Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

MESIN LAS

NAMA MAHASISWA NOMOR POKOK


Stevy Rizki Bintang H 4420215008
Putri Sulistyani 4420215006
Setio Bagus Wahyu U 4420215009

KELOMPOK: 3
ASISTEN : Aqilzu Putra Arda

LABORATORIUM MESIN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA
Srengseng Sawah, Jagakarsa, JAKARTA 12640
Telp : 7270086-89 Ext. 329 Fax. (021) 7270128
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia Nya penulis dapat manyelesaikan Laporan Praktikum Proses
produksi dengan judul “Mesin Bubut”.
Laporan ini di tulis setelah penulis melakukan Praktikum Proses Manufaktur
berupa praktek Mesin Bubut. Adapun dalam kesepatan ini penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Eko Prasetyo, ST.MT selaku Lektor Kepala Laboratorium Teknik Mesin.
2. Irvalendia Febriansyah selaku asisten dosen praktikum kerja bangku.
3. Jallaludin Asyafii selaku asisten dosen praktikum mesin bubut.
4. David Hansen selaku asisten dosen mesin skrap.
5. Andy Firman Banyuzurana selaku asisten dosen mesin frais.
6. Aqilzu Putra Arda selaku asisten dosen mesin las.
7. Teman-teman dari kelompok 3 : Stevi Rizky Bintang H dan Setio
Bagus Wahyu U.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya mambangun
demi. kesempurnaan laporan ini. Demikianlah penulisan laporan ini penulis
perbuat semoga dapat bermanfaat di kemudian hari. Akhir kata penulis
ucapkan terimakasih
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 3
1.2 Tujuan ................................................................................................... 3
II. LANDASAN TEORI ................................................................................... 4
2.1 Sejarah Pengelasan ............................................................................... 4
2.2 Pengertian Las....................................................................................... 4
2.3 Jenis-jenis Mesin Las ............................................................................ 6
2.4 Peralatan Las ....................................................................................... 11
2.5 Prinsip Kerja Mesin Las ..................................................................... 14
2.6 Keterampilan Operator Las ................................................................. 15
2.7 Efek Sinar Las ..................................................................................... 16
2.8 Menentukan Besarnya Arus Listrik .................................................... 16
2.9 Elektrode ............................................................................................. 17
2.10 Kampuh Las ........................................................................................ 22
2.11 Filler Metal ......................................................................................... 23
2.12 Kondisi Pengelasan ............................................................................. 24
III. PEMBAHASAN PRAKTIKUM ............................................................ 27
3.1 Alat dan Bahan.................................................................................... 27
3.2 Langkah Kerja..................................................................................... 27
3.3 Pembahasan ........................................................................................ 28
3.4 Gambar Sketsa .................................................................................... 29
IV. PERTANYAAN ..................................................................................... 31
V. PENUTUP .................................................................................................. 33
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 33
5.2 Saran ................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 34
LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LAS

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin berkembangnya teknologi industri saat ini, tidak bisa
mengesampingkan pentingnya penggunaan logam sebagai komponen
utama produksi suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling
sederhana seperti alat-alat rumah tangga hingga konstruksi bangunan
dan konstruksi permesinan. Hal ini menyebabkan pemakaian bahan-
bahan logam seperti besi cor, baja, aluminium dan lainnya menjadi
semakin meningkat. Sehingga dapat dikatakan tanpa pemanfaatan
logam, kemajuan peradaban manuasia tidak mungkin terjadi.
Manusia mampu memanfaatkan logam sebagai alat bantu
kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin,
bangunan dan lainnya dapat tercipta dengan adanya logam. Logam
tersebut menimbulkan kebutuhan akan teknologi perakitan atau
penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut adalah
dengan pengelasan.
Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan
logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi
dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan
menghasilkan sambungan yang kontinu.

1.2 Tujuan
1. Mampu menggunakan dan mengoperasikan mesin las
2. Mengetahui proses dan Langkah-langkah pengerjaan benda kerja
dengan menggunakan mesin las
3. Mengetahui peralatan dan perlengkapan mesin las
4. Mampu melakukan proses pengelasan
II. LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Pengelasan

Pengelasan dengan metode yang dikenal sekarang, mulai dikenal


pada awal abad ke 20. Sebagai sumber panas digunakan api yang berasal
dari pembakaran gas acetylena yang kemudian dikenal sebagai las
karbit. Waktu itu sudah dikembangkan las listrik namun masih langka.

Pada Perang Dunia II, proses pengelasan untuk pertama kalinya


dilakukan dalam skala besar. Dengan las listrik, dalam waktu singkat,
Amerika Serikat dapat membuat sejumlah kapal sekelas dengan kapal
SS Liberty, yang merupakan kapal pertama yang diluncurkan dengan di
las. Di mana sebelumnya kapal yang dikeluarkan, proses pengerjaan
menggunakan paku keling (‘’rivets’’). Pada masa itu, muncul pula cara
pertama untuk mengetes hasil pengelasan, seperti uji ‘’kerfslag’’
(lekukan yang tertutup lapisan).

2.2 Pengertian Las


Deutsche Industrie Normen (DIN) dalam Harsono dkk (1991:1),
mendefinisikan bahwa "Las adalah ikatan metalurgi pada sambungan
logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair."
Maman Suratman (2001:1) mengemukakan bahwa mengelas, yaitu
"Salah satu cara menyambung dua bagian logam secara permanen
dengan menggunakan tenaga panas".
Sriwidartho mengatakan, "Las adalah suatu cara untuk menyambung
benda padat dengan cara mencairkannya melalui pemanasan."
Las adalah penyambungan (besi dan sebagainya) dengan cara
membakar. Lebih jelasnya, pengelasan adalah salah satu proses
fabrikasi logam, termoplastik, atau semacamnya yang berupa
penggabungan dua benda dari bahan-bahan tersebut dengan cara
melelehkan ujung kedua benda bersama-sama
menggunakan panas tinggi dan kemudian membiarkannya menjadi
dingin sehingga kedua ujung tersebut menyatu.

Pengelasan berbeda dengan teknik penyambungan logam bersuhu


lebih rendah seperti pematrian dan penyolderan, yang harus
menggunakan logam tambahan yang mudah meleleh dan tidak
melelehkan logam dasar. Tergantung penerapannya, las boleh
menggunakan logam pengisi pada sambungannya.
Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat
luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa
pesat, pipa saluran dan sebagainya.

Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya


merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik.
Karena itu rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul
memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat
lasdengan kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya.
2.3 Jenis-jenis Mesin Las
Pada umumnya jenis mesin las diklasifikasikan menjadi tiga yaitu.
• Mesin las listrik (electric welding)
• Mesin las karbit atau/gas
• Mesin las laser
Secara umum prinsip kerja dari ketiga jenis mesin las tersebut yaitu
dengan cara membakar atau memanaskan sebuah kawat.
Sumber energi panas untuk pembakaran tadi dihasilkan dari aliran listrik
(mesin las listrik) gas acetylena yang dibakar (mesin las karbit) dan sinar
laser vertikal (mesin las laser).
Dibawah ini adalah jenis-jenis mesin las beserta penjelasannya
1. Mesin Las Listrik (Electric Welding)
Untuk jenis Las listrik (electric welding), panas yang diperoleh
untuk proses pelelehan bersumber dari dari perbedaan tegangan
antara ujung tangkai las dengan benda yang akan di las.
Kalau elektroda las cukup didekatkan dengan benda yang akan
dikerjakan itu, yang kemudian akan terjadi loncatan bunga api
permanen yang berasal dari arus listrik.

Pada saat melakukan pengelasan listrik, tetesan elektroda lempengan


logam yang berdiameter tertentu, berjatuhan dan menjadi kumpulan
cairan logam untuk kemudian direkatkan dengan besi.
Macam-macam arus mesin las listrik
Arus yang digunakan dalam las listrik dapat berupa arus AC
atau DC tergantung dari jenis mesin las yang digunakan.
Jenis arus inilah yang membedakan dari beberapa macam jenis
mesin las listrik.
1. Arus Bolak-Balik (Mesin AC)
Jenis mesin las ini memerlukan arus listrik bolak-
balik (AC) yang dihasilkan dari pembangkit listrik dari
PLN atau generator AC yang akan digunakan sebagai
sumber tenaga pada saat proses pengelasan.

Besarnya tegangan listrik yang dihasilkan oleh


sumber pembangkit listrik belum pasti sesuai dengan
tegangan yang digunakan untuk pengelasan.
Bisa jadi tegangan tersebut terlalu tinggi ataupun
terlalu rendah, sehingga besarnya tegangan perlu
disesuaikan terlebih dahulu dengan cara menaikkan atau
menurunkan tegangan.
Alat yang digunakan untuk menaikkan atau
menurunkan tegangan disebut juga
dengan transformator atau trafo. Kebanyakan trafo yang
digunakan untuk menurunkan tegangan pada peralatan
las adalah jenis trafo step-down.
Daya transformator yang digunakan pada peralatan
las ini cukup besar. Untuk mencairkan sebagian logam
induk dan elektroda dibutuhkan energi yang besar.
2. Arus Searah (Mesin DC)
Jenis mesin las ini menggunakan arus searah (DC)
yang dihasilkan oleh listrik. Arus listrik searah tersebut
dihasilkan dari mesin dinamo motor listrik searah.
Dinamo tersebut dapat digerakkan oleh motor bensin,
diesel, atau listrik dan alat penggerak lain.

Pada prosesnya kerjanya mesin las ini membutuhkan


alat yang dapat mengubah arus AC menjadi arus DC.
Pengubahan arus ini bertujuan agar nyala busur listriknya
lebih stabil. Selain itu, agar dapam meminimalisir tingkat
kebisingan dari mesin tersebut serta membuat mesin las
menjadi lebih fleksibel.
Mesin las DC sendiri terdapat dua macam, yaitu las
stasioner dan las portable.
Pada umumnya mesin las stasioner banyak digunakan
pada bengkel yang dilengkapi jaringan listrik permanen
(PLN). Sedangkan mesin
las portable bentuknya lebih kecil dan dapat digunakan
untuk pengelasan yang tidak terjangkau jaringan listrik.
➔ Kelebihan mesin las arus searah
o Perlengkapan dan perawatan lebih murah.
o Dapat mempengaruhi keluaran dengan
menukar kabel masa dan kabel elektroda.
o Dapat mengurangi timbulnya keropos
gerigi las karena terdapat busur kecil yang
menyala.
➔ Kekurangan mesin las arus searah
o Hanya dapat digunakan pada beberapa
jenis elektroda saja.
o Tidak dapat untuk mengelas semua jenis
logam.
o Suara yang dihasilkan lebih bising.
o Nyala busur tidak terlalu stabil.

3. Mesin Las Listrik Ganda (AC – DC)


Mesin las listrik ganda mampu melayani pengelasan
dengan arus searah (DC) dan pengelasan dengan arus
bolak-balik (AC). Jenis mesin las ini mempunyai
transformator satu fasa beserta alat perata dalam satu unit
mesin.
Keluaran arus bolak-balik (AC) berasal dari terminal
lilitan sekunder transformator melalui regulator arus.
Sementara arus (DC) searah berasal dari keluaran alat
perata arus.
Pengaturan keluaran arus bolak balik dan arus searah
cukup mudah, yaitu hanya dengan memutar alat pengatur
arus dari mesin las sesuai yang diperlukan.
Mesin las AC-DC lebih fleksibel karena mempunyai
semua kemampuan yang dimiliki masing-masing mesin
las AC dan mesin las DC .
2. Mesin Las Karbit/Gas
Las karbit atau juga disebut dengan las asetilen adalah salah satu
perkakas yang sering ditemui pada mekanik perbengkelan.
Pengoperasiannya cukup mudah sehingga sering digunakan untuk
menghubungkan dua logam atau welding.
Mesin las karbit sangat cocok dan banyak digunakan untuk
melakukan pengelasan pada objek las yang berukuran kecil atau
tipis. Pengelasan ini dilakukan melalui proses pencampuran dua
jenis gas asetilin dan gas oksigen sebagai sumber panas dan sebagai
pembentuk nyala api yang kemudian akan digunakan untuk
pelelehan logam.

 Kelebihan

o Peralatan yang digunakan tidak mahal cukup


menggunakan korek api dan kawat las.
o Pemeliharaan dan perawatan mesin las karbit ini relatif
lebih mudah dan murah.
o Teknik pengelasantergolong mudah, tanpa perlu
mempelajari teknik khusus.
o Sangat cocok untuk pengelasan pada besi dan logam
dengan ketebalan maksimal 2 mm.

 Kekurangan

o Ukuran tabung gas yang besar sulit untuk dibawa dan


dipindahkan.
o Untuk modal awal harga tabung gas cukup mahal.
o Kurang efisien ketika berpindah posisi pengelasan,
karena selang las yang terlalu panjang
o Tidak cocok untuk pengelasan logam dan besi dengan
ketebalan diatas 2 mm.
3. Mesin Las Laser

Jenis mesin las laser merupakan salah satu teknologi modern


yang memiliki cara kerja dengan memanfaatkan sinar laser yang
bersifat mengumpulkan energi foton monokromatik berkekuatan
tinggi dalam satu titik yang berfokus pada sumber panas.
Pada umumnya mesin las laser digunakan untuk mengelas
beberapa komponen peralatan yang bersifat sensitif terhadap panas.
Seperti kotak pacu jantung yang didalamnya terdapat komponen-
komponen elektronika.

 Kelebihan

o Cara kerjanya cepat, efisien, dalam, sedikit distorsi, dan


sedikit mempengaruhi luar titik area pengelasan.
o Kualitas pengelasan yang dihasilkan bebas dari polusi
dan hemat energi.
o Mengusung rongga kondensor keramik yang tahan
korosi, tahan suhu tinggi, dan masa pakai chamber (8-10
tahun), masa pakai lampu Xenon lebih dari 8 juta kali.
o Menggunakan sistem teknologi pemadaman otomatis
terdepan di dunia, dan dapat menghilangkan waktu pada
gangguan mata.

 Kekurangan

o Harganya relatif mahal dibanding las listrik dan karbit.


o Penetrasi tidak sekuat pengelasan berkas elektron.
o Tidak memiliki kelemahan seperti las listrik dan karbit
seperti pengelasan dingin.

2.4 Peralatan Las


Berikut ini adalah peralatan yang digunakan dalam pengelasan

1. Kabel Massa
Kabel yang berfungsi untuk menghubungkan (mengalirkan
arus listrik) dari mesin las ke benda kerja atau logam Induk.
2. Kabel Elektroda
Kabel yang berfungsi menghantarkan listrik dari mesin las
ke holder atau ke elektroda yang akan membuat nyala busur
listrik jika disentuhkan ke benda kerja. Untuk Kabel las
(Elektroda dan kabel Massa) ini harus mempunyai sifat yang
fleksibel dan didalamnya terdapat beberapa bagian seperti lead,
lapisan karet dan kawat tembaga.
3. Pemegang kawat las atau Holder
Holder berfungsi sebagai pemegang kawat las saat
digunakan welder untuk mengelas sebuah produk. Holder harus
terbuat dari bahan yang mempunyai ketahanan panas yang
tinggi, karena posisinya berdekatan dengan kawat las yang
mencair (temperature hingga 2000 derajat Celcius). Selain itu
didalam holder ini terdapat pegas yang berfungsi untuk
mengunci atau menjepit elektroda agar tidak lepas atau bergerak
saat digunakan mengelas. Untuk menjaga agar holder tetap awet,
maka setelah selesai mengelas Anda dapat membersihkan daerah
penjepit dari percikan las atau kotoran yang menyebabkan
penjepit tidak maksimal.

4. Klem Massa

Digunakan sebagai alat penghubung kabel massa ke logam


induk, alat ini biasanya terbuat dari tembaga atau logam lain
yang mempunyai sifat penghantar listrik yang baik. Selain itu
klem massa juga terdapat pegas yang berfungsi untuk menjepit
benda kerja dengan baik agar tidak mudah terlepas.

