Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

“TEORI KONSERVATIF”

DISUSUN OLEH :

ZABRIFA HUMAERAH F.

(NIM: 105611117821)

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori
Konservatif” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Politik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan mengenai teori konservatif bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Hj. Sudarmi, M.Si selaku dosen
mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Politik yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 7 Januari 2022

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................2

C. Tujuan Penilitian.............................................................................................2

D. Manfaat Penelitian..........................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Sila dan simbol dalam Pancasila.....................................................................3

B. Makna Simbol gambar pada Pancasila............................................................4

C. Hubungan antar sila-sila Pancasila..................................................................5

D. Contoh sikap positif yang sesuai dengan setiap sila Pancasila.......................6

BAB III....................................................................................................................7

PENUTUP................................................................................................................7

A. Simpulan.........................................................................................................8

Daftar Pustaka..........................................................................................................9

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata konservatif adalah (1) kolot; (2)
bersikap mempertahankan keadaan, kebiasaan, dan tradisi yang berlaku.

Konservatif merupakan salah satu bentuk sikap yang berhubungan dengan kebiasaan dan tradisi.
Sikap konservatif ini sering dianggap kolot karena tidak bisa menyesuaikan dengan
perkembangan zaman atau hanya menyesuaikan dengan tradisi yang ada. Charlotte Thomson
(1999) menegaskan konservatif adalah sebuah konsep di mana seseorang selalu menjaga tradisi
lama atau hal tradisional dan menentang modernitas. Begitu pula pemikiran konservatif adalah
memiliki makna banyak mempertahankan kebiasaan lamanya. Aliran konservatif dijuluki
sebagai konservatisme.

Konservatisme merupakan filsafat politik yang mendukung nilai tradisional. Konservatisme


berasal dari kata bahasa Latin, conservare. Artinya menjaga, melestarikan, dan memelihara.
Karena berbagai budaya memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di
berbagai kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Sebagian pihak konservatif
berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai
dari zaman yang lampau, the status quo ante.

Apakah konservatif itu adalah sikap yang buruk? Belum tentu. Kebiasaan baik jika dilakukan
tentu akan menimbulkan dampak positif. Jika kebiasaan baik tersebut dipertahankan, tentu akan
menjadi sosok yang baik. Maka dari itu, sikap konservatif pun akan memberi dampak baik jika
ditempatkan secara tepat.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari Teori Konservatif?


2. Bagaimana sejarah Politik Konservatif?
3. Apa prinsip-prinsip konservatisme?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan konservatisme?

C. Tujuan Penilitian
1. Untuk mengetahui Teori Konservatif.
2. Untuk mengetahui sejarah Politik Konservatif.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip konservatisme.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan konservatisme.

D. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui dan memahami Teori Konservatif.
2. Berbagi wawasan mengenai sejarah politik konservatif
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Konservatif


Conservatism atau Konservatif adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai
tradisional. Istilah ini berasal dari bahasa Latin, conservāre, melestarikan; "menjaga,
memelihara, mengamalkan". Karena berbagai budaya memiliki nilai-nilai yang mapan dan
berbeda-beda, kaum konservatif di berbagai kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda
pula.Jadi konservatisme masih memegang kuat peran adat istiadat dan agama pada
pemerintahannya, tetapi tidak secara total seperti negara yang menjalankan syariat agama dalam
pemerintahannya. Konservatisme adalah kebalikan dari liberalisme,mereka tidak melegalkan hal
hal yang bertentangan dengan agama. Konservatif sangat berhubungan dengan konservatisme,
yaitu paham yang mempercayai nilai yang dibentuk oleh praktik tradisional.

Pengertian Konservatif menurut para ahli:

a. Charlotte Thomson (1999), konservatif adalah sebuah konsep dimana seseorang selalu
menjaga tradisi lama atau hal tradisional dan menentang modernitas.

b. Samuel Francis, mendefinisikan konservatif sebagai “bertahannya dan penguatan orang-


orang tertentu dan ungkapan-ungkapan kebudayaannya yang dilembagakan.”

c. Roger Scruton, mendefinisikan konservatif sebagai “pelestarian ekologi sosial” dan “politik
penundaan, yang tujuannya adalah mempertahankan, selama mungkin, keberadaan sebagai
kehidupan dan kesehatan dari suatu organisme sosial.”

Awal timbulnya konservatif menurut Burke dalam Reflections on the Revolution in France
"Desakan untuk tidak mau menyerah, dan kesanggupan untuk memperbaiki diri, untuk menjadi
standar kenegarawanan. Selain itu, konsepsi berbahaya yang tidak dijalankan." dari karya inilah
awal munculnya filsafat politik Konservatisme dan Edmund Burke datang sebagai konservatisme
yang baru. Ia meyakini bahwa masyarakat tidak bangkit atas kontak sosial yang bebas mengatur
kembali atau meniadakan atas keinginan mereka.
Penganjuran reformasi yang hati-hati dan melawan keras menghilangkan skema bagi reformasi
sosial, Burke membiarkan lepas ide-ide yang terus memiliki pengaruh besar dalam wilayah
filsafat politik. Menurut Burke ada beberapa ajaran dasar oleh kaum Konservatif yaitu:

1. Manusia adalah campuran dari hal baik dan buruk, ia tidak sempurna tetapi bisa
disempurnakan.

2. Masyarakat adalah hasil dari perkembangan sejarah yang lambat

3. Institusi yang ada merupakan perwujudan atau kebijaksanaan dari generasi sebelumnya

4. Agama adalah pondasi masyarakat sipil atau pemerintahan

5. Kebijaksanaan, pengalaman, dan kebiasaan adalah pediman yang lebih baik daripada akal
dan logika

6. Kewajiban lebih tinggi daripada hak.


B. Sejarah Politik Konservatif

Secara umum, politik konservatif mendukung kelanjutan dari nilai-nilai dan lembaga-lembaga
“tradisional”. Pendukung politik konservatif umumnya puas dengan status quo dalam
pemerintahan. Lebih jauh lagi, sebagian diantaranya bahkan mungkin mendukung kebijakan
regresif. Konservatisme menolak prinsip-prinsip liberalisme serta menentang ide progresif
tentang masyarakat yang selalu berubah.

Edmund Burke (1729 – 1797) sering disebut sebagai bapak politik konservatif modern. Burke
merupakan seorang anggota Partai Whig di House of Commons (Parlemen) Inggris. Dia antara
lain berbicara tentang revolusi di Amerika Serikat dan Perancis, dan mendukung revolusi
Amerika karena menunjukkan bahwa pemerintah Inggris tidak mengakui hak-hak yang sudah
tercantum dalam undang-undang. Mengomentari Revolusi di Perancis, Burke percaya bahwa
rakyat Perancis berusaha mendapatkan hak-hak mereka yang selalu terampas. Burke dikenal
mendukung otoritas pemerintah dan mengakui pembagian antara kelas penguasa elit dan kelas
bawah. Politik konservatif cenderung pro status quo. Sebagai contoh, di Amerika Serikat,
konservatif mendukung masyarakat kapitalis dan hak-hak yang digariskan dalam konstitusi. Di
Inggris, konservatif menyetujui sistem parlementer yang saat ini digunakan.

Konservatisme merupakan suatu pemikiran politik, sejak awal, ia mengandung banyak alur yang
kemudian dapat diberi label konservatif, baru pada Masa Penalaran,dan khususnya reaksi
terhadap peristiwa-peristiwa di sekitar Revolusi Perancis pada tahun 1789. Konservatisme mulai
muncul sebagai suatu sikap atau alur pemikiran yang khas. Banyak orang yang mengusulkan
bahwa bangkitnya kecenderungan konservatif sudah terjadi lebih awal, pada masa-masa awal
Reformasi.

Eropa

Suatu koalisi Liberal-Konservatif pada masa Perang Dunia I berbarengan dengan bentuknya
Partai Buruh, mempercepat runtuhnya kaum Liberal pada 1920-an. Setelah Perang Dunia II,
Partai Konservatif menciptakan konsesi-konsesi untuk kebijakan-kebijakan sosialis kaum Kiri.
Kompromi ini adalah suatu langkah pragmatis untuk mendapat kembali kekuasaan, tetapi juga
sebagai dampak dari sukses-sukses awal dari perencanaan sentral dan kepemilikan negara yang
menciptakan suatu consensus lintas-partai. Hal ini dikenal sebagai 'Butskellisme', setelah
kebijakan-kebijakan Keynesian yang hampir identik dari Rab Butler atas nama kaum
Konservatif, dan Hugh Gaitskell untuk Partai Buruh.

