih diberikan 0,50 gr/hari.
e) Etambulol ( E)
Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang
dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan
intermiten 3 kali
seminggu digunakan dosis 30 mg/kg/BB.

3. PRINSIP PENGOBATAN

Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari


beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis tepat
selama 6-8 bulan,
supaya semua kuman (termasuk kuman persister) dapat
dibunuh.Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan
ditelan
sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong.
Aapabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat
(jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC
akan
berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). uNtuk
menjamin kepatuhan penderita menelan obot ,
pengobatan perlu
dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT=Direcly
Observed Treatment) oleh seorang pengawas Menelan
Obat (PMO )
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap
intensif dan lanjutan.

 Tahap Intensif

Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat


setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
terjadinya
kekebalan terhadap semua OATterutama rifampisin . Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat
biasanya penderita menular menjadi tidak menular
dalamkurun waktu 2 minggu sebagian besar penderita
TBC BTA positif
menjadi BTA negatif ( konversi ) pada akhir pengobatan
intensif.

 Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih


sedikit , namum dalam jangka waktu yang lebih lama

PADUAN OAT DI INDONESIA


WHO dan IUATLD ( Internatioal Union Against
Tuberculosis and lung Disease ) me-rekomendasikan
paduan OAT Standar
Yaitu :
Kategori 1 :
 2HRZE / 4 H3R3
  2HRZE / 4 HR
  2HrZE / 6 HE

Kategori 2:

 2HRZES / HRZE /5H3R3E3


 2HRZES / HRZE / 5HRE

Kategori 3:

 2HRZ / 4H3R3
 2 HRZ / 4 HR
 2HRZ / 6 HE

Program Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia


menggunakan paduan OAT
Kategori 1 : 2 HRZE / 4H3R3
Kategori 2 : 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3
Kategori 3 : 2 HRZ / 4H3R3
Disamping ketiga kategori ini disediakan paduan obat
sisipan ( HRZE )
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak
dengan tujuan untuk memudahkam pemberian obat dan
menjamin kelangsungan ( kontinuitas ) pengobatan
sampai selesai satu (1) paket untuk satu ( 1) penderita
dalam satu (1)
masa pengobatan.
a) Kategori -1 ( 2HRZE / 4H3R3 )
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid ( H), Rifampisin ( R ),
Pirasinamid ( Z) dan Etambutol ( E ) Obat-obat tersebut
diberikan
setiap hari selama 2 bulan ( 2HRZE ). Klemudian
diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari
isoniasid ( H) dan
Rifampisin ( R ) diberikan tiga kali dalam seminggu selama
4 bulan ( 4 H 3R3 ).
Obat ini diberikan untuk :

 Penderita baru TBC Paru BTA Positif


 Penderita TBC Paru BTA negatif Rontgen positif yang
“ sakit berat “ dan
 Penderita TBC Ekstra Paru berat.

Dosis obat antituberkulosis (OAT)

Obat Dosis harian  Dosis Dosis


(mg/kgbb/hari) 2x/minggu  3x/minggu
(mg/kgbb/hari) (mg/kgbb/hari)
5-15 (maks 15-40 (maks. 15-40 (maks.
INH
300 mg) 900 mg) 900 mg)
10-20 (maks. 10-20 (maks. 15-20 (maks.
Rifampisin
600 mg) 600 mg) 600 mg)
15-40 (maks. 2 50-70 (maks. 15-30 (maks. 3
Pirazinamid
g) 4 g) g)
15-25 (maks. 50 (maks. 2,5 15-25 (maks.
Etambutol
2,5 g) g) 2,5 g)
15-40 (maks. 1 25-40 (maks. 25-40 (maks.
Streptomisin
g) 1,5 g) 1,5 g)

Pengobatan TBC pada orang dewasa

 Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin,
pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap
intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH
dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap
lanjutan).
Diberikan kepada:
o Penderita baru TBC paru BTA positif.
o Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-
paru) berat.
 Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
o Penderita kambuh.
o Penderita gagal terapi.
o Penderita dengan pengobatan setelah lalai
minum obat.
 Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
o Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung
aktif.

Pengobatan TBC pada anak

Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek


selama 6 atau 9 bulan, yaitu:

1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2


bulan pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari
atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan
Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap
hari selama 2 bulan pertama, kemudian
INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu
selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga
ada resistensi terhadap INH).

Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin


diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10
mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.
Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:
TB tidak berat
  INH : 5 mg/kgbb/hari
  Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari
TB berat (milier dan meningitis TBC)
  INH : 10 mg/kgbb/hari
  Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari
  Dosis prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)

Diposkan oleh Faiz'Profil'Blog di 23.44

10 Hal Tentang TBC

10 HAL TENTANG TBC DAN PENANGGULANGANNYA.


10 FAKTA PENTING MENGENAI SITUASI TBC DI
INDONESIA
Tiap tahun terdapat 583.000 kasus TBC di Indonesia
Secara nasional, TBC ?membunuh? kira-kira 140.000
orang setiap tahun
Setiap hari 425 orang meninggal akibat TBC di Indonesia.
Indonesia merupakan ?penyumbang? kasus TBC ke-3 di
Dunia, setelah RRC dan India.
Tingkat resiko untuk terserang TBC di Indonesia berkisar
antara 1,7 % – 4,4 % ( menurut data 1972-1987 ).
Sekitar ¾ pasien TBC di Indonesia tergolong dalam usia
produktif.
Tahun 1995, pemerintah Indonesia mulai mengadopsi
starategi DOTS (Directly Observed Tratment Short-Course)
untuk menanggulangi TBC.
Tahun 1996, obat TBC di Puskesmas diberikan dalam
bentuk Kombipak.
Tahun 1999 merupakan dimulainya era penting dalam
penanggulangan TBC di Indonesia, karena dibentuknya
GERDUNAS-TBC (Gerakan Terpadu Nasional
Penanggulangan TBC) yang merupakan wujut nyata
kemitraan dengan berbagai sektor yang terkait dalam
penanggulangan TBC di Indoensia.
Penelitian ekonomi kesehatan di Indonesia menemukan
bahwa jika pengobatan dapat diterapkan secara dini,
setiap US$ 1 yang untuk program penanggulangan TBC,
maka akan dapat menghemat US$ 55 dalam waktu 20
tahun.
10 FAKTA PENTING MENGENAI TBC
Tiap tahun selalu terdapat peningkatan jumlah penderita
TBC yang tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
TBC membunuh lebih banyak kaum muda dan wanita
dibandingkan penyakit menular lainnya.
Terdapat sekitar 2 sampai 3 juta orang meninggal akibat
TBC setiap tahun.Sesungguhnya setiap kematian akibat
TBC itu bisa dihindari.
Setiap detik, ada 1 orang yang meninggal akibat tertular
TBC.
Setiap 4 detik, ada yang sakit akibat tertular TBC.
Setiap tahun.1 % dari seluruh populasi di seluruh dunia
terjangkit oleh penyakit TBC.
Sepertiga dari jumlah penduduk di dunia ini sudah tertular
oleh kuman TBC (walaupun) belum terjangkit oleh
penyakitnya.
Penderita TBC yang tidak berobat dapat menularkan
pentakit kepada sekitar 10 ?15 orang dalam jangka waktu
1 tahun.
Seperti halnya flu, kuman TBC menyebar di udara pada
saat seseorang yang menderita TBC batuk dan bersin,
meludah atau berbicara.
Kuman TBC biasanya menyerang paru-paru.
10 FAKTA PENTING MENGENAI TBC & PERPINDAHAN
PENDUDUK
Sekitar 50 % dari jumlah pengungsi di seluruh dunia
kemungkinan telah tertular TBC, Setiap tahunnya, lebih
dari 17.000 orang pengungsi menderita sakit akibat TBC.
Populasi pengungsi menghadapi peningkatan masalah
akibat TBC; jumlah pengungsi dan pelarian di seluruh
dunia telah berlipat 9 kali selama 20 tahun terakhir.
Penderita TBC yang tidak dirawat dapat menyebarkan
penyakitnya secara cepat, terutama di lingkungan
penampungan dan kamp pengungsi, Amatlah sulit
memberikan perawatan TBC bagi penduduk yang
berpindah-pindah.
WHO merekomendasikan bahwa TBC harus menjadi
prioritas utama, sesegera mungkin setelah fase darurat
bagi para pengungsi itu berlalu.
Turisme, perjalanan antar-negara dan migrasi menunjang
terjadinya penyebaran kuman TBC.
Di banyak negara industri maju, paling tidak setengah dari
jumlah kasus TBC, ditemukan pada orang-orang yang lahir
di negara lain.
Di Amerika Serikat, 1/3 dari jumlah kasus TBC, ditemukan
pada orang yang tempat kelahirannya bukan di AS
Jumlah kasus TBC di AS diantara orang-orang
yanglahirnya bukan di AS, senantiasa meningkat setiap
tahun.
Kaum gelandangan di negara maju merupakan golongan
yang resiko tertular TBC-nya semakin meningkat.
Pada tahun 1995, dilaporkan bahwa hampir 30 % dari
populasi gelandangan di San Francisco (AS) dan sekitar 25
% dari populasi gelandangan di London (Inggris) telah
tertular oleh kuman TBC ? jauh lebih tinggi daripada rata-
rata nasional di kedua negara tersebut.
10 FAKTA PENTING MENGENAI TBC & PEREMPUAN
TBC merupakan penyakit menular paling ganas yang
menyerang dan membunuh kaum perempuan.
Lebih dari 900 juta wanita di seluruh dunia tertular oleh
kuman TBC. 1 juta diantaranya akan meninggal dan 2,5
juta akan segera menderita penyakit tersebut pada tahun
ini, Perempuan yang menderita TBC ini berusia antara 15 ?
44 tahun.
TBC merupakan penyakit pembunuh yang paling
mematikan bagi perempuan muda usia.
TBC memiliki andil sekitar 9 % dari kematian berusia 15-
44 tahun, dibandingkan penyebab kematian lainnya
(akibat perang:4%,HIV:3%,dan penyakit jantung:3 % ).
Perempuan dalam usia reproduksi lebih rentan terhadap
TBC dan lebih mungkin terjangkit oleh penyakit TBC
dibandingkan pria dari kelompok usia yang sama.
Wanita pada kelompok usia reproduksi juga beresiko lebih
tinggi terhadap penuaran HIV.
Di sebagian negara Afrika, jumlah perempuan yang
terjangkit TBC lebih besar dibandingkan jumlah penderita
pria.
TBC menyebabkan jumlah kematian lebih besar bagi
wanita dibandingkan kematian akibat melahirkan.
Di beberapa bagian dunia, stigma atau rasa malu akibat
TBC menyebabkan terjadinya isolasi, pengucilan dan
perceraian bagi kaum wanita.
Di beberapa bagian dunia, pergerakan kaum perempuan
sedang mengusahakan adanya upaya lebih baik
penanggulangan penyakit TBC.
Diposkan oleh Faiz'Profil'Blog di 23.01

DOTS

DOTS
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse
chemotherapy) adalah strategi pengobatan pasien TB
dengan menggunakan paduan obat jangka pendek dan
diawasi langsung oleh seorang pengawas yang dikenal
sebagai PMO (pengawas menelan obat).

Pengobatan TBC dengan strategi DOTS ini merupakan


satu-satunya pengobatan TBC yang saat ini
direkomendasikan oleh oraganisasi kesehatan sedunia
(WHO) karena terbukti paling efektif.
Obat TBC harus diminum secara teratur sampai penderita
dinyatakan sembuh. Lama pengobatan berkisar 6 sampai
dengan 8 bulan.

Jika tidak teratur minum obat akan menimbulkan:

* Penyakitnya akan lebih sukar diobati


* Kuman TBC dalam tubuh akan berkembang semakin
banyak dan menyerang organ tubuh lain
* Akan membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat
sembuh
* Biaya pengobatan akan sangat besar dan tidak
ditanggung oleh pemerintah

 
 APAKAH DOTS ITU ?
 
DOTS atau kependekan dari Directly Observed Treatment,
Short-course adalah strategi penyembuhan TBC jangka
pendek dengan pengawasan secara langsung.
Dengan menggunakan startegi DOTS, maka proses
penyembuhan TBC dapat secara cepat.
DOTS menekankan pentingnya pengawasan terhadap
penderita TBC agar menelan obatnya secara teratur
sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh.
Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang
tinggi, bisa sampai 95 %. Startegi DOTS direkomendasikan
oleh WHO secara global untuk menanggulangi TBC.
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen, yaitu :
o Adanya komitmen politis dari pemerintah untuk
bersungguh-sungguh menanggulangi TBC.
o Diagnosis penyakit TBC melalui pemeriksaan dahak
secara mikroskopis
o Pengobatan TBC dengan paduan obat anti-TBC jangka
pendek, diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas
Menelan Obat).
o Tersedianya paduan obat anti-TBC jangka pendek
secara konsisten.
o Pencatatan dan pelaporan mengenai penderita TBC
sesuai standar.
Bank dunia menyatakan strategi DOTS merupakan strategi
kesehatan yang paling ?cost effective?.
Bangladesh : Dengan strategi DOTS, angka kesembuhan
mampu mencapai sekitar 80 %.
Maldives : Angka kesembuhan mencapai angka sekitar 85
% berkat strategi DOTS.
Nepal : Setelah menggunakan DOTS, angka kesembuhan
mencapai 85 % – sebelumnya hanya mencapai 50 %.
RRC : Tingkat kesembuhan mencapai 90 % dengan DOTS.
 
DOTS adalah strategi yang paling efektif untuk menangani
pasien TBC saat ini, dengan tingkat kesembuhan bahkan
sampai 95 persen.DOTS diperkenalkan sejak tahun 1991
dan sekitar 10 juta pasien telah menerima perlakuan
DOTS ini.Di Indonesia sendiri DOTS diperkenalkan pada
tahun 1995 dengan tingkat kesembuhan 87 persen pada
tahun 2000 (http:www.who.int). Angka ini melebihi target
WHO, yaitu 85 persen, tapi sangat disayangkan bahwa
tingkat deteksi kasus baru di Indonesia masih rendah.
Berdasarkan data WHO, untuk tahun 2001, tingkat deteksi
hanya 21 persen, jauh di bawah target WHO, 70 persen.
Karena itu, usaha untuk medeteksi kasus baru perlu lebih
ditingkatkan lagi.
Diposkan oleh Faiz'Profil'Blog di 22.56

Diagnosa TB Sesuai ISTC


Penyakit Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat, bukan saja di dunia atau
nasional tetapi juga di Jawa Barat, Penanggulangan TB
sampai saat ini belum berhasil dengan optimal. Salah satu
kendalanya adalah cara pengobatan yang salah, tidak
berkualitas dan tidak sesuai dengan standar penanganan
TB.
                Hal-hal tersebut akan dapat mengakibatkan
pelayan pengobatan terhadap penderita TB yang di bawah
standar dan sebagai akibatnya hasil pengobatan yang
buruk, penderita tetap infeksius dan menularkan pada
anggota keluarga dan masyarakat disekitarnya. Dampak
buruk lainnya adalah penderita bisa menjadi resisten
terhadap multiple obat  anti tuberkulosis, sehingga
semakin sulit diobati dan memerlukan waktu yang lama
serta biaya yang mahal.
                ISTC (International Standards for Tuberculosis
Care) merupakan standar yang melengkapi pedoman
program penanggulangan TB Nasional yang di
rekomendasikan oleh WHO. ISTC telah di dukung oleh
berbagai organisasi kesehatan baik internasional maupun
nasional, antara lain KNCV,  ATS, IUATLD, US CDC dan di
Indonesia telah didukung oleh IDI, PDPI, PAPDI, IDAI,
POGI, PAMKI.
Tujuannya memberikan penjelasan standar penanganan
TB yang dapat diterima luas di setiap tingkat pelayanan
oleh semua praktisi, baik instansi pemerintah maupun
swasta dalam menangani pasien yang diduga atau
menderita TB, memberikan pelayanan bermutu tinggi
kepada pasien TB meliputi semua usia, BTA positif 
ataupun negatif, ekstraparu, MDR (multiple Drugs
Resistance), HIV dengan TB.
ISTC terdiri dari 17 standar :
· 6 standar diagnosis
· 9 standar terapi
· 2 standar tanggungjawab kesehatan masyarakat.

Dalam ‘Clinic Corner’ kali ini akan di bahas mengenai 6


standar diagnosis.

Standar 1 : Setiap orang dengan batuk produktif selama 2-


3 minggu atau lebih, yang tidak jelas penyebabnya, harus
dievaluasi untuk tuberkulosis (TB).

Mengapa 2-3 minggu ?


Hasil penelitian di India (2005), mengatakan bahwa kasus
TB yang terdeteksi meningkat 46% pada pemeriksaan
setelah batuk 2 minggu dibanding batuk 3 minggu.
Standar 2 : Semua pasien (dewasa, remaja dan anak yang
dapat mengeluarkan dahak) yang diduga menderita TB
paru harus menjalani pemeriksaan dahak  mikroskopis
minimal 2 dan  sebaiknya 3 kali.  Minimal satu spesimen
harus berasal dari dahak pagi hari.  
Pemeriksaannya mudah, dapat dilakukan di hampir semua
pusat pelayanan kesehatan. Data terakhir menunjukkan :
· Pemeriksaan Sputum 1 : positif 83-87%
· Pemeriksaan Sputum 2 : positif bertambah 10-12%
· Pemeriksaan Sputum 3 : positif bertambah 3-5%
Standar 3 : Pada semua pasien (dewasa, remaja dan anak)
yang diduga menderita tuberkulosis ekstraparu, spesimen
dari bagian tubuh yang sakit seharusnya diambil untuk
pemeriksaan mikroskopis dan jika tersedia fasilitas dan
sumber daya, dilakukan  pemeriksaan biakan  dan
histopatologi.
Hal ini dikarenakan sedikitnya Mycobacterium Tb .  yang
ditemukan pada ekstra paru. Pada pleuritis TB BTA positif
hanya 5-10%, pada meningitis TB lebih rendah lagi.

Sebaiknya dilakukan juga pemeriksaan foto toraks untuk


mengetahui ada tidaknya TB paru dan TB millier.

Standar 4 : Semua orang dengan  gambaran  foto toraks 


diduga   tuberkulosis seharusnya  menjalani pemeriksaan
dahak  secara mikrobiologi.
Hasil penelitian dari 2229 pasien yang dilakukan
pemeriksaan foto toraks, 227 pasien dianggap TB, 36 %
ternyata BTA negatif, sisa nya (2002 pasien) yang
dianggap tidak TB, ternyata pada 31 pasien kultur BTA
nya positif.

Standar 5 : Diagnosis tuberkulosis paru sediaan apus


dahak negatif harus didasarkan pada kriteria berikut :
· Minimal pemeriksaan dahak mikroskopik 3 kali  negatif
(termasuk minimal 1 kali dahak pagi hari)
· Gambaran foto toraks sesuai tuberkulosis
· Tidak ada respon terhadap antibiotika spektrum luas
(Catatan :  fluorokuinolon harus dihindari karena aktif
terhadapM.Tuberculosis complex  sehingga dapat
menyebabkan perbaikan sesaat pada penderita
tuberkulosis).
Untuk pasien ini, jika tersedia fasilitas, biakan dahak
seharusnya dilakukan.Pada pasien yang diduga
terinfeksi HIVevaluasi diagnostik harus disegerakan.
Standar 6 : Diagnosis tuberkulosis intratoraks (yakni, paru,
pleura dan kelenjar getah bening hilus atau mediastinum)
pada anak dengan gejala namun sediaan apus dahak
negatif seharusnya didasarkan atas kelainan radiografi
toraks sesuai tuberkulosis dan terdapat riwayat kontak
atau uji kulit tuberkulin atau interferron gamma release
assay  positif.
Untuk pasien seperti ini, bila tersedia fasilitas, harus
dilakukan pemeriksan biakan dari bahan yang berasal dari
batuk, bilas lambung atau induksi dahak.
                Dengan berdasarkan 6 standar diagnosis di atas,
diharapkan setiap dokter baik dari instansi pemerintah
maupun swasta dapat mendiagnosis penderita TBC
dengan tepat sehingga  menurunkan angka kesakitan dan
kematian karena TB , resiko penularan TB, mengurangi
dampak sosial dan ekonomi akibat TB sehingga TB tidak
menjadi masalah lagi bagi Indonesia pada umumnya dan
Jawa Barat pada khususnya.

6 standar diagnosis.
Standar 1 : Setiap orang dengan batuk produktif selama 2-
3 minggu atau lebih, yang tidak jelas penyebabnya, harus
dievaluasi untuk tuberkulosis (TB).
Mengapa 2-3 minggu ?

Hasil penelitian di India (2005), mengatakan bahwa kasus


TB yang terdeteksi meningkat 46% pada pemeriksaan
setelah batuk 2 minggu dibanding batuk 3 minggu.

Standar 2 : Semua pasien (dewasa, remaja dan anak yang


dapat mengeluarkan dahak) yang diduga menderita TB
paru harus menjalani pemeriksaan dahak mikroskopis
minimal 2 dan sebaiknya 3 kali. Minimal satu spesimen
harus berasal dari dahak pagi hari.
Pemeriksaannya mudah, dapat dilakukan di hampir semua
pusat pelayanan kesehatan. Data terakhir menunjukkan :
· Pemeriksaan Sputum 1 : positif 83-87%

· Pemeriksaan Sputum 2 : positif bertambah 10-12%

· Pemeriksaan Sputum 3 : positif bertambah 3-5%

Standar 3 : Pada semua pasien (dewasa, remaja dan anak)


yang diduga menderita tuberkulosis ekstraparu, spesimen
dari bagian tubuh yang sakit seharusnya diambil untuk
pemeriksaan mikroskopis dan jika tersedia fasilitas dan
sumber daya, dilakukan pemeriksaan biakan dan
histopatologi.
Hal ini dikarenakan sedikitnya Mycobacterium Tb .  yang
ditemukan pada ekstra paru. Pada pleuritis TB BTA positif
hanya 5-10%, pada meningitis TB lebih rendah lagi.
Sebaiknya dilakukan juga pemeriksaan foto toraks untuk
mengetahui ada tidaknya TB paru dan TB millier.
Standar 4 : Semua orang dengan gambaran foto toraks
diduga tuberkulosis seharusnya menjalani pemeriksaan
dahak secara mikrobiologi.
Hasil penelitian dari 2229 pasien yang dilakukan
pemeriksaan foto toraks, 227 pasien dianggap TB, 36 %
ternyata BTA negatif, sisa nya (2002 pasien) yang
dianggap tidak TB, ternyata pada 31 pasien kultur BTA
nya positif.

Foto toraks bermanfaat pada kasus-kasus BTA negatif.

