1652-Article Text-4300-1-10-20210503
1652-Article Text-4300-1-10-20210503
ABSTRAK
Angka balita gizi kurang di Propinsi Riau dari tahun ke tahun meningkat, tercatat dari 12,4%
pada tahun 2015, meningkat menjadi 14,2% pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 meningkat
lagi menjadi 19,27%. Propinsi Riau sendiri menjadi propinsi yang memiliki jumlah balita
sangat kurus terbanyak dari semua propinsi yang ada di Indonesia di tahun 2017 dengan
persentase 12,2% dari semua jumlah balita yang ada dan pada tahun 2018 adaah sebesar
23,1%.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan cross sectional., ada hubungan yang signitifikan antara pengetahuan gizi ibu
dengan status gizi balita nilai p = 0,002 (p <0,05), ada hubungan yang signitifikan antara
konsumsi makanan dengan status gizi pada balita nilai p = 0,026 (p <0,05) Diharapkan
kepada responden untuk lebih aktif dalam mencari informasi dengan cara mengikuti
penyuluhan yang di lakukan puskesmas mengenai Status Gizi balita dan kepada Puskesmas
untuk dapat memberikan informasi tentang Status Gizi Balita disetiap pertemuan ibu-ibu dan
di posyandu.
gizi kurang didapat. Sehingga tidak heran makanan yang mengandung karbohidrat,
orang tua tersebut mempunyai balita yang lemak dan protein (Almatsier, 2014).
gizi buruk. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh info pangan dan gizi, Menurut asumsi peneliti, responden
yaitu pendidikan orang tua merupakan yang konsumsi makanan kurang, tetapi
hubungan yang nyata dengan semua upaya anaknya mengalami status gizi normal
pencegahan penyakit juga pendidikan disebabkan karena daya tahan tubuh balita
orang tua ternyata sangat kuat dalam yang baik yang dapat menjaga status gizi
menentukan status gizi balita (Ardi, 2014). tetap normal. Sedangkan balita yang
konsumsi makanan cukup, tetapi
sHasil penelitian ini sesuai dengan mengalami status gizi tidak normal karena
penelitian yang dilakukan oleh Allo adanya penyakit infeksi seperti diare,
(2017) tentang hubungan antara ISPA dan penyakit lainnya yang dapat
pengetahuan dengan kejadian gizi lebih menghambat status gizi balita tersebut.
pada siswa SDN Sudirman 1 Makasar
tahun 2017. Didapatkan hasil nilai p value Status gizi yang baik terwujud bila
0,002, berarti ada hubungan pengetahuan makanan yang dikonsumsi cukup, baik
ibu tentang status gizi pada balita. dalam jumlah, mutu maupun
keragamannya dan sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) yang diperlukan
Hubungan konsumsi makanan dengan oleh tubuh. Makanan sangat penting bagi
Status Gizi Balita tubuh karena berfungsi sebagai zat
pembangun. Protein memegang peranan
Berdasarkan hasil penelitian esensial dalam mengangkut zat-zat gizi
diketahui dilihat bahwa bahwa dari 55 dari saluran cerna melalui dinding saluran
responden yang kurang konsumsi cerna ke dalam darah, dari darah ke
makanan, terdapat 19 responden (40,4%) jaringan-jaringan dan melalui membran sel
yang mengalami status gizi normal. ke dalam sel-sel. Sebagian besar bahan
Sedangkan dari 48 responden yang yang mengakut zat-zat gizi ini adalah
konsumsi makanan cukup, terdapat 20 protein (Sunita, 2015)
responden ( 35,7%) yang status gizinya
tidak normal. Berdasarkan uji statistik Hasil penelitian ini sesuai dengan
diperoleh nilai p = 0,026 (p <0,05), penelitian Kiranti (2017) yang didapatkan
dengan demikian secara statistik ada hasil penelitian ada konsumsi makanan
hubungan antara konsumsi makanan dengan kejadian status gizi gizi kurang
dengan status gizi pada balita. Dari hasil SDN 001 Bangunjiwo Yogyakarta dengan
penelitian diketahui bahwa nilai p value 0,001.
POR=3,111. Hal ini berarti bahwa balita
Hubungan Kesulitan Makan dengan
yang mengalami kesulitan makan
berpeluang 3 kali mengalami status gizi. Status Gizi Balita
kesulitan makan dengan status gizi balita. juga mempengaruhi waktu makan, jumlah
Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai hidangan, metode penyiapan makanan,
POR=3,111. Hal ini berarti bahwa balita orang yang ikut makan, ukuran porsi dan
yang mengalami kesulitan makan cara makan (Barasi, 2012).
berpeluang 3 kali mengalami status gizi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesulitan makan adalah jika anak Setelah dilakukan penelitian
tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengenai faktor- faktor yang berhubungan
mengalami kesulitan mengkonsumsi dengan status gizi pada balita di Desa
makanan atau minuman dengan jenis dan Pulau jambu wilayah kerja Puskesmas
jumlah sesuai usia secara fisiologis Kuok tahun 2020 dapat diambil
(alamiah dan wajar), yaitu mulai dari kesimpulan sebagai berikut:
membuka mulut, mengunyah, menelan
hingga sampai terserap dipercernaan 1. Sebagian besar ibu balita
secara baik tanpa paksaan (Judarwanto, berpengetahuan kurang tentang gizi
2016. yaitu 51,5%
2. Sebagian besar balita mengalami
Menurut asumsi peneliti responden kesulitan makan yaitu 55,3%
yang mengalami kesulitan makan, tetapi 3. Sebagian besar balita kurang
status gizi normal disebabkan karena ibu mengkonsumsi makanan yaitu 53,4%
selalu memperhatikan makanan anaknya, 4. Sebagian besar status gizi balita tidak
walaupun anak sulit untuk makan ibu tetap normal yaitu 54,4%
mengganti makanan yang bergizi lainya 5. Ada hubungan yang signifikan antara
yang disukai anaknya seperti buah-buahan pengetahuan gizi ibu dengan status gizi
sehingga kebutuhan gizi terpenuhi. balita dengan nilai p value 0,002,
Sedangkan responden yang tidak POR=3,773.
mengalami kesulitan makan, tetapi status 6. Ada hubungan yang signifikan antara
gizi tidak normal disebabkan karena konsumsi makanan dengan status gizi
sanitasi lingkungan rumah yang buruk balita dengan nilai p value 0,026,
sehingga balita akan terganggu POR=3,111.
kesehatannya dan menyebabkan gizi tidak 7. Ada hubungan yang signifikan antara
normal pada balita. kesulitan makan dengan status gizi
balita dengan nilai p value 0,010,
Anak diidentifikasikan sebagai sulit POR=5,897.
makan apabila menunjukkan karakteristik Saran
yang khas. Perilaku sulit makan seperti 1. Aspek teoritis
mengonsumsi variasi makanan terbatas, Diharapkan penelitian ini dapat
jumlah asupan terbatas, makan lama, menjadi salah satu informasi ilmiah
menolak coba makanan baru, dalam menurunkan angka kejadian
menunjukkan preferensi makanan yang status gizi dan bagi penelitian lain
kuat baik makanan kesukaan ataupun yang tertarik dengan penelitian ini
tidak, dan menunjukkan sedikit dapat menjadikan penelitian ini
ketertarikan terhadap makanan (Budi, sebagai acuan dan menyusun
2012). hipotesis baru sebagai rancangan
penelitian berikutnya.
Pemilihan makanan mencakup
2. Aspek praktis
sebagian dari hal-hal yang lebih luas
a. Bagi Orang Tua
tentang kebiasaan yang berkaitan dengan
Diharapkan kepada orang tua untuk
makanan yang merupakan perilaku khas
selalu memantau makanan bagi balita
masyarakat dalam kaitannya dengan
untuk memantau gizi anak sehingga
makanan. Kebiasaan memilih makanan
kejadian gizi kurang dapat dihindari.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih kepada Rektor Univeristas
Pahlawan Tuanku Tambusai, Ketua
LPPM, Anggota Peneliti, Kepala
Puskesmas Kampar, Bidan dan Kepala
Desa Ranah Singkuang serta seluruh
partisipan dalam pelaksanaan penelitian
ini, sehingga publikasi ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat dan bisa
berkontribusi kepada pendidikan
kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2014). Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama