S
DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUANGAN LONTARA 1
RSUP. DR WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
Oleh:
NOVIYANTI IKE SYAFITRI
21.04.017
CI INSTITUSI CI LAHAN
A. PENGERTIAN
Gagal Ginjal Kronik (CRF) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan
fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah) ( KMB, Vol 2 hal 1448). Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom
klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,
berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular
kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2017). Gagal ginjal kronis merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia. (Smeltzer & Bare, 2017). CKD (Chronic Kidney Disease)
atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami
penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan
elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2017).
B. ETIOLOGI
g. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh
hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. (
Barbara C Long, 2018, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbuna produk sampah maka gejala akan semakin berat.
Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2016 : 1448).
D. KLASIFIKASI
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal
dan penderita asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood
Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
- Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
- Hematologi
- Elektrolit
- urine rutin
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1) Terapi farmakologi
a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya.
a. Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Dialysis
- Peritoneal dialysis
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
c. Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
A. Pengkajian
1. Keluhan Umum
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada
pasien CHORIC KIDNEY DISEASE (CKD) tanyakan adakah pengaruh sikap atau
perubahan sikap terhadap munculnya CHORIC KIDNEY DISEASE (CKD), posisi
mana yang dapat memicu CHORIC KIDNEY DISEASE (CKD).
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Adakah riwayat pembedahan, penyakit infeksi dan inflamasi dan penyakit tumor
ginjal lainnya. Adakah riwayat hipertensi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau
riwayat penyakit lain baik
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi Menurut SDKI :
1. Penurunan curah jantung (D0008)
Definisi : Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
Faktor yang berhubungan dengan :
- Perubahan irama jantung
- Oerubahan frekuensi jantung
- Perubahan kontraktilitas
- Perubahan preload
- Perubahan afterload
- Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
- Gangguan neuromuscular
- Imaturitas neurologis
- Penurunan energy
- Obesitas
- Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
- Sindrom hipoventilasi
- Kecemasan
9. Nyeri akut (D.0077)
Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.
- Kurang privasi
- Restrain fisik
Teraupetik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan
- Fasilitasi menentukan pedoman diet
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan
- Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan osisi duduk jika mampu
- Ajarkan diet yang programkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri
antiematik)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jeni nutrien
yang dibutuhkan.
3. Intoleransi aktivitas
Manajemen energy : Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energy untuk
mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan.
(I.05178)
Observasi :
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibat
kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi ketidaknyamanan selama melakukan
aktifitas
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menengkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
4. Hipervolemi
Manajemen hipervolemia : Mengidentifikasi dan mengelola kelebihan volume
cairan intravaskuler dan ekstraseluler serta mencegah terjadinya komplikasi.
(I.03114)
Observasi :
- Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis, ortopnea, dispnea, edema,
JVP/CVP meningkat, reflex hepatojugular positif, suara nafas tambahan)
- Identifikasi penyebab hipervolemia
- Monitor status hemodinamik (mis, frekuensi jantung, tekanan darah, MAP,
CVP, PAP, PCWP, CO, CI) jika tersedia
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. Kadar natrium, BUN, hematokrit,
berat jenis urine)
- Monitor tanda peningkatan onkotik plasma (mis, kadar protein dan albumin
meningkat)
- Monitor kecepatan infuse secara ketat
- Monitor efek samping diuretic (mis, hipotensi ortottostatik, hipovolemi,
hipokalemi, hiponatremal)
Terapeutik :
- Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- Batasi asupan cairan dan garam
- Tinggikan kepala tempat tidur 30-40o
Edukasi :
- Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5 Ml/kg/jam dalam 6 jam
- Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam sehari
- Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran urin
- Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian diuretic
- Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
- Kolaborasi pemberian continous renal replacement therapy (CRRT) jika
perlu
5. Keletihan
Edukasi aktivitas/istrahat : Mengajarkan pengaturan aktivitas dan istrahat.
(I.12362)
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istrahat
- Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahrga secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain, atau aktivitas
lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istrahat
- Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istrahat (mis, kelelahan, sesak
napas saat braktivitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan.
9. Nyeri akut
Manajemen nyeri : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosial yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan. (I.08238)
Observasi :
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi semua faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgenik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis, TENS,
hipnos, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgenik secara tepat
- Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
D. Evaluasi Keperawatan
Perencaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan
antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien
dala kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah dirumuskan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2017). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI