Anda di halaman 1dari 6

Vol 5 No 1 Tahun 2021 ISSN 2580-3123

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA


BALITA DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK
TAHUN 2020

Endang Mayasari1, Erma Kasumayanti2


1,2
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Email1: Endangmayasari@gmail.com
Email2 :erma@gmail.com

ABSTRAK
Angka balita gizi kurang di Propinsi Riau dari tahun ke tahun meningkat, tercatat dari 12,4%
pada tahun 2015, meningkat menjadi 14,2% pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 meningkat
lagi menjadi 19,27%. Propinsi Riau sendiri menjadi propinsi yang memiliki jumlah balita
sangat kurus terbanyak dari semua propinsi yang ada di Indonesia di tahun 2017 dengan
persentase 12,2% dari semua jumlah balita yang ada dan pada tahun 2018 adaah sebesar
23,1%.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan cross sectional., ada hubungan yang signitifikan antara pengetahuan gizi ibu
dengan status gizi balita nilai p = 0,002 (p <0,05), ada hubungan yang signitifikan antara
konsumsi makanan dengan status gizi pada balita nilai p = 0,026 (p <0,05) Diharapkan
kepada responden untuk lebih aktif dalam mencari informasi dengan cara mengikuti
penyuluhan yang di lakukan puskesmas mengenai Status Gizi balita dan kepada Puskesmas
untuk dapat memberikan informasi tentang Status Gizi Balita disetiap pertemuan ibu-ibu dan
di posyandu.

Kata kunci : Status Gizi , Pengetahuan, komsumsi makan, kesulitan makan

PENDAHULUAN tahun menderita gizi buruk disebabkan


Pada masa balita termasuk adalah usia oleh kurangnya makanan untuk mencukupi
yang rentan terhadap kekurangan gizi. kebutuhan gizi sehari-hari (Depkes RI,
Kurangnya asupan gizi pada balita akan 2017).
menyebabkan kekurangan energi protein.
Status gizi balita merupakan masalah Di Propinsi Riau dari tahun ke tahun
penting yang harus diketahui oleh setiap meningkat, tercatat dari 12,4% pada tahun
orang tua. 2015, meningkat menjadi 14,2% pada
Menurut sensus yang dilakukan World tahun 2016 dan pada tahun 2017
Health Organization (WHO) tahun 2017 meningkat lagi menjadi 19,27%. Propinsi
diketahui bahwa 42% dari 15,7 juta Riau sendiri menjadi propinsi yang
kematian anak dibawah 5 tahun terjadi di memiliki jumlah balita sangat kurus
negara berkembang. Dari data tersebut terbanyak dari semua propinsi yang ada di
juga didapati sebanyak 84% kasus Indonesia di tahun 2017 dengan persentase
kekurangan gizi anak usia dibawah lima 12,2% dari semua jumlah balita yang ada
tahun (balita) terjadi di Asia dan Afrika. dan pada tahun 2018 adaah sebesar 23,1%
Sedangkan di Indonesia tahun 2017 (Depkes RI, 2018).
terdapat sekitar 53% anak di bawah usia 5

Jurnal Doppler Page 87


Vol 5 No 1 Tahun 2021 ISSN 2580-3123

Di Kabupaten Kampar terdapat 31 HASIL DAN PEMBAHASAN


Puskesmas, dan kejadian gizi kurang
tertinggi berada di wilayah kerja 1. Tabel 1. Hubungan Pengetahuan Gizi
Puskesmas Kuok yaitu sebanyak 373 balita Ibu dengan Status Gizi Balita
Kesulitan makan merupakan gejala Staatus Gizi
Pengetahuan Balita
ketidakmampuan secara wajar untuk Gizi Ibu Tidak Normal Total P POR
kebutuhan nutrisi (makan) dan menolak Norm val
makanan tertentu. Kesulitan makan adalah al ue
n % n %
jika anak tidak mau atau menolak untuk Kurang 37 66,1 16 34,0 53 10 0,0 3,77
makan atau mengalami kesulitan 0 02 3
mengkonsumsi makanan atau minuman Baik 19 33,9 31 66,0 50 10
0
dengan jenis dan jumlah sesuai usia. Jumlah 56 100 47 100 103 10
Perilaku memilih-milih makanan 0
(pickiness) meliputi penolakan terhadap
jenis makanan tertentu, menginginkan
hanya makanan jenis tertentu saja, Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa
ketidakinginan untuk mencoba makanan dari 53 ibu balita yang berpengetahuan
baru (neophobia makanan), asupan kurang tentang gizi, terdapat 16 balita
makanan yang terbatas dan nafsu makan (34,0%) yang mengalami gizi normal,
yang berkurang adalah beberapa ciri anak sedangkan dari 50 ibu balita yang
yang mengalami kesulitan makan berpengetahuan baik tentang gizi, terdapat
(Judarwanto 2014). 19 balita (33,9%) yang mengalami gizi
Berdasarkan permasalahan diatas, tidak normal. Berdasarkan uji statistik
maka peneliti tertarik mengambil judul diperoleh nilai p = 0,002 (p <0,05), dengan
penelitian tentang “faktor- faktor yang demikian secara statistik ada hubungan
berhubungan dengan status gizi pada balita yang signitifikan antara pengetahuan gizi
di wilayah kerja Puskesmas Kuok. ibu dengan status gizi balita. Dari hasil
Tujuan penelitian ini adalah untuk penelitian diketahui bahwa nilai
menganalisis determinan faktor- faktor POR=3,773. Hal ini berarti bahwa ibu
yang berhubungan dengan status gizi pada balita yang pengetahuan kurang beresiko 4
balita di wilayah kerja Puskesmas Kuok kali untuk mengalami status gizi kurang
dibandingkan ibu balita yang
METODE PENELITIAN berpengetahuan baik.
Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kuantitatif dengan menggunakan Tabel 2 Hubungan Kesulitan Makan
pendekatan cross sectional. Sampel pada dengan Status Gizi Balita Wilayah Kerja
Puskesmas Kuok
penelitian ini sebanyak 103 orang ibu yang
mempunyai balita. Analisa data yang Staatus Gizi
digunakan adalah uji chi square Kesulitan Tidak Normal Total P POR
Makan Norm va
al lu
e
n % n %
Ya 38 67,9 19 40,4 57 100 0, 3,111
Tidak 18 32,1 28 59,6 46 100 01
0
Jumlah 56 100 47 100 103 100

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa


dari 57 balita yang mengalami kesulitan
makan, terdapat 19 balita (40,4%) yang
mengalami gizi normal, sedangkan dari 46

Jurnal Doppler Page 88


Vol 5 No 1 Tahun 2021 ISSN 2580-3123

balita yang tidak mengalami kesulitan Berdasarkan hasil penelitian yang


makan terdapat 18 balita (32,1) yang telah dilakukan, diketahui bahwa dari 53
mengalami gizi tidak normal. Berdasarkan ibu balita yang berpengetahuan kurang
uji statistik diperoleh nilai p = 0,010 (p tentang gizi, terdapat 16 balita (34,0%)
<0,05), dengan demikian secara statistik yang mengalami gizi normal, sedangkan
ada hubungan yang signitifikan antara dari 50 ibu balita yang berpengetahuan
kesulitan makan dengan status gizi balita. baik tentang gizi, terdapat 19 balita
Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai (33,9%) yang mengalami gizi tidak
POR=3,111. Hal ini berarti bahwa balita normal. Berdasarkan uji statistik diperoleh
yang mengalami kesulitan makan beresiko nilai p = 0,002 (p <0,05), dengan demikian
3 kali untuk mengalami status gizi kurang secara statistik ada hubungan antara
dibandingkan balita yang tidak mengalami pengetahuan gizi ibu dengan status gizi
kesulitan makan balita. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa nilai POR=3,773. Hal ini berarti
bahwa ibu balita yang pengetahuan kurang
Tabel 3 : Hubungan Konsumsi berpeluang 4 kali mengalami status gizi
Makanan dengan status gizi balita kurang pada balita.
Wilayah Kerja Puskesmas Kuok
Menurut asumsi peneliti responden
Staatus Gizi Total yang berpengetahuan kurang tetapi status
Konsu Tidak Normal P
msi Normal valu
gizi normal disebabkan karena status
Makana e ekonomi keluarga yang tinggi sehingga
n n % n % semua asupan makanan gizi terpenuhi.
Kurang 36 64, 19 40, 55 100 0,02
3 4 6
Responden yang berpengetahuan cukup
Cukup 20 35, 28 59, 48 100 dan baik tetapi mengalami gizi kurang
7 6 pada anaknya disebabkan karena
Jumlah 56 100 47 10 41 100 kurangnya perhatian dari orang tua dalam
0
pemilhan makanan sehingga makanan
yang dikonsumsi anak kurang bergizi.
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa
dari 55 balita yang kurang konsumsi Menurut Notoatmodjo (2015),
makanan, terdapat 19 balita (40,4%) yang tingkat pendidikan akan mempengaruhi
mengalami status gizi normal. Sedangkan pengetahuan seseorang sehingga
dari 48 balita yang konsumsi makanan membuat seseorang berpandang luas,
cukup, terdapat 20 balita ( 35,7%) yang berfikir dan bertindak rasional, karena
status gizinya tidak normal. Berdasarkan semakin tinggi tingkat pendidikan
uji statistik diperoleh nilai p = 0,026 (p seseorang semakin mudah menerima
<0,05), dengan demikian secara statistik informasi sehingga semakin banyak
ada hubungan yang signitifikan antara pula pengetahuan yang dimilikinya.
konsumsi makanan dengan status gizi pada Bahwa tingkat pendidikan memiliki
balita. Dari hasil penelitian diketahui peran penting dalam pencapaian kualitas
bahwa nilai POR=5.897 Hal ini berarti pengetahuan seseorang. Semakin tinggi
bahwa balita yang kurang konsumsi tingkat pengetahuan seseorang maka
makanan beresiko 6 kali untuk mengalami semakin baik pula ia menyerap ilmu
status gizi kurang dibandingkan balita pengetahuan dan teknologi yang
yang cukup konsumsi makanan. berkembang.
Dengan melihat bahwa tingkat
Hubungan Pengetahuan Gizi ibu pendidikan orang tua yang mempunyai
dengan status gizi pada balita pendidikan rendah maka informasi-
informasi kesehatan khususnya dibidang

Jurnal Doppler Page 89


Vol 5 No 1 Tahun 2021 ISSN 2580-3123

gizi kurang didapat. Sehingga tidak heran makanan yang mengandung karbohidrat,
orang tua tersebut mempunyai balita yang lemak dan protein (Almatsier, 2014).
gizi buruk. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh info pangan dan gizi, Menurut asumsi peneliti, responden
yaitu pendidikan orang tua merupakan yang konsumsi makanan kurang, tetapi
hubungan yang nyata dengan semua upaya anaknya mengalami status gizi normal
pencegahan penyakit juga pendidikan disebabkan karena daya tahan tubuh balita
orang tua ternyata sangat kuat dalam yang baik yang dapat menjaga status gizi
menentukan status gizi balita (Ardi, 2014). tetap normal. Sedangkan balita yang
konsumsi makanan cukup, tetapi
sHasil penelitian ini sesuai dengan mengalami status gizi tidak normal karena
penelitian yang dilakukan oleh Allo adanya penyakit infeksi seperti diare,
(2017) tentang hubungan antara ISPA dan penyakit lainnya yang dapat
pengetahuan dengan kejadian gizi lebih menghambat status gizi balita tersebut.
pada siswa SDN Sudirman 1 Makasar
tahun 2017. Didapatkan hasil nilai p value Status gizi yang baik terwujud bila
0,002, berarti ada hubungan pengetahuan makanan yang dikonsumsi cukup, baik
ibu tentang status gizi pada balita. dalam jumlah, mutu maupun
keragamannya dan sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) yang diperlukan
Hubungan konsumsi makanan dengan oleh tubuh. Makanan sangat penting bagi
Status Gizi Balita tubuh karena berfungsi sebagai zat
pembangun. Protein memegang peranan
Berdasarkan hasil penelitian esensial dalam mengangkut zat-zat gizi
diketahui dilihat bahwa bahwa dari 55 dari saluran cerna melalui dinding saluran
responden yang kurang konsumsi cerna ke dalam darah, dari darah ke
makanan, terdapat 19 responden (40,4%) jaringan-jaringan dan melalui membran sel
yang mengalami status gizi normal. ke dalam sel-sel. Sebagian besar bahan
Sedangkan dari 48 responden yang yang mengakut zat-zat gizi ini adalah
konsumsi makanan cukup, terdapat 20 protein (Sunita, 2015)
responden ( 35,7%) yang status gizinya
tidak normal. Berdasarkan uji statistik Hasil penelitian ini sesuai dengan
diperoleh nilai p = 0,026 (p <0,05), penelitian Kiranti (2017) yang didapatkan
dengan demikian secara statistik ada hasil penelitian ada konsumsi makanan
hubungan antara konsumsi makanan dengan kejadian status gizi gizi kurang
dengan status gizi pada balita. Dari hasil SDN 001 Bangunjiwo Yogyakarta dengan
penelitian diketahui bahwa nilai p value 0,001.
POR=3,111. Hal ini berarti bahwa balita
Hubungan Kesulitan Makan dengan
yang mengalami kesulitan makan
berpeluang 3 kali mengalami status gizi. Status Gizi Balita

Konsumsi makanan merupakan faktor Berdasarkan hasil penelitian diketahui


utama untuk memenuhi kebutuhan gizi dari 57 responden yang mengalami
sebagai sumber tenaga, mempertahankan kesulitan makan, terdapat 19 responden
ketahanan tubuh dalam menghadapi (40,4%) yang mengalami gizi normal,
serangan penyakit dan untuk pertumbuhan. sedangkan dari 46 responden yang tidak
Manusia membutuhkan energi untuk mengalami kesulitan makan terdapat 18
mempertahankan hidup, menunjang responden (32,1) yang mengalami gizi
pertumbuhan dan melakukan aktivitas tidak normal. Berdasarkan uji statistik
fisik. Asupan tersebut diperoleh dari bahan diperoleh nilai p = 0,010 (p <0,05), dengan
demikian secara statistik ada hubungan

Jurnal Doppler Page 90


Vol 5 No 1 Tahun 2021 ISSN 2580-3123

kesulitan makan dengan status gizi balita. juga mempengaruhi waktu makan, jumlah
Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai hidangan, metode penyiapan makanan,
POR=3,111. Hal ini berarti bahwa balita orang yang ikut makan, ukuran porsi dan
yang mengalami kesulitan makan cara makan (Barasi, 2012).
berpeluang 3 kali mengalami status gizi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesulitan makan adalah jika anak Setelah dilakukan penelitian
tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengenai faktor- faktor yang berhubungan
mengalami kesulitan mengkonsumsi dengan status gizi pada balita di Desa
makanan atau minuman dengan jenis dan Pulau jambu wilayah kerja Puskesmas
jumlah sesuai usia secara fisiologis Kuok tahun 2020 dapat diambil
(alamiah dan wajar), yaitu mulai dari kesimpulan sebagai berikut:
membuka mulut, mengunyah, menelan
hingga sampai terserap dipercernaan 1. Sebagian besar ibu balita
secara baik tanpa paksaan (Judarwanto, berpengetahuan kurang tentang gizi
2016. yaitu 51,5%
2. Sebagian besar balita mengalami
Menurut asumsi peneliti responden kesulitan makan yaitu 55,3%
yang mengalami kesulitan makan, tetapi 3. Sebagian besar balita kurang
status gizi normal disebabkan karena ibu mengkonsumsi makanan yaitu 53,4%
selalu memperhatikan makanan anaknya, 4. Sebagian besar status gizi balita tidak
walaupun anak sulit untuk makan ibu tetap normal yaitu 54,4%
mengganti makanan yang bergizi lainya 5. Ada hubungan yang signifikan antara
yang disukai anaknya seperti buah-buahan pengetahuan gizi ibu dengan status gizi
sehingga kebutuhan gizi terpenuhi. balita dengan nilai p value 0,002,
Sedangkan responden yang tidak POR=3,773.
mengalami kesulitan makan, tetapi status 6. Ada hubungan yang signifikan antara
gizi tidak normal disebabkan karena konsumsi makanan dengan status gizi
sanitasi lingkungan rumah yang buruk balita dengan nilai p value 0,026,
sehingga balita akan terganggu POR=3,111.
kesehatannya dan menyebabkan gizi tidak 7. Ada hubungan yang signifikan antara
normal pada balita. kesulitan makan dengan status gizi
balita dengan nilai p value 0,010,
Anak diidentifikasikan sebagai sulit POR=5,897.
makan apabila menunjukkan karakteristik Saran
yang khas. Perilaku sulit makan seperti 1. Aspek teoritis
mengonsumsi variasi makanan terbatas, Diharapkan penelitian ini dapat
jumlah asupan terbatas, makan lama, menjadi salah satu informasi ilmiah
menolak coba makanan baru, dalam menurunkan angka kejadian
menunjukkan preferensi makanan yang status gizi dan bagi penelitian lain
kuat baik makanan kesukaan ataupun yang tertarik dengan penelitian ini
tidak, dan menunjukkan sedikit dapat menjadikan penelitian ini
ketertarikan terhadap makanan (Budi, sebagai acuan dan menyusun
2012). hipotesis baru sebagai rancangan
penelitian berikutnya.
Pemilihan makanan mencakup
2. Aspek praktis
sebagian dari hal-hal yang lebih luas
a. Bagi Orang Tua
tentang kebiasaan yang berkaitan dengan
Diharapkan kepada orang tua untuk
makanan yang merupakan perilaku khas
selalu memantau makanan bagi balita
masyarakat dalam kaitannya dengan
untuk memantau gizi anak sehingga
makanan. Kebiasaan memilih makanan
kejadian gizi kurang dapat dihindari.

Jurnal Doppler Page 91


Vol 5 No 1 Tahun 2021 ISSN 2580-3123

b. Bagi Peneliti Selanjutnya


Disarankan untuk meneliti lebih
mendalam tentang status gizi balita,
agar dalam pemberian makanan sehat
dengan status gizi anak dengan
menambahkan faktor-faktor lain

UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih kepada Rektor Univeristas
Pahlawan Tuanku Tambusai, Ketua
LPPM, Anggota Peneliti, Kepala
Puskesmas Kampar, Bidan dan Kepala
Desa Ranah Singkuang serta seluruh
partisipan dalam pelaksanaan penelitian
ini, sehingga publikasi ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat dan bisa
berkontribusi kepada pendidikan
kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2014). Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama

Ardi .(2014). Gizi pada Balita. EGC.


Jakarta

Budi, (2012). Ketika Anak Sulit Diatur :


Panduan Orang Tua Untuk
Mengubah Masalah Perilaku Anak.
Bandung : PT. Mizan Utama.

Depkes RI. (2017). Gizi dan Kesehatan


Masyarakat. Jakarta

Judarwanto.(2014). Buku ajar jajanan dan


pangan.EGC.Jakarta

Kiranti, ( 2017). Hubungan konsumsi


makanan dengan kejadian status gizi
kurang SDN 001 Bangunjiwo.
Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, S. (2015). Metodologi


Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta

Jurnal Doppler Page 92

Anda mungkin juga menyukai