Standar 5 : Diagnosis tuberkulosis paru sediaan apus


dahak negatif harus didasarkan pada kriteria berikut :
· Minimal pemeriksaan dahak mikroskopik 3 kali negatif
(termasuk minimal 1 kali dahak pagi hari)

· Gambaran foto toraks sesuai tuberkulosis

· Tidak ada respon terhadap antibiotika spektrum luas


(Catatan : fluorokuinolon harus dihindari karena aktif
terhadap M.Tuberculosis complex  sehingga dapat
menyebabkan perbaikan sesaat pada penderita
tuberkulosis).
Untuk pasien ini, jika tersedia fasilitas, biakan dahak
seharusnya dilakukan.Pada pasien yang diduga
terinfeksi HIV evaluasi diagnostik harus disegerakan.
Standar 6 : Diagnosis tuberkulosis intratoraks (yakni, paru,
pleura dan kelenjar getah bening hilus atau mediastinum)
pada anak dengan gejala namun sediaan apus dahak
negatif seharusnya didasarkan atas kelainan radiografi
toraks sesuai tuberkulosis dan terdapat riwayat kontak
atau uji kulit tuberkulin atau interferron gamma release
assaypositif.
Untuk pasien seperti ini, bila tersedia fasilitas, harus
dilakukan pemeriksan biakan dari bahan yang berasal dari
batuk, bilas lambung atau induksi dahak.

Dengan berdasarkan 6 standar diagnosis di atas,


diharapkan setiap dokter baik dari instansi pemerintah
maupun swasta dapat mendiagnosis
penderita TBC dengan tepat sehingga menurunkan angka
kesakitan dan kematian karena TB , resiko penularan TB,
mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat TB

Diposkan oleh Faiz'Profil'Blog di 22.49

Penyakit TBC
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda,
laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana
saja.Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000
kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh
TBC.Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar
dengan masalah TBC di dunia.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi
pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi
TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan
menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi
TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256
kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
diperkirakan merupakan kasus baru.
Penyebab Penyakit TBC
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa.Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan
Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh
Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk
mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil
Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang
disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

Cara Penularan Penyakit TBC


Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang
tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang
dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada
anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita
TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul
di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang
rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah
atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC
dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti:
paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang,
kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi


paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni
bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan
berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di
sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme
pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya
menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi
dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan
foto rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik,
bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya.
Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami
perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak.
Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di
dalam paru-paru.Ruang inilah yang nantinya menjadi
sumber produksi sputum (dahak).Seseorang yang telah
memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang
mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif
terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan
saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan,
antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum
optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat,
meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai
tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV.
Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun,
virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang
memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum
dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang
terlibat.Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum

 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,


biasanya dirasakan malam hari disertai keringat
malam. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul.
 Penurunan nafsu makan dan berat badan.
 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat
disertai dengan darah).
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus

 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila


terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang
menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar
getah bening yang membesar, akan menimbulkan
suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai
sesak.
 Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-
paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
 Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala
seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat
membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan
pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis
(radang selaput otak), gejalanya adalah demam
tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-
kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC


dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan
pasien TBC dewasa.Kira-kira 30-50% anak yang kontak
dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji
tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang
tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa
dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan
pemeriksaan serologi/darah.
Penegakan Diagnosis
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka
beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosis adalah:

o Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.


o Pemeriksaan fisik.
o Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan
otak).
o Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
o Rontgen dada (thorax photo).
o Uji tuberkulin.

Apakah tanda-tanda bahwa seseorang terkena penyakit


TBC?

Tanda-tanda orang yang dicurigai terkena penyakit TBC


yaitu secara umum dapat dilihat dari gejalanya terlebih
dahulu yaitu, demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung
lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat
malam.Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.Penurunan nafsu makan dan
berat badan.Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu
(dapat disertai dengan darah).Perasaan tidak enak
(malaise), lemah.Dan untuk memberikan kepastian maka
orang tersebut harus diperiksa lebih lanjut, jadi tidak
selalu bahwa orang batuk-batuk lama pasti menderita
TBC, harus dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium
dan foto rontgen.

Apakah setiap orang yang mengalami batuk berdarah


berarti menderita TBC?

Belum tentu, karena batuk berdarah dapat disebabkan


oleh berbagai macam sebab, bisa karena penyakit paru-
paru lainnya, karena adanya perdarahan di daerah hidung
bagian belakang yang tertelan dan pada saat batuk keluar
dari mulut atau karena anak batuk terlalu keras sehingga
menyebabkan lukanya saluran nafas sehingga
mengeluarkan darah.
TBC menular melalui media apa saja? Dan rata-rata
berapa lama gejala timbul setelah orang terpapar kuman
TBC?

Pada umumnya adalah melalui percikan dahak penderita


yang keluar saat batuk (beberapa ahli mengatakan bahwa
air ludah juga bisa menjadi media perantara), bisa juga
melalui debu, alat makan/minum yang mengandung kuman
TBC. Kuman yang masuk dalam tubuh akan
berkembangbiak, lamanya dari terkumpulnya kuman
sampai timbulnya gejala penyakit dapat berbulan-bulan
sampai tahunan.

Apakah kena udara pagi terus menerus dan merokok


dapat menyebabkan TBC?

Kena udara pagi terus menerus tidak terlalu bermasalah


dalam hal penularan TBC, sedangkan merokok dapat
menurunkan daya tahan dari paru-paru, sehingga relatif
akan mempermudah terkena TBC.

Apakah penyakit TBC itu diwariskan secara genetik?

Penyakit TBC tidak diwariskan secara genetik, karena


penyakit TBC bukanlah penyakit turunan.Hanya karena
penularannya adalah melalui percikan dahak yang
mengandung kuman TBC, maka orang yang hidup dekat
dengan penderita TBC dapat tertular.

Mengapa pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama?

Karena bakteri TBC dapat hidup berbulan-bulan walaupun


sudah terkena antibiotika (bakteri TBC memiliki daya
tahan yang kuat), sehingga pengobatan TBC memerlukan
waktu antara 6 sampai 9 bulan.Walaupun gejala penyakit
TBC sudah hilang, pengobatan tetap harus dilakukan
sampai tuntas, karena bakteri TBC sebenarnya masih
berada dalam keadaan aktif dan siap membentuk
resistensi terhadap obat.Kombinasi beberapa obat TBC
diperlukan karena untuk menghadapi kuman TBC yang
berada dalam berbagai stadium dan fase pertumbuhan
yang cepat.

Bagaimana bila penderita TBC tidak mengkonsumsi obat


secara teratur?

Hal ini akan menyebabkan tidak tuntasnya penyembuhan,


sehingga dikhawatirkan akan timbul resistensi bakteri
TBC terhadap antibiotika sehingga pengobatan akan
semakin sulit dan mahal.

Bisakah penyakit TBC disembuhkan secara tuntas?


Bagaimana caranya?

Penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila


penderita mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk
minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis
yang dianjurkan, serta mengkonsumsi makanan yang
bergizi cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.

Apakah orang yang telah sembuh dari penyakit TBC dapat


terjangkit kembali?

Dapat, karena setelah sembuh dari penyakit TBC tidak ada


kekebalan seumur hidup.Jadi bila telah sembuh dari
penyakit TBC kemudian tertular kembali oleh kuman TBC,
maka orang tersebut dapat terjangkit kembali.

Apakah flek kecil di paru-paru pada anak balita sudah


dapat dikatakan TBC?

Flek kecil di paru-paru balita pada umumnya memang


disebabkan oleh TBC.Oleh karena itu perlu diteliti apakah
ada gejala-gejala klinis penyakit TBC atau tidak.Bila tidak
ada berarti pernah tertular penyakit TBC tapi karena daya
tahan tubuhnya tinggi sehingga tidak bergejala.Atau saat
ini anak tersebut sudah sembuh dari penyakit TBC dan
hanya meninggalkan bekasnya saja di paru-paru.

Mungkinkan terkena penyakit TBC bila kita hidup di


lingkungan yang bersih?

Kemungkinan kita tertular akan tetap ada, karena kita


hidup tidak hanya di lingkungan sekitar rumah kita saja,
bisa saja suatu saat kita berada di sekolahan, bioskop,
kantor, bus yang belum tentu terbebas dari kuman TBC.
Hidup di lingkungan yang bersih memang akan
memperkecil risiko terjangkit TBC.

Bagaimana efek terhadap janin bila ibu hamil sedang


mengidap penyakit TBC?

Biasanya keadaan gizi penderita TBC kurang baik,


sehingga hal ini dapat mempengaruhi perkembangan bagi
janin dalam kandungan.Ibu hamil tetap harus diberikan
terapi dengan obat TBC dengan dosis efektif terendah.
Obat TBC yang diminum oleh ibu dapat melewati plasenta
dan masuk ke janin dan berdasarkan beberapa
kepustakaan disebutkan tidak memberikan efek yang
terlampau berbahaya, akan tetapi pemantauan ketat pada
perkembangan janin harus tetap dilakukan. Setelah bayi
dilahirkan dapat dipisahkan terlebih dahulu dari ibu
selama TBC masih aktif.

Bagaimana sikap kita bila di rumah terdapat anggota


keluarga yang menderita penyakit TBC?

