Anda di halaman 1dari 28

Mata Kuliah Telaah SMA

Dosen pengampu

Dr. Marwia T. Bakar, M.Pd.

Oleh:

Nama : Zuliana N Solikhah

NPM : 0308 1711 029

Kelas/Semester : A/V

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2020
MATRIKS

Matriks adalah sekumpulan bilangan yang disusun secara baris dan kolom dan ditempatkan
pada kurung biasa atau kurung siku.

A. Operasi Matriks
Sebelum memasuki kegiatan operasi pada matriks, pastikan siswa telah memahami
tentang konsep matriks dan elemen-elemen pada matriks serta dapat membedakan mana
baris dan mana kolom. Selain itu pastikan siswa telah memahami tentang konsep operasi
pada bilangan positif dan negatif.
1. Bentuk dan Sifat Operasi Matriks
a. Penjumlahan Matriks
Penjumlahan matriks dapat di lakukan jika terdapat dua atau lebih matriks
yang ordonya sama. Ordo suatu matriks adalah bilangan yang menunjukkan
banyaknya baris (m) dan banyaknya kolom (n).
Contoh ordo dapat dilihat pada penjelasan berikut:

Elemen-elemen matriks
atau anggota-anggota
dalam matriks.
Entry matriks A di atas dapat dibentuk menjadi:

aij = elemen matriks pada baris ke-I dan kolom ke-j dengan, i = 1,2,3,…,m dan j =
1,2,3,…,n.
m x n = menyatakan ordo matriks A dengan m adalah banyaknya baris dan n
adalah banyaknya kolom.

Penjumlahan matriks dilakukan dengan menjumlahkan elemen-elemen yang seletak.


Hasil penjumlahan matriks-matriks tersebut akan membentuk sebuah matriks baru yang ordonya
sama dengan ordo matriks-matriks sebelum di jumlahkan. Penjumlahan matriks hanya dapat di
lakukan jika ordonya sama, jika ordonya tidak sama maka tidak dapat di jumlahkan. Ordo
matriks dapat ditentukan dengan m x n, dengan m=banyaknya baris dan n=banyaknya kolom.
Pada penjumlahan matriks berlaku A + B = B + A.

a11 a12 b11 b12


Misalkan A = ( a21 a22)dan B = (
b 21 b22 )
a11 a12 b11 b12 a11 + b11 a12+ b12
A+B= ( a21 a22) (
+
b 21 b22
= ) (
a21 +b 21 a22+ b22 )
b11 b12 a11 a12 b11 + a11 b12+ a12 a11 + b11 a12+ b12
B+A= ( ) (
b 21 b22
+
a21 a22
= ) (
b 21 +a 21 b22+ a22
= ) (
a21 +b 21 a22+ b22 )
Hasil penjumlahan matriks A + B = B + A. Maka terbukti bahwa pada penjumlahan matriks
berlaku A + B = B + A.

(Penjumlahan elemen-elemen matriks harus dengan elemen yang sama, misal a 11 berada pada
baris pertama kolom pertama, a 11 hanya dapat di jumlahkan dengan b 11 yang juga berada pada
baris pertama kolom pertama).

Contoh penjumlahan matriks.

1. Diketahui matriks A = [ 21 3 5
4 3 ]
dan B =
1 2 1
[
3 2 7 ]
. Carilah matriks C dimana C = A+B

Jawab:
Matriks A dan matriks B di atas berordo sama yaitu ordo 2x3. Dilihat dari banyaknya
baris yaitu 2 baris dan banyaknya kolom yaitu 3 kolom. Maka kedua matriks ini dapat di
jumlahkan.
C=A+B

=[ 21 34 53 ] + [ 13 22 17]
2+1 3+2 5+1
=[
1+ 3 4+2 3+7 ]
3 5 6
C=[
4 6 10 ]
Jadi, matriks C juga berbentuk matriks dengan ordo 2x3.
6 3 1

[ ]
2. Diketahui matriks T = 5 5 0 . Mari kita tunjukkan bahwa T + O = T dan O + T = T.
1 3 7
Matriks O dalam hal ini adalah matriks nol atau matriks yang elemen-elemennya yaitu 0.
Matriks O berordo 3x3, karena matriks tersebut akan dijumlahkan dengan matriks T yang
berordo 3x3 juga.
6 3 1 0 0 0
-
1 3 7[ ][ ]
T+O= 5 5 0 + 0 0 0
0 0 0

6+0 3+0 1+0

[ ]
= 5+0 5+0 0+0
1+0 3+0 7+0
6 3 1

[ ]
= 5 5 0
1 3 7

0 0 0 6 3 1
-
0 0 0[ ][ ]
O+T= 0 0 0 + 5 5 0
1 3 7

0+6 0+3 0+1

[ ]
= 0+5 0+5 0+0
0+1 0+3 0+7

6 3 1

[ ]
= 5 5 0
1 3 7

Maka benar bahwa penjumlahan matriks T dengan matriks O hasilnya tetap matriks T.

b. Pengurangan Matriks
Mirip dengan penjumlahan matriks, pengurangan dua atau lebih matriks
hanya dapat dilakukan jika ordo matriks-matriks tersebut sama. Pegurangan
matriks dilakukan dengan mengurangkan elemen-elemen yang seletak. Hasil
pengurangan matriks-matriks tersebut adalah sebuah matriks baru yang berordo
sama dengan ordo matriks-matriks sebelum dikurangkan. Konsep pengurangan
matriks mirip dengan penjumlahan matriks yaitu mengurangkan elemen-elemen
yang seletak.

Contoh pengurangan matriks.

1. Matriks C adalah matriks hasil pengurangan matriks A = [−62 31] dan B = [ 07 109 ]. Jika
C = A – B, maka matriks C = ….
Jawab:
Matriks A dan B sama-sama berordo 2x2 sehingga dapat dilakukan operasi pengurangan
pada kedua matriks tersebut.
C=A–B
[−62 31] - [ 07 109 ]
=

2−0 3−10
=[
−6−7 1−9 ]
2 −7
C=[
−13 −8 ]
2 −7
Jadi, matriks C = [
−13 −8 ]
dimana matriks C berordo 2x2 sama dengan ordo matriks-

matriks sebelum dikurangkan.


−1 1

3 [] []
2. Jika K = 4 dan L = −3 , maka K – L = ….
5
Jawab:
Matriks K dan L berordo 1x1.
−1 1
K–L=
[ ][ ]
4 - −3
3 5

−1−1 −1−1 −2

[ ][ ][ ]
= 4−(−3) = 4+3 = 7
3−5 3−5 −2
3. Diketahui matriks-matriks X, Y dan Z sebagai berikut.
1 2 0 −1

[ ]
X = 3 −2 , Y =
0 1
3 1
2 6 [ ]
, dan Z = 5 3
1 2 [ ]
Tentukan pengurangan-pengurangan matriks berikut:
a) X – Y b) Y – Z c) X – Z

Jawab:

Matriks X dan Z memiliki ordo yang sama, yaitu ordo 3x2. Sedangkan matriks Y
ordonya 2x2. Berdasarkan syarat bahwa matriks hanya dapat dikurangkan jika memiliki
ordo yang sama, maka hanya obsen c) yang dapat di selesaikan sedangkan obsen a) dan
b) tidak bisa karena ordo matriks X dan Y berbeda begitu juga dengan Y dan Z tidak bisa
diselesaikan karena ordonya berbeda.
Maka:

1 2 0 −1

[ ][
X – Z = 3 −2 - 5 3
0 1 1 2 ]
1−0 2−(−1)

[
= 3−5 −2−3
0−1 1−2 ]
1−0 2+1 1 3

[
= 3−5 −2−3 = −2 −5
0−1 1−2 −1 −1 ][ ] Bilangan real adalah bilanganyang
anggota-anggotanya terdiri dari
bilangan rasional dan irasional
1 3
Jadi, X – Z = −2
[−5
−1 −1 ]
c. Perkalian Skalar Matriks
Dalam aljabar matriks, bilangan rela k sering di sebut sebagai skalar. k
disini adalah suatu bilangan real.
Perkalian bilangan real terhadap matriks juga disebut sebagai perkalian skalar
dengan matriks atau perkalian antara bilangan real dengan matriks. Jika A adalah
sebuah matriks dan k adalah suatu bilangan real maka hasil perkalian scalar dan
matriks yaitu kA. kA adalah matriks baru yang diperoleh dengan mengalikan
setiap elemen pada matriks A dengan k.

Contoh:

a11 a 12 a11 a 12 k a11 ka12


Jika A = [ ]
a21 a 22
maka kA = k [
a21 a 22
= ][
k a21 ka 22 ]
Contoh perkalian scalar matriks.

1. Jika A = [−12 04], maka 3A = ….


Jawab:
Ini langsung di kerjakan seperti perkalian yaitu mengalikan bilanga real 3 dengan setiap
elemen pada matriks A.

