Anda di halaman 1dari 37

SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

D
CA RECTUM DI RUANG PERAWATAN BEDAH
DI RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI

Kelompok Aries

Mata Kuliah :
Keperawatan Medikal Bedah II

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
2022

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Medis Ca Rektum


1. Definisi
Kanker rektum adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas didalam
permukaan usus besar atau rektum (Dyayadi MT, 2013). Kanker rektum
merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus
menyerang bagian rektum yang terjadi akibat timbulnya di mukosa/epitel
dimana lama kelamaan timbul nekrose dan ulkus (Nugroho, 2014). Kanker
rektum adalah pertumbuhan sel abnormal atau maligna pada daerah rektum
(Sodikin, 2014).
2. Anatomi Fisiologi Rektum
Fungsi utama dari rektum dan kanali anal ialah untuk mengeluarkan
masa feses yang terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan melakukan hal
tersebut dengan cara yang terkontrol. Rektum dan kanalis anal tidak begitu
beperan dalam proses pencernaan, selain hanya menyerap sedikit cairan. Selain
itu sel-sel goblet mukosa mengeluarkan mucus yang berfungsi sebagai pelicin
untuk keluarnya masa feses. Pada saat rektum tidak berisi feses hal ini
sebagian diakibatkan adanya otot sfingter yang tidak begitu kuat terdapat pada
rectosigmoid junction kirakira 29 cm dari anus. Terdapatnya lekukan tajam
dari tempat ini juga member tambahan penghalang masuknya feses ke rektum.
Akan tetapi, bila suatu gerakan mendorong feses ke arah rektum, secara
normal hasrat defekasi akan timbul, yang ditimbulkan oleh reflek kontraksi
dari rektum dan relaksasi dari otot sfingter. Feses tidak keluar secara terus-
menerus dan sedikit demi sedikit dari anus berkat adanya kontraksi tonik otot
sfingter ani interna dan externa (sobiston, 2009) dalam (Paulista, 2017).
3. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Penyebab Kanker rektum masih belum diketahui pasti,namun telah
dikenali beberapa faktor predisposisi. Faktor predisposisi lain mungkin
berkaitan dengan kebiasaan makan. Hal ini karena Kanker rektum terjadi
serkitar sepuluh kali lebih banyak pada penduduk wilayah barat yang
mengkonsumsi lebih banyak makanan mengandung karbohidrat murni dan
rendah serat,dibandingkan produk primitif (Misalnya,di Afrika) yang
mengkonsumsi makanan tinggi serat (Arderson S, 2006).
Beberapa faktor risiko/faktor predisposisi terjadinya kanker rectum
menurut (Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010) sebagai berikut:
a. Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, (Price
Sylvia A, 2012) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya
karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan
perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein
dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet
rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik
dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa transisi feses
meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa
usus bertambah lama.
b. Lemak

Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah


steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
c. Polip (colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau
rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian
besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma)
dapat menjadi kanker.
d. Inflamatory Bowel Disease
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada rectum
(misalnya colitis ulcerativa) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang
lebih besar.
e. Riwayat kanker pribadi
Orang yang sudah pernah terkena kanker kolorectal dapat terkena
kanker kolorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat
kanker di indung telur, uterus (endometrium), atau payudara mempunyai
tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker rektum.
f. Riwayat kanker rektal pada keluarga
Jika mempunyai riwayat kanker rekti pada keluarga, maka
kemungkinan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika terkena
kanker pada usia muda.
g. Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak
dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih
besar terkena kanker kolorectal serta kebiasaan sering menahan
tinja/defekasi yang sering.
h. Usia di atas 50
Kanker rektum biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua.
Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah
usia 50 tahun ke atas.

4. Patofisiologi
Kanker Rektum terutama (95%) adenokarisinoma (muncul dari
lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas
dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar kebagian
tubuh yang lain (paling sering ke hati) (Oliver, 2013).
Karsinogen adalah substansi yang mengakibatkan perubahan pada
struktur dan fungsi sel menjadi bersifat maligna. Maligna merupakan peroses
perubahan sel normal menjadi sel kanker. Transformasi maligna diduga
mempunyai sedikitnya tiga tahapan proses seluler yaitu inisiasi merupakan
perubahan dalam bahan genetika yang memicu sel menjadi ganas, promosi
yaitu perubahan sel menjadi ganas dan progresi yaitu tahap akhir terbentuknya
sel kanker (Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010).

5. Manifestasi Klinis
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari
bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan
defekasi atau perdarahan rektum. Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker,
tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang
paling menonjol adalah (Smeltzer, Burke, Hinkle & Cheever, 2010):
a. Perubahan kebiasaan defekasi
b. Terdapat darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua
c. Gejala anemia tanpa diketahui penyebabnya
d. Anoreksia
e. Penurunan berat badan tanpa alasan
f. Keletihan
g. Mual dan muntah-muntah
h. Usus besar terasa tidak kosong seluruhnya setelah BAB
i. Feses menjadi lebih sempit (seperti pita)
j. Perut sering terasa kembung atau keram perut
Gejala yang dihubungkan dengan lesi rectal adalah evakuasi feses yang
tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian (umumnya
konstipasi), serta feses berdarah. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat
mengenai radiks saraf, pembuluh limfe, atau vena menimbulkan gejala gejala
pada tungkai atau perineum, hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah,
keinginan defekasi, atau sering berkemih dapat
timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut. Semua karsinoma
kolorektal dapat menyebabkan ulserasi, perdarahan, obstruksi bila membesar
atau invasi menembus dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional, terkadang
bisa terjadi perforasi dan menimbulkan abses peritoneum (Fauziyyah, 2015).

6. Klasifikasi Dan Stadium Kanker Rektum


Klasifikasi menurut (Black, J.C & Hawks, 2014):
a. Stadium 0 (carcinoma in situ)
Kanker belum menembus membran basal dari mukosa kolon atau rektum.
b. Stadium I
Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau ketiga
(submukosa/ muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/ rektum tetapi
belum menyebar keluar dari dinding kolon/rectum.
c. Stadium II
Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari dinding
usus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum menyebar pada
kelenjar getah bening.
d. Stadium III
Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi belum
pada organ tubuh lainnya.
e. Stadium IV
Kanker telah menyebar pada organ tubuh lainnya.

7. Pemeriksaan penunjang
a. Fecal occulat blood test
Pemeriksaan darah samar pada feses di bawah mikroskop
b. Endoskopi
Endoskopi merupakan prosedur diagnostik utama dan dapat dilakukan
dengan sigmoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid) atau dengan
kolonoskopi total.
c. Biopsi
Tindakan pembedahan untuk pengambilan sel atau jaringan abnormal .
d. Ultrasonogrsfi(USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada rektum, tetapi USG
digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker kekelenjar getah
bening di abdomen dan hati.
e. Laboratorium
Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat
meninggi, indikasi telah mengenai hepar.

8. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindak bedah.
Tujuan utama ialah memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif
maupun nonkuratif. Tindak bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma primer
dan kelenjar limf regional. Bila sudah terjadi metastasis jauh, tumor primer
akan di reseksi juga dengan maksud mencegah obstruksi, perdarahan,
anemia, inkontinensia, fistel, dan nyeri (Sjamsuhidayat & de Jong, 2011).
b. Kolostomi
Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen
dari usus besar melalui dinding perut dengan tindakan bedah bila jalan ke
anus tidak bisa berfungsi, dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon
karena gangguan fungsi anus (Suratun & Lusianah, 2010)
c. Radiasi
Terapi radiasi merupakan penanganan karsinoma dengan
menggunakan x-ray berenergi tinggi untuk membunuh sel karsinoma.
Terdapat 2 cara pemberian terapi radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal dan
radiasi internal. Radiasi eksternal (external beam radiation therapy)
merupakan penanganan dimana radiasi tingkat tinggi secara tepat diarahkan
pada sel karsinoma. Terapi radiasi tidak menyakitkan dan pemberian radiasi
hanya berlangsung menit (American Cancer Society, 2013).
d. Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker kolorektal dapat dilakukan sebagai terapi
ajuvan, neoaduvan atau paliatif. Terapi ajuvan direkomendasikan untuk
kanker rektum stadium II dan stadium III yang memiliki risiko tinggi
(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).

9. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah
sekitar kolon dan rektum yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi
dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat
menimbulkan syok (Smeltzer dan Bare, 2002) (Nursalam, 2016).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Ca Rektum


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien,
agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, social dan lingkungan
(Dermawan, 2012).
a. Pengumpulan Data
1) Identitas pasien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
alamat, tempat tinggal
2) Riwayat penyakit sekarang: Pada pengkajian ini yang perlu dikaji
adanya keluhan pada area abdomen terjadi pembesaran
3) Riwayat penyakit dahulu: Adakah riwayat penyakit dahulu yang
diderita pasien dengan timbulnya kanker rektum.
4) Riwayat penyakit keluarga: Adakah anggota keluarga yang
mengalami penyakit seperti yang dialami pasien, adakah anggota
keluarga yang mengalami penyakit kronis lainnya
5) Riwayat psikososial dan spiritual: Bagaimana hubungan pasien
dengan anggota keluarga yang lain dan lingkungan sekitar sebelum
maupun saat sakit, apakah pasien mengalami kecemasan, rasa sakit,
karena penyakit yang dideritanya, dan bagaimana pasien
menggunakan koping mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
b. Riwayat bio- psiko- sosial- spiritual
1) Pola Nutrisi
Bagaimana kebiasaan makan, minum sehari- hari, jenis
makanan apa saja yang sering di konsumsi, makanan yang paling
disukai, frekwensi makanannya.
2) Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB, BAK, frekwensi, warna BAB, BAK, adakah
keluar darah atau tidak, keras, lembek, cair ?
3) Pola personal hygiene
Kebiasaan dalam pola hidup bersih, mandi, menggunakan sabun
atau tidak, menyikat gigi.
4) Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan istirahat tidur berapa jam?
Kebiasaan – kebiasaan sebelum tidur apa saja yang dilakukan?
5) Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan sehari-hari, olaraga yang sering dilakukan, aktivitas
diluar kegiatan olaraga, misalnya mengurusi urusan adat di kampung
dan sekitarnya.
6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Kebiasaan merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras,
ketergantungan dengan obat-obatan ( narkoba ).

7) Hubungan peran
Hubungan dengan keluarga harmonis, dengan tetangga, teman-
teman sekitar

lingkungan rumah, aktif dalam kegiatan adat?