5. Palu Las
Digunakan untuk membersihkan hasil pengelasan dari Slag
(kerak las) untuk proses las yang jenis pelindungnya
menggunakan flux dan Spatter (percikan las), caranya dengan
memukulkannya atau menggoreskan pada bagian yang terdapat
slag dan spatter. Untuk bentuknya biasanya pada ujungnya
berbentuk bulat dan tipis lancip.

6. Sikat Baja

Digunakan untuk membersihkan permukaan benda yang


akan dilas dari zat pengotor seperti karat, oli, dan pengotor
lainnya. Selain itu digunakan juga untuk membersihkan hasil
lasan dari debu dan slag.
Peralatan las di atas merupakan alat standar yang digunakan
untuk membantu welder dalam mengelas dan membersihkannya.
Untuk alat keselamatan kerjanya dapat Anda lihat di Alat
keselamatan Kerja Las beserta fungsinya. Jika ada pertanyaan,
Anda dapat mengontak kami melalui

2.5 Prinsip Kerja Mesin Las

Proses pengelasan berkaitan dengan lempengan baja yang dibuat


dari kristal besi dan karbon sesuai struktur mikronya, dengan bentuk dan
arah tertentu. Lalu sebagian dari lempengan logam tersebut dipanaskan
hingga meleleh. Kalau tepi lempengan logam itu disatukan, terbentuklah
sambungan. Umumnya, pada proses pengelasan juga ditambahkan
dengan bahan penyambung seperti kawat atau batang las. Kalau
campuran tersebut sudah dingin, molekul kawat las yang semula
merupakan bagian lain kini menyatu.

Proses pengelasan tidak sama dengan menyolder di mana untuk


menyolder bahan dasar tidak meleleh. Sambungan terjadi dengan
melelehkan logam lunak misalnya timah, yang meresap ke pori-pori di
permukaan bahan yang akan disambung. Setelah timah solder dingin
maka terjadilah sambungan. Perbedaan antara solder keras dan lunak
adalah pada suhu kerjanya di mana batas kedua proses tersebut ialah
pada suhu 450 derajat Celcius. Pada pengelasan, suhu yang digunakan
jauh lebih tinggi, antara 1500 hingga 1600 derajat Celcius.

2.6 Keterampilan Operator Las

Mutu dari hasil pengelasan, bergantung pada keahlian operator atau


juru ataupun tukang las sendiri. Cara mengelas yang buruk dapat
mengakibatkan kerusakan fatal baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang, mulai dari kasus sederhana seperti pipa ledeng yang
bocor ataupun ke hal-hal yang lebih fatal seperti runtuhnya bangunan
berkonstruksi baja yang menggunakan bahan yang di las.

Pada saat pengelasan, kesalahan sering terjadi dan sambungan las


jarang sekali jadi. Hal yang perlu diperhatikan adalah menghindari bara
api pada bagian yang di las tanpa mengulangi las di tempat yang sama.
Kalau hal itu terjadi, hubungan akan menjadi rapuh dan terbentuk titik
awal retakan kecil. Selain itu, bagian logam yang bersebelahan dengan
bagian yang di las tidak meleleh tetapi berubah karena panas.
Pemanasan yang diikuti dengan pendinginan yang cepat bisa
menghasilkan struktur logam seperti kaca, sehingga mudah retak.

Untuk las konvensional yang menggunakan tenaga manusia,


operator las dengan tangkai las yang menentukan berhasil tidaknya
proses pengelasan. Karena operatorlah yang menentukan suhu cairan
logam, memilih diameter elektrode las dengan kekuatan arus listrik dan
mengatur jumlah gas dan tekanan kawat las, serta menentukan campuran
kawat las dan posisi tangkai las.

Operator las juga menghadapi situasi lingkungannya, baik musim


yang nantinya berpengaruh pada hasil las, cuaca ekstrim, iklim lokasi
yang perlu di las dan tantangan untuk pengelasan bawah laut.
Automatisasi dilakukan dengan bantuan robot las operator terbantu
dengan sistem kontrol las yang diberikan. Robot diprogram sedemikian
rupa untuk dapat memberikan kontrol jalur sambungan yang perlu di las
dengan sistem pengikut sambungan melalui sensor yang diberikan.

2.7 Efek Sinar Las

Beberapa Laporan menyebutkan efek samping dari kontak langsung


dengan sinar las, umumnya adalah rasa pedih pada mata dan juga rasa
seperti ada pasir di kelopak mata. Adapun untuk pertolongan
pertamanya adalah dengan obat tetes mata ataupun analgesik. Selain itu
dianjurkan setelah melakukan proses pengelasan kompres mata
menggunakan air dingin atau es agar tidak terjadi kelelahan pada mata.

2.8 Menentukan Besarnya Arus Listrik


Besar arus dan tegangan listrik yang digunakan dalam pengelasan
harus diatur sesuai kebutuhan. Daya yang dibutuhkan untuk pengelasan
tergantung dari besarnya arus dan tegangan listrik yang digunakan.
Tidak ada aturan pasti besar tegangan listrik pada mesin las yang
digunakan.Hal ini berhubungan dengan keselamatan kerja operator las
tubuh manusia tidak akan mampu menahan arus listrik dengan tegangan
yang tinggi.
Tegangan listrik yang digunakan pada mesin las (tegangan pada
ujung terminal) berkisar 55 volt sampai 85 volt. Tegangan ini disebut
sebagai tegangan pembakaran. Bila nyala busur listrik sudah terjadi
maka tegangan turun menjadi 20 volt sampai 40 volt. Tegangan ini
disebut dengan tegangan kerja. Besar kecilnya tegangan kerja yang
terjadi tergantung dari besar kecilnya diameter elektrode. Semakin besar
arus yang terjadi.
Dengan alasan diatas maka pada mesin las pengaturan yang
dilakukan hanya besar arusnya saja. Pengaturan besar kecilnya arus
dilakukan dengan cara memutar tombol pengatur arus. Besar arus yang
digunakan dapat dilihat pada skala yang ditunjukkan oleh amperemeter
(alat untuk mengukur besar arus listrik) yang terletak pada mesin las.
Pada masing-masing las, arus minimum dan arus maksimum yang
dapat dicapai berbeda-beda, pada umunya berkisar 100 ampere sampai
600 ampere. Pemilihan besar arus listrik tergantung dari beberapa faktor,
antara lain: diameter elektrode yang digunakan, tebal benda kerja, jenis
elektrode yang digunakan, polaritas kutub -kutubnya dan posisi
pengelasan.
 Pengaruh arus listrik pada hasil las
o Bila arus terlalu rendah (kecil), akan menyebabkan:
o Penyalaan busur listrik sukar dan busur listrik yang terjadi
tidak stabil,
o Terlalu banyak tumpukan logam las karena panas yang
terjadi tidak mampu melelehkan elektrode dan bahan bakar
dengan baik,
o Penembusan kurang baik,
o Pinggiran-pinggiran dingin.
2.9 Elektrode
Elektrode atau kawat las ialah suatu benda yang dipergunakan untuk
melakukan pengelasan listrik yang berfungsi sebagai pembakar yang
akan menimbulkan busur nyala.
Las busur listrik menggunakan elektrode yang berselaput. Ciri khas
elektrode ini adalah adanya perbedaan komposisi antara selaput
elektrode dengan kawat intinya. Fluks di dalam kawat inti dibuat dengan
metode pelapisan dengan teknik destrusi, teknik semprot atau teknik
celup. Kawat inti elektrode las mempunyai standar ukuran yaitu
ketebalan 1,5 milimeter hingga 7 milimeter. Sedangkan panjangnya
berkisar antara 3,5 sentimeter hingga 4,5 sentimeter.
Bahan pembuatan selaput fluks diantaranya selulosa, kalsium
karbonat, titanium oksida, kaolin, kalium oksida, mangan, besi oksida,
serbuk besi, besi silikon atau besi mangan. Tiap jenis elektrode dengan
kegunaan yang berbeda-beda memiliki persentase campuran bahan yang
berbeda-beda pula. Selaput elektrode mempunyai ketebalan antara
50-70% dibandingkan dengan diameternya. Perbedaan persentase ini
menyesuaikan dengan jenis bahan pembuatan selaput elektrode.
Pengelasan dapat terjadi karena selaput elektrode meleleh ketika
dialiri arus listirk. Lelehan selaput elektrode menghasilkan gas karbon
dioksida yang membuat cairan las dan busur listrik yang timbul dapat
terlindungi dari udara di lingkungan sekitarnya. Udara luar ini
mengandung oksigen dan nitrogen dan dapat merusak kekuatan mekanis
dari cairan las.
Perlindungan ini membuat permukaan las yang masih panas terlapisi
oleh terak yang terapung dan membeku di atasnya.
Secara umum, elektrode pengelasan menggunakan busur listrik
dibedakan menjadi elektrode baja lunak dan elektrode baja paduan
rendah. Jenis elektrode ini dibagi-bagi lagi menjadi beberapa jenis
berdasarkan kekuatan tarik deposit, posisi pengelasan, jenis bahan
selaput elektrode dan jenis arus listrik yang digunakan. Pada elektrode
baja lunak, digunakan inti kawat yang sama sehingga jenisnya
ditentukan oleh perbedaan bahan pembuatan selaputnya
1. Eletroda Berselaput
Elektrode berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai
perbedaan komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi
pada kawat inti dapat dengah cara destrusi, semprot atau celup.
Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm sampai 7 mm
dengan panjang antara 350 sampai 450 mm. Jenis-jenis selaput
fluksi pada elektrode misalnya selulosa, kalsium karbonat (Ca C03),
titanium dioksida (rutil), kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi,
serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya dengan
persentase yang berbeda-beda, untuk tiap jenis elektrode.
Tebal selaput elektrode berkisar antara 70% sampai 50% dari
diameter elektrode tergantung dari jenis selaput. Pada waktu
pengelasan, selaput elektrode ini akan turut mencair dan
menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan
sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang
mengandung O2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat mekanik dari
logam Ias. Cairan selaput yang disebut terak akan terapung dan
membeku melapisi permukaan las yang masih panas.
Elektoda ( Kawat las) memiliki kode spesifikasi yang dapat kita lihat pada
kardus pembungkusnya.
1. Spesifikasi kawat las terbungkus untuk untuk Mild Steel diatur
dalam AWS A5.1
Berdasarkan peraturan American Welding Society (AWS),
Spesifikasi kawat las terbungkus untuk untuk Mild Steel diatur
dalam AWS A5.1 Dua digit pertama menunjukan Kekuatan tariknya
dalam kilo- pound-square –inch ( Ksi )

o E6010 = kekuatan tariknya 60 ksi, (60000 psi),


o E7018 = kekuatan tariknya 70 ksi, (70000 psi),

Digit ketiga adalah Posisi pengelasan

o Exx1x – untuk semua posisi (flat, horisontal, vertikal,


overhead)
o Exx2x – untuk posisi flat dan horizontal
o Exx3x – hanya untuk posisi flat

Untuk elektrode dengan lima digit angka maka tiga angka pertama
merupakan kekuatan tarik

o E11010 = kekuatan tariknya 110 ksi, (110000 psi)

Contoh: Elektrode E6010

• E = Elektrode
• 60 = Kekeuatan Tarik
• 1 = Posisi Pengelasan
• 0 = tipe coating dan arus
2. Spesifikasi kawat k las terbungkus untuk Low k Steel diatur pada
AWS A5.5
Empat digit pertama sama pembacaanya dengan kode untuk mild steel Diikuti
dengan garis (dash) dan huruf serta angkasebagai sebagai unsur paduan

o A ditambahkan unsur carbon molybdenum


o B ditambahkan unsur chromium molybdenum
o C ditambahkan unsur nickel steel
o D ditambahkan unsur manganese molybdenum molybdenum
o G merupakan kode tambahan untuk penggunaan secara general
bagi material yang belum teridentifikasi

R akhir kode mengindikasikan ketahanan terhadap serapan uap uap


(moisture pickup) (80% humidity,, 80 °F, 9 jam)

Contoh:

o Kode kawat las: E7018-H8R

E7018-H8R artinya kekuatannya 70ksi, mengandung mengandung


“iron powder iron oxide iron powder iron oxide”, mengandung sedikit
hidrogen (low hydrogen), ketahanan terhadap uap air dan untuk dipakai
pada pada pengelasan pengelasan mild steel.

o Kode Kawat Las: E8018-B2H4R

E8018-B2H4R artinya kekuatannya 80ksi, mengandung, iron


powder iron oxide, dipadu dengan chrome moly serta low hydrogen,
ketahanan terhadap uap air serta digunakan untuk mengelas paduan
baja chrome moly

3. Spesifikasi kawat las terbungkus untuk Stainless Steel diatur dalam


AWS A5.4

Tiga (3) digit pertama adalah nomor tipe AISI dari stainless steel
Kemudian diikuti dengan garis dan 2 angka
o Angka 15 = lapisannya mengandung CaO,TiO2& arusnya
DCRP.
o Angka 16 = lapisannya mengandung TiO & K2O & arusnya
DCRP atau AC.
o Angka 17 = lapisannya mengandung CaO, TiO2 K2O SiO O
SiO2& arusnya DCRP atau AC.. Bead lasnya halus dan
pelepasan slagnya sangat mudah.

Contoh: Kode kawat las: Elektrode E 308L-16

2. Elektrode Baja Lunak

Dan bermacam-macam jenis elektrode baja lunak perbedaannya


hanyalah pada jenis selaputnya. Sedang kan kawat intinya sama.

3. E 6010 dan E 6011

Elektrode ini adalah jenis elektrode selaput selulosa yang dapat


dipakai untuk pengelesan dengan penembusan yang dalam.
Pengelasan dapat pada segala posisi dan terak yang tipis dapat
dengan mudah dibersihkan. Deposit las biasanya mempunyai sifat
sifat mekanik yang baik dan dapat dipakai untuk pekerjaan dengan
pengujian Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan 5% pada
waktu pengelasan akan menghasilkan gas pelindung. E 6011
mengandung Kalium untuk mambantu menstabilkan busur listrik
bila dipakai arus AC.

4. E 6012 dan E 6013

Kedua elektrode ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat


manghasilkan penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk
pengelasan segala posisi, tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat baik
untuk posisi pengelesan tegak arah ke bawah. Jenis E 6012
umumnya dapat dipakai pada ampere yang relatif lebih tinggi dari E
6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium memudahkan
pemakaian pada voltage mesin yang rendah. Elektrode dengan
diameter kecil kebanyakan dipakai untuk pangelasan pelat tipis.

5. E 6020

Elektrode jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang


dan teraknya mudah dilepas dari lapisan las. Selaput elektrode
terutama mengandung oksida besi dan mangan. Cairan terak yang
terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan pada pengelasan
dengan posisi lain daripada bawah tangan atau datar pada las sudut.

6. Elektrode dengan Selaput Serbuk Besi

Selaput elektrode jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan


E 7028 mengandung serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi
pengelasan. Umumnya selaput elektroda akan lebih tebal dengan
bertambahnya persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk besi
dan bertambah tebalnya selaput akan memerlukan ampere yang
lebih tinggi.

7. Elektrode Hydrogen Rendah

Selaput elektrode jenis ini mengandung hydrogen yang


rendah (kurang dari 0,5 %), sehingga deposit las juga dapat bebas
dari porositas. Elektrode ini dipakai untuk pengelasan yang
memerlukan mutu tinggi, bebas porositas, misalnye untuk
pengelasan bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan Jenis-
jenis elektrode hydrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E
7018.

2.10 Kampuh Las

Kampuh las merupakan bagian dari logam induk yang akan diisi
oleh logam las, kampuh las awalnya adalah berupa kubungan las yang
kemudian diisi dengan logam las. Sambungan las dengan menggunakan
alur kampuh dikategorikan kedalam sambungan las tumpul. Sambungan
las tumpul adalah jenis sambungan paling efisien. Sambungan ini dibagi
menjadi dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi
sebagian.

Pada dasarnya dalam memilih bentuk kampuh harus menuju kepada


penurunan masukan panas dan penurunan logam las sampai kepada
harga terendah dan tidak menurunkan mutu sambungan. Untuk kampuh-
kampuh las pada saat pembakarannya dapat mengisi pada seluruh
tebalnya pelat. Sebelum pengelasan dilaksanakan kampuh las harus
melalui proses pengerjaan awal. Karat, minyak, cat harus dihilangkan.
Untuk memperoleh pembakaran yang baik, pada kampuh V dipakai
elektrode dengan diameter yang kecil atau disesuaikan dengan besar
sudut kampuh dan tebal pelat yang akan dilas.

2.11 Filler Metal

Filler metal adalah bahan penambah yang digunakan dalam


pengelasan. Metal tersebut digunakan manakala kampuh cukup lebar
dan diperlukan efisiensi sambungan yang sekuat bahan dasar yang utuh.

Komposisi kimiawi bahan filler untuk GTAW dalam proses


pengelasan didasarkan pada komposisi kimiawi bahan induk. Jadi makin
tepat bahan filler terhadap bahan induk, makin baik. Pemilihan filler
metal dalam teknik pengelasan ditentukan oleh faktor faktor dibawah
ini:

o Kuat tarik yang mendekati bahan dasar


o Keuletan ( toughness ) yang mendekati bahan dasar
o Konduktivitas listrik bahan filler
o Konduktivitas termal bahan filler
o Ketahanan terhadap serangan karat ( coorosion resistance )
o Tampak ujud yang baik.
2.12 Kondisi Pengelasan
Berikut ini diberikan daftar kondisi pengelasan untuk elektrode Philips
baja lunak dan baja paduan rendah.
1. Elektrode Untuk Besi Tuang

Elektrode yang dipakai untuk mengelas besi tuang adalah


sebagei berikut:

o elektrode baja
o elektrode nikel
o elektrode perunggu
o elektrode besi tuang
2. Elektrode nikel

Elektrode jenis ini dipakai untuk mengelas besi


tuang, bila hasil las masih dikerjakan lagi dengan mesin.
Elektrode nikel dapat dipakai dalam sagala posisi
pengelasan. Rigi-rigi las yang dihasilkan elektrode ini pada
besi tuang adalah rata dan halus bila dipakai pada pesawat
las DC kutub terbalik. Karakteristik elektrode nikel dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

3. Elektrode baja

Elektrode jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi


tuang akan menghasilkan deposit las yang kuat sehingga
tidak dapat dikerjakan dengan mesin. Dengan demikian
elektrode ini dipakai bila hasil las tidak dikerjakan lagi.
Untuk mengelas besi tuang dengan elektrode baja dapat
dipakai pesawat las AC atau DC kutub terbalik.

4. Elektrode perunggu

Hasil las dengan memakai elektrode ini tahan ter-


hadap retak, sehingga panjang las dapat ditambah. Kawat inti
dari elektrode dibuat dari perunggu fosfor dan diberi selaput
yang menghasilkan busur stabil.

5. Elektrode dengan Hydrogen rendah

Elektrode jenis ini pada dasarnya dipakai untuk baja


yang mengandung karbon kurang dari 1,5%. Tetapi dapat
juga dipakai pada pengelasan besi tuang dengan hasil yang
baik. Hasil lasnya tidak dapat dikerjakan dengan mesin.

6. Elektrode Untuk Aluminium

Aluminium dapat dilas listrik dengan elektrode yang


dibuat dari logam yang sama. Pemilihan elektrode
aluminium yang sesuai dengan pekerjaan didasarkan pada
tabel keterangan dari pabrik yang membuatnya. Elektrode
aluminium AWS-ASTM AI-43 untuk las busur listrik adalah
dengan pasawat las DC kutub terbalik dimana pemakaian
arus dinyatakan dalam tabel berikut

7. Elektrode untuk palapis Keras

Tujuan pelapis keras dari segi kondisi pemakaian


yaitu agar alat atau bahan tahan terhadap kikisan, pukulan
dan tahan aus. Untuk tujuan itu maka Elektrode untuk
pelapis keras dapat diklasifikasikan dalam tiga macam
Yaitu:

o elektrode tahan kikisan


o elektrode tahan pukulan
o elektrode tahan aus.
8. Elektrode tahan kikisan.

Elektrode jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida


yang diisi dengan serbuk-serbuk karbida. Elektrode dengan
diameter 3,25 mm - 6,5 mm dipakai peda pesawat las AC
atau DC kutub terbalik. Elektrode ini dapat dipakai untuk
pelapis keras permukaan pada sisi potong yang tipis, peluas
lubang dan beberapa type pisau.

9. Elektrode tahan pukulan.

Elektrode ini dapat dipakai pada pesawat las AC atau


DC kutub terbalik. Dipakai untuk pelapis keras bagian
pemecah dan palu.

10. Elektrode tahan keausan.

Elektrode ini dibuat dari paduan-paduan non ferro


yang mengandung Cobalt, Wolfram dan Chrom. Biasanya
dipakai untuk pelapis keras permukaan katup buang dan
dudukan katup dimana temperatur dan keausan sangat tinggi.
III. PEMBAHASAN PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
 Alat
1. Sikat
2. Topeng Las
3. Palu Las
4. Elektroda
5. Tang
6. Meja Las
7. Mesin Las
 Bahan
2 Batang besi sebagai benda kerja

3.2 Langkah Kerja


1. Menyiapkan peralatan dan benda kerja, lalu hidupkan mesin
2. Menggunakan topeng las sebagai pelindung dari percikan api saat
mengelas
3. Jepitkan penjepit masa mesin las pada meja las/ meja kerja
4. Atur arus mesin las sesuai ketebalan benda kerja dan diameter
elektroda yang akan digunakan
5. Pasang elektroda pada pemegang elektroda
6. Nyalakan elektroda sebelum melakukan pengelasan
7. Jika sudah panas, lakukan pengelasan/ penyambungan 2 batang besi
dengan posisi besi yang pertama tegak lurus dengan besi ke dua
8. Setelah selesai, dinginkan benda kerja
9. Bersihkan hasil las dengan sikat
10. Matikan mesin las
11. Bereskan alat dan bahan yang dipakai
3.3 Pembahasan

Praktikum dijelaskan lewat video, yang di share saat zoom meeting.


Dalam video tersebut dijelaskan apa itu mesin las, alat dan bahan,
bagian-bagian mesin, dan proses pengelasan 2 buah benda kerja. Kita
harus berhati-hati saat melakukan pengelasan, harus menggunakan
topeng las agar percikan api tidak mengenai wajah apalagi mata.
3.4 Gambar Sketsa
IV. PERTANYAAN

1) Apa itu Pengelasan ?


Pengelasan adalah salah satu proses fabrikasi
logam, termoplastik, atau semacamnya yang berupa
penggabungan dua benda dari bahan-bahan tersebut dengan cara
melelehkan ujung kedua benda bersama-sama menggunakan
panas tinggi dan kemudian membiarkannya menjadi dingin
sehingga kedua ujung tersebut menyatu.

2) Sebutkan alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini

 Alat
1. Sikat
2. Topeng Las
3. Palu Las
4. Elektroda
5. Tang
6. Meja Las
7. Mesin Las
 Bahan
2 Batang besi sebagai benda kerja

3) Apa saja Langkah-langkah dalam proses las ini

1. Menyiapkan peralatan dan benda kerja, lalu hidupkan mesin


2. Menggunakan topeng las sebagai pelindung dari percikan
api saat mengelas
3. Jepitkan penjepit masa mesin las pada meja las/ meja kerja
4. Atur arus mesin las sesuai ketebalan benda kerja dan
diameter elektroda yang akan digunakan
5. Pasang elektroda pada pemegang elektroda
6. Nyalakan elektroda sebelum melakukan pengelasan
7. Jika sudah panas, lakukan pengelasan/ penyambungan 2
batang besi dengan posisi besi yang pertama tegak lurus
dengan besi ke dua
8. Setelah selesai, dinginkan benda kerja
9. Bersihkan hasil las dengan sikat
10. Matikan mesin las
11. Bereskan alat dan bahan yang dipakai

4) Apa itu Elektrode?


Elektrode atau kawat las ialah suatu benda yang dipergunakan
untuk melakukan pengelasan listrik yang berfungsi sebagai
pembakar yang akan menimbulkan busur nyala.

5) Palu Las dan Klem massa digunkan untuk apa?


 Klem Massa
Digunakan sebagai alat penghubung kabel massa ke
logam induk, alat ini biasanya terbuat dari tembaga atau logam
lain yang mempunyai sifat penghantar listrik yang baik. Selain
itu klem massa juga terdapat pegas yang berfungsi untuk
menjepit benda kerja dengan baik agar tidak mudah terlepas.
 Palu Las
Digunakan untuk membersihkan hasil pengelasan dari Slag
(kerak las) untuk proses las yang jenis pelindungnya
menggunakan flux dan Spatter (percikan las), caranya dengan
memukulkannya atau menggoreskan pada bagian yang terdapat
slag dan spatter.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengelasan adalah salah satu proses fabrikasi logam, termoplastik,
atau semacamnya yang berupa penggabungan dua benda dari bahan-
bahan tersebut dengan cara melelehkan ujung kedua benda bersama-
sama menggunakan panas tinggi dan kemudian membiarkannya
menjadi dingin sehingga kedua ujung tersebut menyatu.

Mutu dari hasil pengelasan, bergantung pada keahlian operator atau


juru ataupun tukang las sendiri. Cara mengelas yang buruk dapat
mengakibatkan kerusakan fatal baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang, mulai dari kasus sederhana seperti pipa ledeng yang
bocor ataupun ke hal-hal yang lebih fatal seperti runtuhnya bangunan
berkonstruksi baja yang menggunakan bahan yang di las.

Besar arus dan tegangan listrik yang digunakan dalam pengelasan


harus diatur sesuai kebutuhan. Daya yang dibutuhkan untuk pengelasan
tergantung dari besarnya arus dan tegangan listrik yang digunakan.
Tidak ada aturan pasti besar tegangan listrik pada mesin las yang
digunakan.Hal ini berhubungan dengan keselamatan kerja operator las
tubuh manusia tidak akan mampu menahan arus listrik dengan tegangan
yang tinggi.

5.2 Saran
1. Sebelum menggunakan mesin las diharapkan untuk memahami
terlebih dahulu tentang teori dasar dan tata cara menggunakan mesin
tersebut dengan baik dan benar.
2. Gunakan topeng las saat sedang melakukan pengelasan untuk
menghindari percikan api
3. Perhatikan aturan keselamatan kerja, agar tidak terjadi kecelakaan
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. (2019). Peralatan Las. Diakses pada 18 Desember 2021, dari


https://www.pengelasan.net/peralatan-las/
Sindunesia. (2021). Jenis Mesin Las 2. Diakses pada 18 Desember 2021, dari
https://sindunesia.com/jenis-mesin-las-2/
Wikipedia. (2021). Las Listrik. Diakses pada 18 Desember 2021, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Las_listrik
Wikipedia. (2021). Las. Diakses pada 18 Desember 2021, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Las

Anda mungkin juga menyukai