3A = 3 [−12 04]
3x 2 3 x 0 6 0
=[ ] =[
3 x −1 3 x 4 −3 12 ]
12 8 −10 1
2. Jika C = [ ] , tentukan hasil dari C = ….
−2 −4 16 2
Jawab:
½ adalah bilangan real. Maka,
1 1 12 8 −10
2
C= x [
2 −2 −4 16 ]
1 1 1
=
1
2
[ 2
x (−2)
x 12
1
2
x (−4)
2
1
2
x8
x (−10)
2
x 16 ]
12 8 −10
=
2
−2
2
[ 2
−4
2
2
16
2
]
6 4 −5
= [ −1 −2 8 ]
6 4 −5
Jadi, hasil dari ½C = [
−1 −2 8 ]
3 2 −2 2
3. Diketahui matriks G = [ ] dan H = [
0 −1 ]
. Jika k = -1, tentukan k.(G + H) = ….
4 −1
Jawab:
Pertama selesaikan dulu operasi matriks yang di dalam kurung yaitu G + H setelah itu
baru di kalikan dengan scalar matriks yaitu k = -1.

k.(G + H) = -1. ([ 34 −12 ]+[−20 −12 ])


3+(−2) 2+2
= -1. ([ 4+ 0 −1+(−1) ])
= -1. [ 14 −24 ]
−1 −4
=[
−4 2 ]
−1 −4
Jadi, k.(G + H) = [
−4 2 ]
d. Perkalian Matriks
Sama seperti perkalian pada umumnya, jika X dikali dengan Y hasilnya
adalah XY. Pada perkalian matriks, misalkan jika matriks A dikali dengan matriks
B hasilnya adalah matriks AB. Tidak seperti pada penjumlahan dan pengurangan
matriks dimana kita tinggal melakukan operasi pada elemen-elemen yang seletak,
pada perkalian matriks kita harus melihat banyaknya kolom dan barisnya terlebih
dahulu.
Misalkan matriks Am x n dan matriks Bn x p , matriks A dapat dikalikan
dengan matriks B hanya jika banyak baris matriks A sama dengan banyak kolom
matriks B. Jika banyak kolom matriks A tidak sama dengan banyak matriks pada
matriks B maka perkalian matriks AB tidak terdefenisikan (A dan B tidak dapat
dikalikan).
Hasil perkalian matriks A berordo m × n terhadap matriks B berordo n × p
adalah suatu matriks berordo m × p. Proses menentukan elemen-elemen hasil
perkalian dua matriks dipaparkan sebagai berikut.
Perhatikan contoh berikut untuk memahami konsep di atas!

b11 b 12
a. Misalkan matriks A =
a11 a 12 a13
a21 a 22 a23 [
dan B = b21 b 22
b31 b 32
] [ ]
Banyak kolom pada matriks A yaitu 3, dan banyak baris pada matriks B yaitu 3 (seperti pada
gambar di atas). Karena banyak kolom matriks A = banyak baris matriks B, maka perkalian
keduanya dapat dilakukan.

b b
AB =
a11 a 12 a13 11 12
[ b b
a21 a 22 a23 21 22
b31 b 32
][ ]
( a 11 x b11 ) + ( a12 x b21 ) +(a13 x b31) ( a11 x b12 ) + ( a12 x b 22) +(a 13 x b 32)
=
[ ( a21 x b11 ) + ( a22 x b21 ) +(a23 x b31 ) ( a 21 x b 12) + ( a22 x b22 ) +(a23 x b32) ]
Perkalian matriks diatas dilakukan dengan:

[ baris 1matriks A x kolom 1matriks B


baris 2matriks A x kolom 1matriks B
baris1 matriks A x kolom 2 matriks B
baris2 matriks A x kolom 2 matriks B ]
Untuk matriks dengan ordo yang lain, cara perkaliannya sama yaitu mengalikan baris
dengan kolom.

Contoh Perkalian Matriks.

1. Tentukan hasil perkalian matriks [ 12 −14 ] x [−40 4 1


2 −3
. ]
Jawab:
Matriks yang pertama berordo 2x2, dan matriks yang kedua berordo 2x3. Sehingga
perkalian keduanya akan menghasilkan matriks baru dengan ordo 2x3.
1. (−4 )+ (−1 ) .0 1.4 + (−1 ) .2 1.1+ (−1 ) .(−3)
[ 12 −14 ] x [−40 4 1
2 −3
= ] [
2. (−4 ) +4.0 2.4+ 4.2 2.1+ 4.(−3) ]
−4 +0 4+(−2) 1+ 3
= [ −8+ 0 8+ 8 2+(−12) ]
2 4
= [−4
−8 16 −10 ]
2 4
Jadi, hasil kali dua matriks di atas yaitu [−4
−8 16 −10].

−3
2. Diketahui matriks G = [ 2 3
−6 1
,H=
4 −1
] [
1 0 ] []
, dan I = 2 . Tentukan perkalian berikut!
0
a) GH b) GI

Jawab:

Hanya obsen a) yang dapat diselesaikan karena banyak kolom pada matriks G sama
dengan banyak baris pada matriks H. Sementara pada matriks I memiliki 3 baris.
Berdasarkan syarat perkalian matriks, hanya obsen a) yang memenuhi syarat.

GH = [−62 31] x [ 41 −10 ]


2.4+3.1 2. (−1 )+3.0
= [ −6.4+1.1 −6. (−1 )+1.0 ]
8+3 −2+0 11 −2
= [−24+1 6+0
=] [
−23 6 ]
11 −2
Jadi, perkalian matriks G dan H yaitu GH = [−23 6 ]

e. Transpos Matriks
Misalkan ada perubahan pada posisi elemen-elemen matriks seperti
elemen baris ke-1 pada matriks A menjadi elemen kolom ke-1 pada matriks A t,
setiap elemen baris ke-2 pada matriks menjadi elemen kolom ke-2 pada matriks
At, demikian seterusnya, hingga semua elemen baris pada matriks A menjadi
elemen kolom pada matriks At. Hal inilah yang menjadi aturan menentukan
transpos matriks pada suatu matriks. Transpos suatu matriks dinotasikan dengan
At atau AT (t/T disini menunjukkan transpos matriks).
Transpos dari matriks A berorodo m x n adalah matriks yang diperoleh
dari matriks A dengan menukar elemen baris menjadi elemen kolom dan
sebaliknya, sehingga berordo n x m. Notasi transpos matriks Am x n adalah Atm x n.
a11 a21
Misal matriks D =
a11 a 12 a13
[
a21 a 22 a23 ] [ ]
, transpos matriks D yaitu D = a12 a22 .
t

a13 a 23

Baris ke-1 pada matriks D diatas menjadi kolom ke-1 pada matriks D t, demikian
pula dengan baris ke-2 matriks D menjadi kolom ke-2 matriks D t. Matriks D yang
semula berordo 2x3 menjadi ordo 3x2 pada matriks Dt.

Contoh transpos matriks.

[]
1. Jika U = 0 , maka Ut = [ 3 0 −5 ]
−5

4 1

[ ]
2. Jika S = 2 −2 , maka transpos matriks S yaitu St =
0 −3
4 2
[ 0
1 −2 −3 ]
B. Determinan dan Invers Matriks
Sebelum memasuki materi determinan dan invers matriks, pastikan siswa telah
memahami konsep matriks, elemen-elemen matriks, dan operasi matriks sebagai
prasyarat agar lebih mudah memahami determinan dan invers matriks.
1. Determinan Matriks
Determinan adalah sebuah nilai yang dapat dihitung dari elemen-elemen suatu
matriks bujur sangkar (matriks persegi). Matriks bujur sangkar atau matriks persegi
adalah matriks yang memiliki ordo n x n atau banyaknya baris sama dengan
banyaknya kolom. Dinamakan matriks persegi karena bentuk dari matriks tersebut
seperti persegi.
Dalam konsep matriks, nilai (a1.b2 – a2.b1) disebut sebagai determinan dari matriks

a1 a2 a a a a
[ ]
b1 b 2 | |
, dinotasikan dengan 1 2 atau det A, dimana matriks A = 1 2 .
b 1 b2 b1 b 2 [ ]
Notasi determinan matriks diberi seperti tanda mutlak.

Misalkan matriks A = [ ac bd ]. Determinan dari matriks A dapat dinyatakan sebagai


det A = | A| = |ac db| = ad – bc, atau ada juga yang di notasikan dengan det (A).
Determinan matriks ordo 2x2 berbeda dengan matriks ordo 3x3. (pada umumnya
untuk sekolah menengah atas materi determinan matriks hanya terbatas pada matriks
ordo 3x3).
a. Determinan Matriks Berordo 2 x 2

Jika A = ( ac db ) maka determinan matriks A adalah |A| = |ac db| = ad – bc.


a dikalikan dengan d, lalu di kurangkan dengan b yang di kali c. tanda
positif dan negatif diatas menunjukkan bahwa hasil perkalian ad positif dan hasil
perkalian bc negatif.
Contoh:

Jika Y = [ 30 −21 ], maka det (A) = |30 −21 | = 3.(-2) – 1.0 = -6 – 0 = -6.
b. Determinan Matriks Berordo 3 x 3
Pada determinan matriks ordo 3 x 3, cara determinannya tidak sama
seperti pada matriks ordo 2 x 2.
Ada beberapa cara untuk menentukan determinan matriks 3 x 3, pada
umumnya murid di ajarkan dengan metode sarrus.
Determinan matriks 3 x 3 dengan metode sarrus yaitu:

a b c

[ ]
Misalkan B = d e f , maka determinan dari matriks B yaitu:
g h i

a b ca b
| |
|B| = d e f d e
g h i g h

= aei + bfg + cdh – ceg – afh – bdi

Untuk menentukan elemen yang berada dalam lingkaran merah, itu tinggal mengikuti elemen
yang berada dalam lingkaran ungu.

Contoh determinan matriks 3 x 3 dengan metode sarrus:

2 1 0
[ ]
Jika N = 6 −2 4 , tentukan det B.
1 5 0

Jawab:

2 1 0 2 1
|
det B = |B| = 6 −2 4 6 −2
1 5 0 1 5 |
= (2 x (-2) x 0) + (1 x 4 x 1) + (0 x 6 x 5) – (0 x (-2) x 1) – (2 x 4 x 5) – (1 x 6 x 0)

= 0 + 4 + 0 – (-2) – 40 – 0

= 4 + 2 – 40 – 0
= 6 – 40

= -36

Jadi, det B = -36

Cara kedua untuk menentukan determinan matriks 3 x 3, yaitu menggunakan cara dimana
kita memakai elemen baris pertama sebagai skalar matriks lalu di kalikan dengan determinan
matriks yang di bentuk menjadi matriks 2 x 2.

a b c
| |
Jika A = d e f = a
g h i
e f
h i
-b
d f
g i
+c
d e
| | | | | |
g h

= a(ei – fh) – b(di – fg) + c(dh – eg)

= aei – afh – bdi + bfg + cdh – ceg

= aei + bfg + cdh – afh – bdi – ceg (kumpulkan yang positif dan

negatif).

Contoh:

Menggunakan soal yang sama untuk metode sarrus:

2 1 0

[ ]
Jika N = 6 −2 4 , tentukan det B.
1 5 0

Jawab:

2 1 0
|
det B = 6 −2 4 = 2
1 5 0 |
−2 4
5 0
-1
6 4
1 0|+0
6 −2
1 5 | | | | |
= 2(-2.0 – 5.4) – 1(6.0 – 4.1) + 0(6.5 – (-2).1)

= 2(0 – 20) – 1(0 – 4) + 0(20 + 2)

= 2(-20) – 1(-4) + 0(22)


= -40 + 4 + 0

= -36

Jadi, det B = -36.

Hasil det B diatas sama dengan hasil det B menggunakkan metode sarrus.

c. Jenis Matriks Berdasarkan Nilai Determinannya


Berdasarkan nilai determinannya matriks dibagi menjadi dua, yaitu matriks
singular dan matriks nonsingular.
1) Jika det suatu matriks sama dengan 0, maka matriks tersebut disebut matriks
singular.
Det (A) = 0, maka matriks A disebut matriks singular.
2) Jika det suatu matriks tidak sama dengan 0, maka matriks tersebut disebut
matriks nonsingular.
Det (A) ≠ 0, matriks A disebut matriks nonsingular.
2. Invers Matriks
a. Pengertian Invers Matriks
Pada teori dasar matriks, bahwa tidak ada operasi pembagian pada matriks tetapi yang
ada adalah invers matriks atau kebalikan matriks. Apa itu invers matriks? Misalkan A
dan B merupakan dua matriks persegi yang berordo sama. Jika matriks A dan B
memenuhi hubungan AB = BA = I (matriks I adalah matriks Identitas), maka
dikatakan A dan B merupakan dua matriks yang saling invers (saling berkebalikan).
Matriks B disebut invers perkalian dari matriks A dan dinotasikan dengan A -1.
Matriks A disebut invers perkalian dari matriks B dan dinotasikan dengan B-1.
Contoh:

Jika A =(35 12) dan B = (−52 −13 ) maka:


3 1 2 −1 1 0 2
AB = (
5 2) (−5 3 ) (0 1 )
= = I dan BA = (
−5
−1
3 ) (35 12) = (10 01) = I
Oleh karena berlaku AB = BA = I maka A dan B merupakan dua matriks yang saling

invers. Invers dari matriks A adalah A -1 = B = (−52 −1


3 )
dan invers dari matriks B

adalah B-1 = A = (35 12).


b. Rumus Invers Matriks
Seperti pada determinan matriks yang berlaku pada matriks persegi dengan ordo
sama, maka pada rumus invers matriks juga hanya berlaku pada matriks persegi
(Umumnya di sekolah siswa hanya di ajarkan rumus invers matriks dengan ordo 2 x
2 dan 3 x 3).
1) Rumus Invers Matriks Berordo 2 x 2

Jika A = ( ac db ) maka invers dari matriks A adalah:


1 d −b 1 d −b
A-1 = (
det ( A ) −c a
=)ad−bc −c a ( )
dengan syarat det (A) = ad – bc ≠ 0. Jika det (A) = 0 (A merupakan matriks
singular), matriks A tidak mempunyai invers. Atau dapat di katakana bahwa
matriks singular itu tidak mempunyai invers.

(−cd −b
a )
diseut adjoin matriks A dan dinotasikan dengan Adjoin A.

Salah satu sifat dari invers matriks adalah A-1.A = A.A-1 = I.


2) Rumus Invers Matriks Berordo 3 x 3
Rumus invers matriks 3 x 3 dapat menggunakan cara atau metode kofaktor.
METODE KOFAKTOR
Terlebih dahulu kita harus memahami tentang minor suatu matriks. Minor
adalah determinan dari submatriks-submatriks. Minor-minor tersebut menyusun
sebuah matriks yaitu matriks kofaktor. Minor suatu matriks A dilambangkan
dengan Mij, adalah determinan matriks bagian dari A yang diperoleh dengan cara
menghilangkan entry-entry pada baris ke-i dan kolom ke-j.
Jika A adalah sebuah matriks persegi berordo n x n, maka minor entry a ij yang
dinotasikan dengan Mij, didefinisikan sebagai dari submatriks A yang berordo (n
– 1) x (n – 1) setelah baris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan.
a11 a 12 a13

[
Misalkan matriks A = a21 a 22 a23
a31 a 32 a33 ]
a11 a 12 a13

[ ]
Minor a11 adalah determinan a21 a 22 a23 (hilangkan atau anggap yang dalam
a31 a 32 a33

lingkaran biru tidak ada).


a 22 a23
sehingga M11 = |a32 a33 |
M11, M12,dan M13 merupakan submatriks hasil ekspansi baris ke-1 dari matriks A.
Kofaktor suatu elemen baris ke-I dan kolom ke-j dari matriks A dilambangkang
kij = (-1)i + j |Mij| = (-1)ij det (Mij).
Maka matriks kofaktor A yaitu:

a22 a23 a12 a13 a12 a13


| | | | | |
[ ]
+ − +
a32 a33 a32 a33 a22 a23
a21 a23 a11 a13 a 11 a13
K(A) = − |
a31 a33 | | +
a31 a33 | |

a21 a23 |
a21 a22 a11 a12 a 11 a12
+
|
a31 a32 | | −
a31 a32 | |
+
a 21 a22 |
Matriks adjoin dari matriks A adalah transpos dari kofaktor-kofaktor matriks
tersebut, dilambangkan dengan Ad(A) = (kij)t, yaitu:
k 11 k 12 k 13

(
Adj(A) = k 21 k 22 k 23
k 31 k 32 k 33 )
Nilai adj(A) ini yang nantinya digunakan dalam invers matriks. Rumus invers
matriks 3 x 3 sebagai berikut:
a b c
( )
Jika A = d e f maka invers dari matriks A adalah:
g h i

1
A-1 = Adj (A)
det ( A )
dengan

det (A) = |A| = aei + bfg + cdh – ceg – afh – bdi

|eh fi| −|bh ci| +|be cf |


[ ]
+

d f +a c −a c
Adj (A) = −|
g i | |g i | |d f |
+|d e| −|a b| +|a b|
g h g h d e

Contoh Soal Determinan dan Invers Matriks

1. Tentukan determinan matriks berikut ini.


2 3 5
a. A =
5 −6
[
8 4 ] [ ]
c. G = 1 2 4
3 2 3

b. D = [ 43x −2 x
7 ]
Jawab:

a. Det (A) = [ 58 −64 ] = 5.4 – (-6).8 = 20 – (- 48) = 20 + 48 = 68


4 x −2 x
Det (D) = [
7 ]
b. = 4x.7 – (-2x).3
3
= 28x – (-6x) = 28x + 6x = 34x
2 3 5

[ ]
c. G = 1 2 4
3 2 3

2 3 5 2 3
| |
Det G = 1 2 4 1 2
3 2 3 3 2

= (2 x 2 x 3) + (3 x 4 x 3) + (5 x 1 x 2) – (5 x 2 x 3) – (2 x 4 x 2) – (3 x 1 x 3)
= 12 + 36 + 10 – 30 – 16 – 9

=3

2. Diketahui matriks A = ( 4x −1
−2)
dan matriks B = (
−3
2y
3
−1 )
. Determinan matriks A + B

adalah 7. Nilai 2x + 4y = ….
Jawab:
Pertama kita harus menentukan penjumlahan matriks A + B terlebih dahulu.

 A+B= ( 4x −1 +
−3
−2) ( 2 y
3
−1 )
1 2
=(
x +2 y −3 )
Setelah itu hasil dari matriks A + B di determinankan, diketahui bahwa hasil dari
det(A+B) = 7, maka:

 Det (A + B) = ( x +21 y 2
−3 )
7 = 1.(-3) – 2.(x + 2y)
7 = -3 – 2x - 4y → kedua ruas ditambah 3, maka:
7 + 3 = -3 – 2x – 4y + 3
10 = -2x – 4y → kedua ruas dikali -1, maka:
-10 = 2x + 4y
Jadi, nilai 2x + 4y = -10

−2 6 1
3. Determinan matriks A =
( )
1
2
4 adalah p. Determinan matriks B = 4
−5
−2 −16 (
adalah
)
q. Nilai 2p – q = ….
Jawab:
Pertama, kita mencari nilai determinan matriks A dan nilai determinan matriks B.
−2 6

( ) 1
Det (A) = 1 4 = (-2).4 – 6. = -8 – 3 = -11
2
2

Maka nilai dari det A = -11, atau nilai p = -11.


1
 Det (B) = 4
(
−5
−2 −16
1
)
= .(-16) – (-5).(-2) = -4 – 10 = -14
4

Maka nilai det B = -14, atau q = -14.


Setelah itu kita mencari nilai 2p – q =….
2p – q = 2(-11) – (-14)
= -22 + 14
= -8
Jadi, nilai dari 2p – q = -8.

4. Diketahui matriks D = (12 23), B = (−12 10 ), dan matriks P = B – D. Determinan matriks


P adalah….
Jawab:
Cari matriks P dahulu.
P=B–D

= (−12 10 ) - (12 23) = (−31 −1


−3 )
Kemudian baru kita dapat mencari determinan matriks P.

det P = (−31 −1
−3 )
= 1.(-3) – (-1)(-3)
= -3 – 3
= -6
Jadi, det P = -6.

5. Diketahui matriks A = (−65 21 ) dan B = (−23 −4


2 )
. Tentukan determinan matriks C dan

D berikut.
a. C = 2A + B
b. D = A – BT

Jawab:

a. Pertama cari dulu matriks C.


C = 2A + B

=2 (−65 21) + (−23 −4


2 )
−12 4 3 −4
=( ) +(
10 2 −2 2 )
−9 0
=(
8 4)
Determinan matriks C yaitu,

det C = (−98 04 ) = (-9)4 – 0.8 = -36 -0 = -36


Jadi, determinan matriks C yaitu -36
b. Cari dulu matriks D.
D = A – BT

=(−65 21) - (−43 −2


2 )
−9 4
=(
9 −1 )
Determinan matriks D yaitu,

Det D = (−99 −14 ) = (-9).(-1) – 4.9 = 9 – 36 = -27


Jadi, determinan matriks D yaitu -27

6. Diketahui P = (12 −14 ), Q = (50 31 ), dan R = (13 14). Determinan matriks (P + Q – 2R)
adalah ….
Jawab:
Pertama cari dulu matriks P + Q – 2R.

P + Q - 2R = (12 −14 ) + (50 31) - 2(13 14)


6 7 2 2
=( ) -(
2 0 6 8)
4 5
=(
−4 −8 )
Setelah itu baru dapat mencari nilai det matriks P + Q – 2R.
Det (P + Q - 2R) = (−44 5
−8 )
= 4.(-8) – 5.(-4)
= -32 – (-20)
= -32 + 20
= -12
Jadi, det (P + Q - 2R) = -12
−2 1 0 1 0 −3
( T
7. Diketahui matriks A = 3 −1 4 dan B = 2
0 0 −6 )
1
−4 −3 2 (
1 . Determinan matriks C
)
= A – B adalah ….
Jawab:
Pertama kita cari dulu matriks C. (lihat kembali materi transpos untuk menentukan
matriks B).
−2 1 0 1 2 −4
C=A–B= 3
0
−1 4
0 −6(- 0 1 −3
−3 1 2 )( )
−3 −1 4
(
= 3 −2 7
3 −1 −8 )
Maka determinan matriks C yaitu,
−3 −1 4 −3 −1
|
Det C = 3 −2 7 3 −2
3 −1 −8 3 −1 |
= (-3 x (-2) x (-8)) + (-1 x 7 x 3) + (4 x 3 x (-1)) – (4 x (-2) x 3) – (-3 x 7 x (-1)) -
(-1 x 3 x (-8))
= -48 + (-21) + (-12) – (-24) – 21 – 24
= -81 + 24 – 21 - 24
= -102
Jadi, det C = -102
8. Diketahui matriks A = (−13 −11 ), B = (21 15), dan matriks C = B – A. Invers matriks C
adalah ….
Jawab:
Matriks C,

C=B–A= (21 15) - (−13 −11 ) = (−12 24 )


Sebelum mencari invers matriks C, terlebih dahulu kita cari determinan matriks C.

Det C = (−12 24 ) = (-1).4 – 2.2 = -4 – 4 = -8


Maka invers matriks C yaitu,
1 d −b
C-1 = (
det (C) −c a)
1 4 −2
−8 (−2 −1 )
=

4 −2
=
( )
−8
−2
−8
−8
−1
−8

−1 1
=
( )
2
1
4
4
1
8

−1 1
Jadi, invers matriks C yaitu C-1 =
2
1
4
( ) 4
1
8

9. Diketahui matriks P = ( 42 5
x−1 )
. Jika determinan matriks PT adalah -2, tentukan invers

matriks P.
Jawab:

 PT = ( 45 2
x−1 )
 Det PT = ( 45 2
x−1 )
-2 = 4(x – 1) – 2.5
-2 = 4x - 4 – 10
-2 = 4x – 14
-2 + 14 = 4x
4x = 12
4x 12
=
4 4
x=3
substitusikan x = 3 ke dalam nilai x agar dapat menemukan matriks P.

P= ( 42 5
x−1
=
4 5
) (
2 3−1
=
4 5
2 2) ( )
Det P = ( 42 52)
= 4.2 – 5.2
= 8 – 10
= -2

Jadi, matriks P = ( 42 52). Kemudian kita cari invers matriks P,


1 d −b
det (P) −c a )
(
P-1 =

1 2 −5
−2 (−2 4 )
=

2 −5

( )(
5
=
−2
−2
−2
−2
4
−2
=
−1
2
1 −2 )
5
Jadi, invers matriks P adalah P-1 =
(
−1
1
2
−2)
10. Jika matriks A = (−21 −13 ) dan B = (01 12) maka (AB) -1
– AT adalah ….

Jawab:
Pertama cari dulu matriks AB.

AB =(−21 −13 ) (01 12)


−2.0+3.1 −2.1+3.2
=(
1.0+ (−1 ) .1 1.1+ (−1 ) .2)
0+3 −2+ 6
=(
0+(−1) 1+(−2) )
3 4
=(
−1 −1)
3 4
Det (AB) = (
−1 −1)
= 3.(-1) – 4.(-1) = -3 – (-4) = -3 + 4 = 1

Invers matriks AB-1 yaitu,


1 d −b
AB-1 = (
det ( AB) −c a )
1 −1 −4
= (
1 1 3 )
−1 −4
=
1
1
1
( )( 1
3
1
=
−1 −4
1 3 )
Maka sekarang kita sudah dapat mencari AB-1 – AT yaitu,

AB-1 – AT = (−11 −43 ) - (−23 −11 )


1 −5
=(
−2 4 )
1 −5
Jadi, AB – A = (
−2 4 )
-1 T

2 −1 4 5 −5 −3
11. Diketahui A = (
0 4 )
,B =(
2 1)
T
, dan C = ( )
. Tentukan:
0 −1
a. Invers dari A + B
b. Invers dari BT – C

Jawab:

a. Selesaikan matriks A + B terlebih dahulu.


A+B= (20 −14 ) + ( 45 21)
6 1
=(
5 5)
6 1
Det (A + B) = (
5 5)
= 6.5 – 1.5 = 30 – 5 = 25

Invers matriks A + B yaitu,


1 d −b
(A + B)-1 = (
det ( A + B) −c a )
1 5 −1
= (
25 −1 6 )
5 −1
=
25
−1
25
( ) 25
6
25

5 −1
Jadi, invers dari A + B adalah
25
−1
25
( ) 25
6
25
.

b. Selesaikan matriks BT - C terlebih dahulu.

BT – C =( 42 51) - (−50 −3−1 )


9 8
=(
2 2)
9 8
Det B – C = (
2 2)
T
= 9.2 – 8.2 = 18 – 16 = 2

Invers matriks BT – C yaitu,


1 d −b
(BT – C)-1 = ( T
det (B −C ) −c a )
1 2 −8
= (
2 −2 9 )
2 −8

( )(
1 −4
=
2
−2
2
2
9
2
=
−1
9
2 )
1 −4
T
(
Jadi, invers dari B – C adalah
−1
9 .
2 )

Anda mungkin juga menyukai