Anda di halaman 1dari 46

Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan salah satu aspek vital didalam kehidupan.

Berkomunikasi merupakan keharusan bagi manusia, karena dengan komunikasi,

kebutuhan akan terpenuhi. Komunikasi juga merupakan sarana terjalinnya

hubungan antar seseorang dengan orang lain, dengan adanya komunikasi maka

terjadilah hubungan sosial. Manusia adalah makhluk sosial, diantara satu dan

lainnya saling membutuhkan, sehingga terjadi interaksi timbal balik.

Komunikasi terjadi dalam setiap aspek kehidupan, baik sosial, keluarga,

organisasi, politik, ekonomi, kebudayaan, dan agama juga memiliki sentuhan

komunikasi dalam menjalankannya, seperti kutipan: “We Cannot Not

Communicate” yang berarti: “Kita Tidak Bisa Tidak Berkomunikasi”. Sejak lahir

manusia sudah diberikan kemampuan untuk berkomunikasi. Manusia saling

bertukar simbol untuk memberikan pesan yang berisikan tujuannya.

Dalam keluarga, komunikasi juga menjadi hal penting yang dapat menjadi

penentu dalam keberhasilan membangun rumah tangga. Menurut Balson

(1999:218), komunikasi yang efektif apabila orang yang mengungkapkan

keprihatinan dan problem tahu bahwa pendengarnya memahami pesan yang

sedang disampaikan. Perilaku komunikasi pertama yang dipelajari manusia

berasal dari sentuhan orang tuanya (Mulyana 2005: 17).

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id 1
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
2

Komunikasi antarpribadi pada dasarnya merupakan jalinan hubungan


interaktif antara seorang individu dan individu lain di mana lambang-
lambang pesan secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang
bahasa. Penggunaan lambang-lambang bahasa verbal, terutama yang
bersifat lisan di dalam kenyataan kerapkali disertai dengan bahasa isyarat
terutama gerak atau bahasa tubuh (body language), seperti senyuman
tertawa, dan menggeleng atau menganggukan kepala. Komunikasi antara
pribadi umumnya dipahami lebih bersifat pribadi (private) dan
berlangsung secara tatap muka (face to face). Sebagaian komunikasi
antarpribadi memang memiliki tujuan, misalnya apabila seseorang datang
untuk meminta saran atau pendapat kepada orang lain.1

Akan tetapi, komunikasi antarpribadi dapat juga terjadi relatif tanpa tujuan

atau maksud tertentu yang jelas, misalnya ketika seseorang sedang bertemu

dengan kawannya dan mereka lalu saling bercakap-cakap dan bercanda. Konsep

“jalinan hubungan” (relationship) sangat penting dalam kajian komunikasi

antarpribadi.

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi

instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena

kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk

pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang

paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting

hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya

komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan

sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar,

televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.

1
http://rizhacommunication.blogspot.com/2010_03_01_archive.html (diakses pada tanggal 21
Desember 2011 pukul 23:07)

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
3

Komunikasi antara orang tua (suami dan istri) pada dasarnya harus terbuka.
Hal tersebut karena suami-istri telah merupakan suatu kesatuan.
Komunikasi yang terbuka diharapkan dapat menghindari kesalahpamahan.
Dalam batas-batas tertentu sifat keterbukaan dalam komunikasi juga
dilaksanakan dengan anak-anak, yaitu apabila anak-anak telah dapat
berpikir secara baik, anak telah dapat mempertimbangkan secara baik
mengenai hal-hal yang dihadapinya. Dengan demikian akan menimbulkan
saling pengertian di antara seluruh anggota keluarga, dan dengan demikian
akan terbina dan tercipta tanggung jawab sebagai anggota keluarga. Orang
tua kiranya tetap menjaga alur komunikasi yang baik dengan anak, agar
keharmonisan dapat terjadi, antar orang tua dan anak.2

Pendidikan di Indonesia sedang mengalami pasang surut dalam hasil

belajar siswa. Hal tersebut terlihat dari prestasi yang diraih oleh pelajar Indonesia

di tingkat internasional yang menurun. Menurut survey Politic and Economic

Risk and Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan

ke 12 dari 12 negara di Asia. Juga menurut Trends International Mathematics and

Science Study (TIMSS) yang merupakan studi internasional tentang

kecenderungan atau perkembangan matematika dan sains di negara-negara dunia,

dilaksanakan empat tahun sekali. Hasil survei menunjukkan peringkat Indonesia

pada keikutsertaan pertamakali yaitu pada tahun 1999, Indonesia berada pada

peringkat 34 dari 38 negara. Pada tahun 2003 Indonesia berada pada peringkat 34

dari 46 negara. Dan ranking Indonesia pada TIMSS tahun 2007 turun menjadi

ranking 36 dari 48 negara, sementara pada tahun 2011 sedang dilangsungkan.3

Keluarga merupakan lingkungan dari anak didik. Keluarga adalah pihak

yang memiliki peran terbesar dalam membentuk sikap dan perilaku seseorang.

2
http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/19/peranan-komunikasi-dalam-keluarga-untuk-
pembentukan-sikap-sosial-siswa/ (diakses pada 21 Desember 2011 pukul 23:11)
3
http://mathheny.blogspot.com/2011/12/trends-international-mathematics-and.html (diakses pada
3 Januari 2012 pada pukul 23:27 WIB)

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
4

Ketika sebuah keluarga terbentuk, komunitas baru karena hubungan darah pun

terbentuk pula. Interaksi sosial yang berlangsung dalam keluarga tidak terjadi

dengan sendirinya, tetapi karena ada tujuan dan kebutuhan bersama antara ibu,

ayah dan anak. Adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai atau kebutuhan yang

berbeda menyebabkan mereka saling berinteraksi dan berhubungan. Keinginan

tersebut tidak terlepas dari kegiatan komunikasi orang tua dan anak.

Komunikasi yang buruk antara ayah, ibu, dan anak sering kali

menciptakan konflik yang tidak berkesudahan. Penyebab konflik itu pun

beragam. Solusi semua konflik adalah komunikasi yang baik, penuh pengertian

dan saling menghargai dan menyayangi, serta ingin saling membahagiakan.

Konflik didalam keluarga dapat mendorong anggota keluarga merasa frustasi,

sehngga mempengaruhi hasil belajar anak. Seperti dijelaskan dalam Modul

Pendidikan Anak di Sekolah Universitas Terbuka, bahwa orang tua yang kurang

terlibat dan kurang membimbing, serta terlalu mengontrol dan sibuk menanyakan

pekerjaan rumah, justru menghambat prestasi dan motivasi anak.

Agar terjadinya komunikasi yang seimbang dibutukan pengertian oleh

orang tua dan anak mengenai satu tujuan yang diharapkan. Keluarga yang

seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan (relasi)

antara ayah dan ibu, ayah dan anak, serta antara ibu dan anak. (Satrio, 2010: 3)

Dalam komunikasi antarpribadi yang baik, bukan terletak pada masalah

sering atau jarangnya komunikasi itu dilakukan, melainkan pada bagaimana

komunikasi itu dilakukan. Kualitas komunikasi sangat perlu diperhatikan selama

komunikasi berlangsung. Komunikasi antarpribadi akan menunjukkan tingkat

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
5

keefektifannya ketika komunkator dan komunikan sudah saling terbuka.

Keterbukaan merupakan pengungkapan diri, pengungkapan diri itu sendiri adalah

mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita

hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang

berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut. (Satrio, 2010: 4)

Menurut Joseph DeVito, karakteristik komunikasi antarpribadi yang

efektif menekankan pada keterbukaan, empati, sikap mendukung, kesetaraan, dan

sikap positif. Dari aspek-aspek ini kita kemudian dapat menurunkan perilaku

perilaku spesifik yang menandai komunikasi antarpribadi yang efektif. (Joseph

DeVito 1997: 259)

Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.

Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk

mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. (Sardiman, 2008: 73)

Dalam kegiatan belajar, maka motivasi belajar dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah

pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu

dapat tercapai (Sardiman, 2008: 75).

Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal

ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang

muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau

terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan

menyangkut soal kebutuhan. Menurut Sardiman (2008:89), motivasi dapat dibagi

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
6

menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang motif-motifnya menjadi aktif

tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri tiap individu terdapat dorongan

untuk melakukan sesuatu. Sementara motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang

motif-motifnya dapat aktif dengan dirangsang dari luar. Dorongan dari luar ini

tidak selalu berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan saat termotivasi.

(Sardiman, 2008:89)

Teori atribusi yang dikemukakan oleh Heider merupakan metode yang

digunakan untuk mengevaluasi bagaimana orang mempersepsi perilakunya

maupun perilaku orang lain. Teori atribusi akan memberikan penjelasan

mengenai penyebab perilaku tersebut. Menurut Heider, perilaku orang dapat

dijelaskan melalui dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Atribusi internal melihat bahwa perilaku itu merupakan tanggung jawab

internal individu atau kelompok itu sendiri, sedangkan atribusi eksternal melihat

bahwa perilaku lebih disebabkan oleh faktor luar. Teori atribusi merupakan teori

yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Apakah perilaku itu disebabkan

oleh faktor disposisional (faktor dalam/internal), misalnya sifat, karakter, sikap

dan sebagainya, ataukah disebabkan oleh keadaan ekternal, misalnya tekanan

situasi atau keadaan tertentu yang memaksa seseorang melakukan perbuatan

tertentu.4

4
http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/about-author (diakses pada 11 desember 2011 pada
pukul 23 : 17)

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
7

Menurut Sardiman (2008:85), salah satu fungsi motivasi adalah sebagai

pendorong usaha untuk belajar dan pencapaian prestasi. Untuk itu, dipilihlah salah

satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di kota Bandung sebagai objek

penelitian. Dikota Bandung terdapat 54 Sekolah Menengah Pertama (52 SMP dan

2 MTS), berdasarkan daftar SMP kota Bandung yang terdapat di Pikiran Rakyat

Online. Karena disetiap SMP terdapat elemen-elemen yang sama terutama yang

berkaitan dengan penelitian ini yaitu siswa dan orang tua siswa, maka ke-54

sekolah ini punya kesempatan yang sama untuk diteliti. Untuk itu digunakan

teknik sampling acak klaster banyak tahap (multistage) untuk menemukan satu

SMP yang akan dijadikan objek penelitian. Alasan peneliti menggunakan teknik

ini adalah karena setiap elemen sifat dari populasi yaitu SMP tersebar secara

geografis diseluruh kota Bandung yang terbagi atas beberapa region yaitu

Bandung Utara, Timur, Tenggara, Selatan, dan Barat. Selain itu populasi secara

keseluruhan jumlahnya terlalu besar dan akan terlalu memakan banyak biaya dan

tenaga bila harus menghitung keseluruhannya. Setelah dilakukan pengacakan

klaster banyak tahap yang dimulai dari pembagian antara Bandung Utara, Timur,

Tenggara, Selatan dan Barat, maka terpilihlah satu SMP, yaitu SMPN 14 kota

Bandung yang merupakan perwakilan objek dari Bandung Utara dan dianggap

mewakili seluruh elemen populasi dari populasi keseluruhan yaitu seluruh SMP di

kota Bandung. Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Bandung sendiri merupakan

salah satu sekolah standar nasional di kota Bandung, Jawa Barat. Sekolah ini juga

merupakan salah satu sekolah favorit di kota Bandung dengan passing grade yang

menembus angka 27.00 pada tahun 2011. Pada tahun tersebut juga SMP Negeri

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
8

14 dinobatkan sebagai ”Sekolah terfavorit se-kota Bandung” setelah menambah

jumlah penerimaan murid baru menjadi sepuluh kelas yang awalnya hanya tujuh

kelas.

Semenjak tahun ajaran 2006/2007, sekolah ini mengadakan program

rintisan bilingual, yaitu program pembelajaran dengan menggunakan bahasa

Inggris sebagai bahasa pengantar. Selain itu, sekolah ini juga memiliki banyak

prestasi sepanjang tahun 2003 hingga 2011, baik di bidang akademik maupun

non-akademik. Prestasi yang terbaru adalah keberhasilan meraih juara 3 dalam

Five Mathematics Competition (Lomba Matematika) se-Jawa Barat di SMAN 5

Bandung pada tahun 2011. Sekolah yang berakreditasi A oleh BAN-PT ini juga

berstatus “sekolah standar nasional” semenjak tahun 2005, berdasarkan situs

resmi SMP Negeri 14. SMP dengan deretan prestasi ini menunjukkan indikasi

adanya suatu motivasi yang melatarbelakangi para siswanya dalam mewujudkan

hal tersebut.

Di SMP Negeri 14 Bandung ini terdapat siswa dengan latar belakang

keluarga yang berbeda-beda. Dengan usia yang berkisar antara 12-14 tahun dan

dengan pengaruh lingkungan yang terdapat disekitar mereka, maka akan

menciptakan berbagai macam motivasi dan pola komunikasi yang berbeda pula.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

antara komunikasi antarpribadi dalam keluarga dengan motivasi para siswa SMP

Negeri 14 Bandung.

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
9

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah di paparkan,

maka permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan: “Adakah hubungan antara

efektivitas komunikasi antarpribadi dalam keluarga dengan motivasi belajar

anak di SMP Negeri 14 Bandung?”

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka permasalahan yang diteliti dapat

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Adakah hubungan yang signifikan antara keterbukaan dalam keluarga

dengan motivasi intrinsik anak ketika belajar di sekolah?

2. Adakah hubungan yang signifikan antara sikap positif dalam keluarga

dengan motivasi intrinsik anak ketika belajar di sekolah?

3. Adakah hubungan yang signifikan antara kesetaraan dalam keluarga

dengan motivasi intrinsik anak ketika belajar disekolah?

4. Adakah hubungan yang signifikan antara empati dalam keluarga dengan

motivasi intrinsik anak ketika belajar di sekolah?

5. Adakah hubungan yang signifikan antara sikap mendukung dalam

keluarga dengan motivasi intrinsik anak ketika belajar di sekolah?

6. Adakah hubungan yang signifikan antara keterbukaan dalam keluarga

dengan motivasi ekstrinsik anak ketika belajar di sekolah?

7. Adakah hubungan yang signifikan antara sikap positif dalam keluarga

dengan motivasi ekstrinsik anak ketika belajar di sekolah?

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
10

8. Adakah hubungan yang signifikan antara kesetaraan dalam keluarga

dengan motivasi ekstrinsik anak ketika belajar di sekolah?

9. Adakah hubungan yang signifikan antara empati dalam keluarga dengan

motivasi ekstrinsik anak ketika belajar anak di sekolah?

10. Adakah hubungan yang signifikan antara sikap mendukung dalam

keluarga dengan motivasi ekstrinsik anak ketika belajar di sekolah?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penilitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui hubungan antara keterbukaan dalam keluarga dengan motivasi

intrinsik anak ketika belajar di sekolah.

2. Mengetahui hubungan antara sikap positif dalam keluarga dengan

motivasi intrinsik anak ketika belajar di sekolah.

3. Mengetahui hubungan antara kesetaraan dalam keluarga dengan motivasi

intrinsik anak ketika belajar disekolah.

4. Mengetahui hubungan antara empati dalam keluarga dengan motivasi

intrinsik anak ketika belajar di sekolah.

5. Mengetahui hubungan antara sikap mendukung dalam keluarga dengan

motivasi intrinsik anak ketika belajar di sekolah.

6. Mengetahui hubungan antara keterbukaan dalam keluarga dengan motivasi

ekstrinsik anak ketika belajar di sekolah.

7. Mengetahui hubungan antara sikap positif dalam keluarga dengan

motivasi ekstrinsik anak ketika belajar di sekolah.

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
11

8. Mengetahui hubungan antara kesetaraan dalam keluarga dengan motivasi

ekstrinsik anak ketika belajar di sekolah.

9. Mengetahui hubungan antara empati dalam keluarga dengan motivasi

ekstrinsik anak ketika belajar di sekolah.

10. Mengetahui hubungan antara sikap mendukung dalam keluarga dengan

motivasi ekstrinsik anak ketika belajar di sekolah.

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoretis

1. Penilitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu komunikasi dalam kajian manajemen komunikasi,

yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal terutama komunikasi

dalam keluarga dan pendidikan.

2. Hasil Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi peneliti sendiri

dalam menambah wawasan dan pengetahuan mengenai komunikasi,

terutama di bagian komunikasi interpersonal serta komunikasi dalam

keluarga dan pendidikan.

1.5.2 Kegunaan Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi

pendidikan yang menjadi tempat mahasiswa mempelajari ilmu

komunikasi.

2. Penilitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi

mengenai komunikasi.

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
12

3. Pihak lain yang berkepentingan terhadap penelitian ini dan dijadikan

sebagai bahan referensi dan sumber informasi.

1.6 Kerangka Penelitian

1.6.1 Kerangka Teoretis

Teori atribusi adalah memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain itu

berperilaku tertentu. Menurut Myers, kecenderungan memberi atribusi disebabkan

oleh kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk apa

yang ada dibalik perilaku orang lain. Attribution theory (teori sifat) merupakan

posisi tanpa perlu disadari pada saat melakukan sesuatu menyebabkan orang-

orang yang sedang menjalani sejumlah tes bisa memastikan apakah perkataan-

perkataan dan perbuatan-perbuatan orang lain dapat merefleksikan sifat-sifat

karakteristik yang tersembunyi dalam dirinya, atau hanya berupa reaksi-reaksi

yang dipaksakan terhadap situasi tertentu.

Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa orang berusaha menentukan

penyebab dari perilaku ketika dalam keraguan, mencari informasi yang akan

membantunya mendapatkan jawaban. Kajian tentang atribusi pada awalnya

dilakukan oleh Frizt Heider. Menurut Heider, setiap individu pada dasarnya

adalah seseorang ilmuwan semu (pseudo scientist) yang berusaha untuk mengerti

tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-

potongan informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal

tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu. Dengan kata lain

seseorang itu selalu berusaha untuk mencari sebab mengapa seseorang berbuat

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
13

dengan cara-cara tertentu. Misalkan kita melihat ada seseorang melakukan

pencurian. Sebagai manusia kita ingin mengetahui penyebab kenapa dia sampai

berbuat demikian.

Dua fokus perhatian di dalam mencari penyebab suatu kejadian, yakni

sesuatu di dalam diri atau sesuatu di luar diri. Apakah orang tersebut melakukan

pencurian karena sifat dirinya yang memang suka mencuri, ataukah karena faktor

di luar dirinya, dia mencuri karena dipaksa situasi, misalnya karena dia harus

punya uang untuk membiayai pengobatan anaknya yang sakit keras. Bila kita

melihat/menyimpulkan bahwa seseorang itu melakukan suatu tindakan karena

sifat-sifat kepribadiannya (suka mencuri) maka kita telah melakukan atribusi

internal (internal attribution). Tetapi jika kita melihat atau menyimpulkan bahwa

tindakan yang dilakukan oleh seseorang dikarenakan oleh tekanan situasi tertentu

(misalnya mencuri untuk membeli obat) maka kita melakukan atribusi eksternal

(external attribution).

Proses atribusi telah menarik perhatian para pakar psikologi sosial dan

telah menjadi objek penelitian yang cukup intensif dalam beberapa dekade

terakhir. Cikal bakal teori atribusi berkembang dari tulisan Fritz Heider yang

berjudul “Psychology of Interpersonal Relations”. Dalam tulisan tersebut Heider

menggambarkan apa yang disebutnya “native theory of action”, yaitu kerangka

kerja konseptual yang digunakan orang untuk menafsirkan, menjelaskan, dan

meramalkan tingkah laku seseorang. Dalam kerangka kerja ini, konsep intensional

(seperti keyakinan, hasrat, niat, keinginan untuk mencoba dan tujuan) memainkan

peran penting.

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
14

Menurut Heider ada dua sumber atribusi tingkah laku: (1). Atribusi

internal atau atribusi disposisional (2). Atribusi eksternal atau atribusi lingkungan.

Pada atribusi internal kita menyimpulkan bahwa tingkah laku seseorang

disebabkan oleh sifat-sifat atau disposisi (unsur psikologis yang mendahului

tingkah laku). Pada atribusi eksternal kita menyimpulkan bahwa tingkah laku

seseorang disebabkan oleh situasi tempat atau lingkungan orang itu berada.

(Sarwono, 1984: 200)

1.6.2 Kerangka Konseptual

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, variabel pertama adalah komunikasi

antarpribadi, sementara variabel kedua adalah motivasi belajar anak. Komunikasi

antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang

mempunyai hubungan yang mantap dan jelas (Joseph DeVito, 1997: 231). Agar

terjadinya komunikasi yang seimbang dibutuhkan pengertian oleh orang tua dan

anak mengenai satu tujuan yang diharapkan. Keluarga yang seimbang adalah

keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan (relasi) antara ayah dan ibu,

ayah dan anak, serta antara ibu dan anak. (Satrio, 2010: 3)

Ada tiga cara bagaimana orang tua melakukan komunikasi yang efektif

dengan anak-anaknya. Pertama, orang tua harus mencintai anak tanpa pamrih dan

sepenuh hati. Kedua, orang tua harus memahami sifat dan perkembangan anak

dan mau mendengarkan mereka. Ketiga, berlakulah kreatif dengan anak-anak dan

mampu menciptakan suasana yang menyegarkan. (Satrio, 2010: 15)

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
15

Maka, agar tercipta komunikasi efektif antara orang tua dan anak, agar

terjadi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupan antarpribadi. Karakter

efektivitas ini dilihat dari tiga sudut pandang, salah satunya adalah sudut pandang

humanistik. Sudut pandang ini menekankan pada keterbukaan (openness), empati

(empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness) dan

kesetaraan (equality). Dari kualitas-kualitas ini, kita kemudian dapat menurunkan

perilaku-perilaku spesifik yang menandai komunikasi antarpribadi yang efektif.

(Joseph DeVito 1997: 259)

Joseph DeVito (1997: 259) mengemukakan bahwa ciri komunikasi

antarpribadi yang efektif, yaitu :

1. Keterbukaan (Openness)

Sikap keterbukaan paling tidak menunjuk pada tiga aspek dalam

komunikasi antarpribadi. Pertama, kita harus terbuka pada orang lain yang

berinteraksi dengan kita, yang penting adalah adanya kemauan untuk membuka

diri pada masalah-masalah yang umum, agar orang lain mampu mengetahui

pendapat, gagasan, atau pikiran kita sehingga komunikasi akan mudah dilakukan.

Kedua, dari keterbukaan menunjuk pada kemauan kita untuk memberikan

tanggapan terhadap orang lain secara jujur dan terus terang terhadap segala

sesuatu yang dikatakannya. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa

yang kia ucapkan, dan kita berhak mendapatkan hal ini.

Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pemikiran.

Terbuka maksudnya adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang kita

lontarkan memang berasal dari diri kita sendiri. (Joseph DeVito 1997:260)

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
16

2. Sikap Positif (Positiveness)

Memiliki perilaku positif yakni berpikir positif terhadap diri sendiri dan

orang lain. Dalam mengkomunikasikan sikap positif terdapat dua cara, yaitu (1)

menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi

teman kita berinteraksi. (Joseph DeVito 1997: 262)

3. Kesetaraan (Equality)

Keefektifan komunikasi antarpribadi juga ditentukan oleh kesamaan-

kesamaan yang dimiliki pelakunya. Seperti nilai, sikap, watak, perilaku,

kebiasaan, pengalaman, dan sebagainya. Komunikasi antarpribadi akan lebih

efektif bila suasananya setara, artinya harus ada pengakuan bahwa kedua pihak

sama-sama bernilai dan berharga, serta memiliki sesuatu yang penting untuk

disumbangkan. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain. (Joseph DeVito

1997: 263)

4. Empati (Empathy)

Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui, menempatkan

dirinya seperti apa yang dialami orang lain, pada saat tertentu, dari sudut pandang

orang itu. Berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya,

merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Langkah pertama untuk

mencapai empati ini adalah menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai,

manafsirkan dan mengkritik. Reaksi seperti ini sering menghambat pemahaman.

Fokusnya adalah pada pemahaman. Langkah kedua, makin banyak mengenal

orang, baik keinginannya, pengalamannya, kemampuannya, ketakutannya dan

sebagainya, akan semakin membuat anda mampu untuk melihat apa yang dilihat

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
17

orang itu dan merasakan seperti apa yang dirasakannya. Jika anda mengalami

kesulitan dalam memahami sudut pandang orang lain, ajukanlah pertanyaan,

carilah kejelasan, dan doronglah orang itu untuk berbicara. Ketiga, cobalah

merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya.

Mainkanlah peran orang lain itu dalam pikiran anda. Ini dapat membantu anda

melihat lebih dekat apa yang dilihat orang itu. (Joseph DeVito 1997: 260)

5. Sikap Mendukung (Supportiveness)

Komunikasi antarpribadi akan efektif bila dalam diri seseorang ada

perilaku mendukung. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling memberikan

dukungan terhadap pesan yang disampaikan. Komunikasi yang terbuka dan

empatik tidak akan dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita

dapat memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, yaitu

mempersepsikan komunikasi sebagai permintaan akan informasi tanpa bernada

menilai atau evaluatif yang mampu membuat lawan bicara menjadi bersikap

defensif, (2) spontan, yaitu bersikap terus terang dan terbuka serta mengutarakan

pikiran tanpa bersikap menyembunyikan sesuatu yang dapat membuat lawan

bicara bersifat defensif, dan (3) provisional, yaitu berpikiran terbuka serta

bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi

jika keadaan mengharuskan. Dengan pemikiran terbuka, bahwa kita mungkin

keliru, dan dengan kesediaan mengubah sikap dan pendapat, akan menghindari

lawan bicara bersikap defensif. (Joseph DeVito 1997: 261)

Variabel kedua dalam penelitian ini adalah motivasi belajar anak. Motivasi

berasal dari kata “motif”. Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
18

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai

daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan aktivitas-

aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka

motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif

menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai

tujuan sangat dirasakan/mendesak.

Motivasi juga dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga sesorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan

bila ia tak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan

perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar

tetapi motivasi itu adalah tumbuh didalam diri seseorang.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan

daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada

kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat

tercapai. (Sardiman 2008: 76)

Motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Apabila dilihat dari

dasar pembentukannya, terdapat bermacam-macam motif yang aktif. Diantaranya

adalah motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

a. Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya adalah

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
19

sesorang belajar, karena memang benar-benar ingin mengetahui segala

sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.

Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan

memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, dan yang ahli

dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin

dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak

mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu

kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang

terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran

diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.

(Sardiman, 2008: 89)

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu

besok paginya akan ujian dengan harapan mendapat nilai baik, seehingga akan

dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi, yang penting bukan karena belajar

ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau

mendapatkan hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang

dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang

dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai

bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan

aktivitas belajar.

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
20

Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik

dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting. Sebab

kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin

komponen komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang

menarik bagi siswa, sehingga dibutuhkan motivasi ekstrinsik. (Sardiman, 2008:

90)

1.6.3 Operasionalisasi Variabel

Kerangka konseptual dari penelitian komunikasi antarpribadi dalam

keluarga dengan motivasi belajar anak terdiri dari dua variabel, yaitu:

Variabel X: Komunikasi Antarpribadi

Dengan tujuan agar anak menjadi termotivasi belajarnya di sekolah maka

dibutuhkan sebuah siklus komunikasi antarpribadi yang yang efektif antara orang

tua dan anak. Dalam konteks komunikasi antarpribadi, Joseph DeVito

mengemukakan bahwa ciri komunikasi antarpribadi yang efektif, antara lain :

1. Keterbukaan (Openness) adalah hal terbuka, perasaan toleransi (KBBI,

Online). Pada penelitian ini, keterbukaan juga berarti adanya kemauan untuk

membuka diri pada hal-hal tertentu, agar anak mampu mengetahui pendapat,

gagasan, atau pikiran kita sehingga komunikasi mudah dilakukan, serta

kemauan untuk menanggapi anak secara jujur dan terus terang terhadap apa

yang disampaikannya. Sikap keterbukaan memiliki indikator antara lain:

 Saling terbuka dalam interaksi antara anggota keluarga,

maksudnya adalah orang tua dan anak bersedia membuka diri dan

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
21

mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan

pembukaan diri ini patut atau layak. (Joseph DeVito 1997: 259)

 Orang tua mendengarkan dan menerima keluhan anak dengan

seksama berarti didalam keluarga harus ada sikap untuk saling

bereaksi secara terbuka yang kita ucapkan, dan menghilangkan

ketidakacuhan dalam interaksi, agar tidak menjadi lawan bicara yang

menjemukan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi

secara langsung atau spontan terhadap orang lain. (Joseph DeVito

1997: 260)

 Saling bertanggungjawab atas ucapan dan pemikiran antara

anggota keluarga, maksudnya adalah bahwa kita mengakui bahwa

pemikiran dan perasaan yang kita lontarkan adalah memang “milik”

kita dan kita bertanggung jawab atasnya. (Joseph DeVito 1997: 260)

2. Sikap Positif (Positiveness) adalah sikap yang pasti, tegas, tentu, yakin

(KBBI Online). Bagaimana orang tua dapat berperilaku positif seperti berpikir

positif terhadap dirinya sebagai orang tua maupun terhadap anaknya sendiri.

Sikap positif dalam penelitian ini antara lain bagaimana orang tua dapat

mempercayai anaknya untuk melakukan kegiatannya sendiri tanpa harus

selalu diawasi serta selalu berupaya untuk mencontohkan perilaku-perilaku

positif pada anak. Indikatornya adalah sebagai berikut:

 Sikap, maksudnya setiap elemen dalam keluarga harus memiliki

perasaan positif terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa

negatif terhadap diri sendiri selalu mengkomunikasikan perasaan ini

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
22

kepada orang lain selanjutnya barangkali akan mengembangkan

perasaan negatif yang sama. Sebaliknya, orang yang merasa positif

terhadap diri sendiri mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain,

yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif ini. (Joseph

DeVito 1997: 262)

 Dorongan, maksudnya disini adalah dorongan untuk menghargai

keberadaan dan pentingnya orang lain. Perilaku ini bertentangan

dengan ketidakacuhan. Dorongan positif umumnya berbentuk pujian,

penghargaan, dan terdiri atas perilaku yang biasa kita harapkan, kita

nikmati, dan kita banggakan. Dorongan positif ini mendukung citra

pribadi kita dan membuat kita merasa lebih baik. (Joseph DeVito 1997:

263)

3. Kesetaraan (Equality) adalah sikap yang menunjukkan keserupaan, tidak

berbeda, tidak berlainan, sepadan, seimbang, sebanding, setara (KBBI

Online). Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara.

Artinya, harus ada sesuatu untuk saling disumbangkan antara kedua belah

pihak. (Joseph DeVito 1997: 263) Bagaimana orang tua dapat menerapkan

konsep kesamaan perilaku, kesukaan, sikap, pengalaman antara orang tua dan

anak. Tentu saja masih dalam batasan yang hanya pantas diterima oleh anak

dengan kisaran umur 11-14 tahun. Indikator dari sikap kesetaraan antara lain:

 Memahami dan menyelaraskan perbedaan berpendapat dalam

keluarga, maksudnya adalah bagaimana orang tua dapat memahami

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
23

dan mengerti bahwa didalam keluarga akan terdapat perbedaan-

perbedaan yang harus diselaraskan unuk menghindari konflik keluarga

 Mengurangi superioritas untuk berpendapat dalam keluarga,

maksudnya adalah tidak memaksakan pendapat pada anak, serta

bersedia merubah pendapat apabila memang anak memiliki pendapat

yang lebih baik.

4. Empati (Emphaty) adalah keadaan yang membuat diri seseorang dapat

merasakan hal yang dirasakan oleh orang lain (KBBI Online), baik secara

emosional maupun intelektual. Dalam penelitian ini sikap empati adalah

bagaimana orang tua dapat merasakan dan mengerti kondisi fisik anak, serta

memahami kondisi psikis anak dalam setiap situasi. Indikator dari sikap

empati adalah sebagai berikut:

 Orang tua tidak langsung mengkritik atau menilai anak,

maksudnya adalah tidak bersikap mengevaluasi, menilai, atau

menafsirkan. Hal ini disebabkan karena reaksi-reaksi seperti ini sering

menimbulkan sikap defensif, begitu pula pada anak. (Joseph DeVito

1997: 260)

 Mengetahui dan memahami pemikiran anak melalui sudut

pandangnya, maksudnya adalah mencoba mengerti alasan yang

membuat anak menjadi seperti apa yang dirasakannya. Jika kesulitan

memahami sudut pandangnya, ajukanlah pertanyaan, dan doronglah ia

untuk berbicara. (Joseph DeVito 1997: 260)

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
24

5. Sikap Mendukung (Supportiveness) adalah sikap membantu, mendorong,

menunjang (KBBI Online). Dengan kata lain adanya sikap saling mendukung

antar orang tua dan anak dalam tujuan agar pesan keduanya dapat

tersampaikan dengan baik. Dalam penelitian ini, maksudnya adalah orang tua

selalu menanyakan secara lebih dalam setiap isyarat kecil dari anak serta

menunjukkan kesan bahwa orang tua menyanggupi untuk mendengar

perkataan anak. Indikatornya adalah sebagai berikut:

 Deskriptif, maksudnya adalah bahwa kita harus menciptakan suasana

yang deskriptif, dan bukan evaluatif agar terciptanya sikap

mendukung. Hal ini disebabkan kecendrungan bersikap defensif dari

lawan bicara apabila kita melontarkan pernyataan bersifat evaluatif.

(Joseph DeVito 1997: 261)

 Spontanitas, maksudnya adalah bergaya spontan dalam

berkomunikasi sehingga menimbulkan kesan terus terang dan terbuka,

hal ini biasanya ditanggapi lawan bicara dengan sikap yang sama, yaitu

terus terang dan terbuka. Bila kita terlihat menyembunyikan perasaan

kita, maka kita akan terlihat menyembunyikan sesuatu dan lawan

bicara dapat menjadi bersifat defensif. (Joseph DeVito 1997: 262)

 Provisional, maksudnya adalah bersikap tentatif dan berpikiran

terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan

bersedia merubah pendapat jika memang diharuskan. Hal ini

mendorong sikap yang mendukung, bukan keyakinan yang tak

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
25

tergoyahkan, yang terpaku dengan caranya sendiri dan tidak mentolerir

adanya perbedaan. (Joseph DeVito 1997: 262)

Variabel Y: Motivasi Belajar Anak di Sekolah

Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti dorongan atau

daya penggerak. Malayu dalam Juliani (2007:9) memberikan definisi motivasi

sebagai berikut: ”Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan

kegairahan kerja seseorang, agar mau bekerjasama, bekerja efektif dan

terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan”.

Sementara menurut Mc Donald dalam Sardiman (2008:73), motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Robbin

dalam Juliani (2007:9) mendefinisikan motivasi sebagai suatu kerelaan untuk

berusaha semaksimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang

dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan kebutuhan beberapa

individu. Sementara menurut Sardiman (2008:24) motivasi dalam kegiatan

belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa

yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan

belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

1. Motivasi Intrinsik: adalah motif-motif yang menjadi efektif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena didalam setiap diri

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Anak didik

termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
26

terkandung dalam bahan pelajaran. Dalam aktivitas belajar, motivasi

intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang

memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu

dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran

yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di

masa mendatang. Dalam penelitian ini indikator dari motivasi intrinsik ini

adalah:

 Anak belajar karena ingin menguasai pelajaran yang ada di

sekolahnya

 Anak belajar karena ia ingin mendapatkan bekal untuk masa

depannya

 Anak belajar karena ia ingin menjadi orang yang berguna bagi

dirinya dan orang lain. (Sardiman, 2008: 90)

2. Motivasi Ekstrinsik: adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena

adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik apabila

anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi

belajar. ( resides in some factors outside the learning situation). Anak didik

belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang

dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar,

kehormatan, dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi

yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik

diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
27

dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Dalam penelitian ini

indikator dari motivasi ekstrinsik adalah:

 Anak belajar agar mendapat peringkat prestasi kelas

 Anak belajar untuk mendapatkan hadiah dari orang tuanya

 Anak belajar agar mendapatkan pujian dari guru dan teman-

temannya. (Sardiman, 2008: 91)

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
28

1.6.4. Kerangka Penelitian

Pendidikan di Indonesia sedang mengalami pasang surut


dalam hasil belajar siswa. Hal tersebut terlihat dari prestasi
yang diraih oleh pelajar Indonesia di tingkat internasional
yang menurun. Bahkan menurut TIMSS tahun 2007 Teori Atribusi oleh Fritz Heider
Indonesia berada pada peringkat 36 dari 48 negaradalam
studi kecendrungan matematika dan sains di beberapa negara
di dunia.

Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa orang berusaha menentukan
penyebab dari perilaku ketika dalam keraguan, mencari informasi
yang akan membantunya mendapatkan jawaban. (Sarwono, 1984:
73)

“Adakah Hubungan Efektivitas Komunikasi Antarpribadi


dalam Keluarga Dengan Motivasi Belajar Anak di Sekolah?”

Variabel X : Efektivitas Variabel Y : Motivasi


Komunikasi Antarpribadi Belajar Anak di Sekolah
dalam Keluarga

Sub Variabel X : Sub Variabel Y :

X1 : Keterbukaan Y1 : Motivasi Intrinsik


X2 : Sikap Positif
X3 : Kesetaraan Y2:Motivasi Ekstrinsik
X4 : Empati
X5 : Sikap Mendukung (Sardiman, 2008)

(DeVito, 1997)

Sumber : Sarwono (1984) Joseph A. DeVito (1997), Sardiman (2008), dan

modifikasi penulis

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
29

1.7 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan dua

variabel atau lebih. Dalam penelitian ini, peneliti akan merumuskan sebuah

hipotesis umum yang kemudian akan dijabarkan dalam beberapa sub hipotesis,

dan kemudian akan diuji kebenaranya secara empiris. Dalam penelitian ini

digunakan hipotesis kerja (H1) dan hipotesis nol (H0). H1 menyatakan adanya

hubungan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y, sedangkan H0

menyatakan tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y.

1.7.1 Hipotesis Mayor

Hipotesis Mayor dalam penelitian ini adalah ”Terdapat hubungan antara

komunikasi antarpribadi dengan motivasi belajar anak di sekolah” (terdapat

hubungan antara variabel X dan variabel Y).

Variabel X Variabel Y

Efektivitas Komunikasi Motivasi Belajar Anak di


Antarpribadi dalam Keluarga Sekolah

1.7.2 Hipotesis Minor

Untuk Hipotesis Minor, kita mencari hubungan antar sub variabel-sub

variabel. Hipotesis minor dalam penelitian ini antara lain:

1.H0 : Tidak ada hubungan antara X1 dengan Y1

H1 : Terdapat hubungan antara X1 dengan Y1

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
30

2.H0 : Tidak ada hubungan antara X2 dengan Y1

H1 : Terdapat hubungan antara X2 dengan Y1

3.H0 : Tidak ada hubungan antara X3 dengan Y1

H1 : Terdapat hubungan antara X3 dengan Y1

4.H0 : Tidak ada hubungan antara X4 dengan Y1

H1 : Terdapat hubungan antara X4 dengan Y1

5.H0 : Tidak ada hubungan antara X5 dengan Y1

H1 : Terdapat hubungan antara X5 dengan Y1

6.H0 : Tidak ada hubungan antara X1 dengan Y2

H1 : Terdapat hubungan antara X1 dengan Y2

7.H0 : Tidak ada hubungan antara X2 dengan Y2

H1 : Terdapat hubungan antara X2 dengan Y2

8.H0 : Tidak ada hubungan antara X3 dengan Y2

H1 : Terdapat hubungan antara X3 dengan Y2

9.H0 : Tidak ada hubungan antara X4 dengan Y2

H1 : Terdapat hubungan antara X4 dengan Y2

10. H0 : Tidak ada hubungan antara X5 dengan Y2

H1 : Terdapat hubungan antara X5 dengan Y2

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
31

Berikut adalah struktur sub hipotesis penelitian:

X1

X2 Y1

X3

X4
Y2

X5

1.8 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1.8.1 Metode Penelitian

Penilitian yang berjudul “Hubungan Antara Komunikasi Antarpribadi

dalam Keluarga dengan Motivasi Belajar Anak di Sekolah”, menggunakan

metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Metode kuantitatif adalah

penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta

hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan

dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang

berkaitan dengan fenomena alam.

Pendekatan korelasional adalah suatu pendekatan umum untuk penelitian

yang berfokus pada penaksiran pada kovariasi di antara variabel yang muncul

secara alami. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan hubungan prediktif

dengan teknik korelasi atau teknik statistik yang lebih canggih. Metode
Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...
Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
32

korelasional sebenarnya kelanjutan dari metode deskriptif. “Metode deskriptif

tidak menjelaskan hubungan diantara variabel, tidak menguji hipotesis atau

melakukan prediksi” (Rakhmat, 2005:27).

Penilitian ini akan meneliti tentang hubungan komunikasi antarpribadi

dalam keluarga dengan motivasi belajar anak di sekolah di SMP Negeri 14 kota

Bandung Provinsi Jawa Barat. Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga

merupakan variabel X, sedangkan Motivasi Belajar Anak di Sekolah merupakan

variabel Y.

Metode korelasional mengacu pada studi yang bertujuan untuk

mengungkapkan hubungan antarvariabel melalui statistik korelasional. Bahwa

rancangan penilitian korelasional didasarkan asumsi bahwa realita lebih baik

dideskripsikan suatu jaringan timbal balik dan menginteraksikan daripada

hubungan kausal. Menurut Rakhmat (2005:27), jika kedua variabel saja yang kita

hubungkan korelasinya disebut korelasi sederhana (simple correlation), jika lebih

dari dua, kita menggunakan korelasi ganda (multiple correlation).

Metode korelasi digunakan untuk (Rakhmat, 2005:31)

1. Mengukur hubungan berbagai variabel

2. Meramalkan variabel yang tidak bebas dari pengetahuan kita tentang

variabel bebas

3. Meratakan jalan untuk membuat rancangan penelitian eksperimental

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
33

1.8.2 Teknik Pengumpulan Data

1. Angket

Angket adalah teknik pengampilan data komunikasi secara langsung

kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun

secara tertulis dan disebarkan untuk mengetahui serta mendapatkan data primer

dari responden. Hasil angket digunakan sebagai sumber membuat analisa data dan

uraian serta kesimpulan akhir dari penelitian.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan informasi dengan cara bertanya

langsung. Wawancara merupakan metode pengumpulan data secara langsung

untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya kepada responden atau

kepada orang yang kompeten sesuai dengan masalah yang diteliti.

3. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik yang dilakukan dengan menelaah teori-

teori, pendapat-pendapat, serta pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam media

cetak, khsusnya buku-buku yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam

penelitian.

1.8.3 Populasi dan Sampel

1.8.3.1 Populasi

Populasi merupakan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari

sifat-sifatnya. Populasi penelitian ini adalah seluruh SMP yang terdapat di kota

Bandung Provinsi Jawa Barat. Populasi menurut Rakhmat, (2002:24) adalah

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
34

“sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peniliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Rakhmat (2005:78), mengemukakan bagian yang diamati itu disebut

sample. Sampel merupakan proses penarikan objek yang ada pada populasi,

sampel yang dimaksud untuk menggambarkan karakteristik dari suatu populasi,

maka teknik sampling membutuhkan perhatian yang seksama agar didapat hasil

yang representatif. Sampel yang representatif harus mencerminkan semua unsur

dalam populasi secara proposional.

Menurut data yang peneliti dapatkan dari Pikiran Rakyat Online, jumlah

SMP yang terdapat di kota Bandung berjumlah 54 sekolah. SMP-SMP tersebut

tersebar di seluruh region kota Bandung yang terdiri dari 5 bagian yaitu Bandung

Utara, Timur, Tenggara, Selatan, dan Barat.

1.8.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat

menggambarkan sifat populasi atau bagian yang menjadi objek penelitian

(Rakhmat, 2007:78). Sampel dimaksudkan untuk menggambarkan karakteristik

dari suatu populasi, maka butuh perhatian yang seksama dalam menentukan

teknik sampling agar didapat hasil yang representatif. Dalam penelitian ini teknik

sampling yang digunakan adalah teknik sampling random klaster. Alasan

menggunakan teknik ini adalah karena objek penelitian yang tidak diketahui

dengan pasti jumlahnya. Pertama-tama populasi dibagi berdasarkan region-region

berdasarkan letak geografis. Terdapat 5 region menurut pembagian SMP-SMP

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
35

yang terdapat di kota Bandung yaitu Bandung Utara, Timur, Tenggara, Selatan

dan Barat, dipilihlah secara random dari kelima region tersebut dan didapatkan

region Bandung Utara yang terdiri dari 9 SMP. Berikut adalah daftarnya:

Wilayah
No Nama Sekolah Alamat Sekolah Rayon DT
1 SMP NEGERI 2 Jl. Sumatra No. 36 Bandung Utara 216
2 SMP NEGERI 5 Jl. Sumatra No. 40 Bandung Utara 180
3 SMP NEGERI 14 Jl. Lap. Supratman No. 8 Bandung Utara 251
4 SMP NEGERI 16 Jl. PPH Mustopa No. 53 Bandung Utara 353
5 SMP NEGERI 27 Jl. Yudawastu Pramuka l Bandung Utara 310
6 SMP NEGERI 44 Jl. Cimanuk l Bandung Utara 248
7 SMP NEGERI 22 Jl. Supratman No. 24 Bandung Utara 282
8 SMP NEGERI 19 Jl. Sadang Luhur No. 11 Bandung Utara 248
9 SMP NEGERI 35 Jl. Dago Pojok No. 756 Bandung Utara 320

Kemudian dari daftar-daftar SMP yang terdapat di Bandung Utara

tersebut, dipilihlah satu SMP secara acak untuk menentukan sampel yang

representatif untuk mewakili seluruh unsur dalam populasi. Maka terpilihlah SMP

Negeri 14 yang terletak di Jl. Lap. Supratman No 8 Bandung Utara. Setelah

peneliti melakukan pra-riset, didapatkan data bahwa SMP Negeri 14 memiliki 998

siswa yang tinggal bersama orang tua mereka yang terdiri dari ayah dan ibu untuk

kemudian akan dijadikan calon sampel untuk penelitian.

Ukuran atau besar sampel ditentukan berdasarkan metode Yamane.

Penggunaan rumus Yamane ini dikarenakan jumlah populasi dalam penelitian ini

diatas 500. Rumus Yamane dengan tingkat kesalahan pengamatan (error)

sebanyak 10%. Angka tersebut ditetapkan oleh peneliti berdasarkan kondisi

waktu, tenaga, dan dana. Formulasi Yamane dalam penentuan jumlah sampel

minimum adalah sebagai berikut:

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
36

n= N / ( 1 + Ne 2 )

n= jumlah sampel

N= total populasi

e= error tolerance (batas toleransi kesalahan, 10% )

Jumlah siswa yang terdaftar di SMP Negeri 14 Kota Bandung adalah

sebanyak 988 orang . Maka kita tentukan ukuran sampelnya dengan menggunakan

formulasi Yamane. Formulasi ini digunakan karena populasi yang akan diteliti

berjumlah diatas 500. Berikut ini penghitungannya:

n= 988/ (1 + 988. 0,12)

n= 988/ (1 + 9, 88)

n= 988/ 10, 88

n= 90, 80

n= 90 orang

Setelah mengetahui ukuran sampel yang akan diteliti berjumlah 90 anak,

maka selanjutnya menentukan siapa yang akan menjadi responden dari seluruh

siswa SMPN 14 Bandung. Peneliti menggunakan teknik sampling acak sederhana

untuk menentukan siapa yang menjadi responden. Teknik ini dilakukan

sedemikian rupa sehingga setiap unit dari populasi mempunyai kesempatan yang

sama untuk dipilih sebagai sampel. (Rakhmat, 2007: 79)

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
37

1.8.3.3 Skala dan Teknik Pengukuran Data

Dalam kuesioner ini terdapat serangkaian pertanyaan dan pernyataan yang

telah disusun secara sistematis oleh peneliti untuk kemudian dijawab oleh

responden. Petanyaan terdiri dari dua jenis yaitu pertanyaan terbuka yang terdiri

dari pertanyaan dasar untuk meneliti data responden, dan pernyataan tertutup yang

berhubungan dengan penelitian. Pada data penelitian, pernyataan diberikan pada

responden dengan teknik pengukuran menggunakan skala likert dengan 5 pilihan

jawaban: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat setuju. Pembobotan

untuk setiap jawaban responden pada masing-masing variabel yang diteliti, yaitu

sebagai berikut:

Nilai (Pernyataan +) Nilai (Pernyataan -) Jawaban


5 1 Sangat Setuju
4 2 Setuju
3 3 Ragu-ragu
2 4 Tidak Setuju
1 5 Sangat Tidak Setuju

Pernyataan tertutup dipilih karena lebih memudahkan peneliti dalam

mengolah dan menganalisis data, dan juga memudahkan responden dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
38

1.8.4 Uji Validitas dan Reliabilitas

1.8.4.1 Uji Validitas

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa yang

ingin diukur, untuk mentukan kevalidan dari item kuesioner dengan skala

pengukuran Rank Spearman, yaitu dengan mengkorelasikan setiap item skor

keseluruhan dengan rumus.

Rumus yang digunakan adalah dengan koefisien korelasi Spearman pada

item ke-i:

N
6 di 2 (Riduwan, 2004:132)
rs  1  i 1

n n
3

Dimana: rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman

di = Selisih ranking variabel pertama dan kedua

n = Jumlah sampel

Rumus diatas digunakan apabila tidak terdapat data kembar, atau terdapat

data kembar tetapi sedikit. Apabila terdapat data kembar, maka rumus yang

dgunakan adalah:
rs 
 x   y   di
2 2

(Riduwan, 2004:132) 2  x  y
2 2

Dengan:

n3  n
 y2  12
  Tx (Riduwan, 2004:132)

n3  n
x 2

12
  Tx

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
39

∑x2 dan ∑y2 merupakan faktor korelasi X dan Y

t = frekuensi nilai yang sama

N = Jumlah Sampel

Tingkat validitas kuisioner diukur berdasarkan koefisien korelasi validitas

yang mengkorelasikan item dengan totalnya. Keeratan hubungan antara variabel

dinyatakan dengan nilai -1 < rs < 1.

Untuk melakukan uji validitas suatu instrument dapat dilakukan dengan

membanding nilai kekayaan (r) suatu instrumen dengan nilai r kritis yang

ditetapkan.

 rs = -1 artinya terdapat korelasi negatif sempurna antara kedua variabel

 rs = +1 artinya terdapat korelasi positif sempurna antara kedua variabel

 rs = 0 artinya terdapat korelasi yang sangat lemah atau tidak ada

hubungan sama sekali di kedua variabel (Sugiyono, 2005:183)

Prinsip utama peilihan butir pertanyaan dengan melihat koefesien korelasi

adalah mencari harga koefisien yang setinggi mungkin dan menyingkirkan setiap

butir pernyataan yang mempunyai korelasi negatif (-) atau koefesien yang

mendekati nol (0,00). Umumya dalam pengembangan dan penyusunan skala-skala

psikologi, digunakan harga koefesien korelasi yang minimal sama dengan 0,30

(Singarimbun dan Effendi, 2006:158)

Berikut adalah hasil uji validitas yang dilakukan pada instrumen turunan dari

variabel yang terdapat dalam penelitian ini:

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
40

Variabel X Nomor Indeks Nilai Kritis Keterangan


Pertanyaan Validitas Validitas
1 0,593 0,30 Valid
2 0,523 0,30 Valid
3 0,570 0,30 Valid
4 0,513 0,30 Valid
5 0,492 0,30 Valid
6 0,789 0,30 Valid
7 0,659 0,30 Valid
8 0,274 0,30 Tidak Valid
9 0,645 0,30 Valid
10 0,518 0,30 Valid
11 0,734 0,30 Valid
12 0,662 0,30 Valid
13 0,428 0,30 Valid
14 0,469 0,30 Valid
15 0,216 0,30 Tidak Valid
16 0,428 0,30 Valid
17 0,709 0,30 Valid
18 0,834 0,30 Valid
19 0,721 0,30 Valid
20 0,015 0,30 Tidak Valid

Sumber: SPSS Statistic 17, 0

Berikut adalah hasil uji validitas yang dilakukan pada instrumen turunan

dari variabel Y:

Variabel Y Nomor Indeks Nilai Kritis Keterangan


Pertanyaan Validitas Validitas
21 0,715 0,30 Valid
22 0,654 0,30 Valid
23 0,772 0,30 Valid
24 0,728 0,30 Valid
25 0,609 0,30 Valid
26 0,685 0,30 Valid
27 0,578 0,30 Valid
28 0,347 0,30 Valid
29 0,259 0,30 Tidak Valid
30 0,361 0,30 Valid

Sumber: SPSS Statistic 17, 0


Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...
Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
41

Keterangan f

Valid 26

Tidak Valid 4

Total Pertanyaan 30

1.8.4.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana

suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi lebih dari

sekali. Reliabilitas artinya tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.

Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu adalah pengukuran yang

mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliable).

Uji reliabilitas adalah ukuran konsistensi instrumen penelitian. Instrumen

dikatakan reliabel jika alat ukur tersebut menunjukkan hasil yang konsisten,

sehingga instrumen ini dapat digunakan dengan aman karena dapat bekerja

dengan baik pada waktu dan kondisi yang berbeda (Singarimbun dan Effendi,

2006:159).

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
42

Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, penulis menggunakan

koefisien reliabilitas Spearman Brown, yaitu:

r sb = 2x r ix
1+ rix
(Singarimbun dan Effendi, 2006:263)

Dimana:

r sb : Korelasi Spearman Brown

r ix : Korelasi belahan 1 dan 2

Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel

dan berhasil mengukur variabel-variabel yang kita ukur jika koefisien

reliabilitasnya besar dari sama dengan 0,70.

Jika ri positif, serta r besar dari sama dengan 0,70 maka variabel tersebut

reliabel. Jika ri negatif, serta r kecil dari sama dengan 0,70 maka variabel tersebut

tidak reliabel.

Berikut adalah hasil uji reliabilitas yang dilakukan pada instrumen turunan

dari kedua variabel:

Variabel Koefisien Reliabilitas Nilai Kritis Keterangan

X 0,803 0,70 Reliabel

Y 0,796 0,70 Reliabel

Sumber: SPSS Statistic 17, 0

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
43

1.8.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

data kuantitatif dengan menghitung sebuah nilai statistik. Salah satu fungsi

statistik adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya

menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami. Teknik

analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun dan Effendi, 2006:263)

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis

deskriptif, sedangkan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisa statistik

inferensial.

1.8.5.1 Teknik Analisis Statistik Deskriptif

Analisis adalah pengelompokan, membuat suatu urutan, memanipulasi

serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca, serta menerangkan

sesuatu atau memberikan deskripsi terhadap sesuatu (Singarimbun dan Effendi,

2006:250).

Tujuan analisis data pada dasarnya menyederhanakan seluruh data yang

terkumpul, menyajikannya dalam suatu susunan yang sistematis, kemudian

mengolah dan manafsirkannya. Teknik analisis data yang digunakan untuk

pengolahan data penelitian ini adalah analisis deskriptif dalam bentuk distribusi

frekuensi yang disajikan ke dalam bentuk tabel sederhana. Data yang diperoleh

melalui angket akan diolah dengan teknik presentase. Tujuannya adalah untuk

menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan.

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
44

1.8.5.2 Teknik Analisis Statistik Inferensial

Analisis Statistik Inferensial merupakan analisis yang digunakan untuk

menganalisa data sampel, untuk mengetahui derajat hubungan diantara variabel

bebas dan terikat diperlukan sebagai prosedur statistik. Skala pengukuran yang

digunakan adalah skala ordinal, maka uji statistik yang digunakan adalah korelasi

tata jenjang dengan menggunakan rumus Rank Spearman, dimana rumusnya

sebagai berikut (Singarimbun dan Effendi, 2006:263):

N
6 di 2
rs  1  i 1

n n
3

Dimana: rs = koefisien korelasi Rank Spearman

di = selisih angka yang dibuat untuk kelompok X dan Y

n = jumlah sampel

Langkah-langkah penggunaan koefisien Korelasi Spearman Rank

Oeder adalah sebagai berikut :

1. Setiap obervasi-observasi pada variabel X dan Y diberi ranking

mulai dari nomer 1 sampai n

2. Menyusun daftar n subyek tersebut. Pada setiap subyek dicantumkan

ranking untuk variabel X dan ranking pada variabel Y.

3. Menentukan harga di 2 untuk setiap subyek dengan mengurangkan

rangking Y dari rangking X. Kemudian dikuadratkan untuk

memperoleh di 2 masing-masing subyek. Lalu di 2 dijumlahkan

sampai ke-N untuk mendapatkan  di 2


.

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
45

4. Dalam penelitian, terkadang terjadi dua subyek atau lebih

mendapatkan skor sama pada variabel yang sama, maka sebelum

menghitung rs , dilakukan perhitungan koreksi, yaitu:

t3  t
T=
1

5. Karena proporsi angka sama dalam observas-observasi X dan Y

berjumlah besar, maka digunakan rumus berikut untuk menghitung

rs :

rs 
 x   y   di
2 2

2  x  y 2 2

Dimana :

n3  n
 x2  12
  Tx

n3  n
y 2

12
  Tx

d i  X 1  Y1

Keterangan :

d i  selisih rangkin X dan Y untuk setiap jumlah n

n = jumlah

Tx = jumlah koreksi X

Ty = Jumlah koreksi Y

Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...


Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id
Skripsi Mahasiswa Universitas Padjadjaran (IV-2012)
46

6. Karena n  10 , signifikasi suatu harga sebesar harga observasi rs ditetapkan

dengan menghitung t yang berkaitan dengan harga tersebut, dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

n2
t = rs
1  rs
2

7. Hipotesis pengujian :

Ho :  = 0 (Tidak ada korelasi)

H1 :   0 (Ada korelasi)

Untuk penelitian ini tingkat signifikasi (  ) ditetapkan sebesar 0,01 pada

tes dua sisi.

Kriteria pengujian:

a. Jika t hitung  t / 2,n2 atau nilai signifikasi (Sig.) <  (0,01) maka H0

ditolak, H1 diterima yang berarti terdapat hubungan antara variabel

yang diteliti

b. Jika t / 2,n2 < t hitung < t1 / 2,n2 atau nilai siginfikasi (Sig.) >  (0.01)

maka H0 diterima, yang berarti tidak ada hubungan antara variabel

yang diteliti.

1.9 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 14 kota Bandung Provinsi Jawa

Barat. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada November 2011 sampai selesai,

meliputi pra survey, perumusan dan identifikasi masalah, pengumpulan data,

pengolahan data, dan penulisan laporan.


Octojaya Abriyoso - Hubungan Komunikasi Antarpribadi dalam Keluarga...
Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi © 2012
http://pustaka.unpad.ac.id

Anda mungkin juga menyukai