Bawa pasien ke dokter untuk mendapatkan pengobatan


secara teratur, awasi minum obat secara ketat dan beri
makanan bergizi.Sirkulasi udara dan sinar matahari di
rumah harus baik.Hindarkan kontak dengan percikan
batuk penderita, jangan menggunakan alat-alat
makan/minum/mandi bersamaan.

Pola hidup bagaimana yang harus kita miliki agar


terhindar dari penyakit TBC?

Pola hidup sehat adalah kuncinya, karena kita tidak tahu


kapan kita bisa terpapar dengan kuman TBC. Dengan pola
hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup
untuk memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita
terpapar dengan kuman TBC tidak akan timbul gejala. Pola
hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi, selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan
hidup kita, rumah harus mendapatkan sinar matahari yang
cukup (tidak lembab), dll.Selain itu hindari terkena
percikan batuk dari penderita TBC.

Diposkan oleh Faiz'Profil'Blog di 22.18


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke
TwitterBerbagi ke Facebook

TBC

Penyakit Tuberkulosis (TBC)


Foto ronsen penderita tbc
Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang
tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa.Penyakit TBC dapat
menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita,
tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja.Di Indonesia
khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap
tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus
baru diantaranya 140.000 menyebabkan kematian.Bahkan
Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia
dalam masalah penyakit TBC ini.
Penyebab Penyakit (TBC)
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan
Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh
seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24
Maret 1882, Untuk mengenang jasa beliau maka bakteri
tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan penyakit
TBCpada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch
Pulmonum (KP).
Cara Penularan Penyakit TBC
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang
tercemar oleh Mikobakterium tuberkulosa yang
dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk,
dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah
berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri
ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga
berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang
memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini
pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan
terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal,
saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya
meski yang paling banyak adalah organ paru.
Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru
menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah
terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat
(globular).Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding
paru berusaha menghambat bakteri TBC ini melalui
mekanisme alamianya membentuk jaringan parut.
Akibatnya bakteri TBC tersebut akan berdiam/istirahat
(dormant) seperti yang tampak sebagai tuberkel pada
pemeriksaan X-ray atau photo rontgen.
Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (Imun) yang
baik, bentuk tuberkel ini akan tetap dormant sepanjang
hidupnya. Lain hal pada orang yang memilki sistem
kekebelan tubuh rendah atau kurang, bakteri ini akan
mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel
bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini
berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru,
Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi
sputum (riak/dahak).Maka orang yang rongga parunya
memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa
disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan
positif terinfeksi TBC.
Berkembangnya penyakit TBC di Indonesia ini tidak lain
berkaitan dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi,
belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari
infeksi HIV. Hal ini juga tentunya mendapat pengaruh
besar dari daya tahan tubuh yang lemah/menurun,
virulensi dan jumlah kuman yang memegang peranan
penting dalam terjadinya infeksi TBC.
Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian,
yaitu gejala umum dan gejala khusus.Sulitnya mendeteksi
dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan
gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas,
terutama pada kasus-kasus baru.
1. Gejala umum (Sistemik)
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,
biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam.
Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan.
- Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai
dengan darah).
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala khusus (Khas)
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila
terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju
ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara
nafas melemah yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-
paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti
infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk
saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara
ini akan keluar cairan nanah.
- Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan
pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang
selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan
gejala, Maka TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya
kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50% anak-
anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru
dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak
usia 3 bulan � 5 tahun yang tinggal serumah dengan
penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif,
dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah.
Penegakan Diagnosis pada TBC
Apabila seseorang dicurigai menderita atau tertular
penyakit TBC, Maka ada beberapa hal pemeriksaan yang
perlu dilakukan untuk memeberikan diagnosa yang tepat
antara lain :

 Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.


 Pemeriksaan fisik secara langsung.
 Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan
otak).
 Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
 Rontgen dada (thorax photo).
 dan Uji tuberkulin.

Pengobatan Penyakit TBC


Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani
proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan
sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC
dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara
rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter
dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang
cukup baik.
Selama proses pengobatan, untuk mengetahui
perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada
penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah,
sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya.
Adapun obat-obtan yang umumnya diberikan adalah
Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi
penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan
resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan
memutuskan memberikan tambahan obat seperti
pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol
HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal ‘Triple Drug’.
Penyakit Tuberkulosis (TBC)
Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang
tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat
menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita,
tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja.Di Indonesia
khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap
tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus
baru diantaranya 140.000 menyebabkan kematian.Bahkan
Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia
dalam masalah penyakit TBC ini.
Diposkan oleh Faiz'Profil'Blog di 22.13

Anda mungkin juga menyukai