8) Pola persepsi dan konsep diri
Pandangan terhadap image diri pribadi, kecintaan terhadap
keluarga, kebersamaan dengan keluarga.
9) Pola nilai kepercayaan
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, keyakinan
terhadap agama yang dianut, mengerjakan perintah agama yang di
anut dan patuh terhadap perintah dan larangan-Nya.
10) Pola reproduksi dan seksual
Hubungan dengan keluarga harmonis, bahagia, hubungan
dengan keluarga besarnya dan lingkungan sekitar.
c. Riwayat pengkajian nyeri
P: Provokatus paliatif: Apa yang menyebabkan gejala? Apa yang bias
memperberat? apa yang bias mengurangi?
Q: QuaLity-quantity: Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala
dirasakan
R: Region – radiasi: Dimana gejala dirasakan ? apakah menyebar?
S: Skala – severity: Seberapah tingkat keparahan dirasakan? Pada skala
berapah?
T: Time: Kapan gejala mulai timbul? Seberapa sering gejala dirasakan?
tiba-tiba atau bertahap? seberapa lama gejala dirasakan?
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, suhu 37,5
C, nadi 60
2) 100X/ menit, RR 16-20x / menit tensi 120/ 80 mmHg.
3) Pemeriksaan head totoe
Kepala dan leher: Dengan tehnik inspeksi dan palpasi:
Rambut dan kulit kepala: Pendarahan, pengelupasan, perlukaan,
penekanan
Telinga: Perlukaan, darah, cairan, bauh ?
Mata: Perlukaan, pembengkakan, replek pupil, kondisi kelopak
mata, adanya benda asing, skelera putih ?
Hidung: Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan anatomi
akibat trauma?
Mulut: Benda asing, gigi, sianosis, kering? Bibir: Perlukaan,
pendarahan, sianosis, kering? Rahang: Perlukaan, stabilitas ?
Leher: Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar tiroid

e. Pemeriksaan dada
1) Inspeksi: Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi
pernapasan, irama,

2) gerakkan cuping hidung, terdengar suara napas tambahan bentu


dada?
3) Palpasi: Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama antara
kanan kiri dinding dada.
4) Perkusi: Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup pada
batas paru dan hipar.
5) Auskultasi: Terdengar adanya suara visikoler di kedua lapisan paru,
suara ronchi dan wheezing
f. Kardiovaskuler
1) Inspeksi: Bentuk dada simetris
2) Palpasi: Frekuensi nadi,
3) Parkusi: Suara pekak
4) Auskultasi: Irama regular, systole/ murmur,
g. System pencernaan/abdomen
1) Inspeksi: Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen
membuncit atau datar , tapi perut menonjol atau tidak, lembilikus
menonjol atau tidak, apakah ada benjolanbenjolan / massa.
2) Palpasi: Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa ( tumor, teses)
turgor kulit perut untuk mengetahui derajat bildrasi pasien, apakah
tupar teraba, apakah lien teraba?
3) Perkusi: Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cair
akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinaria, tumor)
4) Auskultasi: Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya 5- 35 kali
permenit.
h. Pemeriksaan extremitas atas dan bawah meliputi:
1) Warna dan suhu kulit
2) Perabaan nadi distal
3) Depornitas extremitas alus
4) Gerakan extremitas secara aktif dan pasif
5) Gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi
6) Derajat nyeri bagian yang cidera
7) Edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh
8) Reflek patella
i. Pemeriksaan pelvis/genitalia
1) Kebersihan, pertumbuhan rambut
2) Kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, terpasang kateter, terdapat
lesi atau tidak.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap
pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah
kesehatan, pada resiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan .
Diagnosa keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukanasuhan
keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien mencapai kesehatan yang
optimal (PPNI, 2016):
Pre kemoterapi
a. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan Intra kemoterpi
a. Risiko gangguan integritas kulit b.d bahan kimia iritatif
b. Risiko Infeksi d.d efek prosedur invasive Post kemoterapi
a. Nausea b.d efek agen farmakologis ( kemoterapi )
b. Gangguan citra tubuh d.d efek tindakan/pengobatan
c. Risiko deficit nutrisi d.d factor psikologis ( keengganan untuk makan )

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan
pasien individu, keluarga, dan komunitas (PPNI, 2018).
Tabel 2.1 Intervensi pre kemoterapi

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


o
1 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas I.09314
. b.d ancaman Tindakan keperawatan Terapi Relaksasi I.09326
mengalami diharapkan tingkat Observasi :
kematian ansietas pasien menurun - Identifikasi saat tingkat
D.0080 dengan Kriteria hasil : ansietas berubah-
L.09093 - Monitor tanda-tanda ansietas
a. Pasien - Identifikasi teknik relaksasi
mengungkapkan yang pernah digunakan
kebingungannya menurun - Identifikasi kesediaan
b. Pasien mengatakan ,kemampuan dan
kekhawatirannya penggunaan teknik
menurun sebelumnya
c. Keluhan pusing Terapeutik :
menurun - Motivasi pasien untuk
d. Tanda-tanda vital mengidentifikasi situasi yang
dalam batas normal memicu kecemasan
e. Kontak mata pasien - Ciptakan lingkungan yang
membaik tenang, anjurkan
f. Orientasi pasien menggunakan pakaian yang
membaik longgar
- Gunakan relaksasi
sebagai penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain
Edukasi :
- Anjurkan mengambil posisi
nyaman
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu

Tabel 2.2 Intervensi intra kemoterapi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Resiko Setelah dilakukan Pencegahan infeksi

. infeksid.d Efek tindakan keperawatan diharapkan I.14539


prosedur tidak terjadi tanda-tanda infeksi Observasi :

invasive dengan Kriteria hasil : L.14137 - Monitor tanda dan

D.0142 1) Kebersihan badan gejala infeksi local


pasien meningkat dan sitemik
2) Kebersihan tangan Terapeutik :
pasien meningkat - Batasi pengunjung
3) Nafsu makan pasien bila perlu
meningkat - Berikan perawatan
4) Hematoma menurun kulit pada area edema
5) Kemerahan menurun - Cuci tangan sebelum
6) Skala nyeri menurun dan setelah tindakan
7) Kadar sel darah putih keperawatan
dalam batas normal - Pertahankan teknik
aseptic pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi :
- Ajarkan mencuci
tangan dengan benar
2 Risiko Edukasi pencegahan

. gangguan Setelah dilakukan infeksi I.12406

integritas kulit tindakan keperawatan Observasi:

b.d diharapkan kemampuan - Periksa kesiapan dan

bahan kimia untuk mencegah deteksi dini infeksi pada

iritatif D.0139 meningkat meningkat pasien beresiko


dengan Kriteria hasil : Terapeutik:
L.14128 - Siapkan materi, media
1) Kemampuan mencari tentang faktor- faktor
informasi tentang penyebab, cara identifikasi
faktor resiko dan pencegahan resiko
meingkat infeksi di rumah sakit
2) Kemampuan untuk - Jadwalkan waktu yang
mengidentifikasi tepat untuk memberikan
faktor resiko pendidikan kesehatan
meningkat sesuai kesepakatan dengan
3) Kemampuan pasien dan keluarga
menghindari faktor - Berikan kesempatan untuk
resiko meningkat bertanya
Edukasi:
- Jelaskan tanda gejala
infeksi local dan sistemik
- Anjurkan mengikuti
tindakan pencegahan
sesuai kondisi

Tabel 2.3 Intervensi post kemoterapi


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Nausea b.d Setelah dilakukan tindakan Menejemen Mual
efek agen keperawatan diharapkan I.03117
farmakolog is tingkat nausea pasien menurun Observasi :
D.0076 terhadap perubahan citra - Identifikasi pengalama
tubuh yang di alami terhadap kualitas hidup
dengan Kriteria hasil : makan)
L.08065 - Monitor mual
1) Nafsu makan Terapeutik :
meningkat - Kendalikan factor
2) Keluhan mual lingkungan penyebab
menurun mual
3) Frekuensi menelan Edukasi :
meningkat - Anjurkan istirahat dan
4) Perasaan asam tidur yang cukup
dimulut menurun Kolaborasi :
5) Takikardia membaik - Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu

Gangguan Setelah dilakukan tindakan Promosi citra tubuh


citra tubuh b.d keperawatan diharapkan I.09305
tindakan/pe presepsi Observasi :
ngobatan tentang penamilan - Identifi-kasi harapan citra
D.0083 pasien meningkat dengan tubuh berdasarkan tahapan
Kriteria hasil : L.09067 perkembangan
1) Melihat bagian - Monitor frekuensi pasien
tubuh meningkat mengkritik terhadap
2) Pasien mengungkapan dirinya sendiri
perasaan negative tentang Terapeutik :
perubahan tubuhnya menurun - Diskusikan tentang
3) Focus pada penampilan perubahan tubuh dan
meningkat fungsinya
4) Hubungan social meningkat Edukasi :
5) Menyembunyikan bagian - Jelaskan kepada pasien
tubuh menurun dan keluarga perawatan
perubahan citra tubuh
- Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh
- Latih peningkatan
penampilan
Resiko Setelah dilakukan Menejemen Gangguan makan
defisit nutrisi tindakan keperawatan I.03111 I.03119
B.d diharapkan mual muntah Observasi :
eengganan pasien menurun dengan - Monitor asupan dan kelua
untuk 1) Porsi makan yang makanan dan cairan
dihabiskan meningkat kebutuhan kalori
2) Pasien Terapeutik :
mengungkapkan keinginan - Timbang berat b
untuk meningkatkan nutrisi secara rutin
3) Perasaan cepat kenyang - Berikan penguatan po
sedang terhadap keberhasilan ta
4) Rambut rontok menurun dan prubahan pri
5) Frekuensi makan meningkat Edukasi :
6) Nafsu makan membaik - Ajarkan pengaturan diet
tepat
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli
tentang target berat ba
kebutuhan kalori dan pi
makanan

Tabel 2.4 Intervensi pre operasi

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi


O Kriteria hasil
7 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri

berhubungan asuhan keperawatan Observasi :

dengan proses selama 3x24 jam - Identifikasi lokasi, karakteristik,

penyakit diharapkan nyeri dan skala nyeri


berkurang atau
Terapeutik
terkontrol dengan KH :
- Berikan teknik nonfarmakologis
- Skala nyeri dalam
untuk mengurangi rasa nyeri
rentang normal 0-1
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pasien dapat
Edukasi
rileks
- Jelaskan strategi meredakan
- Mampu
nyeri
mengontrol
Kolaborasi
nyeri (tahu
- Kolaborasi pemberian analgetik
peyebab
nyeri, mampu
menggunakan
teknik
nonfarmakolo
gi untuk
mengurangi
nyeri

8 Resiko defisit Setelah dilakukan Menejemen Gangguan makanan


nutrisi B.d tindakan keperawatan I.03111 I.03119
keengganan diharapkan mual Observasi :
untuk makan muntah pasien menurun - Monitor asupan dankeluarnya m
D.0032 dengan kriteria hasil : dan cairan serta kebutuhan kalor
L.03030 Terapeutik :
1) Porsi makan yang - Timbang berat badan secara
dihabiskan rutin
meningkat - Berikan penguatan positif
2) Pasien terhadap keberhasilan target
mengungkap dan perubahan prilaku
kan Edukasi :
keinginan - Ajarkan pengaturan diet yang
untuk tepat
meningkatka Kolaborasi :
n nutrisi - Kolaborasi dengan ahli gizi
3) Perasaan tentang target berat badan,
cepat kebutuhan kalori danpilihan
kenyang makanan
sedang
4) Rambut
rontok
menurun
5) Frekuensi
makan
meningkat
6) Nafsu
makan
membaik
9 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen toleransi aktifitas

aktifitas tindakan keperawatan 3 Observasi

berhubungan x 24 jam diharapkan - Identifikasi gangguan fungsi

dengan intake intoleransi aktivitas tubuh yang mengakibatkan

tidak adekuat meningkat. Kriteria kelelahan


Hasil : - Monitor kelelahan fisik dan
Toleransi emosional
aktivitas - Monitor pola dan jam tidur
-Frekuensi nadi - Monitor lokasi dan
normal dan kuat ketidaknyamanan selama
-Kemudahan melakukan aktivitas
dalam melakukan Terapeutik
aktivitas sehari - Sediakan lingkungan nyaman
hari dan rendah stimulus ( mis.
Cahaya, suara, kunjungan )
- Lakukan latihan rentang gerak
pasif atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi


tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Tabel 2.5 Intervensi post operasi


N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
O hasil
Resiko Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
infeksi b.d tindakan keperawatan I.14539
Efek diharapkan tidak terjadi Observasi :
prosedur tanda-tanda infeksi dengan - Monitor tanda dan gejala infeksi
invasive Kriteria hasil : L.14137 local dan sitemik
8) Kebersihan badan Terapeutik :
pasien meningkat - Batasi pengunjung bila perlu
9) Kebersihan tangan - Berikan perawatan kulit pada area
pasien meningkat edema
10) Nafsu makan pasien - Cuci tangan sebelum dan setelah
meningkat tindakan keperawatan
11) Hematoma menurun - Pertahankan teknik aseptic pada
12) Kemerahan pasien beresiko tinggi
menurun Edukasi :
13) Skala nyeri menurun - Ajarkan mencuci tangan dengan
14) Kadar sel darah benar
putih dalam batas
normal
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Promosi citra tubuh
citra tubuh keperawatan diharapkan I.09305
b.d presepsi tentang penamilan Observasi :
tindakan/pe pasien meningkat dengan - Identifi-kasi harapan citra tubuh
ngobatan Kriteria hasil : L.09067 berdasarkan tahapan
D.0083 1) Melihat bagian perkembangan
tubuh meningkat - Monitor frekuensi pasien
2) Pasien mengkritik terhadap dirinya
mengungkapan perasaan sendiri
negative
Terapeutik :
perubahan
- Diskusikan tentang perubahan
menurun tubuh dan fungsinya
3) Focus pada Edukasi :
penampilan - Jelaskan kepada pasien dan
meningkat keluarga perawatan perubahan
4) Hubungan social citra tubuh
meningkat - Anjurkan mengungkapkan
5) Menyembunyikan gambaran diri terhadap citra
bagian tubuh tubuh
menurun - Latih peningkatan
penampilan
Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
b.d keperawatan selama ..3x24 jam Observasi :
tindakan diharapkan nyeri berkurang - Identifikasi lokasi, karakteristik,
op atau terkontrol dengan KH : dan skala nyeri
1. Skala nyeri dalam
Terapeutik
rentang normal 0-1
- Berikan teknik nonfarmakologis
2. Pasien dapat rileks
untuk mengurangi rasa nyeri
3. mampu mengontrol
- Fasilitasi istirahat dan tidur
nyeri (tahu peyebab
Edukasi
nyeri, mampu
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
menggunakan teknik
Kolaborasi
nonfarmakologi untuk
Kolaborasi pemberian analgetik
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)

EVIDANCE BASED
Judul : Bahan Alami Penyembuh Luka

Nama Pengarang : Dede Jihan Oktaviani1, Shella Widiyastuti1,

Dian Amalia Maharani1, Agni Nur Amalia2,

Asep Maulana Ishak3, Ade Zuhrotun4,5

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa bahan alami yang telah terbukti


berkhasiat sebagai penyembuh dapat dilihat pada Tabel 2. Pembuktian
khasiat masing-masing bahan ada yang berkaitan dengan penggunaan
tradisionalnya (empiric) ataupun hasil skrining aktivitas melalui metode uji
tertentu yang terkait dengan aktivitas penyembuh luka.

Hasil penelusuran pustaka ada sekitar tujuh tanaman yang memenuhi


kriteria efikasi sebagai tanaman berkhasiat penyembuh luka berdasarkan
penggunaan tradisional dan hasil pembuktian aktivitas. Tanaman yang
dimaksud yaitu papaya (carica papaya) yang digunakan etnik jawa di
Dataran Tinggi Dieng, babadotan (Ageratum conyzoides) yang digunakan
etnik Sunda Suku Baduy, daun telingan bengket atau pegagan (Centela
asiatica)dan daun jarak (Jatropa curcas) yang digunakan oleh etnik sasak,
rimpang kunyit (Curcuma domestica) yang digunakan oleh etnik samawa,
serta singkong (Manihot esculenta) dan pisang (Musa paradisiaca) yang
digunakan oleh etnik Bali. Namun masih perlu pengembangan lebih lanjut
mengenai kualitas bahan dan keamanan jika akan dikembangkan menjadi
obat tradisional Jamu atau Obat Herbal terstandar.

Tabel 2. Bahan alami yang sudah terbukti memiliki aktivitas penyembuh luka
Bagian yang
No Nama Jenis Nama Kandungan kimia Pustaka
Lokal digunakan
1 Aloe vera L. Lidah buaya Gel mengandung Saponin, fenol, Rohmawati,
25% tanin, 2008; Wijaya,
ekstrak etanol 2013
daun lidah;
Krim mengandung
10-
15% ekstrak gel
lidah buaya
2 Anthocleista topikal 0,2 ml dari Chah et al
djalonensis 20 2006
mg/ml ekstrak
3 Anredera Binahong Salep ekstrak daun saponin Handayani, 2009;
cordifolia binahong Vilegas et
(Ten.) konsentrasi 5%; al., 1997
Steenis Ekstrak air hasil
Infusa
4 Ageratum Babadotan topikal 0,2 ml dari Chah et al
conyzoides, 20 2006
mg/ml ekstrak
5 Areca Pinang Ekstrak Etanol Biji alkaloid, tanin, Rairisti, 2014
catechu 2% saponin,
L. dan flavonoid
6 Carica Papaya Gel ekstrak etanol papain, Septiningsih, 2008
papaya L. daun pepaya
alkaloid
konsentrasi 1-
5% karpain,

pseudo
karpain,

glikosida, karposid,
dan saponin
7 Catharanthus Tapak dara ekstrak daun 50% alkaloid, Putri, 2017
Roseus
flavonoid,
tanin, polifenol dan
steroid
8 Centella Pegagan Campuran 3 asiaticoside, Maquart et al.,
Asiatica triterpen: 1997; Amaliya,
asiatic
asiatic acid 30% 2013
acid and madecassic
(b/b), madecassic
acid
acid 30% (b/b) and
asiaticoside 40%
(b/b); ekstrak
daun pegagan 25%
9 Colocasia Talas Ekstrak Etanol saponin, Wijayadkk., 2014
esculenta [L] Tangkai Daun
flavonoid, tanin,
alkaloid, steroid
dan terpenoid
10 Coleus Iler Hasil tumbuk 10 Flavonoid Tari dkk., 2013
atropurpureus lembar daun iler
[L.] Benth. muda

Bagian yang
N Nama Jenis Nama Kandungan kimia Pustaka
o Lokal digunakan
11 Curcuma Kunyit Dosis kurkumin kurkumin, Jagetia, 2004;
60-
desmetok--
longa Lin 66% per oral sikurkumin,dan Khan et al
n
atau Curcuma Dosis kurkumi Bisdesmetoksikurku 2018; Julianto
10% min
domestica nanofiber; , minyak asiri, pati, dkk, 2016;
Val. zat
Hidrokoloid pahit, resin, selulosa, Wientarsih,
mengandung dan mineral 2012

ekstrak
1%;
gel fraksi etil asetat
Topikal
12 Euphorbia patah tulang Salep batang glikosida, Qomariah, 2014
Tirucalli ekstrak
sapogenin
dosis 10%
dan asam elagat
13 Gynura Daun Dewa Lumatan daun saponin, flavonoi Setyoadi dan

Segetum minyak d, Sartika, 2010


atsiri
14 Ipomoeae Ubi Jalar Krim Ekstrak Etanol flavonoid, saponin Rahim dkk.,
batatas L. Daun 3% dan 2011
polifenol
15 Jatropha Pohon Jarak Getah Flavonoid Priyandari, 2015;
Curcas Vilegas et
al., 1997
16 Leucaena Petai cina Gerusan daun 10-30 Flavonoid, saponin Rahmawati, 2014
glauca, Benth g
17 Manihot Singkong ekstrak 179,2 protein, vitamin C, Nisa dkk., 2013
esculenta flavonoid, saponin,
daun
tannin dan
mg/KgBB
triterpenoid
tikus
18 Melastoma Tumbuhan krim ekstrak flavonoida, saponin, Simanjuntak, 2008
malabathricu Senduduk etilasetat Daun tanin, glikosida, dan
m streroida/triterpenoi
.L da.
19 Morinda mengkudu ekstrak topikal Sabirin, 2013
citrifolia L.) etanol
daun
20 Musa Pisang gel getah pisang saponin, flavonoi Rosanto dkk.,
ambon 80% d,
paradisiaca gel ekstrak batang vitamin C, dan tanin 2012
var.sapientum Prasetyo dkk,
2010
21 PNapoleonaea Lecythidace topikal 0,2 ml dari Chah et al
imperialis ae 20 2006
mg/ml ekstrak
22 Ocimum Selasih topikal 0,2 ml dari Chah et al
gratissimum 20 2006
mg/ml ekstrak
23 Peperomia Piperaceae Ekstrak daun Vilega et al
galioides dan batang s 1997
(bahan segar)
24 Piper cf sirih merah infusa daun 40% flavonoid dan tanin Hidayatullah,
fragile, topikal 2015
Benth

