Anda di halaman 1dari 21

Makalah Kelompok

PERANAN GURU BIDANG STUDI PADA SETIAP SUBSTANSI

MANAJEMEN PENDIDIKAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

PROFESI KEPENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Bapak Akden Simanjuntak

OLEH :

KELOMPOK 8

 KHADIJAH HAIRANI 1163311046


 RAHMADINA DALIMUNTHE 1163311062
 RIFKA KHOIRIAH PANE 1163311083

PGSD B-MANDIRI 2016

JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR


PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Dengan


pertolongan, Hidayah dan Inayah-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini sebagai bahan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Profesi Kependidikan, yang
dibimbing oleh Bapak Akden Simanjuntak, selaku dosen untuk mata kuliah ini. Makalah ini
membahas tentang bagaimana cara-cara pengoperasian rumus di Peranan Guru Bidang Studi
Pada Setiap Substansi Manajemen Pendidikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena masih banyak


kekurangan yang ada dalam penyusunan makalah ini.

Namun demikian, kami telah berusaha semaksimal mungkin dengan seluruh kemampuan


yang kami miliki untuk menyelesaikan makalah ini dengan sempurna. Untuk itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari para pembaca demi
kesempurnaan  dalam penyusunan makalah dikemudian hari. Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan bagi para pembaca
umumnya dan kami penulis khususnya.

Medan, 14 April 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................. i

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

2.1 Tugas Guru Sebagai Profesi...................................................................... 3

2.2 Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum.......................................... 4

2.3 Peran Guru dalam Manajemen Perilaku Siswa dan Pengelolaan Peserta

Didik......................................................................................................... 8

2.4 Peran Guru Bidang Studi sebagai Pendidik dan Tenaga Kependidikan..... 9

2.5 Peran Guru Bidang Studi dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana..... 11

2.6 Peran Guru Bidang Studi dalam Pengelolaan Keuangan........................... 12

2.7 Peran Guru Bidang Studi dalam Layanan Khusus..................................... 13

2.8 Hubungan Sekolah dan Masyarakat dan Peranan Guru Membangunnya... 15

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 17

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 17

3.2 Saran......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian.
Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih
berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa
Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru. Jenis ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan,
tetapi pada kenyataannyasekarang ini banyak yang bukan lulusan kependidikan menjadi guru
yang seharusnya profesi guru dipegang oleh orang dari lulusan pendidikan.Hal ini
dikarenakanorang yang dari non-kependidikan dapat mengambil akta IV dengan leluasa
sehingga dapat mengajar disuatu lembaga pendidikan, itu sebabnya sekarang jenis profesi
guru ini paling mudah terkena pencemaran karena sembarang orang dapat menjadi guru dan
mengajar.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana peranan guru bidang studi dalam pengembangan kurikulum ?


2. Bagaimana peranan guru bidang studi dalam manajemen peserta didik ?
3. Bagaimana peranan guru bidang studi dalam menjadi pendidik ataupun tenaga
kependidikan ?
4. Bagaimana peranan guru bidang studi dalam pengembangan sarana dan prasarana
sekolah ?
5. Dan Lain-lainnya.

1
1.3 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bagaimana peranan guru bidang studi dalam pengembangan


kurikulum ?
2. Untuk mengetahui bagaimana peranan guru bidang studi dalam manajemen peserta
didik ?
3. Untuk mengetahui bagaimana peranan guru bidang studi dalam menjadi pendidik ataupun
tenaga kependidikan ?
4. Untuk mengetahui bagaimana peranan guru bidang studi dalam pengembangan sarana
dan prasarana sekolah ?
5. Dan Lain-lainnya.

1.4 MANFAAT PENULISAN

1. Bagi penulis, Makalah ini memberikan manfaat yang sangat besar, karena dengan adanya
penyusunan Makalah mengenai Peranan Guru Bidang Studi Pada Setiap Substansi
Manajemen Pendidikan, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai tentang
aturan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hak dan Kewajiban.
2. Bagi pembaca, Makalah ini dapat memberikan wawasan mengenai Peranan Guru Bidang
Studi Pada Setiap Substansi Manajemen Pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tugas Guru Sebagai Profesi

Guru merupakan unsur yang harus ada dalam proses belajar mengajar. Undang-
undang RI no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 bab I,  menjelaskan bahwa guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Jika mengacu kepada pengertian guru menurut Undang-Undang tersebut berarti guru
termasuk kepada jenis pendidik profesional karena ada hanya pada pendidikan jalur formal,
dan diemban karena  jabatan yang diterimanya.
Menurut Makagiansar, M. (1996) dalam www.sarjanaku.com,  profesi guru adalah
orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru
dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan
keguruan tertentu.
Dari penjelasan diatas dipaparkan jelas bahwa guru sebagai pekerjaan profesi itu
harus menempuh pendidikan keguruan tertentu terlebih dahulu, serta dalam pelaksanaan
profesinya guru harus mengabdi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa
memperhitungkan imbalan materi.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan-
ketrampilan pada siswa.
Tugas guru sebagai seorang seorang pendidik atau pengajar memiliki konsekuensi
untuk memiliki peran-peran tertentu dalam kaitannya dengan manajemen sekolah. Peran
tersebut meliputi peran guru dalam proses belajar mengajar yang sering disebut dengan
manajemen kelas, peran guru dalam pengadministrasian, peran guru secara pribadi dan peran
guru secara psikologis.

3
2.2 Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum
Kurikulum memiliki dua sisi yang sama penting, yaitu kurikulum sebagai dokumen
dan kurikulum sebagai implementasi. Sebagai sebuah dokumen, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi merupakan realisasi dari dokumen
dalam bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Keduanya merupakan dua hal yang tidak
terpisahkan, ada kurikulum berarti ada pembelajaran, dan sebaliknya ada pembelajaran ada
kurikulum.
            Implementasi kurikulum memerlukan seseorang yang berperan sebagai pelaksananya.
Guru merupakan faktor penting dalam implementasi kurikulum karena ia merupakan
pelaksana kurikulum. Karena itu guru dituntut memiliki kemampuan untuk
mengimplementasikannya karena tanpa itu kurikulum tidak akan bermakna sebagai alat
pendidikan. Dan sebaliknya pembelajaran tidak akan efektif tanpa kurikulum sebagai
pedoman. Dengan demikian guru menempati posisi kunci dalam implementasi kurikulum.
Selanjutnya dalam proses pengembangan kurikulum peran guru lebih banyak dalam
tataran kelas. Murray Print (1993) mengemukakan peran guru dalam tingkatan tersebut
sebagai berikut :
     Sebagai implementer, guru berperan untuk mengaplikasikan kurikulum yang sudah
ada. Di sini guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum. Guru tidak
memiliki kesempatan baik untuk menentukan isi kurikulum maupun menentukan target
kurikulum. Peran guru hanya sebatas menjalankan kurikulum yang telah disusun. Peran ini
pernah dilaksanakan di Indonesia saat sebelum reformasi, yaitu guru sebagai implementator
kebijakan kurikulum yang disusun secara terpusat, dituangkan dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran (GBPP). Dalam GBPP yang berbentuk matrik telah ditentukan dari
mulai tujuan yang harus dicapai, materi pelajaran yang harus disampaikan, cara yang harus
dilakukan, hingga alokasi waktu pelaksanaan. Dalam pengembangan kurikulum guru
dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya bertanggung jawab dalam mengimplementasikan
berbagai ketentuan yang ada. Kurikulum bersifat seragam, sehingga apa yang dilakukan guru
di Indonesia bagian timur sama dengan apa yang dilakukan guru di Indonesia bagian barat.
Dengan terbatasnya peran guru di sini, maka kreatifitas guru dan inovasi guru dalam
merekayasa pembelajaran tidak berkembang. Guru tidak ada motivasi untuk melakukan
berbagai pembaruan. Mengajar mereka anggap sebagai tugas rutin dan keseharian, dan bukan
sebagai tugas profesional.

4
     Sebagai adapters, dimana guru lebih dari hanya sebagai pelaksana kurikulum, akan
tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik dan kebutuhan siswa dan
kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk menyesuaikan kurikulum yang sudah ada
dengan karakteristik sekolah dan kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan
KTSP dimana para perancang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar
minimal yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktu pelaksanaannya, dan
hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru. Dengan demikian, peran guru
sebagai adapters lebih luas dibandingkan dengan peran guru sebagai implementers.

    Sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki kewenangan dalam mendesain


sebuah kurikulum. Guru tidak hanya bisa menentukan tujuan dan isi pelajaran yang akan
disampaikan, tetapi bahkan dapat menentukan strategi apa yang harus dikembangkan
dan bagaimana mengukur keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum guru sepenuhnya
dapat menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, misi dan visi sekolah/madrasah, serta
sesuai dengan pengalaman belajar yang diperlukan anak didik. Dalam KTSP peran ini dapat
dilihat dalam pengembangan kurikulum muatan lokal. Dalam pengembangan kurikulum
muatan lokal, sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing satuan pendidikan, karena itu
kurikulum yang berkembang dapat berbeda antara lembaga yang satu dengan lembaga yang
lainnya.
        Sebagai peneliti kurikulum (curriculum researcher). Peran ini dilaksanakan sebagai
bagian dari tugas professional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan
kinerjanya sebagai guru. Dalam peran ini guru memiliki tanggung jawab untuk menguji
berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji bahan-bahan kurikulum, menguji
efektivitas program, strategi maupun model pembelajaran, termasuk mengumpulkan data
tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum. Salah satu metode yang dianjurkan
dalam penelitian adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yakni metode penelitian
yang berangkat dari masalah yang dihadapi guru dalam implementasi kurikulum. Melalui
PTK, guru berinisiatif melakukan penelitian sekaligus melaksanakan tindakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, PTK merupakan salah satu metode
yang tidak hanya menambah wawasan guru dan menambah profesionalismenya, tetapi secara
terus-menerus dapat meningkatkan kualitas kinerjanya.

5
Dilihat dari segi pengelolaannya, pengembangan kurikulum dapat dibedakan
antara lain yang bersifat sentralisasi, desentralisasi dan sentral-desentral :
1.       Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi
Dalam kurikulum yang bersifat sentralisasi, guru tidak mempunyai
peranan. Kurikulum  makro disusun oleh tim khusus yang terdiri atas para ahli. Penyusunan
kurikulum mikro dijabarkan dari kurikulum makro. Guru menyusun kurikulum dalam
bidangnya untuk jangka waktu satu tahun, satu semester, beberapa minggu, atau beberapa
hari saja.
Kurikulum untuk satu tahun disebut prota, dan kurikulum untuk  satu semester disebut
dengan promes. Sedangkan kurikulum untuk beberapa minggu, beberapa hari disebut
Rencana Pembelajaran. Program tahunan, program semester ataupun rencana pembelajaran
memiliki komponen-komponen yang sama yaitu tujuan, bahan pelajaran, metode dan media
pembelajaran dan evaluasi hanya keluasan dan kedalamannya berbeda-beda. Tugas guru
adalah menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan menyusun bahan pelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memilih metode dan
media mengajar yang bervariasi serta menyusun metode dan alat yang tepat. Suatu kurikulum
yang tersusun secara sistematis dan rinci akan sangat memudahkan guru dalam
implementasinya. Walaupun kurikulum sudah tersusun dengan terstruktur, tapi guru masih
mempunyai tugas untuk mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-
penyesuaian. Implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreatifitas,
kecakapan, kesungguhan dan ketekunan guru. Guru juga berkewajiban untuk menjelaskan
kepada para siswanya tentang apa yang akan dicapai dengan pengajarannya, membangkitkan
motivasi belajar, menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif serta memberikan pengarahan
dan bimbingan.

2. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisasi


            Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu
dalam suatu wilayah atau daerah. Kurikulum ini diperuntukan bagi suatu sekolah ataupun
lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum semacam ini didasarkan oleh atas
karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah-sekolah tersebut.
Dengan demikian, isi daripada kurikulum sangat beragam, tiap sekolah atau wilayah
mempunyai kurikulum sendiri tetapi kurikulum ini cukup realistis.

6
            Bentuk kurikulum ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara
lain : pertama, kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
setempat. Kedua,kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah baik kemampuan
profesional, finansial dan manajerial. Ketiga, disusun oleh guru-guru sendiri dengan
demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya. Keempat, ada motivasi kepada sekolah
(kepala sekolah, guru), untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum
yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam
pengembangan kurikulum. Beberapa kelemahan kurikulum ini adalah: 1) tidak adanya
keseragaman untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi persatuan dan kesatuan
nasional, bentuk ini kurang tepat. 2) tidak adanya standart penilaian yang sama sehingga
sukar untuk diperbandingkannya keadaan dan kemajuan suatu sekolah/ wilayah dengan
sekolah/ wilayah lainnya. 3) adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa kesekolah/
wilayah lain. 4) sukar untuk mengadakan pegelolaan dan penilaian secara nasional.5) belum
semua sekolah/ daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan
kurikulum sendiri.

3. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentral- Desentral


          Untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk kurikulum tersebut, bentuk campuran antara
keduanya dapat digunakan yaitu bentuk sentral-desentral. Dalam kurikulum yang dikelola
secara sentralisasi-desentralisasi mempunyai batas-batas tertentu juga, peranan guru dalam
pengembangan kurikulum lebih besar dibandingkan dengan yang dikelola secara sentralisasi.
Guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaraban kurikulum induk ke dalam
program tahunan/ semester/ atau rencana pembelajaran, tetapi juga di dalam menyusun
kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalam
merumuskan dalam setiap komponen dan unsur dari kurikulum. Dalam kegiatan yang seperti
itu, mereka mempunyai perasaan turut memilki kurikulum dan terdorong untuk
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam pengembangan
kurikulum. Karena guru-guru sejak awal penyusunan kurikulum telah diikutsertakan, mereka
memahami dan benar-benar menguasai kurikulumnya, dengan demikian pelaksanaan
kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat dan lancar. Guru bukan hanya berperan sebagi
pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga
pelaksana serta evaluator kurikulum.

7
Jadi, pada intinya adapun peran guru dalam administrasi kurikulum yaitu menyusun
sebuah kurikulum sebagai pedoman proses kegiatan belajar dan mengajar dalam sebuah
instansi guna mensukseskan dan memperlancar kegiatan yang bermanfaat di instansi tersebut.

2.3 Peranan Guru dalam Manajemen Perilaku Siswa dan Pengelolaan Peserta Didik
Dalam keseharian tugas dinasnya bahwa siswa paling banyak berhubungan dengan
guru dan demikian juga sebaliknya merupakan perwajahan sekolah yang dapat dilihat dengan
mata telanjang. Dalam tugas kesehariannya, guru berhadapan dengan siswa yang tinggi,
sedang atau rendah prestasi akademiknya. Dia pun berhadapan dengan siswa yang baik-baik
dan santun, arogan, cuek, pengganggu, bahkan siswa yang pernah melakukan tindakan
kriminal. Juga siswa yang kuat, sedang, atau lemah fisiknya. Belum lagi manakala keragaman
itu dilihat dari perspektif sosial, ekonomi, kultur, kebiasaan, agama, kepeduliaan dan
sebagainya.

Siswa yang bermasalah biasanya menjadi beban tambahan sekaligus sumber


kepeduliaan utama bagi guru. Bahkan, siswa yang bermasalah ini menjadi pusat perhatian
utama  para guru, administrator, orang tua, bahkan publik. Guru seringkali merasa jengkel
melihat anak didiknya tampil jauh dari norma-norma keterpelajaran. Kemauan guru untuk
“memintarkan” dan “memanusiakan” anak ketika ia berada di sekolah, hal itu akan
menghasilkan produk yang sia-sia manakala ia dirumah dan di masyarakat, mereka justru
terkondisi dengan perilaku desktruktif atau perilaku menyimpang. Akan tetapi kondisi anak
seperti itu akan menjadi peluang bagi guru untuk mengelola kelasnya secara efektif bagi
penciptaan faktor yang mempengaruhi motivasi, prestasi, dan perilaku siswa. Disini pula,
manajemen sekolah menduduki posisi mayor dalam keseluruhan spektrum kegiatan
pembelajaran.
Contoh-contoh kenakalan dan perilaku menyimpang dari para siswa itu beragam,
mulai dari membuang sampah permen karet di gang-gang sekolah, berisik, mencuri,
berkelahi, tidak dispilin dalam belajar, sering bolos, hingga menjadi pecandu obat-obat
terlarang. Gejala ini membuat banyak guru yang menjadi “ogah-ogahan” dalam mengajar,
berkonflik dengan siswa, stress, terganggu emosi. Keadaan negatif yang dirasakan ini sangat
mengganggu siswa. Menurut Gump (1967) menjelaskan bahwa lebih dari separuh waktu
sekolah digunakan oleh guru untuk mengajar. Selebihnya, waktu sekolah digunakan untuk
menjalankan fungsi manajemen, seperti mengorganisasi dan menata siswa untuk kegiatan

8
belajar (23 %), menangani siswa yang berperilaku menyimpang (14%), dan selebihnya (12%)
menangani siswa bermasalah secara individual.
Mengapa siswa cenderung berperilaku buruk? Ada banyak faktor yang menyebabkan
antara lain ; faktor sosial, ekonomi, kultural, agama, jenis kelamin, ras, tempat tinggal,
perbedaan potensi kognitif, kesehatan, dan faktor sekolah sendiri
2.4 Peran Guru Bidang Studi Sebagai Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidik dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 didefinisikan dengan


tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2 dikatakan


bahwa Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-
tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan
(supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu
menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan
masyarakat.

Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-
tugas memberi bantuan dan dorongan, tugas-tugas pengawasan dan pembinaan serta tugas-
tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap
aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini
berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman lebih lanjut. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan
pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol
setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma
yang ada.

Model pembelajaran berkarakter :

9
1. Pembiasaan, adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar
sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan.
2. Keteladanan, memiliki fungsi untuk membentuk kepribadian anak guna menyiapkan
dan mengembangkan SDM.
3. Pembinaan disiplin peserta didik, guru harus mampu menumbuhkan disiplin peserta
didik, terutama disiplin diri (self-discipline).
Sedangkan Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjangPenyelenggaraan Pendidikan. Yang termasuk ke dalam tenaga
kependidikan adalah: kepala satuan pendidikan; pendidik; dan tenaga kependidikan lainnya.
Kepala Satuan Pendidikan yaitu orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk
memimpin satuan pendidikan tersebut.
Kepala Satuan Pendidikan harus mampu melaksanakan peran dan tugasnya
sebagai edukator, manajer,administrator, supervisor, leader, inovator, motivator, figur danme
diator (Emaslim-FM) Istilah lain untuk Kepala Satuan Pendidikan adalah: Kepala
Sekolah, Rektor, Direktur, serta istilah lainnya. Sedangkan pendidik atau di Indonesia lebih
dikenal dengan pengajar, adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik. Pendidik
mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya yaitu: Guru, Dosen, Konselor, Pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,Ustadz, dan sebutan lainnya.
Tenaga Kependidikan lainnya ialah orang yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan, walaupun secara tidak langsung terlibat dalam proses
pendidikan, diantaranya:
a.     Wakil-wakil/Kepala urusan umumnya pendidik yang mempunyai tugas tambahan dalam
bidang yang khusus, untuk membantu Kepala Satuan Pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan pada institusi tersebut. Contoh: Kepala Urusan Kurikulum.
b.     Tata usaha, adalah Tenaga Kependidikan yang bertugas dalam bidang administrasi
instansi tersebut. Bidang administrasi yang dikelola diantaranya;Administrasi surat menyurat
danpengarsipan,Administrasi Kepegawaian,Administrasi PesertaDidik,Administrasi Keuanga
n, Administrasi Inventaris dan lain-lain.
c.      Laboran, adalah petugas khusus yang bertanggung jawab terhadap alat dan bahan
di Laboratorium.
d.      Pustakawan, Pelatih ekstrakurikuler, Petugas keamanan (penjaga sekolah), Petugas
kebersihan, dan lainnya.

10
Adapun peran guru dibidang tenaga kependidikan pegawai sekolah, yaitu :

1. Membuat buku induk pegawai

2. Mempersiapkan usul kenaikan pangkat pegawai negeri, prajabatan, Karpeg, cuti pegawai,
dan lain – lain.

3. Membuat inventarisasi semua file kepegawaian, baik kepala sekolah, guru, maupun tenaga
tata administrasi.

4. Membuat laporan rutin kepegawaian harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.

5. Membuat laporan data sekolah dan pegawai.

6. Mencatat tenaga pendidik yang akan mengikuti penataran.

7. Mempersipkan surat keputusan Kepala Sekolah tentang proses KBM, surat tugas, surat
kuasa, dan lain – lain.

2.5 Peran Guru Bidang Studi dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana

Prasarana dan sarana pendidikan adalah semua benda yang bergerak maupun tidak
bergerak, yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan belajar-mengajar baik secara
langsung maupu tidak langsung. Administrasi prasarana dan sarana pendidikan merupakan
keseluruhan perencanaan pengadaaan, pendayagunaan dan pengawasan prasarana peralatan
yang digunakan untuk menunjang pendidikan agar tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
dapat dicapai.

Salah satu contoh sarana dan prasarana pendidikan yang langsung digunakan dalam
pembelajaran adalah media pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala macam sarana
yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran guna menopang
pencapaian hasil belajar (Sudarma dan Parmiti, 2007 : 5)

Kebijakan pemerintah tentang pengelolaan sarana dan prasarana sekolah tertuang di


dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 45 ayat (1) yaitu ”setiap satuan
pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi
keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik.” (Mohammad
Syaifuddin, 2007 : 2.36).

11
Adapun peran guru dalam administrasi sarana prasarana sekolah:

1. Terlibat dalam perencanan pengadaan alat bantu pengajaran


2. Terlibat dalam pemanfaatan dan pemeliharaan alat bantu pengajaran yang digunakan guru.
3. Pengawasan dalam penggunaan alat praktek oleh siswa

2.6 Peran Guru Bidang Studi dalam Pengelolaan Keuangan

Penanggung jawab biaya pendidikan adalah kepala sekolah namun demikian, guru
diharapkan ikut berperan dalam administrasi biaya ini meskipun menambah beban mereka,
juga memberikan kesempatan untuk ikut serta mengarahkan pembiayaan itu untuk perbaikan
proses belajar mengajar.

Administrasi keuangan meliputi kegiatan perencanaan, penggunaan, pencatatan data,


pelaporan dan pertanggung jawaban dana yang dialokasikan untuk penyelenggaraan sekolah.
Tujuan administrasi ini adalah untuk mewujudkan suatu tertib administrasi keuangan,
sehingga pengurusannya dapat dipertanggung jawaban sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Beberapa peran guru dalam administrasi keuangan ini meliputi:

1. Membuat file keuangan sesuai dengan dana pembangunan.


2. Membuat laporan data usulan pembayaran gaji, rapel ke Pemerintah Kota.
3. Membuat pembukuan penerimaan dan penggunaan dana pembangunan.
4. Membuat laporan dana pembangunan pada akhir tahun anggaran.
5. Membuat laporan Rancangan Anggaran Pendapatan Bantuan Sekolah ( RAPBS ).
6. Membuat laporan tribulan dana Bantuan Operasional Sekolah ( BOS ).
7. Menyetorkan pajak PPN dan PPh.
8. Membagikan gaji atau rapel.
9. Menyimpan dan membuat arsip peraturan keuangan sekolah.

12
2.7 Peran Guru Bidang Studi dalam Layanan Khusus

Proses belajar mengajar memerlukan dukungan fasilitas yang tidak secara langsung


dipergunakan di kelas. Fasilitas yang dimaksud antara lain adalah Pusat sumber belajar, unit
kesehatan siswa dan kafetaria sekolah.

Pusat sumber belajar

Pusat sumber belajar (PSB) adalah unit keiatan yang mempunyai fungsi untuk
memproduksi mengadakan, menyimpan serta melayani bahan pengajaran sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas atau pelaksanaan pendidikan di
sekolah pada umumnya pusat belajar dirancang untuk membantu pelaksanaan pendidikan di
sekolah oleh karena itu pesat sumber belajar harus diadminitrsikan secara professional. Pusat
sumber belajar sekolah dibeli dari dana yang tersedia, diberi oleh masyarakat (BP3) atau pun
diberi oleh pemerintah

Menurut Mulyani A. Nurhadi (1983) (dalam B. Suryosubroto, 2002 : 205),


perpustakaan sekolah adalah suatu unit kerja yang merupakan bagian integral dari lembaga
pendidikan sekolah, yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang dikelola dan
diatur secara sitematis dengan cara tertentu untuk digunakan oleh siswa dan guru sebagai
sumber informasi, dalam rangka menunjang program belajar mengajar di sekolah.

Berdasarkan pengertian tersebut, adapun ciri atau unsur pokok yang ada dalam
perpustakaan yaitu :

1. Tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka.

2. Koleksi bahan pustaka yaitu dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu.

3. Untuk digunakan secara kontinyu oleh guru dan murid sebagai sumber informasi.

4. Merupakan suatu unit kerja.

Mulyani A. Nurhadi (1983) (dalam B. Suryosubroto, 2002 : 206) menjelaskan bahwa


dalam hubungannya dengan keseluruhan proses pendidikan di sekolah, perpustakaan
berperan sebagai instalasi atau sebagai sarana pendidikan yang bersifat teknis edukatif,
bersama-sama dengan unsur-unsur lainnya ikut menentukan terjadinya proses pendidikan.
Layanan perpustakaan bertujuan untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan di
sekolah dengan cara memberikan kesempatan untuk menumbuhkan sikap senang membaca

13
dalam mengembangkan bakat siswa. Untuk mencapai kal tersebut perpustakaan harus
dikembangkan sehingga mampu menarik perhatian siswa yang pada gilirannya dapat
mendorong mereka untuk menggunakan perpustakaan sekolahnya.

Hak semua guru sekolah menengah harus terlibat langsung dalam administrasi
perpustakaan sekolah. S. Nasution (1989), mengemukakan antara lain

1. Memperkenalkan buku-buku kepada para siswa dan guru-guru.

2. Memilih buku-buku dan bahan pustaka lainnya yang akan digunakan untuk menambah
koleksi perpustakaan sekolah.

3. Mempromosi untuk perpustakaan, baik untuk pemakaian, muapun untuk pembinaan.

4. Mengetahui jenis dan menguasai kriteria umum yang dapat menentukan baik buruknya
suatu buku.

5. Mengusahakan agar siswa aktif membantu perkembangan perpustakaan.

Unit Kesehatan Siswa

Unit Kesehatan Siswa atau UKS merupakan suatu unit yang menangani masalah
kesehatan jasmani siswa. Di sini peran guru yang memiliki pengalaman serta pemahaman
tentang kesehatan jasmani sangat dibutuhkan untuk membantu siswa-siswa yang
membutuhkan pertolongan (sakit), secara spesifik peran guru dalam UKS yaitu :

1. Membantu menangani dan mengawasi siswa yang membutuhkan pertolongan (sakit)

2. Mengawasi obat-obatan yang di input(masuk) kedalam UKS dan output (keluar) dari UKS

3. Membantu menghimbau para siswa agar mau hidup sehat agar terbebas dari penyakit

Kafetaria warung kantin sekolah

Kantin sekolah tidak harus diadministrasikan oleh sekolah, tetapi dapat


diadministrasikan oleh peribadi di luar sekolah atau oleh dharma wanita sekolah. Namun
kantin sekolah ini tidak boleh terlepas dari perhatian kepala sekolah. Kepala sekolah harus
memikirkan atau mengupayakan agar kehadiran kantin itu mempunyai sumbangan positif
dalam proses belajar anak di sekolah.

14
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam administrsi kantin itu adalah :

1. Administrasi kantin sekolah harus menjaga kesehatan masakan-masakan yang dijajakan


kepada siswa

2. Kebersihan tempat juga harus menjadi pertimbangan utama. Karena kebersihan diharapkan
dapat menjauhkan penyebar penyakit

3. Makanan-makanan yang disajikan hendaknya makanan yang bergizi tinggi

4. Harga makanan hendaknya dapat dijangkau atau sesuai dengan kondisi ekonomi siswa.

5. Usahakan agar kantin tidak memberikan kesempatan siswa untuk berlama-lama atau
nongkrong karena akan memunculkan perilaku-perilaku negative

2.8 Hubungan Sekolah dan Masyarakat (Husemas) dan Peranan Guru Membangun

Sebuah sekolah yang berada di tengah-tengah masyarakat dapat berfungsi sebagai


lembaga yang menjaga kelestarian nilai-nilai positif yang ada didalam masyarakat, agar
pewarisan nilai-nilai masyarakat itu berlangsung dengan baik serta sebagai lembaga yang
dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi itu sesuai dengan kemajuan dan tuntuan
kehidupan serta pembangunan. Kedua fungsi ini memerlukan saling pemahaman antara
sekolah dan masyarakat. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi
sosial . Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan erat dengan kemampuan guru
dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru
hidup, sehinga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki
karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru (H.
Djam`an Satori, dkk, 2003 : 2.12)

Husemas adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk
meningkatkan pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan serta
mendorong minat dan kerjasama untuk masyarakat dalam peningkatan dan pengembangan
sekolah. Kindred, Bagin and Gallagber (1976), mendefinisikan husemas ini sebagi usaha
koperatif untuk menjaga mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta
saling pengertian atara sekolah, persoalan sekolah dengan masyarakat.

15
Definisi di atas mengandung beberapa elemen penting, sebagai berikut :

1. Adanya kepetingan yang sama antara sekolah dan masyarakat. Masyarakat memerlukan
sekolah untuk menjamin bahwa anak-anak sebagai generasi penerus akan dapat hidup lebih
baik, demikian pula sekolah.

2. Untuk memenuhi masyarakat itu. Masyarakat perlu berperan serta dalam pengembangan
sekolah: yang dimaksud dengan peranserta dalam kehidupan masyarakat tentang hal-hal yang
terjadi disekolah, serta sebagai membangun dalam usaha perbaikan sekolah

3. Untuk meningkatkan peran serta itu diperlukan kerjasa yang baik melalui komunikasi dua
arah yang efisien.

Tujuan utama yang ingin dicapai dengan mengembangan kegiatan husemas adalah :

1. Peningkatan pemahaman masyarakat tentang tujuan serta sasaran yang ingin direalisasikan
sekolah.

2. Peningkatan pemahaman sekolah tentang keadaan serta aspirasi masyarakat tersebut


terhadap sekolah

3. Peningkatan usaha orang tua siswa dan guru-guru dalam memenuhi kebutuhan siswa,
meningkatkan kuantitas serta kualitas bantuan orang tua siswa dalam kegiatan pendidikan
sekolah

4. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peranserta mereka dalam


memajukan pendidikan di sekolah dalam era pengembangan.

5. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah serta apa yang dilakuakn sekolah

6. Pertanggung jawaban sekolah atas harapan yang dibebankan masyarakat kepada sekolah

7. Dukungan serta bantuan dari masyarakat dalam memperoleh sumber-sumber yang


diperlukan untuk meneruskan dan meningkatkan program sekolah.

Peranan guru dalam hubungan sekolah masyarakat

Guru merupakan kunci penting dalam kegiatan husemas di sekolah menengah. Ada beberapa
hal yang dapat dilakukan guru dalam kegiatan husemas itu, yaitu :

1. Membantu sekolah dalam melaksanakan teknik-teknik husemas.

2. Membuat dirinya lebih baik lagi dalam bermasyarakat.

3. Dalam melaksanakan semua itu guru harus melaksanakan kode etiknya (kode etik guru)

16
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Peranan guru dalam administrasi pendidikan sangatlah berpengaruh, dengan


pengalaman dan pemahaman yang baik tentang administrasi di berbagai bidang di sekolah,
guru dapat menjadi seorang administrator yang terampil dan handal. Sehingga dalam
pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik.

3.2 SARAN

Sebagai seorang guru sebaiknya kita turut ambil bagian dalam menangani
administrasi disekolah, Karena selain pada saat mengajar, guru dapat mengenal dan
memantau perkembangan siswanya melalui administrasi sekolah. Manfaat lainnya yaitu guru
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam hal keadministrasian.

17
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Anda. 2014. Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum dan Hakikat
Pengembangan Kurikulum. http://andraputraa.blogspot.co.id (Tersedia Online) diakses
tanggal 26 Maret 2013.

Fauzi, 2016. Makalah Tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan.


http://kacamatahati99.blogspot.co.id (Tersedia Online) diakses tanggal 23 Maret 2016.

Guzman, Candra. 2014. Makalah Tugas dan Peran Guru dalam Manajemen Pendidikan.
http://candraguzman.blogspot.co.id (Tersedia Online) diakses bulan oktober 2014.

Ramli, Murni. 2009. Manajemen Pendidikan dan Profesionalisme Guru.


https://murniramli.wordpress.com. (Tersedia Online) diakses tanggal 03 Januari 2009.

Lestari, Tri Kurniah. 2011. Peran Guru dalam Administrasi Sekolah.


http://ilmuprofesikependidikan.blogspot.co.id (Tersedia Online) diakses tanggal 10 Mei
2011.

Wau, Yasaratodo. 2017. Profesi Kependidikan. Medan: Unimed Press.

18

Anda mungkin juga menyukai