Namun demikian, pada 1980-an, di bawah pimpinan Margaret Thatcher, dan pengaruh Sir Keith
Joseph, Partai ini kembali ke gagasan-gagasan ekonomi liberal klasik, dan swastanisasi dari
banyak perusahaan negara pun diberlakukan. Warisan Thatcher bersifat campuran. Sebagian
komentator menyatakan bahwa ia menghancurkan konsensus tradisional dan filosofi Partai, dan,
dengan melaksanakan hal itu, menicptakan suatu situasi di mana public tidak benar-benar tahu
nilai-nilai apa yang dipegang oleh Partai. Sekarang Partai Konservatif sibuk mencoba mencari
jati dirinya kembali.

Di bagian-bagian lain dari Eropa, konservatisme aliran utama seringkali diwakili oleh partai-
partai Kristen Demokrat. Mereka membentuk faksi akbar Partai Rakyat Eropa di Parlemen
Eropa. Asal-usul partai-partai ini umumnya adalah partai-partai Katolik dari kesudahan masa
zaman ke-19 dan awal masa zaman ke-20, dan nasihat sosial Katolik seringkali menjadi inspirasi
awal mereka. Setelah bertahun-tahun, konservatisme pelan-pelan menjadi inspirasi ideologis
utama mereka, dan mereka umumnya menjadi kurang Katolik. CDU, partai saudaranya di
Bavaria Uni Sosial Kristen (CSU), dan Imbauan Kristen Demokrat (CDA) di Belanda adalah
partai-partai Protestan-Katolik.

Di negara-negara Nordik, konservatisme diwakili dalam partai-partai konservatif liberal seperti


Partai Moderat di Swedia dan Partai Rakyat Konservatif di Denmark. Secara domestik, partai-
partai ini umumnya mendukung kebijakan-kebijakan yang berpandangan pasar, dan biasanya
mendapat dukungan dari komunitas bisnis serta kaum profesional kerah putih. Secara
internasional, mereka umumnya mendukung Uni Eropa dan pertahanan yang kuat. Pandangan-
pandangan mereka tentang masalah-masalah sosial cenderung lebih liberal daripada, misalnya,
Partai Republik Amerika Serikat. Konservatisme sosial di negara-negara Nordik seringkali
ditemukan dalam partai-partai Kristen Demokrat mereka. Di beberapa negara Nordik, partai-
partai populis sayap kanan telah mendapat dukungan semenjak 1970-an. Politik mereka telah
dipusatkan pada pemotongan pajak, pengurangan imigrasi, dan undang-undang yang lebih keras
dan kebijakan-kebijakan ketertiban.

Pada umumnya, orang dapat mengkclaim bahwa kaum konservatif Eropa cenderung untuk lebih
moderat dalam beragam isu sosial dan ekonomi, daripada konservatif Amerika. Mereka
cenderung cukup bersahabat dengan tujuan-tujuan negara kesejahteraan, walaupun mereka juga
prihatin dengan bidang yang terkait bisnis yang sehat. Namun demikian, beberapa himpunan
cenderung lebih mendukung agenda-agenda libertarian atau laissez-faire yang lebih konservaitf,
khususnya di bawah pengaruh Thatcherisme. Kelompok-kelompok konservatif Eropa sering
memandang diri mereka sebagai pengawal-pengawal prudence, moderasi, pengalaman-
pengalaman histories yang sudah teruji, dibandingkan dengan radikalisme dan eksperimen-
eksperimen sosial. Persetujuan dari cara melakukan sesuatu budi tinggi dan lembaga-lembaga
politik yang mapan seperti monarki ditemukan dalam konservatisme Eropa. Kelompok-
kelompok konservatif aliran utama seringkali adalah pendukung-pendukung gigih Uni Eropa.
Namun demikian, orang juga dapat menemukan pula unsur-unsur nasionalisme di banyak
negara.

Sistem dua partai di Inggris Partai politik

Inggris menggunakan sistem dwipartai. Di Inggris berdiri 2 partai yang saling bersaing dan
memerintah. Partai tersebut adalah:

 Partai Buruh dan


 Partai Konservatif.
Partai yang menang dalam pemilu dan mayoritas di parlemen merupakan partai yang
memerintah, sedangkan partai yang kalah menjadi partai oposisi.

Sistem kepartaian telah berlangsung sejak abad ke-18. Banyak partai politik di UK namun hanya
ada 2 partai besar, yaitu: Partai Konservatif dan Partai Buruh yang selalu bergantian memegang
Pemerintahan. Partai terbesar ketiga adalah Partai Liberal Demokrat (LDP). Baik Partai Buruh
maupun Partai Konservatif mempunyai pendukung tradisional. Partai Konservatif mempunyai
pendukung kuat di daerah pedesaan, sedangkan Partai Buruh mempunyai pendukung kuat di
daerah perkotaan, perindustrian, pertambangan dan pemukiman kelas pekerja. Wilayah Wales
dan wilayah Skotlandia juga merupakan daerah pendukung kuat Partai Buruh. Sejak Perang
Dunia Kedua berakhir, Partai Konservatif telah berhasil memenangkan pemilu sebanyak delapan
kali, terakhir pada pemilu tahun 1992. Sedangkan Partai Buruh telah memenangkan tujuh
pemilu, termasuk pemilu terakhir pada tahun 2007.

Tiongkok

Di Tiongkok konservatisme didasarkan pada ajaran-ajaran Kong Hu Cu. Kong Hu Cu yang


hidup pada masa kekacauan dan peperangan selang beragam kerajaan, banyak menulis tentang
pentingnya keluarga, kestabilan sosial, dan ketaatan terhadap kekuasaan yang benar. Gagasan-
gagasannya terus menyebar di warga Tiongkok. Konservatisme Tiongkok yang tradisional yang
diwarnai oleh konsep Kong Hu Cu telah muncul kembali pada tahun-tahun belakang ini,
walaupun selama lebih dari setengah masa zaman ditekan oleh pemerintahan Marxis-Leninis
yang otoriter.

Setelah kematian Mao pada 1976, tiga faksi berebutan untuk menggantikannya: kaum Maois
garis keras, yang akan melanjutkan mobilisasi revolusioner; kaum restorasionis, yang
menginginkan Tiongkok kembali ke model komunisme Soviet; dan para pembaharu, yang
dipimpin oleh Deng Xiaoping, yang berkeinginan untuk mengurangi peranan ideology dalam
pemerintahan dan merombak ekonomi Tiongkok.

Nilai-nilai Tiongkok yang tradisional telah muncul dengan cukup kuat, walaupun lama ditekan
oleh rezim komunis yang revolusioner. Saat ini, Partai Komunis Tiongkok dikemudikan oleh
para teknokrat, yang mengusahakan stabilitas dan kemajuan ekonomi, sementara menindas
kebebasan bercakap dan agama. Partai dilihat oleh sebagian orang sebagai penerima Mandat
Surgawi, suatu gagasan Tiongkok tradisional. Partai Komunis menjinakkan dirinya sendiri dan
tidak lagi secara konsisten menganjurkan teori Marxis yang revolusioner, dan sebaliknya
berpegang pada fleksibilitas ideologist teologi yang konsisten dengan ucapan Deng Xiaoping,
yakni mencari kebenaran di selang fakta.

Cinta tanah cairan dan kebanggaan nasional telah muncul kembali seperti halnya pula
tradisionalisme. Nasionalisme Tiongkok cenderung mengagung-agungkan negara Tiongkok yang
sangat tersentralisasi dan kuat. Pemerintah berusaha untuk memenangkan dan mempertahankan
kesetiaan warga negaranya serta orang-orang Tiongkok yang baru-baru ini pindah ke luar negeri.
Suatu buku laris baru-baru ini China Can Say No mengungkapkan suatu sentiment yang
mendukung suatu metode Tiongkok yang unik yang, dengan terus terang, tidak perlu melibatkan
norma-norma Amerika, seperti individualisme dan liberalisme Barat. Selain itu, nasionalisme
Tiongkok masih mungkin akan berkembang, sebab generasi para pemimpin Tiongkok akan
bertumbuh dalam bidang yang terkait yang dipenuh dengan semangat nasionalisme.

Konservatif dijadikan sebagai paham politik atau filsafat politik untuk menjalankan suatu negara.
Tanpa membubarkan suatu struktur politik dalam negara atau masyarakat yang bersangkutan.
Namun, di Negara Asia contohnya Indonesia Konservatif hanya diterapkan sebagai dasar
golongan tertentu seperti organisasi politik atau partai politik, tidak sebagai dasar negara. Politik
konservatif dinilai cenderung “kolot” oleh para liberalis, karena konservatif selalu menjunjung
tinggi nilai-nilai tradisional tanpa satupun yang dilewatkan, akibatnya banyak ketidak seragaman
hukum di zaman sekarang,
C. Prinsip-Prinsip Konservatisme

Menurut John Clark (1991), ada sejumlah prinsip yang menandai konservatisme. Berikut
penjelasannya.

1. Manusia memiliki dorongan untuk diarahkan menjadi sosok yang baik maupun buruk.
Realitasnya, manusia hanya mampu berkembang dengan adanya ikatan organisasi sosial.

2. Masyarakat memiliki struktur organik yang berdasarkan hierarki yang terbentuk secara alami.
Tanpa hierarki tersebut, setiap orang menjadi homogen. Pembentukan pribadi masing-masing
orang juga akan tersendat.

3. Pemerintah bertujuan menjaga dan memelihara keperluan dasar masyarakat. Tidak hanya soal
menegakkan hukum dalam melindungi hak milik seseorang. Namun juga membina lembaga
keluarga serta lingkungan di mana seseorang berkembang dalam konteks sosialnya.

4. Eksistensi moralitas tidak bergantung pada opini masing-masing yang benar maupun salah.
Oleh sebab itu, semua individu harus berprioritas untuk mencari kebajikan dalam hidupnya
daripada keinginan duniawi.

Nilai-nilai moral yang dimaksud termasuk juga loyalitas, patriotisme, ksatria, keberanian,
ketaatan, ramah, menghormati otoritas, dan lain-lain.
5. Kebebasan muncul saat individu tidak bersikap sewenang-wenang oleh karena nafsunya.
Kebebasan tetap bersyaratkan otoritas, tradisi, serta masyarakat yang stabil.

6. Wewenang menjadi sah saat ada di antara individu yang memiliki kepemimpinan tradisional
dan mempunyai pemahaman terhadap kebajikan dan kebenaran.

7. Masyarakat dapat disebut setara dalam statusnya sebagai warga negara.

8. Keadilan dapat terwujud saat tata tertib stabil, hukum seimbang, serta kedudukan individu
sesuai hierarki sosialnya.

9. Maksud dari efisiensi adalah masyarakat berfungsi sebagaimana mestinya menuju


keberhasilan. Tidak hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam pencapaian nonmaterial seperti
menjaga tata tertib, kesatuan masyarakat, serta kebaikan individu.
D. Kelebihan dan kekurangan konservatisme

Kelebihan
·  Terciptanya kehidupan yang teratur rapi dan terstruktur
·  Terciptanya kehidupan-kehidupan yang ideal
·  Keteraturan organisasi adalah sesuatu yang harus ditegakkan
·  Pemerintah menjamin jalannya kebebasan dan keteraturan masyarakat

Kekurangan
· Menganggap bahwa manusia pada dasarnya tidaklah sama. Manusia berbeda
secara agama maupun rasial. Maksudnya adalah terdapat pendiskriminasian
antara umat beragama dan rasial

· Kaum Konservatif religius menganggap bahwa dirinya lebih luhur dari manusia
lain yang berbeda agama darinya.

· Kaum konservatif religius merasa bahwa hukum yang diinspirasikan dari Tuhan
lebih agung dari hukum manusia.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada dasarnya, sikap konservatif merupakan suatu sikap dari
orang perseorang atau
kelompok yang berusaha mempertahankan keadaan,
kebiasaan, dan tradisi yang berlaku dalam
masyarakatnya. Seseorang bersikap konservatif karena
adanya penyesuaian terhadap
perubahan sosial budaya, masih berupaya mempertahankan
pola lama yang telah menjadi
tradisi dengan menghindarkannya dari kerusakan dan sikap
masa bodoh, sesudah datang
perubahan dan pembaharuan.
Daftar Pustaka

[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di:


https://kbbi.web.id/konservatif diakses pada 9 Januari 2022.

[2] Amazine.co. 2018. “Apa itu Politik Konservatif? Fakta, Sejarah & Informasi Lain”.
https://www.amazine.co/25109/apa-itu-politik-konservatif-fakta-sejarah-informasi-lain/
Diakses pada 9 Januari 2022.

[3] Bentley, Lonnie D dan Whitten, Jeffrey L. (2007). System Analysis and
Design for the Global Enterprise. (7th edition). New York : McGrawHill.
[4] Muhamad, M., dan Oktafianto.,2016, Analisis dan Perancangan Sistem

Anda mungkin juga menyukai