25 Piper betle daun sirih gel ekstrak etanol minyak atsiri (hidroksi Wardani, 2009
daun kavikol, kavibetol,
estragol, eugenol,
tileugenol, karvakrol,
terpinen, seskuiterpen)
fenilpropan, tanin
26 Psidium Jambu Biji Ekstrak methanol Psidial A-C Barbalho, 2012;
Guajava daun; gel ekstrak Aponno, 2014; Fu et
etanol daun al., 2010
1%, 5%, dan 7%
27 Turbinaria Alga coklat Ekstrak non polar saponin, alkaloid, Deepak et al.,
Ornata seluruh bagian, dosis kuinon, amino acid, 2017; Pati et al., 201
100 dan 200 asam lemak, senyawa Rajkumar d
mg/kgBB fenolik (yaitu tanin dan Bhavan,
flavonoid), protein, 2017; Senthil d
neophytediene; 2- Murugan, 2013.
hexadecen-1-
ol,3,7,11,15-tetra
methyl-,[R-[R*,R*-
(E)];17- pentatria
contene; 4,8,12,16-
octadecatetraen -1-
ol,4,9,13,17-tetra
methyl; dan squalene

Hasil penelusuran pustaka ada sekitar tujuh tanaman yang memenuhi kriteria efikasi
sebagai tanaman berkhasiat penyembuh luka berdasarkan penggunaan tradisional dan hasil
pembuktian aktivitas. Tanaman yang dimaksud yaitu papaya (carica papaya) yang digunakan
etnik jawa di Dataran Tinggi Dieng, babadotan (Ageratum conyzoides) yang digunakan etnik
Sunda Suku Baduy, daun telingan bengket atau pegagan (Centela asiatica)dan daun jarak
(Jatropa curcas) yang digunakan oleh etnik sasak, rimpang kunyit (Curcuma domestica) yang
digunakan oleh etnik samawa, serta singkong (Manihot esculenta) dan pisang (Musa
paradisiaca) yang digunakan oleh etnik Bali. Namun masih perlu pengembangan lebih lanjut
mengenai kualitas bahan dan keamanan jika akan dikembangkan menjadi obat tradisional
Jamu atau Obat Herbal terstandar.
BAB II
LAPORAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2
PENGKAJIAN POST OPERASI

Tanggal masuk : 2 Desember 2021


Jam : 17.49
No RM : 21974559
Tgl pengkajian : 7-12-2021
Jam : 12.00
Diagnose medis : ca. rektum
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas pasien Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. D Nama : Tn. I
Umur : 50 th 2 bulan Umur : 45 TH
Agama : islam Agama : islam
Jenis kelamin : perempuan Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : kel. Bakti mulya kec. Sungai Alamat : bahar
bahar Suku/bangsa : melayu
Suku/bangsa : melayu Pekerjaan : wiraswasta
Pekerjaan : IRT Pendidikan : SD
Pendidikan : SD Status : Menikah
Status : Menikah Hubungan dengan klien : adik

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan BAB disertai darah dan nyeri
P : semakin terasa saat BAB
Q : tajam dan perih
R : bagian bawah pusat hingga rectum
S:6
T : 30-45 menit
b. Riwayat kesehatan sekarang
- Pada saat pengkajian klien mengatakan nyeri, badan terasa lemah, tidak nafsu makan.
- P : saat bergerak dan ditekan
- Q : tajam
- R : bagian bawah pusat sampai ke rectum
- S:5
- T : nyeri terasa saat banyak bergerak.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan tidak ada riwayat yang diderita sebelum dirawat. Tidak ada perlukaan, tidak
pernah dirawat di RS, dan tidak memiliki riwayat alergi obat
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan ada riwayat penyakit kanker dari bibik klien, tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit kronis seperti hipertensi dan DM.
Genogram

Ket:
: laki- laki
: perempuan
: pasien

Oksigenasi
Inspeksi
Pasien bernapas dengan normal RR 20 x/ mnt, simetris kiri dan kanan, taktil fremitus normal .
Perkusi
Perkusi normal terdengar suara sonor diseluruh interkosta
Auskultasi
Vesikuler di costa dan intercosta 2 dan 3

Sirkulasi
Tekanan darah 110/70 mmHg, HR 89x/mnt, membrane Dengan irama regular, konjungtiva
anemis, mukosa bibir pucat tidak sianosis, CRT <2 detik ( detik), dan bunyi jantung satu diikuti
bunyi jantung dua dan tidak ada bunyi tambahan.

Nutrisi
Klien mengatakan tidak nafsu lunak makan, jenis makanan yang dikonsumsi karbohidrat, protein,
lemak. TB : 156 cm BB 50 kg, IMT : 20,5 (Normal). Kebutuhan kalori klien : 1597 kalori/hari
Abdomen normal di seluruh quadran , perkusi tympani diseluruh quadran, palpasi lunak diseluruh
quadran.

Eliminasi
Klien mengatakan frekuensi BAK sebelum sakit 3-4 x/hari dan sesudah sakit sama 3-4x/hari ,
jumlah urin sebelum sakit 700 cc berwarna kuning jernih dan assat sakit 500 cc berwarna kuning
pekat.
Klien BAB sebelum sakit 1x/hari, saat sakit klien BAB 2 hari sekali.

Aktivitas fisik
Dengan
No. Kegiatan Mandiri
Bantuan
1. Makan 5 5
2. Aktivitas toilet 5 5
3. Berpindah tempat dari
10 10
kursi ke tempat tidur
4. Membersihkan diri (Lap,
muka, sisir rambut, sikat 0 0
gigi)
5. Mandi 0 0
6. Mobilisasi atau berjalan 10 10
7. Naik turun tangga 5 5
8. Berpakaian 5 5
9. Mengontrol defekasi 5 5
10. Mengontrol berkemih 5 5
Total 50 50

Keterangan :
0-20 : Ketergantungan
21-61 : Ketergantungan berat
62-90 : Ketergantungan sedang
91-99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

Klien ketergantungan berat. Klien membutuhkan alat dan bantuan orang lain saat melakukan
aktivitas.
Klien mampu melakukan rentang gerak. Kekuatan otot tangan kanan kiri 4 otot kaki kanan kiri 4,
klien tidur dari jam 23.00 sampai 05.00.

4444 4444
4444 4444

Proteksi dan Perlindungan


S : 36,9 c ,tidak ada luka risiko jatuh terpadang safety pada bed pasien
Sensori
P : nyeri post op kolostomi hari ke 1
Q : tajam
R : bawah pusat hingga rectum
S:5
T : nyeri terasa saat banyak bergerak
Penglihatan normal indra pengecap dan pendengaran baik.
Cairan dan elektrolit
Intake
Minum :1000 ml/24 jam, intravena : 1500 ml/24 jam
Total Intake : 2500 ml/24 jam
Output
Urine 1000 ml/24 jam
IWL : 31,25 ml/hr
Total output 1031,25 ml/24

Pemeriksaan lab
Pemeriksaan Hasil Normal Kesan
Hemoglobin 13,5 g/dl 13,0-17,0 g/dl Normal
Hematocrit 40,5 % 40-50 % Normal
MCHC 32,9 32-36 Normal
Trombosit 200 150-400 Normal
Leukosit 6,32 5.0-10 Normal
Natrium darah 132 132-147 Normal
Kalium darah 3.66 3.30-5.40 Normal

Fungsi neurologi
Fungsi normal , gcs : E4, M6, V5 :15 : composmentis

Endokrin
Fungsi endokrin normal

Terapi
IVFD RL 20 tts/menit
Omeprazole 2x1
Keterolax 2x1
Metronidazole 500x2
Cefriaxone 2x1

Psikologi, Sosial dan Spiritual


Mode konsep diri :
a. Citra tubuh : pasien mengatakan merasakan tidak nyaman dan malu menunjukkan bagain
abdomennya yang terpasang kolostomi .
b. Konsistensi diri : pasien mengatakan walaupun dalam keadaan sakit, pasien tetap berusaha
beribadah.
c. Ideal diri : pasien mengatakan ingin segera sembuh dan dapat berkumpul dengan
keluarganya
d. Moral etik-spiritual : pasien mengatakan menerima keadaan nya saat ini, mungkin dengan
keadaan nya saat ini sebagai pengugur dosa nya.

ANALISA DATA

NAMA PASIEN : Ny. D


NO.REKAM MEDIK : 21671656
RUANG RAWAT : Bedah

NO. DATA Etiologi Masalah Keperawatan

1. DS Agen cidera fisik Nyeri akut


- Pasien mengatakan
merasakan nyeri
- P : nyeri post op kolostomi
- Q: nyeri tajam
- R : nyeri dibagian post op
kolostomi
- S : skala nyeri 5
- T: nyeri terasa saat banyak
bergerak
DO
- Pasien tampak meringis
- TTV :
TD : 100/60 mmHg
N : 91 x/i
RR : 20 x/i
S : 36.8

2. DS : Efek tindakan Risiko Infeksi


- Klien mengatakan telah pembedahan
melakukan OP kolostomi

DO :
- Klien tampak lemah
- Tampak telah terpasang
kolostomi pada abdomen klien
- Diameter luka 3cm
- TTV :
TD : 100/60 mmHg
N : 91 x/i
RR : 20 x/i
S : 36.8
- Leukosit dalam jumlah normal
(6000 mcL)
3. DS : Efek Tindakan Gangguan citra tubuh
- Klien mengatakan merasa malu
untuk memperlihatkan bagian
abdomennya yang terpasang
kolostomi
- Klien mengatakan tidak percaya
diri karena harus BAB dari
kolostomi

DO :
- Klien tampak segan membuka
bagian abdomen saat dikaji
- Klien tampak menghindari
kontak mata saat diajak
berbicara

4. DS Nyeri Gangguan Mobilitas


- Klien mengatakan nyeri ketika Fisik
bergerak dan duduk
DO
- Klien hanya berbaring di tempat
tidur dan tampak lemah
- Aktivitas klien tampak dibantu
keluarga

Diagnosa keperawatan dan prioritas masalah

1. Nyeri akut b.d Agen cidera fisiologis

2. Risiko Infeksi b.d efek prosedur invasive

3. Gangguan citra tubuh b.d tindakan pengobatan

4. Gangguan mobilitas fisik b.d Nyeri


DAFTAR PUSTAKA

Dyayadi, MT (2013). Penyakit Ginjal . Yogyakarta : Taman baca


Sodikin, Ahmad (2014). Penyakit Gagal Ginjal Akut (GGA) . Yogyakarta : Nusantara media
Nugroho . (2014). Keperawatan Medikal Bedah ed Sistem Urinaria. Surabaya : PT Cipta
saloka
Agoes, A., Achdiat, A & Arizal, A. 2013. Penyakit di Usia Tua. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. (Definisi dan
Tindakan Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. (Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai